Anda di halaman 1dari 4

Berkenalan dengan Kaum Sofis

Sandy Hardian.S.H.
KK Filsafat Klasik, Departemen Filsafat dan Teologi,
Institut Sosial Humaniora (ISH) Tiang Bendera,
Gedung Tengah Sunken Court, Jalan Ganesha 10,
Bandung, Indonesia
sandyherho@ymail.com

Abstrak—Artikel ini dimaksudkan untuk memudahkan pengaruh skeptisisme naif, kaum Sofis bukan saja menolak
pemahaman kita tentang Sofistisime yang kerap dituduh sebagai kebenaran mutlak bagi diri mereka sendiri (seperti penganut
perusak peradaban barat yang kokoh dalam tembok Pyrrhonisme dikemudian hari), tetapi kaum Sofis juga
rasionalitasnya. Pasca keruntuhan rasionalitas yang dirayakan menggunakan dasar pemikiran ini untuk melegitimasi tindakan
dengan spektralisasi kebenaran, adalah relevan untuk
– tindakan amoral mereka di zaman itu. Kaum Sofis dengan
menimbang kembali pemikiran arkhaik ini. Banyak dari
ensiklopedia filsafat, dan sumber – sumber filsafat lainnya yang berani mengungkapkan pandangan mereka tentang kebenaran
kita temukan di dunia maya, alih – alih memudahkan pemahaman kepada publik, dan berusaha mempengaruhi mereka dengan
kita tentang Sofistisime, malah mempersulit lewat gaya penulisan pandangan yang bersifat Sofistik, yang mana menyatakan
yang berat untuk awam filsafat. Dengan pengantar ini, penulis bahwa pencarian kebenaran ala filsafat klasik merupakan
berharap untuk memberikan gambaran dasar tentang kegiatan yang sia – sia. Ketika kebenaran mutlak bukanlah suatu
pembacaan Sofistisime di zaman yang serba relatif ini. kenyataan, maka moralitas; keadilan; dan agama akan
kehilangan legitimasinya, dan karenanya harus segera
Kata kunci— relativisme kebenaran; retorika politik
ditanggalkan.

Dalam kajian tentang kemunculan ajaran Sofistik, kita harus


I. PENDAHULUAN menyertakan tinjauan sosial – politik bangsa Yunani saat itu.
Pemikiran Sofistik yang sangat tidak filsafati ini hanya dapat
Perioda filsafat Pra – Sokratik berakhir dengan kemunculan dijumpai pada zaman ketika setiap orang malas untuk
kaum Sofis. Walaupun filsafat alam, dan idealisme Elea belum berpandangan hidup yang serius. Hal ini persis terjadi ketika
mampu memuaskan hasrat intelektual manusia, akan tetapi kaum Sofis mencapai kejayaannya di Yunani. Pada akhir perang
kedua mazhab filsafat tersebut mampu membantu kelahiran melawan bangsa Persia, publik polis Athena mendapati dirinya
aliran baru filsafat, yaitu skeptisisme. Benih – benih ajaran pada posisi sangat unggul. Kemajuan pesat yang terjadi di
skeptik dapat terlihat pada karya – karya filsuf awal tersebut. bidang ilmu pengetahuan, dan seni budaya diikuti dengan
Ajaran Heraklitos yang mana menolak keajegan, dan perkembangan sistem politik. Situasi bergelimang kemakmuran
memandang segala sesuatu merupakan perubahan; dan filsafat ini perlahan namun pasti, turut mempengaruhi gaya hidup publik
Elea yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang berasal dari Athena menjadi lebih nyaman ketimbang tahun – tahun ketika
pengalaman merupakan bentuk pengetahuan yang keliru, yang masih berperang. Tetapi, kemakmuran, dan kenyamanan hidup
akan tetapi kekeliruan itu justru membantu kita untuk melawan ini pula yang dengan segera menjelma menjadi penurunan
kebenaran mutlak yang menindas alam bawah sadar kita, karena moralitas publik, korupsi di kalangan orang – orang terkemuka,
seluruh pemikiran manusia tidak lebih dari sekedar kekeliruan menurunnya kepercayaaan akan dewa – dewi, dan akhirnya
belaka. Pemikiran manusia tidak akan menggapai kondisi ‘ada’ sikap publik terhadap kebenaran objektif tampak lebih skeptik.
(to on) yang sejati, karena ‘ada’ yang sejati itu sendiri tidak ada.
Ketika dihadapkan pada situasi pemikiran seperti ini, adalah Penyebab langsung yang berkontribusi pada kejayaan kaum
masuk akal jika kita memilih untuk menjadi skeptis. Sofis berkaitan dengan stabilnya sistem demokrasi Athena
ketika itu. Sistem demokrasi Athena turut serta mengembangkan
Pandangan tentang ketiadaan kebenaran yang mutlak inilah retorika sebagai seni berbicara. Pidato kemudian dianggap
yang menjadi dasar bagi pemikiran kaum Sofis. Pengajaran hanya sekedar ekspresi pikiran sang orator dengan menekankan
filsafat mereka tidak lebih dari sekedar skeptisisme naif. Kaum pada bentuk, bukan pada substansinya. Pidato kemudian
Sofis tidak percaya akan keberadaan ‘ada’ ultima, dan kemudian menjadu semacam seni berbahasa yang didesain untuk
menyerang kelompok yang mempercayainya. Di bawah mengimpresi pendengar dengan penekanan pada kemegahan
kata – kata belaka, dan hal ini digunakan untuk menarik dan metode ilmiah yang pengaruhnya masih terasa hingga kini.
perhatian warga negara Athena untuk mencapai kesepakatan Kita juga berhutang budi pada kaum Sofis, yang mana mereka
pada putusan yang diinginkan oleh sang orator. Pada bidang juga turut berpartisipasi dalam kemajuan ilmu pengetahuan
inilah kemudian profesi para Sofis nampak penting. Kaum Sofis empirik. Sebagai politisi (atau setidaknya pendidik politisi),
merupakan pendiri sekolah retorika, tempat dimana para kaum Sofis tentunya juga wajib memiliki perbendaharaan
pemuda kaya Athena belajar seni berpidato. Melalui kursus – pengetahuan yang luas terkait sejarah, dan mengenal seluk –
kursus retorika berbayar inilah kaum Sofis menjadi berpengaruh beluk berbagai bentuk pemerintahan. Melalui kaum Sofis, kita
dalam dunia pendidikan Athena kala itu. Pidato, bagi mereka seringkali berkenalan dengan aneka ragam kesenian, dan syair –
hanya sekedar keterampilan untuk menarik perhatian pendengar syair kuno. Kebanyakan kaum Sofis juga mempelajari ilmu
melalui eksposisi diskursus tentang subjek tertentu, yang alam. Aritmatika, geometri, astronomi, dan musik merupakan
terlepas dari pertimbangan benar/salah, dan baik/buruk dari perihal yang akrab bagi mereka. Sistem mnemonics (seni
permasalahan yang hendak dibicarakan. Keterampilan berpidato mengingat) pertama kali dikembangkan oleh para Sofis. Akan
begi kaum Sofis hanya merupakan kemahiran dalam tetapi, seluruh sumbangsih berarti dari kaum Sofis dalam
mempertahankan, ataupun menyangkal argumen dalam posisi berbagai cabang ilmu ini, menurut pandangan filsafat moderen,
apapun. toh tidaklah berarti ketimbang pengaruh buruk mereka dalam
fislsafat.
Demikian kiranya pandangan kaum Sofis tentang filsafat.
Suatu subjek yang hingga zaman moderen masih mendamba Beberapa kaum Sofis yang berpengaruh, antara lain adalah
akan kebenaran yang sejati, dipandang sebagai ‘hamba’ retorika Protagoras dari Abdera; Gorgias dari Leontini; Hippias dari Elis;
kosong yang digunakan sebagai sarana untuk menarik perhatian dan Prodikhos dari Keos.
pendengar dalam pidato. Dalam kacamata kaum Sofis,
kebenaran objektif bukanlah sesuatu yang penting. Kaum Sofis
menempatkan kebenaran/kesalahan secara manasuka, agar II. PROTAGORAS
mereka dapat menarik perhatian pendengar, sehingga pendengar
dapat dipengaruhi argumen mereka. Kaum Sofis akan Protagoras lahir di Abdera sekitar tahun 486 SM. Ia
mempraktikan secara langsung skeptisisme naif sebagai menjalankan profesinya sebagai guru privat pidato di Sisilia,
landasan profesi mereka. Sebagai pembelaan, mereka akan Italia, dan Athena. Ia menyebut dirinya sebagai Sophistês, yang
mengatakan premis, bahwa tidak ada sama sekali yang disebut berarti guru kebijaksanaan. Protagoras tidak mengajarkan
sebagai kebenaran objektif, karenanya segala bentuk kebenaran bidang ilmu yang spesifik, ia mengajarkan kepada anak – anak
lantasbersifat individual, dan untuk sementara dapat dikatakan didiknya tentang keutamaan menjadi warga negara, dan
bahwa kebutuhan individu merupakan kebenaran itu sendiri. negarawan. Dalam pengajarannya, Protagoras menghapuskan
Ketika konsep – konsep keutamaan objektif ditinggalkan, maka berbagai bentuk pengetahuan yang dianggap tidak berguna.
ukuran kebaikan, dan kebenaran ada pada masing – masing Protagoras didakwa sebagai seorang atheis di Athena karena
individu, yang biasanya sesuai dengan kebutuhan sementaranya. sebuah risalahnya yang diawali dengan kalimat, “Berkaitan
Prinsip ini merupakan doktrin utama dari kaum Sofis. Untuk dengan dea – dewi, aku tidak memiliki pengetahuan tentang ada,
mewujudkan hasrat individual, kaum Sofis memberikan suatu atau tidaknya mereka. Terdapat banyak hal yang mencegah kita
formula yang dianggap tepat pada zaman itu, dan membiarkan untuk mencapai pengetahuan itu, antara lain, ketidakjelasan
setiap individu peserta didik mereka untuk mengembangkan subjek, dan kehidupan manusia yang teramat singkat”.
formula tersebut secara lebih lanjut dalam konstelasi politik Risalahnya dibakar, lalu ia melarikan diri menggunakan kapal
Athena. Jadi, dalam konteks inilah kaum Sofis berfilsafat. yang naasnya ia bersama kapal tersebut tenggelam karena
Pengajaran yang diberikan oleh kaum Sofis ini bersifat kecelakaan, ia tewas pada 416 SM.
destruktif dalam tinjauan filsafat moderen (yang amat
mendamba pengetahuan akan kebenaran yang utuh). Berangkat dari gagasan Heraklitos tentang segala sesuatu
selalu berubah, dan menerapkannya secara begitu saja pada
Kaum Sofis melakukan perjalanan dari kota ke kota, dan subjek berpikir, Protagoras sampai pada kesimpulan, “Manusia
mengiklankan diri mereka sebagai pemikir profesional, lalu adalah ukuran dari segala sesuatu, untuk segala yang ada, dan
menawarkan pengetahuan mereka untuk dijual, mirip dengan tiada”, yang mana melalui pernyataan ini, Protagoras
yang ditawarkan oleh ‘penjaja’ jasa pendidikan akhir – akhir ini menyatakan, bahwa tidak ada standar dalam segala sesuatu,
(baca: sekolah, bimbingan belajar, dan universitas). Meskipun selain sang individu yang menilainya, atau dengan kata lain,
sebagaimana sama – sama kita ketahui, bahwa pandangan kebenaran merupakan keyakinan yang dipegang oleh masing –
peradaban barat (yang bertumpu pada rasionalitas) sangatlah masing individu, kebenaran yang sesungguhnya merupakan
buruk terhadap Sofis (dalam bahasa Inggris kata sophist berarti kebenaran subjektif.
seorang licik yang pandai memutarbalikkan fakta), mereka juga
menyumbangkan banyak hal yang menjadi fondasi peradaban Bahkan menurut Protagoras, aksioma geometri pun tidak
saat ini. Pengalaman kaum Sofis dalam mendidik para politisi, mempunyai nilai objektifnya. Mengapa? Dalam duna yang riil,
membuat mereka berjasa dalam mengembangkan ilmu tata tidak terdapat garis lurus, dan kurva ideal seperti yang
bahasa, dan logika. Mereka juga mengembangkan seni retorika, diasumsikan dalam aksioma.
dengan moralitas praksis, seperti misalnya, “Herkules di
Tidak terdapat objek di semesta yang tetap, dan pasti, tentu Simpang Jalan” yang bercerita mengenai pemilihan karier dalam
terdapat perbedaan sekecil apapun dari tiap – tiap ‘individu’ hidup. Banyak karya – karyanya yang juga bercerita tentang
objek yang kita pikirkan mirip, dan hal – hal lain ini tidak bisa tema – tema moralitas yang cukup mendalam, seperti tentang
digeneralisasi. mengenali kebaikan eksternal, dan kehidupan serta kematian.
Melalui diskursus – diskursusnya, ia berharap untuk dapat
memurnikan moralitas lewat observasi – observasinya yang
III. GORGIAS DARI LEONTINI tajam.

Gorgias lahir di Leontini, Sisilia. Gorgas hidup sejaman


dengan Sokrates. Sekitar tahun 427 SM, ia tiba di Athena VI. PENUTUP
sebagai duta besar dari kota kelahirannya dalam rangka meminta
bantuan kepada polis Athena untuk mendukung pertempuran Masih banyak tokoh – tokoh Sofis lainnya yang tidak
kotanya melawan Syrakusa. Belakangan, ia memperoleh dicantumkan di sini, seperti Euthydemos; Dionysidoros; Polos;
ketenaran akibat kesuksesan pengajaran pidatonya. Baginya, Kallikles; Thrasymakhos; Kritias; Hippodamos dari Miletos; dll.
pidato tidak lebih dari sekedar seni mempersuasi. Ia mencemooh Masing – masing Sofis memiliki ajaran yang berbeda satu sama
guru yang mengajarkan keutamaan hidup. Gagasan utama dalam lain. Akan tetai, jika ingin ditarik benar merah dalam pemikiran
karyanya, Peri Tou Mê Ontos ê Peri Phuseos, dapat ditemukan kaum Sofis ini, maka titik temunya dalah pada pandangan
dalam risalah Aristoteles (yang dikumpulkan kembali oleh mereka tentang kebenaran. Kaum Sofis menganut kebenaran
Andronikos), De Melisso, Xenophane, et Gorgia. Ajaran versi Demokritos yang menegaskan, bahwa kebenaran yang
Gorgias sepenuhnya bersifat nihilistik. Pokok – pokok ajaran hakiki tidak mungkin dicapai melalui pengetahuan manusia.
Gorgias dapat diringkas menjadi suatu trilemma di bawah ini: Kebenaran menjadi relatif menurut Sofistisisme. Karena
- Pertama, tidak ada sesuatu pun, kebenaran merupakan sesuatu yang relatif, maka segala bentuk
- Kedua, seaindainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat eidos (idea) tetap tentang to on akan dipertanyakan dengan
dikenali, skeptik.
- Ketiga, seandainya sesuatu dapat dikenal, maka
pengetahuan tersebut tidak dapat disampaikan kepda Dalam Sejarah filsafat moderen, banyak yang menuduh
orang lain. kaum Sofis sebagai ‘biang keladi’ keruntuhan kebudayaan
Yunani klasik, akan tetapi banyak pula terobosan yang dibuat
oleh kaum Sofis. RP. Cornelius Adrianus Maria Bertens, MSC,
IV. HIPPIAS DARI ELIS misalnya menganggap Sofitisisme membuka jalan bagi
kelahiran filsafat kemanusiaan. Dunia filsafat postmoderen
Hippias berasal dari Elis, Peloponnesos. Ia hidup sekitar pasca Nietzsche tentunya berhutang budi pada pandangan
tahun 460 – 399 SM. Ia juga dikenal sebagai seorang Sofis yang relativisme kebenaran dalam Sofistisisme. Seperti yang
memiliki wawasan luas di bidang matematika, astronomi, dan ditegaskan oleh Heidegger ketika hendak mengkritisi
arkeologi. Tentunya Hippias juga merupakan seorang orator metafisika, bahwa karakter kebenaran tidak pernah sekedar
ulung. Hippias menyombongkan dirinya, bahwa ia mampu tertampakkan, melainkan juga tersembunyikan. Kebenaran
berbicara mengenai seluruh bidang ilmu pengetahuan yang menjadi a–letheia (ketaktersembunyian), yang artinya
berkembang pada saat itu. Platon merujuk pernyataan Hippias kebenaran selalu merangkum di dalamnya sesuatu yang ‘masih
ketika menjelaskan pandangan etika kaum Sofis, “Hukum tersembunyi’.
adalah tirani bagi manusia, karena memaksa manusia hidup
berlawanan dengan kodratnya”. Jelas bahwa hal yang
diungkapkan Hippias melalui Platon ini merupakan suatu UCAPAN TERIMAKASIH
paradoks. Kita tidak mengetahui penjelasan detail Hippias
tentang pernyataan tersebut. Penulisan, dan pemaparan makalah ini dibiayai secara penuh
oleh Rektor ISH Tiang Bendera, Abdul Haris Wirabrata.

V. PRODIKHOS DARI KEOS


REFERENSI
Prodikhos berasal dari Pulau Cycladic dekat Keos, di mana
sekarang merupakan wilayah pantai barat Turki. Ia hidup sekitar [1] Copleston, Frederick. 1993. A History of Philosophy (vol. 1):
tahun 465 – 415 SM. Prodikhos merupakan sosok guru ternama Greek and Rome. New York: Image Books.
dalam bidang seni dialektika. Ia mencoba menjelaskan [2] Heidegger, Martin. 1949. Introduction to ‘What is Metaphysics’
perbedaan antara kata – kata yang berdekatan secara arti, dalam diterjemahkan oleh Walter Kaufmann dan Pathmarks.
konteks ini ia merupakan pendahulu Sokrates yang memang Cambridge: Cambridge UP.
mengakuinya sebagai guru. Prodikhos dihormati oleh publik
Yunani kala itu karena diskursus – diskursusnya yang berkaitan
[3] Stöckl, Albert. 1887. Handbook of the History of Philosophy [4] Bertens, Kees. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta:
(part I: Pre – Socratic Philosophy) diterjemahkan oleh T.A. Penerbit Kanisius.
Finlay. Dublin: M.H. Gill and Son.

Anda mungkin juga menyukai