Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STANDAR PELAYANAN PENERBAGAN BAGI


PENYANDANG DISABILITAS
GROUND STAFF

DOSEN PENGAMPUH : ANDI NURMAN


Disusun oleh :
NAMA : SITI HALIZA
NIM : SA.2023.05.22.401

LEMBAGA PENDIDIKAN PENERBANGAN TRANS


JAYA FLIGHT SCHOOL TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tema dari makalah ini adalah “pelayanan
penerbangan bagi penyandang disabilitas”

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Mr Andi Nurman selaku dosen pengampu
undang-undang penerbangan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Selain itu saya sangat berterimakasih kepada orang tua, dan teman-teman saya. Mereka telah
memberikan saya dukungan serta doa sehingga saya memiliki kekuatan lebih untuk membuat
makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka
dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Maros, 4 agustus 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

A. KATA PENGANTAR.....................................................................................
B. DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................2
1.3 TUJUAN............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
2.1 PENGERTIAN...................................................................................3
2.2 PENINGKATAN AKSESIBILITAS ANGKUTAN UDARA BAGI
PENYANDANG DISABILITAS.......................................................3
2.3 UNDAN-UNDANG PENERBANGAN YANG MENGATUR
PELAYANAN DISABILITAS ..........................................................6
2.4 FASILITAS........................................................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................
3.1 KESIMPULAN..................................................................................9
3.2 SARAN..............................................................................................9
3.3 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................10

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hukum pengangkutan udara menjelaskan bahwa penyandang cacat, orang lanjut usia,
anak-anak di bawah usia 12 tahun, dan/atau orang sakit, berhak mendapat
memperoleh pelayanan berupa perlakuan khusus dari badan usaha pengangkutan
udara niaga. Salah satu contohnya adalah memberikan prioritas tempat duduk.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 239 ayat (2)
menyebutkan pelayanan khusus diantaranya, pemberian prioritas pelayanan di
terminal; menyediakan fasilitas untuk penyandang cacat selama di terminal; sarana
bantu bagi orang sakit; menyediakan fasilitas untuk ibu merawat bayi (nursery);
tersedianya personel yang khusus bertugas untuk melayani atau berkomunikasi
dengan penyandang cacat, orang sakit, dan lanjut usia; serta tersedianya informasi
atau petunjuk tentang keselamatan bangunan bagi penumpang di terminal dan sarana
lain yang dapat dimengerti oleh penyandang cacat, orang sakit, dan lanjut usia.

Sarana angkutan udara niaga harus dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan khusus
yang diperlukan dan memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan bagi penyandang
cacat dan orang sakit.

Pemerintah Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas


yang menjamin adanya kemudahan bagi penyandang disabilitas apabila menggunakan
transportasi publik serta dijamin hak-haknya sesuai dengan prinsip-prinsip umum
Konvensi HakHak Penyandang Disabilitas.

Maskapai penerbangan memiliki standar operasional prosedur pelayanan terhadap


penumpang berkebutuhan khusus. Pelayanan oleh maskapai penerbangan tersebut
haruslah memenuhi standar-standar yang telah ditentukan oleh peraturan nasional
maupun internasional tentang penerbangan. Maka maskapai penerbangan sebagai
penyedia angkutan udara seharusnya memiliki standar pelayanan terlebih pelayanan
kepada penumpang disabilitas. Pemerintah Indonesia perlu merencanakan secara
maksimal penyelenggaraan penerbangan yang memadai dan menjaminpelayanan bagi
seluruh penumpang.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan standar pelayanan, penyandang disabilitas
2. Bagaimana peningkatan pelayanan bagi penyandang disabilitas
3. Undang -undang apa yang mengatur disabilitas
4. Apa Fasilitas yang di berikan
1.3 TUJUAN
1. mengetahui pengertian standar pelayanan, penyandang disabilitas
2. mengetahui peningkatan pelayanan
3. mengetahui undang-undang yang mengatur penyandang disabilitas
4. mengetahui fasilitas untuk disabilitas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Pelayanan adalah setiap Tindakan atau kegiatan dalm rangka pemenuhan
kebutuhan yang disediakan oleh penyelenggaran pelayanan kepada setiap
warga negara dan penduduk atas barang dan/atau jasa.

Standar pelayanan adalah tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman


penyelenggara pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai
kewajiban dan janji penyelanggaran kepada Masyarakat dalam rangka
pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.

Penyandang disabilitas didefinisikan sebagai setiap orang yang mobilitasnya


berkurang karena ketidak mampuan fisik (Indera atau alat gerak), dan
kekurangn intelektual, usia, penyakit atau penyebab kecacatan lainnya saat
menggunakan transportasi dan yang situasinya membutuhkan perhatian
khusus dan penyesuaian terhadap kebutuhan orang tersebut atas layanan yang
tersedia bagi semua penumpang.

2.2 PENINGKATAN AKSESIBILITAS


ANGKUTAN UDARA BAGI PENYANDANG
DISABILITAS

Berdasarkan konvensi PBB tentang hak penyandang disabilitas, penyandang


disabilitas memiliki hak internasioanl yang sama dengan warga negara
lainnya, seperti aksesibilitas, partisipasi penuh, efektif dan inklusi dalam
Masyarakat, termasuk kebebasan bergerak dan kebebasan memilih. Ini
termasuk akses yang sama dan bermartabat ke transportasi udara.

Secara prinsip, asas aksebilitas yang harus tersedia bagi penyandang


disabilitas dalam pelayanan transportasi udara adalah:
1. Kemudahan, setiap orang dapat mencapai semua tempat dan bangunan
yang bersifat umum disuatu lingkungan
2. Kegunaan, setiap orang harus dapat menggunakan semua tempat dan
bagunan yang bersifat umum di suatu lingkungan

3
3. Keselamatan, setiap bangunan yang bersifat umum di dalam suatu
lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bsgi setiap
orang
4. Kemandirian, setiap orang harus bisa mencapai, masuk, dan
mempergunakan semua tempat dan bangunan di tempat umum tanpa
adanya bantuan dari orang lain

Dewan International Civil Aviation Organization (ICAO) baru-baru ini


menyetujui peningkatan recommended practices menjadi standar mengenai
transportasi udara untuk penumpang penyandang disabilitas. Hal ini akan
mengikat 193 Negara Anggota ICAO sesuai dengan Konvensi Penerbangan
Sipil Internasional, berdasarkan penyisipan Standar ini dalam ICAO Annex 9
– Facilitation pada Konvensi Penerbangan Sipil Internasional.

Otoritas penerbangan sipil berkewajiban untuk memastikan, bahwa ketika


bepergian, penyandang disabilitas diberikan bantuan khusus untuk
memastikan bahwa mereka menerima layanan yang sama yang biasanya
tersedia untuk masyarakat umum, dan bahwa bantuan ini harus diberikan
dengan cara yang menghormati martabat individu tertentu dimaksud.
Sebelumnya, ini masih hanya berupa recommended practices.

Tindakan untuk memastikan bahwa pelancong dengan gangguan pendengaran


dan penglihatan dapat memperoleh informasi terkait layanan penerbangan
dalam format yang dapat diakses akan menjadi wajib.

Negara-negara juga perlu mengambil langkah-langkah untuk menyediakan


tempat parkir yang memadai bagi orang-orang dengan kebutuhan mobilitas,
dan untuk menetapkan titik-titik penjemputan dan pengantaran penyandang
disabilitas di gedung terminal bandara. Ini harus ditempatkan sedekat mungkin
dengan pintu masuk dan keluar utama, dan untuk memfasilitasi pergerakan di
dalam bandara, rute akses harus bebas dari hambatan dan dapat diakses.

Perhatian khusus juga diberikan pada masalah pengangkatan penumpang,


khususnya untuk menekankan bahwa pengangkatan manual harus dihindari.
Sistem pengangkatan dan perangkat lain yang sesuai harus tersedia untuk
memfasilitasi pergerakan penyandang disabilitas antara pesawat dan terminal,
khususnya ketika jembatan penumpang tidak digunakan. Penumpang akan
didorong untuk memberikan pemberitahuan terlebih dahulu ketika ini akan
diperlukan.

Selama bertahun-tahun telah terjadi banyak peningkatan dalam penyediaan


fasilitas dan layanan yang dapat diakses bagi penyandang disabilitas dalam
transportasi udara di seluruh dunia, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus
dilakukan. Penyandang disabilitas merupakan minoritas terbesar di dunia,
yang merupakan persentase yang signifikan dan bahkan terus bertambah dari
populasi dunia.

4
Sesuai dengan kewajiban umum Negara-negara di bawah Konvensi Hak
Penyandang Disabilitas, ICAO melakukan pekerjaannya sendiri untuk
mempromosikan desain universal, untuk mempromosikan penyediaan
informasi yang dapat diakses, dan untuk mempromosikan pelatihan para
profesional dan staf yang bekerja dengan penyandang disabilitas, dan
mengadvokasi perhatian baru terhadap isu-isu ini di tingkat internasional.

Semua prosedur yang merupakan bagian dari perjalanan perjalanan udara,


termasuk reservasi, check-in, imigrasi dan bea cukai, izin keamanan, transfer
di dalam bandara, embarkasi dan debarkasi, keberangkatan, pengangkutan dan
kedatangan harus disesuaikan dengan kebutuhan penyandang disabilitas untuk
memfasilitasi pembersihan dan transportasi udara dari orang-orang tersebut
dengan cara yang bermartabat.

Dalam beberapa kasus, operator pesawat dengan siapa penumpang


mengadakan kontrak pengangkutan mungkin merupakan entitas yang terpisah
dari operator pesawat yang sebenarnya. Operator pesawat harus memastikan,
sejauh mungkin, bahwa layanan yang mereka berikan kepada penyandang
disabilitas juga disediakan oleh operator yang mengoperasikan penerbangan
mereka.

Operator bandara dan pesawat terbang harus berkonsultasi dengan organisasi


yang mewakili penyandang disabilitas saat mengembangkan layanan dan
program pelatihan dan saat merancang fasilitas dan peralatan untuk
memastikan bahwa penyandang disabilitas memiliki akses yang sama ke
transportasi udara. Operator bandara dan pesawat udara harus
mempertimbangkan untuk melibatkan organisasi yang mewakili penyandang
disabilitas dalam mengevaluasi layanan, program pelatihan, fasilitas dan
peralatan.

Layanan yang diberikan atas permintaan penyandang disabilitas harus


profesional dan “tanpa hambatan”, yaitu, tanpa titik di mana orang-orang
tersebut dapat dibiarkan terlantar atau tanpa bantuan.

Seamless adalah sebuah konsep yang mencakup perjalanan yang nyaman,


aman dan tanpa gangguan, dengan pemberian bantuan yang disesuaikan
dengan kebutuhan setiap individu penyandang disabilitas.

Operator pesawat tidak boleh menolak untuk mengangkut penyandang


disabilitas atas dasar disabilitas mereka kecuali untuk persyaratan
keselamatan.

Negara-negara Anggota ICAO harus menerbitkan, atau mendorong operator


pesawat dan bandara atau organisasi yang tertarik untuk menerbitkan,
informasi umum atau materi panduan yang berkaitan dengan perjalanan udara

5
oleh penyandang disabilitas dalam format dan teknologi yang dapat diakses
yang sesuai dengan berbagai jenis disabilitas, seperti elektronik, berbasis web,
cetak besar dan audio, tepat waktu dan tanpa biaya tambahan. Materi berbasis
web dan pemesanan internet harus dapat diakses oleh penyandang disabilitas
sesuai dengan standar aksesibilitas web internasional yang terdapat di

2.3 UNDANG-UNDANG PENERBANGAN YANG


MENGATUR PELAYANAN DISABILITAS
Pengaturan terkait penerbangan diindonesia saat ini mengacu pada undang-
undang nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan (“UU 1/2009”) dan aturan
perubahannya. Bagi maskapai penerbangan dalam menyususn ketentuan
khusus yang biasa disebut terms and conditions tentunya tunduk pada UU
1/2009 berikut aturan perubahanya serta peraturan teknis lainnya seperti
peraturan Menteri perhubungan nomor PM.77 Tahun 2011 tentang tanggung
jawab pengangkut angkutan udara dan perubahannya. Sehingga maskapai
penerbangan tidak bisa membuat ketentuan tanpa rujukan dasar yang sudah
diatur sebelumnya.

Khusus bagi penumpang disabilitas, UU 1/2009 sudah mengatur hak-hak


penyandang disabilitas yaitu dalam pasal 134 dan pasal 135 UU 1/2009, yang
berbunyi :

Pasal 134
1. penyandang cacat, lanjut usia, anak-anak dibawah usia 12 (dua belas)
tahun, dan/atau orang sakit berhak memperoleh pelayanan berupa
perlakuan dan fasilitas khusus dari badan usaha angkutan udara niaga.

2. pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud


dengan ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. pemberian prioritas tambahan tempat duduk,
b. penyediaaan fasilitas kemudahan untuk naik ke dan turun dari pesawat
udara
c. penyedia fasilitas untuk penyandang cacat selama berada di pesawat
udara
d. Sarana bantu bagi orang sakit
e. Penyediaan fasilitas untuk anak-anak selama berada di pesawat udara
f. tersedianya personal yang dapat berkomunikasi dengan penyandang
cacat, lanjut usia, anak-anak, dan/atau orang sakit, dan
g. tersedianyan buku petunjuk tentang keselamatan dan keamanan
penerbangan bagi penumpang pesawat udara dan sarana lainya yang
dapat dimengerti oleh peenyandang cacat, lanjut usia, dan orang sakit.

6
3. pemberian perlakuan dan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak dipungut biaya tambahan.

Pasal 135
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas
khusus di atur dengan peraturan Menteri.

Merujuk pada ketentuan UU 1/2009 di atas, sangat terlihat bahwa penumpang


disabilitas sudah diakomodasi terkait kebutuhan-kebutuhan khususnya.
Sehingga maskapai penerbangan harus menyesuaikan kebutuhan khusus
penumpang disabilitas. Terkait banyaknya penumpang disabilitas yang dapat
diangkut dalam suatu penerbangan, Anda dapat menemukan aturannya
dalam peraturan Menteri perhubungan Nomor PM.30 Tahun 2021 tentang
standar pelayanan minimal penumpang angkutan udara (“permenhub
30/2021”)

Pasal 13 huruf a permenhub 30/2021 menyebutkan:

Dalam rangka kenyamanan dan optimalisasi pelayanan, berlaku ketentuan


sebagai berikut:
1. jumlah total penumpang penyandang disabilitas dan anak-anak tanpa
pedamping (unaccompanied minor) hanya boleh diangkut sebanyak-
banyaknya 10% (sepuluh persen) dari total kapasitas pesawat udara yang
digunakan per penerbangan.

2.4 FASILITAS
Fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas di pesawat perlu diketahui agar
bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin. Apalagi penyandang disabilitas
membutuhkan berbagai penyesuaian terkait sarana dan prasarana yang
disediakan pada transportasi udara.

Pelayanan yang perlu diperhatikan, yakni mencakup keamanan, kesiapan tim,


etika, hingga aksesibilitas yang memadai. Dengan memberikan fasilitas yang
relevan, tentu penyandang disabilitas dapat menikmati perjalanan udara
dengan lebih lancar dan nyaman.

Agar bisa memperoleh fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas di


pesawat, penumpang disabilitas bisa melapor ke maskapai penerbangan
selama 48 jam sebelum keberangkatan. Maskapai penerbangan juga
memberikan kemudahan untuk mengakses informasi melalui situs resmi
mereka

Beberapa fasilitas khusus penyandang disabilitas tersebut di antaranya sebagai


berikut.

7
1. Asisten Bandara
Fasilitas untuk penyandang disabilitas yang pertama adalah asisten bandara.
Asisten ini biasanya akan sigap membantu calon penumpang disabilitas untuk
menaiki pesawat.
Asisten bandara yang baik tentunya tidak membeda-bedakan jenis disabilitas
yang dimiliki oleh penumpang. Biasanya, mereka tetap menyediakan alat
khusus untuk memudahkan mobilitas penumpang tersebut.

2. Ruang Tunggu
Biasanya, setiap bandara menyediakan akses yang ramah bagi penyandang
disabilitas. Mereka adalah penumpang yang diprioritaskan dibanding
penumpang lain. Ruang tunggu di bandara dibuat agar penyandang disabilitas
bisa naik lebih dahulu ke pesawat sebelum penumpang lain.

3. Kursi Roda
Setiap bandara juga menyediakan kursi roda untuk setiap penyandang
disabilitas. Penggunaan fasilitas ini tidak dikenakan biaya tambahan, sehingga
cukup memudahkan bagi para penyandang disabilitas untuk naik pesawat.

4. Ram Hidrolik
Ram hidrolik atau pompa hidraulik merupakan alat yang digunakan untuk
menaikkan air dan tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi menggunakan
energi yang berasal dari air tersebut. Asisten bandara umumnya menyediakan
fasilitas ini untuk memudahkan mobilitas penyandang disabilitas.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Penyandang disabilitas didefinisikan sebagai setiap orang yang mobilitasnya
berkurang karena ketidak mampuan fisik (Indera atau alat gerak), dan
kekurangn intelektual, usia, penyakit atau penyebab kecacatan lainnya saat
menggunakan transportasi dan yang situasinya membutuhkan perhatian
khusus dan penyesuaian terhadap kebutuhan orang tersebut atas layanan yang
tersedia bagi semua penumpang.
2. Penyandang disabilitas memiliki hak internasioanl yang sama dengan warga
negara lainnya, seperti aksesibilitas, partisipasi penuh, efektif dan inklusi
dalam Masyarakat, termasuk kebebasan bergerak dan kebebasan memilih. Ini
termasuk akses yang sama dan bermartabat ke transportasi udara.
3. Maskapai penerbangan berkewajiban melayani penumpang penyandang
disabilitas dengan pelayanan khusus. Undang-undang nomor 1 tahun 2009
tentang penerbangan dan peraturan menteri perhubungan. Khusus bagi
penumpang disabilitas, UU 1/2009 sudah mengatur hak-hak penyandang
disabilitas yaitu dalam pasal 134 dan pasal 135 UU 1/2009.
4. Fasilitas khusus yang diberikan untuk penyandang disabilitas sebagai berikut:
3. Asisten bandara
4. Ruang tunggu
5. Kursi roda
6. Ram Hidrolik

3.2 SARAN
1. Maskapai penerbangan hendaknya memberi pelayanan sesuai standar kepada
penumpang penyandang disabilitas
2. Operator bandara dan pesawat terbang harus berkonsultasi dengan organisasi
yang mewakili penyandang disabilitas saat mengembangkan layanan dan
program pelatihan dan saat merancang fasilitas dan peralatan untuk
memastikan bahwa penyandang disabilitas memiliki akses yang sama ke
transportasi udara
3. Dan pemerintah Republik Indonesia melalui kementerian perhubungan harus
mengawasi pembangunan Bandar udara khususnya pada sarana dan prasarana
bagi penumpang penyandang disabilitas agar penumpang penyandang
disabilitas mempunyai aksesbilitas pada setiap sarana dan prasarana di seluruh
Bandar udara di Indonesia.

9
3.4 DAFTAR PUSTAKA
https://geotimes.id/kolom/standar-pelayanan-penerbangan-untuk-meningkatkan-
aksesibilitas-angkutan-udara-bagi-penyandang-disabilitas/
https://www.atmago.com/berita-warga/aturan-penerbangan-bagi-
disabilitas_88a0ccd1-44da-494d-a6ba-2249faf57047
https://kumparan.com/jendela-dunia/4-fasilitas-khusus-untuk-penyandang-disabilitas-
di-pesawat-20rpWYD1sI7

10

Anda mungkin juga menyukai