Anda di halaman 1dari 81

APLIKASI GOOGLE EARTH

TINGKATKAN KEMAMPUAN MENYAJIKAN


DATA TOPOGRAFI

Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Nunuk Tridewanti
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan


rahmat dan HidayahNya kepada saya sehingga Buku
dengan judul “ APLIKASI GOOGLE EARTH TINGKATKAN
KEMAMPUAN MENYAJIKAN DATA TOPOGRAFI ”, sebagai
sebuah Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
terselesaikan.
Tujuan penyusunan buku ini untuk melaksanakan
pengembangan profesi dengan menuliskan Hasil Penelitian
Tindakan Kelas yang telah penulis lakukan. Penulis
mengucapkan rangkaian rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini,
terutama kepada :
1. Sang Pengajar, yang telah memberikan bimbingan
dalam pelatihan ubah PTK menjadi buku
2. Rekan Guru dan Karyawan di SMK Negeri 2 Pati
3. Keluarga tercinta
Tak lupa saya sebagai manusia biasa mohon maaf
atas kesalahan dan kekurangan selama penyusunan buku
ini, teriring harapan semoga dapat bermanfaat untuk
pembaca.

Pati, Maret 2022


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan
BAB II. Aplikasi Google Earth
A. Aplikasi Berbasis Internet
B. Aplikasi Google Earth
BAB III. Kemampuan Menyajikan Data Topografi
A. Data Topografi
B. Menyajikan Data Topografi tanpa Aplikasi
C. Menyajikan Data Topografi melalui Aplikasi
Google Earth
BAB IV. Penerapan Aplikasi Google Earth dalam
Pembelajaran Penyajian Data Topografi
A. Deskripsi Kondisi Awal
B. Deskripsi Siklus I
C. Deskripsi Siklus II
D. Hasil Penelitian
BAB V. Penutup
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan yang bermutu hanya dapat


dilahirkan oleh para pendidik yang juga bermutu,
yakni memiliki kualifikasi standar, profesional dan
berdedikasi tinggi, sehingga pada gilirannya akan
menghasilkan SDM yang handal. Guru memilki peran
strategis dalam pembangunan pendidikan, karena
guru sebagai ujung tombak dan pelaku pendidikan
yang secara langsung bersentuhan dengan siswa.
Muatan-muatan ideal dalam kurikulum menjadi
tanggung jawab guru untuk merealisasikannya dalam
kegiatan pembelajaran bersama siswa. Dengan
demikian untuk keberhasilan pendidikan diperlukan
guru-guru yang berkualitas dalam segala hal.
Di dalam dunia pendidikan, seorang pendidik
senantiasa berhubungan dengan pengalaman belajar
siswa karena ia dapat berkembang dan kelak hidup
bermasyarakat. Di sisi lain seorang guru harus selalu
mempertimbangkan bahwa seorang anak adalah
makhluk yang berfikir, berperasaan dan berbuat.
Tugas dan tanggung jawab guru adalah menjembatani
perbedaan-perbedaan siswa, karena yang dihadapinya
senantiasa dinamis, sehingga seorang guru harus
mampu untuk bijaksana dan kreatif. Dengan demikian
peserta didik akan semakin siap untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan hidup yang diperlukan
di lingkungan sosialnya.
Pelajaran Menggambar Konstruksi Jalan dan
Jembatan yang dipelajari di kelas XI dan XII sebagai
bagian integral kurikulum nasional, didalamnya
memuat materi Kompetensi Kejuruan dari Program
Keahlian Desain pemodelan dan Informasi Bangunan.
Materi yang termuat pada mata pelajaran ini adalah
konstruksi bangunan sipil umum, berupa
perencanaan konstruksi jalan dan jembatan.
Arah kebijakan pembangunan nasional dalam
bidang sarana prasarana lebih mengarah ke
pembangunan fasilitas publik produktif termasuk
jalan dan jembatan, yang akan meningkatkan tingkat
ekonomi masyarakat dan stabilitas perekonomian
negara. Dengan mengacu hal tersebut maka perlu
sekali diberikan bekal kompetensi yang sesuai kepada
generasi masa mendatang, termasuk kepada siswa
SMK Program Keahlian Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan. Pembekalan ini diberikan di
Kelas XI dan XII pada Mata Pelajaran Menggambar
Konstruksi Jalan dan Jembatan. Konten materi mata
pelajaran ini dalam Kurikulum 2013 revisi Tahun 2017
lebih ke Konstruksi Bangunan Publik Produktif dengan
materi Bangunan Irigasi, Jalan dan Jembatan yang
berlanjut pada Kurikulum Merdeka Belajar yang
diberlakukan di Tahun Pelajaran 2021/2022.
Permasalahan umum yang terjadi dalam proses
belajar mengajar Menggambar Konstruksi Jalan dan
Jembatan adalah: (1) Merupakan Kompetensi
Kejuruan yang dianggap baru oleh peserta didik, (2)
Substansi Menggambar Konstruksi Jalan dan Jembatan
yang sangat luas meliputi materi Konstruksi Jalan dan
Jembatan, (3) Metode ceramah masih menjadi idola
guru-guru dalam mengajar, (4) Dinamika kurikulum
yang berubah-ubah, (5) Tidak seimbang antara
substansi dengan jumlah jam tatap muka tersedia, (6)
Siswa kurang minat dalam membaca buku teks terkait
materi, (7) Merupakan materi kompetensi produktif
yang disampaikan dengan pembelajaran teori/praktek
sehingga partisipasi siswa rendah, (8) Implentasi terus
menerus dari penelitian penulis terdahulu dengan
penggunaan media power point untuk peningkatan
motivasi dan hasil belajar siswa membuat siswa pasif.
Permasalahan diatas menyebabkan keaktifan dan
minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Konstruksi
Jalan dan Jembatan menjadi rendah, dengan tingkat
partisipasi yang rendah pula. Siswa kurang tertarik
dengan materi kompetensi produktif yang sulit
dipahami tanpa pembelajaran praktek secara
langsung.
Subtansi Mata Pelajaran Menggambar
Konstruksi Jalan dan Jembatan yang keluar dari ke-
arsitektur-an dengan cenderung ke materi Teknik Sipil
Umum yaitu Bangunan Irigasi, Jalan dan Jembatan,
membuat siswa merasa jengah untuk belajar lebih
lanjut. Apalagi ketika sampai ke materi perencanaan
yang memiliki scoope yang lebih luas dengan
melakukan perencanaan pengembangan wilayah,
materi pemetaan dengan keharusan penguasaan
dalam menyajikan Peta Topografi secara rinci.
Sebenarnya penyajian Peta Topografi
dipelajari di Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Bidang
Keahlian Teknik Bangunan (C1) yang seharusnya
diberikan di kelas X, dengan melakukan praktek
survey pemetaan menggunakan alat optik ukur tanah
berbasis satelit (Theodolith Satelit/TS) yang
mempunyai jangkauan tembak lebih dari seratus
meter dengan keakuratan pengukuran 0,5 meter.
Namun karena keterbatasan ketersediaan alat
tersebut, maka praktek pengukuran tersebut tidak
dilakukan sehingga pengetahuan dasar pemetaan
menjadi suatu hal yang fatamorgana bagi siswa.
Dalam pembelajaran Survey Pemetaan dan
Ukur Tanah tersebut hanya diberikan Praktek Ukur
Tanah yang lebih ke persiapan pekerjaan konstruksi
setempat seperti pengukuran luas, beda tinggi,
leveling, pemasangan papan duga dan poligon. Untuk
materi survey pemetaan yang diperlukan dalam
perencanaan bangunan air, jalan dan jembatan ke
arah pengembangan wilayah tidak diberikan karena
keterbatasan alat. Akhirnya pengetahuan pemetaan
terkhusus pada peta topografi diperkenalkan secara
teoritis pada saat awal pembelajaran Menggambar
Konstruksi Jalan dan Jembatan di kelas XII.
Dengan pengenalan secara teoritis membuat
siswa semakin sulit untuk memahami apalagi
setelahnya harus menyajikan data rinci untuk
perencanaan pengembangan wilayah. Perlu sebuah
usaha keras dari guru sebagai fasilitator dan siswa
sendiri untuk bisa menyajikan peta topografi sebuah
wilayah baru yang akan dikembangkan.
Pengembangan dimaksud disesuaikan dengan materi
pembelajaran yaitu pengembangan wilayah pertanian
teknis lengkap dengan sarana jalan dan jembatan.
Idealnya wilayah yang dikembangkan adalah lahan
kosong yang didalamnya belum ada bangunan
konstruksi hasil aktifitas manusia berupa gedung
ataupun pemukiman penduduk.
Karena keterbatasan ini maka hasil pekerjaan
siswa pada job pertama pada Kompetensi Dasar
Penyajian Peta Topografi tidak bisa maksimal. Bahkan
tidak ada seorang siswapun yang bisa kompeten, ini
karena benar-benar tidak pernah dilakukan praktek
survey pemetaan terhadap wilayah tersebut.
Sedangkan untuk melakukan pengulangan
penyampaian materi dasar Survey Pemetaan ini
apalagi dengan pembelajaran praktek pada siswa
kelas XII adalah suatu hal yang tidak mungkin.
Disamping karena keterbatasan alat juga ada
keterbatasan waktu, karena subtansi materi pada
Mata Pelajaran Menggmbar Konstruksi Jalan dan
Jembatan sangat laus dan tidak berkesinambungan
dengan materi produktif sebelumnya .
Dalam pembelajaran Menggambar Konstruksi
Jalan dan Jembatan, siswa harus dapat membangun
pemikiran kritis, kreatif beranalisis, mencari
interprestasi sendiri dalam mengungkapkan fakta
kegunaan, manfaat, cara penyajian dan proses
aplikasi data topografi sesuai dengan kebenaran fakta
dalam perencanaan pengembangan wilayah. Belajar
perencanaan pengembangan wilayah terutama
wilayah pertanian terkait dengan irigasi teknis bukan
belajar ingatan, tidak hanya bercerita, dan bukan
melakukan narasi fiktif, namun
menerapkan/mengaplikasikan keadaan permukaan
bumi dalam perencanaan konstruksi bangunan yang
akan dibuat. Banyak guru yang mengidolakan metode
ceramah bervariasi, karena kesulitan menemukan
formula pembelajaran yang tepat untuk kompetensi
ini, dilatarbelakangi oleh faktor kurang kreatifnya
guru dalam membangun model, teknik serta strategi
pembelajaran, selain itu kurang tersedianya sarana
dan prasarana pendukung pembelajaran.
Berdasarkan kenyataan akan pentingnya
pembelajaran Menggambar Konstruksi Jalan dan
Jembatan pada siswa Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan, maka seharusnyalah bila penguasaan
terhadap pelajaran ini tinggi. Penguasaan tinggi
direalisasikan pada hasil belajar yang signifikan, dan
untuk mendapatkannya tentu saja perlu dilakukan
aktifasi untuk berpartisipasi pada siswa. Dengan
meningkatnya hasil belajar ini diharapkan pula dapat
mendulang hasil Uji Kompetensi Teori Kejuruan, Ujian
Praktek Kejuruan serta Uji Kompetensi Keahlian yang
dilaksanakan pada akhir pembelajaran.
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia
memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar
di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia
lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan
untuk mengenal segala sesuatu melalui indera
penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-
indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia
secara terus menerus berkembang dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang
dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull)
manakala didasari oleh keingintahuan itu. Pada era
serba canggih ini sangatlah menarik apabila
pembelajaran dilakukan dengan diberi sentuhan
teknologi sehingga diharapkan bisa menumbuhkan
aktifasi siswa untuk mengikutinya secara aktif, dan
tentunya akan meningkatkan hasil belajarnya.
Di era teknologi digital 4.0 ini, penggunaan
teknologi informasi dalam proses pembelajaran
sangatlah tepat bagi generasi milenial. Dengan
browsing di internet segala hal yang ingin diketahui
akan sangat mudah untuk ditemukan. Pada saat ini
penggunaan teknologi informasi terutama perangkat
kerasnya (komputer) akan menantang siswa untuk
berpartisipasi aktif, karena media ini sedang menjadi
trend utama manusia dalam berteknologi. Hal ini akan
sangat menarik karena siswa pada saat ini tidak mau
disebut gagap terhadap teknologi (gaptek).
Penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang
cukup lengkap di bidang teknologi informasi sangat
menarik bagi semua warga untuk memanfaatkannya.
Saat ini laboratorium komputer tersedia di setiap
sekolah lengkap dengan jaringan WiFi (layanan untuk
internet), perpustakaan digital, juga tersedia sarana
Hot Spot Area yang sangat mendukung pembelajaran
berbasis internet yang jangkauannya mencakup semua
ruangan dan area di luar ruangan.
Latar belakang permasalahan tersebut yang
membuat penulis harus melakukan terobosan
pembelajaran sehingga bisa berlangsung lebih efektif
dan efisien serta siswa mampu memahami dan
melaksanakan kompetensi dengan benar. Demikian
pula untuk kompetensi penyajian data topografi
dalam perencanaan bangunan irigasi dan jalan
jembatan, harus diupayakan suatu pengembangan
media dan metode pembelajaran. Penulis mencoba
menggunakan fasilitas teknologi internet untuk
memecahkan permasalahan diatas, dengan melakukan
kajian dan telaah bersama teman sejawat tentang
penggunaan salah satu atau beberapa aplikasi yang
memungkinkan dan sesuai untuk kepentingan
Kompetensi Penyajian Data Topografi. Akhirnya dari
beberapa aplikasi tentang peta maka dipilihlah
aplikasi Google Earth.
Dengan melihat kenyataan diatas maka pada
penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
berbasis internet dalam pembelajaran untuk
mempermudah pemahaman terhadap materi
Menyajikan Data Topografi pada Mata Pelajaran
Menggambar Konstruksi Jalan dan Jembatan oleh
siswa disamping juga meningkatkan aktifasinya dalam
berpartisipasi. Dalam pembelajaran ini pada masa
tindakan penelitian di siklus satu maupun dua akan
dilakukan melalui penggunaan Aplikasi Google Earth
dengan arah ke sistem diskusi secara berkelompok.
Sementara itu topik Menyajikan Data Topografi dan
materi pembelajaran di berikan dalam bentuk naskah,
slide power point dan browsing internet. Pendekatan
ini dilakukan sejalan dengan penerapan kurikulum
yang lebih menekankan pada pembelajaran siswa
yang aktif dalam mencari tahu pengetahuan yang
dibutuhkannya. Guru diharapkan sebagai fasilitator
dan pengkonfirmasi pengetahuan dan ketrampilan
siswa dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan
belajar mengajar menjadi lebih aktif, kreatif, inovatif
dan interaktif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diberi
kebebasan untuk melakukan diskusi di tempat yang
disepakati oleh kelompok masing-masing. Mereka bisa
berada di dalam ruang kelas dengan menggunakan
perangkat furnitur kelas, bisa secara lesehan, maupun
berada di luar kelas. Penerapan metode ini dalam
pembelajaran Menggambar Konstruksi Jalan dan
Jembatan sejalan dengan program sekolah untuk lebih
memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi (TI)
dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar.
Permasalahan yang melatarbelakangi
penelitian ini dilakukan antara lain kenyataan
rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Menggambar Konstruksi Jalan dan Jembatan,
rendahnya kemampuan siswa dalam menyajikan data
topografi dalam perencanaan pengembangan wilayah
dan himbauan dari pihak sekolah untuk
memanfaatkan teknologi informasi sebagai salah satu
media yang selama ini diabaikan oleh peneliti yang
terus bertahan dengan metode konvensional. Untuk
itu dalam penelitian ini terkandung harapan untuk
meningkatkan kompetensi dan hasil belajar siswa
pada materi Menyajikan Data Topografi serta sebagai
salah satu bentuk pelaksanaan imbauan pihak sekolah
untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam
kegiatan belajar mengajar. Peneliti juga berkeinginan
untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan
menerapkan metode pembelajaran dengan lebih
bervariasi.
Dalam mengurai masalah yang timbul tersebut,
telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas. Tindakan
ini akan dilakukan dalam dua siklus yaitu
pembelajaran pertama melalui Aplikasi Google Earth
untuk wilayah yang sudah terdapat jaringan irigasi,
selanjutnya penerapan untuk wilayah secara bebas
yang belum ada jaringan irigasinya pada
pembelajaran kedua. Dalam pemanfaatan pendekatan
aplikasi ini diharapkan kompetensi dan hasil belajar
siswa lebih meningkat dibanding dengan keadaan
pada kondisi awal.
Dari latar belakang diatas teridentifikasi
beberapa masalah, yaitu hasil belajar siswa
memperoleh persentase ketuntasan rendah
kemampuan menyajikan Data Topografi siswa baik
individual maupun klasikal dalam pembelajaran
rendah dan perlu ditingkatkan. Berdasarkan
identifikasi masalah tersebut maka penulis membatasi
masalah, yaitu hanya pada Peningkatan Kemampuan
Menyajikan Data Topografi Melalui Aplikasi Google
Earth pada Mata Pelajaran Menggambar Konstruksi
Jalan dan Jembatan. Kemampuan Menyajikan Data
Topografi adalah materi yang diberikan di awal
semester gasal dan diaplikasikan pada topik
Perencanaan Pengembangan Wilayah yang sekaligus
menjadi Tugas Akhir, pada Mata Pelajaran
Menggambar Konstruksi Jalan dan Jembatan pada
siswa kelas XII. Mata Pelajaran ini merupakan
Kompetensi Kejuruan (C3) pada Program Keahlian
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan. Faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kemampuan siswa
dalam Menyajikan Data Topografi seperti faktor
sosial, ekonomi, lingkungan dan faktor eksternal
lainnya tidak dibahas atau diabaikan.
Kemampuan Menyajikan Data Topografi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa, yang diukur dengan penilaian unjuk kerja
dalam bentuk penyajian gambar peta topografi serta
penilaian sikap selama pembelajaran yang dalam
penelitian ini dilakukan tindakan. Sedangkan Aplikasi
Google Earth digunakan peneliti dalam
menyampaikan materi kompetensi Menyajikan Data
Topografi sebagai tindakan penelitian setelah selama
ini hanya menggunakan metode konvensional yaitu
ceramah dan penggunaan media power point.
Tindakan ini dilakukan dalam dua siklus
dengan siklus pertama menggunakan penugasan
berkelompok untuk wilayah yang sudah ada jaringan
irigasinya dan siklus kedua dengan penugasan
individual dengan tembakan wilayah bebas dan belum
ada jaringan irigasinya..
Berdasarkankan latar belakang, identifikasi
dan pembatasan masalah tersebut terdapat rumusan
masalah apakah melalui Aplikasi Google Earth dapat
meningkatkan Kemampuan Menyajikan Data Topografi
dan Hasil Belajar Mengggambar Konstruksi Jalan dan
Jembatan pada siswa Program Keahlian Desain
Pemodelan dan Informasi Bangunan. Dari rumusan
masalah tersebut, secara umum penelitian ini
bertujuan mencari gambaran yang sekaligus
menjawab permasalahan penelitian dengan paparan
deskripsi tentang peningkatan kemampuan
menyajikan data topografi melalui aplikasi google
Earth siswa.
Dari deskripsi tentang gambaran tujuan umum
penelitian maka dapat ditarik tujuan yang lebih
khusus yaitu, untuk meningkatkan Kemampuan
Menyajikan Data Topografi dan hasil belajar
Menggambar Konstruksi Jalan dan Jembatan melalui
Aplikasi Google Earth pada siswa Program Keahlian
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan. Dari
tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan
kemampuan menyajikan data topografi dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran Menggambar
Konstruksi Jalan dan Jembatan., membangun
kreatifitas siswa dalam pemanfaatan sebuah media
pembelajaran berbasis teknologi informasi, serta
memotivasi siswa untuk selalu mengasah pemahaman
secara efektif terhadap materi pelajaran. Sedangkan
bagi guru dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman dalam penelitian tindakan kelas,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
secara komprehensif dengan berbagai pendekatan dan
media pembelajaran, serta memotivasi untuk selalu
melakukan inovasi pembelajaran yang kreatif dalam
rangka meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Disamping itu pihak manajemen sekolah dapat untuk
meningkatkan kinerja guru, meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah dan untuk meningkatkan
kualitas lulusan sekolah serta sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB II
APLIKASI GOOGLE EARTH

A. Aplikasi Berbasis Internet


Salah satu makna kata Aplikasi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah penggunaan atau
penerapan. Dalam pembahasan ini yang dimaksud
adalah aplikasi perangkat lunak (software
application) sebagai suatu sub kelas perangkat
lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan
komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang
diinginkan pengguna. Dalam perangkat lunak ini
terdapat berbagai penggunaan aplikasi yang bisa
merupakan bawaan ataupun yang harus ditautkan
dengan jaringan internet.
Seiring dengan perkembangan internet yang
cukup pesat, maka kehidupan dan aktivitas kita juga
semakin dimudahkan dengan adanya berbagai macam
aplikasi. Salah satunya adalah aplikasi yang harus
ditautkan dengan jaringan internet biasanya disebut
juga sebagai aplikasi berbasis web yang merupakan
sebuah program atau perangkat lunak yang di akses
melalui internet dengan menggunakan web browser.
Beberapa kemudahan dan keuntungan
menggunakan aplikasi berbasis web yaitu:
1. Mudah diakses dari mana saja sepanjang tersedia
jaringan internet dan tidak perlu penginstalan
karena aplikasi telah terpasang di server.
2. Lebih cepat update dan dapat dilakukan pada
server secara terpusat
3. Dapat digunakan pada sistem operasi apapun pada
komputer yang telah terpasang web browser dan
terhubung ke internet.
4. Dapat diakses melalui banyak media seperti
computer, tab dan handphone

B. Aplikasi Google Earth


Google earth adalah sebuah program globe
virtual yang sebenarnya disebut Earth Viewer dan
dibuat oleh Keyhole, Inc.. Program ini memetakan
bumi dari superimposisi gambar yang dikumpulkan
dari pemetaan satelit, fotografi udara dan globe GIS
3D. Tersedia dalam tiga lisensi berbeda: Google
Earth, sebuah versi gratis dengan kemampuan
terbatas; Google Earth Plus ($20), yang memiliki fitur
tambahan; dan Google Earth Pro ($400 per tahun),
yang digunakan untuk penggunaan komersial
(wikipedia.org, 2019). Google ini digunakan untuk
mengetahui seluruh kondisi morfologi dan kontur
permukaan bumi secara real yaitu foto tampak atas
dari permukaan bumi dengan resolusi gambar yang
cukup bagus serta keterangan derajat lintang dan
bujurnya untuk setiap daerah di muka bumi.
Globe virtual ini memperlihatkan rumah,
warna mobil, dan bahkan bayangan orang dan rambu
jalan. Resolusi yang tersedia tergantung pada tempat
yang dituju, tetapi kebanyakan daerah (kecuali
beberapa pulau) dicakup dalam resolusi 15 meter.
Google Earth membolehkan pengguna mencari alamat
(untuk beberapa negara), memasukkan koordinat,
atau menggunakan mouse untuk mencari lokasi.
Google Earth juga memiliki data model elevasi
digital (DEM) yang dikumpulkan oleh Misi Topografi
Radar Ulang Alik NASA. Ini bermaksud agar kita dapat
melihat Grand Canyon atau Gunung Everest dalam
tiga dimensi, daripada 2D di situs/program peta
lainnya. Sejak November 2006, pemandangan 3D pada
pegunungan, termasuk Gunung Everest, telah
digunakan dengan penggunaan data DEM.
Banyak orang yang menggunakan aplikasi ini
menambah datanya sendiri dan menjadikan mereka
tersedia melalui sumber yang berbeda, seperti BBS
atau blog. Google Earth mampu menunjukkan semua
gambar permukaan Bumi. dan juga merupakan sebuah
klien Web Map Service. Google Earth mendukung
pengelolaan data Geospasial tiga dimensi
melalui Keyhole Markup Language (KML). Google
Earth memiliki kemampuan untuk memperlihatkan
bangunan dan struktur (seperti jembatan) 3D, yang
meliputi buatan pengguna yang
menggunakan SketchUp, sebuah program pemodelan
3D. Google Earth versi lama (sebelum Versi 4),
bangunan 3d terbatas pada beberapa kota, dan
memiliki pemunculan yang buruk tanpa tekstur
apapun. Banyak bangunan dan struktur di seluruh
dunia memiliki detail 3D-nya. Bulan Agustus
2007, Hamburg menjadi kota pertama yang
seluruhnya ditampilkan dalam bentuk 3D, termasuk
tekstur seperti facade. Pemunculan tiga dimensi itu
tersedia untuk beberapa bangunan dan struktur di
seluruh dunia melalui Gudang 3D Google dan situs
web lainnya.
Saat ini Google Earth merupakan salah satu
perekaman citra dengan resolusi hingga 15 x 15 m,
Google Earth merupakan salah satu aplikasi gratis
yang bisa dimanfaatkan oleh setiap orang untuk
melihat data umum bumi dari udara, dengan bantuan
Google Earth kita bisa melihat lokasi rumah kita,
bentuk bangunan, morfologi suatu daerah, lokasi
geografis ataupun mencari tempat dengan
menggunakan fitur search lokasi, dengan
berkembangnya zaman Google Earth selalu
memperbarui fitur-fitur yang ada untuk memberikan
informasi terbaik yang bisa diberikan kepada
penggunanya, adapun salah satu fitur ialah dengan
membuka Primary Database dan melihat Photos, pada
beberapa lokasi kita bisa melihat kondisi daerah
tersebut berupa panorama ataupun dengan melihat
360 derajat bila ada pengguna yang mengupload ke
Google Earth.
Aplikasi Google Earth memiliki keunggulan-
keunggulan yang memungkinkan pengguna
mendapatkan informasi detail tentang permukaan
bumi, yaitu;
1. Melihat perubahan relief suatu daerah pada masa
lalu, hal tersebut dapat dilakukan dengan
memeriksa tahun perekaman yang dilakukan oleh
Google Earth dengan cara mengklik toolbars
“Show Historical Imagenary” kemudian kita bisa
menentukan tahun berapa yang ingin
dimunculkan
2. Mendapat informasi uptodate, dengan
mengaktifkan fitur yang ada di Primary Database
yang berada pada sisi kiri bawah jendela google
earth, kita bisa melihat informasi-informasi
seperti foto, tempat-tempat umum, jalan
3. Mengukur Jarak, salah satu fitur yang bisa
digunakan ialah dengan mengklik “Show Ruler”.
Google Earth juga bisa digunakan untuk
menentukan suatu poligon daerah dengan
mengklik “Add Polygon”
4. Overlay data raster ataupun vektor, biasanya hal
tersebut dilakukan saat kita mempunyai suatu 2D
dan ingin menampilkannya dalam 3D ataupun
ingin melihat informasi tambahan yang ada di
google earth.
5. Membuat peta, google earth mempunyai format
kml/kmz dan kita bisa menambahkan fitur-fitur
dari luar dan memasukannya kedalam google
earth dengan format kml/kmz dengan demikian
editing bisa dilakukan didalam layer google earth.
6. Melihat dalamnya lautan, bukan hal yang tak
mungkin karena google earth dapat merekam
ataupun memvisualisasikan kondisi didalam laut,
kita cukup melakukan zoom in ke salah satu laut
yang ingin kita lihat.

BAB III
KEMAMPUAN MENYAJKAN DATA TOPOGRAFI

A. Data Topografi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara
klaksikal topografi memiliki arti (1) kajian atau
penguraian yang terperinci tentang keadaan muka
bumi pada suatu daerah, (2) pemetaan yang
terperinci tentang muka bumi pada daerah tertentu,
(3) keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau
daerah dan (4) uraian tentang suatu bagian tubuh
sampai ke segala hal ihwal anatominya. Sesuai dengan
makna klasikal tersebut maka dalam penulisan ini
topografi diartikan sebagai pemetaan terhadap muka
bumi secara terperinci pada suatu daerah tertentu.
Dalam penyajian rincian atau data topografi
ini digambarkan dalam bentuk peta yang kemudian
disebut sebagai peta topografi. Peta topografi masuk
dalam kategori peta khusus atau peta tematik, yaitu
peta yang memberikan informasi/data secara khusus.
Sebagai peta khusus, peta topografi memberikan
informasi/data yang menjelaskan kenampakan alam
yang meliputi tinggi rendah permukaan bumi dengan
ciri khusus ditandai dengan skala besar dan detail.
Terdiri dari dua peta atau lebih yang digabung untuk
membentuk suatu keseluruhan peta dan dilengkapi
dengan garis kontur.
Selain bentuk permukaan bumi melalui garis-
garis ketinggian ini peta topografi juga
menggambarkan tinggi rendahnya permukaan dari
pandangan datar (relief) yang meliputi pola saluran,
parit, sungai, lembah, hutan, danau, rawa, tepi laut,
vegetasi dan obyek hasil aktifitas manusia. Peta
topografi ini mutlak dipakai dalam perencanaan
pengembangan wilayah dan atau pemilihan lokasi
yang berhubungan dengan pekerjaan konstruksi.
Selain itu dalam kegiatan-kegiatan geologi dan
pemetaan kemungkinan terjadinya proses geologi
muda yang akan terjadi misalnya longsor, erosi, gerak
tanah dan sebagainya, peta topografi akan sangat
membantu. Hal ini karena dalam peta topografi
struktur tanah dan distribusi bebatuan yang ada
dipermukaan bumi juga tercerminkan.
Peta topografi memiliki karakteristik yang
berbeda dengan peta-peta yang lain, yaitu;
1. Tidak berwarna warni, peta topografi mempunyai
warna yang tidak banyak karena lebih
mementingkan kebutuhan informasi, garis-garis
kontur harus tercetak jelas juga keterangan
angka-angka ketinggian tanah.
2. Menggunakan skala besar dan disajikan secara
detail, skala merupakan perbandingan ukuran
antara yang ada di gambar dengan keadaan
sebenarnya, semakin besar skala maka semakin
detail informasi yang diberikan.
3. Menggunakan garis kontur, merupakan garis-garis
halus dan tegas yang merupakan kombinasi dari
dua segmen garis yang saling berhubungan namun
tidak saling berpotongan.
4. Menyajikan informasi mengenai keadaan tinggi
rendahnya permukaan bumi atau kontur tanah,
hal yang paling utama dibutuhkan dalam
pengembangan wilayah terkait dengan peta
topografi adalah tinggi rendahnya permukaan
tanah di suatu wilayah yang akan dikembangkan.
Garis kontur sendiri merupakan komponen
peta yang tidak lepas dari peta topografi. Garis
kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis
yang saling berhubungan namun tidak saling
berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta
topografi (ilmugeografi.com, 2019). Pada prinsipnya
garis kontur adalah garis perpotongan bentuk muka
bumi dengan bidang horisontal pada suatu ketinggian
yang tetap. Pada peta topografi menunjukkan bentuk
dan ketinggian permukaan bumi melalui garis-garis
ketinggian (garis kontur). Garis kontur ini memiliki
sifat-sifat sebagai berikut;
1. Setiap titik pada garis kontur memiliki ketinggian
yang sama
2. Garis-garis kontur tidak mungkin berpotongan
satu sama dengan yang lain di luar peta
3. Setiap garis kontur yang berspasi seragam
(uniformly spaced contour) menunjukkan suatu
lereng yang seragam pula.
4. Garis-garis kontur yang rapat menunjukkan suatu
lereng yang curam.
5. Garis-garis kontur yang renggang menunjukkan
suatu lereng landai
6. Garis kontur yang bergigi menunjukkan suatu
depresi (daerah yang rendah), yang tanda giginya
menunjukkan kearah depresi tersebut.
Sedangkan fitur-fitur yang terdapat dalam
peta topografi mempelajari tentang elevasi dan lokasi
bentang alam (budisma.net, 2015), yaitu;
1. Bentang alam yang dipelajari dalam topografi
dapat mencakup apa saja yang secara fisik
berdampak pada suatu daerah contohnya gunung,
bukit, lembah, danau, laut, sungai, kota,
bendungan dan jalan
2. Elevasi atau tinggi dari pegunungan, bukit, dan
benda-benda lainnya dicatat sebagai bagian dari
topografi, hal ini biasanya dicatat dalam referensi
permukaan laut.
3. Lintang (latitude) memberikan posisi utara atau
selatan dari khatulistiwa, yaitu garis horisontal
yang ditarik sekitar pertengahan bumi dengan
jarak yang sama dari kutub utara dan kutub
selatan di mana garis ini sendiri memiliki lintang
oº.
4. Bujur (longitude) memberikan posisi timur/barat
dari khatulistiwa, pada umumnya diukur dalam
derajat dari meridian.
Untuk menunjang kehidupan manusia, peta
topografi mempunyai beberapa manfaat; yaitu;
1. Pertanian, topografi sering digunakan dalam
pertanian untuk menentukan bagaimana tanah
dapat dikonversi dan bagaimana air akan
mengalir diatas tanah.
2. Lingkungan, data dari topografi dapat membantu
konservasi lingkungan dengan memahami kontur
tanah dapat ditentukan bagaimana air dan angin
dapat menyebabkan erosi sehingga pembangunan
kawasan konservasi dan pemukiman dapat diatur.
3. Cuaca, topografi tanah dapat berdampak pada
pola cuaca, informasi tentang gunung-gunung,
lembah, lautan dan danau dapat membantu
dalam memprediksi cuaca.
4. Militer, topografi juga penting untuk militer,
ketinggian tanah, bukit, air dan bentang alam
lainnya ketika merencanakan strategi militer.
Peta topografi sering dipergunakan oleh
lembaga-lembaga tertentu untuk kepentingan khusus,
seperti peta yang lain ada komponen-komponen yang
terdapat dalam peta topografi, yaitu;
1. Judul peta, diambil dari bagian terbesar wilayah
dan tercantum dalam satu lembar peta. Letak
judul berada di bagian atas peta, namun untuk
peta buatan lembaga tertentu diletakkan sesuai
dengan standar masing-masing.
2. Legenda peta, adalah penjelasan dari simbol-
simbol yang ada dalam peta, merupakan
komponen yang sangat penting dan vital untuk
memudahkan dalam menemukan suatu obyek.
3. Skala peta, menunjukkan perbandingan ukuran
pada lembar peta dengan keadaan sebenarnya,
dalam bentuk skala garis maupun skala angka.
4. Garis koordinat, garis vertikal dan horisontal
sebagai batas perhitungan koordinat sebagai
jaring-jaring peta.
5. Garis ketinggian/garis kontur, seperti yang sudah
kita tahu bahwa peta topografi menggunakan
garis kontur untuk mengetahui ketinggian yang
sama pada peta. Garis ini menyerupai sidik jari
dan tidak akan pernah saling memotong namun
bisa bersinggungan.
6. Tahun pembuatan peta, adalah keterangan yang
menunjukkan tahun terakhir peta diperbaharui,
hal ini sangatlah penting mengingat kondisi
permukaan bumi dapat berubah kapanpun.
7. Deklinasi, merupakan garis keterangan yang
menunjukkan beda utara peta dengan utara
magnetik (utara kompas), ini terjadi karena posisi
utara bumi ditunjukkan oleh kutub utara, namun
sumbu utara magnet berada di sebuah kepulauan
dekat dataran Green Land.
Dalam perencanaan pengembangan wilayah
tentunya harus direncanakan pembangunan bangunan-
bangunan konstruksi diantaranya pemukiman, lahan
pertanian, bangunan air, irigasi, jalan dan jembatan.
Untuk kepentingan tersebut sangat diperlukan data
topografi yang harus tersaji secara rinci dan akurat.
Data topografi yang dibutuhkan diantaranya koordinat
titik, elevasi muka tanah, garis kontur, arah mata
angin, ketinggian muka tanah, garis kontur, dan daya
dukung tanah.
Untuk mendapatkan data rinci dan akurat
tersebut diperlukan pekerjaan survei pemetaan yang
harus dilakukan dengan benar menggunakan peralatan
khusus. Namun untuk pembelajaran bisa dilakukan
dengan cara simulasi dengan data yang bisa diambil
tidak dengan melakukan survei ke lokasi
pengembangan wilayah. Dalam hal ini bisa diambilkan
data simulasi, taksir, data terdahulu ataupun data
yang diambil dari beberapa fitur aplikasi internet.

B. Menyajikan Data Topografi tanpa Aplikasi


Survei Topografi atau sering pula disebut
sebagai survey pemetaan dibutuhkan diberbagai
bidang industri, selama masih berhubungan dengan
kondisi lingkungan, tanah, air maka survei tersebut
mutlak diperlukan, Arti dari Survei Topografi secara
sederhana adalah kegiatan pengambilan data,
indentifikasi, suatu kontur atau profil wilayah pada
object tertentu menggunakan alat ukur, yang
dilanjutkan dengan pengolahan data sehingga
dihasilkan gambar dan peta sesuai dengan tujuan
survei. Object indentifikasi pada saat survei dapat
berupa object yang terbentuk secara alami di alam
misalkan sungai, batuan, hutan, tebing, pohon,
ataupun object hasil dari pembangunan manusia,
misalnya jalan, jembatan, bangunan, tiang listrik dan
sejenisnya.
Dalam pembuatan peta topografi hal yang
paling utama dan awal dilakukan adalah
mengumpulkan informasi dengan dua metode yaitu
survei langsung dan survei tidak langsung. Survei
langsung adalah ketika seseorang menggunakan
peralatan survei seperti Theodolith, penyipat datar
dan klinometer untuk langsung mengukur lokasi dan
elevasi tanah. Sedangkan survei tidak langsung
diperuntukkan bagi daerah terpencil dengan
menggunakan gambar satelit, gambar yang diambil
pesawat, radar dan sonar (bawah air).
Apabila pekerjaan yang dilakukan lebih ke
pengembangan wilayah dan membuat plot area untuk
luasan permukaan bumi yang besar, maka survei tidak
langsung menjadi pilihan yang tepat. Namun apabila
pekerjaan yang akan dilakukan membutuhkan data
rinci untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi
setempat maka dibutuhkan data harus diambil secara
langsung.
Untuk kepentingan konstruksi setempat
dengan penggambaran beberapa plot area yang
bersinggungan, misalnya pemilihan jalur drainase
(saluran), tranches jalan, penentuan letak bangunan
irigasi dan jembatan, maka data rinci sangat
diperlukan. Pengambilan data untuk kepentingan ini
bisa dilakukan ini bisa menggunakan alat ukur dengan
jangkauan tembak lebih dari 1000 m dengan area
yang luas. Peralatan tersebut antara lain adalah:
1. GNSS, Real Time Kinematics, dengan range
akuransi dari 3 mm hingga 3 cm,
2. Total Station, dengan kedalaman yang beragam,
banyak digunakan pada area yang padat, dan
pencahayaan bagus.
3. Aerial Drone, cukup efektif dalam pengambilan
data untuk wilayah yang lebih luas, , namun
harus didukung dengan software yang mumpuni.

C. Menyajikan Data Topografi Melalui Aplikasi Google


Earth
Pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Program Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan, diberikan materi pengembangan wilayah
dengan fokus konstruksi pada bangunan irigasi, jalan
dan jembatan. Untuk pembelajaran ini tergabung
pada Mata Pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan
yang di beberapa SMK sesuai dengan sinkronisasi
kurikulumnya juga ditambahkan materi irigasi. Untuk
mendapatkan kompetensi yang maksimal perlu pula
dikuasai kemampuan perencanaan pengembangan
wilayah.
Dalam perencanaan pengembangan wilayah ini
perlu dilakukan plot area terhadap wilayah yang
dibidik dan peruntukannya. Terkait dengan konstruksi
yang akan dilaksanakan di suatu wilayah meliputi
bangunan sipil maupun arsitektur. Kebutuhan data
rinci keadaan permukaan tanah untuk pekerjaan ini
mutlak diperlukan sehingga konstruksi bangunan yang
akan dilaksanakan diatasnya bisa tepat secara
konstruktif maupun aplikatif.
Namun untuk sebuah tujuan pembelajaran bila
tidak tersedia data rinci yang harus melibatkan
penggunaan alat-alat yang belum tentu tersedia di
lembaga pendidikan, maka dapat dilakukan
penggunaan media lain bisa dilakukan walaupun
validitas dan reliabelitas data tidak terpenuhi. Untuk
kepentingan pemenuhan data ini, bisa mengakses
data terdahulu dari lembaga/instansi terkait,
penggunaan media berbasis teknologi yang mudah
diakses, ataupun dengan pengamatan langsung
dengan data taksir dengan menggunakan alat yang
tersedia.
Pembelajaran harus disesuaikan dengan
tuntutan kurikulum yang terjabarkan dalam mata
pelajaran dengan uraian silabusnya, dimana ada
pembatasan waktu untuk menuntaskan materi-materi
yang ada didalamnya. Dalam satu program keahlian
mata pelajaran ini saling terkait, demikian pula untuk
Program Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan. Mata Pelajaran Menggambar Konstruksi
Jalan dan Jembatan, terkait dengan Mata Pelajaran
Survei Pemetaan untuk materi pengembangan wilayah
yang terkait kemampuan siswa dalam menyajikan
data topografi. Namun karena ketersediaan alat yang
tidak terpenuhi maka hasil pembelajaran pada mata
pelajaran tersebut tidak maksimal, sehingga
berdampak pada pembelajaran mata pelajaran terkait
yang dilakukan setelahnya, sehingga harus diupayakan
untuk melakukan sebuah inovasi pembelajaran
sehingga tujuannya tetap tercapai.
Dalam hal pembelajaran Materi Pengembangan
Wilayah pada kompetensi Menyajikan Data Topografi,
dimana data rinci tidak tersedia maka harus dilakukan
inovasi pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut
adalah pemanfaatan media internet yang tersedia di
sekolah dengan penggunaan aplikasi salah satu
browser yang telah tersedia didalamnya dan fiturnya
mampu menjawab tantangan pembelajaran, yaitu
Google Earth. Tetapi data yang di peroleh dengan
penggunaan aplikasi ini tidak tepat, karena titik bidik
sangat terbatas dengan penampakan area sesuai skala
yang ada dilayar monitor, sangat berbeda dengan
survey langsung di lapangan dimana titik bidik dapat
diambil sangat tepat hingga pendekatan mili meter.
Namun untuk kepentingan pemebelajaran aplikasi ini
masih dapat digunakan sebagai media untuk
mendapatkan data secara cepat. Pembelajaran
dilakukan dengan data yang diambil melalui
penggunakan aplikasi dan digunakan sebagai simulasi
yang mendekati keadaan sebenarnya, sehingga
pembelajaran pada kompetensi selanjutnya tidak
terganggu.
Pembelajaran materi pengembangan wilayah
di tingkat SMK ini hanya terkait dengan perencanaan
bangunan irigasi, jalan dan jembatan. Kompetensi
awal yang harus dimiliki ketika masuk ke materi ini
adalah kemampuan untuk menyajikan data topografi
yang nantinya akan digunakan untuk menguasai
kompetensi berikutnya. Kompetensi tersebut adalah
menentukan letak bangunan irigasi, menentukan jalur
saluran irigasi, menentukan tranches jalan,
menentukan jalur drainase dan menentukan letak
jembatan. Semua ini nantinya digambarkan dalam
gambar site plane yang kemudian dibuat gambar
detail plot area. Utuk kepentingan ini dibutuhkan
data topografi.
Data topografi yang bisa diambil melalui
penggunaan aplikasi Google Earth untuk
pembelajaran materi pengembangan wilayah ini
adalah;
1. Elevasi permukaan tanah, merupakan posisi
vertikal suatu titik di permukaan tanah yang
mengacu dengan tinggi permukaan laut.
2. Kemiringan muka tanah, diperoleh dari
menghubungkan beberapa titik elevasi di garis
yang dikehendaki terkait dengan bangunan
konstruksi yang akan dilaksanakan diatasnya.
3. Arah mata angin, untuk menentukan
penggambaran pada detail plot area.
4. Garis kontur tanah, merupakan garis yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki elevasi
yang sama diatas permukaan tanah yang
membentuk suatu kurva. Garis ini tidak akan
berpotongan satu sama lain dan kerapatannya
akan menunjukkan tingkat kecuraman lereng
muka tanah. Kedataran muka tanah akan terlihat
pada tingkat kelurusan garis kurva tersebut, dan
kesejajaran antar garis kontur menunjukkan
keseragaman lereng permukaan tanah.
5. Letak destinasi alam maupun buatan, merupakan
letak pasti dari komponen yang terdapat muka
tanah yang terjadi secara alami misalnya sungai,
hutan, bukit maupan yang merupakan buatan
manusia seperti candi, bangunan gedung,
pemukiman dan lain-lain. Letak destinasi ini
untuk menentukan letak maupun jalur dari suatu
konstruksi bangunan yang akan didirikan
diatasnya agar tidak menerjang destinasi
tersebut.
Penggunaan aplikasi Google Earth dalam
pembelajaran ini lebih diarahkan untuk mendapatkan
data-data tersebut diatas pada wilayah yang secara
simulasi akan dilakukan pengembangan. Dalam
pembelajaran dengan materi pengembangan wilayah
untuk siswa SMK Program Keahlian Desain Pemodelan
dan Informasi Bangunan pada Mata Pelajaran
Konstruksi Jalan dan Jembatan diperlukan data rinci
yang nantinya digunakan untuk merencanakan
bangunan air, jalur saluran irigasi, drainase, jalan
dan letak jembatan. Dalam pekerjaan sebenarnya
data ini harus valid dengan ketepatan hingga satuan
mili meter, namun karena dalam pembelajaran
pengambilan data tersebut tidak memungkinkan,
maka diambil data simulasi melalui aplikasi Google
Earth . Langkah-langkah yang dilakukan ketika
menggunakan aplikasi ini untuk mendapatkan data
tersebut adalah sebagai berikut;
1. Membuka aplikasi Google Earth
Setelah loading pastikan komputer terhubung
dengan jaringan internet, kemudian pilih Browser
Google. Setelah terhubung dengan browser klik
aplikasi Google Earth, atau bila belum tersedia di
list menu bisa diketik di kolom pencarian dan klik
salah satu hasil yang didapat, kemudian tunggu
hingga mendapatkan tampilan awal berupa globe
bumi dalam tampilan virtual 3D dengan
penampakan wilayah daratan dan laut. Dalam hal
ini banyak versi dari aplikasi tersebut dan
pengambilan gambar satelit di update sesuai
dengan kemunculan versi terbaru. Namun semua
versi dari aplikasi ini memiliki tampilan yang
sama yaitu gambar globe bumi secara virtual 3D,
yang dengan bantuan krusor globe ini bisa
diperbesar maupun diperkecil dan bisa diputar
sesuai kebutuhan data yang diperlukan.
Gambar 1. Tampilan awal Aplikasi Google Earth

2. Menentukan daerah simulasi


Setelah mendapatkan tampilan awal maka kita
bisa melakukan zoom globe dan menentukan
daerah yang akan digunakan untuk simulasi,
tampilan daerah ini merupakan cakupan area
yang luas yang mudah untuk dicari ulang dalam
globe virtual ini sehingga apabila kita melakukan
zoom detail dan kehilangan wilayah maka kita
akan dengan mudah menemukan kembali area
tersebut. Daerah simulasi sebaiknya merupakan
daerah yang dikenal sehingga apabila diperlukan,
daerah tersebut memungkinkan untuk dikunjungi.
Gambar 2. Daerah Pegunungan Muria sebagai
daerah simulasi

3. Menentukan wilayah yang akan dikembangkan


Setelah menentukan daerah simulasi maka dapat
ditentukan wilayah yang akan dikembangkan
sesuai proyek yang akan direncanakan. Dalam hal
ini siswa dapat melakukan praktik perencanaan
pengembangan wilayah di suatu area yang
terdapat di daerah simulasi yang memungkinkan
direncanakan bangunan sipil umum berupa
bendungan, saluran irigasi , jalan dan jembatan.
Gambar 3. Wilayah yang akan di kembangkan

Setelah wilayah yang akan dikembangkan terbidik


maka kita bisa melakukan langkah-langkah untuk
mengumpulkan data rinci topografi untuk
kepentingan pelaksanaan konstruksi bangunan
diatasnya. Dalam hal ini wilayah pengembangan
nantinya dibagi lagi dalam plot-plot area sesuai
dengan kebutuhan konstruksi bangunan tersebut.
Untuk menentukan pembagian tersebut kita harus
mengetahui dulu data umum dari wilayah yang
akan dikembangkan, dengan langkah-langkah
sebagai berikut;

a. Membingkai wilayah
Setelah ditentukan wilayah pengembangan
maka hal pertama dilakukan adalah
pembingkaian terhadap wilayah yang nantinya
akan di tuangkan dalam sketsa gambar
rencana. Pembingkaian dilakukan dengan
menggunakan bantuan fasilitas ruler dengan
menentukan start point pada tepi luar wilayah
bidikan dan dari titik awal tersebut ditarik
garis ke titik tepi yang lain dan seterusnya
hingga garis ketemu dengan titik awal kembali
sehingga membentuk suatu polygon tertutup.
Untuk kemudahan menemukan kembali
bingkai maka bisa dilakukan penyimpanan
pada fitur yang ada dengan memberikan nama
proyek.
b. Menampilkan arah mata angin
Tampilan arah mata angin terdapat di pojok
kanan bawah dengan tampilan kompas. Untuk
memudahkan penggambaran dalam
perencanaan maka sebaiknya arah mata
angina ini diletakkan pada posisi arah tegak
lurus vertikal sebagai arah Utara Selatan,
sesuai dengan etiket dalam menggambar
konstruksi bangunan.

c. Menampilkan elevasi titik-titik tertentu.


Untuk menampilkan elevasi titik maka bisa
dilakukan klik titik dan ketinggian titik yang
dimaksud akan ditampilkan juga di pojok
kanan bawah dengan satuan meter dengan
mengacu pada permukaan laut.
Gambar 4. Membingkai dan menampilkan
elevasi

d. Menentukan garis kontur.


Untuk menentukan garis kontur, dilakukan
dengan cara mencari titik-titik yang
mempunyai elevasi yang sama dengan jarak
yang saling berdekatan kemudian
menghubungkan satu sama lain. Yang perlu
diingat bahwa garis kontur ini tidak akan
pernah berpotongan satu dengan yang lain.
Pembuatan garis kontur ini bisa dilakukan
untuk beberapa ketinggian sesuai dengan
kebutuhan plot area yang akan direncanakan.
Pembuatan garis kontur terutama diperlukan
ketika akan menentukan suatu jalur dan
kebutuhan akan suatu bidang datar.
e. Menampilkan kemiringan tanah
Untuk menampilkan kemiringan tanah
dilakukan dengan cara membuat garis di
permukaan tanah dengan menggunakan
fasilitas ruler, dari titik tertentu ke titik yang
lain yang akan ditampilkan kemiringannya
kemudian klik menu profil, maka profil tanah
akan tergambarkan. Kemiringan tanah ini
sangat penting diketahui untuk melihat
kelayakan sebuah jalur yang akan
direncanakan, missal jalur jalan, drainase
maupun saluran irigasi.
Gambar 5. Menampilkan kemiringan tanah

f. Menampilkan letak destinasi alam maupun


buatan.
Untuk menampilkan destinasi yang ada di
wilayah yang telah dibingkai, maka bisa
dilakukan zoom globe dan bisa ditentukan
letak destinasi tersebut secara akurat dengan
tampilan koordinat di pojok kanan bawah.
Tampak visual semua destinasi akan terlihat
jelas secara virtual sekaligus data rinci yang
dibutuhkan untuk kepentingan konstruksi
termasuk kedalaman suatu destinasi yang
mempunyai permukaan air.
Gambar 6. Menampilkan letak rinci suatu
destinasi

Ketika kita klik suatu titik, di pojok kanan bawah


juga ditampilkan skala gambar, letak lokasi dalam
globe, ketinggian kamera. Sedangkan informasi
update pengambilan gambar terletak sebelah kiri
bawah bersamaan dengan jenis teknologi
perekaman gambar yang digunakan. Selain
informasi-informasi tersebut dalam aplikasi ini
juga terdapat informasi nama suatu lokasi, nama
daerah, nama destinasi, batas wilayah dan lain-
lain..

4. Menentukan letak bangunan air


Ketika akan dilakukan perencanaan untuk
bangunan air, maka kita harus mencermati
keberadaan destinasi yang berhubungan dengan
air yaitu sungai. Ketika didapatkan pertemuan
beberapa anak sungai disuatu lembah atau
cekungan permukaan tanah, maka dapat
dibangun bangunan air berupa waduk sebagai
upaya menyimpan air untuk cadangan di musim
kemarau. Cadangan air ini nantinya bisa
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara
lain kepentingan pertanian, sumber energy,
penanggulangan bencana dan lain-lain. Untuk
menanggulangi kekuatan laju air yang sesuai
dengan hukum fluida selalu mengalir ke tempat
yang lebih rendah maka dilakukan pembangunan
tanggul dilengkapi dengan beberapa pintu
distribusi dan pembuangan apabila terjadi luber.
Dimana letak tanggul berada di sisi yang memiliki
elevasi paling rendah dan berhubungan langsung
dengan jalur aliran sungai.
Untuk itu pemilihan letak waduk ini harus
memperhatikan kemiringan tanah pada daerah
aliran, dan ketinggian tanah disisi-sisi yang bukan
daerah aliran. Lembah ini harus memungkinkan
untuk dilakukan pengerukan lebih dalam hingga
menyerupai mangkuk raksasa yang nantinya
memungkinkan untuk menampung air dalam
jumlah besar.
Namun kalau hanya tersedia satu sungai
dan akan dilakukan pengalihan aliran kearah lain
untuk kepentingan irigasi maka bangunan yang
akan dibuat adalah berupa bendung. Bendung ini
berfungsi untuk meninggikan permukaan air di
sungai sehingga bisa sebagian airnya dialirkan
kearah yang berbeda. Pengaturan debit air dari
bendung ini bisa dilakukan dengan peletakan
pintu air ditempat yang tepat. Letak bendung
harus lebih tinggi dari daerah pertanian yang
akan dialiri. Letak bendung ini juga harus
diperhatikan sehingga memungkinkan
direncanakan jalur saluran irigasi.

5. Menentukan jalur saluran irigasi


Saluran irigasi adalah jalur aliran air yang
dibuat dengan sengaja dari bendung ke sawah.
Ada beberapa jenis saluran irigasi yang dibedakan
menurut debit air yang dialirkan dan letaknya.
Setiap saluran irigasi berpangkal pada pintu
penerimaan yang letaknya pada elevasi tertinggi
pada setiap jalurnya.
Jalur saluran irigasi ini dibuat sedemikian
rupa sehingga saling berhubungan dan muara
akhirnya adalah sawah. Semua jalur memiliki
kemiringan yang konstan sehingga kecepatan
aliran tetap dapat dikendalikan. Apabila jalur
saluran menemui perbedaan elevasi yang tinggi
sehingga ada lereng curam, maka harus dibuat
bangunan pengendali aliran. Apabila ada
pembagian jalur menjadi dua atau lebih, maka
harus dibangun bangunan bagi yang dilengkapi
dengan pintu air. Bangunan bagi ini akan
membagi aliran sesuai dengan kebutuhan dan
harus diletakkan pada elevasi tertinggi dari
semua jalur aliran bagi, sehingga aliran tetap bisa
terkendali.
Saluran irigasi yang berpangkal pada pintu
yang ada di bangunan bendung disebut saluran
primer, membawa air untuk mencukupi
kebutuhan sawah dengan luas yang besar dalam
area yang dilewatinya. Saluran ini tidak
berhubungan langsung dengan sawah sehingga
dapat diletakkan jauh dari area persawahan
sesuai dengan kontur tanah untuk meminimalisir
keberadaan bangunan pengendali. Di sepanjang
alirannya terdapat beberapa bangunan bagi,
dimana didalamnya terdapat pintu air yang
menjadi pangkal dari saluran berikutnya. Saluran
ini berujung pada saluran pembuang untuk
membuang air yang berlebih.
Saluran irigasi yang berpangkal pada pintu
air yang letaknya pada bangunan bagi di saluran
primer disebut sebagai saluran sekunder. Saluran
sekunder ini melayani kebutuhan air beberapa
area persawahan yang letaknya berdekatan.
Saluran ini juga tidak berhubungan langsung
dengan sawah dan disepanjang alirannya juga
terdapat beberapa bangunan bagi dengan pintu
air yang menjadi pangkal dari saluran berikutnya.
Saluran ini akan berujung di bangunan bagi
terakhir dan tidak memiliki saluran pembuang.
Saluran irigasi yang berpangkal pada pintu
air yang letaknya di bangunan bagi di saluran
sekunder disebut saluran tersier. Saluran ini
mengantarkan air di satu area persawahan dan
berhubungan langsung dengan sawah. Hubungan
langsung ini bisa lewat saluran yang lebih kecil
tanpa pintu yang disebut saluran tersier yang
melayani beberapa bidang sawah. Bisa pula satu
bidang sawah mengambil air dari saluran
sekunder secara langsung melalui pipa alir yang
bisa dipasang dan ditutup. Saluran sekunder juga
tidak mempunyai saluran pembuang diujungnya.
Apabila ada kelebihan air di bidang sawah akibat
hujan maka akan dibuang ke saluran pembuang
secara alami.
Dengan menganalisa kebutuhan saluran
irigasi dan jenis-jenisnya ini maka panjang jalur
saluran ini bisa mencapai ratusan kilometer.
Agar aliran dapat lancar dan kebutuhan air di
area persawahan dapat tercukupi maka
perencanaan jalur saluran ini harus tepat. Hal
yang harus diperhatikan dalam perencanaan ini
adalah kajian dari segi efektifitas, ekonomis dan
efisiensi. Namun lebih dari semua itu kajian
konstruktif harus menjadi pertimbangan utama
sehingga bangunan ini bisa berfungsi sesuai
peruntukannya.

6. Menentukan tranches jalan


Berbeda dengan jalur untuk saluran
irigasi, jalur untuk bangunan jalan atau disebut
pula tranches, tidak harus memiliki kemiringan
konstan. Disamping itu tidak dikenal istilah
pangkal (hulu) dan ujung (muara) jalur. Elevasi di
sepanjang tranches ini tidak harus menurun
secara seragam, namun bisa pula bervariasi.
Namun demikian kemiringannya tidak boleh
melebihi standar tanjakan dan turunan bangunan
jalan, hal ini berhubungan dengan jenis
kendaraan yang akan melewatinya.
Jalan berfungsi untuk menghubungkan dari
satu tempat ke tempat yang berbeda. Dalam
pelaksanaan pembuatannya sangat dibutuhkan
data topografi secara rinci disetiap titik di
sepanjang jalurnya. Data rinci ini bahkan
termasuk daya dukung tanah yang dilaluinya,
untuk menentukan jenis dan kuat mutu bangunan
jalan. Keberadaan destinasi baik alam maupun
buatan juga menjadi pertimbangan dalam
menentukan tranches jalan.
Kontur tanah menjadi acuan ketika
menentukan arah dan alinyemen horisontal
maupun vertikal dari jalan. Perbedaan ekstrim
elevasi dalam jarak dekat tidak diperkenankan
karena akan membahayakan bagi pengguna jalan.
Apabila perbedaan ekstrim ini tidak dapat
dihindari maka harus dilakukan suatu tindakan
khusus untuk meminimalisir perbedaan ini.
Tindakan ini bisa berupa melakukan perubahan
muka tanah dengan cara menimbun atau
menggali sehingga didapatkan alinyemen vertikal
yang tidak melebihi standar, ataupun
membelokkan jalur dengan membuat alinyemen
horisontal yang sesuai standar pula.
Untuk kepentingan penentuan jalur jalan
ini selain keberadaan destinasi dan kontur tanah,
juga harus diperhatikan daya dukung tanah di
sepanjang jalur. Keadaan kekerasan muka tanah
menjadi pertimbangan utama dalam menentukan
jenis konstruksinya. Data rinci daya dukung tanah
ini tidak bisa dilihat dalam aplikasi ini, namun
bisa dilakukan taksir dengan melihat muka tanah
sepanjang jalur rencana dan destinasi yang ada di
sekitarnya.

7. Menentukan jalur drainase


Drainase adalah saluran yang berfungsi
untuk mengalirkan air buangan ke sungai yang
bermuara di laut lepas. Air buangan ini bisa
berupa air hujan, sisa irigasi maupun sisa dari
kebutuhan manusia. Karena drainase ini
mengalirkan air maka sesuai dengan hukum fluida
dia harus memiliki kemiringan yang
memungkinkan air mengalir dengan lancar.
Namun alirannya tidak perlu dijaga agar konstan,
karena air tidak dibagi alirannya.
Jalur drainase ini terbagi dalam dua
bagian yaitu jalur utama dan jalur suplay. Jalur
utama yaitu jalur drainase yang mengalirkan air
buangan ke sungai. Sedang jalur suplay yaitu jalur
drainase yang mengalirkan air buangan dari
sumbernya ke jalur drainase utama. Drainase ini
juga diperlukan di sepanjang jalur jalan yang
berfungsi untuk mengalirkan air hujan yang jatuh
di permukaan jalan dan daerah sekitarnya.
Drainase di daerah yang bukan pemukiman
biasanya terjadi secara alami mengikuti kontur
dan elevasi tanah. Sedangkan di daerah
pemukiman penduduk, drainase ini
keberadaannya sangat penting dan fungsinya juga
vital. Untuk itu harus dilakukan perencanaan yang
matang sehingga air buangan ini benar-benar bisa
mengalir ke tempat yang semestinya. Apabila
perencanaannya tidak matang maka bisa
menimbulkan bencana bagi penduduk.
Hal yang perlu diperhatikan ketika
menentukan jalur drainase yaitu letak sungai
sebagai destinasi alam, letak jalan yang memiliki
jalur drainase sebagai destinasi buatan, dan
elevasi tanah pada titik-titik di area pemukiman.
Jalur drainase di lingkungan perumahan biasanya
berupa jalur suplay, dan seharusnya jalur ini
hanya mengalirkan air buangan yang bersumber
dari air hujan karena air sisa kebutuhan hidup
manusia seharusnya dialirkan ke sumur resapan.

8. Menentukan letak jembatan.


Jembatan merupakan bangunan yang
berfungsi untuk menghubungkan dua ujung jalan
yang terputus karena adanya suatu halangan.
Halangan ini misalnya sungai, jurang, lembah
dalam atau cekungan dan jalan bebas hambatan.
Untuk menentukan letak jembatan ini
harus dipertimbangkan jenis halangan yang ada
serta daya dukung tanahnya. Apabila halangan
berupa sungai maka perlu pula diperhatikan arah
aliran sungai dan kelokan-kelokan jalur sungai.
Untuk jembatan yang dibuat karena halangan lain
biasanya pertimbangannya lebih mengacu pada
aspek manfaat dan fungsi serta tingkat
ekonomisnya.
Untuk jembatan yang dibentangkan di atas
sungai maka pemilihan letaknya sebaiknya
direncanakan dengan pertimbangan sebagai
berikut;
a. Jembatan ditempatkan tegak lurus dengan
arah sungai
b. Tidak boleh meletakkan jembatan di belokan
sungai
c. Keadaan tanah di kedua sisi jembatan
merupakan tanah keras
d. Elevasi tanah keras di kedua sisi jembatan
sama
e. Ditempat rencana pelaksanaan bangunan
utama jembatan tidak terdapat destinasi
alam maupun buatan yang bersifat permanen
f. Ditempat rencana pelaksanaan bangunan
pengaman jembatan tidak terdapat destinasi
alam maupun buatan bersifat permanen.

BAB IV
PENERAPAN APLIKASI GOOGLE EARTH DALAM
PEMBELAJARAN PENYAJIAN DATA TOPOGRAFI

A. Deskripsi Kondisi Awal


Kondisi awal pada penelitian ini diambil dari
dokumentasi pembelajaran yang dilakukan di awal
tahun pelajaran dengan topik pembelajaran
pemahaman terhadap pengetahuan peta topografi.
Dari dokumen yang didapat oleh peneliti pada kondisi
awal didapatkan data siswa mempunyai sikap belajar
individu rendah hingga sedang, yang bersikap baik dan
sangat baik tidak ada.
Dari dokumen yang didapat oleh peneliti pada
kondisi awal didapatkan data 12 siswa mempunyai
sikap belajar individu rendah dan 13 siswa mempunyai
tingkat sikap belajar sedang. Sedangkan tingkat sikap
belajar siswa secara klasikal dapat digambarkan dalam
tabel berikut;

Tabel 1. .Data tingkat sikap klasikal siswa pada kondisi


awal
%
JML JML JUMLAH
NO KATEGORI SKOR KLASI
SISWA SKOR DLM %
KAL
1 sikap rendah < 1.5 12 15.6 15,6 % 48 %
2 sikap sedang 1.5 – 2.4 13 27.3 27,3 % 52 %
3 sikap baik 2.5 – 3.4 - - -
sikap sangat
4 3.5 – 4 - - -
baik
JUMLAH 25 42,9 42.9 % 100%

Dari tabel di atas dapat di hitung tingkat


sikap siswa pada kondisi awal secara klasikal
dengan mengambil prosentase rata-rata sebagai
berikut ;

Tingkat sikap klasikal

Jumlah skor sikap semua siswa


= ------------------------------------- x 100 %
Jumlah siswa x skor ideal

42,9
= ------------------- x 100 % = 42.9 %
25 x 4

Penguasaan siswa terhadap materi pada


kondisi awal dengan topik pengetahuan peta topografi
sangat rendah, dengan nilai ketuntasan minimal 80,
dari 25 siswa hanya 8 siswa yang berhasil tuntas,
itupun dengan nilai kategori sedang yaitu antara 80
sampai 84. Bila diprosentasekan nilai ketuntasan kelas
hanya mencapai 32 %. Dengan batas Ketuntasan pada
nilai 80 atau 80 % hasil belajar terdapat 17 siswa yang
tidak tuntas, dengan perolehan nilai rata-rata kelas
adalah 58,6. Untuk menggambarkan prosentase
tingkat ketuntasan yang diperoleh pada kondisi awal
ini dapat digambarkan dalam tabel berikut;

Tabel 2. Kategori nilai ulangan harian pada kondisi


awal
NO KATEGORI NILAI JUMLAH PROSENTASE
1 Kurang < 80 17 Siswa 68 %
2 Sedang 80 – 84 8 Siswa 32 %
3 Baik 85 – 94 0 0
4 Baik Sekali 95 - 100 0 0
Jumlah 25 Siswa 100 %

B. Deskripsi Siklus I
Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus I ini
tindakan direncanakan sebagai awalan pembelajaran
berupa pemilihan topik pembelajaran, dalam hal ini
diambil topik menyajikan Peta Topografi dalam
perencanaan bangunan irigasi yang topik pertama di
Kompetensi Dasar kedua dalam silabus. Setelah topik
yang akan diambil untuk siklus I ditentukan maka
peneliti melakukan persiapan berupa penyusunan RPP
yang nantinya digunakan dalam pembelajaran. Dalam
RPP direncanakan penggunaan aplikasi Google Earth
dengan penentuan wilayah pengembangan secara
berkelompok beranggotakan 8 hingga 9 orang sebagai
tindakan penelitian untuk siklus I. Kelompok disini
terbagi dalam tiga kelompok besar dalam satu kelas,
dan pemahaman dilakukan oleh siswa terhadap
penggunaan aplikasi google earth sebagai media
pembelajaran, foto copy teks materi yang disusun
oleh peneliti dan buku teks penunjang yang ada serta
browsing materi secara klasikal yang ditayangkan
untuk dikaji bersama. Dalam tahap ini juga disiapkan
instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk
mendapatkan data sikap belajar siswa yang menitik
beratkan pada sikap jujur, disiplin, toleransi, gotong
royong dan percaya diri. Instrumen ini nantinya juga
akan digunakan oleh teman sejawat sebagai kolaboran
dalam mendapatkan data. Sedangkan data hasil
belajar nantinya akan didapatkan dengan memberikan
tugas praktik menggambar sebagai sumber data,
untuk itu dalam tahap ini disiapkan pula lembar kerja
yang merupakan rangkaian dari pembuatan RPP.
Pada tahap dilakukannya tindakan siklus satu
ini, sikap siswa terlihat meningkat dibandingkan pada
kondisi awal. Siswa lebih aktif dan bersikap baik
dalam mengikuti paparan yang disampaikan oleh guru
maupun dalam bekerja diatas mesin gambar. Siswa
lebih aktif dan gembira dalam kerja kelompok, tidak
banyak siswa yang hadir terlambat di laboratorium
gambar manual yang digunakan oleh peneliti dalam
menyampaikan materi ini, dan sebagian siswa mampu
menyelesaikan gambar dengan tepat waktu. Dari
pengamatan yang dilakukan oleh kolaboran dari
teman sejawat sebagai observer didapatkan hasil
pengamatan berupa tabel rekapitulasi pengamatan
sikap siswa pada siklus I berikut ini;

Tabel 3. Data tingkat sikap siswa klasikal pada siklus I

N KATEGORI SKOR JML JML JML


O SISWA SKOR DLM %
1 Sikap rendah < 1.5 0 0 0
2 Sikap sedang 1.5 – 2.4 10 21,4 40
3 Sikap tinggi 2.5 – 3.4 15 43,8 60
4 sikap sangat tinggi >3.4 0
25 65.2 100

Dari tabel di atas dapat di hitung tingkat sikap


siswa secara klasikal pada siklus I dengan mengambil
prosentase rata-rata sebagai berikut:

Tingkat sikap klasikal


Jumlah skor sikap semua siswa
= ---------------------------------------- x 100 %
Jumlah siswa x skor ideal

65,2
= ------------------- x 100 %
25 x 4

= 65,2 % (kategori sedang)

Penguasaan siswa terhadap materi pada siklus


I dengan Topik Menyajikan data topografi untuk
perencanaan bangunan irigasi cukup baik, dengan
nilai ketuntasan minimal 80, dari 25 siswa semuanya
berhasil tuntas, dengan rincian yang termasuk
kategori sedang yaitu antara 80 sampai 84 sebanyak
21 siswa, kategori baik yaitu antara 85 sampai 94
sebanyak 4 siswa. Nilai rata-rata kelas yang mencapai
83 yang masuk dalam kategori sedang Rekapitulasi
perolehan nilai praktik yang dilakukan di siklus I
terdapat pada tabel berikut ini;

Tabel 4. Kategori nilai praktik pada Siklus I

NO KATEGORI NILAI JUMLAH PROSENTASE


1 Kurang < 80 0 Siswa 0%
2 Sedang 80 – 84 21 Siswa 84. %
3 Baik 85 – 94 4 Siswa 16 %
4 Baik Sekali 95 – 100 0 Siswa 0%
Jumlah 25 Siswa 100 %

Dari tabel diatas terlihat sebanyak 84 % dari


jumlah siswa masih mendapatkan nilai sedang, dan
yang lainnya mendapat nilai baik, belum ada siswa
yang mencapai nilai baik sekali dalam ulangan yang
digunakan sebagai data hasil belajar pada tindakan
siklus I, namun demikian pencapaian ketuntasan
klasikal sebanyak 100 %.
Refleksi sikap belajar pada kondisi awal
dengan tahap siklus satu terdapat peningkatan
sebanyak 22,3 % secara klasikal. Sedangkan secara
individu terdapat peningkatan terhadap semua siswa
yang masuk dalam kategori sikap rendah pada kondisi
awal meningkat ke kategori sedang pada tahap
tindakan siklus I, peningkatan ini juga terlihat dari
terdapatnya beberapa siswa yang masuk dalam
kategori tingkat sikap tinggi.
Sedangkan refleksi hasil belajar pada kondisi
awal dan siklus I pada penelitian ini diperoleh
peningkatan yang cukup signifikan. Nilai rata-rata
kelas meningkat sebanyak 24,4 yang semula hanya
58,6 meningkat menjadi 83, hal ini membuat kriteria
nilai klasikal meningkat dari kriteria kurang ke
kriteria sedang. Prosentase ketuntasan klasikal juga
meningkat sebanyak 68 % dari 32 % menjadi 100 %.

C. Deskripsi Siklus II
Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus II ini
tindakan direncanakan sebagai awalan pembelajaran
berupa pemilihan topik pembelajaran, dalam hal ini
diambil topik menyajikan data topografi pada
perencanaan jalan jembatan, yang merupakan topik
pertama pada Kompetensi Dasar ketiga seperti dalam
silabus. Setelah topik yang akan diambil untuk siklus II
ditentukan maka peneliti melakukan persiapan berupa
penyusunan RPP yang nantinya digunakan dalam
pembelajaran. Dalam RPP direncanakan penggunaan
aplikasi Google Earth dilakukan secara berkelompok
kecil (3-4 orang) dan penggunaan media internet
secara individu sebagai tindakan penelitian untuk
siklus II. Dalam tahap ini juga disiapkan instrumen
penelitian berupa lembar observasi untuk
mendapatkan data sikap siswa yang nantinya akan
digunakan oleh teman sejawat sebagai kolaboran
dalam mendapatkan data. Sedangkan data hasil
belajar nantinya akan didapatkan dengan penilaian
praktik sebagai sumber data, untuk itu dalam tahap
ini disiapkan pula lembar kerja praktik yang
merupakan rangkaian dari pembuatan RPP.
Pada tahap dilakukannya tindakan siklus dua
ini, sikap siswa terlihat meningkat dibandingkan
pada siklus satu. Siswa lebih aktif mengikuti paparan
yang disampaikan oleh guru, gembira dan sangat
antusis melakukan diskusi dan browsing materi serta
menjalankan aplikasi dari internet. Suasana taman
yang cukup indah dan sejuk membuat pembelajaran
yang dilaksanakan diluar kelas menjadi lebih santai
dan menyenangkan sehingga siswa semakin antusias
untuk berperanserta secara aktif dalam kegiatan ini.
Siswa hadir di laboratorium gambar manual maupun
di taman sekolah yang digunakan oleh peneliti dalam
menyampaikan materi ini dengan tepat waktu. Siswa
juga lebih tenang dan terlihat tidak mengantuk serta
berani menjawab post test yang disampaikan oleh
guru.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh
kolaboran dari teman sejawat sebagai observer
didapatkan hasil pengamatan berupa tabel
rekapitulasi pengamatan aktifitas siswa pada siklus II
berikut ini;

Tabel 5.Data tingkat sikap siswa klasikal pada siklus II


NO KATEGORI SKOR JML JML JML
SISWA SKOR DLM %
1 Sikap rendah <1.5 0 0 0
2 Sikap Sedang 1.5 - 2.4 4 8,4 16
3 Sikap Tinggi 2.5 - 3.4 13 37,7 52
4 Sikap Sangat Tinggi 3.4 -4 8 28 32
25 74,1 100

Dari tabel di atas dapat di hitung tingkat sikap


siswa secara klasikal pada siklus II dengan mengambil
prosentase rata-rata sebagai berikut ;
Tingkat sikap klasikal
Jumlah skor sikap semua siswa
= ------------------------------------- x 100 %
Jumlah siswa x skor ideal

74,1
= ------------------- x 100 %
25 x 4

= 74,1 % (kategori tinggi)

Penguasaan siswa terhadap materi pada siklus


II cukup baik, dengan nilai ketuntasan minimal 80,
dari 25 siswa semuanya berhasil tuntas. Nilai rata-
rata kelas mencapai angka 89, dengan rincian seperti
dalam tabel berikut;
Tabel 6. Kategori nilai praktik pada Siklus II
NO KATEGORI NILAI JUMLAH PROSENTASE
1 Kurang < 75 - 0%
2 Sedang 75 – 84 9 Siswa 36 %
3 Baik 85 – 94 10 Siswa 40 %
4 Baik Sekali 95 - 100 6 Siswa 24 %
Jumlah 25 Siswa 100 %

Dari tabel diatas terlihat 100% dari jumlah


siswa tuntas dalam praktik yang digunakan sebagai
data hasil belajar pada tindakan siklus II, atau dapat
dikatakan pencapaian ketuntasan klasikal sebanyak
100 %. Hal ini hanya perlu dilakukan pengayaan
terhadap siswa pada pertemuan setelah ulangan
dilakukan.
Refleksi sikap belajar pada siklus I dengan
tahap siklus II terdapat peningkatan sebanyak 8,9 %
secara klasikal. Sedangkan secara individu terdapat
peningkatan terhadap sebagian siswa yang masuk
dalam kategori sikap sedang pada siklus I meningkat
ke kategori tinggi pada tahap tindakan siklus II,
peningkatan ini juga terlihat dari terdapatnya
beberapa siswa yang masuk dalam kategori tingkat
sikap sangat tinggi.
Refleksi hasil belajar pada siklus I dan siklus II
pada penelitian ini diperoleh peningkatan yang cukup
signifikan. Nilai rata-rata kelas meningkat yang
semula hanya 83 meningkat menjadi 89, hal ini
membuat kriteria nilai klasikal meningkat dari kriteria
sedang ke kriteria baik. Prosentase ketuntasan
klasikal berada dalam posisi tetap yaitu 100 % tuntas,
sebanyak 25 siswa dapat menncapai nilai ketuntasan
minimal 80 pada siklus I dan II.

D. Hasil Penelitian
Refleksi sikap dan hasil belajar siswa pada
kondisi awal ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II
menghasilkan pembahasan hasil penelitian dengan
melihat refleksi dari kondisi awal ke kondisi akhir
atau siklus II sebagai berikut:

Tabel 7. Refleksi aktifitas belajar Ilmu Bahan


Bangunan

N Kondisi Siklus I Siklus II Refleksi


o Awal (Kondisi Kondisi
Akhir) Awal ke
Kondisi
Akhir
1 Prosentase Prosentase Prosentase Deskriptif
sikap sikap sikap komparatif;
klasikal klasikal klasikal prosentase
siswa 42,9 siswa 65,2 siswa 74,1 sikap
% % % klasikal
siswa
meningkat
32,8 % dari
42,9%
menjadi
74,1%.
2 Kategori Kategori Kategori Deskriptif
sikap sikap sikap kualitatif;
klasikal klasikal klasikal kategori
rendah sedang tinggi sikap
klasikal
meningkat
dari rendah
menjadi
tinggi
3 Nilai rata- Nilai rata- Nilai rata- Deskriptif
rata kelas rata kelas rata kelas komparatif:
58,6 83 89 nilai rata-
rata kelas
meningkat
30,4 dari
58,6
menjadi 89.
4 Prosentase Prosentas Prosentas Deskriptif
ketuntasan e e komparatif:
klasikal ketuntasa ketuntasa prosentase
32 32 % n klasikal n klasikal ketuntasan
klasikal
100% 100%
meningkat
78% dari 32%
menjadi 100
%
5 Nilai Nilai Nilai Deskriptif
klasikal klasikal klasikal kualitatif:
masuk masuk masuk kriteria
dalam dalam dalam nilai
kriteria kriteria kriteria klasikal
kurang sedang baik meningkat
dari
kurang
menjadi
baik

Secara empirik kebenaran diperoleh dari


analisa data yang telah dilakukan dalam penelitian
ini. Hasil tindakan dalam penelitian ini adalah;
1. Melalui penggunaan aplikasi google earth dapat
meningkatkan sikap belajar menyajikan data
topografi pada Mata Pelajaran Menggambar Jalan
dan Jembatan bagi siswa Program Keahlian Desain
pemodelan dan Informasi Bangunan dari kondisi
tingkat sikap belajar rendah ke kondisi tingkat
sikap belajar tinggi
2. Melalui penggunaan aplikasi google earth dapat
meningkatkan hasil belajar menyajikan data
topografi pada Mata Pelajaran Menggambar
Konstruksi Jalan dan Jembatan bagi siswa Program
Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan dari kondisi ketuntasan klasikal rendah
yaitu 32 % ke kondisi ketuntasan klasikal tinggi
yaitu 100 %.
3. Melalui penggunaan aplikasi google earth dapat
meningkatkan sikap dan belajar menyajikan data
topografi pada Mata Pelajaran Menggambar
Konstruksi Jalan dan Jembatan bagi siswa
Program Keahlian Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Terbukti melalui aplikasi Google Earth dapat
meningkatkan kemampuan menyajikan data topografi
pada Mata Pelajaran Menggambar Konstruksi Jalan dan
Jembatan siswa Program Keahlian Desain pemodelan
dan Informasi Bangunan. Peningkatan ini cukup
signifikan dengan sikap siswa pada kondisi awal
berada di kriteria rendah menjadi tinggi pada kondisi
akhir dan untuk hasil belajar ketuntasan klasikal
berada 32 % pada kondisi awal meningkat drastis pada
angka 100 % pada kondisi akhir setelah dilakukan dua
tahap tindakan penelitian.
B. Saran
Bagi Sekolah diharapkan mensosialisasikan dan
memfasilitasi penggunaan aplikasi-aplikasi yang
tersedia di teknologi informasi untuk meningkatkan
kinerja guru, kualitas pembelajaran dan kualitas
lulusan. Bagi teman guru diharapkan terpacu untuk
selalu melakukan inovasi pembelajaran yang kreatif
dalam rangka meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa, dan memanfaatkan aplikasi yang tersedia
sebagai salah satu inovasi variasi media yang
digunakan selama ini. Bagi siswa diharapkan
membangun kreatifitasnya dalam pemanfaatan sebuah
pendekatan pembelajaran inovatif berbasis teknologi
informasi dan mengasah pemahaman secara efektif
terhadap materi pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Budisma.net, Mari Mengenal Google earth,


http://www.mediakita.com/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=178, 18 april
2019, 14.23 pm
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Aksara
Hestik, Pengertian dan Langkah Menjalankan Google
Earth,
:https://id.wikipedia.org/wiki/Google_Earth , 18
April 2019, 13.42 pm

PROFIL PENULIS

Penulis adalah seorang guru


kejuruan pada Program Keahlian
Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan di SMK Negeri 2 Pati.
Dengan masa kerja 25 tahun lebih,
penulis telah mengalami beberapa
kali perubahan kurikulum.
Menyelesaikan pendidikan dasar di sebuah desa
kecil di lereng Gunung Muria pada Tahun 1982,
mengharuskan penulis berpisah dari orang tua untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah hingga
sarjana. Lulus Sarjana Pendidikan di IKIP Negeri Semarang
pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan pada Tahun
1993. Di Tahun 2012 baru mendapatkan kesempatan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan S2 dengan mengambil
konsentrasi pendidikan Manajemen SDM Pendidikan.
Memulai profesi sebagai guru PNS pada Tahun 1995
di SMP Negeri 3 Juana dengan mengajar Mata Pelajaran
Ketrampilan Bangunan, dan karena adanya perubahan
Kurikulum Nasional maka pada Tahun 2000 penulis di
mutasi ke SMK Negeri 1 Rembang mengajar di Jurusan
Teknik Bangunan, untuk selanjutnya di Tahun 2006 dengan
alasan mendekati tempat tinggal keluarga, mutasi lagi ke
SMK Negeri 2 Pati hingga sekarang.
Pengalaman penelitian penulis berkutat di dunia
pendidikan sejak menyelesaikan Skripsi, Thesis dan
Peneltian Tindakan Kelas. Sedangkan pengalaman menulis
juga masih bertema pendidikan dengan menulis beberapa
modul, artikel dan best practise.

SINOPSIS

Pendidikan yang bermutu hanya dapat dilahirkan


oleh para pendidik yang juga bermutu, yakni memiliki
kualifikasi standar, profesional dan berdedikasi tinggi,
sehingga pada gilirannya akan menghasilkan SDM yang
handal. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
memungkinkan hasilnya diterapkan secara langsung di
masyarakat, sehingga prosesnya harus sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
Demikian pula untuk Mata Pelajaran Konstruksi
Jalan dan Jembatan, yang didalamnya ada materi
pengembangan wilayah yang mengharuskan siswa untuk
memiliki kemampuan menyajikan data topografi. Dalam
penguasaan materi ini harus ditopang dengan peralatan
khusus yang kadang tidak tersedia pada saat
pembelajaran. Karena itu dilakukan sebuah Penelitian
Tindakan Kelas untuk bisa menguasai materi ini dengan
penggunaan media lain yang memungkinkan untuk
dijangkau oleh semua siswa.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyajikan data topografi melalui
penggunaan aplikasi Google Earth. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
memberikan tindakan dalam kelas. Hasil uji hipotesis
diperoleh peningkatan kemampuan menyajikan data
topografi dari kategori rendah menjadi tinggi, dan
meningkatkan hasil belajar siswa dari kondisi ketuntasan
klasikal 29.6 % meningkat 70.4 % di siklus I dan 100 % di
siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terbukti
melalui penggunaan aplikasi Google Earth dapat
meningkatkan kemampuan menyajikan data topografi.
Rekomendasi penelitian adalah aplikasi Google Earth
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
penyajian data topografi dalam pembelajaran
Menggambar Konstruksi Bangunan

Anda mungkin juga menyukai