KAJIAN VOKASI,KAJIAN TEKNOLOGI DAN MANFAATNYA DALAM
PEMBELAJARAN TEKNIK LOGISTIK
Disusun oleh Reza Faisal Hikam 2311144 1A Teknik Logistik Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Ketika memahami bidang ilmu pasti sering bertanya apa yang paling penting dalam penerapan metode berpikir.Beberapa orang zaman dahulu mempunyai metode yang mereka yakini memberikan kerangka untuk memahami hakikat realitas guna menemukan kebenaran yang sebenarnya, yaitu filosofis. pemikiran Penerapan pemikiran filosofis dapat dipelajari dalam disiplin filsafat. Kehadiran filsafat dalam bidang ilmu pengetahuan internasional diakui sebagai modal utama yang terlihat pada jenjang pendidikan formal tertinggi program doctoral dalam taraf intornasional yaitu PhD, singkatan dari Doctor of Philosophy. Perlunya filosofi dalam pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia merupakan pertanyaan mendasar dan menarik yang harus dibahas secara mendalam. Saya mengutip pernyataan Dewey bahwa tugas filsuf adalah memberikan garis tindakan. Oleh karena itu filsafat sangat penting dalam setiap proses perkembangan pendidikan, agar mengetahui arah, benar dan memenuhi kebutuhan. Filsafat pendidikan vokasi menunjukkan ke arah mana pendidikan vokasi diarahkan atau direncanakan. Sebagai seorang esensialis filosofis, Plato berpendapat bahwa dunia fisik selalu berubah, sedangkan dunia mental yang abadi tidak. Baginya, tujuan filsafat adalah perolehan pengetahuan yang sejati. Seringkali orang berkata: “Ini kepalaku, ini otakku, ini mataku, ini hidungku, ini telingaku, ini mulutku, ini tanganku, ini kakiku, ini badanku. dan seterusnya". Lalu "siapa aku?" Saya bukan kepala, otak, mata, hidung, telinga, mulut, tangan atau kaki. Aku adalah Roh manusia. Dari analogi dan kutipan sederhana tersebut dapat dipahami bahwa pengetahuan yang sejati dapat diperoleh dengan berpikir secara filosofis. Terlihat juga bahwa pada keadaan pikiran saat ini muncul dari hal-hal sederhana yang terjadi sesuai batas pemikiran dan penalaran manusia. Di sini pemikiran para filsuf membantu dalam cara berpikir yang statis dan selalu dapat dijaga sejalan dengan batas- batas pemikiran manusia itu sendiri. Dari segi teknologi dan cakupan penelitian profesional, hal ini terlihat pada perkembangan negara maju seperti Amerika Serikat. Baru-baru ini, Amerika Serikat meninggalkan istilah pendidikan kejuruan dan menggantinya dengan istilah Career and Technical Education (CTE) sebagai pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan individu memperoleh tanggung jawab pekerjaan serta pengetahuan dan keterampilan terkait pekerjaan (MacKenzie, J., & Polvere ). , RA, 2009) ). Filosofi lain dari pelatihan kejuruan adalah “fit”: pekerjaan apa yang dibutuhkan dan apa yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut (Thompson, 1973: 150). Filsafat ini sejalan dengan filsafat pragmatisme. Miller (1985) mengemukakan bahwa filsafat pragmatisme merupakan filsafat yang paling efektif untuk melakukan pekerjaan. Pelatihan vokasi dan profesi selalu bersifat dinamis bahkan harus beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pekerjaan itu sendiri. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan di perguruan tinggi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau tugas yang ada. Pada saat itu, pendidikan profesi difokuskan pada pendidikan menengah yang harus disesuaikan dengan kebutuhan jenis pekerjaan dan tingkat pekerjaan yang ditawarkan. Pada saat itu pelatihan vokasi masih sederhana dan dilaksanakan pada pendidikan menengah setingkat sekolah kejuruan dan SMP. Dulu di Indonesia ada pendidikan kejuruan pada tingkat SMP dengan nama Sekolah Teknik dan pada tingkat menengah atas dengan nama STM, SMEA, SPMA dan sebagainya. Kualifikasi tenaga kerja pada waktu itu cukup dan bisa dipenuhi melalui pelatihan pada tingkat sekolah menengah pertama. “Perdebatan teoretis tentang metode untuk menentukan kebutuhan keterampilan semakin menunjukkan bahwa keterampilan dapat ditentukan dengan baik melalui dialog (Richter/ Schultze,1997) karena kebutuhan keterampilan tidak konstan dan tidak terbukti dengan sendirinya. Permintaannya tidak hanya ada di sana, tetapi harus ada dilihat dan didefinisikan (atau dibatasi), dan ditentukan.” Di lain sisi mengenal kajian vokasi secara filosofis maupun teoritis, tak lupa juga untuk memahami kajian teknologi. Ada berbagai cara yang membingungkan untuk memahami kata "teknologi". Orang awam tidak bisa membedakan antara teknologi televisi dan televisi, maupun antara teknologi dan produknya secara umum. Para sarjana berbahasa Inggris belum tentu membedakan antara kerajinan dan teknologi, sehingga para prasejarah mungkin berbicara tentang teknologi daripada teknik penggilingan batu. Bunge (The Kiang Gie; 1996:11) menyatakan bahwa filsafat teknologi mencakup pengertian teknologi, yang bagi sebagian orang adalah seluruh teknologi, bagi sebagian lainnya seluruh ilmu terapan (termasuk kedokteran dan tata kota) dan mungkin bagi sebagian lainnya. dalam kelompok itu memiliki arti lain. Henryk Skolimowski membenarkan adanya kebingungan tersebut: “Teknologi merupakan fenomena yang luar biasa kompleks, tidak heran jika timbul kebingungan dan banyak konflik pendapat mengenai sifat fundamentalnya. Istilah “teknologi” diketahui mempunyai arti ganda. Artinya berubah tergantung pada hubungan antar kata." Definisi teknologi tertua, paling sederhana, dan paling terkenal adalah benda buatan manusia. Benda buatan biasanya disamakan dengan benda alam. Misalnya saja potongan kayu yang tumbang merupakan benda alam. Ketika batang pohon dipotong, diukir, dibentuk dan diubah oleh proses manusia menjadi perahu yang digunakan untuk menyeberangi sungai, maka batang tersebut menjadi benda buatan yang disebut teknologi. Tentu saja, pada zaman yang sangat kuno, yang umurnya tidak dapat diketahui, perahu tidak disebut teknologi. Yang dimaksud dengan teknologi adalah hasil zaman modern sebagai simbol modernisasi. Kata "teknologi" baru ditemukan pada tahun 1777, pada awal era modern. Mengapa sejak dahulu kala manusia perlu membuat berbagai artefak seperti kapak, palu, linggis, perahu, dan gerobak? Jawaban paling masuk akal adalah manusia adalah makhluk fisik yang sangat rapuh. lingkup filsafat teknologi memiliki keanekaragaman daripada definisinya sendiri,melihat dari perkembangan manusia dalam membuat rangka berfikir,dan dikutip dari pada ahli akhirnya menciptakan suatu konklusi dan perspeksi bahwa teknologi terdiri atas pandangan-pandangan yang dijabarkan oleh para ahli filsuf antara lain,teknologi sebagai barang buatan.teknologi sebagai kegiatan manusia,kebulatan sistem, dan mencakup dari 5 segi sistem keterampilan praktis. Tiap-tiap macam teknologi dalam rincian di muka dapat dipandang sebagai cakupan dari pengertian teknologi sejak dahulu sampai sekarang. Sesuatu unsur teknologi terdapat dalam masing-masing bidang teknologi, misalnya alat dan mesin terdapat dalam bidang teknologi pertanian, teknologi bangunan dan semua bidang teknologi lainnya B. Isi Teknik Logistik (Logistic Engineering) Istilah teknik erat kaitannya dengan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknik sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk ilmu pengetahuan yang berhasil memberikan kemudahan bagi kehidupan masyarakat. Sedangkan kata logistik berasal dari bahasa yunani yaitu logika yang artinya rasional, rasional, bertanggung jawab. Dan thicos artinya berpikir » berpikir rasional dan bertanggung jawab. Sistem logistik adalah sistem berskala besar yang tersebar secara geografis di ruang angkasa. Kompleksitas berasal dari banyak faktor. Komunikasi antara pengambil keputusan, manajer, karyawan dan pelanggan; kendaraan, proses pengangkutan dan penyimpanan; sistem komunikasi dan teknologi informasi modern yang sangat maju. Dewan Manajemen Logistik mendefinisikan logistik sebagai "... proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pergerakan dan penyimpanan barang, jasa dan informasi terkait secara efisien dan efektif dari titik asal ke titik konsumsi. Tujuannya adalah untuk memenuhi. kebutuhan pelanggan." " Definisi ini mencakup pergerakan masuk, keluar, internal dan eksternal serta pengembalian material untuk tujuan lingkungan. Banyak aspek sistem logistik yang bersifat stokastik, dinamis, dan non-linier, sehingga membuat sistem logistik sangat sensitif terhadap gangguan kecil sekalipun. Fungsi logistik meliputi pembelian dan pengadaan, peramalan permintaan logistik: proses hierarki analitis dan analisis regresi berganda berdasarkan algoritma genetika, sistem penanganan material, teori manajemen inventaris Teori manajemen inventaris: model deterministik dan model stokastik perencanaan lokasi dan tata letak, Manajemen inventaris. Sekilas tentang sistem transportasi. Kaitan antara kajian teknologi, pelatihan kejuruan, dan teknologi logistik terlihat jelas dalam namanya. Seperti “Engineering”, yang secara gramatikal dapat dijelaskan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan teknologi. Padahal, seluruh bidang ilmu pengetahuan formal yang berbasis teknologi dan profesi tentu tidak akan pernah lepas dari perannya sebagai salah satu bentuk pembelajaran ilmiah. Logistik tanpa suatu teknik halnya terasa seperti logistik tanpa logos itu sendiri. Keterkaitan mengenai dua bidang ilmu pengetahuan yang mendasar namun kompleks, justru malah menimbulkan buah pengetahuan baru sebagai metode yang membantu manusia dalam melangsukan kehidupannya secara lebih efesien. Apa yang jadi modal pembelajaran selama ini tak lain adalah sebuah ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan seiring dengan berjalannya kehidupan manusia, akan selalu berkembang dalam rangka memperoleh kebenaran yang bisa diterima serta diterapkan oleh masyarakat. Ilmu pengetahuan dikembangkan dengan berlandaskan tiga hal yaitu yaitu apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) serta untuk apa (aksiologi). Seperti halnya apa yang direfleksikan pada kehidupan sekitar. Melalui pendidikan formal yang selalu bermunculan hal-hal baru, itu merupakan suatu pertanda yang sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia. Kajian Vokasi, Kajian Teknologi, dan Teknik Logistik adalah bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan yang mana halnya ketiga hal itu memiliki manfaat secara terstruktur dan kompleks namun dapat memberikan manfaat untuk berlangsungnya perkembangan pengetahuan. Semua elemen yang telah dijabarkan dibalut dalam sebuah moda pembelajaran yang secara khusus, bertujuan untuk menciptakan generasi unggul dan generasi berkarakter dengan sepenuhnya genggaman yang dimiliki oleh masing-masing pembelajar. Menyelaraskan visi dengan fasilitator, “Pemilihan keilmuan e-logistik ini berdasarkan perkembangan IPTEK secara nasional dan internasional yang diharapkan dapat mengembangkan suatu sistem di bidang logistik di masa sekarang dan di masa yang akan datang”. C.Kesimpulan Pendidikan kejuruan adalah studi yang dilakukan di perguruan tinggi yang cocok untuk pekerjaan siap kerja (Thompson, 1973: 107). Pelatihan kejuruan adalah on the job, dimana seseorang mendapatkan pekerjaan yang disukainya atau memenuhi harapan umum masyarakat. Pelatihan kejuruan adalah pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan/bakat, pemahaman, sikap, kebiasaan kerja dan harga diri yang dibutuhkan pekerja untuk memasuki pekerjaan dan kemajuan dalam pekerjaan yang bermakna dan produktif (Thompson, 1973: 111). Pelatihan kejuruan merupakan bagian dari suatu sistem yang mempersiapkan seseorang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja atau suatu industri dengan lebih baik dibandingkan pada bidang kerja lainnya. Pelatihan kejuruan merupakan program pelatihan yang berkaitan langsung dengan persiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau karir pendidikan lebih lanjut. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang pada pokoknya mempersiapkan diri untuk bekerja pada profesi tertentu Pelatihan kejuruan: didefinisikan sebagai program pelatihan yang dirancang untuk mempersiapkan pekerja di tingkat pengrajin atau perusahaan di tingkat awal. Ini mewakili tingkat kompetensi karyawan. Pelatihan Teknis: Didefinisikan sebagai program pelatihan yang dirancang untuk menghasilkan pekerja pada tingkat teknisi atau pedagang, biasanya satu tingkat di atas, tetapi di bawahnya, tingkat pedagang. Rogers, Burge, Korsching, dan Donnermeyer (1988) mendefinisikan pendidikan sebagai proses penambahan budaya secara formal kepada siswa. Kebudayaan di sini diartikan sebagai bagian material dan immaterial dari cara hidup yang dimiliki bersama dan disebarkan di antara anggota masyarakat. Pendidikan mengacu pada segala bentuk pembelajaran budaya yang berfungsi sebagai berbagi pengetahuan, pendidikan generasi muda, mobilitas sosial, pembentukan identitas, dan penciptaan pengetahuan. Calhoun, Light dan Keller (1997): Dua fungsi utama pendidikan yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi pendidikan yang jelas adalah untuk mengajarkan siswa mata pelajaran tertentu seperti membaca, menulis, berhitung dan keterampilan akademik lainnya. Fungsi tersembunyinya adalah untuk mengajarkan keterampilan dan sikap sosial, seperti disiplin diri, kerjasama dengan orang lain, mengikuti hukum dan bekerja untuk mencapai tujuan. Fungsi- fungsi yang terlihat dan tersembunyi ini merupakan inti dari integrasi fungsional masyarakat dan pemeliharaan struktur sosial yang ada. Sesuai dengan keunggulan hasil pembelajaran pendidikan profesi dan teknologi yang bermanfaat bagi teknologi logistik, dapat dilihat beberapa aspek berdasarkan kriterianya. Menurut Butler (1979), kriteria lulusan pendidikan vokasi harus memenuhi keterampilan sebagai berikut: 1. Persyaratan minimum untuk pengetahuan dan keterampilan terkait tugas; 2. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan sosial, emosional dan fisik dalam kehidupan bermasyarakat; 3. Persyaratan minimal pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu; 4. Persyaratan maksimum untuk integritas dan pengetahuan serta keterampilan akademis untuk tugas, orang, dan masa depan. Daftar Pustaka • National Institute for Educational Research (NIER), Tokyo, Japan • Filosofi dan Teori Pendidikan Vokasi dan Kejuruan Dr. Putu Sudira, MP. • Logistics Engineering Handbook by G. Don Taylor • Pengantar Filsafat Teknologi The Liang Gie • MacKenzie, J. and Polvere, R.A., 2009 • Thompson, 1973:150 • Thompson, 1973:111 • Thompson, 1973:107 • Richter/ Schultze,1997 • Logistik Perkotaan di Indonesia oleh Kuncoro Harto Widodo • Calhoun, Light, dan Keller (1997) • Rogers, Burge, Korsching, dan Donnermeyer (1988) • Guidelines for determining skill needs in enterprises Vocational training No 16 by Karin Buchter