Anda di halaman 1dari 160

IMPLEMENTASI SAKIP DESA DALAM UPAYA MENURUNKAN

ANGKA KEMISKINAN MENURUNKAN STUNTING DAN


MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN
RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menempuh Gelar Magister Admnistrasi Publik

Oleh:

NAMA : Zanzan Yudha Sozidin


NOMOR POKOK : E.051180005
PROGRAM STUDI : MAGISTER ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
2023
IMPLEMENTASI SAKIP DESA DALAM UPAYA MENURUNKAN
ANGKA KEMISKINAN MENURUNKAN STUNTING DAN
MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN
RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG

Oleh:

ZANZAN YUDHA SOZIDIN


NPM. 051180005

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Akadun, M.Pd. Dr. Anne Friday Safaria, M.Si.


NIDN : 00-3008-6401 NIDN : 04-2203-7402

Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Anne Friday Safaria, M.Si.


NIDN : 04-2203-7402

ii
IMPLEMENTASI SAKIP DESA DALAM UPAYA MENURUNKAN
ANGKA KEMISKINAN ANGKA STUNTING DAN MENINGKATKAN
PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN RANCAKALONG
KABUPATEN SUMEDANG

Oleh:

ZANZAN YUDHA SOZIDIN


NPM. 051180005

Disahkan oleh:
Ketua Program Studi Magister Administrasi Publik,

Dr. Anne Friday Safaria, M.Si.


NIDN : 04-2203-7402

Penguji I, Penguji II,

Dr. H. Akadun, M.Pd. Dr. Anne Friday Safaria, M.Si.


NIDN : 00-3008-6401 NIDN : 04-2203-7402

Penguji III

Dr. Rika Kusdinar, M.Si


NIDN. 04-3012-7102

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Akadun, M.Pd. Dr. Anne Friday Safaria, M.Si.


NIDN : 00-3008-6401 NIDN : 04-2203-7402

iii
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS

Judul Tesis:

IMPLEMENTASI SAKIP DESA DALAM UPAYA MENURUNKAN


ANGKA KEMISKINAN ANGKA STUNTING DAN MENINGKATKAN
PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN RANCAKALONG
KABUPATEN SUMEDANG

Telah dilakukan perbaikan sesuai dengan saran dan koreksi Dosen Penguji pada
Ujian Sidang Tesis

TIM PENGUJI SIDANG TESIS

NO Nama Penguji Materi Perbaikan Tanda


Tangan
1. Dr. H. Akadun., M.Pd 1. Judul dirubah, langsung
Sakip Desa
2. Tinjauan Pustaka-
kesulitan teknis
diuraikan satu-satu.
3. Structural dijelaskan
4. Teoritis
5. Kesimpulan ditabelkan.
2. Dr. Arip Rahman Sudrajat, M.Si 1. Judul dirubah
2. Teori dega pembahasan
nyambung
3. Kejelasan
4. Penulisan margin
diperbaiki
3. Dr. Rika Kusdinar, M.Si 1. Teori
2. Pembahasan hanya 2
halaman

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan


rahmat dan inayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Tesis di Desa-Desa
Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang, hingga dapat menyelesaikan
laporan pengajuan Tesis dengan judul: “IMPLEMENTASI SAKIP DESA
DALAM UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMISKINAN PENURUNAN
ANGKA STUNTING DAN MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI
KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG”.
Penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh ujian Tesis Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas April Sumedang.
Dalam penelitian dan penyusunan laporan pengajuan Tesis ini, peneliti
banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu, antara lain kepada:
1. Yth. Bapak H. Yuyun Hidayat, Drs., selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Universitas Sebelas April Sumedang.
2. Yth. Bapak Dr. H. Arifin, S.H., M.Pd., M.M selaku Rektor Universitas
Sebelas April Sumedang.
3. Yth. Ibu Rika Kusdinar, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas April Sumedang.
4. Yth. Bapak Dadan Setia Nugraha, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas April
Sumedang.
5. Yth. Bapak Shofwan Hendryawan, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas April
Sumedang.
6. Yth. Ibu Irma Hermayanti, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas April Sumedang.
7. Yth. Bapak Dr. H.Akadun, M.Pd selaku Pembimbing I

v
8. Yth. Bapak Dr. Anne Friday Safaria, M.Si selaku Ketua Prodi Magister
Administrasi Publik sekaligus Pembimbing II.
9. Yth. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas April Sumedang.
10. Yth. Bapak/Ibu staff pegawai pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas April Sumedang.
11. Yth. Bapak Ili, S.Sos selaku Camat Rancakalong Kabupaten Sumedang.
12. Yth. Kedua Orang Tua selaku pihak yang selalu mendukung secara moril
maupun materil dalam pelaksanaan penyusunan laporan.
13. Semua rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas April Sumedang.
14. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan Skripsi
ini baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari laporan pengajuan Tesis ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak.
Akhir kata, peneliti memanjatkan do’a kepada Allah SWT, semoga
laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umunya bagi pembaca.
Aamiin.

Sumedang, Agustus 2023

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN.........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii
LEMBAR PERBAIKAN TESIS.........................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Fokus Permasalahan..............................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................9
1.4. Kegunaan Penelitian..............................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Administrasi...........................................................................11
2.1.2 Unsur Administrasi.............................................................................13
2.1.3 Pengertian Administrasi Publik...........................................................14
2.1.4 Ruang Lingkup Administrasi Publik...................................................15
2.2 Konsep Kebijakan ..............................................................................20
2.2.1 Pengertian Kebijakan..........................................................................20
2.2.2 Pengertian Kebijakan Publik...............................................................21
2.2.3 Tahapan Kebijakan Publik..................................................................23
2.2.4 Formulasi Kebijakan Publik ...............................................................25
2.2.5 Pengertian Implementasi Kebijakan....................................................28
2.3 Operasional Teori Implementasi Kebijakan........................................30

vii
2.3.1 Model Implementasi Kebijakan..........................................................30
2.3.2 Dimensi Implementasi Kebijakan.......................................................35
2.3.3 Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan.....................................40
2.3.4 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kebijakan.......................42
2.4 Kajian Penelitian Terdahulu................................................................43
2.5 Kerangka Pemikiran dan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian...................50
2.5.1 Kerangka Pemikiran............................................................................50
2.5.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian............................................................53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian.................................................................................54
3.2 Penentuan Sasaran dan Informan Penelitian.......................................55
3.2.1 Sasaran Penelitian...............................................................................55
3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................................56
3.4 Prosedur Pengolahan Data..................................................................58
3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian..............................................................59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Pelaksanaan Penelitian...........................................................................61
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang......61
4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Ranckalong.................................62
4.1.3 Organisasi dan Tata Kerja.....................................................................63
4.1.4 Sumberdaya...........................................................................................65
4.1.4.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur.................................65
4.1.4.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan............................................66
4.1.4.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan.............................66
4.1.4.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin.....................................67
4.1.4.5 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan................................................68
4.2 Hasil Penelitian........................................................................................68
4.2.1 Implementasi SAKIP Desa Di Kecamatan Rancakalong......................68

viii
4.2.2 Faktor Penghambat Implementasi SAKIP Desa Di Kecamatan
Rancakalong.........................................................................................104
4.2.3 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi SAKIP Desa Di Kecamatan
Rancakalong.........................................................................................111
4.3 Pembahasan...........................................................................................114
4.3.1 Implementasi SAKIP Desa Kecamatan Rancakalong..........................117
4.3.2 Faktor Penghambat Implementasi SAKIP Desa Di Kecamatan
Rancakalong.........................................................................................120
4.3.3 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Keterbukaan Informasi
Publik Di Kecamatan Jatigede.............................................................121

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan..................................................................................................124
5.2 Saran........................................................................................................127

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................128
Lampiran.............................................................................................................130

ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai SAKIP DESA Tahun 2022.....................................6
Tabel 1.2 Ringkasan Research Gap Implementasi E-Government Pada Tingkat
Desa.......................................................................................................8
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu................................................................37
Tabel 2.2 Instrumen Penelitin.............................................................................44
Tabel 3.1 Sasaran Penelitian...............................................................................48
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian 2022/2023..............................................................52
Tabel 4.1 Wilayah Desa di Kecamatan Rancakalong.........................................56
Tabel 4.7 Reduksi Hasil Wawancara Tingkat Kesulitan Teknis.........................58
Tabel 4.8 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Tingkat Kesulitan Teknis.....59
Tabel 4.9 Reduksi Hasil Wawancara Tingkat Kemajemukan............................62
Tabel 4.10 Triangulasi Teknik pengumpulan Data Tingkat Kemajemukan.........63
Tabel 4.11 Reduksi Hasil Wawancara Tingkat Perilaku Perubahan Yang
Diperlukan...........................................................................................65
Tabel 4.12 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Tingkat Perilaku Perubahan
Yang Diperlukan.................................................................................66
Tabel 4.13 Reduksi Hasil Wawancara Kejelasan dan Konsistensi Muatan
Kebijakan............................................................................................68
Tabel 4.14 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Kejelasan dan Konsistensi
Muatan Kebijakan...............................................................................69
Tabel 4.15 Reduksi Hasil Wawancara Kecukupan Dukungan Teoritis................71
Tabel 4.16 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Kecukupan Dukungan
Teoritis................................................................................................72
Tabel 4.17 Reduksi Hasil Wawancara Rekrutmen SDM Pelaksana.....................74
Tabel 4.18 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Rekrutmen SDM Pelaksana. 75
Tabel 4.19 Reduksi Hasil Wawancara Alokasi Finansial.....................................77

x
Tabel 4.20 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Alokasi Finansial.................78
Tabel 4.21 Reduksi Hasil Wawancara Kondisi Sosial..........................................80
Tabel 4.22 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Kondisi Sosial......................82
Tabel 4.23 Reduksi Hasil Wawancara Dukungan Publik.....................................84
Tabel 4.24 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Dukungan Publik.................85
Tabel 4.25 Reduksi Hasil Wawancara Respon Masyarakat..................................87
Tabel 4.26 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Respon Masyarakat..............88
Tabel 4.27 Reduksi Hasil Wawancara Komunikasi..............................................91
Tabel 4.28 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Informasi..............................92
Tabel 4.29 Reduksi Hasil Wawancara Sarana Informasi......................................94
Tabel 4.30 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Sarana Informasi..................95
Tabel 4.31 Reduksi Hasil Wawancara Dukungan Finansial.................................98
Tabel 4.32 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Fukungan Finansial..............98
Tabel 4.33 Reduksi Hasil Wawancara Dukungan Non Teknis...........................101
Tabel 4.34 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Non Finansial.....................101

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan zaman, Pemerintah terus bertransformasi

guna menghadirkan pelayanan yang prima dengan memanfaatkan kemajuan

teknologi yang ada. Salah satu wujud transformasi tersebut ditandai dengan

hadirnya pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa

Inggris electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online

government atau dalam konteks tertentu transformational government).

E-Government merupakan penggunaan teknologi informasi oleh

pemerintah bertujuan memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya,

urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-

Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi

publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, pelaksanaan pelayanan publik, atau

proses kepemerintahan yang demokratis.

Model penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau

Government-to-Customer (G2C),Government-to-Business (G2B) serta

Government-to-Government (G2G).Kabupaten Sumedang menjadi salahsatu

Pemerintah yang gencar mengkampanyekan program E-Government hal tersebut

bertujuan untuk mempermudah berbagai kegiatan pemerintahan daerah, juga

pelaksanaan pengadministrasian.

Hampir di seluruh Instansi dan SKPD di bawah Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumedang termasuk Pemerintahan di tingkat Desa hal tersebut tentu


2

menjadi bukti nyata keseriusan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang

untuk melaksanakan program E-Government yang dimulai dari tingkat bawah

atau Desa. Terdapat beberapa program E-Government yang digagas oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang khsusnya pada tingkat Pemerintahan

Desa, diantaranya program E-office, E-Service dan WA KEPO dan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Perintahan Desa (SAKIP Desa).

SPBE merupakan singkatan dari Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik,

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) adalah penyelenggaraan

pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

memberikan layanan kepada Pengguna SPBE. Hal ini seperti yang tertuang pada

Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik. SPBE ditujukan untuk untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan

yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta pelayanan publik yang

berkualitas dan terpercaya. Tata kelola dan manajemen sistem pemerintahan

berbasis elektronik secara nasional juga diperlukan untuk meningkatkan

keterpaduan dan efisiensi sistem pemerintahan berbasis elektronik.

Revolusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memberikan peluang

bagi pemerintah untuk melakukan inovasi pembangunan Aparatur publik melalui

penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) atau E-Government,

yaitu penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan TIK untuk memberikan

layanan kepada instansi pemerintah, Aparatur sipil publik, pelaku bisnis,

masyarakat dan pihak-pihak lainnya. SPBE memberi peluang untuk mendorong

dan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipatif,


3

inovatif, dan akuntabel, meningkatkan kolaborasi antar instansi pemerintah dalam

melaksanakan urusan dan tugas pemerintahan untuk mencapai tujuan bersama,

meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan publik kepada masyarakat luas,

dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk kolusi, korupsi,

dan nepotisme melalui penerapan sistem pengawasan dan pengaduan masyarakat

berbasis elektronik.

Pemerintah menyadari pentingnya peran SPBE untuk mendukung semua

sektor pembangunan. Upaya untuk mendorong penerapan SPBE telah dilakukan

oleh pemerintah dengan menerbitkan peraturan perundang-undangan sektoral

yang mengamanatkan perlunya penyelenggaraan sistem informasi atau SPBE.

Sejauh ini kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah telah melaksanakan

SPBE secara sendiri-sendiri sesuai dengan kapasitasnya, dan mencapai tingkat

kemajuan SPBE yang sangat bervariasi secara nasional. Untuk membangun

sinergi penerapan SPBE yang berkekuatan hukum antara kementerian, lembaga,

dan pemerintah daerah, diperlukan Rencana Induk SPBE Nasional yang

digunakan sebagai pedoman bagi Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah untuk

mencapai SPBE yang terpadu. Rencana Induk SPBE Nasional disusun dengan

memperhatikan arah kebijakan, strategi, dan inisiatif pada bidang tata kelola

SPBE, layanan SPBE, TIK, dan SDM untuk mencapai tujuan strategis SPBE

tahun 2018 - 2025 dan tujuan pembangunan Aparatur publik sebagaimana

ditetapkan dalam RPJP Nasional 2005 - 2025 dan Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010 - 2025.


4

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) menjadi cikal bakal

terbentuknya pemerintahan elektronik yang kemudian di modifiikasi oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang sehingga terbentuklah SAKIP Desa,

SAKIP Desa menjadi salah satu reformasi birokrasi yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Sumedang, Implementasi SAKIP Desa dilakukan secara

Elektronik yang kemudian memacu pengelolaan anggaran desa menjadi berbasis

Kinerja atau beriorientasi pada hasil.

Ditahun 2020 program Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP)

Desa mendapatkan penghargaan Innovative Government program of the year

dalam ajang Masketeer Editor’s Choice award 2020 yang diselenggarakan oleh

Markplus.inc, Marketeer Editor Choice Award (MECA) merupakan penghargaan

bagi perusahaan maupun pemerintah di Indonesia yang mampu melakukan

terobosan.

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP – Desa) menjadi

salah satu gebrakan reformasi birokrasi yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Sumedang. Implementasi SAKIP Desa yang dilakukan secara

elektronik ini memacu pengelolaan anggaran desa menjadi berbasis kinerja dan

berorientasi hasil. Diberlakukan sejak tahun 2019, kini SAKIP Desa sudah

diimplementasikan di 270 desa se-Kabupaten Sumedang. Ditunjang dengan

pengembangan teknologi informasi melalui superaplikasi e-Office Desa, sinergi

antara kabupaten, kecamatan, hingga perangkat desa menjadi lebih mudah dan

terintegrasi serta transparan.


5

SAKIP merupakan integrasi dari sistem perencanaan, sistem penganggaran

dan sistem pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan sistem

akuntabilitas keuangan. Dalam SAKIP Desa di Kabupaten Sumedang, terdapat

tiga prioritas utama, yakni penurunan angka kemiskinan, penurunan angka

stunting, serta peningkatan indeks kepuasan masyarakat (IKM).

Penurunan angka kemisikinan dilakukan dengan melihat kriteria dari

Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga dapat terlihat kapasitas dari kemungkinan

untuk menurunkan kemiskinan. Salah satunya dengan diberikan program

rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni (Rutilahu) yang bertujuan untuk

membantu masyarakat dalam mencapai standar hidup yang layak terutama dalam

pemenuhan kebutuhan perumahan dengan memberi bantuan dana dan peralatan

serta bahan untuk perbaikan.

Begitu pula dengan kegiatan pencegahan stunting. Keluarga diberikan

pendampingan, bantuan, serta perbaikan lingkungan, sesuai dengan hasil

identifikasi stunting. Selain itu, juga terdapat kader Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu) yang dapat melaporkan data secara langsung mengenai kondisi

anak stunting.

Terkait IKM, diceritakan bahwa kenaikan IKM dikarenakan pelayanan

yang sudah beralih ke digital. Saat ini beberapa pelayanan administrasi dapat

dilakukan melalui aplikasi WhatsApp dengan Quick Response (QR) Code jenis

pelayanan digital. Kepala Desa juga telah bisa memberikan tanda tangan

elektronik, sehingga proses pelayanan administrasi dapat dilakukan dengan cepat


6

dan mudah. Sehingga pelayanan administrasi tidak terhambat Kepala Desa yang

sedang tidak ada di Kantor Desa seperti sebelum diterapkannya SAKIP Desa.

Di Kecamatan Rancakalong terdapat 10 Desa diantaranya, Nagarawangi,

Cibunar, Pangadegan, Sukahayu, Sukamaju, Pamekaran, Rancakalong,

Sukasirnarasa, Cibungur dan Pasirbiru, dari sepuluh Desa tersebut seluruhnya

sudah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja tingkat pemerintahan

Desa yang berbasis elektronik, namun dalam pengimplentaisnya di tahun 2022

kurang memuaskan hal tersbeut dapat dilihat berdasarkan rekapitulasi nilai

SAKIP Desa menurut Inspektorat Kabupaten Sumedang.

Tabel 1.1
Rekapitulasi Nilai SAKIP Desa Tahun 2022

Sumber : Inspektorat Kabupaten Sumedang Tahun 2022

Dapat dilihat pada tabel diatas dari 10 Desa di Wilayah Kecamatan

Rancakalong hanya terdapat satu Desa yng memiliki nilai dengan kategori B yaitu

desa Sukasirna, empat desa memiliki nilai dengan kategori C diantaranya Desa
7

Rancakalong, Desa Cibungur, Desa Cibunar, Desa Pangadegan dan lima desa

lainya memiliki nilai dengan kategori D yaitu Desa Pamekaran, Desa Sukamaju,

Desa Nagarawangi, Desa Pasirbiru dan Desa Sukahayu. Bila dilihat berdasarkan

peringkat Kabupaten dua Desa di wilayah Kecamatan Rancakalong berada di

peringkat 10 Desa terbawah dari 270 Desa dan menempati peringkat 266 yaitu

Desa Pasirbiru dan peringkat 268 Desa Sukahayu hal tersebut tentu perlu menjadi

perhatian khusus bagi seluruh pemangku kewanangan baik pada tingkat

Kecamatan maupun di tingkat Desa. Mengingat pentingnya program SAKIP Desa

merupakan integrasi dari sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem

pelaporan kinerja yang juga selaras dengan system akuntabilitas keuangan.

Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan beberapa permasalahan

yang menjadi kurang maksimalnya Implementasi SAKIP Desa, Kecamatan

Rancakalong seharusnya mampu memfasilitasi dan memberikan pendampingan

kepada perangkat Desa yang ada di bawahnya terkait pengimplementasian E

SAKIP Desa (Sakip - Desa) sehingga perolehan nilai SAKIP Desa lebih baik dari

hasil yang di raih pada tahun 2022.

Dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis bahwa

Implementasi Program SAKIP Desa dalam rangka menurunkan angka

kemiskinan, mencegah stunting dan meningkatkan pelayanan publik di

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang belum berjalan dengan baik. Hal

tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:


8

1. Kulaitas pelaporan SAKIP Desa yang belum optimal, berkas yang di upload

seperti administrasi laporan pertanggungjawaban dilihat dari rekapitulasi nilai

SAKIP Desa yang dikeluarkan oleh inspektorat Kabupaten Sumedang.

2. Seluruh operator SAKIP Desa belum pernah mengikuti pelatihan

pengoperasisan aplikasi SAKIP Desa.

3. Sarana prasarana berupa Laptop/Komputer yang belum mencukupi, dimana

operator SAKIP Desa belum memiliki Laptop/Komputer dan masih

bergantian dengan perangkat desa yang lain.

4. Jaringan internet tidak stabil di Kecamatan Rancakalong dan itu

mengakibatkan operator SAKIP Desa kesulitan dalam melakukan

penginputan data.

Adapun Research Gap mengenai Implementasi E-Government pada

tingkat desa di Kabupaten Sumedang yang dihasilkan dari penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1.2
Ringkasan Research Gap
Implementasi Sakip Desa pada tingkat Desa
Research Gap Hasil Peneliti
Terdapat perbedaan hasil Implementasi E- M. Naufal Ali Husni
penelitian terkait Government pada Tingkat
Implementasi E- Desa Sudah Berjalan
Government pada Tingkat dengan Baik
Desa
1. Ami Afriani, Idah
Implementasi E- Whid, M. Taufiq (2021)
Government pada Tingkat 2. Indra Gunawan, Desti
Desa Belum Berjalan Lestary, Ahmad ulul
dengan Baik azmi, ducky s,n. (2019)
3. Akadun (2023)
4. Ikhbaluddin (2021)
9

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil penelitian mengenai

Implementasi Sakip Desa dalam Upaya penurunan angka kemiskinan, mencegah

stunting dan meningkatkan pelayan publik di Kecamatan Rancakalong Kabupaten

Sumedang masih belum berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya penelitian

lebih lanjut dengan harapan dapat menerangkan secara lebih jelas terkait

Implementasi Sakip Desa di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang.

Dengan adanya latar belakang dan beberapa permasalahan yang telah

dikemukakan di atas dari hasil observasi awal tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI SAKIP DESA DALAM

UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMISKINAN MENCEGAH ANGKA

STUNTING DAN MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI

KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG”.

1.2 Fokus Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat

memfokuskan permasalahan, antara lain sebagai berikut :

A. Bagaimana implementasi SAKIP-DESA dalam upaya menurunkan angka

kemiskinan, mencegah stunting dan meningkatkan pelayanan publik di

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang?

B. Apa yang menjadi faktor penghambat implementasi SAKIP-DESA dalam

upaya menurunkan angka kemiskinan, mencegah stunting dan

meningkatkan pelayanan publik di Kecamatan Rancakalong Kabupaten

Sumedang?
10

C. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan implementasi

SAKIP-DESA dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, mencegah

stunting dan meningkatkan pelayanan publik di Kecamatan Rancakalong

Kabupaten Sumedang?

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan adanya fokus masalah diatas, diharapkan adanya kejelasan dalam

mengetahui implementasi SAKIP-DESA dalam upaya menurunkan angka

kemiskinan, mencegah stunting dan meningkatkan pelayanan publik di

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dapat dijadikan tujuan penulis

dalam penulisan Tesis ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tesis ini

adalah sebagai berikut:

A. Untuk mengetahui bagaimana implementasi SAKIP-Desa dalam upaya

menurunkan angka kemiskinan, mencegah stunting dan meningkatkan

pelayanan publik di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang.

B. Untuk mengetahui faktor penghambat implementasi SAKIP Desa dalam

upaya menurunkan angka kemiskinan, mencegah stunting dan

meningkatkan pelayanan publik di Kecamatan Rancakalong Kabupaten

Sumedang.

C. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan mengatasi hambatan

implementasi SAKIP-Desa dalam upaya menurunkan angka kemiskinan,

mencegah stunting dan meningkatkan pelayanan publik di Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang.


11

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan beberapa kegunaan sebagai

berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu pengetahuan sebagai

perbandingan antara teori berupa penerapan faktor-faktor kritis implementasi

kebijakan yaitu terkait dengan Program SAKIP DESA di wilayah Kabupaten

Sumedang khususnya di Tingkat Desa.

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi Pihak Kecamatan Rancakalong dan seluruh Desa di Wilayah

Rancakalong.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi

pihak lain, khsusunya Program Magister Ilmu Administrasi pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas April Sumedang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Administrasi

2.1.1 Pengertian Administrasi

Ilmu administrasi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang paling

muda, lahir pada akhir abad ke-19. Henri Fayol (1841-1925) adalah

seorang sarjana Prancis, yang pertama melihat adanya prinsip-prinsip

universal yang berlaku bagi administrasi yang mana pun dan dimana pun.

Henri Fayol membawakan pengertian “administrasi (Peradminstration)

yang umum berlaku di daratan Eropa (Eropa Kontinental), dikalangan

bangsa Italia, Spanyol, Prancis, jerman, Belgia, Belanda dan sebagainya.

Adapun di Inggris dan publik publik bekas jajahan Inggris,

termasuk Amerika Serikat, pengertian semacam itu tidak adaistilah yang

mirip-mirip adalah “Manajemen” Oleh karena itu, buka Henri Fayol

“Administration Industrielle at “Industrial and general management”,

suatu terjemahan yang jelas bagi orang Inggris, tetapi membingungkan

bagi kita di Indonesia yang menganut pandangan Eropa Kontinental

sebagai bekas jajajan Belanda.

Menurut Muhammad (2019:22) Administrasi (administration)

sebenarnya mempunyai banyak arti. Tiga arti utama administrasi adalah:

1. Administrasi merupakan sistem pimpinan suatu organisasi bidang urusan atau

usaha, merupakan fungsi utama administrator. Intinya adalah manajemen.

12
13

2. Administrasi merupakan sistem informasi untuk mengendalikan situasi,

keadaan, atau organisasi. Inti dari administrasi sebagai sistem informasi

pengendali keadaan adalah tata usaha.

3. Administrasi merupakan proses kerja sama antara dua orang atau lebih secara

tertentu untuk menyelenggarakan tercapainya tujuan bersama yang tertentu

pula. Intinya adalah decisions making.

Ketiga arti administrasi tersebut tercermin dalam tiga artian utama

administrasi publik, yakni:

1. Administrasi Publik sebagai fungsi pemerintah untuk mengurus atau

menangani urusan-urusan kepublikan (publik) secara tertentu

2. Administrasi Publik sebagai Aparatur dan aparat pemerintah sebagai suatu

organisasi untuk mengendalikan keadaan pemerintahan publik

3. Administrasi Publik sebagai proses penyelenggaraan berbagai tugas dan

urusan pemerintah secara terorganisasi, sistematis, metodis, dan teknis.

Menurut Dr. Sondang P. Siagian (2012: 13) administrasi dapat didefinisikan

sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang

didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.

Sedangkan menurut Irra Crisyanti Dewi (2011: 3) dalam buku pengantar

administrasi mengatakan bahwa

“administrasi memiliki pengertian dalam arti yaitu sebagai pekerjaan tulis


menulis atau ketatausahaan atau kesekretariatan”, yaitu meliputi kegiatan
menerima, mencatat, menghimpun, mengolah, mengadakan, mengirim,
menyimpan.
14

Dari beberapa pemaparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan

administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang

manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.1.1 Pengertian Administrasi Secara Sempit

Pengertian administrasi dalam arti sempit dimaksudkan sebagai “Tata

usaha atau office work, yakni pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan

surat-menyurat, dokumentasi, pendaftaran atau registrasi dan soal-soal kearsipan”.

Hal tersebut dikemukakan oleh Anggara, (2016:20).

Adapun Pengertian administrasi dalam arti sempit menurut Prajudi

Atmosudirdjo adalah “tata usaha atau office work yang meliputi kegiatan catat-

mencatat, tulis-menulis, mengetik, korespodensi, kearsipan, dan sebagainya”.

(dalam Ayub, 2007:30).

Sedangkan menurut Ismail Nawawi (Nawawi, 2009:33) administrasi

dalam arti sempit adalah “mencatat setiap komponen administrasi yang meliputi

komponen manajemen, organisasi, maupun kegiatan operasional”.

Dari pemaparan di atas, peneliti dapat simpulkan bahwa pengertian

administrasi secara sempit yaitu suatu kegiatan yang berhubungan dengan surat-

menyurat, pembukuan, ketik-mengetik dan lain sebagainya yang berhubungan

dengan ketata usahaan.

2.1.1.2 Pengertian Administrasi Secara Luas

Administrasi merupakan suatu proses pengorganisasian sumber-sumber

sehingga tugas pekerjaan dalam organisasi tingkat apa pun dapat dilaksanakan
15

dengan baik. Dalam keseharian, administrasi sering diidentikkan dengan

pengertian yang sempit seperti surat menyurat, pembukuan dan sebagainya

padahal administrasi memiliki konteks yang lebih luas daripada itu. Administrasi

sendiri merupakan ilmu yang terus berkembang, sebagaimana yang dikemukakan

oleh Akadun (2009:18) bahwa administrasi adalah sebagai berikut:

Proses kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
keorganisasian. Bahkan administrasi juga dapat diartikan sebagai
pendayagunaan atau pengeloolaan sumber daya untuk mencapai tujuan
keorganisasian.

Sementara itu, Anggara (2016:20) menyatakan bahwa pengertian

administrasi secara luas dapat dilihat dari tiga sudut yaitu sebagai berikut:

1. Dari sudut proses, administrasi merupakan keseluruhan proses pemikiran,


pengaturan, penentuan tujuan hingga pelaksanaan kerja sehingga tujuan
yang dimaksudkan tercapai.
2. Dari sudut fungsi, administrasi merupakan keseluruhan aktivitas yang
secara sadar dilakukan oleh setiap orang atau sekelompok orang yang
berfungsi sebagai administrator atau pemimpin. Dalam kegiatan tersebut
berbagai macam tugas (fungsi) kerja, misalnya tugas perencanaan, tugas
mengorganisasi, tugas menggerakkan, tugas mengawasi dan sebagainya.
3. Dari sudut kelembagaan, administrasi ditinjau dari manusia-manusia baik
secara perorangan maupun kolektif yang menjalankan kegiatan-kegiatan
guna mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Orang-
orang itu terdiri dari empat golongan, yaitu:
a. Administrator: orang yang menentukan dan mempertahankan tujuan.
b. Manajer: orang yang lanngsung memimpin pekerjaan ke arah
tercapainya hasil yang nyata.
c. Pembantu ahli (staf): terdiri atas para ahli dalam setiap bidang,
selaku penasihat (brain-trust) dan berfungsi dibidang pemikiran.
d. Karyawan: para pelaksana dsn pekerja yang digerakkan oleh manajer
untuk bekerja, guna menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan.

Adapun menurut Siagian (dalam Anggara, 2016:21) menyatakan bahwa

administrasi didefinisikan sebagai “Keseluruhan proses kerjasama antar dua orang

manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.


16

Dari definisi di atas, peneliti dapat simpulkan bahwa pengertian

administrasi secara luas yaitu proses kerjasama antara dua orang atau lebih

guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2.1.2 Unsur-unsur Administrasi

Dalam proses operasi adminitrasi terdapat sejumlah unsur yang

saling berkait antara satu dan yang lain, yang apabila salah satunya tidak

ada, proses administrasi akan pincang. Unsur –unsur tersebut meliputi

sebagai berikut :

1. Organisasi, yaitu wadah bagi segenap kegiatan usaha kerja sama

2. Manajemen, yaitu kegiatan menggerakkan sekelompok orang dan

mengarahkan fasilitas kerja, hubungan ini meliputi :

a. Perencanaan

b. Pembuatan Keputusan

c. Pembimbingan d.Pengoordinasian

d. Pengawasan (kontrol)

e. Penyempurnaan dan perbaikan tata struktur dan tata kerja

3. Komunkasi, yaitu penyampaian berita dan pemindahan buah pikiran dari

seseorang kepada yang lainnya dalam rangka terwujudnya kerja sama.

4. Kepegawaian, yaitu pengaturan dan pengurusan pegawai atau karyawan yang

diperlukan

5. Keuangan, yaitu pengelolaan segi-segi pembiayaan dan pertanggung jawaban

keuangan
17

6. Perbekalan, yaitu perencanaan, pengadaan dan pengaturan pemakai barang-

barang keperluan kerja

7. Tata Usaha, yaitu penghimpun, pencatatan, pengolahan, pengiriman, dan

penyimpanan berbagai keterangan yang diperlukan

8. Hubungan Masyarakat, yaitu perwujudan hubungan yang baik dan dukungan

dari lingkungan masyarakat terhadap usaha kerja sama.

2.1.3 Pengertian Administrasi Publik

Administrasi publik adalah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris public

administration ang pada saat ini menjadi bagian darioada disiplin ilmu

pengetahuan yang teah dikembangkan di berbagai Publik, termasuk Indonesia.

Pengertian administrasi publik pada dasarnya terdiri dari dua unsur kata, yaitu

administarsi dan publik. Administrasi yaitu dua orang/lebih bersatu untuk

mencapai tujuan tujuan menggunakan organisasi dan manajemen. Sedangkan

publik umum/masyarakat, bukan privat merupakan masyarakat madani yang

terdiri dari pemerintah dan kelompok masyarakat. Dengan demikian definisi

administrasi publik ialah ilmu yang mempelajari bagaimana pengelolaan suatu

organisasi publik/umum. Definisi di atas sejalan dengan pendapat unsur-unsur

administrasi publik dan pengertian administrasi publik menurut para ahli.

Menurut Dwight Waldo (1984: 17) administrasi publik adalah manajemen

yang dilakukan dalam sebuah organisasi dari manusia-manusiadan peralatannya

guna mencapai tujuan pemerintah. Tujuan pemerintah ini didapatkan dari system

kampanye pada tahap sebelumnya.


18

Menurut Nicholas Henry (Mulyadi, 2016: 34) administrasi publik adalah

suatu kombinasi yang komplek antara teori dan praktik dengan tujuan

mempromosikan pemahaman pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat

yang diperintah dan juga mendorongkan kebijakan publik agar lebih responsive

terhadap kebutuhan.

Menurut Dimock dan Dimock (dalam Anggara, 2016:134), administrasi


publik merupakan bagian dari administrasi umum yang mempunyai
lapangan lebih luas, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana
lembaga-lembaga mulai dari satu keluarga hingga Perserikatan Bangsa-
Bangsa disusun, digerakkan dan dikemudikan. Administrasi publik juga
merupakan bagian ilmu politik yang mempelajari penentuan kebijaksanaan
publik dalam suatu proses.

Waldo (dalam Anggara, 2016:134) mendefinisikan administrasi publik

yaitu sebagai berikut:

Administrasi publik sebagai organisasi dan manajemen manusia dalam


pemerintahan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu,
administrasi publik merupakan seni dan ilmu tentang manajemen yang
dipergunakan untuk mengatur urusan-urusan publik.

Sementara itu, menurut Anggara (2016:136) menyatakan bahwa

administrasi publik mempunyai tiga pengertian pokok, yaitu:

1. Administrasi publik sebagai fungsi/tugas pemerintah.

2. Administrasi publik sebagai aparat/aparatur pemerintah.

3. Administrasi publik sebagai proses teknis pengerjaan.

Ketiga arti tersebut dipergunakan secara silih berganti, bergantung pada

konteks kalimatnya. Administrasi publik sebagai fungsi atau tugas pemerintah

merupakan salah satu diantara lima tugas/fungsi pemerintah, yang terdiri atas:

1. Menegakkan persatuan dan kesatuan nasional (bangsa, nasional) dan teritorial

(wilayah kedaulatan).
19

2. Mengembangkan kebudayaan nasional diatas kebudayaan kesukuan dan

kedaerahan.

3. Pemerintahan.

a. Pengaturan-perundangan.

b. Pembinaan masyarakat publik.

c. Kepolisian.

d. Peradilan.

2. Administrasi publik.

3. Bisnis atau niaga (nonkomersial dan komersial). Bisnis nonkomersial adalah

bisnis tanlaba atau nirlaba, bisnis yang tidak mengejar laba. Bisnis komersial

mengejar laba (profit making business).

Istilah pemerintah mempunyai tiga arti, yakni:

1. Pemerintah sebagai wakil (yang mewakili) publik.

2. Pemerintah sebagai pimpinan harian publik, menjalankan pimpinan yang

disebut pemerintahan, terdiri atas pemerintahan politik dan administratif

(administrasi).

3. Pemerintah sebagai setiap jabatan (dan keseluruhan jabatan) yang berwajib dan

berwenang menegakkan serta mempergunakan wibawa dan kekuasaan publik.

Dalam arti yang kedua dan ketiga, pemerintah menjalankan pemerintahan,

terdiri atas pemerintahan politik (pemerintahan eksekutif, pemerintahan dalam arti

terbatas) dan pemerintahan administratif, pelaksanaan teknis nonpolitik

(administrasi publik). Menjalankan pemerintahan (dalam arti terbatas dan politik)

berarti:
20

1. Membuat dan menetapkan peraturan-peraturan yang mempunyai kekuatan atau

sifat undang-undang. Undang-undang adalah setiap peraturan atau ketentuan

yang dirumuskan secara umum, abstrak, impersonal dan imperatif artinya

bersifat memaksa dan tidak dapat dilawan oleh siapa pun.

2. Melakukan pembinaan terhadap masyarakat publik (melakukan penertiban,

pemanggilan, pendidikan, penyuluhan, dan sebagainya tanpa memandang

orang per orang).

3. Menjalankan kepolisian (bertindak langsung terhadap setiap pelanggar undang-

undang tanpa pandang bulu).

4. Melakukan peradilan (menyelesaikan persengketaan hukum, atau membentuk

badan pengadilan untuk itu).

Dalam menjalankan pemerintahan tersebut, pemerintah mengambil

bermacam-macam keputusan yang bersifat politik (mengandalkan kekuasaan

publik) dalam berbagai bentuk, yang satu sama lain saling bergantung pada materi

dan tujuannya: peraturan, strategi, policy, rencana, budget, instruksi, perintah dan

sebaginya. Keputusan-keputusan pemerintah tersebut bersifat dan berlaku secara

umum, artinya tidak ditujukan kepada atau terhadap seseorang atau badan atau

kasus tertentu, melainkan bersifat aturan (rule) atau prinsip umum atau ketentuan

umum. Hal ini karena bertujuan memecahkan masalah atau menangani urusan

kepentingan umum, baik kepentingan publik maupun kepentingan masyarakat

umum. Keputusan (kehendak) pemerintah tersebut dijalankan/diselenggarakan

oleh administrasi publik. Administrasi publik pada hakekatnya adalah

pemerintahan yang bersifat pelaksanaan kehendak pemerintah secara teknis


21

administratif dan pada prinsipnya bersifat non politik (tidak hendak menunjukkan

dan mempergunakan kekuasaan publik, melaksanakan pada prinsipnya hendak

melayani masyarakat sesuai dengan hukum atau perundang-undangan yang

berlaku), disingkat menjadi pemerintahan administratif atau administrasi (publik).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa adminsitrasi publik yaitu suatu bentuk kerjasama

yang dilakukan oleh semua aparatur pemerintah (pusat dan daerah) dalam

melaksanakan tugas dan mewujudkan tujuan publik seperti yang tercantum

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4.

2.1.4 Ciri-Ciri Administrasi Publik

Salah satu persoalan dalam paradigma administrasi publik ialah adanya

usaha untuk membedakan antara publik (public) dalam istilah administrasi publik

dengan swasta atau perusahaan (private orgnization). Ada beberapa pihak yang

menyatakan bahwa keduanya sulit dibedakan dan ada pula yang menyatakan

bahwa keduanya bisa dibedakan. Penggunaan istilah publik dalam administrasi

publik memberikan kesan seakan-akan administrasi publik tersebut tidak bisa

mencampuri urusan-urusan swasta.

Untuk lebih jelasnya, Thoha (2015: 34) menguraikan ciri-ciri yang dapat

dipergunakan untuk mengidentifikasi administrasi publik. Dalam banyak hal,

administrasi publik berbeda dengan swasta. Perbedaan tersebut yang merupakan

ciri administrasi publik yaitu sebagai berikut:

1. Pelayanan yang diberikan oleh administrasi publik bersifat urgen


dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh organisasi-
organisasi swasta. Urgensi pelayanan ini karena menyangkut
22

kepentingan semua masyarakat dan kalau diserahkan atau ditangani


oleh organisasi lainnya, maka tidak akan ada jalan.
2. Pelayanan yang diberikan oleh administrasi publik pada umumnya
bersifat monopoli.
3. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat administrasi publik
dan administratornya relatif berdasarkan undang-undang dan peraturan.
4. Administrasi publik dalam memberikan pelayanan tidak dikendalikan
oleh harga pasar. Pelayanan oleh administrasi publik ditentukan oleh
rasa pengabdian kepada masyarakat umum.
5. Usaha-usaha yang dilakukan oleh administrasi publik sangat tergantung
pada penilaian rakyat yang dilayani.
Itulah sebabnya pelayanan yang diberikan oleh administrasi publik

hendaknya adil dan tidak memihak, profesional, bersih dan tidak mementingkan

kepentingan pribadinya.

Ciri-ciri administrasi publik lainnya yang dapat dipergunakan untuk

membedakan secara jelas dengan swasta yaitu menurut Caiden (Thoha, 2015: 36)

adalah sebagai berikut:

1. Administrasi publik adalah suatu kegiatan yang tidak bisa dihindari


(unavoidable).
2. Administrasi publik memerlukan adanya kepatuhan.
3. Administrasi publik mempunyai prioritas dalam penyelenggaraan kegiatan
untuk mencapai tujuan.
4. Administrasi publik mempunyai ukuran yang tidak terbatas.
5. Pimpinan atasnya (top management) bersifat politis.
6. Pelaksanaan administrasi publik adalah sangat sulit diukur.
7. Banyak yang diharapkan dari admnistrasi publik.
Berikut penjelasan dari ciri-ciri administrasi di atas, yaitu sebagai berikut:

1. Administrasi publik adalah suatu kegiatan yang tidak bisa dihindari

(unavoidable).

Artinya bahwa setiap orang selalu berhubungan dengan administrasi

publik selama hidupnya disegala bidang semenjak dilahirkan. Baik warga publik

ataupun orang asing tidak juga mampu menghindari kegaiatan administrasi

publik. Orang asing jika dia ingin pergi ke publik lain, tidak bisa begitu saja ia
23

memasukinya akan tetapi dia memerlukan visa dari publik bersangkutan agar

dapat memasukinya dengan aman. Hal itu merupakan contoh kecil dari kegiatan

administrasi publik.

2. Administrasi publik memerlukan adanya kepatuhan.

Dalam hal ini adminsitrasi publik mempunyai monopoli untuk

mempergunakan wewenang dan kekuasaan yang ada padanya untuk memaksa

setiap warga publik untuk mematuhi peraturan-peraturan dan segala perundang-

undangan yang telah ditetapkan.

3. Administrasi publik mempunyai prioritas dalam penyelenggaraan kegiatan

untuk mencapai tujuan.

Penyelenggaraan administrasi publik tidak berazas keuntungan, dalam

melaksanakan tugasnya administrasi publik memiliki prioritas terhadap hal yang

dianggap memerlukan penanganan lebih intensif, tidak semata-mata

mendahulukan sesuatu yang mendatangkan keuntungan.

4. Administrasi publik mempunyai ukuran yang tidak terbatas.

Lingkup administrasi publik mencakup wilayah darat, laut dan udara di

dalam batasan publik. Dapat dibayangkan betapa besarnya lingkup kegaitan

administrasi publik sehingga sulit untuk diukur. Tidak ada organisasi lain yang

dapat menandingi besarnya organisasi publik dan tidak ada kegiatan administrasi

dari oorganisasi lainnya sebesar kegiatan administrasi publik.

5. Pimpinan atasnya (top management) bersifat politis.


24

Artinya bahwa pejabat publik mengawali pemerintahan dalam adminsitrasi

publik merupakan pejjabat politis. Para pejabat diangkat sesuai dengan ketentuan

yang berlaku namun masih terkait dengan tarik-menarik kekuatan politik.

6. Pelaksanaan administrasi publik adalah sulit diukur.

Hal ini karena administrasi publik bersifat politis dimana karakteristik

politik adalah dinamis. Selain dari itu, sifat pelayanan dari administrasi yaitu tidak

mencari keuntungan oleh sebab itu keberhasilan pelayanannya sulit untuk diukur.

7. Banyak yang diharapkan dari administrasi publik

Tuntutan masyarakat kepada publik semakin berkembang setiap harinya

dan tidak terbatas karena pada dasarnya dunia itu selalu berkembang. Masyarakat

selalu berharap kepada peningkatan pelayanan administrasi publik untuk

mencukupi kebutuhan mereka.

Berdasarkan pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa

administrasi publik sangat erat hubungannya dengan kepentingan

masyarakat, dalam pelaksanaanya didasarkan pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku, pemberian pelayanan administrasi publik tidak

mencari keuntungan melainkan mengutamakan suatu hal yang lebih

penting serta dalam pelaksanaannya tidak lepas dari pengaruh politik. Hal

tersebutlah yang mebedakkan administrasi publik dengan swasta.

2.1.5 Ruang Lingkup Administrasi Publik

Ruang lingkup ilmu administrasi sangat luas sekali, mengangkut

bagian-bagian yang memiliki kaitan dengan administrasi tersebut. Ruang

lingkup ini sangat penting sehingga memudahkan kita untuk membahas


25

tentang administrasi itu sendiri. Ruang lingkup akan menjadi batas luasnya

administrasi itu sendiri. berikut beberapa konsep teori yang termasuk

kedalam ruang lingkup administrasi publik.

Chandler dan Plano (dalam Iriawan, 2017:239) mengemukakan

bahwa kehidupan manusia semakin kompleks, maka apa yang akan

dikerjakan oleh pemerintah atau administrasi publik juga semakin

kompleks.

Hal tersebut juga dikuatkan oleh Henri (dalam Iriawan, 2017:239)

yang mengemukakan kompleksitas konsep dalam administrasi di

antaranya:

1. Organisasi Publik, Mencakup materi bahasan model organisasi dan prilaku

birokrasi.

2. Manajemen Publik, Mencakup materi bahasan sistem dan ilmu manajemen,

evaluasi program dan produktivitas, anggaran publik, manajemen sumberdaya

manusia (SDM).

3. Implementasi, Mencakup materi bahasan pendekatan terhadap kebijakan

publik dan implementasinya, privatisasi, administrasi antar pemerintah, dan

etika birokrasi.

Dalam rangka penyelenggaraan dan pengembangan Administrasi

Publik sebagai sistem yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan

kegiatankepublikan, hakekat administrasi publik sebagai disiplin dan

sistem yang dipraktekkan di manca publik dengan berbagai sudut pandang

yang melahirkan paradigma tentang administrasi itu sendiri. Sistem


26

Administrasi Publik Kesatuan Republik Indonesia identik dengan sistem

penyelenggaraan kebijakan Publik karena berkenaan dengan kewenangan

lembaga-lembaga publik dalam rangkai mencapai tujuan publik. Ada

beberapa unsur dalam Sistem Administrasi Publik Kesatuan Republik

Indonesia yaitu:

a. Unsur Nilai

Dapat diartikan sebagai tata nilai yang mendasari, memotivasi, memberi

acuan dan merupakan tujuan. Meliputi landasan atau Dasar Publik.

b. Unsur Stuktur

Merupakan tatanan kelembagan yang terbentuk dalam kehidupan publik

republik indonesia yang demokratis dan konstitusional berupa tatanan organisasi

publik dan organisasi yang berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat.

c. Unsur Proses

Proses penyelenggaraan publik dan pembangunan bangsa adalah

mewadahi ,memfasilitasi, dan memadupadakan berbagai kegiatan sistem

politik,ekonomi,hukum,sosial dan budaya,dan keamanan guna mewujudkan

keserasian arah dan langkah kebijakan,agar tujuan nasional tercapai secara

optimal.

Administrasi Publik yaitu serangkaian aktivitas yang dilaksanakan

oleh Aparatur Publik atau pemerintah untuk tercapainya tujuan Publik

dengan efisien.
27

Menurut Dimock yang dikutip Iskandar (2005:20) menjelaskan

adminstrasi publik sebagai berikut :

“Administrasi publik meliputi seluruh kegiatan mulai saat menentukan


tujuan yang akan dicapai sampai kepada penyelenggaraan mencapai tujuan
tersebut”.
Implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai suatu proses

melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-

undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah presiden atau

dekrit presiden).

Menurut Van Meter dan Hord yang dikutip wahab (2004:65)

Implementasi kebijakan adalah :

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-


pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan.

Esensi utama dari implementasi kebijakan adalah memahami apa

yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha untuk

mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian.

Administrasi publik mempunyai kaitan yang erat dengan

Implementasi kebijakan, implementasi kebijakan dilaksanakan oleh

administrasi publik. Implementasi kebijakan selain menentukan arah

umum yang harus ditempuh untuk mengatasi isu-isu masyarakat,

implementasi pun dapat dipergunakan untuk menentukan ruang lingkup

permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Selain itu, dapat pula


28

dipergunakan untuk mengetahui betapa luas dan besarnya organisasi

pemerintah ini. Masalah-masalah itu hidup seperti hidupnya suatu

masyarakat yang dinamis. Masalah-masalah yang tumbuh dan berkembang

lambat laun, cepat atau lambat akan menyeluruh.

Itulah administrasi publik mempunyai kepentingan terhadap

pemecahan masalah-masalah masyarakat. Proses pembentukan masalah

pemerintah, pemecahannya penentuan kebijaksanaan, pelaksanaan dan

evaluasi kebijaksanaan tersebut.

Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi tolak ukur dari isu-isu akan bagaimana peran serta pemilik

kepentingan untuk bisa mengatasi, menangani serta menyelesaikan untuk

mengambil suatu keputusan dengan serta merta menjalankan kebijakan

yang tentunya solusi yang dapat dirumuskan agar tidak terjadi tumpang

tindih. Bilamana hal ini dijalankan dengan mengedepankan aspek-aspek

demokrasi tentunya akan lebih baik dari sebelumnya.

Administrasi Publik yaitu serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh Aparatur

Publik atau pemerintah untuk tercapainya tujuan Publik dengan efisien.

Menurut Dimock yang dikutip Iskandar (2005: 20) menjelaskan

adminstrasi publik sebagai berikut :

“Administrasi publik meliputi seluruh kegiatan mulai saat menentukan


tujuan yang akan dicapai sampai kepada penyelenggaraan mencapai tujuan
tersebut”.
Implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai suatu proses

melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-

undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah presiden atau


29

dekrit presiden). Esensi utama dari implementasi kebijakan adalah

memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha untuk

mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian.

Administrasi publik mempunyai kaitan yang erat dengan

Implementasi kebijakan, implementasi kebijakan dilaksanakan oleh

administrasi publik. Implementasi kebijakan selain menentukan arah

umum yang harus ditempuh untuk mengatasi isu-isu masyarakat,

implementasi pun dapat dipergunakan untuk menentukan ruang lingkup

permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Selain itu, dapat pula

dipergunakan untuk mengetahui betapa luas dan besarnya organisasi

pemerintah ini. Masalah-masalah itu hidup seperti hidupnya suatu

masyarakat yang dinamis. Masalah-masalah yang tumbuh dan berkembang

lambat laun, cepat atau lambat akan menyeluruh.

Itulah administrasi publik mempunyai kepentingan terhadap

pemecahan masalah-masalah masyarakat. Proses pembentukan masalah

pemerintah, pemecahannya penentuan kebijaksanaan, pelaksanaan dan

evaluasi kebijaksanaan tersebut.

Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi tolak ukur dari isu-isu akan bagaimana peran serta pemilik

kepentingan untuk bisa mengatasi, menangani serta menyelesaikan untuk

mengambil suatu keputusan dengan serta merta menjalankan kebijakan


30

yang tentunya solusi yang dapat dirumuskan agar tidak terjadi tumpang

tindih. Bilamana hal ini dijalankan dengan mengedepankan aspek-aspek

demokrasi tentunya akan lebih baik dari sebelumnya.

2.2 Konsep Kebijakan

2.2.1 Pengertian Kebijakan

Pengertian kebijakan yang didefinisikan oleh para ahli yaitu

sebagai berikut:

Lasweel dan Kalpan (dalam Islamy 2009:17) adalah sebagai berikut : “Suatu

proses mencapai tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah.”

Selanjutnya Friederick (dalam islamy 2009:17) mendefinisikan

kebijkan sebagai berikut:

“Serangkaian tindakan yang disusun seseorang, kelompok atau pemerintah


dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan hambatan-hambatan
dan kesepakatan-kesepakatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan
tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu”.

Rinehart (dalam islamy 2009:17) membuat definisi kebijakan

sebagai berikut:

” Serangkaian tindakan yang mempunyai tindakan tujuan tertentu yang


diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku
guna memecahkan suatu masalah tertentu”.

Gorich (dalam Sentosa 1990:9) mengemukakan bahwa :

“Kebijakan merupakan segala usaha yang dikehendaki pemerintah dan


sejalan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalui program-
program pemerintah.”
Perserikatan Bangsa-Bangsa (dalam Wahab 1997:2)
mengemukakan bahwa:
31

“Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman


bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-
aktivitas tertentu atau suatu rencana.”
Dari ketiga definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Kebijakan itu berasal dari seseorang, kelompok, atau dari pemerintah yang di

dalam kebijakan itu terdapat kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan

pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Kebijakan itu berisi program kegiatan yang mengandung nilai-nilai tertentu

dan kegiatannya diarahkan mencapai suatu tujuan tertentu.

3. Kebijakan sebagai penempatan program oleh sekelompok orang untuk

mencapai suatu tujuan untuk memecahkan masalah tertentu.

Sedangkan James E. Anderson (Irfan Islamy, 2000: 17)

mendefinisikan kebijakan itu adalah serangkaian tindakan yang

mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang

pelaku sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan

atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di

dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan di antara berbagai

alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

2.2.2 Pengertian Kebijakan Publik

Pada dasarnya banyak batasan atau definisi apa yang dimaksud

dengan kebijakan publik (public policy) dalam literatur-literatur ilmu

politik. Masing- masing definisi tersebut memberi penekanan yang


32

berbeda-beda. Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli

mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

Thomas R. Dye (dalam Syafiie, 2006: 105) menyatakan bahwa:

“kebijakan publik adalah apapun juga yang dipilih pemerintah, apakah


mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan (mendiamkan) sesuatu itu
(whatever government choose to do or not to do)”.

Dye (dalam Pasolong, 2008) mengemukakan bahwa:

Pemerintah mengambil suatu keputusan maka harus memiliki tujuan


yang jelas, dan kebijakan publik mencakup semua tindakan pemerintah,
jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau
pejabat pemerintah saja.

Sementara Friedrich (dalam Winarno, 2007: 17)


mengemukakan bahwa:

“Kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseo rang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang
memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan
yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka
mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu
maksud tertentu.”
Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam

mendefinisikan kebijakan, adalah bahwa pendefinisian kebijakan tetap

harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan

oleh pemerintah, daripada apa yang diusulkan dalam tindakan

mengenai suatu persoalan tertentu. Definisi mengenai kebijakan publik

akan lebih tepat bila definisi tersebut mencakup pula arah tindakan atau

apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan.

James Anderson (dalam Winarno, 2007: 18) yaitu,

“Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang


ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu
masalah atau suatu persoalan”.
33

Konsep kebijakan ini dianggap tepat karena memusatkan perhatian

pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan

atau dimaksudkan oleh pemerintah.

Amir Santoso (dalam Winarno, 2007: 19), dengan mengkomparasi

berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh

minat dalam kebijakan publik mengemukakan bahwa pada dasarnya

pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi ke dalam dua

wilayah kategori yaitu:

“Pertama, pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan


tindakan-tindakan pemerintah. Para ahli dalam kelompok ini
cenderung menganggap bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut
sebagai kebijakan publik. Kedua, menurut Amir Santoso berangkat dari
para ahli yang memberikan perhatian khusus kepada pelaksanaan
kebijakan. Para ahli yang masuk dalam kategori ini terbagi dalam dua
kubu, kubu pertama melihat kebijakan publik dalam tiga lingkungan, yakni
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penilaian dan kubu
kedua memandang kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang
mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat- akibat yang bisa
diramalkan.”
Effendi (dalam Syafiie, 2006: 106) mengemukakan bahwa

pengertian kebijakan publik dapat dirumuskan sebagai:

“Pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan tentang


sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja kebijakan serta program publik,
sedangkan pengetahuan dalam kebijakan publik adalah proses
menyediakan informasi dan pengetahuan untuk para eksekutif,
anggota legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat umum yang berguna
dalam proses perumusan kebijakan serta yang dapat meningkatkan kinerja
kebijakan.”
Berdasarkan definisi dan pendapat para ahli di atas, maka dapat

dikemukakan bahwa kebijakan publik merupakan tindakan-tindakan

tertentu yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pejabat pemerintah.


34

Setiap kebijakan yang dibuat pemerintah pasti memiliki suatu tujuan,

sehingga kebijakan publik berguna untuk memecahkan masalah atau

problem yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebijakan publik sangat

perlu adanya karena tugas pemerintah sebagai pelayan masyarakat yang

harus merumuskan tindakan- tindakan untuk masyarakat.

2.2.3 Tahapan Kebijakan Publik

Kebijakan Publik disusun melalui tahapan-tahapan tertentu, dimana

terdapat seorang atau sekumpulan aktor di setiap tahapan-tahapan penyusunan

kebijakan publik tersebut.

Menurut Dunn tahapan-tahapan kebijakan publik terdiri dari:

1. Tahap penyusunan agenda (Agenda Setting)

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah apada agenda

publik. Sebelumnya masalahmasalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk

dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada, akhirnya beberapa masalah

masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan.

2. Tahap formulasi kebijakan.

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian

dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari

berbagai alternatif yang ada. Pada tahap ini masing-masing alternatif bersaing

untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan

masalah.

3. Tahap adopsi kebijakan.


35

Dari beberapa alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga

atau keputusan peradilan.

4. Tahap implementasi kebijakan.

Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang

memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.

5. Tahap penilaian kebijakan.

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi

untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat. Ditentukan ukuran-ukuran

atau kriteria kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan

publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Penyusunan Kebijakan

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

Gambar 2.1
Tahapan-tahapan Kebijakan Publik

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwasannya analisis

kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan


36

dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut

nampak dalam serangkain kegiatan yang mencakup penyusunan agenda,

formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan

penilai kebijakan. Sedangkan aktivitas perumusan masalah, peramalan

(forecasting), rekomendasi kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan

adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual.

2.2.4 Formulasi Kebijakan Publik

Membuat atau merumuskan suatu kebijaksanaan, apalagi

kebijaksanaan publik, bukanlah suatu proses yang mudah dan sederhana.

Hal ini disebabkan karena terdapat banyak faktor atau kekuatan yang

berpengaruh terhadap proses pembuatan kebijaksanaan publik tersebut,

ada beberapa proses formulasi kebijakan menurut Islamy (2009:77) adalah

1. Perumusan Masalah Kebijaksanaan Publik

Dalam kegiatan politik “masalah” sering diberi arti yang sangat

sederhana, sehingga kurang tepat. Sesuatu yang dianggap sebagai

“masalah” oleh seseorang mungkin malah “menguntungkan” bagi orang

lain.

Perumusan masalah secara benar dengan demikian, merupakan tugas yang

berat bagi pembuat kebijaksanaan publik. Ia harus mempunyai kapasitas untuk ini,

karena bukanlah proses perumusan kebijakan publik dimulai dengan kegiatan

merumuskan masalah secara benar. Dan keberhasilan atau kegagalan dalam


37

melaksanakan kegiatan ini akan dapat berpengaruh pada proses pembuatan

kebijaksanaan seterusnya.

2. Penyusunan agenda pemerintahan

Oleh karena masalah publik yang telah didefinisikan begitu banyak

jumlahnya, maka para pembuat keputusan akan memilih dan menentukan

problema mana yang seharusnya memperoleh prioritas utama untuk

diperhatikan secara serius dan aktif, sehingga biasanya agenda pemerintah

ini mempunyai sifat yang khas, lebih konkrit, dan terbatas jumlahnya.

3. Perumusan Usulan Kebijaksanaan Publik

Bentuk dan jenis perumusan kebijaksanaan publik itu bisa berupa

routine formulation yaitu proses perumusan kembali usulan-usulan

kebijaksanaan publik secara repetitive (berulang-ulang sehingga bersifat

rutin) dan tidak banyak secara repetitive (berulang-ulang sehingga bersifat

rutin) dan tidak banyak berubah karena sering kali muncul pada agenda

pemerintah, bisa juga berupa “analo-gous formulation” yaitu perumusan

kebijaksanaan yang memperlakukan suatu problema baru sama halnya

dengan apa yang pernah dilakuka pada usulan-usulan kebijaksanaan yang

pernah terjadi sebelumnya. Jadi dicari analoginya. Kadang-kadang juga

berupa “creative formulation” yaitu proses perumusan kebijkasanaan

dengan memperlakukan suatu problema melalui cara-cara yang baru

(kreasi baru) yang tidak pernah dipraktekan pada usulan-usulan

kebijaksanaan sebelumya. Tahap ini merupakan kegiatan menyusun dan


38

mengembangkan serangkaian tindangan yang perlu untuk memecahkan

masalah, meliputi :

a. Identifikasi alternative, dilakukan untuk kepentingan memecahkan masalah

b. Mendefinisikan dan merumuskan alternative, bertujuan agar masing-masing

alternative yang telah dikumpulkan oleh pembuat kebijakan itu jelas

pengertiannya.

c. Menilai alternative, yakni kegiatan memberi bobot pada setiap alternative,

sehingga jelas bahwa alternative mempunyai nilai bobot kebaikan dan

kekurangan masing-masing.

d. Memilih alternative yang memuaskan.

4. Pengesahan kebijaksanaan publik

Pengesahan kebijaksanaan merupakan proses penyesuaian dan

penerimaan secara bersama terhadap prinsip-prinsip yang diakui dan

diterima. Landasan utama untuk melakukan pengesahan adalah variabel-

variabel sosial seperti sistem nilai masyarakat, ideologi publik, sistem

politik dan sebagainya.

Proses pembuatann keputusan dapat dipandang atau di analisa baik

dari sudut proses perseorangan (individual process) yaitu bisa membuat

sekaligus pengesahan keputusan itu adalah diri orang itu sendiri, ataupun

proses bersama (collective process) dimana terlibat berbagai macam pihak

dari instansi dalam proses pembuat keputusan dan pengesahan. Sekali lagi,

kebijaksanaan dibuat bukan untuk kepentingan pembuat kebijaksanaan,


39

tetapi bagi kepentingan rakyat banyak. Esensi kebijaksanaan publik seperti

itu.

5. Pelaksanaan kebijakan

Pelaksanaan kebijakan berkenaan dengan berbagai kegiatan yang

diarahkan pada realisasi program, dalam hal ini administrator mengatur

cara untuk mengorganisir, ,dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.

6. Penilaian kebijakan

Agar jalannya suatu proses implementasi berjalan sesuai dengan

harapan, maka diadakannya monitoring dan evaluasi untuk mempelajari

tentang hasil yang diperoleh dalam suatu program untuk dikaitkan dalam

pelaksanaannya, mengendalikan program dan mempernagruhi respon dari

mereka yang berada di luar politik.

2.2.5 Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang sangat vital dalam

proses kebijakan publik, karena implementasi menjadi faktor determinan

dalam menentukan keberhasilan pemerintah yang ditujukan untuk

mengatasi persoalan masalah public.

“Implementasi kebijakan adalah suatu proses melaksanakan

keputusan kebijakan, yang biasanya dalam bentuk undang-undang,

peraturan pemerintah, keputusan peradilan, lembaga eksekutif juga

legislatif.” Oleh sebab itu tidak terlalu salah jika dikatakan implementasi

kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses

kebijakan.
40

Menurut Udoli (dalam Wahab, 2004:59) mengemukakan bahwa

implementasi kebijakan adalah :

“Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin


jauh lebih dari pada pembuatan kebijakan.: kebijakan-kebijakan akan
sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip
kalau tidak diimplementasikan.

Duun (2000:23) mengemukakan bahwa :

“Implementasi kebijakan berarti pelaksanaan dan pengendalian arah


tindakan kebijakan sampai dicapainya hasil kebijakan.

Menurut Van Meter dan Horn (dalam Wahab, 2004:65)

mengemukakan bahwa:

“Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik


oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Berdasarkan urairan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan yang

berupa undang-undang, peraturan pemerintah atau keputusan yang

dikeluarkan oleh pemerintah atau badan peradilan yang berlangsung

setelah melalui sejumlah tahapan tertentu sampai tercapainya hasil

kebijakan.

2.3 Operasional Teori Implementasi Kebijakan

2.3.1 Model Implementasi Kebijakan

A. Model Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Model menurut Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)

mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan


41

kebijakan. Katanya, “Implementation is the carrying out of basic policy decission,

usually incorporated in a statute but which can also take the form of important

executives ordes or court decission. Ideally, that decission identifies the problem

(s) tobe addressed, stipulates the objectives (s) to be pursued, and, in a variety of

ways, “structures” the implementation process” (dikutip deLeon & deLeon,

2004,473)

Model Mazmanian dan Sabatier disebut sebagai model Kerangka

Analisis Implementasi (A Framework for Implementation Analysis). Duet

Mazmanian Sabatier mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke

dalam tiga variabel. Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya

masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan

teknis pelaksanaan, keragaman objek, dan perubahan sepertiapa yang

dikehendaki.

Kedua, variabel intervening: yaitu variabel kemampuan kebijakan

untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan

konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi

sumberdana, keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana, aturan

pelaksana dari lembaga pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana dan

keterbukaan kepada fihak luar; dan variabel di luar kebijakan yang

mempengaruhi proses implementasi yang berkenaan dengan indikator

kondisi sosio-ekonomi dan teknologi, dukungan publik, sikap dan risorsis

dari konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen &

kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.


42

Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses

implementasi dengan lima tahapan, yaitu pemahaman dari lembaga/badan

pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek,

hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah

kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut

ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

B. Model George C. Edward III

Selanjutnya George C. Edward III (dalam Mulyono, 2015:68)

Mengemukakan 4 (empat) variabel yang mempengaruhi implementasi

kebijakan yakni Komunikasi (Communications), Sumber Daya

(Resources), Disposisi atau Sikap (Dispositions atau Attitudes) dan

struktur birokrasi (Bureucratic structure)

Keempat faktor di atas harus dilaksanakan secara simultan karena

antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Tujuan

kita adalah meningkatkan pemahaman tentang implementasi kebijakan.

Keempat variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan

saran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok, sasaran (target

group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila

tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak
43

diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan

menjadi resistensi dari kelompok sasaran.

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-

tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang

bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan

ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan

secara tepat dengan para pelaksana.

Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu

dikomunikasikan sehingga implementor mengetahui secara tepat

ukuran maupun tujuan kebijakan itu.

Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat

kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk

kepentingan tertentu atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber

informasi yang berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda

pula, agar implementasi berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab

melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah mereka

dapat melakukannya.

Implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus

mengerti secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan

kebijakan. Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat

ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya mereka tidak mengerti

apa sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan

bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika


44

dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal, tidak cukupnya

komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi

implementasi kebijakan.

2. Sumberdaya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya

tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi

implementor, dan sumberdaya finansial. Sumber daya adalah factor

penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya,

Kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

Tidak menjadi masalah bagaimana jelas dan konsisten implementasi

program dan bagaimana akuratnya komunikasi dikirim. Jika personel

yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program kekurangan

sumberdaya dalam melakukan tugasnya. Komponen sumberdaya ini

meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang

relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan

pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya

kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada

sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas

pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program

seperti dana dan sarana prasarana.

3. Disposisi
45

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat

menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat Kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi

tidak efektif.

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi

kebijakan adalah sikap implementor. Jika implemetor setuju dengan

bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan

dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan

pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak

masalah. Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap kebijakan

kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon

program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon

tersebut.

4. Struktur Birokasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan

Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah

adanya prosedur operasi yang standar (standard operating prosedures

atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam

bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung

melemahkan pengawasan dan menimbulkan ted-tape, yakni prosedur


46

birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan

aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan

dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-

norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam

badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial

maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan

kebijakan.

C. Model Widodo

Menurut Widodo (Pratama, 2013:230), bahwa implementasi

kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan

publik (public policy proces) sekaligus studi yang sangat krusial.

Bersifat krusial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan, kalau

tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam

implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan bisa diwujudkan,

begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, kalau menghendaki tujuan

kebijakan dapat dicapai dengan baik, maka bukan saja pada tahap

implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik,

tetapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan juga telah

diantisipasi untuk dapat diimplementasikan

Variabel-variabel kebijakan berkaitan dengan tujuan yang telah digariskan

dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana

meliputi baik formal maupun informal, sedangkan komunikasi antar organisasi


47

terkait beserta kegiatan- kegiatan pelaksanaannya mencakup antara hubungan di

dalam lingkungan sistem politik dan dengan kelompok-kelompok sasaran.

Akhirnya, pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengantarkan kita pada

telaah mengenai orientasi dari mereka yang mengoperasikan program di lapangan.

Dari beberapa pengertian di atas mengenai implementasi kebijakan publik,

peneliti menggunakan teori George Edward III, karena peneliti menganggap teori

tersebut yang paling relevan dengan keadaan dilapangan.

2.3.2 Dimensi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahapan-tahapan yang penting

dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses

kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau

tidaknya tercapainya tujuan. Berdasarkan pengertian implementasi di atas

George C Edward III (dalam Mulyono, 2015:68) mengemukakan 4

(empat) variabel yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Dimensi dasar-dasar Implementasi kebijakan publik George C Edward III

(dalam Mulyono, 2015:68) tersebut untuk lebih jelasnya akan peneliti uraikan

secara terperinci sebagai berikut:

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan saran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok, sasaran (target group)

sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan

sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali
48

oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan menjadi resistensi dari

kelompok sasaran.

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-

tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab

dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan

kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan

para pelaksana.

Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu

dikomunikasikan sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran

maupun tujuan kebijakan itu.

Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat

kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk

kepentingan tertentu atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber

informasi yang berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda

pula, agar implementasi berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab

melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah mereka dapat

melakukannya.

Implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus

mengerti secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan kebijakan.

Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi

kebijakan sebenarnya mereka tidak mengerti apa sesunguhnya yang akan

diarahkan. Para implemetor kebijakan bingung dengan apa yang akan

mereka lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil


49

yang optimal, tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor

secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan.

2. Sumberdaya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya

tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi

implementor, dan sumberdaya finansial. Sumber daya adalah faktor

penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya,

Kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

Tidak menjadi masalah bagaimana jelas dan konsisten implementasi

program dan bagaimana akuratnya komunikasi dikirim. Jika personel yang

bertanggungjawab untuk melaksanakan program kekurangan sumberdaya

dalam melakukan tugasnya. Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah

staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk

mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait

dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa

program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta

adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan

kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,

seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor


50

memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan

dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat Kebijakan, maka

proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan

adalah sikap implementor. Jika implemetor setuju dengan bagian-bagian

isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati

tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka

proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Ada tiga bentuk

sikap/respon implementor terhadap kebijakan kesadaran pelaksana,

petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan

atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut.

4. Struktur Birokasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan Salah

satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya

prosedur operasi yang standar (standard operating prosedures atau SOP).

SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur

organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan

dan menimbulkan ted-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan

kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak

fleksibel.

Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari

struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma,


51

dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan

eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan

apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan.

Variabel-variabel kebijakan berkaitan dengan tujuan yang telah digariskan

dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan

pelaksana meliputi baik formal maupun informal, sedangkan komunikasi

antar organisasi terkait beserta kegiatan- kegiatan pelaksanaannya

mencakup antara hubungan di dalam lingkungan sistem politik dan

dengan kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya, pusat perhatian pada

sikap para pelaksana mengantarkan kita pada telaah mengenai orientasi

dari mereka yang mengoperasikan program di lapangan.

COMMUNICATIONS

RESOURCES

IMPLEMENTATION
PERFORMANCE
DISPOSITIONS

BUREAUCRACT IC
STRUCTURE
52

Gambar 2.2 : Dimensi Implementasi Kebijakan Menurut George Edwards III


Sumber : Mulyono (2015:69)

2.3.3 Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan

Penerapan adalah suatu proses yang tidak sederhana (Dalam

Solichin, 1997:45). Bahkan Udoji mengatakan dengan tegas bahwa “The

execution of policies is a important if not more important than policy-

making. Policy will remain dreams or blue prints file jackets unless they

are implemented” (Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting,

bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan.

Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang

tersimpan rapih dalam arsip jika tidak diimplementasikan).

Oleh karena itu implementasi kebijakan perlu dilakukan secara arif,

bersifat situasional mengacu pada semangat kompetensi dan berwawasan

pemberdayaan (Dalam Solichin, 1997:45). Untuk mengimplementasikan

suatu kebijakan diperlukan lebih banyak yang terlibat baik tenaga kerja

maupun kemampuan organisasi. Penerapan kebijakan bersifat interaktif

dalam proses perumusan kebijakan. Penerapan sebagai sebuah proses

interaksi antara suatu tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya.

Jam Marse (dalam Solichin, 1997:19). mengemukakan bahwa ada

tiga faktor yang dapat menimbulkan kegagalan dalam implementasi

kebijakan yaitu:

1. Isu kebijakan. Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih

ketidaktetapan atau ketidak tegasan intern maupun ekstern atau kebijakan itu
53

sendiri, menunjukan adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya

pembantu.

2. Informasi. Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya

gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada

para pelaksana dari isi kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-hasil

dari kebijakan itu.

3. Dukungan. Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada

pelaksanaanya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

Ketiga faktor yang dapat menimbulkan kegagalan dalam proses

implementasi kebijakan sebelumnya harus sudah difikirkan dalam

merumuskan kebijakan, sebab tidak menutup kemungkinan kegagalan

didalam penerapan kebijakan sebagaian besar terletak pada awal

perumusan kebijakan oleh pemerintah sendiri yang tidak dapat bekerja

maksimal dan bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

2.3.4 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kebijakan

Dalam pelaksanaan suatu kebijakan seringkali dihadapkan dengan

berbagai hambatan yang dapat mengakibatkan suatu kebijakan tidak

terlaksana dengan baik. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan supaya

pelaksanaan suatu kebijakan dapat terlaksana dengan baik.

Seperti yang dikemukakan oleh Edward III (dalam Widodo, 2010:

96) sebagai berikut :

1. Komunikasi
54

2. Sumberdaya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Adapun penjelasannya berdasarkan deskripsi penulis adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi

Pertama, supaya pelaksanaan suatu kebijakan dapat terlaksana dengan

baik, maka komunikasi merupakan hal penting dan sangat menentukan,

dalam arti apa yang menjadi tujuan kebijakan tersebut dapat terlaksanan

atau tidaknya dipengaruhi oleh komunikasi siapa saja yang terlibat dalam

proses implementasi kebijakan tersebut.

2. Sumberdaya

Hal kedua yang sangat berpengaruh pada proses implementaasi

kebijakan adalah sumberdaya. Baik itu sumberdaya manusia, financial,

maupun sarana prasarana penunjang. Sebaik dan sebagus apapun

program/kebijakan apabila tidak ditunjang oleh sumberdaya yang

memadai, maka program/kebijakan tersebut bakal mengalami hambatan

dalam proses implementasinya.

3. Disposisi

Dalam proses implementasi kebijakan, hal ketiga yang sangat

mempengaruhi sukses atau tidaknya kebijakan tersebut diimplementasikan

adalah disposisi. Karakteristik implementor akan sangat mempengaruhi

kebijakan yang suda dibuat berhasil atau tidaknya diimplementasikan.

4. Struktur Birokrasi
55

Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari

struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-

pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang

mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka

miliki dalam menjalankan kebijakan.

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan

yaitu terkait dengan variabel Implementasi Kebijakan. Oleh karena itu,

penelitian melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian

berupa skripsi, tesis dan jurnal-jurnal melalui internet. Penelitian terdahulu

tersebut dirangkum oleh penulis sebagai berikut.

A. Implementasi E-Government untuk Pengelolaan Data Administratif pada

Desa Banjar Negeri, Lampung Selatan ditulis oleh M. Sholahuddin Al-

Ayyubi , Heni Sulistiani , Muhaqiqin, Fajar Dewantoro, Auliya R. Isnain

diunggah dalam Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. Dengan hasil

penelitian Proses membangun sistem electronic government menggunakan

web dilakukan menggunakan metode web engineering sehingga tahapan

dari penelitian lebih rinci, sistem dikembangkan atau dibangun

menggunakan bahasa pemprograman PHP dan database MySql yang

kemudian diterapkan pada framework CodeIgniter. Sistem yang dibangun

mengahasilkan beberapa fitur yaitu permohonan surat dan pengaduan

masyarakat yang dilakukan secara online. Hasil dari pengembangan

tersebut berupa sistem yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat
56

secara online yang dapat dilihat berdasarkan hasil pengujian sistem

terhadap tiga aspek, yaitu pengujian terhadap usability telah diperoleh nilai

92% sehingga dapat disimpulkan sistem sangat disetujui oleh pengguna.

Pengujian fungsional suitability menghasilkan nilai sebersar 95,33%

dengan kesimpulan diterima secara kelayakan fungsi oleh pengguna,

terakhir adalah performance effeciency dihasilkan nilai kemampuan yaitu

B dengan waktu respon 0.34 detik. Penelitian tersebut memiliki persamaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis diantaranya Persamaan

Terletak pada Variabel yang diteliti yaitu Implementasi dengan objek E-

Government, persamaan lainnya terdapat pada Teknik penelitian yang

menggunakan Teknik Kualitatif. Dan terdapat perbedaan terletak pada

lokus penelitian peneliti terdahulu melaksanakan penelitian d lampung

sedangkan penulis melaksanakanya di Kab Sumedang.

B. Implementasi E-Government untuk pelayanan publik di provinsi banten

ditulis oleh Yana Suharyana diunggah dalam web Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Banten. Dengan hasil penelitian

ditemukan dari penelitian ini adalah adanya pengelolaan sistem informasi

yang belum terintegrasi dengan unit kerja lainnya, selain itu masih adanya

sistem layanan informasi yang dibutuhkan masyarakat tetapi masih belum

tersedia didalam sistem tersebut. Untuk meningkatkan pelaksanaan e-

government tersebut perlu diberikan rekomendasi yang mendukung upaya

peningkatan dalam pelayanan e-government tersebut melalui penyediaan

regulasi atau kebijakan pengelolaan e-government, penyempurnaan


57

pengelolaan perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware),

sumber daya manusia (brainware). Terdapat persamaan Terletak pada

Variabel yang diteliti yaitu Implementasi dengan objek E-Government,

persamaan lainnya terdapat pada Teknik penelitian yang menggunakan

Teknik Kualitatif. Dan perbedaan terletak pada lokus penelitian peneliti

terdahulu melaksanakan penelitian di Banten sedangkan penulis

melaksanakanya di Kab Sumedang. Fokus dalam penelitian terdahulu

cenderung terfokus pada pelayanan public yang berbasis elektronik.

C. Implementasi e-government system dalam upaya peningkatan clean and

good governance di indonesia ditulis oleh Kusuma Dewi Arum Sari

Wahyu Agus Winarno Hasil penelitian ini menunjukkan, perkembangan

sistem egovernment di Indonesia secara kuantitas mulai meningkat namun

secara kualitas hal ini belum memadai.Untuk lebih meningkatkan

pengembangan e-government di Indonesia baik dari segi kuantitas maupun

kualitas maka diperlukan adanya komitmen dari pemerintah dalam

menyempurnakan pengembangan e-government terutama dari segi

infrastruktur, SDM, aplikasi, regulasi serta sosialisasi di internal

pemerintah maupun kepada masyarakat. Bila dilakukan dengan serius hal

tersebut dapat mendukung tercapainya keberhasilan implementasi e-

government dan mampu memperbaiki mutu pelayanan publik demi

terciptanya clean and good governance di Indonesia. Persamaan Terletak

pada Variabel yang diteliti yaitu Implementasi dengan objek E-

Government, persamaan lainnya terdapat pada Teknik penelitian yang


58

menggunakan Teknik Kualitatif. Berbedaan terletak pada lokus penelitian

peneliti terdahulu melaksanakan penelitian di Banten sedangkan penulis

melaksanakanya di Kab Sumedang. Fokus dalam penelitian terdahulu

cenderung terfokus upaya peningkatan clean and good govermen.

D. Implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah desa (sakip

desa) kabupaten sumedang ditulis oleh Arip Rahman Sudrajat, Helga

Ardiani Fauziah, Jehan Arizal Diliya, Reni Rosmawati, Syiffa Nurul

Amallia, Wanda Himatul Aliyah, Widia Rahayu. Dari Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Poitik, universitas sebelas april diunggah dalam journal of

regional public administration (jrpa), volume 7 nomor 2 desember 2022.

Hasil penelitian Kebijakan SAKIP Desa dilakukan oleh pemerintah desa

untuk mengukur keberhasilan dan mewujudkan pemerintahan yang

memiliki kapasitas dan akuntabilitas kinerja desa. Pelaksanaan SAKIP

Desa di instansi pemerintah meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengukuran dan pemantauan kinerja serta melaporkan kinerja ke institusi

yang lebih tinggi. SAKIP Desa merupakan integrasi dari sistem

perencanaan, penganggaran sistem dan sistem pelaporan kinerja yang

sejalan dengan pelaksanaan keuangan sistem akuntabilitas. Dalam SAKIP

Desa di Kabupaten Sumedang terdapat tiga prioritas utama yaitu

pengurangan kemiskinan, mengurangi stunting, dan meningkatkan Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM). Persamaan penelitian memfokuskan pada

Sistem Akuntabilitas Kinerja Desa, Penelitian dilakukan di Kabupaten


59

Sumedang. Perbedaan terletak pada focus wilayah penulis memfokuskan

penelitian di wilayah Kecamatan Rancakalong.

Tabel 2.1
Kajian Penelitian Terdahulu

No. Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Implementasi E- Proses membangun Persamaan Terletak Perbedaan


Government untuk sistem electronic pada Variabel yang terletak pada
Pengelolaan Data government diteliti yaitu lokus penelitian
Administratif pada Desa menggunakan web Implementasi peneliti
Banjar Negeri, Lampung dilakukan dengan objek E- terdahulu
Selatan menggunakan metode Government, melaksanakan
web engineering persamaan lainnya penelitian d
M. Sholahuddin Al- sehingga tahapan dari terdapat pada lampung
Ayyubi , Heni penelitian lebih rinci, Teknik penelitian sedangkan
Sulistiani , Muhaqiqin, sistem dikembangkan yang menggunakan penulis
Fajar Dewantoro, Auliya atau dibangun Teknik Kualitatif. melaksanakanya
R. Isnain menggunakan bahasa di Kab
Jurnal Pengabdian pemprograman PHP Sumedang.
kepada Masyarakat dan database MySql
yang kemudian
diterapkan pada
framework CodeIgniter.
Sistem yang dibangun
mengahasilkan
beberapa fitur yaitu
permohonan surat dan
pengaduan masyarakat
yang dilakukan secara
online. Hasil dari
pengembangan tersebut
berupa sistem yang
dapat dengan mudah
diakses oleh
masyarakat secara
online yang dapat
dilihat berdasarkan
hasil pengujian sistem
terhadap tiga aspek,
yaitu pengujian
terhadap usability telah
diperoleh nilai 92%
sehingga dapat
disimpulkan sistem
sangat disetujui oleh
pengguna. Pengujian
fungsional suitability
60

No. Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

menghasilkan nilai
sebersar 95,33%
dengan kesimpulan
diterima secara
kelayakan fungsi oleh
pengguna, terakhir
adalah performance
effeciency dihasilkan
nilai kemampuan yaitu
B dengan waktu respon
0.34 detik.

2. IMPLEMENTASI E- Hasil yang ditemukan Persamaan Terletak Berbedaan


GOVERNMENT dari penelitian ini pada Variabel yang terletak pada
UNTUK PELAYANAN adalah adanya diteliti yaitu lokus penelitian
PUBLIK DI PROVINSI pengelolaan sistem Implementasi peneliti
BANTEN informasi yang belum dengan objek E- terdahulu
terintegrasi dengan unit Government, melaksanakan
Yana Suharyana kerja lainnya, selain itu persamaan lainnya penelitian di
Badan Perencanaan masih adanya sistem terdapat pada Banten
Pembangunan Daerah layanan informasi yang Teknik penelitian sedangkan
(Bappeda) Provinsi dibutuhkan masyarakat yang menggunakan penulis
Banten tetapi masih belum Teknik Kualitatif. melaksanakanya
tersedia didalam sistem di Kab
tersebut. Untuk Sumedang.
meningkatkan Fokus dalam
pelaksanaan e- penelitian
government tersebut terdahulu
perlu diberikan cenderung
rekomendasi yang terfokus pada
mendukung upaya pelayanan
peningkatan dalam public yang
pelayanan e- berbasis
government tersebut elektronik.
melalui penyediaan
regulasi atau kebijakan
pengelolaan e-
government,
penyempurnaan
pengelolaan perangkat
lunak (software),
perangkat keras
(hardware), sumber
daya manusia
(brainware).

3. IMPLEMENTASI E- Hasil penelitian ini Persamaan Terletak Berbedaan


GOVERNMENT menunjukkan, pada Variabel yang terletak pada
SYSTEM DALAM perkembangan sistem diteliti yaitu lokus penelitian
UPAYA egovernment di Implementasi peneliti
61

No. Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

PENINGKATAN Indonesia secara dengan objek E- terdahulu


CLEAN AND GOOD kuantitas mulai Government, melaksanakan
GOVERNANCE DI meningkat namun persamaan lainnya penelitian di
INDONESIA secara kualitas hal ini terdapat pada Banten
belum memadai.Untuk Teknik penelitian sedangkan
Kusuma Dewi Arum lebih meningkatkan yang menggunakan penulis
Sari Wahyu Agus pengembangan e- Teknik Kualitatif. melaksanakanya
Winarno government di di Kab
Indonesia baik dari segi Sumedang.
kuantitas maupun Fokus dalam
kualitas maka penelitian
diperlukan adanya terdahulu
komitmen dari cenderung
pemerintah dalam terfokus upaya
menyempurnakan peningkatan
pengembangan e- clean and good
government terutama govermen
dari segi infrastruktur,
SDM, aplikasi, regulasi
serta sosialisasi di
internal pemerintah
maupun kepada
masyarakat. Bila
dilakukan dengan serius
hal tersebut dapat
mendukung tercapainya
keberhasilan
implementasi e-
government dan
mampu memperbaiki
mutu pelayanan publik
demi terciptanya clean
and good governance di
Indonesia.

4. Implementasi sistem Hasil penelitian Persamaan Perbedaan


akuntabilitas kinerja Kebijakan SAKIP Desa penelitian terletak pada
instansi pemerintah desa dilakukan oleh memfokuskan pada focus wilayah
(sakip desa) kabupaten pemerintah desa untuk Sistem penulis
sumedang mengukur keberhasilan Akuntabilitas memfokuskan
dan mewujudkan Kinerja Desa, penelitian di
ditulis oleh Arip pemerintahan yang Penelitian wilayah
Rahman Sudrajat, Helga memiliki kapasitas dan dilakukan di Kecamatan
Ardiani Fauziah, Jehan akuntabilitas kinerja Kabupaten Rancakalong.
Arizal Diliya, Reni desa. Pelaksanaan Sumedang.
Rosmawati, Syiffa Nurul SAKIP Desa di instansi
Amallia, Wanda Himatul pemerintah meliputi
Aliyah, Widia Rahayu. perencanaan,
Fakultas Ilmu Sosial pelaksanaan,
Dan Ilmu Poitik, pengukuran dan
62

No. Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

universitas sebelas april pemantauan kinerja


serta melaporkan
diunggah dalam journal kinerja ke institusi yang
of regional public lebih tinggi. SAKIP
administration (jrpa), Desa merupakan
volume 7 nomor 2 integrasi dari sistem
desember 2022. perencanaan,
penganggaran sistem
dan sistem pelaporan
kinerja yang sejalan
dengan pelaksanaan
keuangan sistem
akuntabilitas. Dalam
SAKIP Desa di
Kabupaten Sumedang
terdapat tiga prioritas
utama yaitu
pengurangan
kemiskinan,
mengurangi stunting,
dan meningkatkan
Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM).

Dilihat dari penelitian terdahulu diatas, dalam hal ini penulis

menilai bahwa penelitian yang dilakukan layak untuk di teliti karena

memiliki beberapa perbedaan diantaranya objek utama yaitu Implementasi

Progam pada Tingkat Desa, dari sisi pelaksana, letak wilayah atau

geografis, serta karakter atau iklim dari lokasi penelitian yang akan diteliti

permasalahannya.

2.5 Kerangka Pemikiran dan Pertanyaan Penelitian

2.5.1 Kerangka Pemikiran


63

Dari berbagai Isu yang ada di Kabupaten Sumedang isu Sakip

Desa menjadi salah satu isu yang hangat diperbincangkan disebabkan oleh

penghargaan yang diraih oleh Kabupaten Sumedang melalui Sekretariat

Daerah di bidang Sistem Pelayanan Berbasis Elektronik (SPBE)

penghargaan tersebut diraih karena pelaksanaan E-Government di tingkat

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang yang Inovatif dan Kreatif.

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasikan sebagai hal yang penting, maka kerangka berpikir adalah

sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pehaman yang lainnya,

sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap

pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan penelitian yang akan

dilakukan.

Di sisi lain pelaksanaan program E-Government tidak hanya

dilaksanakan di tingkat Kabupaten namun dilaksankan juga hingga tingkat

Desa dengan adanya Sakip Desa, hal tersebut tentu menjadi tantangan baru

khususnya bagi Aparatur Desa yang menjadi garda terdepan pelaksanaan

pemerintahan di tingkat Desa, selain Sumber Daya Manusia diperlukan

sumber daya lainnya untuk menunjang program tersebut diantaranya

sumberdaya keuangan dan sarana dan prasarana lainnya.

Maka dengan itu untuk meneliti implementasi Sakip Desa peneliti

memutuskan untuk menggunakan teori Implementasi menurut George C.


64

Edward III karena dianggap paling relevan dengan indikasi penelitian

yang dilakukan oleh peneliti.

Berikut menurut George Edward III (dalam Widodo, 2010: 96)

terdapat 4 faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

implementasi kebijakan antara lain, yaitu faktor:

1. Komunikasi,

2. Sumberdaya,

3. Disposisi dan

4. Struktur birokrasi.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyajikan kerangka pemikiran

seperti pada gambar dibawah ini:

KEBIJAKAN
SAKIP DESA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
George Edward III (dalam Widodo, 2010:96)

Komunikasi Sumberdaya Disposisi Struktur Birokrasi

Hambatan
Implementasi Kebijakan

Upaya Mengatasi Hambatan


Implementasi Kebijakan

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran


Sumber George Edwards III (dalam Widodo, 2010:96)
65

2.5.2 Instrumen Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, fokus

permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan umum, dijabarkan

menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian yang lebih rinci seperti pada

Tabel 2.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.

Tabel 2.2
Instrumen Penelitian
Fokus penelitian Dimensi Indikator No.
Item
1 2 3 4
Implementasi Kebijakan, 1. Komunikasi a. Transmisi 1
George C. Edward III (Communication); b. Kejelasan 2
(dalam Widodo, 2010: c. Konsistensi 3
96) 2. Sumber daya (Resource); a. Staf/tenaga kerja 4
b. Fasilitas 5
3. Disposisi (Dispositions); a. Pengangkatan 6
birokrat
b. Insentif 7
4. Struktur Birokrasi a. Standart 8
(Bureaucratic Structure). Operational
Procedures (SOP) 9
b. Fragmentasi
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Untuk mempermudah penelitian ini penulis mengunakan metode

penelitian deskriftif kualitatif menurut (Nawawi 1994-75) Metode

penelitian kualitatif sebagai suatu konsep keseluruhan (holistik) berupa

untuk mengungkapkan segala sesuatu, dilakukan dengan menghimpun

informasi dalam keadaan sewajarnya (natural setting), mempergunakan

cara kerja yang sistematik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan

secara kualitatif, sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya. Artinya

penelitian ini tidak hanya merekam hal-hal yang Nampak secara eksplisit

saja, melainkan melihat secara keseluruhan fenomena yang terjadi dalam

masyarakat.

Sedangkan menurut (Sugiyono,2008:1) Metode penelitian

deskriptif untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti

bertindak sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih

menekankan pada makna daripada generalisasi.

Dengan digunakannya penelitian kualitatif, maka dapat dilakukan

proses penelitian yang mengungkapkan berbagai permasalahan dengan

menyesuaikan pada keadaan atau kondisi nyata serta menggungkapkan

fakta menurut keadaan dan situasi social yang sedang berlangsung dal hal

ini kondisi nyata.

66
67

Konseptualisasi Masalah

Bagaimana implementasi SAKIP Desa dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, menurunkan
angka stunting dan meningkatkan pelayanan publik di Kecamatan Rancakalong Kabupaten
Sumedang?

Apa yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi SAKIP Desa dalam upaya menurunkan
angka kemiskinan, menurunkan angka stunting dan meningkatkan pelayanan publik di Kecamatan
Rancakalong Kabupaten Sumedang?

Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan implementasi SAKIP Desa dalam upaya
menurunkan angka kemiskinan, menurunkan angka stunting dan meningkatkan pelayanan publik di
Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang?

Landasan Teori yang Digunakan


Implementasi
George C. Edward III

Metodologi yang digunakan

Teknik Pengumpulan Data


Penentuan Informan Prosedur Pengolahan Data
Metode Penelitian pada Penelitian ini
Penelitian
menggunakan: 1. Data Reduction
menggunakan Teknik Penelitian
Studi Pustaka. 2. Display Data
pendekatan Kualitatif Informan Penelitian
Studi lapangan. 3. Penariakan
dengan metode menggunakan purposive
Observasi Kesimpulan Verifikasi
deskriptif. samping
Wawancara 4. Triangulasi
Dokumentasi

Kesimpulan

Gambar 3.1
Desain Penelitian

3.2 Penentuan Sasaran Dan Informan Penelitian

3.2.1 Penentuan Sasaran

Dalam melaksanakan penelitian, setiap pengumpulan data selalu

berhadapan dengan obyek yang akan diteliti, baik berupa manusia, benda
68

maupun aktivitas-aktvitas dan kejadian-kejadian dimana suatu masalah

didapat untuk keseluruhan karakteristik obyek, penelitian ini disebut

obyek poenelitian.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tapi oleh Spradey yang dikutip oleh Sugiono (2005:48) dinamakan “Social

Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat

(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara

sinergis.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 3.1
Sasaran Peneltian

No Bidang Jabatan Jumlah


1 Camat Rancakalong 1
2 Kepala Seksi Pemerintahan Desa 1
3 Kepala Desa 3
Jumlah Keseluruhan 5

Penyusun mengambil 5 orang sebagai sasaran penelitian di atas

berdasarkan pertimbangan bahwa yang bersangkutan berkompeten dan

bertanggung jawab mengenai pelaksanaan pekerjaan tiap pegawai baik

secara keseluruhan maupun sebagian tergantung tupoksi dan tingkat

wewenang serta tanggung jawabnya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


69

Untuk menunjang metode yang digunakan guna memperoleh

informasi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut.

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan mempelajari literatur,

buku-buku ilmiah, laporan-laporan, arsip serta dokumen-dokumen tertulis,

yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yang dapat menunjang

kelancaran pencarian data.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh langsung

dilapangan, dengan cara:

a. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada objek

penelitian untuk mencatat segala kegiatan yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti, dimana peneliti tidak ikut terlibat dalam proses

kerja.

b. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulam data dengan cara

meminta penjelasan kepada berbagai pihak yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara

lisan, mendalam serta terarah sesuai dengan pedoman wawancara.

c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data berupa rekaman hasil

wawancara, photo-photo, catatan harian lapangan yang merupakan

pelengkap hasil wawancara dan observasi.

d. Triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Dengan menggunakan triangulasi, sebenarnya peneliti telah


70

mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek

kredibilitas data dengan berbagai teknuik pengumpulan data dan berbagai

sumber data.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Untuk mengolah data hasil wawancara dan observasi, peneliti

melakukan pengolahan data yang ditempuh dengan mengacu pada oprasi

dasar yang menghasilkan keluaran penting yang mengutip dari Model

Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2018:246) yaitu sebagai berikut.

1. Data reduction (Reduksi data)

Data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang

tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian data)

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchat dan sejenisnya. Melalui penyajian data

tersebut, maka data terorganisir, tersusun dalam poila hubungan sehingga

akan semakin mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)

Kesimpulan dalam penelitian yang diharapkan adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum Penyajian data dilakukan dalam


71

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchat dan

sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasi,

tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami.

Adanya temuan berupa deskripsi atau gambaran objek yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,

dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Berdasarkan uraian di atas, maka analisis data tersebut di atas oleh

Sugiyono (2018: 247) digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.2: Komponen dalam Analisis Data

Data
Collection

Data
Display

Data
Reduction

Conclusion
Drawing/
verifying

Sumber : Sugiyono (2018 :247)

3.5 Lokasi Dan Jadwal Penelitian


72

Penelitian ini dilaksanakan di Semua Desa di Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan jadwal penelitian sebagai

berikut

Tabel 3.2
Tabel Jadwal Penelitian 2022/2023

Desemb Januari Februar Maret Mei Juni Juli Agustus


er i
Fase
NO Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
kegiatan
ke ke ke ke ke ke ke Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi
Persiapan
2.
Penelitian
Pengumpula
3.
n data
Penyusunan
4.
Proposal
Seminar
5.
proposal
6. Sidang
73
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Singkat Kecamatan Rancakalong

Kondisi Geografis yang menyulitkan aksebilitas ke sebagian wilayah

Kecamatan Rancakalong. Kecamatan Rancakalong terletak disebelah barat Ibu

Kota Kabupaten Sumedang, dengan jarak tempuh + 16 Km, dengan jumlah Desa

sebanyak 10 Desa yaitu ; Desa Nagarawangi, Pasirbiru, Sukasirnarasa,

Pamekaran, Cibunar, Rancakalong, Sukamaju, Sukahayu, Cibungur, Pangadegan.

a. Sebelah Utara : Kecamatan Tanjungkerta dan Tanjungmedar.

b. Sebelah Selatan: Kecamatan Pamulihan dan Tanjungsari

c. Sebelah timur : Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan.

d. Sebelah Barat : Kabupaten Subang dan Kab. Bandung.

Luas wilayah Kecamatan Rancakalong 4.181,80 Km2, atau 418,18 Ha

dengan ketimggian 600-800 M diatas permukaan air Jumlah Penduduk

Kecamatan Rancakalong sampai dengan akhir bulan Desember 2017 berjumlah

43.821 jiwa. Terdiri dari laki-laki 22.101 jiwa, dan perempuan 21.720 jiwa,

jumlah Kepala Keluarga 14.742, Secara administratif Kecamatan Rancakalong

terdiri dari 10 Desa, 27 Kepala Dusun, 77 Rukun Warga, dan 307 Rukun

Tetangga dengan perincian sebagai berikut:

74
75

Tabel 4.1
Wilayah Desa Di Kecamatan Rancakalong

Wilayah yang ada di Kecamatan Rancakalong didominasi oleh daerah

perbukitan dan dataran tinggi sehingga rentan terhadap ancaman bencana alam

tanah longsor. Kondisi geografis yang sebagian wilayahnya perbukitan

menyulitkan aksebilitas internet dan listrik.

4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Rancakalong

Sebagaimana Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dam Tata Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Sumedang, Kecamatan Rancakalong mempunyai tugas, fungsi dan

struktur organisasi sebagai berikut.

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kecamatan Rancakalong

Sebagaimana Peraturan Bupati Sumedang Nomor 38 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Perangkat Daerah,

Kecamatan Rancakalong mempunyai Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi


76

sebagai berikut. Kecamatan mempunyai tugas yang dilimpahkan oleh Bupati

untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Daerah.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok diatas, Kecamatan

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Umum

b. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat

c. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum

d. Pengoordinasian penerapan dan penegakan Peraturan Daerah dan

Peraturan Bupati

e. Pengkoordinasian pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan umum

f. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan

perangkat daerah di tingkat Kecamatan

g. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan desa

h. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah yang

tidak dilaksanakan oleh unit kerja pemerintahan daerah yang ada di

kecamatan

i. Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh peraturan perundang-

undangan.

4.1.3 Organisasi dan Tata Kerja


77

Struktur Organisasi Kecamatan Rancakalong Struktur Organisasi

Kecamatan Rancakalong terdiri dari :

a. Camat

b. Sekretariat membawahi : Subag Umum, Kepegawaian dan Asset; Subag

Program dan Keuangan

c. Seksi Tata Pemerintahan

d. Seksi Pelayanan Umum

e. Seksi Sosial;

f. Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

g. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

h. Rumpun Jabatan Fungsional.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Struktur Organisasi Kecamatan

Rancakalong sebagaimana Peraturan Bupati Nomor 28 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Perangkat Daerah.

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Kecamatan Rancakalong
78

4.1.4 Sumberdaya Manusia

Sampai akhir semester I Tahun 2023, jumlah pegawai Kecamatan Rancakalong

Kabupaten sumedang sebanyak 41 orang dengan rincian profil demografi sebagai berikut:

4.1.4.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan Tabel 4.2 jumlah pegawai Kecamatan Rancakalong paling

banyak berada di kelompok umur >50 tahun yaitu sebanyak 15 ( lima belas)

orang. Sedangkan kelompok umur yang jumlahnya paling sedikit adalah 3 (Tiga)

orang berumur 41-45 tahun, kelompok umur 31-35 sebanyak 10 (Sepuluh) orang.

Sedangkan pegawai yang berumur 26-30 tahun sebanyak 4 (empat) orang, dan

sisanya sebanyak 4 (empat) orang ada di kelompok umur 46-50. Kecamatan

Rancakalong tidak memiliki pegawai pada kelompok umur 20-25 tahun.

Tabel 4.2
Jumlah Pegawai Menurut Umur
No Unit Kerja Usia (Tahun) Jumlah
20- 26- 31- 36- 41- 46- >50
25 30 35 40 45 50
1 Camat - - - - - 1 - 1
2 Sekretariat - - 2 2 - 2 2 8
3 Seksi Tata - - 2 1 - - 2 5
Pemerintahan
4 Seksi Pelanyanan - 2 - 1 - 1 2 6
Publik
5 Seksi Pemerintahan - - 1 1 - - 4 6
Desa
6 Seksi Pembangunan - - 2 - - 1 2 5
dan Pemberdayaan
Masyarakat
7 Seksi Ketenteraman - 2 4 - 2 - 2 10
dan Ketertiban
8 Jabatan Fungsional - - - - - - - -
Total - 4 11 5 2 5 14 41
79

Sumber: Kecamatan Rancakalong 2023

4.1.4.2 Jumlah Pegawai Menurut Golongan

Berdasarkan Tabel 4.3 sebagian besar pegawai Kecamatan Rancakalong

adalah mereka yang menempati golongan IIIyaitu sebanyak 14 orang pegawai.

Sedangkan 6 pegawai yang menempati golongan II dan dan pegawai golongan IV

1 orang, golongan I tidak ada.

Tabel 4.3
Jumlah Pegawai Menurut Golongan
No Unit Kerja Golongan Jumlah
I II III IV
1 Camat - - - 1 1
2 Sekretariat - 1 4 - 5
3 Seksi Tata Pemerintahan - 1 2 - 3
4 Seksi Pelanyanan Publik - 1 2 - 3
5 Seksi Pemerintahan Desa - 2 2 - 4
6 Seksi Pembangunan dan - - 3 - 3
Pemberdayaan Masyarakat
7 Seksi Ketenteraman dan - 1 1 - 2
Ketertiban
8 Jabatan Fungsional - - - - -
Total - 6 14 1 21
Sumber: Kecamatan Rancakalong 2023

4.1.4.3 Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagian besar pegawai Kecamatan Rancakalong adalah mereka yang

memiliki tingkat pendidikan SMP sejumlah 1 Orang SMA sejumlah 22 orang ,

sedangkan selebihnya memiliki tingkat pendidikan D3 sejumlah 2 orang , dan S1

sebanyak 15 orang dan S2 sejumlah 1 orang . Berdasarkan data tersebut dapat

diketahui bahwa pegawai yang memiliki tingkat pendidikan yang memadai guna

menunjang pelayanan di Kecamatan Rancakalong masih kurang, sehingga


80

diperlukan adanya peningkatan kapasitas dan kapabilitas pegawai pada

Kecamatan Rancakalong.

Tabel 4.4
Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
No Unit Kerja Tingkat Pendidikan Jumlah
SMP SMA D3 S1 S2
1 Camat - - - 1 1
2 Sekretariat - 5 - 3 - 8
3 Seksi Tata Pemerintahan - 1 1 3 - 5
4 Seksi Pelanyanan Publik - 3 1 2 - 6
5 Seksi Pemerintahan Desa 1 2 3 - 6
6 Seksi Pembangunan dan - 1 - 4 - 5
Pemberdayaan
Masyarakat
7 Seksi Ketenteraman dan - 10 - - - 10
Ketertiban
8 Jabatan Fungsional - - - - - -
Total 1 22 2 15 1 41
Sumber: Kecamatan Rancakalong 2023

4.1.4.4 Jumlah Pegawai Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, pegawai Kecamatan Rancakalong berjenis

kelamin perempuan berjumlah 12 orang dan berjenis kelamin laki-laki berjumlah

29 orang terlihat bahwa pegawai berjenis laki-laki lebih banyak dibanding

pegawai yang berjenis kelamin perempuan, sebagaimana penjelasan dalam Tabel

4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5
Jumlah Pegawai Menurut Jenis Kelamin
No Unit Kerja Jenis Kelamin Jumlah
P L
1 Camat - 1 1
2 Sekretariat 3 5 8
3 Seksi Tata Pemerintahan 1 4 5
4 Seksi Pelanyanan Publik 5 1 6
81

5 Seksi Pemerintahan Desa 2 4 6


6 Seksi Pembangunan dan 1 4 5
Pemberdayaan Masyarakat
7 Seksi Ketenteraman dan - 10 10
Ketertiban
8 Jabatan Fungsional - - -
Total 12 29 41
Sumber: Kecamatan Rancakalong 2023

4.1.4.5 Jumlah Pegawai Menurut Jabatan

Berdasarkan struktur organisasi Kecamatan Rancakalong, jumlah jabatan

struktural yang dapat diisi adalah sebanyak 7 jabatan struktural. Saat ini

Kecamatan Rancakalong ada beberapa jabatan yang kosong seperti kasi social dan

kasi Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat serta Sekretaris Kecamatan,

sementara Sekretaris kecamatan yang ada menjadi Plt Camat, sedangkan Kasubag

Program dan Keuangan merangkap menjadi Plt Kasi Sosial, dan Kasubag Umum

Kepegawaian dan Aset merangkap Plt kasi Pembangunan dan Pemberdayan

Masyarakat, dengan kata lain di Kecamatan masih banyak kekosongan yang harus

menjadi perhatian para pejabat yang berwenang.

Table 4.6
Jumlah Pegawai Menurut Jabatan

No Jabatan Jumlah
1 Eselon III 1
2 Eselon IV 5
3 Fungsional Tertentu -
4 Fungsional Staff 15
Total 21
Sumber: Kecamatan Rancakalong 2023

4.2 Hasil Penelitian


82

4.2.1 Implementasi Sakip Desa Pada Tingkat Desa Di Kecamatan

Rancakalong

SAKIP Desa merupakan integrasi dari sistem perencanaan, system

penganggaran dan sistem pelaporan kinerja yang selaras dengan pelaksanaan

sistem akuntabilitas keuangan. Dalam Sakip Desa di Kabupaten Sumedang

terdapat 3 prioritas utama yakni penurunan angka kemiskinan, penurunan angka

stunting, serta peningkatan indeks kepuasan Masyarakat.

Sebelum ada SAKIP Desa, pekerjaan belum terpatok dengan hasilnya.

Dengan adanya SAKIP Desa, perangkat desa bekerja dengan memaksimalkan

loyalitas dalam memberikan pelayanan prima, sehingga pekerjaan menjadi teratur

dan tertata kepada Masyarakat.

Untuk mengetahui permasalahan terkait dengan implementasi SAKIP

Desa, faktor penghambat ataupun upaya mengatasi hambatan maka peneliti

melakukan penelitian lebih dalam melalui observasi, dokumentasi dan wawancara

mendalam kepada 5 orang informan yang telah ditentukan yaitu: Camat

Rancakalong, Kepala Seksi Pemerintahan Desa, Kepala Desa Nagarawangi,

Kepala Desa Sukahayu, dan Kepala Desa Pasirbiru Kecamatan Rancakalong.

Hal-hal dipertanyakan dalam Implementasi SAKIP Desa di Kecamatan

Rancakalong yaitu sebagai berikut:

Dalam mengimplementasikan kebijakan di Desa Kecamatan Rancakalong

Kabupaten Sumedang, komunikasi memiliki peranan penting dalam proses

implementasi kebijakan di Desa Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang

itu sendiri. Komunikasi dapat digunakan oleh masyarakat dan para stakeholder
83

lainnya untuk mengakses layanan publik yang disediakan oleh pemerintah desa

dalam hal ini kebijakan-kebijakan baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Desa itu

sendiri, maupun Pemerintah Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan juga

Pemerintah Pusat dengan tujuan agar kebijakan yang dibuat bisa

diimplementasikan dan difahami oleh masyarakat.

a. Komunikasi

Untuk memperoleh data mengenai komunikasi yang dibangun oleh Desa

Di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang sebagai pelaksana kebijakan,

peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Pertanyaan nomor 1:

1) Bagaimana cara dalam melakukan sosialisasi SAKIP Desa kepada

masyarakat? Siapa saja yang terlibat dalam proses sosialisasi?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Pertama, peneliti mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan Camat

Rancakalong Bapak Ili,S.Sos pada hari Jumat tanggal 14 Juli 2023 pukul 10:05-

10:310 WIB menyatakan bahwa:

“Dalam mensosialisasikan kebijakan kepada masyarakat biasanya lewat

media cetak maupun media sosial resmi desa, atau pun dalam rapat-rapat resmi

yang melibatkan pengurus dan warga masyarakat..”

Selanjutnya, peneliti mendapat informasi dari hasil wawancara dengan

Kepala Seksi Pemerintahan Bapak Omay, S.Sos. pada hari Jumat tanggal 14 Juli

2023 pukul 11:07-11:09 menyatakan bahwa:


84

“Melalui Poster atau baligo.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Nagarawangi Bapak Sukarya pada hari Jumat tanggal 14 Juli pukul 13:05-13:30

WIB menyatakan bahwa:

” Melalui rapat-rapat. Kepala desa atau perangkat desa bersama BPD”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Sukahayu Bapak Wawan Gunawan pada hari Jumat tanggal 14 Juli pukul 14:02-

14:37 WIB menyatakan bahwa:

“Melalui media cetak maupun media sosial desa serta pada rapat-rapat.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Pasirbiru Bapak Dadan Rahmat Ruhdiana pada hari Jumat tanggal 14 Juli pukul

15:03-15:25 WIB menyatakan bahwa:

“Melalui rapat-rapat serta melalui media resmi desa.”

Tabel 4.7
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Cara Sosialisasi

Informan Hasil Wawancara Kesimpulan


Camat Dalam mensosialisasikan Dalam mensosialisasikan
Rancakalong kebijakan kepada masyarakat kebijakan kepada
biasanya lewat media cetak masyarakat, biasanya
maupun media sosial resmi melalui rapat-rapat resmi
desa, atau pun dalam rapat- yang melibatkan warga
rapat resmi yang melibatkan serta lewat media cetak
pengurus dan warga berupa poster/baligo
masyarakat. maupun media sosial
Kasi Melalui Poster atau baligo resmi desa.
Pemerintahan
Desa
Kepala Desa Melalui rapat-rapat. Kepala
Nagarawangi desa atau perangkat desa
bersama BPD
Kepala Desa Melalui media cetak maupun
Sukahayu media sosial desa serta pada
85

Informan Hasil Wawancara Kesimpulan


rapat-rapat.
Kepala Desa Melalui rapat-rapat serta
Pasirbiru melalui media resmi desa
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Cara Sosialisasi

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Dalam Pemerintah Desa
mensosialisasikan mensosialisasikan
kebijakan kepada program/kebijakan
masyarakat, biasanya lewat rapat-rapat di desa
melalui rapat-rapat juga melalui media
resmi yang melibatkan cetak maupun media
warga serta lewat sosial resmi desa.
media cetak berupa
poster/baligo maupun
media sosial resmi
desa.
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 1 yaitu tentang cara sosialisasi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam

mensosialisasikan kebijakan kepada masyarakat, biasanya melalui rapat-rapat

resmi yang melibatkan warga serta lewat media cetak berupa poster/baligo

maupun media sosial resmi desa.

Pertanyaan nomor 2:

2) Apakah terdapat hambatan dalam proses sosialisasi?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:
86

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi sebagai

berikut:

Pertama, peneliti mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan Camat

Rancakalong Bapak Ili,S.Sos pada hari Jumat tanggal 14 Juli 2023 pukul 10:05-

10:310 WIB menyatakan bahwa:

“Ada tapi tidak terlalu menghambat proses sosialisasi .”

Selanjutnya, peneliti mendapat informasi dari hasil wawancara dengan

Kepala Seksi Pemerintahan Bapak Omay, S.Sos. pada hari Jumat tanggal 14 Juli

2023 pukul 11:07-11:09 menyatakan bahwa:

“Ada, tapi tidak terlalu signifikan.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Nagarawangi Bapak Sukarya pada hari Jumat tanggal 14 Agustus pukul 13:05-

13:30 WIB menyatakan bahwa:

” Masyarakat yang diundang tidak hadir 100%”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Sukahayu Bapak Wawan Gunawan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus pukul

14:02-14:37 WIB menyatakan bahwa:

“Ada, yaitu kehadiran warga masyarakat..”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Pasirbiru Bapak Dadan Rahmat Ruhdiana pada hari Jumat tanggal 14 Agustus

pukul 15:03-15:25 WIB menyatakan bahwa:

“Ada, yaitu kehadiran warga Masyarakat karena Masyarakat yang diundang tidak hadir

100%
87

Tabel 4.9
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Hambatan Sosialisasi
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Ada tapi tidak terlalu Ada, tapi tidak terlalu
menghambat proses sosialisasi. signifikan. Yaitu masalah
Kasi Ada, tapi tidak terlalu signifikan kehadiran warga
Pemerintahan masyarakat.
Desa
Kepala Desa Masyarakat yang diundang tidak
Nagarawangi hadir 100%
Kepala Desa Ada, yaitu kehadiran warga
Sukahayu masyarakat.
Kepala Desa Ada, yaitu kehadiran warga
Pasirbiru Masyarakat karena Masyarakat
yang diundang tidak hadir 100%
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Dan Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Hambatan Sosialisasi

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Ada, tapi tidak terlalu Kehadiran warga yang Berita acara
signifikan. Yaitu diundang tidak 100 %. musyawarah dusun dan
masalah kehadiran musyawarah desa,
warga masyarakat. Daftar Hadir Rapat
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 2 yaitu tentang hambatan dalam sosialisasi, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa dalam Dalam mensosialisasikan kebijakan kepada masyarakat, tidak

menemui hambatan yang begitu berarti. Karena yang menjadi hambatan warga

yang diundang tidak 100% hadir.

Pertanyaan nomor 3:

3) Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?


88

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Peneliti mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan Camat

Rancakalong Bapak Ili,S.Sos pada hari Jumat tanggal 14 Juli 2023 pukul 10:05-

10:30 WIB menyatakan bahwa:

“Turun langsung ke lapangan untuk sosialisasi program/kebijakan.”

Selanjutnya, peneliti mendapat informasi dari hasil wawancara dengan

Kepala Seksi Pemerintahan Bapak Omay, S.Sos. pada hari Jumat tanggal 14 Juli

2023 pukul 11:07-11:09 menyatakan bahwa:

“Sosialisasi dilakukan diruang lingkup Desa.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Nagarawangi Bapak Sukarya pada hari Jumat tanggal 14 Agustus pukul 13:05-

13:30 WIB menyatakan bahwa:

” Sosialisasi di tingkat RW/Dusun.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Sukahayu Bapak Wawan Gunawan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus pukul

14:02-14:37 WIB menyatakan bahwa:

“Turun langsung melakukan sosialisasi di tingkat RW/Dusun.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Pasirbiru Bapak Dadan Rahmat Ruhdiana pada hari Jumat tanggal 14 Agustus

pukul 15:03-15:25 WIB menyatakan bahwa:

“Lakukan sosialisasi di tingkatan paling bawah”

Tabel 4.10
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Cara Mengatasi Hambatan
89

Informan Hasil Wawancara Kesimpulan


Camat Turun langsung ke lapangan Turun langsung ke
untuk sosialisasi lapangan dengan
program/kebijakan. melakukan sosialisasi di
Kasi PMD Sosialisasi dilakukan diruang tingkatan paling bawah
lingkup Desa. RW/Dusun.
Kepala Desa Sosialisasi di tingkat
Nagarawangi RW/Dusun.
Kepala Desa Turun langsung melakukan
sukahayu sosialisasi di tingkat
RW/Dusun.
Kepala Desa Lakukan sosialisasi di
Pasirbiru tingkatan paling bawah
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Kecamatan

Rancakalong dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Cara Mengatasi Hambatan Sosialisasi

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Turun langsung ke Sosialisasi dilakukan di Daftar Hadir sosialisasi
lapangan dengan tingkat RW/Dusun
melakukan sosialisasi dengan harapan
di tingkatan masyarakat bisa hadir.
RW/Dusun.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 3 yaitu tentang cara mengatasi hambatan sosialisasi, peneliti

dapat menyimpulkan bahwa dalam mengatasi hambatan sosialisasi seperti pada

pertanyaan nomor 3, Pemerintah Kecamatan dan Desa Turun langsung ke

lapangan dengan melakukan sosialisasi di tingkatan RW/Dusun. Dengan harapan

partisipasi kehadiran warga dalam sosialisasi meningkat.

Pertanyaan nomor 4:
90

4) Bagaimana komunikasi dengan pihak-pihak intern dalam SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Peneliti mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan Camat

Rancakalong Bapak Ili,S.Sos pada hari Jumat tanggal 14 Juli 2023 pukul 10:05-

10:30 WIB menyatakan bahwa:

“Turun langsung ke lapangan untuk sosialisasi program/kebijakan.”

Selanjutnya, peneliti mendapat informasi dari hasil wawancara dengan

Kepala Seksi Pemerintahan Bapak Omay, S.Sos. pada hari Jumat tanggal 14 Juli

2023 pukul 11:07-11:09 menyatakan bahwa:

“Sosialisasi dilakukan diruang lingkup Desa.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Nagarawangi Bapak Sukarya pada hari Jumat tanggal 14 Agustus pukul 13:05-

13:30 WIB menyatakan bahwa:

” Sosialisasi di tingkat RW/Dusun.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Sukahayu Bapak Wawan Gunawan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus pukul

14:02-14:37 WIB menyatakan bahwa:

“Turun langsung melakukan sosialisasi di tingkat RW/Dusun.”


91

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Pasirbiru Bapak Dadan Rahmat Ruhdiana pada hari Jumat tanggal 14 Agustus

pukul 15:03-15:25 WIB menyatakan bahwa:

“Lakukan sosialisasi di tingkatan paling bawah”

Tabel 4.12
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai
Komunikasi Dengan Pihak Intern
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Komunikasi dengan pihak Komunikasi dengan
intern dengan rapat minggon pihak intern dilakukan
Kecamatan yang rutin lewat minggon
dilakukan setiap hari Selasa Kecamatan dan Desa,
Kasi PMD Lewat Minggon Kecamatan disana tempat
Kepala Desa Minggon Desa meneruskan informasi-
Nagarawangi informasi baik dari dalam
Kepala Desa Komunikasi dengan pihak atau luar maupun dari
Sukahayu intern dilakukan lewat atasan atau bawahan.
minggon desa, disana tempat
meneruskan informasi-
informasi baik dari dalam
atau luar maupun dari atasan
atau bawahan.
Kepala Desa Komunikasi dengan internal
Pasirbiru dilakukan lewat minggon
desa.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Kecamatan

Rancakalong dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.13
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Komunikasi Dengan Pihak Intern

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Komunikasi dengan Adanya minggon Desa dan Notulen Minggon Desa
pihak intern dilakukan minggon Kecamatan setiap dan Kecamatan serta
lewat minggon desa dan hari Rabu merupakan cara daftar hadir minggon
minggon kecamatan, komunikasi dengan pihak-
disana tempat pihak intern.
92

meneruskan informasi-
informasi baik dari
dalam atau luar maupun
dari atasan atau
bawahan.
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 4 yaitu tentang komunikasi dengan pihak intern, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa komunikasi dengan pihak intern berjalan baik dengan

adanya rapat minggon yang rutin diadakan setiap hari Selasa di tingkat Kecamatan

dan hari Rabu di tingkat Desa.

Pertanyaan Nomor 5:

5) Bagaimana Komunikasi dengan pihak-pihak eksternal dalam SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Peneliti mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan Camat

Rancakalong Bapak Ili,S.Sos pada hari Jumat tanggal 14 Juli 2023 pukul 10:05-

10:30 WIB menyatakan bahwa:

“Turun langsung ke lapangan untuk sosialisasi program/kebijakan.”

Selanjutnya, peneliti mendapat informasi dari hasil wawancara dengan

Kepala Seksi Pemerintahan Bapak Omay, S.Sos. pada hari Jumat tanggal 14 Juli

2023 pukul 11:07-11:09 menyatakan bahwa:

“Sosialisasi dilakukan diruang lingkup Desa.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Nagarawangi Bapak Sukarya pada hari Jumat tanggal 14 Agustus pukul 13:05-

13:30 WIB menyatakan bahwa:


93

” Sosialisasi di tingkat RW/Dusun.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Sukahayu Bapak Wawan Gunawan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus pukul

14:02-14:37 WIB menyatakan bahwa:

“Turun langsung melakukan sosialisasi di tingkat RW/Dusun.”

Informasi selanjutnya diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Desa

Pasirbiru Bapak Dadan Rahmat Ruhdiana pada hari Jumat tanggal 14 Agustus

pukul 15:03-15:25 WIB menyatakan bahwa:

“Lakukan sosialisasi di tingkatan paling bawah”

Tabel 4.14
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Komunikasi Dengan Pihak Eksternal
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Komunikasi dengan pihak Komunikasi dengan
eksternal dengan sudah pihak ekternal dilakukan
berjalan baik dengan Dinas dengan semua
PMD dan juga Inspektorat stakeholder yang terlibat
Kasi PMD Komunikasi dengan Dinas dalam SAKIP Desa.
PMD dan Inspetorat
Kepala Desa Komunikasi lewat Forum
Nagarawangi Operator SAKIP
Kepala Desa Komunikasi dengan operator
Sukahayu SAKIP Kecamatan.
Kepala Desa Komunikasi dengan
Pasirbiru Kecamatan dan Dinas PMD
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Kecamatan

Ranckalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:


94

Tabel 4.15
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Komunikasi Dengan Pihak Eksternal

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Komunikasi dengan Komunikasi dilakukan Call center Desa dan
pihak ekternal oleh semua stakeholder Kecamatan
dilakukan dengan secara umum, untuk Rancakalong
semua stakeholder teknis oleh operator
yang terlibat dalam SAKIP Desa
SAKIP Desa.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 5 yaitu tentang komunikasi dengan pihak eksternal, peneliti

dapat menyimpulkan bahwa Desa dan Kecamatan Rancakalong Kabupaten

Sumedang berkomunikasi dengan semua stakeholder sesuai tingkatannya seperti

Kecamatan, Dinas PMD dan Inspektorat.

Pertanyaan nomor 6:

6) Berapa jumlah SDM/pegawai Desa di Kecamatan Rancakalong terkait dengan

SAKIP Desa? Apakah mencukupi?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.16
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Jumlah SDM
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat 4 orang, mencukupi SDM / pegawai Desa di
Kasi Pemdes 4 orang Kecamatan Rancakalong
Kepala Desa 4 orang yang terkait SAKIP Desa
Nagarawangi berjumlah 4 orang.
Kepala Desa 4 orang
Sukahayu
Kepala Desa Pasirbiru
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.
95

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.17
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Jumlah SDM

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


SDM / pegawai Desa yang SDM yang terkait Undang-undang
terkait SAKIP Desa dengan SAKIP Desa Nomor 6 tahun 2014
berjumlah 4 orang. berjumlah 4 orang tentang Desa
Sumber: Data diolah peneliti Julii 2023.

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 6 yaitu tentang jumlah SDM / pegawai Desa di Kecamatan

Rancakalong yang terkait dengan SAKIP Desa, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa SDM / pegawai Desa di Kecamatan Rancakalong yang terkait dengan

SAKIP Desa berjumlah 4 orang, dan itu sudah mencukupi.

Pertanyaan nomor 7:

7) Bagaimana kemampuan implementor dalam pelaksanaan kebijakan?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.18
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai
Kemampuan Implementor
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Sudah baik Kemampuan
Kasi Pemdes Implementor sudah cukup implementor sudah baik
baik dalam dalam
mengimplementasikan mengimplementasikan
SAKIP Desa SAKIP Desa.
Kepala Desa Sudah cukup baik
Nagarawangi
Kepala Desa Implementor sudah baik
96

Informan Hasil Wawancara Kesimpulan


Sukahayu dalam mengimplementasikan
SAKIP Desa.
Kepala Desa Kemampuan implementor
Pasirbiru dalam mengimplementasikan
SAKIP Desa sudah baik
sejauh ini
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.19
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Kemampuan Implementor

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Kemampuan implementor Implementor sudah Undang-undang
sudah baik dalam bisa dan sudah baik Nomor 6 tahun
mengimplementasikan dalam 2014 tentang Desa
SAKIP Desa. mengimplementasikan
SAKIP Desa
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 7 yaitu tentang kemampuan implementor dalam pelaksanaan

kebijakan, peneliti dapat menyimpulkan kemampuan implementor sudah baik

dalam mengimplementasikan kebijakan khususnya SAKIP Desa.

Pertanyaan nomor 8:

8) Apakah terdapat pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas SDM operator

SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.20
97

Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Pelatihan Peningkatan SDM

Informan Hasil Wawancara Kesimpulan


Camat Belum ada. Belum ada,
Kasi Pemdes Pelatihan khusus operator mengakibatkan operator
SAKIP Desa belum ada kesulitan dalam hal
Kepala Desa Tidak Ada pelaporan walaupun
Nagarawangi target SAKIP secara
Kepala Desa Tidak ada, mengakibatkan global bisa tercapai.
Sukahayu operator mengalami kendala
dalam pelaporan
Kepala Desa Belum ada, mengakibatkan
Pasirbiru operator kesulitan dalam hal
pelaporan walaupun target
SAKIP secara global bisa
tercapai.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Ranakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.21
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Mengenai
Pelatihan Peningkatan SDM

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Belum ada, mengakibatkan Belum ada kegiatan Daftar Kegiatan
operator kesulitan dalam hal pelatihan khusus Desa
pelaporan walaupun target operator SAKIP Desa
SAKIP secara global bisa
tercapai.
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 8 yaitu tentang apakah terdapat pelatihan peningkatan kualitas

SDM Operator SAKIP Desa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelatihan

peningkatan kualitas SDM belum ada sampai sejauh ini.

Pertanyaan nomor 9:
98

9) Bagaimana dengan sarana sebagai penunjang kegiatan SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.22
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Sarana
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Sarana penunjang belum Sarana sebagai
mencukupi. penunjang kegiatan
Kasi Pemdes Sarana penunjang belum SAKIP Desa masih
memenuhi kebutuhan. belum baik, karena
Kepala Desa Sudah baik operator SAKIP Desa
Nagarawangi masih menggunakan
Kepala Desa Sarana sebagai penunjang Laptop/Komputer yang
Sukahayu kegiatan SAKIP Desa belum biasa digunakan oleh
mencukupi. Karena tidak ada perangkat Desa yang
perangkat khusus untuk lain.
SAKIP Desa.
Kepala Desa Belum memenuhi kebutuhan.
Pasirbiru
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.23
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Mengenai Sarana

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Sarana sebagai penunjang Sarana sebagai Buku Aset Desa
kegiatan SAKIP Desa masih penunjang kegiatan
belum baik, karena operator SAKIP Desa belum
SAKIP Desa masih mencukupi
menggunakan
Laptop/Komputer yang biasa
digunakan oleh perangkat
Desa yang lain.
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023
99

Pertanyaan Nomor 10:

10) Darimana sumber anggaran pelaksanaan kebijakan SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.24
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Sumber Anggaran
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Kepala Desa Dana Desa Anggaran kegiatan
Dan SAKIP Desa bersumber
Sekretaris Desa Anggaran kegiatan SAKIP dari Dana Desa
Desa bersumber dari Dana
Desa
Kaur Keuangan Dana Desa
Operator Anggaran kegiatan SAKIP
Desa bersumber dari Dana
Desa
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.25
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Sumber Anggaran

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Anggaran kegiatan SAKIP Kegiatan SAKIP Desa Peraturan Menteri
Desa bersumber dari Dana didanai oleh Dana Keuangan Nomor
Desa Desa 20 Tahun 2018
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 10 yaitu tentang sumber anggaran kegiatan SAKIP Desa,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa anggaran kegiatan SAKIPDesa berasal dari

Dana Desa.
100

Pertanyaan Nomor 11:

11) Bagaimana pemanfaatan sumber daya finansial tersebut dalam pelaksanaan

kebijakan SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.26
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Sumber Daya Finansial
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Sudah sesuai sebagaimana Pemanfaatan sumberdaya
mestinya dan melalui tahapan finansial sudah sesuai
yang harus ditempuh sebagaimana mestinya.
Kasi Pemdes Pemanfaatan sumberdaya
finansial sudah sesuai
sebagaimana mestinya.
Kepala Desa Sudah sesuai sebagaimana
Nagarawangi mestinya.
Kepala Desa Pemanfaatan sumberdaya
Sukahayu finansial sudah sesuai
sebagaimana mestinya.
Kepala Desa Sudah sesuai sebagaimana
Pasirbiru mestinya seperti yang diatur
dalam pertauran terkait
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.27
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Sumber Daya Finansial

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Pemanfaatan sumberdaya Pemanfaatan APBDes Desa di
finansial sudah sesuai sumberdaya finansial Kecamatan
sebagaimana mestinya. sudah sesuai Rancakalog Tahun
sebagaimana 2023
mestinya.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023.
101

Pertanyaan Nomor 12:

12) Apakah anggaran tersebut sudah mencukupi kebutuhan dalam kegiatan

SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.28
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Anggaran
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Sudah Anggaran kegiatan
Kasi Pemdes Sudah mencukupi SAKIP Desa sudah
Kepala Desa Sudah mencukupi mencukupi
Nagarawangi
Kepala Desa Sudah mencukupi
Sukahayu
Kepala Desa Sudah menccukupi
Pasirbiru
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.29
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Mengenai Anggaran

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Anggaran kegiatan SAKIP Anggaran kegiatan APBDes Desa di
Desa sudah mencukupi SAKIP Desa sudah Kecamatan
mencukupi Rancakalong Tahun
2023
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023.

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 12 yaitu tentang apakah anggaran yang disediakan mencukupi


102

untuk kegiatan SAKIP Desa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa anggaran

tersebut sudah mencukupi untuk membiayai kegiatan SAKIP Desa.

Pertanyaan nomor 13:

13) Bagaimana sikap pelaksana kebijakan terhadap implementasi kebijakan

SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.30
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Sikap Pelaksana
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Sangat mendukung Pelaksana kebijakan
Kasi Pemdes Sangat mendukung sangat mndukung adanya
Kepala Desa Sangat mendukung SAKIP Desa.
Nagarawangi
Kepala Desa Sangat mendukung
Sukahayu
Kepala Desa Sangat mendukung
Pasirbiru
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.31
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Sikap Pelaksana
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
Pelaksana kebijakan sangat Pelaksana kebijakan Peraturan Menteri
mendukung adanya SAKIP sangat mndukung Dalam Negeri
Desa. adanya SAKIP Desa. Nomor 20 Tahun
2018
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 13 yaitu tentang sikap pelaksana kebijakan terhadap


103

implementasi SAKIP Desa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksana sangat

mendukung adanya SAKIP Desa.

Pertanyaan nomor 14:

14) Apakah Pemerintah Daerah mendukung penuh dengan adanya kebijakan

SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.32
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Dukungan Pemerintah
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Sangat mendukung, karena Pemerintah Daerah
dengan adanya SAKIP Desa sangat mendukung
sangat membantu Pemerintah adanya SAKIP Desa,
Desa dalam menjalankan karena sangat membantu
tupoksinya. Pemerintah Desa dalam
Kasi Pemdes Sangat mendukung menjalankan tugas pokok
Kepala Desa Sangat mendukung dan fungsinya.
Nagarawangi
Kepala Desa Sangat mendukung
Sukahayu
Kepala Desa Sangat mendukung, dengan
Pasirbiru adanya SAKIP Desa
perangkat desa bekerja
menjadi lebih efektif.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.33
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Dukungan Pemerintah
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
Pemerintah Daerah sangat Pemerintah Daerah Peraturan Bupati
mendukung adanya SAKIP sangat mendukung Sumedang Nomor
Desa, karena sangat membantu adanya SAKIP Desa 153 Tahun 2019
104

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Pemerintah Desa dalam tentang SAKIP
menjalankan tugas pokok dan Desa.
fungsinya.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 14 yaitu tentang apakah Pemerintah Daerah mendukung adanya

SAKIP Desa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pemerintah Daerah sangat

mendukung adanya SAKIP Desa. Karena sangat membantu Pemerintah Desa

dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Pertanyaan Nomor 15:

15) Bagaimana komitmen pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan

SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi sebagai berikut:

Tabel 4.34
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Komitmen Pelaksana
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Pelaksana dalam hal ini Pemerintah Desa
Pemerintah Desa berkomitmen sebagai pelaksana
mengimplementasikan SAKIP berkomitmen
Desa sebaik-baiknya.. mengilementasikan
Kasi Pemdes Berkomitmen mendukung dan SAKIP Desa dengan
melaksanakan SAKIP Desa sebaik-baiknya dalam
sebaik-baiknya. rangka
Kepala Desa Berkomitmen melaksanakan penyelenggaraan
Nagarawangi SAKIP Desa sesuai tupoksi pemerintahan desa
pelaksana SAKIP Desa. yang baik.
Kepala Desa Berkomitmen melaksanakan
Sukahayu SAKIP Desa sebaik-baiknya
dan sebagaimana mestinya.
Kepala Desa Pemerintah Desa berkomitmen
Pasirbiru dan mendukung serta
melaksanakan SAKIP Desa
dengan sebaik-baiknya
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.
105

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa dan Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.35
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Komitmen Pelaksana

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Berkomitmen Pemerintah Desa sebagai Peraturan Bupati
melaksanakan dengan pelaksana berkomitmen Sumedang Nomor
sebaik-baiknya SAKIP mengilementasikan 153 Tahun 2019
Desa tersebut sesuai SAKIP Desa dengan tentang SAKIP
dengan prosedur. sebaik-baiknya dalam Desa.
rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa yang
baik.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 15 yaitu tentang komitmen pelaksana, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

Pemerintah Desa sebagai pelaksana berkomitmen melaksanakan /

mengimplementasikan SAKIP Desa dengan sebaik-baiknya..

Pertanyaan Nomor 16:

16) Bagaimana pengawasan dan pengendalian kebijakan SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, diperoleh informasi sebagai

berikut:

Tabel 4.36
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Pengawasan dan Pengendalian
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Pengawasan dilakukan oleh Pengawasan dan
Kecamatan, inspektorat, dan pengendalian SAKIP
Dinas PMD. Desa dilakukan oleh
Kasi Pemdes Pengawasan dilakukan secara Kecamatan, inspektorat
rutin oleh Kecamatan, dan juga Dinas PMD.
inspektorat, dan Diinas PMD
Kepala Desa Berkomitmen melaksanakan
106

Informan Hasil Wawancara Kesimpulan


Nagarawangi SAKIP Desa sesuai tupoksi
pelaksana SAKIP Desa.
Kepala Desa Pengawasan dan
Sukahayu pengendalian SAKIP Desa
dilakukan oleh Kasi Pemdes
Kecamatan, inspektorat dan
Dinas PMD.
Kepala Desa Pengawasan dan
Pasirbiru pengendalian SAKIP Desa
dilakukan oleh Kasi Pemdes
Kecamatan, inspektorat dan
Dinas PMD.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Dan Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.37
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Pengawasan dan Pengendalian

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Pengawasan dan pengendalian Pengawasan dan Peraturan Bupati
SAKIP Desa dilakukan oleh pengendalian Sumedang Nomor
Kecamatan, inspektorat dan SAKIP Desa 153 Tahun 2019
juga Dinas PMD. dilakukan oleh tentang SAKIP
Kecamatan, Desa.
inspektorat dan juga
Dinas PMD.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 16 yaitu tentang pengawasan dan pengendalian SAKIP Desa, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pengawasan dan pengendalian SAKIP Desa dilakukan oleh

Kecamatan melalui Kasi Pemerintahan Desa, Inspektorat dan Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

Pertanyaan Nomor 17:


107

17) Apakah terdapat hambatan yang ditemukan dalam implementasi kebijakan

SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, diperoleh informasi sebagai

berikut:

Tabel 4.38
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Hambatan Implementasi
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Tapi tidak terlalu signifikan, Hambatan Sakip Desa
Cuma hasil pelaporan yang hanya pelaporan yang
kurang maksimal. kurang maksimal dan itu
Kasi Pemdes Hasil pelaporan yang kurang tidak terlalu berpengaruh.
maksimal.
Kepala Desa Ada tapi tidak terlalu
Nagarawangi berpengaruh, hanya hasil
pelaporan yang kurang
maksimal.
Kepala Desa Ada tapi tidak terlalu
Sukahayu berpengaruh, hanya hasil
pelaporan yang kurang
maksimal.
Kepala Desa Ada tapi tidak terlalu
Pasirbiru berpengaruh, hanya hasil
pelaporan yang kurang
maksimal.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.39
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Mengenai Hambatan Implementasi
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
Hambatan Sakip Desa Hambatan Sakip
hanya pelaporan yang Desa hanya
kurang maksimal dan itu pelaporan yang
tidak terlalu berpengaruh. kurang maksimal
dan itu tidak terlalu
berpengaruh.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023
108

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 17 yaitu tentang hambatan dalam mengimplementasikan SAKIP Desa,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hambatan yang begitu signifikan,

hanya pelaporan yang kurang maksimal.

Pertanyaan Nomor 18:

18) Bagaimana struktur birokrasi di Desa di Kecamatan Rancakalong terkait

SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, diperoleh informasi sebagai

berikut:

Tabel 4.40
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Struktur Birokrasi
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat 1 Kepala Desa, 1 Sekretaris Struktur birokrasi Desa
Desa, 3 Kepala seksi, 3 Dan terdiri dari 1 Kepala
Kepala urusan, dan 3 Kepala Desa, 1 Sekretaris Desa,
wilayah. 3 Kepala seksi, 3 Kepala
Kasi Pemdes 1 Kepala Desa, 1 Sekretaris urusan, dan 3 Kepala
Desa, 3 Kepala seksi, 3 wilayah.
Kepala urusan, dan 3 Kepala
wilayah.
Kepala Desa 1 Kepala Desa, 1 Sekretaris
Nagarawangi Desa, 3 Kepala seksi, 3
Kepala urusan, dan 3 Kepala
wilayah.
Kepala Desa 1 Kepala Desa, 1 Sekretaris
Sukahayu Desa, 3 Kepala seksi, 3
Kepala urusan, dan 3 Kepala
wilayah.
Kepala Desa 1 Kepala Desa, 1 Sekretaris
Pasirbiru Desa, 3 Kepala seksi, 3
Kepala urusan, dan 3 Kepala
wilayah.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.
109

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.41
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Struktur Birokrasi
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
Struktur birokrasi Desa Struktur birokrasi Desa Dan Profil Desa di
Dan terdiri dari 1 terdiri dari 1 Kepala Desa, 1 Kecamatan
Kepala Desa, 1 Sekretaris Desa, 3 Kepala Rancakalong
Sekretaris Desa, 3 seksi, 3 Kepala urusan, dan
Kepala seksi, 3 Kepala 3 Kepala wilayah.
urusan, dan 3 Kepala
wilayah.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 18 yaitu tentang struktur birokrasi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

struktur birokrasi Desa terdiri dari 1 Kepala Desa, 1 Sekretaris Desa, 3 Kepala

Seksi, 3 Kepala Urusan dan 3 Kepala Wilayah.

Pertanyaan Nomor 19:

19) Bagaimana dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab antar bagian?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, diperoleh informasi sebagai

berikut:

Tabel 4.42
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai
Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Pembagian tanggung jawab Pembagian wewenang
dan wewenang sesuai dengan dan tanggung jawab
tupoksi. sesuai tugas pokok dan
Kasi Pemdes Wewenang dan tanggung fungsinya, supaya tidak
jawab sesuai tugas pokok dan terjadi tumpang tindih
fungsinya, supaya tidak kebijakan.
terjadi tumpang tindih
110

Informan Hasil Wawancara Kesimpulan


kebijakan.
Kepala Desa Wewenang dan tanggung
Nagarawangi jawab sesuai tugas pokok dan
fungsinya.
Kepala Desa Wewenang dan tanggung
Sukahayu jawab sesuai tugas pokok dan
fungsinya, supaya tidak
terjadi tumpang tindih
kebijakan.
Kepala Desa Wewenang dan tanggung
Pasirbiru jawab sesuai tugas pokok dan
fungsinya, supaya tidak
terjadi tumpang tindih
kebijakan.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.43
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Mengenai Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
Pembagian Wewenang dan tanggung Undang-undang
wewenang dan jawab dibagi sesuai tugas Nomor 6 Tahun
tanggung jawab pokok dan fungsinya, supaya 2014 tentang Desa.
sesuai tugas pokok tidak terjadi tumpang tindih
dan fungsinya, kebijakan.
supaya tidak terjadi
tumpang tindih
kebijakan.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 19 yaitu tentang pembagian wewenang dan tanggung jawab, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pembagian wewenang dan tanggung jawab sesuai tugas

pokok dan fungsinya, supaya tidak terjadi tumpang tindih kebijakan.

Pertanyaan Nomor 20:


111

20) Bagaimana SOP Desa di Kecamatan Rancakalong?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, diperoleh informasi sebagai

berikut:

Tabel 4.44
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai SOP Desa
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat SOP Desa Dan antara lain sebagai SOP Desa Dan antara lain
berikut: sebagai berikut:
1. Hari kerja Senin s/d 1. Hari kerja Senin s/d
Jum’at. Jum’at.
2. Jam kerja dari jam 7.30 s/d 2. Jam kerja dari jam
16.00 7.30 s/d 16.00
3. Kepala Desa dan 3. Kepala Desa dan
Perangkat Desa waji Perangkat Desa waji
menerapkan 3S (salam, menerapkan 3S
senyum, sapa) (salam, senyum,
Kasi Pemdes 1. Hari kerja Senin s/d sapa)
Jum’at.
2. Jam kerja dari jam 7.30 s/d
16.00.
3. Kepala Desa dan
Perangkat Desa waji
menerapkan 3S (salam,
senyum, sapa)
Kepala Desa 1. Hari kerja Senin s/d
Nagarawangi Jum’at.
2. Jam kerja dari jam 7.30 s/d
16.00
3. Kepala Desa dan
Perangkat Desa waji
menerapkan 3S (salam,
senyum, sapa)
Kepala Desa 1. Hari kerja Senin s/d
Sukahayu Jum’at.
2. Jam kerja dari jam 7.30 s/d
16.00
3. Kepala Desa dan
Perangkat Desa waji
menerapkan 3S (salam,
senyum, sapa)
Kepala Desa 1. Hari kerja Senin s/d
Pasirbiru Jum’at.
2. Jam kerja dari jam 7.30 s/d
16.00.
3. Kepala Desa dan
Perangkat Desa waji
menerapkan 3S (salam,
senyum, sapa)
Sumber: Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Dan 14 Juli 2023.
112

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Dan

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.45
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
SOP Desa
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
SOP Desa Dan antara SOP Desa Dan antara lain Peraturan Kepala
lain sebagai berikut: sebagai berikut: Desa tentang
1. Hari kerja Senin 1. Hari kerja Senin s/d Standard
s/d Jum’at. Jum’at. Operasional
2. Jam kerja dari jam 2. Jam kerja dari jam 7.30 s/d Prosedure
7.30 s/d 16.00. 16.00. Pelayanan Desa.
3. Kepala Desa dan 3. Kepala Desa dan
Perangkat Desa Perangkat Desa wajib
wajib menerapkan menerapkan 3S (salam,
3S (salam, senyum, sapa).
senyum, sapa).
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 20 yaitu tentang SOP Desa, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa SOP Desa Dan:

1. Hari kerja Senin s/d Jum’at.

2. Jam kerja dari jam 07.30 s/d 16.00.

3. Kepala Desa dan Perangkat Desa wajib menerapkan 3S (salam, senyum,

sapa).

Pertanyaan Nomor 21:

21) Bagaimana hasil adanya SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, diperoleh informasi sebagai

berikut:
113

Tabel 4.46
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Hasil SAKIP Desa
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Sebelum ada SAKIP Desa, Hasil adanya SAKIP Desa
pekerjaan belum terpatok dengan sangat dirasakan besar
hasilnya. Dengan adanya SAKIP sekali manfaatnya, dimana
Desa, perangkat desa bekerja perangkat desa bekerja
dengan memaksimalkan loyalitas memberikan pelayanan
dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat,
prima, sehingga pekerjaan menurunnya angka
menjadi teratur dan tertata kepada kemiskinan, pencegahan
masyarakat stunting, dan meningkatnya
Kasi Pemdes Sangat besar manfaatnya, indeks kepuasan
dengan adanya SAKIP Desa masyarakat.
menurunnya angka kemiskinan,
pencegahan stunting dan indeks
kepuasan Masyarakat
meningkat.
Kepala Desa Menurunnya angka kemiskinan,
Nagarawangi pencegahan stunting dan indeks
kepuasan Masyarakat
meningkat.
Kepala Desa Menurunnya angka kemiskinan,
Sukahayu pencegahan stunting dan indeks
kepuasan Masyarakat
meningkat.
Kepala Desa Menurunnya angka kemiskinan,
Pasirbiru pencegahan stunting dan indeks
kepuasan Masyarakat
meningkat.
Sumber: Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Dan 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.47
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Hasil SAKIP Desa
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
114

Hasil adanya SAKIP Menurunnya angka


Desa sangat dirasakan kemiskinan, pencegahan
besar sekali manfaatnya, stunting, dan
dimana perangkat desa meningkatnya indeks
bekerja memberikan kepuasan masyarakat.
pelayanan prima kepada
masyarakat, menurunnya
angka kemiskinan,
pencegahan stunting,
dan meningkatnya
indeks kepuasan
masyarakat.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 21 yaitu tentang hasil SAKIP Desa, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa hasil SAKIP Desa sangat besar manfaatnya karena

perangkat desa bekerja memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Pertanyaan Nomor 22:

22) Bagaimana cara pengambilan keputusan terkait SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, diperoleh informasi sebagai

berikut:

Tabel 4.48
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Cara Pengambilan Keputusan
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Cara pengambilan keputusan Berdasarkan prioritas
terkait SAKIP Desa dengan anggaran kegiatan yang
berdasarkan prioritas kegiatan sudah ditetapkan
yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai
sebelumnya. dengan target kinerja.
Kasi Pemdes Berdasarkan prioritas
anggaran kegiatan yang sudah
ditetapkan sebelumnya sesuai
dengan target kinerja.
Kepala Desa Berdasarkan prioritas
Nagarawangi anggaran kegiatan yang sudah
ditetapkan sebelumnya sesuai
dengan target kinerja.
Kepala Desa Berdasarkan prioritas
115

Informan Hasil Wawancara Kesimpulan


Sukahayu anggaran kegiatan yang sudah
ditetapkan sebelumnya sesuai
dengan target kinerja.
Kepala Desa Berdasarkan prioritas
Pasirbiru anggaran kegiatan yang sudah
ditetapkan sebelumnya sesuai
dengan target kinerja.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.49
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Mengenai CaraPengambilan Keputusan

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Berdasarkan prioritas Berdasarkan prioritas 1. Peraturan Bupati
anggaran kegiatan anggaran kegiatan yang Sumedang Nomor
yang sudah sudah ditetapkan 153 tentang Sakip
ditetapkan sebelumnya sesuai dengan Desa.
sebelumnya sesuai target kinerja. 2. APBDes Desa-Desa
dengan target kinerja. di Kecamatan
Rancakalong.

Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 22 yaitu tentang pengambilan keputusan, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan terkait SAKIP Desa prioritas

anggaran kegiatan yang sudah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan target

kinerja.

Tabel 4.50
Rekapitulasi Implementasi SAKIP Desa
No Uraian Kesimpulan
1 Cara sosialisasi Melalui rapat, media cetak,
poster/baligo dan media sosial
116

No Uraian Kesimpulan
2 Hambatan sosialisasi Kehadiran warga masyarakat
3 Cara mengatasi hambatan Turun langsung ke tingkatan
paling bawah
4 Komuikasi dengan pihak intern Minggon desa dan minggon
kecamatan
5 Komunikasi dengan pihak Adanya WAG atau contact
eksternal centre desa
6 Jumlah SDM 4 Orang
7 Kemampuan implementor Implementor sudah bisa
mengoperasikan Sakip Desa
8 Pelatihan peningkatan kualitas Belum ada.
SDM
9 Sarana penunjang Kurang maksimal, dimana
dalam melakukan penginputan
data operator SAKIP Desa
masih menggunakan
Komputer/Laptop yang juga
dipakai perangkat desa lain.
10 Sumber anggaran Dana Desa Tahun 2022
11 Pemanfaatan sumberdaya Sudah sebagaimana mestinya
financial
12 Anggaran mencukupi kebutuhan Sudah mencukupi
13 Sikap pelaksana kebijakan Sangat mendukung
14 Dukungan Pemerintah Daerah Sangat mendukung
15 Komitmen pelaksana Berkomitmen
mengimplementasikan SAKIP
Desa
16 Pengawasan dan pengendalian Pengawasan dan pengendalian
dilakukan oleh Kecamatan,
inspektorat dan Dinas PMD.
17 Hambatan yang ditemukan Tidak ada hambatan yang begitu
siginifikan, hanya pelaporan
yang kurang maksimal
18 Struktur Birokrasi Kepala Desa, sekretaris Desa,
Kaur Keuangan dan operator
19 Pembagian wewenang dan Sesuai tugas pokok dan
tanggung jawab fungsinya masing-masing.
20 SOP Desa 1. Hari kerja Senin s/d Jum’at
2. Jam kerja Jam 07.30 s/d
16.00
3. Wajib menarapkan 3S
(salam, senyum, sapa)
21 Hasil SAKIP Desa Menurunnya angka kemiskinan,
menurunnya angka stunting,
117

No Uraian Kesimpulan
indeks kepuasan Masyarakat
meningkat.
22 Pengambilan Keputusan Berdasarkan prioritas kegiatan
yang telah ditetapkan
sebelumnya sesuai target kinerja
Sumber: hasil olahan peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti dapat menyimpulkan SAKIP

Desa sudah diimplementasikan secara optimal oleh Pemerintah Desa Dan. Hal itu

diperkuat oleh pendapat Bapak Sunjaya, Ili, S.Sos selaku Camat Rancakalong

yang menyatakan SAKIP Desa sudah diimplementasikan oleh Desa Dan dan

sudah berjalan 3 tahun dilaksanakan sejak launching pada tahun 2019.

4.2.2 Faktor-faktor penghambat Implementasi SAKIP Desa Pada Tingkat

Desa Di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang

Pada saat ini telah banyak instansi pemerintah baik pusat maupun daerah

berinisiatif mengembangkan pelayanan publik melalui teknologi informasi dan

komunikasi. Akan tetapi, tidak semua pelayanan publik melalui teknologi

informasi itu bisa dimengerti dan difahami oleh semua lapisan masyarakat.

Implementasi SAKIP Desa dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, terdapat

sejumlah hambatan dalam pelaksanaannya.

Masalah ketersediaan sumber daya pembantu, gangguan komunikasi,

fasilitas yang memadai, serta differensiasi tugas dan wewenang merupakan

beberapa hambatan yang dihadapi oleh Desa dalam mengimplementasikan SAKIP

Desa di Desa Dan


118

Untuk memperoleh data mengenai faktor yang menghambat implementasi

SAKIP Desa di Desa Dan Kabupaten Sumedang, peneliti mengajukan pertanyaan

sebagai berikut:

Pertanyaan nomor 23:

23) Apakah tersedia sumber daya pembantu dalam proses implementasi SAKIP

Desa di Desa Kecamatan Rancakalong?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.51
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Sumber Daya Pembantu
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Sejauh ini belum ada. Tidak ada sumber daya
Kasi Pemdes Tidak ada. pembantu dalam proses
Kepala Desa Tidak ada. implementasi SAKIP
Nagarawangi Desa di Desa Kecamatan
Kepala Desa Tidak ada. Rancakalong.
Sukahayu
Kepala Desa Tidak ada
Pasirbiru
Sumber: Hasil 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan

data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa Kecamatan

Rancakalong dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.52
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Sumber Daya Pembantu

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Tidak ada sumber daya Tidak adanya sumber Profil Desa-Desa di
pembantu dalam proses daya pembantu dalam Kecamatan
implementasi SAKIP Desa implementasi SAKIP Rancakalong.
di Desa Kecamatan Desa di Desa
119

Rancakalong. Kecamatan
Rancakalong
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 23 yaitu tentang sumber daya pembantu, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tidak ada sumber daya pembantu dalam proses

implementasi SAKIP Desa di Desa-Desa Kecamatan Rancakalong dan itu yang

menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses implementasi SAKIP Desa di

Desa-Desa Kecamatan Rancakalong.

Pertanyaan Nomor 24:

24) Apa yang menjadi hambatan terkait komunikasi dalam implementasi SAKIP

Desa di Desa-Desa Kecamatan Rancakalong?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.53
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Hambatan Komunikasi
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Perbedaan persepsi antara Berbedanya penafsiran
perangkat desa dengan terkait SAKIP Desa
perangkat kecamatan. antara operator Sakip di
Kasi Pemdes Berbedanya penafsiran terkait desa dengan operator
SAKIP Desa antara operator Kecamatan.
Sakip di desa dengan operator
Kecamatan.
Kepala Desa Berbedanya penafsiran terkait
Nagarawangi SAKIP Desa.
Kepala Desa Operator kecamatan belum
Sukahayu faham betul tentang aplikasi
SAKIP Desa.
Kepala Desa Berbedanya penafsiran terkait
Pasirbiru SAKIP Desa antara operator
Sakip di desa dengan operator
Kecamatan.
Sumber: Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Dan 14 Juli 2023.
120

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa-Desa

Kecamatan Rancakalong dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.54
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Hambatan Komunikasi

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Berbedanya penafsiran Adanya perbedaan Hasil monitoring
terkait SAKIP Desa antara pemahaman terkait dan evaluasi
operator Sakip di desa Sakip Desa Kecamatan
dengan operator Kecamatan.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023.

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 24 yaitu tentang hambatan komunikasi, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa Adanya perbedaan persepsi / penafsiran terkait siskeudes

antara Pemerintah Desa dengan Kecamatan.

Pertanyaan Nomor 25

25) Bagaimana fasilitas yang ada di Desa dalam proses implementasi SAKIP

Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.55
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai Fasilitas
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Fasilitas yang ada untuk Dengan adanya Sakip
mengimplementasikan Desa, diperlukan 2
SAKIP Desa belum laptop/komputer yang
maksimal. berbeda. Sedangkan
Kasi Pemdes Belum maksimal, khususnya selama ini masih 1 yang
PC atau laptop yang khusus digunakan dan dirasa
membidangi SAKIP Desa. kurang maksimal untuk
121

Kepala Desa Belum maksimal. menunjang kinerja


Nagarawangi operator.
Kepala Desa Belum maksimal, karena
Sukahayu untuk tahun ini diperlukan
adanya 2 perangkat computer
untuk SAKIP Desa.
Kepala Desa Belum maksimal, karena
Pasirbiru untuk tahun ini diperlukan
adanya 2 perangkat computer
untuk SAKIP Desa.
Sumber: Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Dan 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa-Desa

Kecamatan Rancakalong dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.56
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Mengenai Fasilitas

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Dengan adanya Sakip Desa, Belum maksimal Buku aset desa.
diperlukan 2 dengan adanya
laptop/komoputer yang beberapa perubahan
berbeda. Sedangkan selama dalam aplikasi SAKIP
ini masih 1 yang digunakan Desa tersebut.
dan dirasa kurang maksimal
untuk menunjang kinerja
operator.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023.

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 25 yaitu tentang dukungan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa fasilitas

pendukung yang ada di Desa belum memadai seiring dengan adanya perubahan

beberapa fitur di dalam aplikasi Sakip Desa tersebut.

Pertanyaan Nomor 26

26) Bagaimana pembagian tugas dan wewenang di Desa Dan dalam implementasi

SAKIP Desa?
122

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.57
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai
Pembagian Tugas Dan Wewenang
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Pembagian tugas dan Pembagian tugas dan
wewenang sesuai tupoksi wewenang sesuai tupoksi
masing-masing, namun yang masing-masing, namun
benar-benar faham tentang yang benar-benar faham
SAKIP Desa hanya operator. tentang SAKIP Desa
Kasi Pemdes Yang mampu hanya operator.
mengoperasikan siskeudes
cuma 1 orang.
Kepala Desa Masih adanya tumpang tindih
Nagarawangi kebijakan.
Kepala Desa Sesuai tupoksi, tapi dalam
Sukahayu pelaksanaannya yang benar-
benar mengelola SAKIP Desa
hanya operator.
Kepala Desa Sesuai tupoksi, tapi dalam
Pasirbiru pelaksanaannya yang benar-
benar mengelola SAKIP Desa
hanya operator.
Sumber: Hasil wawancara yang dilakukan 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa-Desa

Kecamatan Rancakalong dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.58
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Mengenai
Pembagian Tugas Dan Wewenang
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
Pembagian tugas dan Yang mampu Iis Wahyuni (Nagarawangi
wewenang sesuai tupoksi mengoperasikan Eni Kartini (Cibunar)
masing-masing, namun SAKIP Desa Cuma 1 Indah Suci P (Pangadegan)
yang benar-benar faham orang yaitu operator. Nina Sonia (Sukahayu)
tentang SAKIP Desa Ismi K (Sukamaju)
hanya operator. Alam Hambali (Pamekaran)
Dean Yoga (Rancakalong)
Titim Asmara
(Sukasirnarasa)
123

Siti Aidah (Cibungur)


Ai Kartika (Pasirbiru)
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pertanyaan

nomor 26 yaitu tentang pembagian tugas dan wewenang, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa Pembagian tugas dan wewenang sesuai tupoksi masing-

masing, namun yang benar-benar faham tentang SAKIP Desa hanya operator.

Tabel 4.59
Kesimpulan Faktor Penghambat Implementasi SAKIP Desa

Dimensi Indikator Deskripsi Hasil Kesimpulan


1. Isi Kebijakan Tidak ada sumber daya pembantu dalam
proses implementasi SAKIP Desa di
Desa-Desa Kecamatan Rancakalong.
2. Informasi Adanya perbedaan persepsi / penafsiran
terkait Sakip Desa antara Pemerintah
Desa dengan Kecamatan
3. Dukungan Dengan adanya Sakip Desa, diperlukan 2
Faktor Penghambat laptop/komputer yang berbeda.
Implementasi SAKIP Sedangkan selama ini masih 1 yang
Desa di Desa Dan digunakan dan dirasa kurang maksimal
untuk menunjang kinerja operator.
4. Pembagian Pembagian tugas dan wewenang sesuai
Potensi tupoksi masing-masing, namun yang
benar-benar faham tentang SAKIP Desa
hanya operator.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Tabel 4.60
Rekapitulasi Faktor Penghambat Implementasi SAKIP Desa

No. Indikator Kesimpulan


Tidak ada sumber daya pembantu dalam proses
1. implementasi SAKIP Desa di Desa Dan.
1. Isi Kebijakan

Adanya perbedaan persepsi / penafsiran terkait Sakip


2. Informasi Desa antara Pemerintah Desa dengan Kecamatan
Dengan adanya Sakip Desa, diperlukan 2
124

3 laptop/komputer yang berbeda. Sedangkan selama ini


. Dukungan masih 1 yang digunakan dan dirasa kurang maksimal
untuk menunjang kinerja operator.
Pembagian tugas dan wewenang sesuai tupoksi masing-
4. Pembagian masing, namun yang benar-benar faham tentang SAKIP
Potensi Desa hanya operator.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

ada beberapa hal yang menjadi penghambat implementasi SAKIP Desa seperti

tidak ada sumberdaya pembantu, adanya perbedaan persepsi antar pegawai,

kurangnya fasilitas serta kurangnya pemahaman dari beberapa pegawai. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Bapak Ili, S.Sos selaku Camat yang menyatakan dalam

proses implementasi SAKIP Desa yang betul-betul faham tentang SAKIP Desa

hanya operator. Tetapi itu tidak menjadi hal yang menyebebakan tidak

berjalannya proses implementasi Sakip Desa di Desa-Desa Kecamatan

Rancakalong.

4.2.3 Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan dalam

Implementasi SAKIP Desa Di Desa-Desa Kecamatan Rancakalong.

Dalam setiap permasalahan pasti ada jalan keluar. Hal ini pun berlaku

untuk Implementasi SAKIP Desa di Desa-Desa Kecamatan Rancakalong yang

memiliki faktor penghambat dalam proses pelaksanaannya. Dikarenakan

Implementasi SAKIP Desa sangat penting maka Desa-Desa Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang pun memiliki upaya untuk mengatasi faktor

pengahambat tersebut.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang menjadi hambatan dalam proses

implementasi SAKIP Desa di Desa-Desa adalah sumber daya pembantu,


125

gangguan komunikasi, kurangnya fasilitas yang memadai, dan differensiasi tugas

dan wewenang. Akan tetapi ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi

hal tersebut.

Untuk memperoleh data mengenai upaya yang dilakukan Desa Dan

Kecamatan Rancakalong dalam mengatasi hambatan dalam Implementasi

Kebijakan SAKIP Desa di Desa-Desa Kecamatan Rancakalong, peneliti

mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Pertanyaan nomor 27:

27) Upaya seperti apa yang dilakukan oleh Desa-Desa Kecamatan Rancakalong

dalam mengatasi hambatan mengenai fasilitas dan sumber daya pembantu

dalam Implementasi SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.61
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai
Upaya Mengatasi Hambatan Fasilitas Dan Sumber Daya Pembantu
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Menambah fasilitas yang Menambah fasilitas /
dibutuhkan dengan cara perangkat kerja dengan
memasukan ke APBDes tahun memasukan ke APBDes
berikutnya. Untuk sumber daya tahun berikutnya serta
pembantu memperbantukan memeperbantukan beberapa
perangkat desa yang tidak orang perangkat desa untuk
terlalu sibuk. membantu dalam proses
Kasi Pemdes Memperbantukan perangkat implementasi SAKIP Desa.
desa yang tidak terlalu sibuk
Kepala Desa Mengajukan permohonan
Nagarawangi beberapa perangkat desa untuk
membantu dalam proses
implementasi SAKIP Desa.
Kepala Desa Menambah perangkat kerja yang
Sukahayu dibutuhkan demi menunjang
implementasi SAKIP Desa
tersebut.
126

Kepala Desa Menambah perangkat kerja yang


Pasirbiru dibutuhkan demi menunjang
implementasi SAKIP Desa
tersebut.
Sumber: Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Dan 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa-Desa

Kecamatan Rancakalong dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.62
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Mengenai
Upaya Mengatasi Hambatan Fasilitas Dan Sumber Daya Pembantu
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
Menambah fasilitas / perangkat Menambah fasilitas RKPDes Desa-Desa
kerja dengan memasukan ke yang dibutuhkan untuk Kecamatan
APBDes tahun berikutnya serta menunjang kinerja serta Rancakalong tahun
memeperbantukan beberapa memperbantukan 2023.
orang perangkat desa untuk perangkat desa yang
membantu dalam proses tidak terlalu sibuk.
implementasi SAKIP Desa.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 27 yaitu tentang upaya menangani kurangnya fasilitas yang

memeadai dan sumber daya pembantu, peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang

dilakukan Desa- Desa adalah menambah fasilitas yang diperlukan untuk

menunjang kinerja dalam implementasi SAKIP Desa ke APBDes tahun

berikutnya serta memperbantukan beberapa perangkat desa yang tidak sibuk untuk

membantu dalam proses implementasi SAKIP Desa.

Pertanyaan Nomor 28:

28) Bagaimana konsistensi implementor dalam implementasi SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.63
127

Reduksi Hasil Wawancara Mengenai


Konsistensi Implementor
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Kepala Desa Dan Implementor dalam hal ini Implementor dalam hal ini
Desa-Desa Kecamatan perangkat Desa Dan sangat
Rancakalong sangat konsisten konsisten dalam
dalam mengimplementasikan mengimplementasikan
SAKIP Desa semenjak SAKIP Desa semenjak
diberlakukannya SAKIP Desa diberlakukannya SAKIP
tersebut. Desa tersebut.
Sekretaris Desa Sangat konsisten.
Kaur Keuangan Sangat konsisten.
Operator Sangat konsisten, terbukti
dengan sudah menerapakan
SAKIP Desa sejak tahun 2019.
Sumber: Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Dan 14 Juli 2023.

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa-Desa

Kecamatan Rancakalong dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.64
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Mengenai
Konsistensi Implementor
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
Implementor dalam hal ini Perangkat Desa Dan APBDes tersusun
perangkat Desa Dan sangat sebagai implementor secara sistematis.
konsisten dalam sudah konsisten dalam
mengimplementasikan SAKIP menerapkan SAKIP
Desa semenjak diberlakukannya Desa.
SAKIP Desa tersebut.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 28 yaitu tentang konsistensi implementor, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa perangkat Desa-Desa Kecamatan Rancakalong sangat

konsisten dalam mengimplementasikan SAKIP Desa semenjak diberlakukannya

SAKIP Desa tersebut.

Pertanyaan Nomor 29:


128

29) Apakah ada peraturan hukum yang mengatur khusus tentang SAKIP Desa

dalam SAKIP Desa?

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh informasi

sebagai berikut:

Tabel 4.65
Reduksi Hasil Wawancara Mengenai
Upaya Menangani Hambatan Differensiasi Tugas Dan Wewenang
Informan Hasil Wawancara Kesimpulan
Camat Peraturan Bupati Sumedang Peraturan Bupati
Nomor 153 tentang SAKIP Sumedang Nomor 153
Desa. Tahun 2019. Dimana
Kasi Pemdes Peraturan Bupati Sumedang didalamnya tercantum
Nomor 153 tentang SAKIP proses/tahapan SAKIP
Desa. Desa dan siapa saja yang
Kepala Desa Peraturan Bupati Sumedang stakeholder yang terlibat
Nagarawangi Nomor 153 tentang SAKIP dalam SAKIP Desa.
Desa.
Kepala Desa Peraturan Bupati Sumedang
Sukahayu Nomor 153 tentang SAKIP
Desa.
Kepala Desa Peraturan Bupati Sumedang
Pasirbiru Nomor 153 tentang SAKIP
Desa.
Sumber: Hasil wawancara 14 Juli 2023

Selain berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan di atas diperkuat dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil dokumentasi di Desa-Desa

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.66
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Upaya Menangani Differensiasi Tugas Dan Wewenang

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi


Peraturan Bupati Sumedang Adanya orang luar Peraturan Bupati
Nomor 153 Tahun 2019. yang membantu Sumedang Nomor
Dimana didalamnya pekerjaan pegawai. 153 Tahun 2019.
tercantum proses/tahapan Dimana didalamnya
SAKIP Desa dan siapa saja tercantum
yang stakeholder yang proses/tahapan
129

terlibat dalam SAKIP Desa. SAKIP Desa dan


siapa saja yang
stakeholder yang
terlibat dalam
SAKIP Desa.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023.

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari

pertanyaan nomor 29 yaitu tentang upaya menangani hambatan differensiasi tugas

dan wewenang peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dilakukan Desa Dan

Kabupaten Sumedang yaitu mengembalikan semua tugas sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya masing-masing dalam implementasi SAKIP Desa sesuai

Peraturan Bupati Sumedang Nomor 153 Tahun 2019 tentang SAKIP Desa.

Tabel 4.67
Kesimpulan Upaya Mengatasi Faktor Penghambat
Implementasi SAKIP Desa Pada Tingkat Desa
Di Kecamatan Rancakalong
Dimensi Indikator Deskripsi Hasil Kesimpulan
1. Peraturan Peraturan Bupati Sumedang Nomor
Hukum 153 Tahun 2019 tentang SAKIP Desa.
Dimana didalamnya tercantum
proses/tahapan SAKIP Desa dan siapa
saja yang stakeholder yang terlibat
dalam SAKIP Desa.
Upaya-upaya 2. Mentalitas Implementor dalam hal ini perangkat
Mengatasi petugas yang Desa Dan sangat konsisten dalam
Hambatan menerapkan mengimplementasikan SAKIP Desa
dalam kebijakan semenjak diberlakukannya SAKIP
Implementasi Desa tersebut.
Kebijakan 3. Fasilitas Menambah fasilitas / perangkat kerja
dengan memasukan ke APBDes tahun
berikutnya serta memeperbantukan
beberapa orang perangkat desa untuk
membantu dalam proses implementasi
SAKIP Desa.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023.

Tabel 4.67
Rekapitulasi Upaya Mengatasi Faktor Penghambat
130

Implementasi SAKIP Desa Di Desa Dan


No. Hambatan Upaya
1. Tidak ada sumber Memperbantukan beberapa orang perangkat desa
daya pembantu untuk membantu dalam proses implementasi
SAKIP Desa.
2. Adanya perbedaan Mengidentifikasi keragaman pegawai,
persepsi antar membangun komunikasi sesama pegawai.
pegawai
3. Kurangnya fasilitas Menambah fasilitas / perangkat kerja dengan
memasukan ke APBDes tahun berikutnya.
4. Kurangnya Mengadakan bimbingan teknis atau kegiatan
pemahaman peningkatan kapasitas pegawai terkait SAKIP
beberapa pegawai Desa.
Sumber: Data diolah peneliti 14 Juli 2023.

Berdasarkan uraian tabel di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

Desa- Desa Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang telah berupaya untuk

mengatasi hambatan yang dialami dalam proses implementasi SAKIP Desa, yaitu

dengan cara memperbantukan beberapa orang perangkat desa untuk membantu

dalam proses implementasi SAKIP Desa, mengidentifikasi keragaman pegawai

serta membangun komunikasi yang baik sesama pegawai, menambah

fasilitas/perangkat kerja dengan memasukan ke APBDes tahun berikutnya, serta

mengadakan bimbingan teknis atau kegiatan peningkatan kapasitas pegawai

terkait SAKIP Desa.

Diperkuat oleh pendapat Bapak Ili, S.Sos selaku Camat yang mengatakan

Pemerintah Desa-Desa Kecamatan Rancakalong terus berupaya mengatasi apa

yang selama ini menjadi faktor penghambat implementasi SAKIP Desa di Desa-

Desa Kecamatan Rancakalong sebagai berikut:

1. Memperbantukan beberapa orang perangkat desa untuk membantu

dalam proses implementasi SAKIP Desa.


131

2. Mengidentifikasi keragaman pegawai, membangun komunikasi yang

baik sesama pegawai.

3. Menambah fasilitas / perangkat kerja dengan memasukan ke APBDes

tahun berikutnya.

4. Mengadakan bimbingan teknis atau kegiatan peningkatan kapasitas

pegawai terkait SAKIP Desa.

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi lagi kendala dalam

mengimplementasikan SAKIP Desa kedepannya.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Implementasi SAKIP Desa Pada Tingkat Desa Di Kecamatan

Rancakalong Kabupaten Sumedang

Implementasi merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu

kebijakan untuk memecahkan persoalan-persoalan publik. Selain itu juga

implrmrntasi merupakan suatu kegiatan proses penyelenggaraan dari suatu

program yang sah dari suatu organisasi dengan menggunakan sumberdaya tertentu

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pelaksanaan kebijakan program SAKIP Desa di Kecamatan Rancakalong

Kabupaten Sumedang harus sesuai dengan Peraturan Bupati Sumedang Nomor

153 Tahun 2019 tentang SAKIP Desa yang dilengkapi dengan sarana prasarana

yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya, aparat yang terlibat dalam pelaksanaan,

alat yang digunakan, waktu pelaksanaan, faktor pendukung serta hambatan atau

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan. Hal itu perlu diketahui agar
132

pelaksanaan kebijakan SAKIP Desa pada tingkat Desa di Kecamatan Rancakalong

Kabupaten Sumedang dapat berjalan dengan baik dan target yang telah ditentukan

dapat tercapai.

Tabel 4.62
Rekapitulasi Implementasi Keterbukaan Informasi Publik
No Uraian Kesimpulan
1 Cara sosialisasi Melalui rapat, media cetak,
poster/baligo dan media sosial
2 Hambatan sosialisasi Kehadiran warga masyarakat
3 Cara mengatasi hambatan Turun langsung ke tingkatan
paling bawah
4 Komuikasi dengan pihak intern Minggon Kecamatan
5 Komunikasi dengan pihak Adanya WAG atau contact centre
eksternal Kecamatan
6 Jumlah SDM 3 Orang
7 Kemampuan implementor Implementor sudah bisa
mengoperasikan keterbukaan
informasi pubik
8 Pelatihan peningkatan kualitas Ada, rutin diadakan setiap tahun
SDM
9 Sarana penunjang Sudah baik
10 Sumber anggaran APBD Kecamatan Tahun 2022
11 Pemanfaatan sumberdaya Sudah sebagaimana mestinya
financial
12 Anggaran mencukupi kebutuhan Sudah mencukupi
13 Sikap pelaksana kebijakan Sangat mendukung
14 Dukungan Pemerintah Daerah Sangat mendukung
15 Komitmen pelaksana Berkomitmen
mengimplementasikan
keterbukaan informasi publik
16 Pengawasan dan pengendalian Pengawasan dan peengendalian
dilakukan oleh inspektorat dan
BPKP
17 Hambatan yang ditemukan Pencairan/penyaluran anggaran
tidak sesuai jadwal
18 Struktur Birokrasi Camat, sekretaris Kecamatan,
Kepala Sub Bagian dan Kepala
Seksi.
19 Pembagian wewenang dan Sesuai tugas pokok dan fungsinya
tanggung jawab masing-masing.
20 SOP Kecamatan 4. Hari kerja Senin s/d Jum’at
5. Jam kerja Jam 08.00 s/d 16.00
133

No Uraian Kesimpulan
6. Wajib menarapkan 3S (salam,
senyum, sapa)
21 Hasil keterbukaan informasi Mempermudah masyarakat
publik mengakses informasi
22 Pengambilan Keputusan Berdasarkan prioritas anggaran

Sumber: hasil olahan peneliti Juli 2023

Dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan

peneliti, bahwa Implementasi SAKIP-DESA berjalan dengan baik secara target

kinerja yaitu menurunkan angka kemiskinan, menurunkan angka stunting, dan

meningkatkan kualitas pelayanan publik. Namun dalam hal pelaporan hasil

SAKIP Desa masih kurang baik, ada 5 Desa yang mendapat point D hasil

penilaian Inspektorat Kabupaten Sumedang yaitu Desa Pamekaran, Desa

Sukamaju, Desa Nagarawangi, Desa Pasirbiru, dan Desa Sukahayu. Hal tersebut

sebagian besar disebabkan oleh tingkat pemahaman yang minim dari Aparatur

Desa khususnya operator SAKIP-DESA yang memang selama ini belum

mendapatkan pelatihan khusus mengenai SAKIP Desa. Tentu ini menjadi

perhatian khusus bagi Pemerintah Kecamatan Rancakalong yang senantiasa perlu

melakukan koordinasi dengan pemerintahan daerah Kabupaten Sumedang.

Pemerintah Kecamatan Rancakalong perlu melakukan koordinasi sesuai

dengan harapan Aparatur Desa bahwa sanya diperlukan pelatihan yang dilakukan

di tingkat desa dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman dari operator

terkait pelaksanaan SAKIP-DESA selain peningkatan pemahaman terkait teori

SAKIP-DESA diperlukan juga pemahaman praktik dari mulai mempersiapkan

data input cara input data dan output data dari hasil penginputan data. Karena
134

sejauh ini belum ada pelatihan khusus untuk operator SAKIP Desa dalam

mengoperasikan aplikasi SAKIP Desa tersebut terutama dalam hal pelaporan.

Selain itu urusan finansial menjadi salah satu faktor yang menghambat

pelaksanaan SAKIP-DESA di tingkat Desa terlebih dalam pemenuhan honorarium

dan peningkatan sarana dan prasarana guna menunjang pelaksanaan SAKIP-

DESA di tingkat desa terutama sarana prasarana Laptop/Komputer yangselama ini

masih menggunakan laptop/computer secara bergantian dengan perang desa

lainnya. Tentu ini perlu menjadi perhatian khusus guna menunjang pelaksanaan

SAKIP-DESA Desa di Kecamatan Rancakalong agar ketiga Desa yang berada di

urutan paling bawah yakni Desa Nagarawangi, Desa Pasirbiru, dan Desa

Sukahayu dapat bangkit dari juru kunci rangking nilai SAKIP-DESA di

Kabupaten Sumedang. Selain itu ketersediaan jaringan internet yang stabil dirasa

sangat mempengaruhi dalam hal mengoperasikan aplikasi SAKIP Desa tersebut.

4.3.2 Faktor Penghambat Implementasi SAKIP Desa Pada Tingkat Desa Di

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang.

Tabel 4.63
Kesimpulan Faktor Penghambat Implementasi SAKIP Desa
Di Kecamatan Rancakalong

Dimensi Indikator Deskripsi Hasil Kesimpulan


1. Isi Kebijakan Tidak ada sumber daya pembantu
dalam proses implementasi
SAKIP Desa di Kecamatan
Rancakalong.
2. Informasi Adanya perbedaan persepsi /
penafsiran terkait SAKIP Desa
Faktor Penghambat 3. Dukungan Dengan adanya SAKIP Desa,
Implementasi diperlukan 2 laptop/komputer
Keterbukaan yang berbeda. Sedangkan selama
ini masih 1 yang digunakan dan
135

Dimensi Indikator Deskripsi Hasil Kesimpulan


informasi publik di dirasa kurang maksimal untuk
Kecamatan Jatigede menunjang kinerja staff layanan
informasi publik.
4. Pembagian Pembagian tugas dan wewenang
Potensi sesuai tupoksi masing-masing,
namun yang benar-benar faham
tentang SAKIP Desa hanya staff.
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023

Tabel 4.64
Rekapitulasi Faktor Penghambat Implementasi SAKIP Desa
Di Kecamatan Rancakalong

No. Indikator Kesimpulan


Tidak ada sumber daya pembantu dalam proses
1. implementasi SAKIP Desa di Kecamatan Rancakalong.
1. Isi Kebijakan

Adanya perbedaan persepsi / penafsiran terkait SAKIP


2. Informasi Desa.
Dengan adanya SAKIP Desa, diperlukan 2
3 laptop/komputer yang berbeda. Sedangkan selama ini
. Dukungan masih 1 yang digunakan dan dirasa kurang maksimal
untuk menunjang kinerja staff.
Pembagian tugas dan wewenang sesuai tupoksi masing-
4. Pembagian masing, namun yang benar-benar faham tentang SAKIP
Potensi Desa hanya staff.
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023

Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

ada beberapa hal yang menjadi penghambat implementasi keterbukaan informasi

publik seperti tidak ada sumberdaya pembantu, adanya perbedaan persepsi antar

pegawai, kurangnya fasilitas serta kurangnya pemahaman dari beberapa pegawai.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Ili, S.Sos selaku Camat Rancakalong yang

menyatakan dalam proses implementasi SAKIP Desa yang betul-betul faham

tentang SAKIP Desa hanya staff. Tetapi itu tidak menjadi hal yang menyebebakan

tidak berjalannya proses implementasi SAKIP Desa di Kecamatan Rancakalong.


136

4.3.3 Upaya Mengatasi Faktor Penghambat Implementasi SAKIP Desa

Pada Tingkat Desa Di Kecamatan Rancakalong Kabupaten

Sumedang.

Tabel 4.65
Kesimpulan Upaya Mengatasi Faktor Penghambat
Implementasi SAKIP Desa Di Kecamatan Rancakalong

Dimensi Indikator Deskripsi Hasil Kesimpulan


Upaya-upaya 1. Peraturan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 153
Mengatasi Hukum Tahun 2019 tentang SAKIP Desa. Dimana
Hambatan didalamnya tercantum proses/tahapan
dalam pengelolaan SAKIP Desa dan siapa saja
Implementasi yang stakeholder yang terlibat dalam
Kebijakan SAKIP Desa.
2. Mentalitas Implementor dalam hal ini perangkat
petugas yang Desa Se Kecamatan Rancakalong sangat
menerapkan konsisten dalam mengimplementasikan
kebijakan SAKIP Desa semenjak diberlakukannya
SAKIP Desa tersebut.
3. Fasilitas Menambah fasilitas / perangkat kerja
dengan memasukan ke APBD Kecamatan
tahun berikutnya serta memeperbantukan
beberapa orang perangkat Desa untuk
membantu dalam proses implementasi
SAKIP Desa.
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023.

Tabel 4.66
Rekapitulasi Upaya Mengatasi Faktor Penghambat
Implementasi SAKIP Desa Di Kecamatan Rancakalong
No. Hambatan Upaya
1. Tidak ada sumber Memperbantukan beberapa orang perangkat
daya pembantu Kecamatan untuk membantu dalam proses
implementasi SAKIP Desa.
2. Adanya perbedaan Mengidentifikasi keragaman pegawai,
persepsi antar membangun komunikasi sesama pegawai.
pegawai
3. Kurangnya fasilitas Menambah fasilitas / perangkat kerja dengan
memasukan ke APBDes tahun berikutnya.
4. Kurangnya Mengadakan bimbingan teknis atau kegiatan
pemahaman peningkatan kapasitas pegawai terkait keterbukaan
beberapa pegawai SAKIP Desa.
Sumber: Data diolah peneliti Juli 2023.
137

Berdasarkan uraian tabel di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

Kecamatan RAncakalong Kabupaten Sumedang telah berupaya untuk mengatasi

hambatan yang dialami dalam proses implementasi SAKIP Desa, yaitu dengan

cara memperbantukan beberapa orang perangkat Desa untuk membantu dalam

proses implementasi SAKIP Desa, mengidentifikasi keragaman pegawai serta

membangun komunikasi yang baik sesama pegawai, menambah

fasilitas/perangkat kerja dengan memasukan ke APBDes tahun berikutnya, serta

mengadakan bimbingan teknis atau kegiatan peningkatan kapasitas pegawai

terkait SAKIP Desa.

Diperkuat oleh pendapat Bapak Khaidir Ili, S.Sos selaku Camat

Rancakalong yang mengatakan Pemerintah Kecamatan RAncakalong terus

berupaya mengatasi apa yang selama ini menjadi faktor penghambat implementasi

SAKIP Desa pada tingkat Desa di Kecamatan Rancakalong sebagai berikut:

1. Memperbantukan beberapa orang perangkat Desa untuk membantu

dalam proses implementasi SAKIP Desa.

2. Mengidentifikasi keragaman pegawai, membangun komunikasi yang

baik sesama pegawai.

3. Menambah fasilitas / perangkat kerja dengan memasukan ke APBDes

tahun berikutnya.

4. Mengadakan bimbingan teknis atau kegiatan peningkatan kapasitas

pegawai terkait SAKIP Desa.


138

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi lagi kendala dalam mengimplementasikan

keterbukaan informasi publik kedepannya.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan

pada BAB IV (Empat) mengenai Implementasi SAKIP Desa Pada Tingkat Desa

Di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1 Proses implementasi SAKIP Desa yang dilakukan oleh Desa-Desa di

Kecamatan Rancakalong yaitu sebagai berikut:

a. Komunikasi, dalam hal ini komunikasi dalam implementasi SAKIP Desa

yang telah dilakukan oleh Desa-Desa di Kecamatan Rancakalong melalui

rapat bersama masyarakat, poster atau baligo yang dipasang di lokasi

strategis serta melalui media sosial resmi Kecamatan baik Facebook,

Instagram, maupun website Kecamatan Rancakalong. sosialisasi tentang

kebijakan kepada masyarakat. Dalam mengatasi hambatan sosialisasi

pemerintah Kecamatan terjun langsung ke lapangan dengan melakukan

sosialisasi dalam ruang lingkup Desa.

b. Sumberdaya, sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses Implementasi

SAKIP Desa adalah Camat, Kasi Pemerintahan Desa, Kepala Desa se-

Kecamatan Rancakalong dan operator SAKIP Desa se-Kecamatan

Rancakalong.

c. Disposisi,

139
140

1) Implementor sangat mendukung adanya SAKIP Desa.

2) Implementor berkomitmen melaksanakan SAKIP Desa dengan sebaik-

baiknya.

3) Pengawasan dan pengendalian SAKIP Desa dilakukan oleh Kecamatan,

Inspektorat dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

d. Struktur Birokrasi,

1) Struktur Birokrasi Desa-Desa di Kecamatan Rancaklong terdiri dari 1

orang Kepala Desa, 1 orang Sekretaris Desa, 3 orang Kepala Urusan, 3

orang Kepala Seksi dan 3 orang Kepala Wilayah.

2) Pembagian tugas dan wewenang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

perangkat Kecamatan sesuai dengan Peraturan Bupati Sumedang Nomor

153 Tahun 2019 tentang SAKIP Desa.

3) Implementor berkomitmen melaksanakan SAKIP Desa dengan sebaik-

baiknya.

1. Faktor penghambat dalam proses implementasi SAKIP Desa pada tingkat Desa

di Kecamatan Rancakalong yaitu sebagai berikut:

a. Kurangnya sumber daya pembantu dalam proses implementasi SAKIP Desa

di Kecamatan Rancakalong.

b. Adanya perbedaan pemahaman antara operator SAKIP Desa selaku

implementor dengan perangkat Desa lainnya.

c. Fasilitas yang ada kurang memadai, karena setiap tahun aplikasi SAKIP

Desa bertambah fitur di dalamnya sehingga dibutuhkan perangkat lunak

yang kompatibel dengan aplikasi SAKIP Desa tersebut.


141

d. Differensiasi tugas dan wewenang, operator SAKIP Desa kurang memahami

atau tidak mahir mengoperasikan aplikasi SAKIP Desa. Semestinya proses

penatausahaan SAKIP Desa dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar

memahami tentang SAKIP Desa.

2. Upaya yang dilakukan oleh Desa-Desa di Kecamatan Rancakalong untuk

mengatasi hambatan yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengatasi hambatan mengenai kurangnya sumberdaya pembantu

Desa-Desa di Kecamatan Rancakalong melakukan upaya Memperbantukan

perangkat Desa lain yang tidak terlalu sibuk untuk membantu proses

Implementasi SAKIP Desa tersebut.

b. Untuk mengatasi hambatan perbedaan persepsi antar pegawai, Desa-Desa di

Kecamatan Rancakalong melakukan upaya mengidentifikasi keragaman

pegawai serta membangun komunikasi yang baik sesama pegawai.

c. Untuk mengatasi hambatan mengenai kurangnya fasilitas, Desa-Desa di

Kecamatan Rancakalong melakukan upaya menambah fasilitas perangkat

lunak dengan cara memasukan ke APBDesa tahun berikutnya.

d. Untuk mengatasi masalah kurangnya pemahaman pegawai Desa-Desa di

Kecamatan Rancakalong melakukan upaya mengadakan bimbingan teknis

tekait SKAIP Desa serta mengadakan kegiatan peningkatan kapasiatas

pegawai agar masing-masing perangkat Desa memahami siapa saja yang

terlibat dalam SAKIP Desa sesuai dengan Peraturan Bupati Sumedang

Nomor 153 Tahun 2019 tentang SAKIP Desa.


142

5.2 Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, peneliti mencoba mengajukan

beberapa saran-saran yang kiranya dianggap perlu untuk dipertimbangkan sebagai

bahan masukan kepada pihak yang berkepentingan dalam proses implementasi

SAKIP Desa, yaitu sebagai berikut:

1. Lakukan sosialisasi kepada masyarakat lebih intens lagi tentang SAKIP

Desa, salah satunya ketika musyawarah perencaan Pembangunan Desa.

2. Lakukan bimbingan teknis tentang aplikasi SAKIP Desa, agar perangkat

Desa yang lain mampu dan memahami tentang SAKIP Desa.


143

Daftar Pustaka
Anggara, S. (2016). Ilmu Administrasi Publik. Bandung: CV Pustaka Setia.
Christopher, B. C. (2020). Definition of Public Administration: Various Scholars.
American International Journal of Business Management (AIJBM) Vol. 3 Issue 9,
56-61.
Darius Antoni, P. M. (n.d.). E-Government Berbasis Information Technology
Infrastructure. Surabaya: CV. Mitra Mandiri Persada.
Darmawan Napitupulu, M. R. (2020). E-Government: Implementasi, Strategi dan
Inovasi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Doli Tua Mulia Raja Panjaitan, (2021). Administrasi Publik. Kabupaten Purbalingga:
Eureka Media Aksara.
Dian Suluh Kusuma Dewi, M. (2022). Buku Ajar Kebijakan Publik Proses, Implementasi
dan Evaluasi. Banguntapan Bantul DI Yogyakarta: Samudra Biru (Anggota
IKAPI).
Awan Y. Abdoellah, M. d. (2016). Teori dan Analisis Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Evi Satispi, (2019). Buku Ajar Kebijakan Publik Teori dan Aplikasinya. Jakarta: UMJ
Press.
Tachjan., M. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Asosiasi Ilmu Politik
Indonesia (AIPI).
Hardiansyah, (2022). Pengantar Ilmu Administrasi Bisnis dan Publik. Jakarta:
Universitas Bina Darma.
Nuryanti Mustari, (2015). Pemahaman Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: PT Leutika Nouvalitera.
Yuhefizar, (2017). Membangun E-Government. Padang: APTIKOM.
Muhammad, M. (2019). Pengantar Ilmu Administrasi Publik. Lhokseumawe: Unimal
Press.
Rulinawaty Kasmad, S. M. (2013). Studi Implementasi Kebijakan Publik. Makasar: Kedai
Aksara.
Istiyanti, D. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata di
Sukawening. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 53-62.
M. Sholahuddin Al-Ayyubi, H. S. (2021). Implementasi E-Government untuk
Pengelolaan Data Administratif pada Desa Banjar Negeri, Lampung Selatan. E-
DIMAS: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 12(3), 491-497, 492-497.
Nugroho, F. A. (2018). Implementasi Program Desa Wisata dalam Rangka Pemberdayaan
Masyarakat di Desa Mas, Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 5 No.2, 327-333.
144

Selvia Junita Praja, M. R. (2020). Evaluasi Kebijakan Program Pemberdayaan


Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kecamatan Penajam Kabuaten Penajam Paser
Utara Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja Vol. 10
No. 1, 266-279.
Sitna Hajar Malawat, S. M. (2022). Buku Ajar Pengantar Administrasi Publik.
Banjarmasin: Universitas Im.
Suharyana, Y. (2017). Implementasi E-Government untuk Pelayanan Publik. Jurnal
Kebijakan Pembangunan Daerah, 45-58.
Utama, K. S. (2018). Pengaruh Pemberdayaan dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Wisata
Paksebali,Kabupaten Klungkung . E-Jurnal EP Unud, 9[10] : 2331 - 2359, 2332-
2356.
Wibhisana, Y. P. (2021). Pemberdayaan Masyarakat dan Komunitas dalam Program Desa
Wisata Jogoboyo Purworejo. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume
12, No. 1 , 32-43.
Winarno, K. D. (2012). IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT SYSTEM DALAM
UPAYA PENINGKATAN CLEAN AND GOOD GOVERNANCE DI
INDONESIA. JEAM, 2-18.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Fokus penelitian Dimensi Indikator No.


Item
1 2 3 4
Implementasi Kebijakan, 1. Komunikasi a. Transmisi 1
George C. Edward III (Communication); b. Kejelasan 2
(dalam Widodo, 2010: c. Konsistensi 3
96) 2.Sumber daya (Resource); a. Staf/tenaga kerja 4
b. Fasilitas 5
3.Disposisi (Dispositions); c. Pengangkatan 6
birokrat
d. Insentif 7
4.Struktur Birokrasi e. Standart 8
(Bureaucratic Structure). Operational
Procedures (SOP) 9
f. Fragmentasi
PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana cara melakukan sosialisasi SAKIP Desa kepada masyarakat?

Siapa saja yang terlibat dalam proses sosialisasi?

2. Apakah terdapat hambatan dalam proses sosialisasi?

3. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?

4. Bagaimana komunikasi dengan pihak-pihak intern dalam SAKIP Desa?

5. Bagaimana komunikasi dengan pihak-pihak eksternal dalam SAKIP Desa?

6. Berapa jumlah SDM/Pegawai Desa di Kecamatan Rancakalong yang terkait

dengan SAKIP Desa? Apakah mencukupi?

7. Bagaimana kemampuan implementor dalam pelaksanaan SAKIP Desa?

8. Apakah terdapat pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas SDM operator

SAKIP Desa?

9. Bagaimana dengan sarana sebagai penunjang kegiatan SAKIP Desa?

10. Darimana sumber anggaran pelaksanaan kebijakan SAKIP Desa?

11. Bagaimana pemanfaatan sumberdaya finansial dalam pelaksanaan

kebijakan SAKIP Desa?

12. Apakah anggaran tersebut sudah mencukupi dalam kegiatan SAKIP

Desa?

13. Bagaimana sikap pelaksana kebijakan SAKIP Desa terhadap implementasi

kebijakan SAKIP Desa?


14. Apakah Pemerintah Daerah mendukung penuh dengan adanya kebijakan

SAKIP Desa?

15. Bagaimana komitmen pelaksana dalam mengimplementasikan

kebijakan SAKIP Desa?

16. Bagaimana pengawasan dan pengendalian kebijakan SAKIP Desa?

17. Apakah tedapat hambatan yang ditemukan dalam implementasi kebijakan

SAKIP Desa?

18. Bagaimana struktur birokrasi Desa di Kecamatan Rancakalong yang

terkait SAKIP Desa?

19. Bagaimana dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab antar bagian?

20. Bagaimana SOP Desa di Kecamatan Rancakalong?

21. Bagaimana hasil adanya SAKIP Desa?

22. Bagaimana pengambilan keputusan terkait SAKIP Desa?

23. Apakah tersedia sumberdaya pembantu dalam proses implementasi SAKIP

Desa di Kecamatan Rancakalong?

24. Apakah yang menjadi hambatan terkait komunikasi dalam implementasi

SAKIP Desa di Kecamatan Rancakalong?

25. Bagaimana fasilitas yang ada di Desa dalam proses implementasi

SAKIP Desa

26. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang di Desa dalam implementasi

SAKIP Desa?

27. Upaya seperti apa yang dilakukan oleh Desa di Kecamatan Rancakalong
dalam mengatasi hambatan mengenai fasilitas dan sumberdaya pembantu

dalam implementasi SAKIP Desa?

28. Bagaimana konsistensi implementor dalam imlementasi SAKIP Desa?

29. Apakah ada peraturan hukum yang mengatur khusus tentang SAKIP Desa?

Anda mungkin juga menyukai