Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

Film merupakan salah satu media yang paling banyak diminati.


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Film merupakan selaput tipis yang
dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau
untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop). Dimasa
pandemi ini, banyak masyarakat terutama para remaja memilih untuk mengisi
waktu luang mereka dengan menonton film. Melalui film-film tersebut, para
penonton dapat menjadikannya sebagai salah satu sarana untuk menambah
pengetahuan mengenai kebudayaan di negara lain. Namun tak jarang terdapat
beberapa adegan di dalam film yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-
niali kebudayaan yang ada di Indonesia. Padahal Film merupakan salah satu
media yang dapat dibilang banyak digandrungi oleh masyarakat dibandingkan
media-media lainnya.

Alasannya cukup sederhana. Selain sifatnya yang audio-visual, saat ini


pun film lebih mudah untuk diakses dibandingkan media lainnya. Hal ini tentunya
menjadi nilai plus, mengingat masyarakat jaman sekarang lebih banyak yang
memilih hidup minimalis dan jarang untuk menonton siaran televisi dan
mendengarkan radio. Film pun kini sudah banyak memberikan pengaruh kepada
para penontonnya dan mempengaruhi gaya hidup sehari-hari para penontonnya.
Di era yang sudah serba maju ini, banyak situs-situs streaming gratis
maupun berbayar yang dapat diakses oleh masyarakat dimanapun dan kapanpun.
Terutama dimasa seperti sekarang, menonton film bisa membantu untuk
menghilangkan stress dan kejenuhan terhadap aktivitas sehari-hari. Namun,
sayangnya kebanyakan film jaman sekarang banyak mengangkat realitas
kehidupan sehari-hari di masyarakat Indonesia di jaman yang serba maju ini. Hal
ini memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya adalah masyarakat sudah mulai
terbuka mengenai isu-isu yang memang sedang hangat diperbincangkan oleh
masyarakat pada umum serta mengangkat isu-isu yang memang jarang diketahui
oleh masyarakat umum. Negatifnya, jika terdapat penonton yang tidak sesuai
umurnya dengan film yang ditonton. Dimana anak-anak dan remaja bisa saja
menirukan adegan-adegan yang terdapat didalam film tersebut. Banyak para orang
tua yang terkadang lebih mementingkan ego mereka demi menonton film
kesukaan mereka, padahal terdapat anak mereka yang mungkin belum sesuai
usianya. Bahkan tak jarang pula, banyak orang tua yang melepaskan anak-anak
mereka terutama remaja yang mereka anggap sudah dewasa untuk menonton film
yang mereka inginkan tanpa adanya pengawasan.

Masa-masa Remaja sendiri dinilai sebagai masa-masa yang paling indah.


Dimana masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
ke masa dewasa. Dimana pada masa ini kebanyakan remaja akan saling memiliki
ketertarikan satu sama lain dengan lawan jenisnya. Selain itu di masa-masa remaja
ini, mereka cenderung akan mencari jati diri mereka yang sebenarnya melalui
lingkungan sekitar serta segala hal yang mereka dengar, lihat dan rasakan.
Contohnya seperti sekarang banyak film-film yang mengangkat tema kenakalan
remaja seperti hamil diluar nikah, Bullying, dan lain sebagainya.
Tujuan awal dari dibuatnya film tersebut dimaksudkan untuk memberitahu
dampak dari masing-masing kenakalan remaja tersebut. Namun, semua pesan-
pesan tersebut akan dirasa sia-sia jika tanpa pengawasan dari para orang tua
mengenai makna dari masing-masing adegan yang ada di film tersebut. Karena
banyak film sekarang yang mengandung adegan berkelahi, tawuran, ciuman,
Making Love, berperilaku tidak sopan kepada orang tua dan adegan yang jauh dari
nilai-nilai yang ada di Indonesia. Yang akhirnya, nantinya mereka akan
mempraktikkannya di kehidupan mereka sehari-hari.

Seperti contohnya Film ‘Dibawah Umur’ merupakan film karya sutradara


Emil Heradi, yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Erisca
Febriani. Film yang dibintangi oleh Angga Yunanda dan Yoriko Angeline,
dijadwalkan tayang pada awal tahun 2020 yang lalu. Namun dikarenakan masih
merebaknya pandemi Covid-19 di tanah air, akhirnya film ini dirilis pada salah
satu situs streaming film, Disney+Hotstar pada 13 November 2020 yang lalu.
Film ini mengisahkan mengenai seorang remaja perempuan, Lana yang baru saja
pindah kesalahsatu SMA terbaik di Jakarta,SMA Utama oleh kedua orang tua nya
untuk menghindari Lana dari kejadian yang sama dengan kakaknya yang Hamil
Diluar Nikah. Di sekolah tersebut Lana bertemu dengan salah satu Bad Boy, Aryo
yang sangat digandrungi di SMA Utama tersebut. Di minggu pertama Lana
bersekolah disana pun, ia sempat di bully oleh seorang senior bernama marsha
dikarenakan dirinya yang dekat dengan Aryo. Pada saat Aryo menyatakan
cintanya, Lana sempat merasa ragu dengan keseriusan yang Aryo berikan
kepadanya dikarenakan tidak siap untuk dikecewakan serta pengalaman yang
telah dialami oleh kakaknya. Namun, Aryo pun dapat membuktikan
keseriusannya kepada Lana meskipun di cap sebagai seorang Bad Boy di
sekolahnya.
Dalam film tersebut tedapat salah satu scene yang menampilkan adegan
anak SMA yang menyewa seorang PSK di pinggir jalan, kemudian salah satu dari
mereka Making Love bersama PSK tersebut didalam mobil sementara 2 orang
lainnya berjaga diluar mobil. Hal ini tentu saja dapat memberikan dampak yang
buruk kepada para remaja yang menontonnya. Atau dalam Film ‘Dua Garis Biru’
karya sutradara yang menampilkan adegan Bima dan Dara Making Love, hingga
pada akhirnya hamil.

Namun, realitasnya banyak remaja yang memiliki gaya hidup yang sama
persis seperti yang ditunjukkan di dalam film-film tersebut. Seperti yang dikutip
IDN TIMES JATENG (jateng.idntimes.com) di daerah Jepara terjadi kasus
dispensasi pernikahan sebesar 237 kasus dan 52% dikarenakan hamil diluar nikah.
Yang mirisnya lagi adalah kasus ini didominasi oleh remaja berusia 18 tahun yang
kerap Making Love di rumah mereka pada saat orang tua mereka sedang bekerja.
Hal ini dapat terjadi karena rendahnya tingkat pengawasan yang dilakukan oleh
para orang tua mereka. Tak jarang mereka pun terkesan lepas tangan terhadap
anak-anak mereka karena menilai mereka sudah remaja dan dapat membedakan
mana yang baik dan tidak. Dan terkadang terdapat beberapa oknum yang
membantu para remaja ini untuk membuat kartu tanda kependudukan palsu untuk
dapat masuk kedala klub-klub malam. Selain itu terdapat kedai-kedai pinggir jalan
yang secara sembunyi-sembunyi menjual minuman keras kepada anak dibawah
umur demi mencari rejeki.
Kemudian, banyak juga kasus-kasus pembullyan yang dilakukan oleh
sesama siswa-siswi lainnya. Alasan dibalik tindakan bullying tersebut pun tak
jarang karena hal yang sepele seperti kisah asmara atau bahkan bercandaan yang
kelewatan. Seperti contohnya yang dikutip oleh CNN Indonesia
(www.cnnindonesia.com), terjadi tindakan perundingan yang dilakukan oleh 8
orang siswi terhadap seorang siswi lainnya hanya dikarenakan Sang korban
mengajak jalan salah satu pacar pelaku. Karena merasa tidak terima sang pacar
diajak jalan, sang pelaku mengajak 7 orang temannya untuk merundung sang
korban.

Kemudian di daerah Grobogan, terdapat seorang siswa yang dibully


selama 2 tahun hanya karena memecahkan jam dinding di kelas dan tidak dapat
menggantinya, seperti yang dikutip oleh Kompas (https://regional.kompas.com).
Hal ini dapat terjadi karena kurang ketatnya pengawasan yang dilakukan pihak
sekolah terhadap siswa-siswi nya. Bahkan pada kasus di Grobogan, pihak sekolah
menanggapi hal tersebut sebagai salah satu bercandaan yang biasa dilakukan oleh
siswa-siswi lainnya.

Dilihat dari data yang ada, dapat dilihat bahwa perilaku remaja jaman
sekarang makin tidak terkendali. Hal ini dapat disebabkan karena pertukaran
budaya yang semakin pesat tiap harinya. Selain itu mereka beranggapan bahwa
kebudayaan di luar lebih menarik dan keren dibandingkan kebudayaan sendiri
yang dinilai sudah terlalu ketinggalan jaman. Sehingga mereka berpikir jika
mereka melakukan hal tersebut, maka mereka keren dan semakin banyak orang-
orang yang akan berteman dengan dirinya.
Bahkan anak-anak jaman sekarang dinilai memiliki tingkah laku yang
lebih dewasa dibandingkan usianya. Seperti menggunakan make up setiap pergi
keluar, menggunakan kata-kata kasar setiap berbicara, melakukan seks bebas
dengan pasangannya, pergi ke klub-klub malam dan lain sebagainya. Hal ini
menandakan adanya kemerosotan moral anak-anak remaja di Indonesia tiap
tahunnya. Seakan-akan segala hal yang sebelumnya dianggap sebagai sesuatu
yang melanggar hak seseorang menjadi sesuatu yang umum untuk dilakukan dan
terjadi ditengah-tengah masyarakat. Sehingga kian lama, kasus-kasus serupa akan
semakin tenggelam ditengah masyarakat karena dianggap sebagai suatu hal yang
biasa.

Hal ini lah yang berusaha untuk diangkat oleh para sutradara saat ini,
perihal isu-isu yang sebenarnya merupakan hal yang serius dan melanggar hukum
namun diabaikan karena dinilai tidak seberapa pentingnya. Melalui film-film
remaja seperti Dibawah Umur dan Dua Garis Biru, kita dapat melihat realitas
sebenernya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita saat ini. Realitas yang
mau tidak mau harus kita akui keberadaannya dikarenakan rendahnya tingkat
pengawasan yang diberikan oleh para orang tua serta tenaga pendidikan lainnya.

Realitas kehidupan remaja jaman sekarang yang digambarkan dalam film


“Dibawah Umur” ini dapat dilihat dalam adegan Aryo yang diam-diam menyusup
kedalam kamar Lana. Dimana hal ini sebenarnya melanggar hak privasi namun
dianggap sebagai suatu hal yang romantis. kemudian adegan lainnya dimana
Marsha melakukan sex denga Kevin untuk menunjukkan tanda cinta mereka sama
satu sama lain. Serta adegan dimana Aryo dan Kevin berkelahi karena Aryo yang
mencoret-coret mobil Kevin untuk memberikan balasan atas tindakannya supaya
Aryo tidak berani melakukannya lagi. Semua hal tersebut seakan-akan tertutup
dengan semakin bercampurnya kebudayaan yang ada di dunia ini. Sehingga
segala hal tersebut dianggap sebagai suatu hal yang umum untuk dilakukan.
Alasan Saya memilih film “Dibawah Umur” karena Saya ingin
membuktikan mengenai penggambaran realitas yang terjadi dalam kehidupan
remaja di jaman sekarang yang sudah serba bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Fardianto, F., Kencana, D. dan Fadila, Y. (2020). “Tinggi Dispensasi Nikah di Jepara,
237 Perkara, Dominan Anak 18 Tahun”. [Online]. Diakses 12 Maret 2021 dari
https://jateng.idntimes.com/news/jateng/fariz-fardianto/hamil-duluan-240-siswa-
sma-di-jepara-kompak-minta-dispensasi-nikah/5
Kuniarti, P. (2020). “4 Kasus “Bullying” di sejumlah Daerah Dibanting ke Paving,
Amputasi hingga Korban Depresi Berat”. [Online]. Diakses 12 Maret 2021 dari
https://regional.kompas.com/read/2020/02/08/06060081/4-kasus-bullying-di-
sejumlah-daerah-dibanting-ke-paving-amputasi-hingga?page=all
SYB & BMW. (2020). “Kasus ‘Bullying’ Teman Alkid Solo, 8 Remaja Dijemput Polisi”.
[Online]. Diakses 12 Maret 2021 dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200814184928-12-535943/kasus-
bullying-teman-alkid-solo-8-remaja-dijemput-polisi
Tindaon, R. L. (2016). “Pengaruh Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Melalui
Media Leaflet dan Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
Paparan Pornografi di SMP Negeri 1 Sidamanik Kec.Sidmanik Kab.Simalungu”.
JUMANTIK. Vol.3 No.1, hal. 44-64.
Nestya, M. (2013). “Perbandingan Representasi Gaya Hidup Remaja Perkotaan Dalam
Film ‘Catatan Si Boy 1987’ Dan ‘Catatan Harian Si Boy 2011’”. JURNAL E-
KOMUNIKASI. Vol.I No.3, hal.177-186.
Wahyuni, R. B., Soesilowati, E. dan Banowati, E. (2016). “Gaya Hidup Remaja Kelas
Menengah Kota Pekalongan”. JOURNAL OF EDUCATION SOCIAL STUDIES.
Vol. 5 No.2, hal.97-103.

Anda mungkin juga menyukai