Anda di halaman 1dari 35

ERA SOCRATES

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu


Dosen Pengampu: Andi Ilmi Utami Irawan, M.I.P

Disusun Oleh Kelompok 2 Genap:


1. Ayu Fitri Lestari (223010703016)
2. Aulia Meilanie (223020703084)
3. Refrin Slevidori Pranatha (223020703071)
4. Balinga Ngarani (223020703102)
5. Jesika Klara Pardosi (223020703058)
6. Ripka Thasia Sembiring (223020703099)
7. Abraham Ishak Yosua Eliezer (223020703059)
8. A'al arrahman (223010703007)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2022/2023
I. PENDAHULUAN
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam
perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun
mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh
ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat
memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah
tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-
batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau
interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu,
oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya
menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu
tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang
ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu
Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun
manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas
dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi,
epistemologi, dan aksiologi dengan berbagai pengembangan dan
pendalaman yang dilakukan oleh para ahli.
Socrates adalah seorang tokoh filosuf Yunani Klasik yang
mendobrak keterbelakangan corak berpikir bangsa Yunani yang
cenderung bersikap nihilisme karena pengaruh filsafat sofistik yang
dikembangkan oleh Pyhthagoras dan Gorgias, sehingga dunia
pengetahuan di Yunani mulai mengalami kemundurankemunduran, kalau
pada masa kemajuan Mesir Kuno dan Mesopotamia bangsa Yunani
mengalami kemunduran dalam alam pikiran serta ilmu pengetahuan
karena adanya Mitologimitologi, maka pada zaman Socrates kemunduran
terjadi karena sikap apatis dan zumud dikarenakan akibat adanya gerakan
filsafat sofistik yang cenderung bersikap nihilisme yang merelativitaskan
segala sesuatu.
Kira-kira selama dua ribu tahun, para filosof membangun fondasi
falsafahnya sehingga mengguncang filsafat dunia barat, para filosof
klasik muncul untuk membangkitkan kembali kepercayaan masyarakat
terhadap ilmu pengetahuan yang waktu itu mengalami pendangkalan dan
melemahnya tanggungjawab manusia karena pengaruh negatif dari para
filosof aliran sofisme.
Socrates hadir dengan memberikan semangat baru dalam
pemikiran ilmu pengetahuan Yunani tentang arti pentingnya kehidupan
filsafat yang mengedepankan kemampuan mengolah akal-pikiran dalam
dunia ilmu pengetahuan, yang mana kehadiran socrates dengan semangat
barunya itulah menjadi motivasi kehadiran filosof seperti Plato dan
Aristoteles sehingga bangsa Yunani memasuki fase baru dalam filsafat
yakni kemunculan filsafat Klasik. Socrates adalah seorang yang menjadi
batas pengantara atau masa perubahan antara para filsuf “pra Socrates”
dan Filsuf Yunani selanjutnya (Muhammad Alfan: 2013:17) yang lebih
dikenal orang dengan periode Filsafat Klasik sebagai bentuk periode
kebangkitan kedua bangsa Yunani dalam bidang ilmu pengetahuan yang
dimotori oleh para filosuf-filosuf.
Perkembangan filsafat tidak bisa dilepaskan dari peradaban
Yunani. Filsafat lahir di Yunani sekitar abad ke-6 sebelum Masehi.
Yunani adalah tanah para filosof, di sanalah tempat persemaian dan
lahirnya para filosof besar. Kata filsafat sendiri juga berasal dari bahasa
Yunani yaitu philos (kebijaksanaan) dan sophia (cinta), secara
terminologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Filsafat adalah induknya
ilmu. Setidaknya ada tiga metode belajar filsafat yaitu metode historis,
metode sistematis dan metode kritis. Metode historis artinya belajar
filsafat dari sejarah pemikiran filsafat serta tokoh-tokohnya secara
kronologis. Metode sistematis artinya belajar filsafat dari teori-teori
umum yang ada dalam filsafat. Dan metode kritis berarti belajar filsafat
secara kritis untuk mengkritisi pemikiran filsafat melalui pendekatan
historis dan sistematis. Apabila seseorang belajar filsafat dengan metode
historis, maka sejarah filsafat biasanya dibagi menjadi beberapa periode
yaitu periode pra-Socrates, periode klasik (Yunani kuno), periode
skolastik, periode modern, dan post-modern.
Dalam rentang panjang periode sejarah filsafat, ada banyak tokoh
besar yang muncul, namun hanya satu nama yang layak disebut sebagai
filosof terbesar, gurunya para filosof, peletak fondasi filsafat, ia adalah
Socrates. Ia adalah gurunya Plato, seorang filsuf besar Yunani. Dan Plato
adalah gurunya Aristoteles. Socrates, Plato dan Aristoteles adalah tiga
tokoh awal era baru filsafat. Pokok-pokok pikirannya sangat berpengaruh
pada pemikiran filsuf-filsuf selanjutnya. Socrates, Plato dan Aristoteles
adalah tokoh yang masuk dalam periode klasik. Dari ketiganya, mungkin
Socrates adalah tokoh yang memiliki problem bagi para ahli sejarah
filsafat. Hal tersebut berdasarkan fakta bahwa ia tidak pernah menulis
apapun tentang pemikirannya. Sumber tentang Socrates diperoleh dari
murid-muridnya khususnya Plato. Socrates bukan filosof pertama dan
kata filsafat sendiri telah digunakan jauh sebelum Socrates hidup. Sudah
ada banyak filosof sebelumnya. Mereka diantaranya Thales (625 SM),
Anaximander (610 SM), Anaximenes (600 SM), Heraclitus (540 SM),
Parmenides (515 SM) dan Anaxagoras (500 SM). Para filosof tersebut
juga disebut juga filosof alam karena corak pemikirannya masih
kosmosentris.
Namun tokoh-tokoh tersebut termasuk Socrates, tidak menuliskan
apapun tentang ajarannya. Informasi tentang mereka justru diperoleh dari
para filosof yang hidup jauh sesudahnya. Seperti yang telah dijelaskan di
atas, Socrates adalah filosof terbesar. Maka, bagi seseorang yang ingin
belajar filsafat, Socrates adalah tokoh yang wajib dipelajari pertamakali.
Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruhnya terhadap para filosof
setelahnya.

II. PEMBAHASAN
a. Pengertian Filsafat
Kata filsafat, dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “falsafah” dan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Phylosophy adalah berasal dari
bahasa Yunani Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang
berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Dalam arti
yang sedalam-dalamnya istilah filsafat bermakna cinta kebijaksanaan atau love
of wisdom. (Adib, 2010). Para filsuf dan ahli filsafat itu mendefinisikan tentang
filsafat sebagai berikut. Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan
yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
Menurut Aristotheles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan) (Adib, 2010: 37).
Filsafat yang berakar kata dari bahasa Yunani “ Phillen” yang berarti
cinta dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Dapat dimaknai bahwa filsafat
berarti cinta kebijaksanaan. Arti secara etimologi ini mempunyai latar belakang
yang muncul dari pendirian Socrates, beberapa abad sebelum masehi. Socrates
berkata bahwa manusia tidak berhak atas kebijaksanaan, karena keterbatasan
kemampuan yang dimilikinya. Terhadap kebijaksanaan, manusia hanya berhak
untuk mencintainya. Pendirian Socrates tersebut sekaligus menunjukkan sikap
kritiknya terhadap kaum Sophis yang mengaku memiliki kebijaksanaan
(Suhartono, 2007). Secara awam, istilah ‘cinta’ menggambarkan adanya aksi
yang didukung oleh dua pihak. Pihak pertama berperan sebagai subjek, dan
pihak kedua berperan sebagai objek. Adapun aksi atau tindakan itu didorong
oleh suatu kecenderungan subjek untuk ‘menyatu’ dengan objek.
Untuk bisa menyatu dengan objek, subjek harus mengetahui sifat atau
hakikat objek. Jadi pengetahuan mengenai objek menentukan penyatuan subjek
dengan objek. Semakin mendalam pengetahuan subjek, semakin kuat
penyatuannya dengan objek. Sedangkan istilah ‘kebijaksanaan’ yang kata
dasarnya ‘bijaksana’ dan mendapat awalan ‘ke’ dan akhiran ‘an’
menggambarkan pengetahuan haikiki tentang bijaksana. Jadi, kebijaksanaan
dikenal sebagai bersifat benar, baik dan adil. Perbuatan demikian dilahirkan dari
dorongan kemauan yang kuat, menurut keputusan perenungan akal pikiran, dan
atas pertimbangan perasaan yang dalam.
Kemudian, dari pendekatan etimologis dapat disimpulkan bahwa filsafat
berarti pengetahuan mengenai pengetahuan. Dapat pula diartikan sebagai akar
dari pengetahuan atau pengetahuan terdalam (Suhartono, 2007).
Filsafat, falsafah atau philosophia secara harfiah berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya adalah bahwa setiap
orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut philosopher, yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan
hidupnya. Dengan kata lain, ia mengabdikan diri dan hidupnya kepada
pengetahuan. Filsafat secara sederhana berarti ’alam pikiran’ atau “alam
berfikir”. Berfilsafat artinya berfikir. Namun, tidak semua berfikir adalah
berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam (radikal) dan sungguh-
sungguh. Ada sebuah semboyan yang mengatakan bahwa “setiap manusia
adalah filsuf”. Semboyan ini benar adanya, sebab semua manusia berfikir. Akan
tetapi, secara filosofis, semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia
yang berfikir adalah filsuf.
Filsuf hanyalah orang-orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu
dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Filsafat adalah hasil akal budi
manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-
dalamnya. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Di bawah ini dikemukakan
beberapa pengertian filsafat menurut para ahli, mulai dari klasik hingga modern.
Siapakah Socrates?
Socrates dilahirkan di Athena pada tahun 470 dan meninggal pada tahun
399 sebelum Masehi. Ayahnya bernama Sophroniscus, seorang pemahat patung
dari batu dan ibunya Phaenarete seorang bidan. Ia tidak berasal dari keluarga
kaya atau bangsawan. Oleh karena itu, pendidikannya tidak tinggi, namun
pemikirannya melampaui zamannya. Perutnya gendut, matanya menonjol, dan
hidungnya pendek dan besar. Begitulah gambaran perawakan Socrates yang
berbeda dengan orang Yunani pada umumnya.
Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah sosok yang misterius karena ia
tidak pernah menulis satu kalimat pun. Namun setidaknya ada empat sumber
yang mempunyai peran penting dalam usaha menginterpretasikan sosok dan
ajaran Socrates, yaitu Aristophanes, Xenophon, Plato dan Aristoteles. Filsafat
Socrates ditunjukkan lewat perbuatan bukan tulisan, ia lebih suka berdiskusi
dan memberi ceramah. Plato-murid Socrates- adalah orang yang paling berjasa,
karena ia menulis dialog-dialog dengan menjadikan Socrates sebagai tokoh
utamanya. Plato menyebut Socrates sebagai orang yang paling cerdik lagi
bijaksana, tidak pernah berbuat zalim dan selalu berbuat adil, tidak pernah
merugikan kepentingan umum, karena ia mampu mengendalikan dirinya
sendiri.
Tidak seperti filosof yang hidup sebelumnya yang lebih tertarik pada
kekuatan alam semesta, Socrates berbeda, ia lebih tertarik kepada manusia dan
permasalahannya. Zaman sebelum Socrates disebut juga zaman pra-Socrates.
Filsuf zaman itu disebut sebagai filsuf alam. Hal tersebut dikarenakan corak
pemikiran masih berpusat kepada kekuatan-kekuatan alam, dimana pengaruh
mitologi Yunani masih sangat kuat dalam pola pikir masyarakat. Socrates
adalah peletak dasar filsafat dan penanda sejarah corak filsafat yang baru. Ia
membawa filsafat turun dari langit ke bumi. Filsafat yang sebelumnya fokus
kepada masalah alam, kini bergeser pada masalah manusia. Sepertinya Socrates
sadar bahwa masalah yang paling kompleks yang dimiliki manusia adalah
tentang dirinya sendiri.
Untuk mengetahui manusia dan permasalahannya, Socrates
menghabiskan banyak waktunya untuk berjalan di pasar-pasar, alun-alun dan
terutama dalam gymnasia (tempat-tempat olah raga) untuk berdiskusi dengan
orang-orang yang ia temui di sana. Diskusi Socrates selalu mengundang banyak
perhatian berbagai kalangan bahkan sekelompok anak muda bangsawan dan
kaum Sofis (kaum berpendidikanYunani). Socrates membantu orang-orang
untuk “melahirkan” kebenaran, ia layaknya bidan yang membantu persalinan.
Karena gaya berpikir Socrates yang berbeda dengan masyarakat Athena
pada umumnya, banyak orang yang mulai terusik dan tidak nyaman dengan
corak pemikiran Socrates yang baru. Socrates dianggap perusak tatanan berpikir
masyarakat yang sudah mapan, khususnya kaum sofis dan bangsawan. Dan
pada akhirnya, Ia mendapatkan berbagai macam tuduhan yang disasarkan
padanya. Ia dituduh tidak percaya kepada dewa-dewa yang diakui negara dan
pemikirannya dianggap telah memberi pengaruh yang buruk kepada generasi
muda Athena saat itu. Dan pada akhirnya, Socrates diputuskan bersalah dan
dijatuhi hukuman mati oleh hakim, setelah dilakukan vote dengan mayoritas 60
suara (280 melawan 220). Socrates meninggal dengan cara minum cawan berisi
racun, dikelilingi para sahabatnya.
Sebenarnya Socrates memiliki peluang untuk menghindari hukuman mati
dengan cara meninggalkan kota Athena. Namun, hal tersebut tidak
dilakukannya, ia memilih untuk tetap tinggal dan menghadapi hukuman. Hal
tersebut menandakan betapa teguhnya prinsip Socrates dalam memperjuangkan
kebenaran dan betapa patuhnya ia terhadap hukum. Ia ingin memberi contoh
dan pelajaran bagi orang-orang Athena, bahwa ia adalah orang yang setia
kepada ajarannya. Socrates pada akhirnya memang mati, namun namanya masih
hidup hingga saat ini bahwa ia adalah orang yang setia kepada ajarannya.
Socrates pada akhirnya memang mati, namun namanya masih hidup hingga saat
ini.
4 Poin Penting Pemikiran Socrates

Socrates adalah seorang filsuf yang cukup misterius. Tidak banyak yang dapat
kita ketahui tentangnya selain apa yang dituliskan oleh Plato, muridnya.
Kelemahan dari tulisan Plato adalah ia memasukkan pendapatnya ke dalam
mulut Socrates, solah-olah itu adalah kata-kata Socrates.
1. Kepercayaan Terhadap Akal Manusia
Socrates adalah seorang tokoh rasionalis. Apa maksudnya rasionalis?
Rasionalis adalah orang yang mempercayai akalnya lebih dari inderanya.
Meskipun kecondongan rasional ini baru akan semakin diperjelas oleh
muridnya, Plato.
Namun, kepercayaan Socrates terhadap akal manusia bukan tanpa sebab.
Socrates hidup ketika paham-paham yang dibawa oleh kaum sofis merajalela di
Athena. Kaum sofis ini adalah kaum pengelana yang mengemukakan
bahwa kebenaran itu relatif, tergantung pendapat mayoritas.
Itulah yang kemudian ditentang oleh Socrates. Ia meyakini
bahwa kebenaran itu pasti, bukan relatif. Kita semua, umat manusia, telah
dibekali akal yang dapat membedakan mana yang benar dan salah.

Kepercayaan terhadap akal manusia itu membuat Socrates akhirnya


memutuskan untuk tidak melanjutkan profesi ayahnya sebagai pembuat patung.
Ia pergi ke alun-alun kota dan pasar-pasar yang ada di Athena
untuk membuktikan kemampuan akal nya serta akal manusia secara umum. Ia
berbicara kepada orang-orang Athena, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
memaksa mereka berpikir.
Bagi Socrates, pengetahuan itu berasal dari dalam. Itulah kenapa baik itu tua,
muda, kaya, maupun miskin, dapat mencapai pengetahuan tersebut
dengan akalnya. Hanya saja, mereka membutuhkan sosok bidan yang mampu
mengeluarkan pengetahuan tersebut, disitulah tepatnya Socrates hadir. Ia
seringkali membayangkan dirinya sebagai bidan seperti ibunya, hanya saja,
yang dilahirkannya adalah pengetahuan yang benar.
2. Mencintai Dialog dan Diskusi

Socrates pernah menjelaskan bahwa “pohon-pohon di pedesaan tidak


mengajarkan apapun kepadaku.” Dia yakin bahwa yang dapat memberikan
ilmu sejati kepadanya adalah manusia. Dan ilmu tersebut dapat tersampaikan
melalui dialog dan diskusi.

Ya, Socrates adalah sosok yang mencintai dialog dan diskusi. Dalam satu
kesempatan, itu akan membuktikan kemampuan akal manusia. Dalam
kesempatan lain juga dia jadi mendapat banyak pengetahuan baru.

Socrates bahkan termasuk orang yang cukup mahir dalam berdiskusi. Ia


memancing lawannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan.
Kemudian ketika lawan bicaranya mulai kehabisan kata-kata, ia memaksa lawan
bicaranya tersebut untuk menyetujui argumennya. Dalam banyak diskusi, hal
tersebut dilakukan Socrates untuk membuat orang-orang Athena berpikir.

3. Tidak Pernah Puas

Satu ungkapan Socrates yang sangat terkenal sampai saat ini adalah: “Hanya
satu yang aku tahu, yaitu bahwa aku tidak tahu apa-apa.” Socrates adalah sosok
yang tidak pernah puas untuk belajar. Ia selalu memposisikan dirinya sebagai
orang yang sedikit ilmunya.

Itulah kenapa kemudian Socrates mengajukan pertanyaan. Ia selalu ingin tahu


banyak hal. Ditengah perjalanannya, Socrates berbicara kepada banyak orang
yang beragam usia, profesi, bahkan status sosialnya.

Satu kepercayaan yang selalu dipegang teguh oleh Socrates adalah:


“Pengetahuan yang benar akan menuntun pada perilaku yang benar.” Ia
mencari tahu tentang apa itu kehidupan, etika, kebaikan, serta kejahatan. Hal
tersebut dilakukannya barang kali karena perasaan resah yang menghantuinya.
Resah karena masih ‘tidak mengetahui apa-apa.’

4. Gagasan Mengenai Norma Universal

Hal terakhir yang pasti dari pemikiran Socrates adalah keyakinan akan
adanya Norma Universal. Apa yang dimaksud norma universal? Maksudnya
adalah tata aturan mengenai yang baik dan buruk itu berlaku di semua tempat
dan sepanjang zaman.

Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, Socrates percaya bahwa akal manusia
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Itulah kenapa yang
baik dan buruk tidak mengenal batasan, atau akan berlaku sepanjang zaman.

Poin ini adalah poin terpenting yang membuat Socrates menentang kaum sofis.
Menurutnya, mereka (kaum sofis) hanya mengajarkan keahlian saja.
Dengan keahlian tersebut, yang mereka lakukan adalah merusak tatanan
berpikir manusia.

Seperti keyakinannya, bahwa perilaku yang baik itu dituntun oleh pengetahuan
akan yang baik pula. Maka, sudah jelas bahwa yang baik itu ‘pasti’ dan tidak
‘relatif’, serta berlaku ‘terus-menerus’ dan bukan hanya ‘sementara.’

Filosofi
Kematian Socrates, lukisan karya pelukis Jacques-Louis David (1787).
Peninggalan konsep Socrates yang paling penting ada pada metode beliau
berfilsafat dengan mengejar satu ruang lingkup absolut atas satu permasalahan
melalui satu dialektika. Pengejaran ilmu hakiki melalui penalaran dialektis
menjadi pembuka jalan untuk para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat
dari memikirkan alam menjadi manusia juga diceritakan sebagai jasa dari
Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya
dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Konsep tentang manusia ini
menjadi landasan untuk perkembangan filsafat etika dan epistemologis di
kemudian hari.

Pengaruh
Sumbangsih Socrates yang terpenting untuk konsep Barat yaitu metode
penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak
diterapkan untuk mencoba-coba konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates
dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat
secara umum.
ANTISOFISME
Socrates dalam menentang pemikiran sofisme yang berkembang dalam
masyarakat Yunani me-lakukan dua usaha penting; pertama dengan me-
nyampaikan pemikiran (gerakan pemikiran) dan kedua melalui lembaga
pendidikan (gerakan pendidikan).
Dalam gerakan pemikiran Socrates melahirkan pemikiran anti sofisme
dengan mengemukakan pemikiran sebagai berikut:
1) Dunia bayang-bayang: the story of the caveman
Seseorang yang suka merenung pasti pernah memikirkan tentang makna
hidupnya. Misalnya pertanyaan ini: Apakah tujuan hidup itu? ”atau“ Untuk apa
aku peroleh dan mempunyai ilmu pengetahuan?”. Khusus tentang fungsi
Kongkrit filsafat dan ilmu pengetahuan, yang mengkhususkan diri ke dunia ide
pemikiran dipandang tidak banyak memberikan jawaban nyata atas persoalan
kehidupan, hanya melayang-layang di awang-awang. Benarkah demikian?
Tentu saja banyak sekali variasi jawaban dari dua peryataan di atas, tergantung
latar belakang kehidupan dan pendidikan serta pandangan dunianya. Pada masa
yunani kuno, pertanyaan-pertanyaan itu berusaha dijawab oleh Socrates.
Socrates mengajarkan bahwa kebajikan adalah hal yang paling berharga
diantara semua yang dimilik seseorang, bahwa kebenaran terletak di luar”
bayangbayang” pengalaman kita sehari-hari.
Ungkapan Socrates yang sangat terkenal adalah "kenalilah dirimu
sendiri". Manusia adalah makhluk yang terus-menerus mencari dirinya sendiri
dan yang setiap saat harus menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi
eksistensinya. Socrates berkata dalam Apologia, "Hidup yang tidak dikaji"
adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Bagi Socrates, manusia adalah
makhluk yang bila disoroti pertanyaan yang rasional dapat menjawab secara
rasional pula. Menurut Socrates, hakekat manusia tidak ditentukan oleh
tambahan-tambahan dari luar, ia semata-mata tergantung pada penilaian diri
atau pada nilai yang diberikan kepada dirinya sendiri. Semua hal yang
ditambahkan dari luar kepada manusia adalah kosong dan hampa. Kekayaan,
pangkat, kemasyhuran dan bahkan kesehatan atau kepandaian semuanya tidak
pokok (adiaphoron). Satu-satunya persoalan adalah kecendrungan sikap
terdalam pada hati manusia. Hati nurani merupakan "hal yang tidak dapat
memperburuk diri manusia, tidak dapat juga melukainya baik dari luar maupun
dari dalam".
Tabiat Socrates tercermin dalam hal dunia bayang-bayang pernyataannya
sebagai berikut: “Padang rumput dan pohon kayu tak memberi pelajaran apapun
kepadaku, manusia ada. Ia memerhatikan yang baik dan buruk yang terpuji dan
tercela. Suatu saat ia didapati ditanah lapang dimana banyak orang berkumpul,
tidak lama ia berada dipasar. Ia berbicara dengan semua orang, menanyakan apa
yang dibuatnya, ia ingin mengetahui sesuatu dari orang yang mengerjakan
sesuatu ia selalu bertanya tentang pertukangannya. Ia bertanya kepada pelukis
tentang apa yang dikatakan indah, kepada prajurit atau ahli perang, ia tanyakan
apa yang dikatakan berani, kepada ahli politik ditanyakannya berbagai hal yang
biasa dipersoalkan mereka dengan jalan bertanya itu, ia memaksa orang yang ia
tanya supaya memperhatikan apa yang ia tahu dan hingga disisi mana tahunya
pertanyaan itu mulanya mudah dan sederhana setiap jawaban disusul dengan
pertanyaan baru yang lebih mendalam Dari pertanyaan biasa, lalu membawanya
kepada pertanyaanpertanyaan lebih lanjut. (Atang Abdul Hakim: 2008:181).
Dalam ilmu pengetahuan modern sekarang “Dunia bayang-bayang: the
story of the caveman” terutama dalam psikologi disebut Abstrak Thingking
(berpikir abstrak) sebagai bentuk daya imajinasi sesorang untuk mendesain
sebuah temuan atau gagasan terhadap sesuatu.
“Dunia bayang-bayang” atau berpikir abstrak diperlukan bagi manusia
untuk mendefinsikan sesuatu hal demi kemajuan dan kesejahteraan kehidupan
manusia dan dunia bayang-bayang (abstrak thingking) sebagai landasan awal
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2) Kebenaran universal
Sebagaimana para Sofis, Sokrates pun berbalik dari filsafat alam.
Sebagaimana juga para Sofis, Sokrates pun memilih manusia sebagai objek
penyelidikannya dan ia memandang manusia lebih kurang dari segi yang sama
seperti mereka: sebagai makhluk yang mengenal, yang harus mengatur tingkah
lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Sebagaimana para Sofis,
Sokrates pun memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman sehari-
hari dan dari kehidupan yang konkret. Tetapi ada satu perbedaan yang penting
sekali antara Sokrates dan kaum Sofis, yaitu Sokrates tidak menyetujui
relativisme yang dianut oleh kaum Sofis. Menurut Sokrates ada kebenaran
objektif, yang tidak tergantung pada saya atau pada kita. Akan tetapi, sebaiknya
kita tidak memandang keyakinan Sokrates itu dari sudut “kebenaran” saja.
Kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat
kedalam mulut yang ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti
memperoleh segala barang yang tertinggi nilainya.
Socrates memandang akan adanya kebenaran objektif, yang tidak
bergantung pada saya (individu) atau kita (kelompok). Dalam pembuktian hal
ini Socrates menggunakan beberapa metode. Metode tersebut bersifat praktis
dan dijalankan melalui percakapan-percakapan atau disebut juga dengan dialog
yang kemudian dianalisis. Metode ini dianggap memiliki preanan penting dalam
menggali kebenaran objektif. Contoh, ketika Ia ingin menemukan makna adil,
dia bertanya kepada pedagang, prajurit, penguasa dan guru.
Dari semua penjelasan yang diberikan oleh lapisan masyarakat itu dapat
ditarik sebuah benang merah yang bersifat universal tentang keadilan, dari
sinilah menurut Socrates kebenaran universal ditemukan. Atau menghasilkan
jawaban pertama (hipotesis pertama). Jika jawaban pertama menghasilkan
konsekuensi yang mustahil maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain dan
begitulah selanjutnya. Dan diskusi itu biasanya berakhir dengan aporia
(kebingungan) dan terkadang juga menghasilkan suatu defenisi yang dianggap
berguna. Dan metode ini disebut dialektika (dialog), yang berasal dari bahasa
yunani yakni dialeghesthai.
Orang sofis berpendapat bahwa semua pengetahuan adalah relatif keadaannya.
Yang benar ialah pengetahuan yang umum ada dan pengetahuan yang khusus
ada. Dan pengetahuan yang khusus itulah yang relatif.
Dengan mengajukan defenisi Socratres tersebut mengakibatkan
berhentinya laju dominasi relatifisme kaum sofis. Sehingga pengikut Socrates
menjadi lebih dominan dibandingkan pengikut kaum sofis. Plato memperkokoh
tesis socrates itu dengan mengatakan bahwa kebenaran umum itu telah ada di
alam idea tanpa harus melakukan induksi.
Gerakan pendidikan yang dilakukan oleh Socrates yang dikenal dengan
Metode Socratic: gnoti seauton, maieutica-technic, dan dialektika. Socrates
menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhnic) dalam berfilsafat.
Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Socrates
(sebagai sang bidan) untuk "melahirkan" pengetahuan akan kebenaran yang
dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Socrates meletakkan dasar
bagi pendekatan deduktif. Pemikiran Socrates dibukukan oleh Plato, muridnya.
Hidup pada

Metode filsafat
Socrates Aku tahu bahwa aku tidak tahu apa-apa, itulah akhir kesimpulan
filsafat Socrates.Ia selalu mengasumsikan dirinya tidak mengetahui apa-apa
dalam metode filsafatnya. Pandangan filsafat Socrates sangatlah berbeda
dengan filsafat kaum sofis Athena saat itu, yang menganggap diri mereka
mengetahui segalanya. Perbedaan pandangan tersebut terjadi karena Socrates
tidak memiliki motivasi apa-apa kecuali murni mengajarkan manusia untuk
menemukan kebenaran, sedangkan kaum sofis tidak. Kaum sofis mencari materi
dalam mengajarkan kebenaran. masa yang sama dengan mereka yang
menamakan diri sebagai "sophis" ("yang bijaksana dan berapengetahuan"),
Socrates lebih berminat pada masalah manusia dan tempatnya dalam
masyarakat, dan bukan pada kekuatankekuatan yang ada dibalik alam raya ini
(para dewa-dewi mitologi Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero kemudian,
Socrates "menurunkan filsafat dari langit, mengantarkannya ke kota-kota,
memperkenalkannya ke rumah-rumah". Karena itu dia didakwa
"memperkenalkan dewa-dewi baru, dan merusak kaum muda" dan dibawa ke
pengadilan kota Athena. Dengan mayoritas tipis, juri 500 orang menyatakan ia
bersalah. Ia sesungguhnya dapat menyelamatkan nyawanya dengan
meninggalkan kota Athena, namun setia pada hati nuraninya ia memilih
meminum racun cemara di hadapan banyak orang untuk mengakhiri hidupnya.
Sokrates mengajukan pertanyaanpertanyaan yang sengaja dimaksud
untuk membingungkan orang-orang itu. Karena jawaban-jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan itu menjadi saling ber-tentangan, sehingga para
penjawab ditertawakan orang banyak. Metode ini oleh Sokrates disebut metode
ironi (eironeia). Segi positif dari metode ini terletak dalam usahanya untuk
mengupas kebenaran dari kulit “pengetahuan semu” orang-orang itu.
Cara pengajaran Sokrates pada umumnya disebut dialektika, karena di
dalam pengajaran itu dialog memegang peranan penting. Sebutan yang lain
ialah maieutika, dan dari metode pengajaran inilah melahirkan filosuf-filosuf
terkenal Yunani dikemudian hari yang salahsatunya adalah Plato.
Socrates adalah seorang pemikir, bukan dukun, ahli nujum atau seseorang yang
mengetahui kebenaran. Ia mengajarkan bagaimana menemukan kebenaran
karena ia bukan ahli pengetahuan namun filosof. Baginya, setiap manusia
memiliki potensi untuk menemukan kebenaran, hanya saja manusia tidak
menggunakannya secara maksimal. Manusia memerlukan “filsafat” untuk
membantu melahirkan atau menemukan suatu kebenaran. Kebenaran harus
dicari dengan akal manusia itu sendiri.
Tujuan dari filsafat Socrates adalah mencari kebenaran yang berlaku
untuk selamalamanya. Pendapat Socrates tentang kebenaran yaitu bahwa
kebenaran bersifat tetap dan harus dicari. Tentu saja tujuan filsafatnya berbeda
dengan kaum Sofis yang berpendapat bahwa kebenaran bersifat relatif
(berubah-ubah), tergantung subjeknya dan harus dihadapi dengan skpetis.
Metode filsafat Socrates yaitu dealektika (bercakap-cakap, tanya-jawab,
dialog, diskusi). Dengan metode ini, setiap orang akan mencapai kebenaran.
Baginya, setiap manusia memiliki potensi untuk menemukan kebenaran,
kebaikan maupun kesalahan suatu hal. Karena Socrates menggunakan metode
dialektika, maka dalam mencari kebenaran tidak dilakukan sendiri namun
membutuhkan orang lain untuk melakukan tanya jawab (dialektika).
Bagi Socrates orang yang diajak dialog bukanlah lawan, melainkan teman
yang harus diajak secara bersama dalam mencari kebenaran. Dengan begitu
kebenaran akan lahir dari orang yang diajak dialog. Metode ini juga disebut
sebagai maieutik yaitu menguraikan, ibarat pekerjaan ibunya sebagai seorang
bidan. Sebenarnya tujuan akhir dari dialog Socrates adalah masalah etika dan
edukasi, yaitu bagaimana seseorang bisa mengambil pelajaran dari setiap
kejadian (edukasi) dan apa yang seharusnya dilakukan dalam menyikap suatu
kejadian (etika).
Langkah-langkah metode Socrates
Dalam menerapkan metodenya, Socrates memiliki langkah-langkah sendiri. Ia
tidak ingin menggurui lawan diskusinya, justru sebaliknya ia menjadi layaknya
seorang yang ingin belajar dari lawan diskusinya. Berikut langkah-langkah yang
digunakan Socrates dalam upaya mencari kebenaran.
1. Langkah pertama yaitu tidak tahu apapun adalah modal pertama untuk
melakukan dialog. Socrates selalu memposisikan diri sebagai orang yang tidak
tahu apapun dalam memulai percakapannya. Ia ibarat pelajar bukan pengajar.
Karena baginya pelajar adalah seseorang yang mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi.
2. Langkah kedua yaitu ironi. Socrates memposisikan diri sebagai orang yang
tidak mengetahui apa-apa, hal ini sebenarnya sebuah strategi untuk memancing
lawan bicaranya dan mengeluarkan seluruh isi pikirannya. Inilah yang disebut
“ironi” yaitu keadaan berpura-pura tidak tahu. Socrates berpura-pura menjadi
pengagum lawan bicaranya, kemudian ia meminta nasehat darinya.
3. Langkah ketiga yaitu konfutasi/elenchus. Ketika lawan bicara Socrates
mengungkapkan pendapatnya, sebenarnya Socrates sedang mencari titik lemah
argumennya. Setelah mendapatkan titik lemah tersebut, Socrates akan kembali
bertanya, namun kali ini pertanyaannya Socrates menyasar kepada titik lemah
argumen lawan bicaranya. Sehingga lawan bicaranya akan mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Socrates. Sampai akhirnya
menyadari bahwa mereka tidak tahu apa-apa dan argumen mereka tidak sekuat
sebelumnya.
4. Langkah keempat yaitu Maieutica. Setelah menunjukkan titik lemah
argumen lawan bicaranya, Socrates kemudian menuntun lawannya untuk
melahirkan kebenaran yang sesungguhnya. Tugas Socrates ibarat maieutica atau
bidan yang membantu proses persalinan pasiennya. Jadi, sebenarnya yang
melahirkan kebenaran bukan Socrates, namun lawan bicaranya sendiri. Dengan
cara-cara tersebut, diharapkan lawan bicaranya mampu untuk melahirkan dan
menangkap kebenaran-kebenaran filosofis, karena hal tersebut bersifat alami.
Dengan metode tersebut, akal seseorang dipaksa berfikir, dipaksa untuk masuk
ke dalam dirinya sendiri, dipaksa memanfaatkan akal dan apa yang ada di dalam
diri manusia itu sendiri. Ketika manusia sudah mampu memaksimalkan
akalnya, maka dengan sendirinya kebenaran akan lahir dari dirinya sendiri.
Pengajaran filsafat
Pendidikan
Pemikiran filsafat dari Sokrates berpengaruh terhadap praktik dan
teori pendidikan di dunia Barat khususnya di bidang pengajaran. Sokrates
mengembangkan pengajaran dengan metode dialektika. Fungsi dari
pengajarannya adalah untuk melatih kecermatan individu dalam berpikir dan
menguji dirinya sendiri, serta memperbaiki pengetahuan yang telah
diketahuinya sebelumnya. Metode Sokrates dimanfaatkan dalam pendidikan
untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik secara mandiri dan tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh pemikiran dari pendidiknya.

Hukum
Pada abad ke-4 SM, Sokrates merupakan salah satu filsuf Yunani yang
menuntut penegak hukum untuk mengutamakan keadilan dibandingkan
penilaian manusia sebagai hukum. Sokrates memandang bahwa hukum
merupakan bagian dari tatanan kebijakan yang dapat mencapai keadilan umum
secara objektif. Inti hukum yang ditetapkan oleh Sokrates merupakan salah satu
pemikiran yang tidak lagi didasarkan kepada kehendak para Dewa. Hukum
telah ditetapkan berdasarkan kekuasaan manusia dengan panduan kehidupan
berkeadilan secara umum. Pendapat Sokrates ini mirip dengan pandangan
sofisme yang meyakini bahwa keadilan dan moral merupakan inti hukum yang
kemudian menjadi pedoman hidup. Pandangan Sokrates mengenai hukum
kemudian mempengaruhi Plato dalam memikirkan tentang hukum. Plato juga
menganggap hukum sebagai sarana untuk mencapai keadilan.

Masyarakat
Sokrates merupakan salah satu tokoh pemikir yang
menganggap masyarakat terbentuk secara alami. Suatu masyarakat terbentuk
oleh manusia dengan sifat yang dapat mengalami kemajuan maupun
kemunduran. Perkembangan dari suatu masyarakat terjadi tanpa dapat dicegah
sama sekali.

Pengaruh pemikiran
Semasa hidupnya, Sokrates memiliki murid bernama Plato yang menjadi
perintis pemikiran idealisme. Pemikiran Socrates mempengaruhi pemikiran
Plato mengenai filsafat moral atau etika. Pengaruh ini khususnya berkaitan
dengan paham bahwa manusia memerlukan tujuan hidup di dunia. Adanya
pengaruh diketahui dari pemikiran Plato mengenai gagasan tentang "sesuatu
yang baik". Keberadaaan "sesuatu yang baik" ini menjadi dasar bagi keberadaan
gagasan lainnya.
Selain Plato, Sokrates juga memiliki beberapa pengikut yang kemudian
membentuk mazhab tersendiri. Masing-masing yaitu Eukleides dari Megara,
Phaidon dari Elis, Antisthenes, dan Aristippos. Eukleides dari Megara berusaha
menggabungkan antara pandangan Sokrates mengenai "yang baik" dengan
pandangan mazhab Elea. Hasil penggabungannya dikenal dengan nama mazhab
Megara. Phaidon dari Elis membentuk mazhab Elis memiliki ajaran yang
berkaitan dengan permasalahan dialektika. Pemikiran Phaidon diteruskan oleh
muridnya yang bernama Menedemos dari Eretria yang kemudian membentuk
mazhab Eretria yang juga membahas tentang dialektika. Antisthenes mendirikan
mazhab Sinis yang menolak nilai etika dari adat tradisional dan meyakini bahwa
manusia memiliki keutamaan tertentu.
Sementara itu, Aristippos merupakan pendiri mazhab Hedonis. Ajarannya
ialah tentang kesenangan sebagai sesuatu yang baik. Kesenangan ini diperoleh
secara maksimum dan harus disertai dengan kesusahan minimum. Akal
berperan dalam memberikan penilaian atas tingkat kesenangan dan kesusahan.

Tokoh-Tokoh Filsuf Di Era Socrates :

1.Parmanides (540-475 SM),


Ia merupakan tokoh relativesme yang penting. Ia dikenal sebagai tokoh
logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan disebut sebagai filsuf pertama
modern menjelaskan bahwa Parmanides mengemukakan pentingknya logika
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu logika dari pemikiran
Parmanides yaitu Bersatu ialah bentuk dari realitas, sesuatu itu tidak bergerak
dan tidak berubah. Ia mengungkapkan bahwa yang ada itu ada. Inilah kenyataan
dan kebenaran. Ukuran kebenaran adalah akal manusia.
Parmenides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan,
Arena. ia di lahirkan di Elea, maka penganutnya disebut kaum Elea.
Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Ia lah yang pertama kali
memikirkan tentang hakikat tentang ada being. Parmanides adalah salah seorang
tokoh relativusme yang penting. Ia lahir pada kira kira tahun 450 SM di Elea.
Dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat
disebut filosof pertama dalam pengertian modern. 9 Parmenides mengakui
adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah- ubah, pengetahuan
indra dan pengetahuan budi, tetapi menurutnya pengetahuan yang bersifat indra
itu tidak dapat di percaya karena banyak orang yang tidak mempercayai
kebenaran setelah mengikuti indranya. Sebab itu yang merupakan realitas
adalah bukan yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam – macam,
melainkan tetap. Realitas bukanlah menjadi, melainkan ada. Oleh karena itu,
filsafatnya disebut juga “filsafat ada” .
Parmenides membuktikannya sebagai berikut:
a. Di luar ada tentu hanya tak ada. Tak ada ini juga bukan tentu realitas, juga tak
mungkin kita kenal dan kita ketahui. Hanya adalah yang dapat dipahami, bagi
Parmenides ada dan berfikir itu sama. Oleh karena itu ada itu tetap, tak mungkin
ia beralih, tak mungkin bergerak, tak mungkin ada permacamnya, yang ada
hanya satu saja ada.
b. Kalau ada itu satu maka ia tak berawal, sebab dari manakah kiranya ia harus
timbul. Bagi ada tak terdapat dahulu dan kemudian, Ada itu hanya ada belaka,
sekarang yang baka.
c. Ada itu tak mungkin terbagi-bagi, sebab sekiranya mungkin terbagi, maka
terdapatlah bermacam- macam lebih dari satu ada. Sistemnya secara
keseluruhan disandarkan pada dedukasi logis, tidak seperti Heraclitos, misalnya,
yang menggunakan metode intuisi.
Ternyata plato amat menghargai metode parmenides itu. Dan Plato lebih
banyak mengambil dari Parmenides dibandingkan dengan dari filosof yang lain
pendahulunya. Pertentangan antara heraclitus dan parmenides adalah antara ada
dan tiada, nilai pengetahuan indra dan pengetahuan budi merupakan soal yang
maha penting bagi ahli pikir selanjutnya. pengetahuan budi dan pengetahuan
indra memang tidak mungkin dilalui belaka, keduanya harus diakui adanya.
Parmenides berpendapat bahwa hanya pegetahuan yang tetap dan umum
yang mengenai yang satu sajlaah pengetahuan budi yang dapat dipercaya.
Pengetahuan budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia
dengan realitas. sebab itu yang merupakan realitas bukanlah yang berubah dan
bergerak serta beralih dan bermacam-macam, melainkan yang tetap. Realitas
bukanlah yang menjadi melainkan ada. Hal ini berbeda dengan pendapat
Heraclitos yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.
Dalam The way of Truth Parmanides bertanya: Apa standar kebenaran
dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? Ia menjawab:
ukurannya ialah logika yang konsisten. Contoh. Ada 3 cara berfikir tentang
Tuhan: pertama ada, kedua tidak ada, dan ketiga ada dan tidak ada. Yang benar
ialah ada 1 tidak mungkin meyakini yang tidak ada 2 sebagai ada karena ayng
tidak ada pastilah tidak ada. Yang 3 tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan
itu ada dan sekaligus tidak ada. Jadi, benar-tidaknya suatu pendapat diukur
dengan logika. Disinilah muncul masalah. Bentuk ekstrem pernyataan itu adalah
bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia. Yang ada being itu ada, yang ada
tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul
menjadi ada, yang tidak adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang
dapat dipikirkan adalah hanyalah yang ada saja sedangkan yang tidak ada tidak
dapat dipikirkan.
Jadi, yang ada being itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi.
Karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak ada, dan
itu tidak mungkin yang ada dijadikan dan tidak dapat musnah.yang ada di
segala tempat, oleh karenanya tidak ada ruangan yang kosong , maka di luar
yang ada masih ada sesuatu yang lain.

2.Hippocrates (469-377 SM)


Hippocrates adalah seorang dokter dari Yunani kuno, yang kini dikenal
sebagai figur medis yang paling terkemuka sepanjang masa, maka dari itu ia
disebut "Bapak Kedokteran".Ia belajar dunia kedokteran dari sekolah
kedokteran Kos dan mungkin merupakan salah satu murid dari Herodikus.
Tulisan hasil karyanya yang dikenal dengan Corpus Hippocraticum telah
membuang semua pemikiran takhyul masyarakat Yunani kuno mengenai
penyakit dan obat-obatan. Orang-orang sebaya yang hidup bersamanya, dibuat
tercengang oleh Hippokrates, karena ia sangat menentang bahwa penyakit itu
datang dari ilah-ilah yang membalas dendam.
Pada abad-abad pertengahan Hippokrates tercatat sebagai seseorang yang
menemukan mode-mode kepribadian, sekaligus mendalilkan bahwa pribadi
seseorang dipisahkan berdasarkan empat temperamen. Sumbangsih pemikiran
Hippokrates, dilanjutkan oleh Galen yang adalah seorang sarjana pada zaman
Renaissance dengan dasar pendekatan, yaitu kebijaksanaan Hippokrates dan
ilmu kedokteran Hippokrates.
Tokoh yang dikenal sebagai bapak Ilmu Kedokteran ini mendasarkan
pandangannya pada teori Empedocles, namun lebih mengembangkannya ke
dalam wujud eksistensi manusia dalam hal temperamen.Di dalam hal itulah,
Hippokrates mengatakan bahwa manusia dapat dibagi-bagi dalam empat
golongan berdasarkan temperamennya, yaitu:
1. Sanguine: orang yang mempunyai kelebihan (terlalu banyak atau ekses)
darah dan mempunyai temperamen penggembira.Seseorang sanguine,
umumnya optimis, periang, rasional, yakin, dan dengan senang
mencintai.
2. Melankolik: orang yang mempunyai terlalu banyak sumsum hitam,
bertemperamen pemurung.Seorang melankolik cenderung selalu tampil
sempurna dan menjadi sangat teliti dalam mencari keinginan dan cara
menggapai itu.
3. Kholerik: orang yang terlalu banyak sumsum kuning dalam tubuhnya,
bertemperamen bersemangat dan gesit.Seorang kholerik cenderung
memiliki banyak ambisi, energik, dan penggerak dalam suatu wadah.
4. Phlegmatik: orang yang terlalu banyak lendir dalam tubuhnya dan
bertemperamen lamban. Seorang phlegmatik cenderung santai, dan tidak
mengeluarkan emosi dalam menanggapi sesuatu permasalahan.

3.Plato (427-347 SM)


Plato dilahirkan di Athena dan pada usia 20 tahun ia murid dari Socrates
dan merupakan satu-satunya yang menggunakan terminologi filsafat (Ridwan,
2010: 19). Idea merupakan ajaran filsafatnya. Dan buku yang telah ditulisnya
berjudul Republica. Dalam buku dijelaskan tentang derajat wanita yang harus
diangkat dan kebahagiaan hidup yang dapat dicapai bila manusia bekerja
dengan wataknya. Selain itu juga Plato mendirikan pusat Pendidikan yang
diberi nama Academus/ Akademi di Kawasan hutan kecil Akademe. (Djaja,
2012: 16).
Selain berkosep mengenai idea Plato juga berkonsep mengenai Tuhan.
Bahwa Tuhan bagi seorang Plato dipahami sebagai jiwa alam semesta artinya
adalah ajaran Tuhan sebagai sumber utama dari semua gerakan yang terjadi
dalam alam semesta. Plato menyadari tidak ada yang bisa menggerakan alam
semesta beserta isinya selain Tuhan. Bulan, matahari dan bintang-bintang,
mengatur gerakan semua benda langit dalam orbitnya masingmasing (Weisman,
12: 2015). Plato mempelajari filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos, dan
Elia. Ia berpendapat bahwa manusia berada di dalam dua dunia, yaitu dunia
pengalaman yang bersifat tidak tetap, bermacam-macam, dan berubah.
Sedangkan yang kedua adalah dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya,
yaitu dunia realitas. Selama 40 tahun lamanya Plato menghabiskan usianya
untuk mengaar di Akademi hingga ia wafat di usia 81 tahun. Selain tangtang
idea dan keTuhanan Plato juga berpendapat bahwa ada tiga level hakikat
manusia, aktifitas nafsu, pengindraan, kehendak, intelegensi atau akal.
Plato lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM adalah
seorang filsuf dan matematikawan Yunani, secara spesifik dari Athena. Dilihat
dari perspektif sejarah filsafat, Plato digolongkan sebagai filsuf Yunani Kuno.
Ia adalah penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di
Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat.
Plato diyakini sebagai seorang filsuf yang berperan besar dalam
perkembangan filsafat Yunani Kuno dan filsafat barat secara umum.
Sumbangsih yang besar juga diberikan oleh guru Plato, yakni Sokrates , dan
murid Plato, yakni Aristoteles.Selain sebagai filsuf, Plato juga dikenal sebagai
salah satu peletak dasar agama-agama barat dan spiritualitas.Pemikiran Plato
dikembangkan menjadi Neoplatonisme oleh para pemikir
seperti Plotinus dan Porphyry. Neoplantonisme memberi pengaruh besar bagi
perkembangan Kristianitas, terutama memengaruhi pemikiran para Bapa
Gereja seperti Agustinus. Filsuf Alfred North Whitehead bahkan
mengapreasiasi Plato dengan mengatakan, "Karakterisasi umum yang paling
aman dari tradisi filosofis Eropa adalah bahwa tradisi ini terdiri dari serangkaian
catatan kaki untuk Plato".

Pemikiran Plato banyak dipengaruhi oleh Sokrates.Karyanya yang paling


terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri")
yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal".
[butuh rujukan] Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di
mana Socrates adalah peserta utama.[butuh rujukan] Salah satu perumpamaan
Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua
Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang
menulis).

Pandangan Plato tentang ide, dunia ide dan dunia indrawi :


Idea-idea
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai ide.
Pandangan Plato terhadap ide-ide dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang
definisi.Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang
modern.Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan
yang ada di dalam pemikiran saja.[butuh rujukan] Menurut Plato idea tidak
diciptakan oleh pemikiran manusia.Idea adalah dunia yang melampaui manusia
maka ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia
yang tergantung pada dunia ide.Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas,
nonmaterial, abadi, dan tidak berubah.Ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar
pemikiran kita.Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.Misalnya,
ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri
tidak dapat terpisah dengan ide genap.Namun, pada akhirnya terdapat puncak
yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide tersebut.Puncak inilah yang
disebut ide yang “indah”.[2] Ide ini melampaui segala ide yang ada.

Dunia indrawi

Dunia indrawi adalah dunia nyata yang mencakup benda-benda jasmani


yang konkret, yang dapat dirasakan oleh pancaindra kita.Dunia indrawi ini tiada
lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal.Selalu terjadi
perubahan dalam dunia indrawi ini.Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia
jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.

Dunia ide
Dunia ide adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita.Dalam dunia
ini tidak ada perubahan, semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah.Hanya
ada satu ide “yang bagus”, “yang indah”.Di dunia ide semuanya sangat
sempurna.Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa
dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil
buah intelektual.Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
4.Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles merupakan murid Plato, ia ahli dalam bidang ilmu biologi dan
ilmu ketatanegaraan. Hasil karyanya yang terkenal adalah Klasifikasi Flora dan
Fauna yang dilakukan di Kepulauan Aegea Yunani. Ada lagi dibidang
Ketatanegaraan, Aristoteles mengemukakan bahwa sistem pemerintahan yang
baik yaitu mengutamakan kebahagiaan rakyatnya, bukan malah sebaliknya,
rakyat menderita karena penguasa yang serakah. Aristoteles juga berjasa atas
Pendidikan di Yunani karen ia merupakan pendiri dari pusat Pendidikan yang
bernama Peripatetis. Salah seorang muridnya ialah Alexander Agung, yang
merupakan Raja Makedonia (Djaja, 2012: 16). Begitu juga dengan Aizid (2018:
426) menjelaskan bahwa Aristoteles dijuluki dengan bapak metode Ilmiah
Modern. Ia lahir di kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya merupakan seorang
dokter pribadi raja Macedonia, Amyntas. Karena Aristoteles hidup dalam
lingkungan istana, ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari
ayahnya.
Selama 20 tahun ia belajar di Athena dan menggali ilmu di Akademia
Plato pada usia 17 tahun dan akhirnya ia menjadi pengajar disana. Kita dapat
enemukan karya Aristoteles yang berjumlah delapan pokok bahasan, yakni
filsafat alam, psikologi, logika, biologi, dan matematika yang oleh Aristoteles
ilmu-ilmu tersebut dinamakan filsafat pertama atau theologia-etika, ekonomi
dan politik, putika dan serta retorika. Sekitar tahun 342 SM, Aristoteles
mendapatka mandat yang amat berat tetapi mulia oleh raja Philiphus untuk
mendidik putranya yaitu Iskandar Dzulkarnaen (Alexander Agung) yang kelak
suatu hari nanti mampu menciptakan Imperium baru (kerajaan dunia). Ia
seorang filosof Yunani yang sangat mengutamakan nalar dan moderasi
(pengendalian diri) sebagai patokan untuk menjalankan hidupnya. Dikenal
hingga abad pertengahan oleh para intelektual dengan sebutan “The
Philosopher” (sang filosof) (Ridwan: 2010: 31). Menurut Soedarmo dkk (2012:
4) Catatan yang ditulis oleh Aristoteles, lebih kurang pada abad ke-4 SM, yang
salah satu bagiannya menyatakan "Raja yang memerintah di pulau Kreta dan
pulaupulau sekitarnya bernama Minos".
Aristoteles meyakini bahwa abstraksi menjadi pembentuk kategori yang
dapat diterapkan ke objek pemikiran.Aristoteles menganggap bahwa
pemikiran manusia melebihi tiga jenis abstraksi yang membentuk filsafat,
yaitu fisika, matematika dan metafisika. Manusia melampaui fisika ketika ia
mulai berpikir saat sedang melakukan pengamatan. Selama berpikir, akal
manusia melepaskan diri dari pengamatan yang menggunakan indra untuk
merasakan segala yang dapat dirasakan keberadaannya. Pengetahuan yang
bersifat umum kemudian diketahui dari hal yang partikular dan nyata.
Pengetahuan fisika kemudian terbentuk melalui pengetahuan abstrak dan
akal manusia. Selanjutnya, abstraksi matematika membuat manusia mampu
mengerti mengenai materi yang tidak terlihat. Akal melepaskan diri dari segala
sesuatu yang dapat dipahami. Semua ciri material dari abstraksi ini kemudian
menghasilkan ilmu pengetahuan. Sementara, abstraksi metafisika muncul
setelah manusia melakukan abstraksi fisika. Dalam abstraksi ketiga, manusia
telah mampu berpikir tentang kenyataan dari segala materi beserta dengan asal-
usul dan tujuan pembentukannya. Aristoteles menganggap abstraksi ini sebagai
filsafat pertama.
Aristoteles menggunakan istilah "filsafat pertama" dibandingkan
metafisika karena menurutnya semua filsafat berasal dari abstraksi ini.Filsafat
pertama dalam pandangan Aristoteles dapat diartikan menjadi dua pengertian.
Pertama yaitu sebagai ilmu yang menjadi asas pertama. Sedangkan yang kedua
sebagai ilmu yang membahas keberadaan sebagai sebuah keberadaan beserta
dengan ciri-ciri objek.
Aristoteles mengemukakan bahwa metode penemuan pengetahuan
dan kebenaran baru terbagi menjadi dua. Pertama, metode induktif dan yang
kedua ialah metode deduktif. Metode induktif bertujuan menyimpulkan hal-hal
khusus menjadi suatu kesimpulan umum. Sementara itu, metode deduktif hanya
menyimpulkan kebenaran dari dua hal yang bersifat pasti dan tidak diragukan.
Sifat dari metode deduktif ialah menyimpulkan dari sesuatu yang bersifat umum
menjadi khusus. Kondisi dari suatu proposisi dapat ditinjau
melalui analitika atau dialektik.
Analitika digunakan pada penelitian yang menggunakan proposisi yang
telah diyakini kebenarannya untuk argumentasi. Sementara dialektik digunakan
pada penelitian yang menggunakan proposisi yang diragukan kebenarannya
untuk argumentasi. Analitika dan dialektika menjadi dasar dari logika dengan
inti yaitu silogisme. Peran silogisme ialah menjadi mekanisme
penalaran premis-premis yang benar untuk menghasilkan kesimpulan yang
benar. Silogisme menjadi bentuk formal dari penalaran deduktif. Aristoteles
menjadi metode deduktif ini sebagai metode terbaik dalam memperoleh
pengetahuan dan kebenaran baru yang didasarkan kepada kesimpulan. Metode
ini dikenal dengan nama metode silogistis deduktif.
Pemikiran sains
Ilmu alamSunting
Aristoteles menjadi perintis dalam kegiatan pengumpulan
dan klasifikasi spesies biologi. Kecenderungan terhadap ilmu alam oleh
Aristoteles berkaitan dengan analisis kritis. Kegiatan tersebut dilakukan untuk
mengetahui tentang hukum alam dan keseimbangan alam. Keberadaan materi
menandakan bahwa materi ada dengan suatu bentuk tertentu. Selain itu, ia
berpendapat bahwa terdapat satu tujuan dari pergerakan benda-benda.
Pemikiran Aristoteles mengenai gerak menghasilkan hubungan sebab-
akibat yang mengarahkan kepada pemikiran mengenai penggerak pertama yang
tidak bergerak. Arah pemikirannya mengarah kepada pengertian
mengenai Tuhan.
Retorika
Aristoteles menjadikan retorika sebagai suatu ilmu yang mandiri dengan
kedudukan yang sama dengan ilmu lainnya. Menurut Aristoteles, retorika bukan
sekadar perkataan yang bersifat omong kosong, melainkan tuturan yang efektif
dan mengandung etika dalam menyampaikan kebenaran. Aristoteles
mengemukakan bahwa retorika tidak dapat dijadikan sebagai bagian dari ilmu
lain. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa ilmu lain memerlukan retorika untuk
memberikan deskripsi mengenai penemuan-penemuannya. Ajaran retorika
Aristoteles dikenal sebagai retorika tradisional oleh para ahli retorika yang
hidup pada masa awal abad ke-20. Ajaran retorika dari Aristoteles berpengaruh
hingga keruntuhan Kerajaan Yunani dan Kerajaan Romawi.

Pemikiran humaniora
Manusia
Aristoteles menganggap manusia sebagai makhluk sosial. Secara alamiah,
manusia memiliki naluri untuk melakukan interaksi sosial dengan manusia
lainnya. Selain itu, manusia juga memerlukan bantuan manusia lainnya.
Manusia sebagai makhluk sosial diwujudkan dalam bentuk masyarakat yang
saling terhubung dalam kesatuan biologis yang didasarkan oleh naluri.
Politik
Aristoteles membedakan negara menjadi negara yang benar dan deviasi
negara yang benar. Negara yang benar menurut Aristoteles terbagi
menjadi monarki, aristokrasi, dan konstitusional. Sementara deviasi negara yang
benar meliputi tiran, oligarki dan demokrasi. Pengecualian diberikan kepada
demokrasi dengan penambahan hukum untuk dapat membenarkan
penerapannya. Aristoteles menjadikan keberadaan hukum sebagai syarat
penting bagi pembentukan negara. Suatu negara dapat memberikan manfaat
maupun bencana politik kepada warga negara. Penentunya ialah kondisi
pemenuhan kebebasan, hak asasi manusia, kepercayaan dan harga diri dari
warga negara.
Pandangan politik Aristoteles ini bersifat normatif. Politik diartikan
sebagai sarana pembentukan masyarakat dengan peluang yang besar untuk
memperoleh kebahagiaan. Melalui politik, masyarakat dapat mengembangkan
bakat, meningkatkan keakraban, dan menjunjung tinggi moralitas.Sementara
itu, kekuasaan tertinggi pada suatu negara disebut sebagai kedaulatan.
Aristoteles mengkaji mengenai kedaulatan yang diartikan sebagai unsur
superior di dalam beberapa jenis konstitusi dengan suatu unit politik yang
jumlahnya dapat tunggal maupun banyak.

Hukum

Aristoteles merupakan salah satu filsuf yang menganut pandangan hukum


alam. Ia menjadikan akal sebagai alat penentu keadilan yang bersifat mutlak. Ia
membagi hukum menjadi dua, yaitu hukum yang ditetapkan oleh kekuasaan
negara dan hukum yang tidak subjektif dalam penilaian kebaikan maupun
keburukan. Pandangan yang tidak subjketif ini keberadaannya seakan-akan
tidak ada karena sifat manusia yang selalu memiliki perbedaan pendapat
terhadap hukum.Sementara itu, Aristoteles meyakini bahwa peran hukum
sebagai sekumpulan peraturan bersifat mengikat bagi masyarakat
maupun hakim.

Psikologi

Aristoteles hidup pada masa manusia mulai menyelidiki persoalan


kejiwaan. Setiap pernyataan hanya dibenarkan melalui argumentasi logis yang
menggunakan akal. Bukti empiris belum banyak digunakan dalam
membenarkan suatu pemikiran. Pada masa ini, psikologi masih menjadi bagian
dari filsafat. Di Yunani Kuno, Aristoteles menjadi salah satu tokoh yang
mengemukakan teori psikologi bersama dengan Plato.Ia berpendapat bahwa
suatu badan yang memiliki organ tersusun dari komponen mendasar yang
disebut jiwa. Kedudukan jiwa di dalam badan organis ialah sebagai komponen
pertama dan utama. Jiwa dijadikan sebagai penyusun kehidupan pada materi
yang membuatnya mempunyai struktur khusus. Manusia dalam pandangan ini
terbentuk dari jiwa yang bersifat imanen. Keberadaan jiwa ini yang membuat
manusia menjadi manusia.

Komunikasi

Aristoteles membagi unsur komunikasi meliputi pembicara, pesan dan


pendengar. Ia meyakini bahwa komunikasi telah terjadi ketika pembicara telah
mampu mengubah sikap dari pendengar melalui pesan di dalam pembicaraan.
Jenis komunikasi yang dikemukakan oleh Aristoteles berkaitan dengan retorika
dan pidato sehingga sifat komunikasi hanya terjadi secara satu arah.

Pemikiran ketuhanan
Aristoteles mengembangan jenis argumentasi yang disebut argumen
pergerakan untuk menjelaskan keberadaan Tuhan. Dalam pandangan
Aristoteles, Tuhan adalah penggerak yang tidak bergerak. Semua pergerakan
yang terjadi di alam semesta disebabkan oleh Tuhan. Aristoteles memandang
bahwa Tuhan hanya berperan menciptakan segala pergerakan di alam semesta,
tetapi tidak mengurus lagi alam semesta beserta dengan ciptaan-Nya. Tuhan
dalam pandangan Aristoteles tidak mengetahui hal-hal kecil yang terjadi di
dalam alam semesta. Pandangan Aristoteles ini bertentangan dengan
pandangan agama mengenai sifat ketuhanan.

5.Empedokles (495-435 SM)


Empedokles merupakan seorang ahli filsuf dari Madzhab Pluralisme. Ada
juga Anaxagoras selain Empedokles. Apabila para filsuf Miletos lainnya
mengajarkan terdapatnya satu prinsip dasar yang dapat mempersatukan alam
semesta, namun sebaliknya dengan Empledokles. Menurutnya, bahwa prinsip
dasar itu berjumlah empat, dan tidak tunggal. Ia dikenal sebagai seorang dokter,
politikus, pidato, penyair. Empedekles selalu menulis karyanya dalam bentuk
puisi. Puisinya yang pertama diberi judul Periha Alam (On Nature), dan yang
kedua diberi judul Penyucian-penyucian (Purifications). Masing-masing judul
tersebut memiliki 5000 ayat, namun yang masih ada hingga kini tinggal 350
ayat dari karya pertama, dan 100 dari karya kedua. Para ahli tidak sepakat
mengenai karangan yang lebih dahulu ditulis (Aizid, 2018: 447).
Dari uraian di atas dapat kita ketahui para filsuf-filsuf Yunani yang telah
banyak menciptakan karya berupa ilmu pengetahuan diantaranya adalah ilmu
tetang hokum, ilmu pemerintahan, ilmu alam, ilmu biologi, ilmu bumi, ilmu
social, ilmu seni atau budaya, ilmu kedokteran yang sampai saat ini ilmu-ilmu
tersebut masih di gunakan oleh umat manusia. KESIMPULAN Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Di Yunani Abad 5 SM adanya sifat agama yang tidak
mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan sebagai akidah. Kemudian keadaan
geografis negara tersebut yang mengarah pada perdagangan dan perauntauan
sehingga bangsa Yunani sempat bertemu dan bertukar fikiran dengan bangsa-
bangsa lain. Dan bentuk negaranya yaitu Republik-Demokrasi sehingga rakyat
memerintah dengan tanggung jawabnya sendiri. Tokoh-tokoh filsuf yang
memegang peranan besar atas berkembangnya ilmu pengetahuan di Yunani
diantaranya; Thales, Anaximander, Anaximenes, Heraklitus, Parmanides,
Pytagoras, Hippocrates, Socrates, Plato, Aristoteles, Empledokles.

Tentang Empat Anasir

Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta


tidaklah tunggal melainkan terdiri dari empat anasir atau zat.Memang dia belum
memakai istilah anasir (stoikeia) yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato,
melainkan menggunakan istilah 'akar' (rizomata).Empat anasir tersebut
adalah air, tanah, api, dan udara.Keempat anasir tersebut dapat dijumpai di
seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan.Api
dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan tanah
dikaitkan dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah.Salah satu
kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia
menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri.Para filsuf sebelumnya,
misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara dengan kabut.

Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang


persis sama.Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat
menjadi air.Akan tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari
keempat anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya.Contohnya,
Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air,
dan empat bagian api.Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat anasir
tersebut diubah.

Tentang Cinta dan Benci

Menurut Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-


perubahan di dalam alam semesta, dan kedua prinsip itu berlawanan satu sama
lain.Kedua prinsip tersebut adalah cinta (philotes) dan benci (neikos).Cinta
berfungsi menggabungkan anasir-anasir sedangkan benci berfungsi
menceraikannya.Keduanya dilukiskan sebagai cairan halus yang meresapi
semua benda lain.Atas dasar kedua prinsip tersebut, Empedokles
menggolongkan kejadian-kejadian alam semesta di dalam empat zaman.
Zaman-zaman ini terus-menerus berputar; zaman pertama berlalu hingga zaman
keempat lalu kembali lagi ke zaman pertama, dan seterusnya.Zaman-zaman
tersebut adalah:

1. Zaman pertama.
Di sini cinta dominan dan menguasai segala-galanya, alam semesta
dibayangkan sebagai sebuah bola, di mana semua anasir tercampur
dengan sempurna, dan benci dikesampingkan ke ujung.

2. Zaman kedua.

Benci mulai masuk untuk menceraikan anasir-anasir, sehingga alam


semesta sebagian dikuasai oleh cinta dan sebagian lagi dikuasai oleh
benci.Benda-benda memiliki kemantapan tetapi dapat lenyap, misalnya
makhluk-makhluk hidup dapat mati.Menurut Empedokles, manusia hidup
pada zaman ini.

3. Zaman ketiga.

Apabila perceraian anasir-anasir selesai, mulai berlaku zaman ketiga, di


mana benci menjadi dominan dan menguasai segala-galanya.Keempat
anasir yang sama sekali terlepas satu sama lain merupakan empat lapisan
kosentris: tanah di dalam pusat dan api pada permukaan.Cinta kini berada
di ujung.

4. Zaman keempat

Pada zaman ini cinta masuk kembali hingga timbul situasi yang sejajar
dengan zaman kedua.Apabila cinta menjadi dominan, artinya zaman
pertama dimulai kembali.

Tentang pengenalan

Empedokles menerangkan pengenalan berdasarkan prinsip bahwa "yang


sama akan mengenal yang sama".Hal tersebut berarti bahwa unsur tanah di
dalam diri kita mengenal tanah, sama seperti unsur air di dalam diri mengenal
air, dan seterusnya.Karena alasan ini, Empedokles berpendapat bahwa darah
merupakan hal utama dari tubuh manusia, sebab darah dianggap sebagai
campuran paling sempurna dari keempat anasir, terutama darah paling murni
yang mengelilingi jantung.Pemikiran Empedokles ini memberi pengaruh di
dalam bidang biologi dan ilmu kedokteran selanjutnya.

Tentang Penyucian

Karya "Penyucian" berbicara tentang perpindahan jiwa dan cara agar


orang dapat luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinyaDi
dalam karangan tersebut, Empedokles memperkenalkan diri
sebagai daimon (semacam dewa) yang jatuh karena berdosa dan dihukum untuk
menjalani sejumlah perpindahan jiwa selama tiga kali sepuluh ribu musim.
Jiwa-jiwa itu berpindah dari tumbuh-tumbuhan, kepada ikan-ikan, lalu kepada
burung-burung, dan juga manusia.Jikalau jiwa sudah disucikan, antara lain
dengan berpantang makan daging hewan, maka ia dapat memperoleh
status daimon kembali.Pandangan tentang perpindahan jiwa ini tampaknya
diadopsi dari mazhab Pythagorean.

Pengaruh Empedokles
Pemikiran Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil-alih
oleh Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lainnya. Karena kosmologi
Aristoteles diterima umum sepanjang seluruh Abad Pertengahan, maka teori
tentang empat anasir merupakan pandangan dunia sampai awal zaman modern.
Setelah itu pada abad ke-17, Robert Boyle membantah teori ini secara definitif
dan dengan itu Boyle membuka jalan untuk kimia modern

III. KESIMPULAN
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya
ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah
kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan
untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan
radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya
dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau
interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh
karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang
pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah
pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas
alam secara dangkal.
Socrates adalah seorang tokoh filosuf Yunani Klasik yang mendobrak
keterbelakangan corak berpikir bangsa Yunani yang cenderung bersikap
nihilisme karena pengaruh filsafat sofistik yang dikembangkan oleh
Pyhthagoras dan Gorgias, sehingga dunia pengetahuan di Yunani mulai
mengalami kemundurankemunduran, kalau pada masa kemajuan Mesir Kuno
dan Mesopotamia bangsa Yunani mengalami kemunduran dalam alam pikiran
serta ilmu pengetahuan karena adanya Mitologimitologi, maka pada zaman
Socrates kemunduran terjadi karena sikap apatis dan zumud dikarenakan akibat
adanya gerakan filsafat sofistik yang cenderung bersikap nihilisme yang
merelativitaskan segala sesuatu.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwasanya, Socrates lahir
sekitar tahun (469-399 SM) dia adalah seorang filosof Yunani
dari Athena. Dia menghabiskan waktunya untuk mengajar filsafat
kepada anak-anak muda, tetapi bukan untuk mencari uang seperti
kaum sofis. Dia mengajar agar para anak-anak muda mengetahui
pentingnya kebenaran. Contoh Antisopisme yang dikembangkan
Socrates dalam dua bentuk yakni Gerakan Pemikiran dan Gerakan
Pendidikan, dua hal yang sangat penting dalam melakukan
pencerdasan terhadap masyarakat yang mengidap penyakit Nihilisme
suatu bentuk yang bisa menghambat proses pencerdasan kehidupan
suatu masyarakat.
Filsafat Socrates mengarahkan kajian-kajian Filsafat yang
semula sangat abstrak dan jauh dari praktis kehidupan sehari-
hari, menjadi lebih praktis dan konkret. Filsafat Socrates
banyak membahas masalah-masalah etika. Socrates dengan pemikiran
filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu
dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah kedua hal
tersebut banyak nilai yang dihasilkan.

Secara sistematis alur pemikiran Socrates dapat digambarkan


sebagai berikut:
1. Tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan
(eaudaemonia)
2. Kebahagiaan dapat diperoleh dengan keutamaan (arate)
3. Untuk mengetahui apa dan bagaimana arate kita itu, harus
kita ketahui dengan pengetahuan (episteme)
4. jadi keutamaan (arate) adalah pengetahuan (episteme)

Di Era Socrates ada beberapa pemikiran filsuf antara lain :

1.Parmanides
Ia merupakan tokoh relativesme yang penting. Ia dikenal sebagai tokoh
logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan disebut sebagai filsuf pertama
modern, menjelaskan bahwa Parmanides mengemukakan pentingknya logika
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu logika dari pemikiran
Parmanides yaitu Bersatu ialah bentuk dari realitas, sesuatu itu tidak bergerak
dan tidak berubah. Ia mengungkapkan bahwa yang ada itu ada. Inilah kenyataan
dan kebenaran. Ukuran kebenaran adalah akal manusia.
2.Hippocrates
Hippocrates adalah seorang dokter dari Yunani kuno, yang kini dikenal
sebagai figur medis yang paling terkemuka sepanjang masa, maka dari itu ia
disebut "Bapak Kedokteran".Ia belajar dunia kedokteran dari sekolah
kedokteran Kos dan mungkin merupakan salah satu murid dari Herodikus.
Tulisan hasil karyanya yang dikenal dengan Corpus Hippocraticum telah
membuang semua pemikiran takhyul masyarakat Yunani kuno mengenai
penyakit dan obat-obatan. Orang-orang sebaya yang hidup bersamanya, dibuat
tercengang oleh Hippokrates, karena ia sangat menentang bahwa penyakit itu
datang dari ilah-ilah yang membalas dendam.

3.Plato
Plato dilahirkan di Athena dan pada usia 20 tahun ia murid dari Socrates
dan merupakan satu-satunya yang menggunakan terminologi filsafat (Ridwan,
2010: 19). Idea merupakan ajaran filsafatnya. Dan buku yang telah ditulisnya
berjudul Republica. Dalam buku dijelaskan tentang derajat wanita yang harus
diangkat dan kebahagiaan hidup yang dapat dicapai bila manusia bekerja
dengan wataknya. Selain itu juga Plato mendirikan pusat Pendidikan yang
diberi nama Academus/ Akademi di Kawasan hutan kecil Akademe.
4.Aristoteles
Aristoteles merupakan murid Plato, ia ahli dalam bidang ilmu biologi dan
ilmu ketatanegaraan. Hasil karyanya yang terkenal adalah Klasifikasi Flora dan
Fauna yang dilakukan di Kepulauan Aegea Yunani. Ada lagi dibidang
Ketatanegaraan, Aristoteles mengemukakan bahwa sistem pemerintahan yang
baik yaitu mengutamakan kebahagiaan rakyatnya, bukan malah sebaliknya,
rakyat menderita karena penguasa yang serakah. Aristoteles juga berjasa atas
Pendidikan di Yunani karen ia merupakan pendiri dari pusat Pendidikan yang
bernama Peripatetis. Salah seorang muridnya ialah Alexander Agung, yang
merupakan Raja Makedonia.

5. Empedokles
Empedokles merupakan seorang ahli filsuf dari Madzhab Pluralisme. Ada
juga Anaxagoras selain Empedokles. Apabila para filsuf Miletos lainnya
mengajarkan terdapatnya satu prinsip dasar yang dapat mempersatukan alam
semesta, namun sebaliknya dengan Empledokles. Menurutnya, bahwa prinsip
dasar itu berjumlah empat, dan tidak tunggal. Ia dikenal sebagai seorang dokter,
politikus, pidato, penyair. Empedekles selalu menulis karyanya dalam bentuk
puisi. Puisinya yang pertama diberi judul Periha Alam (On Nature), dan yang
kedua diberi judul Penyucian-penyucian (Purifications). Masing-masing judul
tersebut memiliki 5000 ayat, namun yang masih ada hingga kini tinggal 350
ayat dari karya pertama, dan 100 dari karya kedua. Para ahli tidak sepakat
mengenai karangan yang lebih dahulu ditulis.

Metode filsafat
Pandangan filsafat Socrates sangatlah berbeda dengan filsafat kaum sofis
Athena saat itu, yang menganggap diri mereka mengetahui segalanya.
Perbedaan pandangan tersebut terjadi karena Socrates tidak memiliki motivasi
apa-apa kecuali murni mengajarkan manusia untuk menemukan kebenaran,
sedangkan kaum sofis tidak. Kaum sofis mencari materi dalam mengajarkan
kebenaran. masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri sebagai
"sophis" ("yang bijaksana dan berapengetahuan"), Socrates lebih berminat pada
masalah manusia dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada
kekuatankekuatan yang ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi
Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero kemudian, Socrates "menurunkan
filsafat dari langit, mengantarkannya ke kota-kota, memperkenalkannya ke
rumah-rumah". Karena itu dia didakwa "memperkenalkan dewa-dewi baru, dan
merusak kaum muda" dan dibawa ke pengadilan kota Athena. Dengan
mayoritas tipis, juri 500 orang menyatakan ia bersalah. Ia sesungguhnya dapat
menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan kota Athena, namun setia
pada hati nuraninya ia memilih meminum racun cemara di hadapan banyak
orang untuk mengakhiri hidupnya.
Dalam hal ini, Sokrates mengajak para pembacanya untuk bertanya:
“Apakah yang ku lakukan sudah sungguh-sungguh baik?” Dia mengarahkan
kita untuk memahami bahwa setiap manusia adalah terbatas dan belum
sempurna sehingga dia mencoba untuk mendorong murid-muridnya untuk
berpikir kritis terhadap dirinya sendiri dengan bertanya (Maeutics) - Sokrates
tidak pernah memberi jawaban, hanya pertanyaan.
“The only true wisdom in in knowing you know nothing” - Sokrates
Ketika dia dihukum mati karena “dia menyesatkan warga Atena”, dengan
sukarela dia menerima hukuman tersebut dan tidak melarikan diri dari meskipun
para penjaga penjara juga merasa begitu yakin bahwa Sokrates adalah orang
yang tidak bersalah. Akhir cerita, Sokrates tetap berdiri sebagai seorang prajurit
yang mengejar kebenaran. Dia mengaku bahwa dirinya “tidak mengetahui apa-
apa” dan adalah “orang yang berutang”.
Saya kira, pemikiran dan filosofi Sokrates mencerminkan diri manusia
yang sesungguhnya. Dan puncak dari kebijaksanaan manusia adalah pengakuan
bahwa dirinya terbatas dan adalah orang yang berutang. Sokrates memengaruhi
banyak sekali pemikir lain, dimulai dari Plato, Aristoteles, Diogenes, Aquinas,
Kierkegaard, Nietzsche, dan filsuf-filsuf modern.

Langkah-langkah metode Socrates


Dalam menerapkan metodenya, Socrates memiliki langkah-langkah sendiri. Ia
tidak ingin menggurui lawan diskusinya, justru sebaliknya ia menjadi layaknya
seorang yang ingin belajar dari lawan diskusinya. Berikut langkah-langkah yang
digunakan Socrates dalam upaya mencari kebenaran.
1. Langkah pertama yaitu tidak tahu apapun adalah modal pertama untuk
melakukan dialog. Socrates selalu memposisikan diri sebagai orang yang tidak
tahu apapun dalam memulai percakapannya. Ia ibarat pelajar bukan pengajar.
Karena baginya pelajar adalah seseorang yang mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi.
2. Langkah kedua yaitu ironi. Socrates memposisikan diri sebagai orang yang
tidak mengetahui apa-apa, hal ini sebenarnya sebuah strategi untuk memancing
lawan bicaranya dan mengeluarkan seluruh isi pikirannya. Inilah yang disebut
“ironi” yaitu keadaan berpura-pura tidak tahu. Socrates berpura-pura menjadi
pengagum lawan bicaranya, kemudian ia meminta nasehat darinya.
3. Langkah ketiga yaitu konfutasi/elenchus. Ketika lawan bicara Socrates
mengungkapkan pendapatnya, sebenarnya Socrates sedang mencari titik lemah
argumennya. Setelah mendapatkan titik lemah tersebut, Socrates akan kembali
bertanya, namun kali ini pertanyaannya Socrates menyasar kepada titik lemah
argumen lawan bicaranya. Sehingga lawan bicaranya akan mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Socrates. Sampai akhirnya
menyadari bahwa mereka tidak tahu apa-apa dan argumen mereka tidak sekuat
sebelumnya.
4. Langkah keempat yaitu Maieutica. Setelah menunjukkan titik lemah
argumen lawan bicaranya, Socrates kemudian menuntun lawannya untuk
melahirkan kebenaran yang sesungguhnya. Tugas Socrates ibarat maieutica atau
bidan yang membantu proses persalinan pasiennya. Jadi, sebenarnya yang
melahirkan kebenaran bukan Socrates, namun lawan bicaranya sendiri. Dengan
cara-cara tersebut, diharapkan lawan bicaranya mampu untuk melahirkan dan
menangkap kebenaran-kebenaran filosofis, karena hal tersebut bersifat alami.
Dengan metode tersebut, akal seseorang dipaksa berfikir, dipaksa untuk masuk
ke dalam dirinya sendiri, dipaksa memanfaatkan akal dan apa yang ada di dalam
diri manusia itu sendiri. Ketika manusia sudah mampu memaksimalkan
akalnya, maka dengan sendirinya kebenaran akan lahir dari dirinya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebeni, 2008, Filsafat Umum Dari Metologi
sampai Teofilosofi, Pustaka Setia, Bandung.
Ahmad Tafsir, 2009, Filsafat Ilmu mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Pengetahuan, PT. Remaja RosdaKarya, Bandung.
Asmoro Hadi, 2013, Filsafat Umum, PT. Raja Grafindo Pesada, Jakarta. Idzam
Fautanu, 2012, Filsafat Umum Teori & Aplikasinya, Referensi, Jakarta.
Karel Karsten Himawan, 2013, Pemikiran Magis Ketika Batas Antara Magis dan Logis
Menjadi Bias, Indeks, Jakarta.
K. Bertens, 2005, Sejarah Filsafat Yunani, Kanisius, Jogjakarta.
Muhammad Alfan, 2013, Pengantar Filsafat Nilai, CV. Pustaka Setia, Bandung.
Masykur Arif
Rahman, 2013, Sejarah Filsafat Barat, IRCiSoD, Jogjakarta.
Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av K.
Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
^ a b (Inggris) Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In The Blackwell Guide
to Ancient Philosophy. Christopher Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.
^ a b c d e f (Inggris) Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy.
Oxford, New York: Oxford University Press.
^ a b c d e f (Inggris) Jonathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London: Penguin.
^ a b c d e f g h i (Inggris) Daniel W. Graham. 1999. "Empedocles and Anaxagoras: Responses
to Parmenides". In The Cambridge Companion to Early Philosophy. A.A. Long (Ed.).
London: Cambridge University Press.

https://www.researchgate.net/publication/
356256120_Filsafat_dan_Sejarah_Perkembangan_Ilmu

https://www.researchgate.net/publication/
359158869_Tokoh_Filosof_Yunani_Kuno_Serta_Pemikirannya_Mengenai_Asal_Mula_Penc
iptaan_Alam

http://septiaekaputri.blogspot.com/2014/03/filsafat-socrates-dan-pasca-socrate.html?m=1

https://miftah22.wordpress.com/mata-kuliah-pai/semester-1/filsafat/pemikiran-filsafat-pada-
zaman-pra-socrates-dan-yunani/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sokrates#

https://www.kenapasejarah.id/2019/02/pemikiran-socrates.html

http://kelaskaryawan.untara.ac.id/id3/2-2770-2657/Socrates_26113_kelaskaryawan-
untara.html

https://misekta.id/news/sejarah-sosial-yunani-klasik

hrome.google.com/webstore/category/extensions?hl=en
https://klipaa.com/story/1272-sejarah-perkembangan-ilmu

https://www.academia.edu/63870839/Filsafat_Socrates

https://id.quora.com/Apa-filosofi-utama-Socrates

https://secangkirliterasikpi.wordpress.com/2019/03/28/relevansi-pemikiran-socrates-di-era-
ini/

Anda mungkin juga menyukai