Tugas Gadar Kelompok 2 Good
Tugas Gadar Kelompok 2 Good
Dosen Pengampu : Ns. Marta Tania abriel Ching Cing, S. Kep., M. Kep.
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu
Ns. Marta Tania Gabriel Ching Cing, S. Kep., M. Kep. Selaku dosen kami dalam Mata
Kuliah Asuhan Keperawatan Anestesi pada Gadar & Kritis dan kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)
lOMoARcPSD|30678263
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisa.........................................................................................................5
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 26
4.2 Saran................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUA
N
untuk mengembalikan fraktur atau patah tulang kebentuk semula (Sjamsuhidayat &
Jong, 2010).
Periode pemulihan pasca operasi dikenal sebagai waktu dengan risiko tinggi untuk
terjadinya komplikasi. Ditemukan 2,5% pasien mengalami komplikasi setelah menjalani
operasi (Mahalia, 2012). Komplikasi yang sering ditemui setelah menjalani pembedahan
salah satunya adalah nyeri. Derajat nyeri pasca bedah menunjukkan bahwa lebih dari
70% pasien pasca bedah mengalami nyeri. Diungkapkan Wahyono (2016) bahwa nyeri
pada pasien fraktur termasuk dalam kategori sedang sampai berat. Nyeri akan bertambah
bila daerah patahan mengalami mobilisasi sehingga dapat mengalami ketegangan otot
dan penurunan gerak lingkup sendi.
dan sistematika penulisan. BAB II yang berisi anatomi fisiologi dan konsep dasar
penyakit. BAB III yang berisi asuhan keperawatan yang terdiri dari ilustrasi ksus, analisa
kasus, diagnosa keperawatan anestesi yang mungkin muncul, rencana tindakan, dan
evidence based practice. Dan BAB IV yang berisi tentang kesimpulan kemudian daftar
pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot - otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang
dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan
darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam - garam
kalsium ) yang membuat tulang keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan tersebut
adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis (Price dan Wilson, 2006). Tulang
ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan
perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antralain : tulang koksa, tulang femur,
tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia, dan falang (Price dan Wilson, 2006).
Fraktur tertutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian
luar perukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan
dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada
daerah yang patah, sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar,
biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juka
ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka
membuat tulang menonjol kelluar. Fraktur terbuka memerluka pertolongan lebih
cepat karena terjadinya infeksi dan faktor penyulit lainnya.
3. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis in iterjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian ekstremitas terjadi
patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi dislokasi. Menurut (Wiarto &
Giri, 2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara lain:
a) Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Fraktur ini, segmen-segmen tulang yang patah
direposisi atau direduksi kemballi ke tempat semula, maka segmen-segmen
ini akan stabil dan biasanya dikontrol dengan bidai gips
b) Fraktur kuminitif
Fraktur kuminitif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari
dua fragmen tulang.
c) Fraktut oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap
tulang
d) Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pda satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur jenis
ini biasanya sulit ditangani
e) Fraktur umpaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kopresi terjadinya ketika dua tulang
menumbuh tulang yang berada diantara vertebra.
f) Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstremitas. Fraktur ini menimbulkn
sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepaat sembuh dengan
imobilisasi.
Gambar fraktur
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis fraktur menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah nyeri,
hilangnya fungsi , deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus,edema lokal, serta
perubahan warna. Namun, tidak semua gejala ini ada pada setiap fraktur dan
kebanyakan justru tidak terdapat pada fraktur linear (fisur) atau fraktur impaksi
(permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Berikut adalah gejala fraktur
yaitu :
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang mnyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah
(gerakan luar biasa) setelah terjadinya fraktur. Pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas daan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lainnya sampai 2,5 – 5cm (1- 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba karena adanya gesekan antar fragmen satu
dengan yang lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
5. Edema dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang menyertai fraktur. Edema dan perubahan warna biasanya
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera terjadi.
Menurut Nursing Care Related to the Musculoskeletal system (2013),beberapa tanda
dan gejala yang terkait dengan fraktur adalah :
1. Nyeri
D. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur menurut (Black, Joyce, & Hawks, 2014) Fraktur biasanya
disebabkan karena cedera/trauma/ruda paksa dimana penyebab utamanya adalah
trauma langsung yang mengenai tulang seperti kecelakaan mobil, olah raga,
jatuh/latihan berat. Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan
fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang
mungkin hanya retak saja bukan patah. Selain itu fraktur juga bisa akibat stress
fatique (kecelakaan akibat tekanan berulang) dan proses penyakit patologis.
Perubahan fragmen tulang yang menyebabkan kerusakan pada jaringan dan
pembuluh darah mengakibatkan pendarahan yang biasanya terjadi disekitar tempat
patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, maka dapat terjadi
penurunan volume darah dan jika COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi
jaringan.
Selain itu perubahan perfusi perifer dapat terjadi akibat dari edema di sekitar
tempat patahan sehingga pembuluh darah di sekitar mengalami penekanan dan
berdampak pada penurunan perfusi jaringan ke perifer. Akibat terjadinya hematoma
maka pembuluh darah vena akan mengalami pelebaran sehingga terjadi penumpukan
cairan dan kehilangan leukosit yang berakibat terjadinya perpindahan, menimbulkan
inflamasi atau peradangan yang menyebabkan pembengkakan di daerah fraktur yang
menyebabkan terhambatnya dan berkurangnya aliran darah ke daerah distl yang
berisiko mengalami disfungsi neuromuskuler perifer yanng ditandai dengan warna
jaringan pucat, nadi lemah, sianosis, kesemutan di daerah distal. Nyeri pada fraktur
juga dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tertutup yang mengenai serabut
saraf sehingga menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu. Kerusakan pembuluh darah kecil atau besar pada waktu
E. Pathway
Etiologi
Kehilangan integritas
Tulang
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang fraktur menurut Suriya & Zurianti (2019) yaitu :
1. Pemeriksaan foto radiologi : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma, dan
jenis fraktur.
2. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
Peningkatan sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.
3. Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vascular.
4. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
5. Scan tulang : memperlihatkan tingkat keparahan fraktur juga dapat untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak (Suriya & Zurianti, 2019).
G. Penatalaksanaan
Menurut Rosyidi (2013) penatalaksaan fraktur yaitu :
1. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman
belum terlalu jauh meresap dilakukan: pembersihan luka, eksisi jaringan mati
atau debridement, hecting situasi dan pemberian antibiotik.
2. Seluruh fraktur
a) Rekognisi/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diganosa dan tindakan
selanjutnya.
b) Reduksifraktur/manipulasi/reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimum. Reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan anatomis. Reduksi
tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi
fraktur.
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi
manual. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diiinginkan, sementara
gips, bidai dan alat lain di pasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan
menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang.
Traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Sinar X digunakan 16 untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi
fragmen tulang. Ketiga tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kalus
pada sinar X. Ketika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai untuk
melanjutkan imobilisasi.
Reduksi terbuka dilakukan dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi alat fiksasi interna (ORIF) dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku, atau batangan logam untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Metode tertentu yang dipilih tergantung sifat fraktur, namun prinsip
yang mendasarinya tetap sama. Reduksi fraktur segera mungkin dilakukan
untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi
karena edema dan perdarahan.
c) Retensi (Imobilisasi fraktur)
Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna meliputi :
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan tehnik gips atau fiksator
eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang
berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
d) Rehabilitasi (Mempertahankan dan mengembalikan fungsi) Segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.
e) Latihan isometric dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi
disuse (atropi otot) dan meningkatkan aliran darah. Partisipasi dalam
aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian
fungsi dan harga diri (Rosyidi, 2013).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
Keadaan umum
1. TTV :
TD : 100/80 mmHg
P : 16x/ Menit
N :100x/ Menit
S : 37,5 °C
2. BB : 50 Kg
3. TB : 160 Cm
Pengkajian Primer :
1. Airway:
a. Pengkajian jalan napas
Jalan nafas : Bebas
b. Masalah Keperawatan :
c. Evaluasi : -
2. Breathing
a. Fungsi pernapasan
Dada simetris : Ya
Sesak nafas : Ya
Respirasi : 16 x / mnt
Suara nafas :
o Kanan : Jelas, terdapat ronchi, dan tidak ada wheezing
o Kiri : Menurun, terdapat ronchi, dan tidak ada wheezing
Assesment : pasien mengatakan nyeri
Resusitasi : -
Re-evaluasi : -
b. Masalah Keperawatan: -
c. Intervensi/implementasi: -
3. Circulation
a. Keadaan sirkulasi
Temperatur Kulit : Hangat
Jumlah perdarahan : ±150 cc
Gambaran Kulit : Normal
Assesment : -
Resusitasi : -
Re-evaluasi : -
b. Masalah Keperawatan : -
c. Intervensi/implementasi :
d. Evaluasi : -
4. Disability
a. Penilaian fungsi neurologis Alert : Verbal response : pasien masih berespon ketika
ditanya
b. Pain response : pasien masih berespon terhadap nyeri Unresponsive : -
c. Masalah Keperawatan : -
d. Intervensi Keperawatan : -
e. Evaluasi : -
5. Exposure
a. Penilaian Hipothermia/hiperthermia Hipothermia : - Hiperthermia : -
b. Masalah Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen pecederah fisik
c. Intervensi / Implementasi : -
d. Evaluasi : -
Anamesia KOMPAK
K : Keluhan : Fraktur Tibia + Fibula dextra
O : Obat : tidak ada
M : Makanan Terakhir : tidak diketahui
P : Penyakit : tidak ada penyakit lain
A : Alergi : tidak mempunyai alergi
K : Kejadian : warga mengatakan bahwa klien baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas
D. Terapi
-
rumah
2 : cukup meningkat -Jadwalkan waktu yang tepat untuk
4 : cukup menurun memberikan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan dengan pasien dan
keluarga
-Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
-Informasikan hasil pemeriksaan
laboratorium (mis. leukosit, WBC)
-Anjurkan mengikuti tindakan
pencegahan sesuai kondisi
-Anjurkan membatasi pengunjung
-Ajarkan cara merawat kulit pada
area yang edema
-Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
-Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan,
dan istirahat
-Anjurkan kecukupan mobilisasi dan
olahraga sesual kebutuhan
-Anjurkan latihan napas dalam dan
batuk sesual kebutuhan
-Anjurkan mengelola antibiotik
sesuai resep
-Ajarkan cara mencuci tangan
-Ajarkan etika batuk
Nyeri akut Diharapkan maslah nyeri MANAJEMEN NYERI (I. 08238) Meningkatka
yang pada klien dapat teratasi Observasi n perasaan
berhubungan dengan kriteria hasil : -identifikasi lokasi, karakteristik, nyaman dan
dengan agen durasi, frekuensi, kualitas, intensitas aman
pencedera fisik nyeri individu
indikator A T -Identifikasi skala nyeri Meningkatka
Keluhan nyeri 2 4 -Identifikasi respon nyeri non verbal n
-Identifikasi faktor yang memperberat kemampuan
pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
-Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
-Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Hambatan Diharapkan masalah DUKUNGAN AMBULANCI Mempertahanka
mobilitas fisik hambatan mobilitas fisik (I.05042) nmobilitas fisik,
b.d kerusakan pada klien dapat teratasi Observasi ditandai dengan
integritas dengan kriteria hasil : -Identifikasi adanya nyeri atau :
struktur tulang indikator A T keluhan fisik lainnya Klien mau
Nyeri 2 4 -Identifikasi toleransi fisik saat beraktifitas
Gerak terbatas 2 4 melakukan pergerakan secara
Kelemahan fisik 2 4 -monitor frekuensi jantung dan perlahan
tekanan darah sebelum melakukan Kaji derajat
2 : cukup meningkat atau memulai mobilisasi mobilitas
4 : cukup menurun -monitor kondisi umum selama yang dapat
melakukan mobilisasi dilakukan
Terapiutik klien
-fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan Bantu untuk
alat bantu mobilisasi
-fasilitasi melakukan pergerakan, jika menggunaka
ada n kursiroda
-libatkan keluarga untuk membantu /tongkat
pasien dalam meningkatkan Bantu dalam
pergerakan hygiene
Edukasi perorangan
-Jelaskan tujuan dan prosedur Ubah posisi
Semua pasien baru yang dicurigai fraktur ekstremitas bawah yang datang ke Triage IGD
P
RSUP Sanglah
I PEMBIDAIAN BACK SLAB CAST DAN SPALK
C Back Slab dan Spalk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembidaian back slab cast lebih efektif menurunkan
O
intensitas nyeri dibandingkan dengan pembidaian spalk.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Multiple fraktur ialah keadaan di mana seseorang mengalami trauma tulang yang
lebih dari dua faktor, hal tersebut disebabkan oleh ruda paksa. Terdapat beberapa contoh
misalkan: kecelakaan, benturan hebat, rasa nyeri, pembengkakan, dan lain sebagainya.
Sedangkan, Debriment sendiri berarti menghilangkan jaringan mati dan juga
membersihkan luka dari kotoran yang diakibatkan oleh area luar yang masuk ke dalam
tubuh.
Multiple fraktur juga mempunyai arti yaitu perubahan bentuk pada tulang yang
dipicu oleh tekanan langsung maupun tidak langsung. Banyak sekali faktor yang dapat
menyebabkan hal tersebut, baik di Indonesia sendiri maupun di luar negeri.
4.2 Saran
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan adanya makalah ini, dapat meningkatkan kualitas pembelajaram bagi
mahasiswa/I di Universitas Muhammadiyah tentang Asuhan Keperawatan Anestesi pada
Kasus Kegawatdaruratan Terkait Gangguan Sistem Musculoskeletal: Mulitple Fraktur.
Diharapkan bisa menjadi masukan dan bahan acuan untuk melakukan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA