Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENYULUHAN PERTANIAN

PERKEMBANGAN PERTANIAN DI NEGARA THAILAND

Disusun Oleh:

Riansyah (D41212492)
Rinalestari (D41211774)
Rofi Sulton Alfanan (D41212258)
M. Vikriansa Abdulkadir (D41211724)

Dosen Pengampu :
Dr. Muksin, S.P,M.Si

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGROINDUSTRI


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4

2.1 Sejarah Pertanian di ................................................................................. 4

a. Ekspor Padi........................................................................................... 4

b. Panataan Wilayah Pertanian .............................................................. 4

c. Komposisi Penanaman padi ............................................................... 4

2.2 Pasar Jasa Pertanian Yang Saling Menghidupi ..................................... 5

2.3 Pupuk NPK Lokal dengan bahan impor ................................................. 5

2.4 Keunggulan Faktor Input Pertanian ...................................................... 11

2.5 Keunggulan keterkaitan Hulu -hilir Industri agro ............................... 12

2.6 Cara Tanam Padi Pada Pertanian di THAILAND ................................ 18

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 22

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 22

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Thailand saat ini merupakan negara pengekspor terbesar produk


pertanian dunia. Ekonomi Thailand bergantung pada ekspor, dengan nilai
ekspor sekitar 60% PDB, dan dari sekitar 60 % dari seluruh angkatan kerja
Thailand dipekerjakan di bidang pertanian. Disamping Thailand menjadi
eksportir besar di pasar dunia, komoditi pertanian yang dihasilkan adalah
beras dengan kualitas super, tapioka, karet, biji-bijian, gula, ikan dan produk
perikanan lainnya, serta ekspor makanan jadi. Thailand saat ini sudah
unggul dalam produk pertanian dengan status eksportir atau produsen
terbesar dunia untuk beras, gula, karet, bunga potong, bibit tanaman,
palmoil, tapioka, buah-buahan dan lainnya. Hal ini karena perhatian
pemerintah Thailand dalam meningkatkan pendapatan bagi petani disana
relatif tinggi, dan tentunya didukung model atau sistem pertanian yang baik.
Sehingga nantinya akan menghasilkan kualitas pangan yang sangat baik. Itu
sebabnya, negara mengelola sektor ini secara sangat serius, bahkan
didukung riset dan rekayasa teknologi dengan melibatkan para ahli dan
pakar dunia.
Melalui hasil riset dan rekayasa teknologi ini Pemerintah Thailand
telah mengambil kebijakan untuk mengembangkan satu produk pada satu
wilayah (one village one commodity) dengan memperhatikan aspek
keterkaitan dengan sektor lain (back word and forward linkage), skala
ekonomi dan hubungannya dengan outlet (pelabuhan). Akibatnya, tumbuh
cluster-cluster (kelompok-kelompok) bisnis, sehingga masing-masing
wilayah memiliki kekhasan sesuai dengan potensi wilayahnya. Pemerintah
Thailand juga memproteksi produk pertanian dengan memberikan insentif
dan subsidi kepada petani. Kebijakan ini telah mendorong masyarakat
memanfaatkan lahan kosong dan tak produktif untuk ditanami dengan

1
tanaman yang berprospek ekspor. Sistem contract farming yang dipakai di
Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan
melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan jaminan.
Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi agunan, sehingga
kalau petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan
ditanggung oleh negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah
perusahaan menjamin harga minimal dari produk yang dimintanya untuk
ditanam oleh petani. Jika harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas
untuk menjualnya ke pihak lain. Selain itu di Thailand juga menggunakan
model pertanian Hidroponik untuk meminimalisir penggunaan tanah.
Karena, disana kualitas dan kuantitas tanah kurang memadai. Makalah ini
membahas tentang pertanian di Thailand, sistem dan model pertanian di
negara Thailand serta masalah pertanian di Thailand.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem dan model pertanian di negara Thailand?
2. Apa saja masalah yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di
Thailand?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pertanian di negara Thailand
2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh negara Thailand dalam
mengembangkan sistem pertaniannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Pertanian di Thailand

Thailand merupakan negara yang memiliki sistem pertanian yang baik di


dunia. Pada negara ini sistem penyuluhan dibenahi, sarana produksi dan
permodalan disediakan, infrastruktur dibangun dengan kualitas prima. Bahkan,
untuk menjangkau pasar internasional, standar yang dipakai di negara pengimpor
diterapkan di petani. Setiap petani yang akan mengekspor produknya harus
menjalankan dua standar, yaitu GAP (good agricultural practices) dan GMP (good
manufacturing practices). Jika petani telah menjalankan, pemerintahlah yang
membayar sertifikasinya. Di saat pertanian menjadi perhatian dunia, Thailand
merumuskan isu pokok yang harus dipecahkan. Tiga hal yang menjadi isu pokok
sat ini adalah:

a. Ekspor padi

Ekspor padi menjadi perhatian utama karena merekalah saat ini yang
menjadi negara pengekspor beras terbesar. Ada wacana untuk membentuk
persatuan negara pengekspor padi, semacam OPEC untuk minyak bumi, di mana
Thailand menjadi pelopornya. Namun setelah membahasnya, mereka lebih suka
untuk menjamin negara-negara tetangga supaya bisa mendapatkan ‘harga kawan’.
Alasannya, jika negara-negara tetangga aman dari krisis pangan, maka suasana
regional akan tenang dan kondusif untuk pertumbuhan. Artinya, beras bisa tetap
dijual, sementara pemasaran produk lainnya seperti buah dan sayur bisa tetap
lancar.

b. Penataan wilayah pertanian

Penataan wilayah, atau lebih lazim disebut zoning dalam ilmu pertanian,
dimaksudkan untuk mengefektifkan pelayanan dan menekan biaya prosesing dan

3
distribusi. Jika produk bisa dihasilkan di pusat-pusat produksi, maka pelayanan
menjadi lebih efisien.

c. Kompetisi penanaman padi dan tanaman karet/sawit

Mengingat bahwa bukan hanya padi yang saat ini mahal, tetapi juga produk
pertanian yang bisa dipakai untuk membuat biofuel, seperti ubi kayu dan sawit,
serta produk karet alam, maka keinginan petani Thailand untuk menanam produk
ini juga sangat tinggi. Namun untuk menjaga keunggulan Thailand sebagai
produsen padi, maka penanaman kelapa sawit dan karet dilakukan secara hati-hati.
Mereka memilih untuk tidak mengkonversi lahan padi menjadi lahan sawit dan
karet. Mereka juga tidak mengkonversi hutan menjadi perkebunan kedua jenis
tanaman ini. Mereka memakai lahan-lahan yang kurang subur untuk ditanami kedua
jenis tanaman ini, khususnya karet. Kelapa sawit tidak terlalu ditekankan karena
mereka merasa tidak akan mampu bersaing dengan Malaysia dan Indonesia yang
punya Kalimantan.

Berikut ini merupakan beberapa sistem pertanian yang ada di Thailand:


a. Penanaman Sayur dan buah

Thailand adalah negara yang paling serius di kawasan Asia Tenggara dalam
menangani buah dan sayur. Thailand adalah negara pengekspor babycorn terbesar
kedua di dunia. Mereka juga pengekspor asparagus. Durian mereka menyerbu
supermarket Jepang, China, Taiwan dan juga Indonesia. Bukan saja produk segar,
mereka juga mengekspor buah kering dan sayur dalam kaleng. Selain itu mereka
juga membanjiri dunia dengan produk juice berbagai buah dan sayur. Hal ini
dikarenakan peran negara dalam mendukung petani sangatlah besar. Negara
menyediakan dukungan penelitian, pelatihan dan sarana produksi bahkan Bank Of
Agriculture yang menyalurkan modal kerja bagi petani. Negara juga menjamin
kualitas produk yang dihasilkan dengan sertifikasi.
Belanja negara untuk pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mendukung
pengembangan pertanian. Jalan dan pasar induk dibangun dan dikelola dengan
profesional. Peran sektor bisnis juga tak boleh dilupakan. Sistem contract farming

4
yang dipakai di Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia.
Perusahaan melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan
agunan. Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi agunan, sehingga kalau
petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan ditanggung oleh
negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah perusahaan menjamin harga
minimal dari produk yang dimintanya untuk ditaman oleh petani. Jika harga pasar
diatas harga kontrak, petani bebas untuk menjualnya ke pihak lain.

b. Sistem pemilikan tanah pemicu keunggulan Thailand


Negeri gajah putih ini memiliki tanah hanya sebesar pulau Sumatera, itupun
tidak semuanya subur. Lahan pertanian yang menghasilkan padi mutu tinggi dengan
tingkat kesuburan memadai hanya wilayah disekitar ibukota Bangkok. Lahan ini
juga dialiri oleh banyak kanal dan irigasi teknis. Lahan sisanya hanya tanah
berkapur dan bercadas yang kurang subur, namun mampu menghasilkan karet dan
cassava terbesar di dunia. Bangsa yang ulet ditempa kerasnya alam ini justru sukses
melakukan budidaya pertanian yang pada gilirannya meneruskan cerita sukses
kepada sektor industri yang mengolah hasil pertanian.
Lahan pertanian yang terbatas ini dikelola dengan baik oleh sistem
kepemilikan tanah dan pemanfaatan yang efisien. Hampir seluruh lahan pertanian
Thailand berukuran besar sebagai unit produksi yang memenuhi skala ekonomi.
Apabila dilihat dari dalam pesawat udara yang akan mendarat akan terlihat
hamparan lahan pertanian yang luas dengan batas-batas kasat mata dan praktis rata
tanpa perbukitan. Sistem kepemilikan tanah, lahan yang rata dan hak waris
menciptakan lahan luas sehingga efisien dalam mekanisasi pertanian yang pada
gilirannya meningkatkan produktivitas lahan. Hak waris dilaksanakan dengan
pembagian saham dan dikelola oleh salah satu anggota keluarga dengan digaji dan
labanya dibagikan sebagai dividen para ahli waris.

c. Semua bibit unggul


Teknologi budidaya tanaman dikuasai bangsa ini sejak lama. Tidak kurang
dari program raja, program pemerintah, program universitas, dan program swasta

5
melakukan sinergi maupun berusaha sendiri-sendiri memproduksi bibit unggul.
Agro bisnis dan agro industri telah menciptakan iklim usaha yang kondusif dan
menciptakan insentif bagi para pelaku produsen bibit unggul sehingga berlomba-
lomba melakukan riset untuk memproduksi bibit yang lebih produktif dan efisien.
Sektor pertanianpun mampu menyerap bibit unggul yang dihasilkan dan
menciptakan sinergi yang saling menguntungkan bersama dengan para pelaku agro
bisnis lainnya. Pola monokultur ini memberikan keseragaman output, memudahkan
penanganan pasca panen, meningkatkan daya saing ekspor dan mengendalikan
penyakit tanaman.

2.2 Pasar jasa pertanian yang saling menghidupi


Kalau kita bepergian dengan mobil kearah pinggiran kota Bangkok, segera
saja akan terlihat banyaknya mesin-mesin olah pertanian yang di parkir menanti
penyewa di perusahaan rental peralatan mekanisasi pertanian. Perusahaan rental ini
banyak berlokasi di pinggir jalan-jalan utama di batas kota Bangkok dengan daerah
pedesaan. Pemandangan ini akan lebih ramai lagi apabila masa-masa sibuk seperti
musim tanam, musim olah tanah, atau musim panen sudah lewat.
Lahan pertanian luas setiap unitnya dan geografis tanah Thailand yang rata
memerlukan berbagai jenis peralatan mekanisasi pertanian, dari traktor pengolah
tanah, bulldozer, backhoe, pembuat parit, pompa irigasi, penebar pupuk dan banyak
lainnya. Produsen mesin pertanian asal Amerika, Eropa, Jepang terwakili
menyemarakkan pasar rental Thailand. Struktur harga sektor pertanian dirasa pas
untuk para pelaku dan mampu saling menghidupi. Petani cukup hidup layak dengan
harga jual produk pertanian di pasar lokal dan mampu membeli barang-barang input
seperti pupuk, obat-obatan, air, bibit unggul, sewa mesin pertanian dan lainnya.

2.3 Pupuk NPK lokal dengan bahan impor


Suatu ironi pada negeri gajah putih ini, dimana pada satu sisi merupakan
negeri pertanian unggulan namun pada sisi lain sangat tergantung pada pupuk impor

6
terutama urea dan ammonium nitrat. Pupuk impor kemudian diblending dengan
bahan pupuk lokal Kalium menjadi pupuk NPK untuk kemudian dimonopoli oleh
BUMN dan didistribusikan secara nasional. Dengan cara ini Thailand mendapatkan
bahan baku pupuk secara efisien (tender internasional) dan mengamankan pupuk
nasional dari sisi harga, mutu maupun jumlahnya. Sejauh ini kebijakan pupuk
Thailand cukup efektif diserap petani, digunakan sesuai dengan target lahan dan
digunakan sebagai alat ukur atau memproyeksikan hasil panen.
Pupuk NPK tidak diperkenankan untuk diekspor maupun diimpor untuk menjaga
kualitas yang seragam dan mengamankan ketersediaannya pada tingkat petani
terutama pada setiap musim tanam

2.4 Keunggulan Faktor Input Pertanian


Keunggulan produk pertanian Thailand merupakan hasil perjuangan yang
menyeluruh dari para tokoh dan rakyat Thailand selama ratusan tahun. Banyak
faktor yang mempengaruhi cerita sukses Thailand, namun bila dikaji dari sisi input
sejumlah faktor berikut memberikan kontribusi yang signifikan.

2.5 Keunggulan Keterkaitan Hulu-Hilir Industri Agro


Sukses Thailand di sektor pertanian masih diperpanjang dengan kondisi
harmonis antara pasar pertanian dan pasar industri. Kedua sektor dapat saling
menghidupi menciptakan sinergi sehingga keduanya mampu mencapai tingkat
kinerja bahkan daya saing yang memadai baik di pasar dalam negeri maupun
internasional. Faktor utama yang memberikan kontribusi penting diantaranya aspek
distribusi dengan keberadaan pasar agro bisnis yang meliputi mekanisme yang
saling menunjang diantara pasar induk, pasar regional, pasar kontrak, pasar lelang,
yang bekerja sesuai mekanisme pasar.

2.6 Cara Tanam Padi pada Pertanian di Thailand


Dalam penanaman padi Thailand menggunakan sistem tanam SRI (System
of Rice Intensification). Perlu diingat kembali bahwa pola tanam SRI adalah cara

7
bercocok tanam padi dengan prinsip menanam bibit muda, jarak penanaman yang
lebar, menanam dengan segera, penanaman secara dangkal, air diatur tidak terus
menerus menggenangi sawah, penyiangan gulma secara mekanis, dan aplikasi
kompos atau bahan organik walaupun pupuk kimia tidak ‘dilarang’ untuk masih
digunakan. Sedangkan sistem organik pengertian singkatnya ditataran praktis
adalah penggunaan input-input alami seperti kompos, bakteri pengurai dan
pembenah tanah, pupuk organik cair, pestisida hayati dan lainnya sebagai penyubur
atau pembenah tanah dan sebagai pengendali hama/penyakit dengan menghindari
samasekali bahan kimia buatan, walaupun pengertian lengkapnya mengenai
pertanian organik ini lebih kompleks lagi yang harus meliputi perlindungan tanah,
kontrol biologis, daur ulang makanan dan keragaman hayati.
Dari sisi produktivitas, berdasarkan fakta banyak pihak yang merubah pola
tanam padi dari sistem konvensional ke sistem organik mengalami penurunan hasil
yang bisa terjadi sampai musim tanam ke 4 atau lebih. Kemudian banyak pihak
yang merubah pola tanam padi dari sistem konvensional ke pola tanam SRI
mengalami peningkatan hasil langsung pada musim tanam pertamanya. Namun
untuk yang merubah pola tanam padi dari sistem konvensional menjadi sistem SRI
Organik banyak yang mengalami keberhasilan dan banyak juga yang belum
mencapai keberhasilan dalam 2, 3 atau beberapa kali masa tanam di lokasi yang
sama. Tentunya fakta-fakta tersebut juga sangat dipengaruhi dengan kondisi tanah,
lingkungan dan cuaca atau iklim setempat.
Biasanya pihak-pihak yang mencapai keberhasilan secara produktivitas
disaat awal perubahan pola tanam ke SRI Organik ini adalah yang memiliki modal
besar baik melalui pelaksanaan secara padat karya maupun mekanisasi atau bisa
juga petani kecil yang memiliki motivasi dan keuletan yang tinggi. SRI sesuai
dengan kepanjangannya yaitu ‘System of Rice Intensification’ adalah pola tanam
padi yang memerlukan pola kerja yang intensif sedangkan saat ini para petani
Indonesia dalam mengelola sawahnya dengan sistem konvensional pada umumnya
sangatlah tidak intensif, sawah hanya dikunjungi beberapa kali saja yaitu saat
menyemai, olah lahan, tanam, penyiangan yang umumnya dua kali, tebar pupuk

8
yang umumnya dua kali juga dan saat panen serta saat penyemprotan pestisida dan
herbisida kalau ada serangan hama/gulma.
Penggabungan pola tanam SRI dengan sistem organik menjadi pola tanam
SRI Organik akan menuntut tingkat keintensifan perawatan padi dan sawah menjadi
jauh lebih tinggi lagi. Dengan demikian perubahan pola tanam kepada aplikasi SRI
Organik ini tidak hanya merubah cara kerja teknis saja melainkan harus merubah
budaya kerja dan budaya berpikir ke arah etos kerja yang tinggi, kritis atau cerdas,
ulet atau pantang menyerah, menghargai lingkungan atau makhluk lain dan
berpikiran positif atau optimistis. Tentunya perubahan budaya kerja dan budaya
berpikir yang menjadi lebih baik ini baik menurut norma umum maupun norma
agama.
Konsekuensi logisnya adalah peningkatan kesejahteraan yang didalamnya
sudah mencakup peningkatan secara finansial serta peningkatan kualitas hidup dan
kesehatan. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh para petani terutama petani
kecil atau gurem yang memiliki modal terbatas agar mencapai tingkat keberhasilan
yang tinggi baik secara produktivitas maupun secara finansial ketika pertamakali
mengaplikasikan pola tanam SRI Organikselain mengikuti garis besar prosedur
penyemaian, penanaman dan perawatan.

Faktor lain yang mempengaruhi pertanian di Thailand antara lain:


a) Perekat Bangsa Thailand
Salah satu keberhasilan sistem politik yang mempersatukan bangsa
Thailand adalah membangun perekat diantara 62 juta penduduk bangsa ini,
diantaranya adalah keseragaman bahasa, agama Budha, pola hidup, dan fungsi raja.
Walaupun terdapat konflik di wilayah selatan, namun praktis tidak ada potensi lain
yang dapat memecah persatuan diantara rakyat Thailand. Bahasa Thailand dengan
aksara cacingnya memiliki akar sansekerta dengan pengaruh China dan
perkembangan bahasa lokal yang berevolusi sepanjang sejarah Thailand. Semua
penduduk menggunakan bahasa yang sama dan aksara sama sehingga mampu
menjadi suatu ciri khusus dan jati diri yang mempersatu bangsa Thailand. Laos

9
merupakan negara tetangga satu-satunya yang juga memiliki bahasa yang nyaris
sama dengan Thailand.
Agama Budha yang dianut oleh sebagian besar rakyat Thailand dengan
segala tuntunan hidup maupun filosofinya dihayati benar oleh penduduk dan
dilaksanakan di dalam kegiatan hidup sehari-hari termasuk dalam sendi-sendi
ketatanegaraan sehingga menjadi tuntunan dan perekat penting bagi bangsa dan
negara ini. Tiga propinsi paling selatan yang banyak penganut Islam menjadi kaum
marjinal yang merasa terpinggirkan sehingga menimbulkan friksi politik sebagai
satu-satunya masalah yang potensial memecah persatuan Thailand. Raja Bumipol
Aduljadej memerintah secara bijaksana selama puluhan tahun dan sangat dicintai
oleh rakyatnya bahkan dipuja bagai setengah dewa. Belum pernah sepanjang
sejarah pemerintahannya terjadi oposisi terhadap kekuasaannya. Dengan perekat
bahasa, agama dan raja, bangsa Thailand mampu mengatasi segala persoalan negara
karena homogenitas telah mempermudah rantai komando, menyederhanakan
persatuan dan kesatuan.

b) Air sebagai sumber kehidupan


Salah satu kepercayaan agama Budha yang banyak diterapkan rakyat
Thailand adalah bahwa air merupakan sumber kehidupan manusia. Apabila
manusia menginginkan hidup yang sehat dan sejahtera maka peliharalah sumber
air. Pemahaman ini dihayati benar dan dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Sehingga ada anggapan bahwa apabila ada sampah atau kotoran lain di
sungai, danau atau laut, maka akan dituding sebagai perbuatan para turis yang
memang banyak di Thailand, suatu indikator sukses lainnya di bidang pariwisata.
Air benar-benar merasuki setiap penduduk Thailand, tiada bangunan tanpa hiasan
air mancur, kolam ikan atau air hiasan lainnya, tiada rumah tanpa suara kricik-kricik
air. Hari raya tahun baru Thailand, Songkran, dimeriahkan setiap tahun oleh
meriahnya pesta air berupa perang siram siraman air di jalan yang sangat digemari
para turis. Setahun sekali dirayakan pula ritual penebusan dosa kepada sumber air
dengan melabuh lampion di malam hari di sungai, laut, danau. Masyarakat tetap

10
merasa bersalah telah mengotori sumber air secara tidak sengaja, meskipun telah
berupaya keras menjaganya, sehingga merasa perlu untuk menebus dosa.
Dengan kepercayaan seperti mendewakan air dimanapun komunitas
Thailand berada, tidak mengherankan apabila ketersediaan air untuk keperluan
pertanian hampir tanpa masalah kekeringan, kebanjiran, polusi, intrusi air laut,
tercemar bahan racun dan sejenisnya. Kota Bangkok yang pada sejumlah tempat
lebih rendah dari permukaan laut dilindungi dari banjir oleh 200 sistem pompa
raksasa dan banjir kanal sekaligus bersinergi dengan irigasi lahan padi sehingga
meningkatkan efisiensi pemanfaatan air yang pada gilirannya meningkatkan
produktivitas lahan pertanian

c) Etos Kerja, lembur dengan amfitamin


Petani dan pekerja Thailand dikenal memiliki etos kerja yang tangguh
mampu bekerja lebih lama dengan produktivitas sama dan tekun dalam melakukan
pekerjaan. Bahkan untuk mengejar pendapatan yang lebih banyak, mereka
terkadang memaksakan diri dengan mengkonsumsi amfitamin yang dampaknya
membuat orang tahan kantuk dan lupa kelelahan. Dampak negatif banyak terjadi
selepas kerja pada saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah. Kelelahan yang
diulur dengan obat-obatan mencapai puncak kumulatif ketika mereka di jalan
sehingga kurang peka terhadap bahaya lalu lintas

d) Pasca Panen, tidak membawa sampah ke kota


Satu lagi keunggulan sistem supply chain management nasional Thailand di
sektor agro bisnis maupun industri agro adalah prinsip yang sangat sederhana
namun sangat efektif dengan prinsip distribusi yang “tidak membawa sampah” dari
lahan pertanian ke kota, sepanjang rantai distribusi, apalagi untuk keperluan ekspor.
Jadi setiap pergerakan distribusi produk pertanian selalu hanya membawa produk
yang lulus kualitas, keseragaman, kebersihan. Implementasi dari prinsip ini
sederhana saja. Para pedagang yang akan membeli misalnya buah jeruk dari petani
tertentu, akan menyediakan kemasan dari karton yang sudah lengkap dengan label

11
dan informasi lain tentang isinya, termasuk sekat-sekat dari kotak karton tersebut
yang secara otomatis merupakan ukuran buah jeruk yang dapat diterima oleh
pedagang jeruk yang bersangkutan. Dengan adanya sekat untuk setiap butir jeruk,
maka hanya jeruk yang memenuhi syarat kualitas, ukuran yang seragam dan
kebersihan, yang boleh dimasukkan kedalam kotak karton tersebut. Jeruk lainnya
ditolak oleh pedagang dan dipasarkan lokal oleh petani tersebut. Dengan cara ini
distribusi berjalan sangat efisien, hanya jeruk yang bisa jadi duit saja yang masuk
kota besar bahkan dapat langsung diekspor, sedangkan yang apkir dan potensial
menjadi sampah dikota, tidak ikut terbawa dan dimanfaatkan dikonsumsi didesa
ataupun menjadi pupuk organik.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Thailand merupakan negara yang memiliki sistem pertanian yang baik di
dunia. Pada negara ini sistem penyuluhan dibenahi, sarana produksi dan
permodalan disediakan, infrastruktur dibangun dengan kualitas prima. Bahkan,
untuk menjangkau pasar internasional, standar yang dipakai di negara pengimpor
diterapkan di petani. Thailand memiliki sistem yang berbeda dengan Negara
lainnya sehingga menjadikan pertanian di Thailand sebagai produksi utama dalam
kemajuan Negara Thailand.

3.2. Saran
Sebagai Negara yang memiliki sistem pertanian yang baik hendaknya
Negara – Negara yang lain dapat mencontoh sistem pertanian yang ada di Thailand,
khususnya Negara Indonesia. Agar sistem pertanian yang dikembangkan dapat
menjadi komoditas utama dalam kemajuan Negara.

12
Daftar Pustaka

Kumlasari, Noer. Sistem Pertanian di Negara Thailand. (Artikel). Online. Diakses


melalui http://generalgeomorphology.blogspot.co.id/2015/06/sistem-
pertanian-di-negara-thailand.html pada 14 Maret 2016.
Thailand TICA. Agriculture System. Online. Diakses melalui
http://tica.thaigov.net/main/en/information/agriculture/ITACdiakses pada 14
Maret 2016.
Dr. Ir. Saputera, M.Si. Belajar dari Negara lain. Online. Diakses melalui
https://inspirasitabloid.wordpress.com/2011/10/28/belajar-dari-negara-lain-
kualitas-ekspor-pertanian-kita/diakses pada 14 Maret 2016.
Lukman, fuad. 2014. Agribisnis Negara Thailand. Online. Diakses melalui
http://kantinkuning.blogspot.co.id/Agribisnis-Negara-Thailanddiakses pada
14 Maret 2016.
Ambarita, Dedi Setiawan. 2015. Perekonomian Thailand.(Dalam Jurnal
Universitas Gunadarma). Online. Diakses melalui http://isu-
isuekternal.blogspot.co.id/2015/06/perekonomian-thailand-3.htmldiakses
pada 14 Maret 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai