Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah : Semiotik

Tugas : Kelompok

SEMIOTIKA CHARLES WILLIAM MORRIS

Oleh:
Kelompok III

Imelia Kristi Rante Allo (220511501004)


Muh. Alun Anugrah Pratama (220511501022)
Fahira Adhaliawanafesyahan (220511502001)
Alviandi (200511502022)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ....................................................................................................i

Daftar Isi ................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang………………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….

1.3 Tujuan…………………………………………………………………

Bab II Pembahasan………………………………………………………………

2.1 Hakikat Semiotika ................………………………………………....

2.2 Konsep Dasar Semiotika Charles William Morris ……………..........

Bab III Penutup…………………………………………………………………

3. 1 Kesimpulan ………………………………………………………

3. 2 Saran………………………………………………………………

Daftar Pustaka……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah suatu alat penghubung untuk berkomunikasi dengan sesama

manusia, jika tidak ada bahasa manusia maka akan sulit untuk terhubung satu

sama lain. Komunikasi adalah suatu hal yang penting antara sesama makhluk

dengan terjalinnya komunikasi yang baik maka akan terjalin juga suatu hubungan

yang baik. Dalam berkomunikasi biasanya terdapat tanda maupun simbol yang

muncul dari konteks pembahasan.

Simbol adalah perwakilan yang diberikan (representative given) artinya

pemberian yang mewakili dan mewakili beberapa stimulus lain yang pernah

diberikan secara bersamaan. Perilaku dapat menjadi simbolis, tetapi simbol sama

sekali tidak terbatas pada perilaku aktual. Gambar-gambar, bayangan, emosi, batu,

dan organisme-organisme lain, semuanya dapat menjadi simbol. Meskipun tidak

ada simbol tanpa manusia, namun simbol tidak harus berasal dari manusia.

Terkait semiotik, perlu diketahui mengenai Logika Simbol yang didefinisikan

sebagai studi tentang sifat dan fungsi sistem simbol secara umum, di mana sifat

mengacu pada hubungan serta koneksi antara simbol sedangkan fungsi mengacu

pada hubungan sistem simbol dengan dunia non-simbolik. Adapun hal penting

dari Logika Simbol yaitu, pertama, logika formal atau logika konsistensi yang

kedua merupakan instrumentalismu atau logika kebenaran. Kedua kutub teori

logis ini tidak bertentangan tetapi saling melengkapi. Logika sama dengan

semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda.


Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat

dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai

tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.

Romdhoni dalam (Tandiangga, 2021 651).

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana Hakikat Semiotika?

b. Bagaimana Konsep Dasar Semiotika Charles William Morris?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui Bagaimana Hakikat Semiotika Charles William Morris?

b. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Dasar Semiotika Charles William

Morris?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Semiotika

Semiotika merupakan sebuah ilmu atau metode analisis yang digunakan

dalam mengkaji tentang tanda. Secara bahasa kata semiotika berasal dari bahasa

Yunani, yaitu dari kata “Semeion” yang berarti “tanda” atau “Seme” yang berarti

“penafsir tanda”. Sedangkan secara istilah semiotika didefinisikan sebagai ilmu

yang mempelajari sederetan luas terkait objek objek, peristiwa-peristiwa, serta

seluruh kebudayaan sebagai tanda. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh

komunikasi. Dalam berkomunikasi Manusia dapat menggunakan perantara tanda-

tanda. Didalam semiotika, suatu tanda dianggap mewakili atau menandakan

sesuatu selain diri sendiri.

Peletak dasar ilmu bahasa atau semiotika adalah Ferdinand de Saussure

yang merupakan seorang filsuf asal Swiss dengan pemikiran bahwa semiotika

merupakan ilmu umum tentang tanda yang mengkajinya dalam kehidupan

masyarakat. Melalui dikotomi Saussure menyatakan sistem tanda: signified dan

signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat

bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau antara

‘yang ditandai’ (signified) dan ‘yang menandai’ (signifier). Tanda adalah kesatuan

dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).

Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang

bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang
dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah

gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari

bahasa.

Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda dan petandanya ada

tiga jenis tanda, yaitu ikon, indeks, dan simbol.

a) Ikon adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan ada hubungan

yang bersifat alamiah, yaitu penanda sama dengan petandanya, misalnya

gambar, potret, atau patung. Gambar rumah (penanda) sama dengan rumah

yang ditandai (petanda) atau gambar rumah menandai rumah yang

sesungguhnya.

b) Indeks adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan adanya

hubungan alamiah yang bersifat kausalitas, misalnya, asap menandai api,

mendung menan- dai hujan. Kalau di langit ada mendung penanda kalau akan

ada hujan.

c) Simbol adalah tanda yang penanda dan petandanya tidak menunjukkan adanya

hubungan alamiah berdasarkan konvensi. Misalnya, kata "ibu" (penanda)

menandai "orang yang melahirkan kita", dalam bahasa Inggris: mother, dalam

bahasa Prancis la mè re, dan sebagainya. Sebagian besar tanda bahasa berupa

simbol. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat konvensional, yaitu

artinya ditentukan oleh konvensi.

Di samping ketiga tanda itu, ada tanda yang disebut simtom (gejala), yaitu

penanda yang penunjukannya (petandanya) belum pasti, misalnya suhu panas


orang sakit tidak menunjukkan penyakit tertentu. Suhu panas itu hanya

menunjukkan bahwa orang itu sakit, tetapi apakah sakit malaria, tipus, atau

influensa belum jelas sebab se- mua penyakit mesti diikuti suhu panas badan.

Definisi tanda pada semiotika merupakan suatu hal yang merujuk pada

adanya suatu hal lain. Kita bisa mengenal banyak tanda dalam kehidupan

bermasyarakat, contohnya pada asap menandakan adanya api, dipasangnya janur

kuning menandakan adanya perkawinan, dan dipasangnya bendera warna kuning

pada suatu kebudayaan tertentu menandakan adanya kematian. Indiwan dalam

(Fatimah, 2022 :140).

2.2 Konsep Dasar Semiotika Charles William Morris

Charles William Morris (1901–1979), merupakan Seorang filsuf Amerika

kelahiran tahun 1901 berusaha untuk memperkenalkan ilmu semiotika sebagai

sebuah cabang ilmu pengetahuan. Morris seorang murid Ferdinand de Saussure

yang berkebangsaan Amerika pada abad ke-20. Ia merupakan tokoh besar

semiotik yang berpengaruh terhadap perkembangan sejarah semiotik pada tahun

1930– 1940. Semiotik menurut Morris adalah ilmu yang memperlajari tentang

perilaku (science of behavior). Dengan begitu, objek penelitian semiotik adalah

sikap yang dapat dipahami dan diamati sebagai respon makhluk hidup terhadap

rangsangan. Dengan kata lain, objek dari penelitian semiotik Morris adalah sikap

suatu tanda. (Umairah, 2022:40).


Charles William Morris merupakan seorang putra dari pasangan suami

istri yang bernama Charles William dan Laura (Champbell) Morris yang

dilahirkan pada tanggal 23 Mei 1901 di Denver, Colorado. Ia memulai studinya

di Universitas Wisconsin yang merupakan salah satu universitas unggulan di

Amerika Serikat. Kemudian Morris mengambil bidang teknik dan psikologi di

Universitas Northwestern. Pada tahun 1922, ia lulus dan mendapatkan gelar

Bachelor of Science. Selanjutnya pada tahun yang sama, Morris melanjutkan

studinya di Universitas Chicago. Di Universitas tersebut, Morris menjadi

mahasiswa doktoral dalam filsafat atas bimbingan dari George Herbert Mead.

Morris akhirnya menyelesaikan disertasinya dengan judul “Symbolism and

Reality: a Study in the Nature of Mind” dan menerima gelar Ph.D pada tahun

1925 di Universitas Chicago tersebut. Setelah kelulusannya, Morris menjadi

seorang pengajar filsafat untuk pertama kalinya di Universitas Rice pada tahun

1925-1931. Kemudian pada tahun 1931-1947, Morris menjadi profesor di

Universitas Chicago. Berlanjut tahun 1948-1958, ia menjadi dosen di institusi

yang sama. Hingga tahun 1958-1971, ia menjadi profesor riset di Universitas

Floridina. Tidak hanya itu, Morris juga melakukan kegiatan lain seperti

melakukan penelitian di Universitas Harvard sejak tahun 1951-1953. Selama di

universitas, Morris telah memberikan pengaruh yang cukup besar pada bidang

keilmuan terutama melalui karya-karyanya. Kontribusinya pada teori tanda telah

mendapatkan pijakan yang kokoh dalam wacana semiotik internasional, sehingga

bisa dikatakan bahwa Charles William Morris adalah seorang tokoh besar

semiotika yang sangat berpengaruh pada perkembangan sejarah semiotika dari


tahun 1930-1940. Sejak tahun 1938, ia telah melahirkan beberapa karya tentang

semiotika yang di antaranya berjudul “Foundations of Theory of Signs”, “Signs,

Language and behavior”, “Writing On the General Theory of Signs”,

“Symbolism and reality a Study In the Nature of Mind”, dan lain-lain.

Morris menganggap semiotika sebagai bahan dasar untuk mempelajari

serta memahami aktivitas manusia dan hubungan antar manusia. Analisis

semiotika baik itu yang bersifat visual maupun verbal, menurutnya adalah

seperangkat sistem simbol yang dapat dibaca dan dipahami. Dengan kata lain,

semiotika dapat membantu untuk menafsirkan suatu tanda yang tersembunyi

menjadi sebuah pesan yang dapat dipahami. Selain itu, Morris juga menganggap

semiotika sebagai bagian dari penelitian tingkah laku yang dilakukan berdasarkan

sudut pandang ilmu pengetahuan alam. Penelitian yang dihubungkan dengan ilmu

pengetahuan alam inilah yang menyebabkan semiotika menjadi suatu disiplin

ilmu pengetahuan yang bersifat positivistik.

Morris mengembangkan teori tanda dalam perspektif behavioristis, karena

baginya objek penelitian semiotika merupakan suatu sikap (behavior) yang dapat

diamati dan dipahami sebagai reaksi “makhluk hidup” terhadap rangsangan,

sehingga dapat dikatakan, objek penelitian semiotika disebut “sikap sebagai suatu

tanda”. Selain itu, Morris juga memberikan istilah pada objek-objek yang

menyebabkan makhluk hidup bereaksi atas suatu tanda yang mengarah pada

sesuatu sebagai denotatum (unsur tanda).


Morris memberikan dua buah contoh untuk menjelaskan maksud “sikap

sebagai suatu tanda”. Pada contoh pertama menggambarkan perilaku binatang,

yaitu seekor anjing akan berjalan menuju ruang makannya ketika dia mendengar

bunyi tertentu dari arah ruang makannya tersebut. Kemudian contoh kedua

menyangkut sikap manusia, yaitu seorang pengendara mobil ingin pergi ke suatu

tempat, tetapi saat dalam perjalanan ada seseorang yang memberitahunya bahwa

jalan yang akan dilaluinya ditutup akibat terjadi longsor, karena mengetahui hal

tersebut akhirnya pengendara mobil ini mengubah rute perjalanannya. Kedua

contoh tersebut merupakan “tanda” yang menimbulkan sikap atau reaksi yaitu

berjalan ke tempat makan dan menghindari halangan dalam perjalanan.

Kajian semiotika dalam pandangan Morris adalah ilmu tentang tanda yang

terbagi menjadi tiga konsep dasar yang saling berhubungan yaitu sintaksis,

semantik, dan pragmatik.

Charles Morris dapat mendefinisikan sintaksis, pragmatik, dan semantik

menjadi kajian semiotika, yaitu pragmatik menyepakati asal usul, penggunaan,

dan dampak dari tanda-tanda dalam perilaku penafsir tanda, dan dengan itu

memiliki cakupan terluas dari studi semiotika. Semantik mencakup hubungan

antara tanda dan objek ditandai, mempersempit studi semiotik dengan makna

literal yang ketat dari tanda dan proposisi. Sintaktis menyangkut hubungan formal

antara tanda-tanda itu sendiri, aturan logis dan gramatikal yang mengatur

penggunaan tanda.
Tiga aspek di atas dalam semiotika dapat dikaji dengan beberapa

tingkatan, seperti deskriptif, murni, dan terapan. Ada tiga aspek pembagian

semiotika dari Charles Morris dibawah ini:

1. Kajian dalam sintaksis itu merupakan suatu yang berhubungan dengan

sistematis menyusun sign secara bersamaaan untuk mebentuk satu “gabungan

tanda (sign)” dengan nama kalimat, fikiran, frase, dan cita-cita.

2. Kajian dalam semantik suatu yang ada hubunganya dengan sign (tanda) ada

dua cara, (1) Semantik suatu yang ada hubungan dengan sign (tanda) serta

yang akan dirujuk oleh sign (tanda) mungkin lebih cocok dan sesuai

menggunakan istilah apa tujuan penggunaan bahasa itu sendiri. Morris

membedakannya dalam empat tujuan penggunaan bahasa. (2) Semantik adalah

suatu yang ada hubungannya dengan cara bagaimana sign itu merujuk pada

sesuatu. Sarana semantik ini dikatakan oleh Morris dengan suatu modus.

Dalam tujuan penggunaannya, bahasa mempunyai modus tertentu.

3. Telaah dalam pragmatik berhubungan antara penggunaan dan akibat dari suatu

penggunaan sign(tanda) dalam satu tingkah laku nyata.

Semiotika Charles Morris membahas keragaman bahasa dari tiga

perspektif tersebut. Pertama, semantik adalah pembelajaran terkait makna. Kedua,

sintaksis ialah sesuatu yang behubungan dengan kaidah dengan struktur

menghubungkan antara satu tanda dengan tanda lainnya. Ketiga, pragmatik

adalah suatu analisis penggunaan dan yang diakibatkan oleh permainan kata

Pureklolon (dalam Umairah, 2022 : 42).


Dalam menganalisis suatu bahasa tidak harus menaruh perhatian pada

ujarannya, tapi juga perlu berfokus dengan pengujar dan acuannya. Oleh sebab

itu, perlu adanya penelitian dalam tiga konsep bahasa, yaitu: sintaksis, semantic,

maupun pragmatik. Apabila dalam penelitian itu yang menjadi fokusnya ialah

ujaran, maka itu disebut dengan sintaksis. Namun, apabila dalam penelitian itu

yang menjadi fokusnya ialah pengujar atau pemakai bahasa, hal itu masuk dalam

konsep pragmatik. Sementara itu, ketika penelitian hanya menganalisis ujaran dan

acuannya, maka ia masuk dalam ranah semantik Roisah Fathiyatur Rohmah

(dalam Umairah, 2022 : 43).


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Semiotika merupakan sebuah ilmu atau metode analisis yang digunakan

dalam mengkaji tentang tanda. Peletak dasar ilmu bahasa atau semiotika adalah

Ferdinand de Saussure yang merupakan seorang filsuf asal Swiss dengan

pemikiran bahwa semiotika merupakan ilmu umum tentang tanda yang

mengkajinya dalam kehidupan masyarakat. Tanda adalah kesatuan dari suatu

bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).

Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda dan petandanya ada tiga jenis

tanda, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Definisi tanda pada semiotika merupakan

suatu hal yang merujuk pada adanya suatu hal lain. Morris menganggap semiotika

sebagai bahan dasar untuk mempelajari serta memahami aktivitas manusia dan

hubungan antar manusia. Analisis semiotika baik itu yang bersifat visual maupun

verbal, menurutnya adalah seperangkat sistem simbol yang dapat dibaca dan

dipahami. Morris mengembangkan teori tanda dalam perspektif behavioristis,

karena baginya objek penelitian semiotika merupakan suatu sikap (behavior) yang

dapat diamati dan dipahami sebagai reaksi “makhluk hidup” terhadap rangsangan,

sehingga dapat dikatakan, objek penelitian semiotika disebut “sikap sebagai suatu

tanda”. Kajian semiotika dalam pandangan Morris adalah ilmu tentang tanda yang

terbagi menjadi tiga konsep dasar yang saling berhubungan yaitu sintaksis,

semantik, dan pragmatik.


Saran

Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan juga kami penulis yang sudah membuat makalah ini. Kami selaku

penulis meminta saran kepada para pembaca untuk mengoreksi apabila terdapat

kesalahan dalam sistematika penulisan isi makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

El Madja, N. M. (2021). Representasi Makna Iklan Mi Lemonilo Tahun 2020 Episode

“Mie Hebat Untuk Keluarga Sehat”(Analisis Semiotik Charles Morris). Jurnal

Lensa Mutiara Komunikasi, 5(2), 162-173.

Fatimah, S., & Syadzali, A. (2022). Fenomena Narsisme Muslimah dalam Aplikasi

TikTok: Analisis Semiotika Charles William Morris. Aqlania, 13(2), 135-168.

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Edisi 2 (Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2013), 7.

Pureklolon, T. . (2016). Komunikasi Politik. Gramedia Pustaka Utama.

Roisah Fathiyatur Rohmah. (2021). Representasi Kerinduan dalam Lagu Umm Kulthūm

Qiṣṣat Ḥubb Karya A.ḥmad Rāmī: Analisis Semiotik Charles Morris. Al-

Ma‘Rifah, 18(1), 55–66.

Romdhoni, A. (2019). Semiotik Metodologi Penelitian. Literatur Nusantara. Google

Scholar.

Umairoh, S. U. (2022). Ave at: ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES MORRIS

TERHADAP LAGU “SAYYIDI AR-RAIS” KARYA HAMA MESHARY

HAMADA.

Tandiangga, P. (2021). Simbolisme, Realitas, dan Pikiran dalam Semiotika Charles W.

Morris. Jurnal Syntax Transformation, 2(05), 650-661.

Anda mungkin juga menyukai