Anda di halaman 1dari 32

lOMoARcPSD|30678263

Tugas Gadar kelompok 2 - good

Ilmu Keperawatan (Akreditasi B) - Kelas Reguler & Kelas Internasional (Universitas


Jenderal Soedirman)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)
lOMoARcPSD|30678263

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA KASUS KEGAWATDARURATAN


TERKAIT GANGGUAN SISTEM MUSCULOSKELETAL : MULTIPLE FRAKTUR

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan


Keperawatan Anestesi pada Kegawatdaruratan

Dosen Pengampu : Ns. Marta Tania abriel Ching Cing, S. Kep., M. Kep.

Disusun Oleh :

Aditya Fitriyadi Yusuf 2011100003


Nur Kholis Setiawati 2011100010
Bekti Nurul Hidayah 2011100018
Widya Pangastuti 2011100024

Prodi Keperawatan Anestesiologi D4


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2022

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu
Ns. Marta Tania Gabriel Ching Cing, S. Kep., M. Kep. Selaku dosen kami dalam Mata
Kuliah Asuhan Keperawatan Anestesi pada Gadar & Kritis dan kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 22 September 2022

Penulis

2
Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)
lOMoARcPSD|30678263

DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisa.........................................................................................................5

BAB II : TINJAUAN TEORITIS


2.1 Anatomi Fisiologi............................................................................................................. 7
2.2 Konsep Dasar Fraktur....................................................................................................... 8

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI


3.1 Ilutrasi Kasus...................................................................................................................15
3.2 Analisa Kasus..................................................................................................................18
3.3 Diagnosa Keperawatan Anestesi Yang Mungkin Muncul...............................................20
3.4 Rencana Tindakan...........................................................................................................20
3.5 EBV (Evidence Based Practice) Terkait......................................................................... 25

BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 26
4.2 Saran................................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 27

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Multiple fraktur adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan tulang
lebih dari satu garis fraktur. Fraktur adalah perubahan bentuk pada suatu tulang yang
disebabkan oleh tekanan langsung atau tidak langsung pada permukaan tulang. Salah
satu penyebab fraktur yang masih sering terjadi di Indonesia bahkan luar negeri adalah
kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan diseluruh
dunia, khususnya di negara berkembang. Kecelakaan lalu lintas dapat dialami oleh siapa
saja dan kapan saja dan dapat mengakibatkan kerusakan fisik hingga kematian.
Kerusakan fisik yang terjadi salah satunya yaitu fraktur yang adalah terputusnya
kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan maupun kelainan patologis (Pelawi &
Purba, 2019). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Price, 2005). Patahan tersebut mungkin saja tidak lebih dari suatu retakan, biasanya
patahan tersebut lengkap dan fragmen tulangnya bergeser. Jika patahan tulang tersebut
tidak menembus kulit, hal ini disebut fraktur tertutup, sedangkan jika patahan tersebut
menembus kulit, maka disebut fraktur terbuka (Pelawi & Purba, 2019).
World Health Organization (WHO) tahun 2019 menyatakan bahwa insiden fraktur
semakin meningkat, tercatat sudah terjadi fraktur kurang lebih 15 juta orang dengan
angka prevalensi 3,2%. Fraktur pada tahun 2017 terdapat kurang lebih 20 juta orang
dengan angka prevalensi 4,2% dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 21 juta orang
dengan angka prevalensi 3,8% akibat kecelakaan lalu lintas (Mardiono dkk, 2018).
Hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(RISKESDAS) tahun 2018, di Indonesia tercatat angka kejadian fraktur sebanyak 5,5%.
Sementara itu, untuk prevalensi cedera menurut bagian tubuh, cedera pada bagian
ekstremitas bawah memiliki prevalensi tertinggi yaitu 67,9% sedangkan di D.I
Yogyakarta sebesar 64,5%. Pada hasil studi pendahuluan yang diambil dari buku register
di ruang cendana 1 RSUP Dr. Sardjito 1 tahun terakhir pada 2021 - 2022, angka kejadian
fraktur di ruang tersebut sebanyak 61 kasus.
Fraktur memerlukan penanganan dengan segera dan tepat, karena penanganan yang
kurang tepat atau salah akan mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, seperti infeksi,
kerusakan saraf dan pembuluh darah, hingga kerusakan jaringan lunak yang lebih lanjut
(Lukman dan Ningsih, 2013). Tindakan pembedahan orthopedi adalah salah satu cara

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

untuk mengembalikan fraktur atau patah tulang kebentuk semula (Sjamsuhidayat &
Jong, 2010).
Periode pemulihan pasca operasi dikenal sebagai waktu dengan risiko tinggi untuk
terjadinya komplikasi. Ditemukan 2,5% pasien mengalami komplikasi setelah menjalani
operasi (Mahalia, 2012). Komplikasi yang sering ditemui setelah menjalani pembedahan
salah satunya adalah nyeri. Derajat nyeri pasca bedah menunjukkan bahwa lebih dari
70% pasien pasca bedah mengalami nyeri. Diungkapkan Wahyono (2016) bahwa nyeri
pada pasien fraktur termasuk dalam kategori sedang sampai berat. Nyeri akan bertambah
bila daerah patahan mengalami mobilisasi sehingga dapat mengalami ketegangan otot
dan penurunan gerak lingkup sendi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penetapan masalah pada
penulisan makalah ini adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Anestesi Pada Kasus
Multiple Fraktur?

1.3 Tujuan Penulisan


A. Anatomi Fisiologi Multiple Fraktur
B. Mengetahui Konsep Dasar Multiple Fraktur
C. Asuhan Keperawatan Multiple Fraktur

1.4 Sistematika Penulisan


Pada makalah ini dalam menuliskan sistematika penulisan dimulai dengan BAB I
yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

dan sistematika penulisan. BAB II yang berisi anatomi fisiologi dan konsep dasar
penyakit. BAB III yang berisi asuhan keperawatan yang terdiri dari ilustrasi ksus, analisa
kasus, diagnosa keperawatan anestesi yang mungkin muncul, rencana tindakan, dan
evidence based practice. Dan BAB IV yang berisi tentang kesimpulan kemudian daftar
pustaka.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Fisiologi


Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada tubuh. Skelet
atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ lunak,
terutama dalam tengkorak dan panggul. Tulang membentuk rangka penunjang dan
pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan
kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsiumdan fosfat (Price dan Wilson, 2006).

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot - otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang
dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan
darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam - garam
kalsium ) yang membuat tulang keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan tersebut
adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis (Price dan Wilson, 2006). Tulang
ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antralain : tulang koksa, tulang femur,
tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia, dan falang (Price dan Wilson, 2006).

2.2 Konsep Dasar Fraktur


A. Definisi Fraktur
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, baik bersifat total
maupun sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya. Fraktur adalah
patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dari
tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan kondisi fraktur tersebut (Suriya & Zurianti, 2019). Fraktur adalah
hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun yang parsial (Rasjad, 2015).
Multiple fraktur adalah trauma tulang pada lebih dari dua fraktur yang
disebabkan oleh ruda paksa, misalnya: kecelakaan, benturan hebat yang ditandai
oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, dan lain-lain.

B. Klasifikasi & Etiologi Fraktur


Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan
fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan
jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan
keparahannya (Black et al., 2014) :
1. Derajar 1 : Luka kurang dari 1cm, kontaminasi minimal
2. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
3. Derajat 3 : luka melebihi 6 hingga 8 cm ada kerusakan luas pada jaringan
lunak, saraf, tendok, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3 harus
segera ditangani karena resiko infeksi.
Menurut (Wiarto & Giri, 2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
1. Fraktur tertutup

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Fraktur tertutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian
luar perukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan
dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada
daerah yang patah, sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar,
biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juka
ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka
membuat tulang menonjol kelluar. Fraktur terbuka memerluka pertolongan lebih
cepat karena terjadinya infeksi dan faktor penyulit lainnya.
3. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis in iterjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian ekstremitas terjadi
patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi dislokasi. Menurut (Wiarto &
Giri, 2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara lain:
a) Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Fraktur ini, segmen-segmen tulang yang patah
direposisi atau direduksi kemballi ke tempat semula, maka segmen-segmen
ini akan stabil dan biasanya dikontrol dengan bidai gips
b) Fraktur kuminitif
Fraktur kuminitif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari
dua fragmen tulang.
c) Fraktut oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap
tulang
d) Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pda satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur jenis
ini biasanya sulit ditangani
e) Fraktur umpaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kopresi terjadinya ketika dua tulang
menumbuh tulang yang berada diantara vertebra.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

f) Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstremitas. Fraktur ini menimbulkn
sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepaat sembuh dengan
imobilisasi.

Gambar fraktur

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis fraktur menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah nyeri,
hilangnya fungsi , deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus,edema lokal, serta
perubahan warna. Namun, tidak semua gejala ini ada pada setiap fraktur dan
kebanyakan justru tidak terdapat pada fraktur linear (fisur) atau fraktur impaksi
(permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Berikut adalah gejala fraktur
yaitu :
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang mnyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah
(gerakan luar biasa) setelah terjadinya fraktur. Pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas daan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lainnya sampai 2,5 – 5cm (1- 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba karena adanya gesekan antar fragmen satu
dengan yang lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
5. Edema dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang menyertai fraktur. Edema dan perubahan warna biasanya
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera terjadi.
Menurut Nursing Care Related to the Musculoskeletal system (2013),beberapa tanda
dan gejala yang terkait dengan fraktur adalah :
1. Nyeri

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

2. Deformitas (terlihat atau teraba)


3. Gerakan salah; mobilitas abnormal di situs fraktur
4. Perubahan warna
5. Edema
6. Krepitasi
7. Hilangnya fungsi
8. Memperpendek ekstremitas.

D. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur menurut (Black, Joyce, & Hawks, 2014) Fraktur biasanya
disebabkan karena cedera/trauma/ruda paksa dimana penyebab utamanya adalah
trauma langsung yang mengenai tulang seperti kecelakaan mobil, olah raga,
jatuh/latihan berat. Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan
fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang
mungkin hanya retak saja bukan patah. Selain itu fraktur juga bisa akibat stress
fatique (kecelakaan akibat tekanan berulang) dan proses penyakit patologis.
Perubahan fragmen tulang yang menyebabkan kerusakan pada jaringan dan
pembuluh darah mengakibatkan pendarahan yang biasanya terjadi disekitar tempat
patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, maka dapat terjadi
penurunan volume darah dan jika COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi
jaringan.
Selain itu perubahan perfusi perifer dapat terjadi akibat dari edema di sekitar
tempat patahan sehingga pembuluh darah di sekitar mengalami penekanan dan
berdampak pada penurunan perfusi jaringan ke perifer. Akibat terjadinya hematoma
maka pembuluh darah vena akan mengalami pelebaran sehingga terjadi penumpukan
cairan dan kehilangan leukosit yang berakibat terjadinya perpindahan, menimbulkan
inflamasi atau peradangan yang menyebabkan pembengkakan di daerah fraktur yang
menyebabkan terhambatnya dan berkurangnya aliran darah ke daerah distl yang
berisiko mengalami disfungsi neuromuskuler perifer yanng ditandai dengan warna
jaringan pucat, nadi lemah, sianosis, kesemutan di daerah distal. Nyeri pada fraktur
juga dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tertutup yang mengenai serabut
saraf sehingga menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu. Kerusakan pembuluh darah kecil atau besar pada waktu

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

terjadinya fraktur mengakibatkan terjadinya perdarahan hebat yang menyebabkan


tekanan darah menjadi turun, begitu pula dengan suplay darah ke otak sehingga
kesadaran pun menurun yang berakibat syokk hipovolemik. Ketika terjadi fraktur
terbuka yang mengenai jaringan lunak sehingga terdapat luka dan kman akan mudah
masuk sehingga kemungkinan dapat terjadi infeksi dengan terkontaminasinya
dengan udara luar dan lama kelamaan akan berakibat delayed union dan mal union
sedangkan yang tidak terinfeksi mengakibatkan non union. Selain itu, akibat dari
kerusakan jaringan lunak akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritasa kulit.
Sewaktu tulang patah, perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan
kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-
sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran
darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa- sisa sel mati dimulai.
Ditempat patahan terbentuk fibrin (hematoma fraktur) yang berfungsi sebagai jala-
jala untuk melakukan aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Andra & Yessie, 2013).

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

E. Pathway
Etiologi

Trauma(langsung atau tidak langsung)patologi

Fraktur terbuka dan tertutup

Kehilangan integritas
Tulang

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang fraktur menurut Suriya & Zurianti (2019) yaitu :
1. Pemeriksaan foto radiologi : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma, dan
jenis fraktur.
2. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
Peningkatan sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.
3. Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vascular.
4. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
5. Scan tulang : memperlihatkan tingkat keparahan fraktur juga dapat untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak (Suriya & Zurianti, 2019).

G. Penatalaksanaan
Menurut Rosyidi (2013) penatalaksaan fraktur yaitu :
1. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman
belum terlalu jauh meresap dilakukan: pembersihan luka, eksisi jaringan mati
atau debridement, hecting situasi dan pemberian antibiotik.

2. Seluruh fraktur

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

a) Rekognisi/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diganosa dan tindakan
selanjutnya.
b) Reduksifraktur/manipulasi/reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimum. Reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan anatomis. Reduksi
tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi
fraktur.
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi
manual. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diiinginkan, sementara

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

gips, bidai dan alat lain di pasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan
menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang.
Traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Sinar X digunakan 16 untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi
fragmen tulang. Ketiga tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kalus
pada sinar X. Ketika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai untuk
melanjutkan imobilisasi.
Reduksi terbuka dilakukan dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi alat fiksasi interna (ORIF) dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku, atau batangan logam untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Metode tertentu yang dipilih tergantung sifat fraktur, namun prinsip
yang mendasarinya tetap sama. Reduksi fraktur segera mungkin dilakukan
untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi
karena edema dan perdarahan.
c) Retensi (Imobilisasi fraktur)
Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna meliputi :
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan tehnik gips atau fiksator
eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang
berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
d) Rehabilitasi (Mempertahankan dan mengembalikan fungsi) Segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.
e) Latihan isometric dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi
disuse (atropi otot) dan meningkatkan aliran darah. Partisipasi dalam
aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian
fungsi dan harga diri (Rosyidi, 2013).

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

3.1 Ilutrasi Kasus


A. Biodata Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : islam
Usia : 25 Tahun

B. Pengkajian Primer dan Sekunder


Klien dibawa oleh warga ke IGD dengan keluhan Fraktur Tibia + Fibula Dextra
setelah menagalami kecelakaan lalu lintas. Pada saat dilakukan pengkajian
ditemukan tulang Tibia merobek kulit dan otot, perdarahan massif, serta kuku kaki
kanannya sianosis. Lalu dilakukan balut sedikit tekan pada area perdarahan agar
mengurangi frekuensi jumlah darah yang keluar. Pada saat membersihkan luka,
klien mengeluh nyeri. Tn. S merintih kesakitan, nyeri tumpul dengan skala nyeri 6.
Saat disentuh Tn. S merintih sakit selama 10 menit dan pemberian obat analgetic
berupa paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri. Lalu diberikan posisi yang
nyaman yaitu fowler agar pasien lebih tenang dan rileks.

Keadaan umum
1. TTV :
 TD : 100/80 mmHg
 P : 16x/ Menit
 N :100x/ Menit
 S : 37,5 °C
2. BB : 50 Kg
3. TB : 160 Cm

Pengkajian Primer :
1. Airway:
a. Pengkajian jalan napas
Jalan nafas : Bebas

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

 Resusitasi : Pemberian bronkodilator


 Re-evaluasi : tidak ada tindakan yang dilakukan

b. Masalah Keperawatan :
c. Evaluasi : -

2. Breathing
a. Fungsi pernapasan
 Dada simetris : Ya
 Sesak nafas : Ya
 Respirasi : 16 x / mnt
 Suara nafas :
o Kanan : Jelas, terdapat ronchi, dan tidak ada wheezing
o Kiri : Menurun, terdapat ronchi, dan tidak ada wheezing
 Assesment : pasien mengatakan nyeri
 Resusitasi : -
 Re-evaluasi : -
b. Masalah Keperawatan: -
c. Intervensi/implementasi: -

3. Circulation
a. Keadaan sirkulasi
 Temperatur Kulit : Hangat
 Jumlah perdarahan : ±150 cc
 Gambaran Kulit : Normal
 Assesment : -
 Resusitasi : -
 Re-evaluasi : -
b. Masalah Keperawatan : -
c. Intervensi/implementasi :
d. Evaluasi : -

4. Disability
a. Penilaian fungsi neurologis Alert : Verbal response : pasien masih berespon ketika
ditanya
b. Pain response : pasien masih berespon terhadap nyeri Unresponsive : -

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

c. Masalah Keperawatan : -
d. Intervensi Keperawatan : -
e. Evaluasi : -

5. Exposure
a. Penilaian Hipothermia/hiperthermia Hipothermia : - Hiperthermia : -
b. Masalah Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen pecederah fisik
c. Intervensi / Implementasi : -
d. Evaluasi : -

6. Full set of vital sign


 TD : 100/80 mmHg
 P : 16x/ Menit
 N :100x/ Menit
 S : 37,5 °C

7. Give comfort measures


Pasien mengalami nyeri pada kaki saat membersihkan luka dalam dengan pengkajian :
 O (Onset) : nyeri dirasakan terus menerus dan terasa nyeri ketika disentuh
 P (Problem) : nyeri akibat pembersihan dan sentuhan
 Q (Quality) : nyeri selama 10 menit saat disentuh
 R (Region) : nyeri berada pada kaki kanan
 S (Severity) : nyeri dirasakan dengan nilai nyeri 6 dari skala 0-10
 T (Treatment) : pemberian obat analgesic berupa paracetamol dan posisi fowler
 U (Understanding) : pasien belum pernah merasakan nyeri seperti ini sebelumnya
 V (Values) : pasien berharap agar nyerinya bisa segera hilang

Anamesia KOMPAK
K : Keluhan : Fraktur Tibia + Fibula dextra
O : Obat : tidak ada
M : Makanan Terakhir : tidak diketahui
P : Penyakit : tidak ada penyakit lain
A : Alergi : tidak mempunyai alergi
K : Kejadian : warga mengatakan bahwa klien baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

C. Data Penunjang/ Diagnostik


Hasil Laboratorium
No Jenis pemeriksaan Hasil
1 HB
2 Leukosit
3 Trombosit

Hasil thorax photo


-

D. Terapi
-

3.2 Analisa Kasus


Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Trauma
Keluhan utama klien yaitu ↓
fraktur tibia + fibula dextra Fraktur terbuka

DO: Fraktur terbuka ujung tulang
Dari hasil pemeriksaan fisik menembus otot dan kulit
Perubahan sirkulasi
ditemukan tulang tibia ↓
merobek kulit dan otot Luka
TD: 100/80 mmHg ↓
R: 16x/ Menit Gangguan integritas kulit
N: 100x/ Menit
S: 37,5 °C
2 DS : Trauma
Ketidakadekuatan
Keluhan utama klien yaitu ↓
pertahanan tubuh
fraktur tibia + fibula dextra Fraktur terbuka
primer: kerusakan

integritas kulit
Fraktur terbuka ujung tulang
DO : menembus otot dan kulit
Dari hasil pemeriksaan fisik ↓
ditemukan tulang tibia Luka

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

merobek kulit dan otot ↓


Gangguan integritas Kulit

Kuman Mudah Masuk

Risiko tinggi infeksi
3 DS: Trauma
Klien mengeluh nyeri saat ↓
membersihkan luka Fraktur terbuka

DO: Kehilangan integritas tulang
 Klien merintih kesakitan ↓
 Nyeri tumpul skala 6 Ketidakstabilan posisi fraktur, Agen pencedera
Klien merintih sakit selama 10 apabila organ fraktur fisik
menit saat disentuh digerakkan
P : nyeri fraktur ↓
Q : ditekan tekan Fragmen tulang yang patah
R : bagian luka fraktur menusuk organ sekitar
S:6 ↓
T : jika disentuh Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
4 DS : pasien mengatakan Trauma
kakinya susah digerakan ↓
DO: pasien susah untuk Fraktur terbuka
menggerakan kaki dan perlu ↓
Kerusakan
bantuan saat menggerakannya Perdarahan local
integritas struktur

tulang
Hematoma pada daerah fraktur

Aliran darah menjadi
terhambat

sianosis

Kerusakan neoromuskuler
Gangguan fungsi organ distal

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Gangguan mobilitas fisik yang


berhubungan dengan
imobilitas

3.3 Diagnosa Keperawatan Anestesi Yang Mungkin Muncul


No Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
2 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
kerusakan integritas kulit
3 Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik
4 Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang

3.4 Rencana Tindakan


Tujuan dan Kriteria
Diagnosa intervensi Rasional
Hasil
Gangguan kerusakan PERAWATAN INTEGRITAS
integritas kulit integritas jaringan dapat KULIT (I.11353)
berhubungan diatasi setelah tindakan Observasi
dengan perawatan Kriteria hasil :- - Identifikasi penyebab gangguan
perubahan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi sirkulasi, perubahan status nutrisi,
peneurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
2 : cukup meningkat Terapeutik
4 : indikator
cukup menurunA -Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah
T
indikator
Nyeri A
2 T
4 baring
Perfusi
Perdarahan 22 44 -Lakukan pemijatan pada area
jaringan
Kemeraan 2 4 penonjolan tulang, jika perlu

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

-Bersihkan perineal dengan air


2 : cukup memburuk hangat, terutama selama periode diare
4 : cukup membaik -Gunakan produk berbahan petrolium
atau minyak pada kulit kering
-Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
-Hindari produk berbahan dasar
21lcohol pada kulit kering
Edukasi
-Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotin, serum)
-Anjurkan minum air yang cukup
-Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
-Anjurkan meningkat asupan buah
dan saur
-Anjurkan menghindari terpapar suhu
ektrime
-Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
Risiko infeksi Diharapkan maslah risiko EDUKASI PENCEGAHAN
berhubungan infeksi pada klien dapat INFEKSI (I. 12406)
dengan teratasi dengan kriteria Observasi :
Ketidakadekua hasil: -Periksa kesiapan dan kemampuan
tan pertahanan menerima informasi
indikasi A T
tubuh primer: Terapeutik
Demam 2 4
kerusakan -Siapkan materi, media tentang
integritas kulit Kemerahan 2 4 faktor-faktor penyebab, cara
Nyeri 2 4 -identifikasi dan pencegahan risiko
bengkak 2 4 infeksi di rumah sakit maupun di

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

rumah
2 : cukup meningkat -Jadwalkan waktu yang tepat untuk
4 : cukup menurun memberikan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan dengan pasien dan
keluarga
-Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
-Informasikan hasil pemeriksaan
laboratorium (mis. leukosit, WBC)
-Anjurkan mengikuti tindakan
pencegahan sesuai kondisi
-Anjurkan membatasi pengunjung
-Ajarkan cara merawat kulit pada
area yang edema
-Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
-Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan,
dan istirahat
-Anjurkan kecukupan mobilisasi dan
olahraga sesual kebutuhan
-Anjurkan latihan napas dalam dan
batuk sesual kebutuhan
-Anjurkan mengelola antibiotik
sesuai resep
-Ajarkan cara mencuci tangan
-Ajarkan etika batuk
Nyeri akut Diharapkan maslah nyeri MANAJEMEN NYERI (I. 08238)  Meningkatka
yang pada klien dapat teratasi Observasi n perasaan
berhubungan dengan kriteria hasil : -identifikasi lokasi, karakteristik, nyaman dan
dengan agen durasi, frekuensi, kualitas, intensitas aman
pencedera fisik nyeri individu
indikator A T -Identifikasi skala nyeri  Meningkatka
Keluhan nyeri 2 4 -Identifikasi respon nyeri non verbal n
-Identifikasi faktor yang memperberat kemampuan

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

meringis 2 4 dan memperingan nyeri individu


-Identifikasi pengetahuan dan untuk dapat

2 : cukup meningkat keyakinan tentang nyeri melakukan

4 : cukup menurun -Identifikasi pengaruh budaya aktifitas fisik


terhadap respon nyeri yang
-Identifikasi pengaruh nyeri pada diperlukan
kualitas hidup untuk
-Monitor keberhasilan terapi penyembuha
komplementer yang sudah diberikan n
-Monitor efek samping penggunaan
analgetik Kriteria Hasil :
Terapeutik Nyeri berkurang
-Berikan teknik nonfarmakologis sampai hilang,
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. ditandai dengan
TENS, hypnosis, akupresur, terapi :
musik, biofeedback, terapi pijat,  Intensitas
aroma terapi, teknik imajinasi nyeri: 0 – 2
terbimbing, kompres hangat/dingin, Ekspresi wajah
terapi bermain) rileks
-Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
-Fasilitasi istirahat dan tidur
-Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
-Jelaskan penyebab, periode, dan

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
-Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
-Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Hambatan Diharapkan masalah DUKUNGAN AMBULANCI Mempertahanka
mobilitas fisik hambatan mobilitas fisik (I.05042) nmobilitas fisik,
b.d kerusakan pada klien dapat teratasi Observasi ditandai dengan
integritas dengan kriteria hasil : -Identifikasi adanya nyeri atau :
struktur tulang indikator A T keluhan fisik lainnya  Klien mau
Nyeri 2 4 -Identifikasi toleransi fisik saat beraktifitas
Gerak terbatas 2 4 melakukan pergerakan secara
Kelemahan fisik 2 4 -monitor frekuensi jantung dan perlahan
tekanan darah sebelum melakukan  Kaji derajat
2 : cukup meningkat atau memulai mobilisasi mobilitas
4 : cukup menurun -monitor kondisi umum selama yang dapat
melakukan mobilisasi dilakukan
Terapiutik klien
-fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan  Bantu untuk
alat bantu mobilisasi
-fasilitasi melakukan pergerakan, jika menggunaka
ada n kursiroda
-libatkan keluarga untuk membantu /tongkat
pasien dalam meningkatkan  Bantu dalam
pergerakan hygiene
Edukasi perorangan
-Jelaskan tujuan dan prosedur Ubah posisi

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

mobilisasi secara periodic


-Anjurkan melakukan mobilisasi dini
-Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis, duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

3.5 EBV (Evidence Based Practice) Terkait


Judul : EFEKTIFITAS PEMBIDAIAN BACK SLAB CAST DAN SPALK
TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
Nama Penulis : Gusti Putu Alik Wirawan, Abdul Azis, I Made Surata Witarsa
Metode Penelitian : Kuantitatif

Semua pasien baru yang dicurigai fraktur ekstremitas bawah yang datang ke Triage IGD
P
RSUP Sanglah
I PEMBIDAIAN BACK SLAB CAST DAN SPALK
C Back Slab dan Spalk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembidaian back slab cast lebih efektif menurunkan
O
intensitas nyeri dibandingkan dengan pembidaian spalk.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Multiple fraktur ialah keadaan di mana seseorang mengalami trauma tulang yang
lebih dari dua faktor, hal tersebut disebabkan oleh ruda paksa. Terdapat beberapa contoh
misalkan: kecelakaan, benturan hebat, rasa nyeri, pembengkakan, dan lain sebagainya.
Sedangkan, Debriment sendiri berarti menghilangkan jaringan mati dan juga
membersihkan luka dari kotoran yang diakibatkan oleh area luar yang masuk ke dalam
tubuh.
Multiple fraktur juga mempunyai arti yaitu perubahan bentuk pada tulang yang
dipicu oleh tekanan langsung maupun tidak langsung. Banyak sekali faktor yang dapat
menyebabkan hal tersebut, baik di Indonesia sendiri maupun di luar negeri.

4.2 Saran
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan adanya makalah ini, dapat meningkatkan kualitas pembelajaram bagi
mahasiswa/I di Universitas Muhammadiyah tentang Asuhan Keperawatan Anestesi pada
Kasus Kegawatdaruratan Terkait Gangguan Sistem Musculoskeletal: Mulitple Fraktur.
Diharapkan bisa menjadi masukan dan bahan acuan untuk melakukan pembelajaran.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

DAFTAR PUSTAKA

1) BAB II Tinjauan Pustaka Journal Poltekes Denpasar .http://repository.poltekkes-


denpasar.ac.id/7692/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf Diakses pada 11
Oktober 2022 Pukul 15.00 WIB
2) BAB II Journal Universitas Muhammadiyah Malang
https://eprints.umm.ac.id/48441/3/BAB%202.pdf Diakses pada tanggal 11 Oktober
2022 Pukul 15.30 WIB
3) Oktaviyani, Kiki. 2017. “ANALISA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA
PASIEN POST DEBRIDEMENT MULTIPLE FRAKTUR DENGAN INTERVENSI
INOVASI TERAPI MUSIK SUARA ALAM DALAM PENURUNAN SKALA
NYERI DAN KECEMASAN DI RUANG HCU RSUD A.W. SJAHRANIE
SAMARINDA” https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/322/KIAN--
.pdf?sequence=1&isAllowed=y#:~:text=Multiple%20fraktur%20adalah%20trauma%
20tulang,deformitas%2C%20dan%20lain%2Dlain Diakses pada tanggal 11 Oktober
2022 Pukul 16.00
4) Nuhlin, Muhamad. 2015. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur” BAB II
Journal Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai