Anda di halaman 1dari 183

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah

Berangkat dari kerangka pemahaman mengenai regulasi penugasan

guru sebagai kepala sekolah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan

Indonesia nomor : 162/U/2003 tanggal 24 Oktober 2003 tentang Pedoman

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah1. Dalam hal ini guru dapat diberikan

tugas tambahan sebagai kepala sekolah untuk memimpin dan mengelola

pendidikan di sekolah dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mutu

pendidikan akan menjadi indikator paling efektifitasnya sekolah dan menjadi

keharusan yang tidak terbantahkan serta merupakan konsep yang paling manjur

menjawab berbagai tantangan yang semakin kompleks2. Hal ini dikarenakan

mutu akan berimplikasi pada kwalitas maupun kwantitas.

Kembali kepada mutu pendidikan pada tahun 2015 akan tampak

bahwa pendidikan di Indonesia masih saja berada di 10 negara yang memiliki

mutu pendidikan yang rendah. Kondisi inilah yang memaksa figur kepala

sekolah harus memiliki jiwa leadership. Dalam teori kepemimpinan di lembaga

pendidikan, istilah leader merujuk pada peran kepala sekolah yang mampu

membawa kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Peran kepala sekolah sebagai

leader yang efektif ini dalam rangka menggambarkan bagaimana peran

pemimpin untuk membawa suatu perubahan organisasi yang dipimpinnya ke

arah yang lebih baik.

1
Masduki Duryat, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung: PT Alfabeta, 2016), hlm. 59.
2
Aan Komariah, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta : Bumi Aksara,
2011 ), hlm. 29.

1
Dalam teori kepemimpinan di lembaga pendidikan, istilah leader

merujuk pada peran kepala sekolah yang mampu membawa kemajuan sekolah

yang dipimpinnya. Kepala sekolah yang tidak mampu menyelenggarakan

pendidikan dengan berorientasi pada kemajuan, maka kepala sekolah seperti ini

tidak dapat dikatakan sebagai seorang leader. Berangkat dari sinilah diperluhkan

peran kepala sekolah yang efektif guna menggambarkan bagaimana peran

pemimpin untuk membawa suatu perubahan organisasi yang di pimpinnya ke

arah yang lebih baik. Dalam kenyataannya tidak semua lembaga pendidikan

yang ada saat ini mendapat sentuhan dari seorang kepala sekolah yang efektif.

Potensi kepala sekolah sebagai seorang leader yang tidak mampu dikembangkan

akan menjadikan kepala sekolah tidak memiliki kemampuan dalam visi, misi

dan tujuan, sehingga berdampak pada menurunnya mutu pendidikan.

Manajemen kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah

kepemimpinan yang diawali dari tercapainya visi dan misi3. Efektivitas

kepemimpinan tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan dengan

bawahan4. Hal ini dikarenakan efektifnya suatu sekolah tergantung pada mutu

pendidikan, sedangkan mutu pendidikan itu berhubungan dengan ketercapaian

visi dan misi. Untuk mendekati, mengarahkan dan membawa organisasi sekolah

mencapai visi, misi dan tujuan organisasi, terdepan dan terkuat dipelopori oleh

peran kepala sekolah. Peran kepala sekolah haruslah visioner sehingga sangatlah

cerdas dalam megamati suatu kejadian dimasa depan dan dapat menggambarkan

3
Nurul Hidayah, Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, (Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2016 ), hlm. 29.
4
Fiedler, Fred e, Theory of Leadership Effectiveness. International Journal of Educational,
(Canada : Reports - Research, 1967), hlm. 9.

2
visi misinya dengan jelas. Peran kepala sekolah haruslah responsif dan selalu

tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan serta selalu aktif dan

proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan guna merealisasikan visi,

misi dan tujuan sekolah.

Pentingnya peran kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

yang visioner ini, sejauh pengamatan penulis setidaknya ada satu faktor

fundamental yang melatarbelakanginya yaitu respon masyarakat. Satu faktor

fundamental ini mengarah pada respon masyarakat terutama orang-orang nasrani

yang menginginkan Islam tidak berkembang di Jumapolo. Termasuk awal

berdirinya SDIT Muhammadiyah Jumapolo menjadi banyak perbincangan

masyarakat dari berbagai kalangan yang mempermasalahkan berdirinya sekolah

ini di lahan kas desa. Hal inilah yang yang berimplikasi pada kebijakan sekolah,

sehingga peran kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah Jumapolo sangat

diharapkan dalam rangka untuk membawa sekolah yang dipimpinnya kokoh

berdiri dalam mutu pendidikan.

Berdirinya lembaga pendidikan yang mampu memberikan warna

dalam setiap sendi kehidupan tentunya sangat diharapkan oleh semua orang.

Sekolah yang mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan bermutu

dari segi akedemik maupun non akademik akan menjadi sinyal bahwa sekolah

tersebut adalah sekolah yang berada pada level tertinggi. SDIT Muhammadiyah

Jumapolo melalui sentuhan kepala sekolah yang bervisi mampu untuk

mensinergikan antara visi, misi dan seluruh sumber daya yang dimiliki sekolah

menuju suatu pencapaian sekolah bermutu. Keadaan seperti inilah yang tidak

3
disangka membuat beberapa kalangan merasa tidak nyaman dengan keberadaan

sekolah tersebut. Berangkat dari sinilah peran kepala sekolah dan seluruh warga

sekolah sangat diharapkan.

Kepala sekolah yang tidak mampu menjalankan perannya sebagai

pemimpin tentu akan berdampak pada kemunduran suatu sekolah. Begitupula di

SDIT Muhammadiyah Jumapolo, jika kepala sekolah tidak memiliki peran

dalam mewujudkan visi sekolah melalui pemikirannya yang visioner, maka

SDIT Muhammadiyah Jumapolo tidak akan mampu berkembang menjadi

sekolah yang bermutu. Secara garis besar, peran kepala sekolah akan menjadi

solusi dari krisis kepemimpinan yang ada. Peran kepala sekolah haruslah

visioner yang terpancar dalam pemikirannya yang mampu melihat masa depan

melalui visi dan mampu untuk merubah visi tersebut menjadi aksi.

SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar berada dibarisan

terdepan untuk menjadi sekolah yang bermutu khususnya di kecamatan

Jumapolo atau di kabupaten Karanganyar. Hal ini ditandai dengan peran kepala

sekolah dalam menyelenggaraan pendidikan yang berada pada posisi terbaik

melalui peningkatan kapasitas peran kepala sekolah. Dari berbagai penjelasan

diatas, seorang kepala sekolah yang mengetahui hakikat dari tugas dan tanggung

jawabnya akan ada kecendrungan untuk totalitas dalam memanfaatkan perannya

sebagai pemimpin terutama dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.

Berangkat dari sinilah akan dibahas secara lebih mendalam tentang peran kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar tahun pelajaran 2018/2019.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di

Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui dan memahami peran kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Sumbangan pemikiran tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Pendidik

a) Mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar.

5
2) Bagi Sekolah

a) Diharapkan dapat dijadikan gambaran tentang peran kepala sekolah

dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam

Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

b) Dapat dijadikan masukan dalam upaya peningkatan kualitas kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar

Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

3) Bagi Dinas Pendidikan

a) Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi tentang

urgensi peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar

b) Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus sebagai

pijakan tentang pentingnya peran kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

D. Telaah Pustaka

Setelah dilakukan pelacakan dari berbagai karya ilmiah, maka ditemukan

beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian yang sedang

berlangsung ini. Adapun penelitian terdahulu yang relevan itu terdiri dari empat

jurnal International, satu jurnal pendidikan nasional dan satu tesis. Adapun

keterangan dan penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pertama, Penelitian oleh Nanjundeswaraswamy dan Swamy tahun 2014

(Journal International) yang berjudul “Leadership styles”. Penelitian ini

6
berangkat dari permasalahan dalam lingkungan persaingan global. Gaya

kepemimpinan yang efektif diperlukan untuk mengurangi tingkat gesekan yang

terjadi baik di internal organisasi maupun diluar organisasi. Dalam penelitian ini

ditemukan juga berbagai gaya kepemimpinan yang tidak hanya di sekolah

melainkan juga berlaku dalam setiap organisasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa, gaya kepemimpinan yang efektif akan menghasilkan

tujuan organisasi secara produktif. Kaitannya dengan peran kepala sekolah, ada

korelasi positif antara peran kepala sekolah visioner dengan budaya hierarkis

organisasi. Artinya, dengan peran kepala sekolah yang visioner mampu

memberikan cultur forming atau budaya baru yang diikuti dan dilaksanakan

seluruh warga organisasi guna mencapai tujuan bersama5. Perbedaannya, dalam

penelitian ini membahas pengaruh dari semua gaya kepemimpinan terhadap

kinerja pengikutnya. Penelitian tentang kepemimpinan ini berlaku disemua

organisasi, sedangkan dalam penelitian yang sedang berjalan ini, penelitian lebih

fokus pada sekolah sebagai setting tempatnya serta penelitian ini lebih fokus

pada gaya kepemimpinan visioner. Gaya kepemimpinan visioner kepala sekolah,

diharapkan tidak hanya mampu memberikan cultur forming saja melainkan

peran kepala sekolah juga sebagai inspiration, motifating, innovating,

empowering, enlightening di internal sekolah.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yin Cheong Cheng tahun 2016

(Journal International), dengan judul “Quality assurance in education : Internal,

interface, and future”. Penelitian ini berangkat dari permasalahan tentang


5
Nanjundeswaraswamy dan Swamy, Leadership styles, International Journal Department
of Industrial Engineering and Management, ( India : Academy of Technical Education Bangalore
India, 2014), hlm. 59.

7
lemahnya kualitas suatu sekolah, sehingga diperlukan paradigma teori kualitas

pendidikan serta efektifitas sekolah. Hasil dari analisis penelitian ini

menunjukkan bahwa, kualitas sekolah sangat ditentukan oleh gaya

kepemimpinan kepala sekolah. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif

akan mampu membawa gebrakan menuju sekolah unggul. Adapun tujuan akhir

dari gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini lebih

mengedepankan sisi output atau lulusan. Lulusan yang baik dianggap sudah

mewakili sekolah yang berkualitas6. Perbedaannya, penelitian ini merupakan

penelitian yang memiliki tujuan akhir yaitu peningkatan kualitas sekolah dari

sisi output. Dalam penelitian yang sedang dilakukan ini merupakan penelitian

yang tidak hanya mengedepankan output sebagai tujuan akhir, namun guna

menyandang sekolah yang unggul dalam kualitas maupun kwantitas, peran

kepala sekolah sebagai pemimpin lebih mengarah pada tujuan sekolah secara

umum. Hal ini dikarenakan faktor kepemimpinan kepala sekolah yang fokus

pada visi, misi dan tujuan sekolah.

Ketiga, Penelitian oleh Suwit Yordsala, Kowat Tesaputa, Anan Sri-Ampai

tahun 2013 (Journal International) yang berjudul “The Development of Visionary

Leadership Administrators in Thai Primary School”. Penelitian ini berangkat

dari permasalahan tentang rendahnya kinerja kepala sekolah dalam hal

administrator. Administrator berhubungan dengan pemanfaatan semua sumber

daya secara efektif dan efisien guna mencapai suatu tujuan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa, kepemimpinan visioner dari administrator kepala sekolah


6
Cheng Yin Cheong, Quality assurance in education : Internal, interface, and future”,
International Journal School of Management, ( China : Harbin Institute Technology of China, 2016),
hlm. 527.

8
di salah satu sekolah dasar di Thailand secara keseluruhan berada pada tingkat

tinggi. Hal ini berpengaruh pada setiap aspek pencapaian sekolah yang juga

berada pada tingkat tertinggi7. Perbedaannya, dalam penelitian Suwit Yordsala,

Kowat Tesaputa, Anan Sri-Ampai di atas tidak disebutkan secara terperinci

langkah-langkah kepemimpinan visioner, mulai dari perencanaan program,

pelaksanaan program, evaluasi program dan tindak lanjut. Dalam penelitian yang

sedang berjalan ini akan menjelaskan tentang peran kepala sekolah mulai dari

perencanaan program, pelaksanaan program, evaluasi program dan tindak lanjut.

Keempat, penelitian yang dilakukan Mary McNeil. & Ann Nevin 2014

(Journal International) dengan judul “Becoming Life Long Learners A Pedagogy

for Learning About Visionary Leadership”. Penelitian ini dilakukan dengan latar

belakang permasalahan kurangnya pemahaman mendalam, perluasan visi dan

beragam jaringan profesional untuk memposisikan diri seseorang pada

kepemimpinan inovatif guna memperbaiki sistem pendidikan dan memajukan

pembelajaran dan kesuksesan siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan

pentingnya kepemimpinan visioner untuk saat ini dan mendatang. Kualitas

kepemimpinan visioner ditandai dengan pemahaman mendalam akan visi, misi

dan tujuan sekolah yang khususnya dalam kegiatan belajar siswa, karena fokus

penelitian ini adalah kepemimpinan visioner kepala sekolah dalam

pembelajaran.8. Perbedaannya, penelitian ini fokus utamanya adalah perbaikan

system pembelajaran. Dalam penelitian ini memberikan manfaat secara teoritis


7
Suwit Yordsala, Kowat Tesaputa, Anan Sri-Ampai, The Development of Visionary
Leadership Administrators in Thai Primary School, International Journal Education Studies, (Suwit
Yordsala: Faculty of Education Mahasarakham University Thailand, 2013), hlm. 99.
8
Mary McNeil & Ann Nevin, Becoming Life Long Learners A Pedagogy for Learning
About Visionary Leadership, International Journal Education Studies, (New Hampshir : New
England College, 2014), hlm. 78.

9
tentang urgensi peran kepala sekolah dalam pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai dampak dari kepemimpinan

visioner kepala sekolah, akan mampu membawa sekolah tersebut menjadi

lembaga pendidikan yang unggul. Dalam penelitian yang sedang berjalan ini,

peran kepala sekolah tidak hanya fokus pada pembelajaran saja melainkan juga

menyentuh pada semua aspek kegiatan di sekolah baik akademis maupun non

akademis.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Beverly Irby dan Fred Lunenburg

tahun 2009 (Journal International) dengan judul “Gaining Perspective for the

Vision: The First Step in Becoming a Visionary Principal”. Penelitian ini

dilakukan dengan latar belakang permasalahan kurangnya pengembangan visi

yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah, sehingga pengembangan visi itu

sangat diperluhkan bagi kepala sekolah yang visioner untuk menghadapi kondisi

sosial dan global. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa langkah pertama

peran kepala sekolah adalah melakukan pengembangan visi dengan

mempertimbangkan sudut pandang relasional. Pentingnya kepemimpinan

visioner untuk saat ini dan mendatang.9 Perbedaannya, penelitian ini mengarah

pada pengembangan visi kepala sekolah yang sifatnya masih umum dan belum

terperinci. Dalam penelitian ini memberikan manfaat yaitu : pertama, kepala

sekolah akan mendapatkan pengakuan sebagai kepala sekolah yang visioner

dikarenakan pengembangan visi yang dilakukan. Kedua, dengan pengembangan

visi yang dilakukan oleh kepala sekolah akan menjadikan sekolah itu mampu
9
Beverly Irby & Fred Lunenburg, Gaining Perspective for the Vision: The First Step in
Becoming a Visionary Principal, International Journal of Educational Leadership, (Theodore
Creighton :Virginia Teach 2009), hlm. 9.

10
menjawab kondisi sosial dan global. Dalam penelitian yang sedang berjalan ini,

peran kepala sekolah fokus pada mutu pendidikan yang mengarah pada input,

proses, output, dan outcome .

Keenam, penelitian yang dilakukan Nurul Hidayah tahun 2005 (Jurnal

pendidikan) yang berjudul “Peran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah di

MAN 3 Malang”. Penelitian ini dilakukan berangkat dari permasalahan bahwa,

madrasah sangat minim diminati oleh orang, baik anak maupun orang tua. Orang

tua cenderung menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan yang berlebel

sekolah dan bukan madrasah. Dalam pandangan mereka, madrasah adalah

lembaga pendidikan yang tidak berkualitas baik dari sisi akademis maupun non

akademis. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa, dari peran pemimpin yang

visioner itu banyak perubahan besar yang terjadi seperti perubahan bangunan

non fisik yang meliputi membudayakan sholat berjamaah, disiplin kerja guru dan

belajar siswa, gerakan sholat malam, gerakan membaca Al Qur`an dan

berbudaya religius10. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini berusaha

mengungkap peran kepala sekolah yang diarahkan melalui visi, misi dan tujuan

yang jelas dengan fokus pada dampak peran kepala sekolah terhadap manajemen

sekolah, baik kegiatan pembelajaran maupun non pembelajaran hingga sampai

pada kinerja guru.

Dalam pelacakan penelitian terdahulu tentang peran kepala sekolah, secara

garis besar gaya kepemimpinan ini menjadi solusi dari problem kepemimpinan

yang ada. Peran kepala sekolah dapat memberikan cultur forming budaya baru

10
Nurul Hidayah, Peran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah di MAN 3 Malang,
(Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2005 ), hlm. 58.

11
organisasi untuk pencapaian suatu tujuan. Peran kepala sekolah juga mampu

memberikan dampak yaitu menghasilkan output atau lulusan yang baik. Hal ini

tidak lepas dari visi, misi maupun tujuan sekolah itu sendiri yang menginginkan

kualitas pendidikan. Peran kepala sekolah mampu memanfaatkan semua sumber

daya yang ada secara efektif dan efisien berdasarkan visi, misi dan tujuan awal.

Peran kepala sekolah juga akan berfikir bagaimana kegiatan pembelajaran dapat

berjalan secara efektif dan efisien. Melalui gagasan peran kepala sekolah dalam

pembelajaran memungkinkan adanya inovasi-inovasi baru yang akan menunjang

tujuan pembelajaran seperti fasilitas ruang kelas yang nyaman untuk belajar.

Lembaga pendidikan dengan sentuhan peran kepala sekolah mampu untuk

melihat dan merealisasikan visi untuk kepentingan masa depan sekolah. Hal ini

tidak terlepas dari pemikiran kepala sekolah yag selalu aktif dan proaktif dalam

melihat masadepan. Kepemimpinan lembaga pendidikan yang bervisi akan

mampu membawa dampak sekolah yang dimpinnya berkemajuan dari segi fisik

maupun non fisik, baik secara kualitas maupun kuantitas.

E. Kerangka Teoritik

Teori yang akan digunakan dalam menganalisis data atau fakta dalam

penelitian ini adalah :

1. Peran Kepala Sekolah

Teori peran kepala sekolah yang digunakan adalah yang disampaikan

oleh Mulyasa dan Muhamad Ali. Menurut Muhammad Ali, bahwa salah satu

orang yang paling berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah

12
adalah kepala sekolah11. Kepala sekolah menjadi sentral untuk menjamin

keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Menurut Mulyasa,

peran kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin

pendidikan yaitu sebagai educator (pendidik), sebagai manajer (pengelola),

sebagai administrator, sebagai supervisor, sebagai leader (pemimpin), sebagai

inovator dan sebagai motifator12. Peran tersebut harus dilakukan kepala

sekolah agar dapat menciptakan pendidikan yang bermutu dalam suatu

sekolah. Peran tersebut haruslah dilakukan secara terus menerus dan

berkelanjutan.

Teori Muhammad Ali dan Mulyasa diatas sangat sesuai dengan

penelitian serta dianggap relevan dalam pengembangan teori eksistensi kepala

sekolah. Hal ini dikarenakan, pendapat diatas mencerminkan perhatiannya

pada teori dan praktek dengan fokusnya pada peran kepala sekolah yang

efektif melalui serangkaian tugas yang harus dilaksanakan kepala sekolah

sebagai pemimpin lembaga pendidikan. Kepala sekolah akan menjadi penentu

penyelenggaraan pendidikan. Artinya maju mundurnya sekolah akan

ditentukan oleh sejauh mana peran yang dimainkan oleh kepala sekolah.

2. Mutu pendidikan

Teori mutu pendidikan yang akan digunakan untuk menganalisis

data atau fakta adalah yang dikemukakan oleh Edward Sallis dan Umiarso.

Kaitannya dengan mutu, Edward Sallis berpendapat bahwa;

11
Muhammad Ali, Manajemen Sekolah Islam, (Surakarta : Muhammadiyah University
Press, 2018), Hlm. 48
12
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), Hlm. 15

13
The term quality is a philosophical and methodological method that helps
institutions to plan the change and set the agendas to face of excessive
external pressure13.

Istilah mutu merupakan suatu filosofis dan metodologis yang membantu

institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam

menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.

Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari beberapa pihak

yang berperan. Edward Sallis mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

For upgrading quality in the school we need to involve the leadership of the
principal in term of understanding the clear work vision14.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah perlu melibatkan

kepemimpinan kepala sekolah dalam hal pemahamannnya terhadap visi kerja

yang jelas.

Teori Edward Sallis diatas sesuai dengan penelitian yang akan

dilakukan serta dianggap relevan dalam pengembangan teori mutu

pendidikan, karena menggambarkan peran kepala sekolah sebagai figur

terdepan dan bertanggung jawab dalam merencanakan perubahan lembaga

pendidikan. Artinya kepala sekolah akan selalu dihadapkan pada tantangan

pengembangan penyelenggaraan pendidikan secara terarah, berencana dan

berkesinambungan untuk mencapai derajat pendidikan yang bermutu. Mutu

pendidikan akan berhubungan langsung dengan puncak kualitas pendidikan

yaitu input, proses, Output dan Outcome15. Teori dari pendapat umiarso ini

sangat sesuai dan relevan. Alasan memilih teori ini dikarenakan sesuai

13
Edward Sallis, Total Quality Managemen in Education, (Yogyakarta: Ircisod, 2012),
Hlm. 170.
14
Ibid. hlm. 180
15
Umiarso, Manajemen Mutu Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm.91.

14
dengan penelitian yang akan dilakukan dengan melihat mutu atau kualitas

sekolah dari sisi penyelenggaraannya.

F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan cara pandang penelitian dilakukan.

Sudut pandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dengan

metode yang digunakannya adalah metode analisis deduktif 16. Analisis

deduktif berarti menganalisis data yang diperoleh dari yang bersifat umum

menjadi informasi yang bersifat khusus.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research), yaitu

penelitian secara langsung dengan objek penelitian dan dilakukan suatu

pengumpulan data yang berada di lapangan. Ruang lingkup penelitian ini

adalah penelitian pendidikan dengan deskriptif kualitatif, yakni penelitian

dengan mendeskripsikan kenyataan berdasarkan tehnik dan analisis data

yang relevan. Melalui pendekatan tersebut, peneliti akan mendiskripsikan

secara benar berdasarkan analisis data17. Analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, melaksanakan

pengumpulan data dilapangan sampai mendapatkan seluruh data18.

3. Pendekatan Penelitian
16
Sudarno Shobron, dkk, Pedoman Penulisan Tesis, (Surakarta: M.Pd.I, M.P.I, M.H.I
Sekolah Pascasarjana UMS, 2017), hlm. 11.
17
Djaman satori & Aan Komariah, Metode Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 23
18
Sugiyono, Memahami Penelitiaan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 3.

15
Pendekatan adalah sudut pandang yang digunakan peneliti untuk

melihat dan menganalisis suatu fakta atau realitas. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis yakni mendekati

secara mendalam suatu fenomena sosial yang terjadi baik struktur, lapisan

maupun berbagai gejala sosial lainnya yang terkait. Dalam penelitian ini,

fenomena sosial tersebut berupa model kepemimpinan tokoh yaitu kepala

sekolah.

4. Sumber Data

Sumber data adalah sumber dari mana data diperoleh. Karena

penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research), maka untuk

mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan ini, data yang diambil

bersumber pada subjek dan informan penelitian. Subjek penelitian adalah

kepala sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar. Informannya adalah seluruh elemen selain kepala sekolah,

seperti guru; karyawan; siswa; dan lain sebagainya.

5. Obyek dan Subyek Penelitain

Obyek penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan,

misalnya seperti di sekolah, masyarakat atau suatu lembaga lain yang diteliti.

Obyek penelitian harus di ungkapkan secara lengkap sehingga tidak

menimbulkan suatu pemahaman yang berbeda-beda19. Adapun obyek

penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar.

19
Sudarno Shobron, dkk, Pedoman Penulisan Tesis, (Surakarta: M.Pd.I, M.P.I, M.H.I
Sekolah Pascasarjana UMS, 2017), hlm. 18.

16
Subyek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang

dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data

penelitian20. Adapun subyek penelitian ini antara lain:

a. Kepala sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar

b. Kurikulum di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar

c. Guru dan karyawan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar

6. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, maka penelitian ini

menggunakan metode sebagai berikut :

a. Observasi

Obervasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus

dikumpulkan dalam penelitian21. Dalam observasi peneliti membuat catatan

lapangan terlebih dahulu. Peneliti membuat pertanyaan-pertanyaan pokok

atau hal-hal yang penting, kemudian dilengkapi dan disempurnakan dalam

bentuk serta format catatan lapangan kemudian diuraikan.

b. Wawancara

20
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 59.
21
Djaman satori&Aan Komariah,Metode Kualitatif,(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 105.

17
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu22. Dalam wawancara ini menggunakan pedoman

wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak menyimpang

dari kebutuhan. Metode ini diharapkan informasi yang dikumpulkan

semakin rinci dan mendalam.

c. Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang. Adapun yang termasuk dokumentasi ini

antara lain, surat, memo, otobiografi, diari, Journal, buku teks, surat

wasiat, makalah (position paper), artikel, koran, editorial, catatan medis,

pamflet, foto dan lain sebagainya.23. Dokumentasi sering kali diperluhkan

oleh peneliti sebagai bukti pendukung dan pemerkaya bagi informasi yang

mungkin belum diperoleh lewat wawancara maupun observasi.

7. Validasi Data

Dalam penelitian kualitatif perlu dilakukan upaya validasi data

sehingga untuk memenuhi kriteria validasi dan reabilitas perlu dilakukan

triangulasi.

1. Data triangulation: The use of variety of data source in a study;

2. Invstigator Triangulation: The use of several different researchers or

evaluator;
22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda, 2010), hlm. 186.
23
A. Chaidar Al Washilah, Pokoknya Kualitatif, (Bandung : PT. Kiblat Buku Utama,
2003), hlm. 155.

18
3. Theory Triangulation: The us multiple methods to study a single sent of

date;

4. Methodological Triangulation: The use of multiple methods to study a

single problem24.

Dalam penelitian ini menggunakan tehnik pemeriksaan

Triangulasi melalui metode yaitu dengan jalan membandingkan dan

mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

wawancara, oservasi dan dokumentasi.

8. Analisis Data

Analisis data adalah proses pengurutan data, penyususnan data

kedalam pola, kategori dan satuan diskriptif dasar25. Hakikat analisis data

merupakan upaya untuk mencari dan menata data secara sistematis dari catatan

hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman

peneliti tantang kasus yang diteliti. Tehnik ini dilakukan dengan:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggabungkan 3 alat pengumpulan data yaitu observasi, wawancar

dan dokumentasi. Pengumpulan data dengan tiga alat diatas dalam rangka

untuk mendapatkan data atau informasi yang sebenarnya dan saling

menguatkan.

2. Reduksi data

24
Norman K. Danzin, The Handbook of Qualitative Research, (Jakarta: Sage Publicati,
2000), hlm. 391.
25
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan : Kuantitatif dan kualitatif, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 174.

19
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan dilapangan.

Pengumpulan dan pengelompokan beberapa data dalam tahap ini perlu

dipisahkan antara data yang relevan dengan data yang sama sekali tidak

relevan sesuai dengan fokus penelitian.

3. Penyajian data

Tahap ini merupakan upaya untuk merakit kembali semua data yang

diperoleh dari lapangan selama kegiatan berlangsung yaitu data kegiatan

yang diambil dari data yang telah disederhanakan dalam reduksi data.

Tujuan dari penyajian data ini agar data yang sudah tersusun dapat dengan

mudah dibaca atau dipahami secara keseluruhan oleh pembaca.

4. Verifikasi

Verifikasi data merupakan kesimpulan terhadap informaasi data-data

yang telah diperoleh dari berbagai informasi yang telah disajikan. Data yang

sudah terkumpul perlu diverifikasi agar terjalin hubungan yang saling terkait

antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya. Setelah itu data

diinterprestasi untuk memperoleh gambaran tentang kepemimpinan

kharismatik dan visioner kepala sekolah . Hasil penelitian ini akan

digambarkan dalam bentuk diskripsi.

G. Sistematika Pembahasan
Sebuah tesis akan lebih sistematis jika disusun dengan sistematika yang

sesuai dengan kaidah-kaidah yang baik, maka berikut akan dijelaskan bagaimana

seharusnya sistematika penulisan tesis ini.

20
Dalam penelitian ini akan diawali dengan pendahuluan di Bab I yang

meliputi: Latar belakang masalah mengapa penelitian ini dilakukan. Agar

penelitian ini berjalan dengan baik dan terarah maka rumusan masalah menjadi

langkah selanjutnya. Tujuan Penelitian dilakukan agar apa yang ada dalam

rumusan masalah terjawab dengan baik dalam penelitian ini. Manfaat penelitian

menjadi sub berikutnya untuk memberikan kontribusi atau manfaat dari

penelitian ini. Sub selanjutnya adalah telaah pustaka guna mendudukkan dan

menempatkan penelitian ini dan sekaligus berfungsi sebagai inspirasi atau ide

untuk melanjutkan penelitian terdahulu yang masih terbuka untuk diteliti lebih

lanjut karena berbagai alasan. Kerangka teoritik juga diperlukan guna membantu

arah penelitian dan menjelaskan data. Metode penelitian harus dilakukan guna

menguraikan cara kerja penelitian. Penelitian dapat beroperasi dengan baik

karena adanya Sistematika pembahasan yang menjadi sub terahir.

Sistematika selanjutnya memuat kajian teori di Bab II yang meliputi:

Pengertian kepala sekolah, peran kepala sekolah, pengertian mutu pendidikan,

indikator mutu pendidikan, strategi mutu pendidikan, tata pamong,

kepemimpinan kepala sekolah, sistem pengelolaan, peran kepala sekolah dalam

mutu pendidikan dan peran pemimpin perspektif islam.

Sistematika selanjutnya yaitu Bab III yang berisi a)Gambaran umum

Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar;

b)Diskripsi visi, misi dan tujuan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar; c)Diskripsi mutu pendidikan di

Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar; d)Peran

21
kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam

Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar; e)Strategi kepala dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar; f) Kendala dan solusi peran kepala

dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar.

Hasil pembahasan yang memuat hasil penelitian dan analisis yang

menjawab rumusan masalah masuk di Bab IV. Yang pertama adalah analisis

terhadap a)Diskripsi visi, misi dan tujuan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar; b)Diskripsi mutu pendidikan di

Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar; c)Peran

kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam

Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar; d) Strategi kepala dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar;e)Kendala dan solusi peran kepala

dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar; f)Analisis SWOT peran kepala dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar.

Bab terahir adalah Bab V yang memuat seluruh rangkaian pembahasan

dari bab pertama sampai bab keempat. Pada bab ini berisi simpulan implikasi

dan saran yang bertitik tolak pada kesimpulan.

22
23
BAB II

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN

A. Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Istilah kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “kepala” dan

“sekolah”. Kepala secara etimologis dimaksudkan sebagai “mengepalai”

artinya bertindak sebagai ketua atau pemimpin sebuah lembaga. Sedangkan

sekolah adalah suatu lembaga tempat memberi dan menerima pelajaran.

Kepala sekolah didefinisikan pemimpin yang membimbing, mengatur,

mempengaruhi, menggerakkan, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-

tugas kependidikan dilembaga persekolahan agar berjalan teratur dan penuh

kerja sama26. Dalam hal ini kepala sekolah memiliki peranan yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai suatu

tujuan bersama dalam visi dan misi sekolah.

2. Peran Kepala Sekolah

Istilah peran yaitu mencakup kewajiban dan hak yang bertalian

dengan kedudukan27. Hal ini berarti bahwa, kedudukan adalah status yang

menentukan posisi seseorang dalam lingkungan sosial. Dengan kata lain

peran adalah konsekuensi atau akibat dari kedudukan atau status seseorang.

Istilah kepala sekolah secara sederhana dapat didefinisikan sebagai seorang

26
Sudarwan Danim, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta,
2009), hlm. 9.

27
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bumi Aksara : Jakarta, 1999),Hlm. 43

24
yang bertindak sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas

untuk memimpin di suatu lembaga yang diselenggarakan proses

pembelajaran dimana terjadi interaksi antar guru yang memberi pelajaran

dan murid yang menerima pelajaran28.

Keberhasilan atau kegagalan sekolah satu satunya dapat dilihat dari

kualitas atau mutu sekolah itu sendiri. Berangkat dari sinilah kepala sekolah

harus berperan dalam mewujudkan sinergisitas dan saling kerja sama

dengan semua warga sekolah29. Salah satu indikatornya adalah .Peran kepala

sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin pendidikan yaitu

sebagai educator (pendidik), sebagai manajer (pengelola), sebagai

administrator, sebagai supervisor, sebagai leader (pemimpin), sebagai

inovator dan sebagai motivator30. Berikut penjelasananya :

1. Peran Educator (pendidik)

Sebagai edukator, kepala sekolah harus menanamkan,

memajukan dan meningkatkan setidaknya 4 macam yaitu mental, moral,

fisik dan artistik. Pembinaan mental dilakukan dengan iklim yang

kondusif agar tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan

baik. Pembinaan moral, kepala sekolah harus berusaha memberikan

nasihat kepada seluruh warga sekolah, tidak terkecuali guru. Pembinaa

fisik, kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan agar para

tenaga kependidikan terlibat secara aktif dan kreatif dalam berbagai


28
Kompri, Manajeman Sekolah (Orientasi Kemandirian Sekolah, (Yoyakarta: Pustaka
Pelajaran), 2015, hlm.1
29
Muhammad Ali, Manajemen Sekolah Islam, (Surakarta : Muhammadiyah University
Press, 2018), Hlm. 52
30
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
2004), Hlm. 15

25
kegiatan olahraga. Pembinaan artistik dapat dilakukan dengan

mengadakan kegiatan karyawisata yang bisa dilaksanakan akhir tahun.

Kaitannya dengan peningkatan mutu guru, upaya yang dapat

dilakukan kepala sekolah diataranya adalah dengan mengikutsertakan

para guru dalam penataran untuk menambah wawasan, menggerakkan

tim evaluasi hasil belajar siswa untuk lebih giat bekerja, menggunakan

waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara mendorong para guru

untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah

ditentukan. Selain itu kepala sekolah harus memiliki kemampuan

mengembangkan tenaga kependidikan terutama berkaitan dengan

pemberian kesempatan tenaga kependidikan untuk mengikuti berbagai

pendidikan dan pelatihan secara teratur yang meliputirevitalisasi

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru

(KKG), diskusi, lokakarya, seminar dan penyediaan sumber belajar.

2. Peran Manajer (pengelola)

Peran sebagai manajer diartikan kepala sekolah harus memiliki

strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui

kerjasama/kooperatif, memberikan kesempatan kepada guru untuk

meningkatkan profesinya dan mendorong mereka mengikuti berbagai

kegiatan yang menunjang program sekolah. Memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerjasama/kooperatif dimaksudkan untuk

peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah.

Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah harus

26
diwujudkan dengan memberikan arahan dan bimbingan secara dinamis,

pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas,

pemberian hadiah bagi yang berprestasi dan pemberia hukuman bagi

yang melanggar aturan.

Kepala sekolah dalam melakukan manajerial harus memiliki tiga

keterampilan yang meliputi keterampilan konseptual, keterampilan

hubungan manusia dan keterampilan teknikal31. Pertama, keterampilan

konseptual yaitu keterampilan kepala sekolah dalam menentukan strategi,

menyusun perencanaan, merumuskan kebijakan dan merumuskan

langkah strategis. Kedua, keterampilan hubungan manusia (human skill)

yaitu kemampuan bekerjasama, menerima kritik dan saran yang sifatnya

membangun dan memberikan motifasi kepada semua guru. Ketiga,

keterampilan teknikal yaitu kemampuan kepala sekolah yang bersifat

konseptual yang meliputi prosedur, metode, penggunaan alat, teknik

untuk melaksanakan tugas dan kemampuan untuk menyampaikan kepada

bawahan sebagai upaya untuk mencapai tujuan sekolah.

3. Peran Administrator

Setiap organisasi membutuhkan kejelian dalam membuat

administrasi, termasuk sekolah. Kepala sekolah orang yang bertanggung

jawab dalam semua kegiatan di sekolah harus mengerti tentang

administrasi secara pencatatan maupun dokumentasi32. Adapun yang

31
Muhammad Ali, Manajemen Sekolah Islam, (Surakarta : Muhammadiyah University
Press, 2018), Hlm. 52
32
Muhammad Ali, Manajemen Sekolah Islam, (Surakarta : Muhammadiyah University
Press, 2018), Hlm. 55

27
termasuk administrasi diantaranya adalah administrasi pembelajaran,

administrasi kurikulum, admiistrasi siswa, administrasi sarana dan

prasarana, administrasi pembiayaan dll. Pelaksanaan kegiatan tersebut

memang membutuhkan ketelitian, kecermatan, ketekunan da kearifan.

Kepala sekolah hendaklah memiliki kemampaun mengelola

administrasi personalia yang diwujudkan dalam pengembangan

kelengkapan administrasi tenaga guru. Selain itu kepala sekolah juga

harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para stafnya agar setiap

tenaga kependidikan dapat melksanakan tugasnya dengan baik dan

merasa senang ketika melaksanakan tugasnya. Sebagai kepala sekolah

harus tetap terbuka kepada para stafnya. Hal ini dimaksudkan agar

mereka dapat mengemukakan berbagai permasalahan yang dihadapi

dalam melaksanakan tugasnya. Harapannya permasalahan tersebut dapat

segera terselesaikan.

4. Peran Supervisor

Dalam hal ini kepala sekolah berperan dalam pengawasan setiap

pekerjaan yang dilakukan oleh para guru. Artinya kepala sekolah

dituntut untuk melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk

meningkatkan kinerja guru. Hakikat supervisi terdiri dari beberapa

kegiatan yaitu pembianaan secara berkelanjutan, peningkatan kapasitas

guru dan karyawan serta perbaikan dalam pembelajaran. Peran supervisor

dapat dilakukan dengan diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan

individual dan simulas pembelajaran.

28
Diskusi kelompok dapat dilakukan bersama guru-guru maupun

tenaga administrasi untuk memecahkan suatu permasalahan. Kunjungan

kelas dilakukan kepala sekolah sebagai salah satu tehnik untuk

mengamati kegiatan pembelajaran sekaligus untuk mendapatkan

informasi berkaitan dengan profesionalisme guru da kemampuan peserta

didik. Pembicaraan individual diperluhkan karena meruakan tehnik

bimbingan dan konseling yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru

mengenai kegiatan pembelajaran maupun profesionalisme guru. Simulasi

pembelajaran dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan informasi

penilaian terhadap penampilan guru di dalam kelas.

5. Peran Leader (pemimpin)

Kepala sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai leader

merupakan kunci keberhasilan sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah

harus menjadi penggerak utama dan penentu kebijakan sekolah untuk

mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan kepala sekolah

sebagai leader harus diwujudkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

memberikan arahan dan petunjuk, mengembangkan SDM, kemampuan

membangun komunikasi dll.

Kepala sekolah sebagai leader, dalam implemetasinya dapat

dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan yaitu demokratis, otoriter dan

laisses-faire33. Dalam hal ini kepala sekolah dapat menggunakan strategi

yang tepat sesuai dengan tingkat kematangan para tenaga pendidik. Pada

33
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
2004), Hlm. 116

29
intinya keberhasilan sekolah merupakan keberhasilan kepala sekolah

dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengelola,

mengembangkan dan memberdayakan semua warga sekolah sesuai

kemampuannya. Memberdayakan dapat diartikan sebagai humanisasi

yaitu memanusiakan manusia dalam rangka mengembangkan seluruh

potensi diri baik guru maupun tenaga kependidikan.

6. Peran Inovator

Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu mencari dan

menemukan serta melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah.

Selain itu kepala sekolah harus mampu menemukan metode

pembelajaran yang lebih efektif untuk diterapkan kepada peserta didik.

Kaitannya dengan peran ini, kepala sekolah harus memiliki strategi yang

tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,

mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

teladan yang baik serta mengembangka model pembelajaran inovatif.

Kepala sekolah harus terus melakukan inovasi dalam

mengambangkan sekolahnya agar tetap menjadi sekolah yang unggul,

berdaya saing dan memiliki ciri khas sehingga tetap menjadi piliha

masyarakat34. Inovasi ini dapat dilakukan dari segi kesiswaan, kurikulum,

model pembelajaran, SDM dan yang paling mendasar adalah menjaga

kualitas. Berbagai inovasi dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka

menjaga mutu sekolah maupun menawarkan program-program unggulan

34
Muhammad Ali, Manajemen Sekolah Islam, (Surakarta : Muhammadiyah University
Press, 2018), Hlm. 69

30
kepada masyarakat. Apa yang dilakukan kepala sekolah ini akan

menjadikan satu bekal kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.

7. Peran Motivator

Setiap individu yang akan melaksanakan aktifitasnya

memerluhkan dorongan yang kuat. Dorongan itu bisa muncul dari dalam

individu maupun luar individu. Dorongan inilah yang sering dikenal

dengan motivasi. Pertama yang harus diawali adalah niat dan keikhlasan

hati yang tulus untuk melakukan suatu pekerjaan 35. Dalam hal ini kepala

sekolah dituntut untuk mampu memberikan semangat kepada guru dalam

melaksanakan tugasnya melalui motivasi yang baik. Dorongan atau

motivasi dapat dilakukan kepala sekolah dengan berbagai cara seperti

memberikan hadiah, memberikan rasa aman dll.

B. Mutu Pendidikan

Untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah perlu melibatkan

kepemimpinan kepala sekolah dalam hal pemahamannnya dalam visi kerja

yang jelas36. Berangkat dari sinilah bahwa kepala sekolah memiliki peran

penting dan utama dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam lembaga

pendidikan. Pembahasan terhadap mutu pendidikan sangat menarik untuk

dikaji. Hal ini dikarenakan semua orang sepakat bahwa pendidikan yang

bermutu sangat dibutuhkan. Hal ini menjadikan semua lembaga pendidikan

berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

35
Muhammad Ali, Manajemen Sekolah Islam, (Surakarta : Muhammadiyah University
Press, 2018), Hlm. 69
36
Edward Sallis, Total Quality Managemen in Education, (Yogyakarta: Ircisod, 2012),
hlm. 170.

31
Kaitannya dengan kajian tentang mutu pendidikan, hanya akan

dibatasi pembahasannya dalam hal pengertian mutu pendidikan, indikator mutu

pendidikan, tata pamong, kepemimpinan kepala sekolah, pengelolaan,

penjaminanmutu dan strategi mutu pendidikan.

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan menurut permendiknas nomor 63 tahun 2009 pasal

1 ayat 1 adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari

penerapan Sistem Pendidikan Nasional37. Dalam kamus besar bahasa

Indonesia, mutu diartikan sebagai ukuran baik buruknya suatu benda ;

kadar; taraf atau derajat 38. Secara umum mutu juga untuk menjamin kualitas

input, proses, lulusan sekolah39. Edward Sallis mengemukakan pendapatnya

bahwa mutu adalah :

The term quality is a philosophical and methodological method that helps


institutions to plan the change and set the agendas to face of excessive
external pressure40.

Istilah mutu merupakan suatu filosofis dan metodologis yang membantu

institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam

menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.

Berpijak dari beberapa penjelasan diataslah, definisi mutu

pendidikan yang relevan adalah definisi yang disampaikan oleh Umiarso

yang menjelaskan bahwa mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam


37
Dedy Mulyasana, Penuidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hlm. 129
38
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 768
39
Husaini Usman, Manajemen (Teori Praktek dan Riset Pendidikan), Jakarta: PT Bumi
Aksara), hlm. 480
40
Edward Sallis, Total Quality Managemen in Education, (Yogyakarta: Ircisod, 2012),
Hlm. 170.

32
pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan

keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang

dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan41.

Pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien merupakan

indikasi proses dalam pendidikan. Dalam proses pengeloalaan itu tentunya

ada sumber daya yang dijadikan proses. Sumber daya itu adalah input

seperti peserta didik, fasilitas, biaya dll. Pernyataan melahirkan keunggulan

akademik dan ekstrakurikuler merupakan harapan dari proses yang telah

dilakukan guna untuk menjamin kualitas pendidikan. Kesemuanya dalam

tataran pengelolaan secara operasional melalui suatu metodologi menuju

suatu perubahan ke arah yang lebih baik.

2. Indikator Mutu Pendidikan

Indikator mutu pendidikan adalah ukuran yang dapat dijadikan tolak

ukur keberhasilan42. Dalam hal mutu pendidikan, indikator atau ukuran

keberhasilannya akan berhubungan erat dengan ruang lingkup mutu

pendidikan itu sendiri. Dalam indikator mutu pendidikan akan di jelaskan

mengenai ketercapaian yang idial sehingga mutu pendidikan dapat

dikatakan tercapai. Berangkat dari penjelasan diatas, maka indikator mutu

pendidikan yang relevan adalah pendapat yang disampaikan oleh Donni

Juni Priansa yang membagi indikator mutu pendidikan menjadi 3 yaitu43 :

a. Input Pendidikan

41
Umiarso, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSoD,
2010), hlm.126.
42
Ibuid. hlm.126.
43
Donni Juni Priansa, Manajemen Supervisi & Kepeminpinan Kepala Sekolah. (Bandung:
Alfabeta, 2014), hlm. 12

33
Input adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk

berlangsungnya proses pendidikan44. Berangkat dari pengertian inilah

input dibagi menjadi dua yaitu:

1. Input sumber daya manusia: kepala sekolah, guru (termasuk guru BP),

karyawan, dan siswa.

2. Input sumber daya non manusia: peralatan, perlengkapan, uang, visi,

misi, tujuan, kurikulum dan lain-lain.

Input dikatakan bermutu jika sumber daya yang ada menjamin

berlangsungnya proses secara baik45. Dari segi tenaga pendidik dan

kependidikan seperti kepala sekolah, guru atau karyawan haruslah

professional dalam bidangnya. Kepala sekolah yang kompeten akan

mampu membawa lembaga pendidikannya bermutu melalui komandonya

untuk bekerja dalam tim. Guru yang professional akan mampu

menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga

tujuan dari pembelajaran akan tercapai.

Input tentu tidak hanya berbicara masalah SDM saja melainkan

juga berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya non manusia.

Pengelolaan sumber daya non manusia akan memiliki keunggulan

kompetitif jika sumber daya manusia itu memiliki potensi yang tinggi

untuk mengelolanya. Artinya tenaga administrasi, pengembang

kurikulum, kepala sekolah dan penjaga sekolahpun harus dilibatkan

44
Basuki Wibawa, Manajemen Pendidikan Teknologi Kejuruan dan Vokasi, (Jakarta :
Bumi Aksara Group, 2017), hlm. 117
45
Nurul Hidayah, Peran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah di MAN 3 Malang,
(Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2005 ), hlm. 45.

34
secara aktif untuk menciptakan iklim sekolah yang mampu membentuk

sekolah unggul46. Dalam tataran sarana dan prasarana juga memiliki

peran yang strategis. Dimana peran sarpras ini membantu khususnya

dalam menunjang keberlangsunga proses kegiatan belajar mengajar

dalam rangka membantu peserta didik untuk menemukan,

mengembangkan dan membangun kemampuan yang akan menjadikan

berkesanggupan secara efektif untuk menunaikan tugas-tugas individu

dan sosialnya di masa sekarang dan

b. Proses Pendidikan

Pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses. Proses

pendidikan adalah proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang

lain47. Dalam pendidikan tingkat sekolah, proses yang dimaksud adalah

proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses

pengelolaan program, proses belajar mengajar dan proses monitoring dan

evaluasi48. Dalam hal ini proses dalam pendidikan merupakan komponen

tidak terbentuk kasat mata melainkan berbentuk perangkat lunak yang

dijabarkan oleh kurikulum sekolah.

Proses akan dikatakan memiliki mutu yang tinggi apabila

pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input (guru, siswa,

kurikulum, uang, peralatan, dan lain-lain) dilakukan secara harmonis,

sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan


46
Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonmi Pendidikan,
(Jogjakarta: IRCiSoD), 2010,hlm. 195
47
Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi
Sekolah, (Jakarta : Depdikbud, 1999) hlm. 29
48
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi
Aksara),2006, hlm. 8

35
(enjoyable learning),mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan

benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan

mempunyai arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai

pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, namun pengetahuan yang

mereka dapatkan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik

yaitu mereka mampu menghayati, mengamalkan dalam kehidupan

sehari-hari dan yang terpenting peserta didik mampu belajar secara terus

menerus atau mampu mengembangkan dirinya.

Dalam pembelajaran, Proses dikatakan bermutu jika

pengkoordinasian dan penyerasian input sekolah dilakukan secara

harmonis sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang

menyenangkan (enjoy able learning), mendorong motifasi dan minat

belajar siswa serta memberdayakan peserta didik49. Catatan yang harus

diperhatikan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat

kepentingan tinggi dibandingkan dengan proses-proses yang lain. Artinya

aspek kualitas suatu pendidikan dikatakan bermutu dari segi proses jika

kegiatan belajar mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik

mengalami proses pembelajaran yang bermakna.

c. Output Pendidikan

Output merupakan hasil dari proses yang menghasilkan lulusan

sesuai dengan standar tertentu dan tentunya diharapkan memenuhi

49
Nurul Hidayah, Peran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah di MAN 3 Malang,
(Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2005 ), hlm. 45.

36
keinginan masyarakat, orang tua dan pemerintah50. Indikasi output adalah

refleksi seberapa efektif proses belajar mengajar yang diselenggarakan.

Artinya proses prestasi belajar ditentukan oleh tingkat efektifitas dan

efisiensi proses belajar mengajar. Prestasi belajar ditentukan oleh

peningkatan kemampuan dasar dan kemampuan fungsional. Kemampuan

dasar seperti daya fikir, daya kalbu dan daya daya raga. Kemampuan

fungsional seperti kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya,

kemampuan kerja sama dan lain-lain.

Output dikatakan bermutu jika prestasi sekolah baik akademik

maupun non akademik sesuai dengan standar nasional atau tujuan

sekolah51. Output berupa prestasi akademik (academic, achivement) dan

output berupa prestasi non-akademik (non-academic achivement). Output

prestasi akademik misalnya hasil UN, lomba karya ilmiah remaja, lomba

mata pelajaran, cara-cara berfikir (kritis, kreatif, nalar, rasional, induktif,

dedukatif, dan ilmiah). Output non-akademik, misalnya keingintahuan

yang tinggi, harga diri kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang

yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi,

kedisiplinan, kerajinan, prestasi oleh raga, kesenian dan kepramukaan.

Output pada dasarnya akan banyak dipengaruhi oleh input dan

proses. Sistem input yang berkualitas tentu dapat menghasilkan output

yang berkualitas pula. Suatu output dikatakan berkualitas (bermutu)


50
Umiarso&Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonmi Pendidikan,
(Jogjakarta: IRCiSoD), 2010,hlm. 192
51
Nurul Hidayah, Peran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah di MAN 3 Malang,
(Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2005 ), hlm. 45.

37
apabila telah memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh

Standar Nasional Pendidikan (SNP). Output pendidikan sebagai suatu

sistem sewajarnya dapat dicerminkan dari suatu prestasi mutu lulusan

sekolah yang sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran yang

didukung oleh semua unsur kelembagaan persekolahan. Dengan kata

lain, makro, meso dan mikro pendidikan secara bersama-sama

menjalankan perannya sehingga menghasilkan output yang baik.

3. Strategi mutu pendidikan

Strategi berhubungan dengan cara yang ditempuh untuk mencapai

suatu tujuan. Ruang lingkup mutu pendidikan mengarah pada input, proses,

output dan outcome bagi satuan pendidikan tertentu. Strategi peningkatan

mutu pendidikan yang senada dengan pernyataan ruang lingkup mutu

pendidikan diatas adalah pendapat yang disampaikan oleh Syaiful Sagala

membagi strategi mutu pendidikan meliputi dua aspek :

a. Peningkatan mutu pendidikan berorientasi akademis untuk memberi

dasar minimal dalam perjalanan yang harus untuk mencapai mutu

pendidikan yang dipersyaratkan.

b. Peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada keterampilan hidup

yang esensian yang dicukupi oleh pendidikan yang berlandasan luas,

nyata dan bermakna. Kaitannya dengan strategi yang ditempuh,

peningkatan mutu pendidikan sangat terkait dengan relevansi pendidikan

dan penilaian berdasarkan kondisi actual mutu tersebut52.

52
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2017), hlm. 170

38
4. Sistem tata pamong (good governance)

Tata pamong adalah tata pelayanan publik dalam suatu sistem yang

dapat menjadikan kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu

berjalan secara efektif53. Untuk keberhasilan pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo, maka dibentuklah struktur organisasi sekolah.

Dengan struktur ini memungkinkan adanya pembagian tugas dan tanggung

yang jelas. Meskipun sudah ada pembagian tugas dan tanggung jawab,

namun dalam hal penentuan dan pemutusan kebijakan selalu melibatkan

semua komponen.

5. Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Kepemimpinan Operasional

Kepemimpinan operasional adalah kepemimpinan yang

menitikberatkan pada bagian operasional dan bukan hanya

kepemimpinan yang berkutat pada persoalan administratif. Dalam hal

ini kepemimpinan operasional sebagai bentuk kepamimpinan yang

berfungsi sebagai pengawalan atas kebijakan yang disepakati.

Pengawalan bersifat kontrol dan sekaligus sebagai pendampingan.

Dalam hal kepemimpinan operasional ini, kepala sekolah akan aktif dan

proaktif dalam mengembangkan visi yang tidak hanya dalam tataran

administrasi melainkan juga pada aktualisasi di lapangan.

b. Kepemimpinan Organisasi

53
Syaiful Sagala, Memahami Organisasi Pendidikan,(Bandung: Prenadamedia Group,
2016), Hlm. 15

39
Organisasi adalah institusi atau wadah sebagai suatu unit

terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang atau lebih yang berfungsi

mencapai suatu tujuan. Dalam ranah organisasi dalam perspektif

pendidikan menunjukkan adanya kegiatan kerja sama yang dilakukan

sekelompok orang terkait dengan kewenangan dalam struktur

organisasi54. Dalam hal ini kepala sekolah adalah pihak terdepan dalam

penyelenggaraan pendidikan terutama dalam hal pembagian tanggung

jawab untuk bekerja dalam struktur organisasi sesuai tupoksi.

c. Kepemimpinan Publik

Dalam hal kepemimpinan publik, masyarakat adalah perangkat

perilaku yang merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang

tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial

yang objektif dan efisien55. Kepala sekolah yang seperti ini adalah

pemimpin yang memiliki kecerdasan sosial sehingga dapat menjalin

relasi sosial dan mempertahakan relasi sosialnya. Lebih khusus

kepemimpinan kepala sekolah dalam ranah publik berkaitan dengan

kemampuan menjalin kerja sama dan menjadi rujukan bagi publik.

Dalam hal ini kepala sekolah harus bisa menjadi orang kepercayaan

diluar sekolah. Dengan inilah kepala sekolah akan menduduki posisi-

posisi penting diluar sekolah. Dengan beberapa posisi strategis diluar

54
Syaiful Sagala, Memahami Organisasi Pendidikan,(Bandung: Prenadamedia Group,
2016), Hlm. 24
55
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), Hlm. 39

40
sekolah inilah baik secara langsung atau tidak langsung akan membawa

kemajuan sekolah yang dipimpinya.

6. Sistem Pengelolaan

a. Perencanaan

Dalam setiap aktifitas administrasi dan manajemen pendidikan

dalam suatu lembaga pendidikan akan dimulai dengan fungsi

perencanaan. Perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan pada

masa yang akan datang untuk pencapaian tujuan yang telah

ditentukan56. Artinya adalah dalam pelaksanaan program kerja maka

harus diawali dengan perencanaan matang yang menggambarkan

kesesuaian antara rencana dengan kebutuhan.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah

kemampuannya dalam menyusun RKS (rencana kerja sekolah) dengan

prosedur yang benar. Adapun tim yang membantu kepala sekolah dalam

penyusunan RKS ini adalah terdiri dari guru, konselor, komite sekolah

dan stakeholder. Rencana kerja harus mencerminkan visi, misi dan

tujuan sekolah57. RKS yang ideal menjamin bahwa semua program

kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka pengembangan sekolah.

b. Pengorganisasian

56
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), Hlm. 54
57
Dedy Mulyasa, Pendidikan bermutu dan berdaya saing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), Hlm. 100

41
Konsep pengorganisasian merupakan fungsi manajemen sebagai

suatu proses yang dinamis, yaitu kebijakan kepala sekolah dalam

penentuan pekerjaan yang harus dilakukan dalam tugas pokok dan fungsi

yang mengacu pada wewenang dan tanggung jawab yang diberikan 58.

Mengacu pada pernyataan diatas maka, pengorganisasian memiliki unsur

mempersatukan dan memisahkan. Mempersatukan berarti kesamaan

tujuan dan itikad baik untuk mencapai tujuan organisasi. Memisahkan

adalah kewenangan membagikan kekuasaan dan tanggung jawab kepada

beberapa orang dalam suatu organisasi.

c. Pengembangan Staf

Pengembangan staf pada hakikatnya adalah melaksanakan prinsip

belajar seumur hidup59. Artinya seorang guru akan dikatakan lebih

berhasil jika apa yang dipelajari sesuai kebutuhan anak. Sebagai suatu

organisasi yang berkembang, lembaga pendidikan selalu membutuhkan

perhatian kedalam yaitu terhadap dirinya sendiri. Bila seorang guru ingin

mengaktualisasi diri dengan mengembangkan profesinya secara

mendalam, maka kepala sekolah perlu memberinya kesempatan luas

kepadanya dengan kesempatan menduduki jabatan struktural di intenal

sekolah sebagai bagian integral di lembaga pendidikan60. Dalam hal ini

guru bisa mendapat kesempatan untuk studi banding, belajar

58
Syaiful Sagala, Memahami Organisasi Pendidikan,(Bandung: Prenadamedia Group,
2016), Hlm. 46
59
Made Pidarta, Manajeman Pendidikan Indonesia, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2011 ),
hlm. 122.
60
Ibid hlm. 118.

42
kepustakaan, berlatih keterampilan dll. Pengembangan guru dilakukan

dengan berbagai pelatihan khusus seperti workshop, seminar, KKG dsb.

d. Pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi administrasi kepala sekolah untuk

menjamin kegiatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah

direncanakan61. Dalam hal pengawasan atau kontrol yang dilakukan

kepala sekolah, maka hal ini termasuk dalam kategori pengawasan

internal sekolah. Dalam hal ini pengawasan bertindak sebagai kontrol

kegiatan dengan fokus utamanya yaitu melakukan pengecekan

keterlaksanaan rencana dan program yang telah ditetapkan sekolah.

Dalam hal ini pengawasan akan berhubungan dengan orang sebagai

pelaku kegiatan yang dalam hal ini adalah guru maupun karyawan.

e. Pengarahan

Pengarahan (directing) merupakan penjelasan yang diberikan

kepada anggota organisasi sehingga mereka akan memiliki pengetahuan

dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang ditetapkan organisasi 62.

Dalam hal ini pengarahan difokuskan pada aktifitas masing-masing orang

dalam setiap unit agar terhindar dari kesalahan. Hakikat pengarahan

dilakukan oleh kepala sekolah agar kegiatan yang dilakukan berjalan

lancar serta menghindari berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan

guna pencapaian tujuan sekolah.

61
Satori, Djaman. Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. (Bandung: Alfabeta,
2016)
62
Syaiful Sagala. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. (Bandung:
Alfabeta, 2009)

43
f. Representasi

Kinerja sekolah merupakan representasi dari program kerja.

Artinya suatu program kerja tidak cukup hanya direncanakan melainkan

lebih penting dari itu adalah realisasi kegiatan. Dalam hal ini kemampuan

kepala sekolah dituntut untuk merealisasikan setiap program kerja yang

berdasarkan strategi sesuai dengan fungsi dan situasi yang sedang

dihadapi. Yang harus diperhatikan dalam realisasi kegiatan adalah

adanya upaya dari pihak sekolah untuk mensukseskan kegiatan yang

sudah direncanakan termasuk dalam hal penganggaran.

g. Penganggaran

Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan

anggaran (budget) yang biasanya tercantum dalam RAPBS 63. Dalam hal

ini, anggaran sebagai rencana operasional yang dalam satuan uang

menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu tertentu.

Penyususnan anggaran ini didasarkan pada negoisasi antara kepala

sekolah sebagai pimpinan dengan pihak guru dalam menentukan

besarnya alokasi biaya suatu anggaran. Dengan demikian antara alokasi

dengan penganggaran adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan dalam

konsep aplikasinya.

Anggaran memiliki dua sisi yaitu penerimaan dan pengeluaran.

Sisi penerimaan menggambarkan besarnya biaya yang diterima oleh

sekolah yang didapat dari dana pemerintah, masyarakat, orang tua dan

sumber-sumber lainnya. Sisi pengeluaran menggambarkan besarnya


63
Akdon. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017)

44
biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu kegiatan dalam kurun waktu

tertentu. Sisi pengeluaran diarahkan untuk operasional kegiatan di

sekolah. Anggaran disamping menjadi alat perencanaan juga menjadi alat

pengendalian serta sebagai alat bantu bagi manajemen dalam

memposisikan sekolah.

7. Penjaminan Mutu

Penjaminan mutu merupakan proses penetapan dan pemenuhan

standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga baik

konsumen, produsen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan mendapat

kepuasan. Dalam lembaga pendidikan di sekolah, penjaminan mutu

pendidikan bertujuan untuk menjamin pemenuhan standar pada satuan

pendidikan dasar dan menengah secara sistematik, holistik dan

berkelanjutan sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pendidikan

secara mandiri. Sistem penjamina mutu pendidikan dasar dan menengah

terdiri dari dua komponen yaitu penjaminan mutu internal dan penjaminan

mutu eksternal.

Berikut adalah penjabaran penjaminan mutu yang ada di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo.

a. Kebijakan Penjaminan Mutu

Dalam peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 yang telah

disempurnaka tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan

dinyatakan bahwa terdapat 8 Standar Nasional Pendidikan sebagai

45
rujukan pengembangan kinerja mutu satuan pendidikan64. Dalam hal ini,

8 Standar Nasional Pendidikan menyediakan acuan untuk mengkaji

pencapaian pendidikan, mutu pendidikan dan bidang yang membutuhkan

peningkatan mutu pendidikan. Standar Pendidikan Nasional (SPN) yang

meliputi 8 standar yaitu 1) Standar Isi; 2) Standar Proses; 3) Standar

Kompetensi Lulusan; 4) Standar Pendidika dan Tenaga Kependidikan; 5)

Standar Sarana dan Prasarana; 6) Standar Pengelolaan; 7) Standar

Pembiayaan dan 8) Standar Penilaian.

b. Audit Internal

Sebagai bentuk penjaminan mutu pendidikan, lembaga

pendidikan sekolah harus melakukan audit yang salah satunya adalah

audit internal. Audit internal merupakan bagian dari siklus penjaminan

mutu pendidikan yang berjalan secara berkesinambungan. Audit

internal merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan dalam setiap

tahunnya. Audit internal bertujuan untuk peningkatan mutu secara

internal khususnya manajemen pendidikan, yang diarahkan pada

pencapaian kualitas pendidikan tinggi secara berkelanjutan (continuous

quality improvement). Dalam audit internal biasanya terlaksana dalam

bentuk supervisi guru oleh kepala sekolah dan siswa.

Audit internal merupakan satuan independen, penjamin mutu

yang obyektif, dan dan satuan aktifitas konsultatif yang bertujuan untuk

menambah nilai dan memperbaiki kinerja operasional suatu organisasi.

64
Djam`an, Satori, Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2016), Hlm. 144

46
Hasil-hasil yang dilakukan selama pelaksanaan audit internal digunakan

oleh pengambil kebijakan lembaga pendidikan untuk perbaikan dan

peningkatan mutu. Hasil ini juga dipakai oleh pengambil kebijakan

sebagai langkah awal untuk melakukan proses audit eksternal.

c. Audit Eksternal

Audit eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak-

pihak luar diluar lembaga pendidikan sekolah. Audit eksternal berupaya

melakukan penjaminan mutu secara terstandar berdasarkan

kesepakatan-kesepakatan yang umumnya dimiliki oleh asosiasi-asosiasi

atau lembaga mutu. Dalam dunia pendidikan audit eksternal dilakukan

melalui proses akreditasi baik yang diselenggaraan oleh Negara berupa

lembaga BAN-PT maupun LAM-PT bagi perguruan tinggi dan oleh

BAN-S/M bagi sekolah/madrasah.

Semua yang dilakukan melalui serangkaian proses audit eksternal

ini semata-mata adalah untuk penjaminan mutu pendidikan. Harapannya

adalah agar kualitas pendidikan semakin baik dan sesuai dengan

harapan stakeholder pendidikan. Untuk itu, pemerintah mengeluarkan

kebijakan yang khusus mengatur penjaminan mutu internal maupun

penjaminan mutu eksternal. Hasil-hasil yang dilakukan selama

pelaksanaan audit eksternal digunakan oleh pengambil kebijakan

lembaga pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan mutu.

d. Dokumen Mutu

47
Dokumen adalah kumpulan dari hasil kerja, dokumen ini terdiri

dalam dua bentuk, hardcopy dan softcopy. Dokumen mutu merupakan

bukti tertulis yang terdokumentasikan dalam berbagai kegiatan dan

program yang akan dan sudah berlangsung yang menjamin keberhasilan

sekolah. Dokumen mutu dapat dilihat dalam berbagai laporan kegiatan

sekolah baik audit internal sekolah maupun audit eksternal sekolah.

Dengan adanya dokumen sistem penjaminan mutu baik Internal maupun

eksternal maka penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan

peningkatan standar Sistem Penjaminan Mutu dapat dipantau.

e. Pelaksanaan Penjaminan Mutu

Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di Indonesia mengacu

pada SNP (Standar Nasional Pendidikan). Adapun pelaksanaan

penjaminan mutu dilakukan dengan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Perencanaan program

2. Pengembangan instrumen pengumpulan data

3. Rancangan pelaksanaan penjaminan mutu dan monitoring program

4. Pengumpulan dan pencatatan data

5. Verifikasi dan analisis data

6. Laporan temuan yang mencerminkan masih adanya kesenjangan

pencapaian standar antara posisi kesesuaian dengan kinerja

pencapaian.

7. Kajian hasil peningkatan program

8. Identifikasi pencapaian dan aspek-aspek pengembangan

48
9. Pengembanga lanjut penjaminan mutu65

C. Peran Kepala Sekolah Dalam Mutu Pendidikan

Kepala sekolah sebagai individu yang bertanggung jawab di sekolah

memiliki kewajiban untuk membawa sekolah yang dipimpinnya menjadi

sekolah yang bermutu. Dalam hal ini ada beberapa peran kepala sekolah,

diantaranya adalah meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan mutu

pembelajaran, meningkatkan sarpras, meningkatkan motifasi belajar66.

a. Meningkatkan profesionalisme guru

Standar profesional guru adalah mereka yang mempunyai kriteria

minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta dilengkapi dengan

sertifikasi profesi. Di Indonesia bagi guru pemula belum bisa terpenuhi.

Berangkat dari sinilah pemerintah membuat standar baru bagi guru yang

profesional yaitu adanya upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan

kualitas diri baik dengan cara melanjutkan studi atau melakukan kegiatan

pengembangan67. Profesionalisme mengacu pada sikap mental dalam bentuk

komitmen terhadap suatu profesi yang senantiasa mewujudkan dan

meningkatkan kualitanya68. Hal ini berarti seorang guru yang profesional

akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan

dan peningkatan kualitas profesionlis melalui berbagai strategi.

b. Meningkatkan kualitas pembelajaran

65
Djam`an, Satori, Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2016), Hlm. 148
66
Imam Musbikin, Menjadi Kepala Sekolah yang Hebat, (Riau : Zafana Publishing, 2013),
Hlm. 110
67
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), Hlm. 16
68
Suyanto, Menjadi Guru yang Profesional, ( Surabaya : Erlangga, 2013), Hlm. 21

49
Mutu atau kualitas menitikberatkan fokusnya pada kepuasan

pelanggan (konsumen). Dalam pembelajaran bagaimana seorang guru bisa

memberikan pelayanan yag terbaik pada siswa. Dalam meningkatkan mutu

pembelajaran ini bisa dilihat dari sisi materi pembelajaran dan penggunaan

metode69. Pembelajaran adalah suatu proses yang diakukan oleh individu

untuk memeperoleh suatu perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Berangkat dari sinilah

materi pembelajaran sangat dipengaruhi oleh metode guru yang digunakan.

c. Meningkatkan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang

menunjang keberhasilan dalam pendidikan di sekolah.70. Artinya tidak dapat

dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, bahwa kualitas pendidikan

tersebut juga di dukung dengan sarana dan prasarana yang menjadi standar

sekolah atau instansi pendidikan yang terkait. Sarana pendidikan umumnya

mencakup semua fasilitas yang secara langsung dipergunakan dan

menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi

kemampuan siswa dalam belajar sebagai contoh dalam hal pemanfaatan

media pembelajaran.

d. Meningkatkan motifasi belajar

Motifasi adalah proses memberdayakan, mengarahkan, dan

mempertahankan perilaku. Perilaku yang termotifasi adalah perilaku yang

69
Nurul Hidayah, Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, (Yogyakart. Ar Ruzz Media, 2016), Hlm. 146
70
Suyanto, Menjadi Guru yang Profesional, ( Surabaya : Erlangga, 2013), Hlm. 88

50
penuh energi, terarah dan bertahan lama. Jadi motifasi merupakan faktor

yang paling penting bagi seseorang dalam melakuka aktifitas serta menjadi

penggerak dalam diri manusia untuk berbuat sesuatu serta memberikan arah

pada perubahan71. Motifasi ini dapat diberikan kepada siswa dengan

pemberian hadiah, mengadakan kompetisi, memberikan pujian, pemberian

punishman, suasana belajar yang menyenangkan72. Motifasi belajar dapat

berasal dari intrinsik yaitu dorongan, hasrat dan cita-cita. Motifasi ekstrinsik

seperti penghargaan, lingkungan belajar, pembelajaran yang menarik.

D. Peran Pemimpin Perspektif Islam

Kepemimpinan dalam Islam setidaknya mencakup empat hal yaitu

iman, islam, takwa dan ihsan. Seorang pemimpin yang memiliki keimanan

yang kuat maka apa yang dilakukan dalam kepemimpinannya akan didasarkan

pada keridhoan Allah SWT. Islam berarti kepemiminan yang didasarkan pada

prestasi perdamaian sebagai bentuk penyerahan diri kepada Allah SWT. Takwa

sebagai bentuk manifestasi dari perilaku yang ditampilkan. Pemimpin yang

memiliki dasar taqwa ini akan bekerja sesuai dengan koridor syariat Islam.

Ihsan adalah identitas pemimpin yang selalau pada kebaikan dan memiliki

spirit yang kuat dalam kepemimpinannya untuk membawa kemaslhatan umat.

Dalam perspektif Islam, pemimpin merupakan hal cukup

fundamental dalam tatanan sosial. Ia menempati posisi tertinggi dalam suatu

bangunan. Ibarat kepala dari seluruh tubuh, peranannya sangat menentukan

71
Khoe Yau Tung, Pembelajaran dan perkembangan belajar, (Jakarta : Indeks, 2015),
Hlm. 341
72
Nurul Hidayah, Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, (Yogyakart. Ar Ruzz Media, 2016), Hlm. 147

51
perjalanan dalam mewujudkan kemaslahatan umat. Tak hanya kemaslahatan

dunia, seorang pemimpin juga memiliki tanggung jawab besar untuk mengatur

serta mengawasi tegaknya syari’at Allah. Dalam kehidupan ini, manusia akan

dibenturkan dengan status kepemimpinan, baik menjadi pemimpin diri sendiri

maupun menjadi pemimpin bagi yang lain. Kesemuanya adalah fitrah manusia

yang dilahirkan ke dunia ini. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa setiap

kepemimpinan kita maka Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban.

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya,

‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬


ٌ ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئ‬
ٍ ‫ُكلُّ ُك ْم َر‬
Artinya :
Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya”.73

Berangkat dari kerangka pemahaman mengenai peran kepala

sekolah sebagai manifestasi dari eksistensinya sebagai pemimpin, maka dalam

hal ini kepala sekolah dituntut untuk memiliki serangkaian tugas dan tanggung

jawab yang harus diperankannya. Dalam perspektif Islam juga melekat pada

diri Nabi Muhammad SAW sebagai seorang yang berperan menjadi pemimpin

untuk membawa pengaruh dalam kemajuan Islam. Hal ini ditandai dengan

adanya visi kebesarannya sebagai seorang Rasululloh SAW yang telah

mempelopori paradigma Tauhidiyah (ke-Esaan Tuhan) dan menuju ketaqwaan

dengan kekuatan Iman74. Firman Allah SWT dalam surat Al Ikhlas ayat 1-4

ِ ‫) ل‬٢( ‫الصم ُد‬


)٤( ‫َأح ٌد‬
َ ‫َم يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا‬
ْ ‫) َول‬٣( ‫َم يُولَ ْد‬
ْ ‫َم يَل ْد َول‬
ْ َ َّ ُ‫) اللَّه‬١( ‫َأح ٌد‬
َ ُ‫قُ ْل ُه َو اللَّه‬
73
Sayyid bin Ibrahim Al Huwaithy, Hadits Arbain An Nawawiyah, (Jakarta : Darul Haq),
hal. 4
74
Hidayah, Nurul, Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, (Yogyakart. Ar Ruzz Media, 2016), hlm 21

52
Artinya:
1. Katakanlah (Muhammad) "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.75"
Ayat diatas sangat jelas bahwa visi Nabi Muhammad SAW adalah

menyelamatkan manusia dari belenggu kesesatan yaitu mengajak manusia

untuk bertauhid (meng-Esakan Allah SWT), menjadikan Allah SWT satu-

satunya tuhan yang berhak untuk disembah. Dari sini seorang pemimpin

harus mempunyai gambaran visi yang jelas. Implikasi pedagogis yang dapat

dihubungkan dengan peran kepala sekolah adalah adanya konsekuensi logis

bahwa kepala sekolah adalah jabatan pemimpin, maka kepala sekolah

dituntut memiliki peran untuk membawa lembaga pendidikannya bermutu

sebagaimana peran yang diemban Nabi Muhammad SAW sebagai seorang

pemimpin Islam sekaligus utusan Allah SWT untuk menyelamatkan

manusia dari kesesatan.

Didalam AlQur`an telah dijelaskan bagaimana eksistensi seorang

pemimpin yang harus bertanggung jawab dan amanah. Allah SWT

berfirman dalam Al Qur`an surat Al Anfal ayat 27.

٢٧ َ‫م َوَأنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون‬9ۡ‫سو َل َوت َُخونُ ٓو ْا َأ ٰ َم ٰنَتِ ُك‬


ُ ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا اَل ت َُخونُو ْا ٱهَّلل َ َوٱل َّر‬
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui76.

75
Kementrian Agama RI, Al Qur`an Al Mushawir, (Bandung: PT Al Hamra, 2014), hlm.
604.
76
Kementrian Agama RI, Al Qur`an Al Mushawir, (Bandung: PT Al Hamra, 2014), hlm.
604.

53
Ayat diatas mengisyaratkan tentang landasan tanggung jawab

seorang pemimpin dalam melaksanakan amanah yang diembannya. Sebagai

pemimpin, kepala sekolah memiliki peran dan tanggung jawab yang besar

khususnya dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa dan penerus umat.

Kepala sekolah yang memahami tentang hakikat jabatan yang di embannya

adalah sebagai suatu amanah, maka kepala sekolah tentulah akan

memberikan totalitas kemampuannya untuk kemajuan sekolah tersebut.

54
BAB III
GAMBARAN UMUM SEKOLAH DAN PERAN KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH

DASAR ISLAM TERPADU MUHAMMADIYAH

JUMAPOLO KARANGANYAR

A. Gambaran Umum SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

1. Latar Belakang dan Sejarah Singkat SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar

Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar merupakan sekolah berstatus swasta. Sekolah tersebut sudah

berdiri tahun 2005 dengan SK 421/018 Tahun 2010 dibawah naungan

Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Jumapolo Kabupaten

Karanganyar. Hasil akreditasi SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar yang terahir diperoleh adalah “A” dengan nilai 86 (amat baik)

sesuai dengan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Sekolah / Madrasah

(BAN-S/M) Propinsi Jawa Tengah.

Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar berdiri dengan cita-cita berusaha mempersiapkan generasi

yang sanggup memperjuangkan nilai-nilai Islam, aqidah dan keimanan.

Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

berita-cita untuk mampu meluluskan generasi yang dapat memadukan iman

taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdirinya SDIT Muhammadiyah Jumapolo berawal dari gagasan

ketua PCM Jumapolo yaitu bapak Sudasmen. Berangkat di era 1970an

55
muslim Jumapolo harus berjuang keras melawan kristenisasi. Ditahun

1970an, Jumapolo memang menjadi basic dan gencar kristenisasi. Melalui

tekat yang kuat dari Bapak Sudasmen, qodarulloh ditahun 2005, salah satu

putra daerah bapak Zainal Arifin telah kembali ke daerah kelahirannya di

Jumapolo. Baliau pulang ke kampung halamannya setelah tamat belajar dari

SMA di ponpes Gontor Ponorogo Jawa Timur dan melajutkan studi S1

ditempat yang sama yaitu ISID (Institut Study Islam Darussalam) untuk

disiplin ilmu perbandingan agama . Study Magister beliau raih di

Universitas Islamabad Pakistan dengan disiplin ilmu yang sama.

Gagasan bapak Sudasmin untuk memajukan Jumapolo melalui

lembaga pendidikan akhirnya terwujud dengan berdirinya SDII di tahun

2005 hingga sekarang namanya SDIT Muhammadiyah Jumapolo. Dalam

perjalanan waktu SDIT Muhammadiyah Jumapolo semakin diminati hingga

menjadi sekolah unggulan. Seiring perjalanan waktu, di tahun 2010an

Jumapolo diramaikan dengan aksi demo yang ditunjukkan ke SDIT

Muhammadiyah Jumapolo dengan alasan sekolah tersebut berdiri diatas

tanah kas desa sehingga harus diberhentikan dari kegiatan pembelajaran.

Setelah diselidiki ternyata motifasi demo dilakukan oleh orang-orang

Nasrani yang berharap Islam tidak boleh berkembang di kecamatan

Jumapolo.

Secara umum motifasi berdirinya SDIT Muhammadiyah Jumapolo

ini adalah sebagai berikut:

56
a. Memajukan kecamatan Jumapolo dari sisi pendidikan agar tidak

tertinggal dengan kecamatan lain khususnya di wilayah Karanganyar

b. Memberdayakan keilmuan orang-orang yang pernah belajar di pondok

pesantren terutama alumni pondok pesantren Gontor untuk

dikembangkan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

c. Sebagai syiar Islam di kecamatan Jumapolo yang ditahun 1970an

menjadi basic kristenisasi hingga sekarang

d. Sebagai pelopor gerakan dakwah Islam khususnya di kecamatan

Jumapolo dan umumnya di kabupaten Karanganyar.

2. Letak Geografis

Yang dimaksud dengan letak geografis adalah daerah yang

menunjukkan lokasi SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar. Letak

SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar ini sangat sterategis, karena

berada di pusat kota sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar tepatnya berlokasi di Jl. Raya

Jumapolo-Karanganyar 01 km. Dengan batasan-batasannya adalah

a. Sebelah utara berbatasan dengan kampung Kauman Jumapolo sejajar

dengan KB dan TK Pertiwi

b. Sebelah selatan berbatasan dengan kampung Ketigo Jumapolo sejajar

dengan lahan pemkab dan SMP 02 Jumapolo

c. Sebelah timur masih masuk kota Jumapolo sejajar dengan SDLB

d. sebelah barat berbatasan dengan kampung Nglambang Jumapolo sejajar

dengan rukoh-rukoh kas desa dan gedung serba guna Jumapolo

57
Letak yang strategis di jantung kota Jumapolo inilah yang menjadi

salah satu faktor SDIT Muhammadiyah Jumapolo diminati banyak orang.

Dengan letak yang strategis, memudahkan orang tua wali murid untuk

menjangkau sekolah tersebut dalam segala hal baik informasi maupun antar

jemput anak. Tidak heran karena letaknya di jantung kota dan dihimpit oleh

4 kecamatan, menjadikan SDIT Muhammadiyah Jumapolo memiliki siswa

yang berasal dari 4 kecamatan juga seperti kecamatan Jatipuro, Jatioso,

Jumantono dan Jumapolo sendiri serta sampai diluar kabupaten karanganyar

seperti Wonogiri dan Sukoharjo.

3. Visi, Misi, dan Tujuan

A. Visi

“Terwujudnya insan yang disiplin, bertaqwa dan bertanggung jawab serta

berwawasan lingkungan.”

B. Misi

Mengacu pada visi sekolah diatas, maka misi yang akan dilaksanakan

sebagai berikut :

1. Tertib beribadah sesuai dengan tuntunan Agama Islam.

2. Melaksanakan sholat berjamaah.

3. Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan inovatif.

4. Membiasakan membaca dan merawat lingkungan setiap hari.

5. Mengembangkan bakat dan keterampilan sesuai keinginan anak.

6. Membudayakan sopan santun kepada sesama.

58
7. Membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur dan bertanggung

jawab serta peduli terhadap kelestarian lingkungan.

8. Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, sejuk dan nyaman.

9. Meminimalisasi terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan.

10. Meningkatkan kepedulian warga sekolah terhadap budaya hidup

sehat dan lingkungan yang bersih.

C. Tujuan

1. Meningkatkan kegiatan KBM dan ektrakurikuler yang sesuai potensi

dan minat siswa.

2. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana

untuk mendukung program pendidikan dan hasil belajar.

3. Memberikan pengetahuan kerja siswa apabila karena suatu hal

tidak dapat melanjutkan sekolah.

4. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk bekerja, merintis usaha

mandiri sebagai bekal hidup.

5. Mencetak para siswa berakhlak mulia.

6. Membentuk manusia yang cerdas dan berkualitas.

7. Menciptakan lingkungan yang sehat.

8. Meningkatkan minat baca siswa serta masyarakat dan menjadikan


85% siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup
di sekitarnya.
9. Memiliki jiwa cinta tanah air dan berkepribadian yang kuat yang di
internalisasikan lewat kegiatan pramuka.

59
4. Struktur Orgaisasi

MAJELIS DIKDASMEN UPT PUD NFI & SD


MUHAMMADIYAH
JUMAPOLO
JUMAPOLO

KOMITE KEPALA PEMBINA


SEKOLAH SEKOLAH SEKOLAH

WAKA WAKA WAKA WAKA WAKA


KEAGAMAAN HUMAS KURIKULUM SARPRAS KESISWAAN

KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR


LAZIZMU PERPUS UKS

Guru kelas I Guru kelas II Guru kelas III Guru kelas IV Guru kelas V Guru kelas VI

TU SEKOLAH BENDAHARA
SEKOLAH

PENJAGA KANTIN ANTAR JEMPUT


SEKOLAH SEKOLAH
SEKOLAH

SISWA

Bagan 1. Struktur Organisasi

60
5. Profil Guru, Karyawan, dan Siswa

a. Keadaan Guru

Guru merupakan komponen penting yang menentukan

keberhasilan pendidikan formal. Fungsi gur adalah sebagai pengajar

para siswa ditingkat Dasar, Menengah maupun Atas. Staf pengajar dan

karyawan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar tahun pelajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut :

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN STATUS


H.ZAINAL ARIFIN, S.Th.I,
1 MA,M.Pd.I
KEPALA SEKOLAH S2 GTY
WAKIL KEPALA
2 SITI MAESAROH, S.HI SEKOLAH I
S1 GTY
WAKIL KEPALA
3 SRIYADI.S.Si SEKOLAH II
S1 GTY
WAKIL KEPALA
4 NURRUDIN, S.H.I SEKOLAH III
S1 GTY

5 BAYU DWI ATMOJO,S.Pd GURU KELAS S1 GTY


6 RETNO WIJIANSIH,S.Pd GURU KELAS S1 GTY
7 ARIS SETIAWAN, S.Pd.I GURU KELAS S1 GTT
8 DIAN NOVITASARI, S.T GURU KELAS S1 GTT
9 ENDAH SRI PENI, S.Pd GURU KELAS S1 GTT
10 ANIS HANDAYANI, S.Pd GURU KELAS S1 GTT
11 ANIS HANDAYANI, S.Pd GURU KELAS S1 GTT
12 UUM UMAIYAH, S.HI GURU KELAS S1 GTT
13 SURYONO, S.Pd GURU KELAS S1 GTT
14 SUFYAN ANDANG JAYA, S.Pd GURU KELAS S1 GTT
15 LUK LUK APRIANI, S.Pd GURU KELAS S1 GTT
16 SUPRIYANTO, S.Pd.I GURU KELAS S1 GTT
17 YATNI, A.Md GURU KELAS S1 GTT
18 DWI PURNOMO, S.Pd GURU OLAHRAGA S1 GTT
19 PUTUT RISTANTO GURU OLAHRAGA S1 GTT
20 HARDIANTO GURU OLAHRAGA S1 GTT
21 NIA DIAN PERTIWI, S.Pd.I GURU B. ARAB S1 GTT
22 TITIS DOYO WIHASTOTO GURU KELAS S1 GTT
23 RATNA DWI RAHMAWATI GURU KELAS S1 GTT
24 SITI NURDIYANINGSIH GURU KELAS S1 GTT
25 SITI KUSTINI, S.Ag GURU PAI S1 GTT
26 WIDYASTUTI, S.H.I GURU B. ARAB S1 GTT
27 ITSNAINI, S.Pd GURU TAHFIDZ S1 GTT
28 RIAES ENDIKA, S.Pd GURU TAHFIDZ S1 GTT

61
29 SITI KIFTIYAH, S.Pd GURU TAHFIDZ S1 GTT
30 ASRI ROMADHONI, S.Pd GURU TAHFIDZ S1 GTT
31 LATIFAH, S.Pd GURU TAHFIDZ S1 GTT
32 ARUL, S.Pd GURU TAHFIDZ S1 GTT

Tabel 1. Keadaan Guru

b. Keadaan Karyawan

PENDIDIKAN
NO NAMA JABATAN STATUS
TERAHIR
1 DIDIK SURYANTO,A.MK KA TU S1 GTY

2 RENDRA ISKANDAR,
STAF TU S1 GTY
S.Pd
3 WISNU AJI
STAF TU S1 GTT
RAMADHANI
4 DWI PRASETYO BASUKI PENJAGA S1 GTT

5 SUWARNO PENJAGA SMA GTT

6 NUR HADI KHOSIM PENJAGA SMA GTT

7 MARWANTI STAF KANTIN SMA


GTT

8 DARSI STAF KANTIN SMA


GTT

9 SUPINI STAF KANTIN SMA


GTT

Tabel 2. Keadaan Karyawan

c. Keadaan Siswa

Siswa merupakan salah satu komponen dalam proses

pembelajaran. Siswa juga menjadi indikator untuk mendukung sekolah

tersebut bermutu baik kwalitas maupun kwantitas. SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar memiliki siswa dengan kualitas

dan kwantitas yang relatif baik. Adapun daftar siswa di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo adalah sebagai berikut :

62
NO Kelas Jumlah

1 I 77

2 II 101

3 III 73

4 IV 84

5 V 78

6 VI 60

JUMLAH 473

Tabel 3. Keadaan Siswa

6. Fasilitas Data Bangunan

No Jenis Bangunan / Ruang Jml

1 Ruang Belajar 18
2 Ruang Ibadah / Masjid 1
3 Ruang Koperasi 1
4 Ruang Lap IPA 1
5 Ruang TU 1
6 Ruang Bnedahara 1
7 Ruang Perpustakaan 1
8 Ruang UKS 1
9 Kamar Mandi / WC 24
10 Ruang KS 1
11 Ruang Guru 2
12 Ruang Aula 1
13 Ruang LAP TIK 1
14 Ruang Yayasan 1
15 Ruang Musik 1
16 Ruang Lazizmu 1
17 Lapangan Voly 1
18 Lapangan Basket 1
19 Lapangan Futsal 1
20 Pakir 1

63
Tabel 4. Keadaan Fasilitas dan Bagunan

7. Prestasi dari Tahun ke Tahun

Tingkat Kecamatan

1. Juara 1 Putra Lomba Mapsi cabang Murottlil Quran 2014, 2016, 2017,

2018

2. Juara 2 Putri Lomba Mapsi cabang Murottlil Quran 2014,

3. Juara 1 Putra Lomba Mapsi cabang BTQ, PAI, GEBSA 2014, 2015,

2016, 2017, 2018

4. Juara 1 Putri Lomba Mapsi cabang BTQ, PAI, GEBSA 2014, 2015,

2016, 2017, 2018

5. Juara 1 Lomba Mapsi cabang Rebana 2014,2017,2018

6. Juara 1 Putri Lomba Mapsi cabang TIK Islami 2014,2016,2017,2018

7. Juara 1 Purta Lomba Mapsi cabang Khitobah 2014,2016,2017,2018

8. Juara 2 Puta Lomba Mapsi cabang Khitobah 2014,

9. Juara Harapan 3 Putra Lomba Mapsi cabang Kaligrafi 2014

10. Juara Harapan 2 Putri Lomba Mapsi cabang Kaligrafi 2014

11. Juara Harapan 2 Putra Lomba Mapsi cabang Macapat Islami 2014

12. Juara Harapan 2 Putri Lomba Mapsi cabang Macapat Islami 2014

13. Juara Harapan 3 Putra Lomba Mapsi cabang Adzan 2014

14. Juara 1 Lomba Seni Cabang Drama 2014

15. Juara 2 Lomba Seni Cabang Geguritan 2014

16. Juara 2 Lomba Seni Cabang Dongeng 2014

64
17. Juara Harapan 2 Lomba Seni Cabang Pidato Bahasa Jawa 2014

18. Juara Harapan 3 Lomba Seni Cabang Pidato Cerita Nasional 2014

19. Juara 1 Putra & Putri Lomaba Mapsi Cabang Khot 2016

20. Juara 1 Putra POPDA Cabang Tennis Lapangan 2016, 2017, 2018

21. Juara 1 Putra POPDA cabang Tenis Meja 2015, 2016, 2017, 2018

22. Juara 1 Putra POPDA Cabang Athletik 2016

23. Juara 1 Putri Lomba Mapsi cabang Rebana 2017, 2018

24. Juara 2 Putra Pesta Siaga 2016

25. Juara 3 Putri Pesta Siaga 2016

26. Juara 1 Putra & Putri Pesta Siaga 2017, 2018

27. Juara 1 Putra & Putri Lomba MTQ Pelajar Cabang Tilawah dan Tartil

2017

28. Juara 1 Putra & Putri Lomba Mapsi Cabang Pidato, Khot, tahfidz, LCC,

2018

29. Juara 1 Lomba Mapsi Cabang Adzan 2018

30. Juara 2 Putra Lomba Mapsi Cabang Pidato 2018

31. Juara Umum Putra & Putri Jambore Ranting 2016, 2017, 2018

Tingkat Kabupaten

1. Juara 1 Putra& Putri Lomba Mapsi Kab. Karanganyar Cabang Murotatil

Quran 2014

2. Juara 1 Putra Lomba Mapsi Kab. Karanganyar Cabang TIK Islami 2014,

2016, 2017, 2018

65
3. Juara 2Putra & Putri Lomba Mapsi Kab. Karanganyar Cabang PAI, BTQ,

GEBSA 2014

4. Juara 2 Putra Lomba Mapsi Kab. Karanganyar Cabang Khitobah 2014

5. Juara Harapan 3 Lomba Mapsi Kab. Karanganyar Cabang Rebana 2014

6. Juara 2 Lomba Pentas Pendidikan Agama Islami Cabang Tilawah Kab.

Karanganyar 2014

7. Juara 2 Lomba Pentas Pendidikan Agama Islami Cabang Pidato Kab.

Karanganyar 2014

8. Juara Tergiat 3 Putri jambore Se 4J

9. Juara 2 Tahfidz Putra Perkemahan Adfal Ceria Gondangrejo,

Karanganyar

10. Juara Pidato Putra Perkemahan Adfal Ceria Gondangrejo, Karangnyar

11. Juara Harapan 1 Cerdas Cermat Tk. Kab. Karanganyar 2015

12. Juara 1 Lomba Siswa Berprestasi Putra Tk. Kab. Karanganyar 2015

13. Juara 1 Perkemahan PMR Tk. Kab. Karanganyar 2015

14. Juara 3 Putra lomba Mapsi cabang Kaligrafi Kab. Karanganyar 2015

15. Juara 3 Putra lomba Mapsi cabang Khitobah Kab. Karanganyar 2015

16. Juara 1 Putrilomba Mapsi cabang PAI Dan GEBSA Kab. Karanganyar

2015 , 2018

17. Juara 1 Putrilomba Mapsi cabang Tahfidz Kab. Karanganyar 2015 ,

18. Juara 1 Putra lomba Mapsi cabang Tahfidz Kab. Karanganyar 2015 ,

2017

19. Juara 1 Putrilomba Mapsi cabang Tilawah Kab. Karanganyar 2015

66
20. Juara 1 Putra lomba Mapsi cabang Tilawah Kab. Karanganyar 2015

21. Juara 1 Putrilomba Mapsi cabang TIK Islami Kab. Karanganyar 2015

22. Juara 1 Putra lomba Mapsi cabang TIK Islami Kab. Karanganyar 2015

23. Juara 1 Putra lomba Mapsi cabang Tahfidz Kab. Karanganyar 2016

24. Juara 1 Putra lomba Mapsi cabang Khitobah Kab. Karanganyar 2016,

2017, 2018

25. Juara 1 Putra lomba Mapsi cabang Karya Tulis Islami Kab.

Karanganyar 2016

26. Juara 1 Putri lomba Mapsi cabang Khot Kab. Karanganyar 2016

27. Juara 2 Putri lomba Mapsi cabang Khitobah Kab. Karanganyar 2016

28. Juara 2 Putra lomba Mapsi cabang LCC PAISUM Kab. Karanganyar

2016

29. Juara 3 Putra lomba Mapsi cabang PAI GEBSA Kab. Karanganyar

2016

30. Juara 3 Putri lomba Mapsi cabang Karya Tulis Ilmiah Islami Kab.

Karanganyar 2016

31. Juara 3 Putra lomba Mapsi cabang IKI Kab. Karanganyar2016

32. Juara 3 Puta Lomba Pesta Siaga 2017

33. Juara 1 Putra Pesta Siaga 2018

34. Juara 2 Putri Pesta Siaga 2018

35. Juara 2 Putri Lompa Mapsi Cabang Khot & Tilawah 2018

36. Juara 3 Grup Rebana Lomba Mapsi 2018

37. Juara 2 Putri Lomba Mapsi Cabang TIKI 2018

67
Tingkat Provinsi

1. Juara 2 Putra Lomba Mapsi Cabang Tahfidz Tk Provinsi Jawa Tengah

2015

2. Juara 2 Putra Lomba Mapsi Cabang Khitobah Tk. Provinsi Jawa Tengah

2016

3. Juara 1 Putra POPDA Cabang Tenis Lapangan 2018

Tingkat Nasional

1. Juara Umum Putra Lomba Tapak Suci Cabang Silat

B. Diskripsi Visi di SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

1. Visi dan Misi serta Tujuan

Berangkat dari visi, misi dan tujuan yang sudah menjadi prinsip

capaian kinerja di SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah sebagai berikut:

Visi :

“Terwujudnya insan yang disiplin, bertaqwa dan bertanggung jawab serta

berwawasan lingkungan.”

Misi :

Mengacu pada visi sekolah diatas, maka misi yang akan dilaksanakan

sebagai berikut :

1. Tertib beribadah sesuai dengan tuntunan Agama Islam.

2. Melaksanakan sholat berjamaah.

68
3. Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan inovatif.

4. Membiasakan membaca dan merawat lingkungan setiap hari.

5. Mengembangkan bakat dan keterampilan sesuai keinginan anak.

6. Membudayakan sopan santun kepada sesama.

7. Membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur dan bertanggung jawab

serta peduli terhadap kelestarian lingkungan.

8. Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, sejuk dan nyaman.

9. Meminimalisasi terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan.

10. Meningkatkan kepedulian warga sekolah terhadap budaya hidup sehat

dan lingkungan yang bersih.

Tujuan :

1. Meningkatkan kegiatan KBM dan ektrakurikuler yang sesuai potensi dan

minat siswa.

2. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana untuk

mendukung program pendidikan dan hasil belajar.

3. Memberikan pengetahuan kerja siswa, apabila karena suatu hal tidak

dapat melanjutkan sekolah.

4. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk bekerja, merintis usaha

mandiri sebagai bekal hidup.

5. Mencetak para siswa berakhlak mulia.

6. Membentuk manusia yang cerdas dan berkualitas.

7. Menciptakan lingkungan yang sehat.

69
8. Meningkatkan minat baca siswa serta masyarakat dan menjadikan 85%

siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup.

9. Memiliki jiwa cinta tanah air dan berkepribadian yang kuat yang di

internalisasikan lewat kegiatan pramuka.

(Dokumentasi, 02 Maret 2019)

2. Peran Kepala Sekolah dalam Merumuskan Visi, Misi dan Tujuan

Visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar terumuskan secara mendalam oleh kepala sekolah. Kepala

sekolah bapak Zainal Arifin memiliki peran besar dalam perumusan visi,

misi dan tujuan sekolah. Hal ini dikarenakan beliau adalah penggagas utama

berdirinya SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar. Ada beberapa

pemikiran beliau yang diterima, namun ada beberapa yang perlu perbaikan.

Hal ini sesuai dengan wawancara penulis dengan bapak kepala sekolah yang

menjelaskan bahwa,

“Visi dan misi SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah hasil


konsesus bersama. Artinya visi dan misi SDIT Muhammadiyah
Jumapolo merupakan gagasan dari saya hingga akhirnya gagasan
tersebut saya sampaikan dalam rapat terbuka. Tidak semua visi dan
misi yang kami tawarkan mendapat persetujuan semua pihak.”
(Zainal Arifin, wawancara, 01 Maret 2019)

3. Peran Kepala Sekolah Terhadap Mekanisme Penyusunan Visi, Misi dan

Tujuan

Visi, misi dan tujuan adalah prinsip suatu sekolah. Artinya

perjalanan sekolah akan diarahkan pada visi dan misi serta tujuan yang telah

ditetapkan bersama. Dalam pemaparan bapak kepala sekolah, bahwa

mekanisme penyusunan visi, misi dan tujuan sekolah dilakukan dalam rapat

70
yang dihadiri oleh ketua yayasan, kepala sekolah, perwakilah guru dan

komite serta dari pihak stakeholder. Dalam rapat tersebut menghasilkan

keputusan tentang visi dan misi SDIT Muhammadiyah Jumapolo. Dalam hal

ini bapak kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Visi dan misi SDIT Muhammadiyah Jumapolo memiliki sejarah


panjang. Artinya ketika SDIT Muhammadiyah Jumapolo
Karanganyar ini berdiri, maka segeralah untuk diadakan pertemuan
antara petinggi yayasan, pihak sekolah dan beberapa pihak yang
menjadi perwakilan stakeholder dari masyarakat. Apa yang menjadi
hasil pemikiran saya selanjutnya kita diskusikan dalam forum rapat
untuk mendapat masukan dalam hal visi dan misi sekolah”.
(Zainal Arifin, wawancara, 02 Maret 2019)

4. Peran Kepala Sekolah terhadap Sasaran dan Strategi Pencapaian Visi, Misi

dan Tujuan

Dari wawancara penulis dengan bapak kepala sekolah Zainal Arifin

kaitannya dengan pencapaian sekolah dalam hal visi dan misi adalah

bagaimana sekolah mampu merealisasikan visi dan misi sekolah dengan

berbagai bentuk kegiatan dan pengembangan. Pencapaian terhadap visi dan

misi sekolah dilakukan secara bertahap dengan sasaran dan strategi tertentu.

Kesemuanya dilakukan secara bersama-sama yang sistematis dan bertahap.

Berikut ini adalah pencapaian kinerja SDIT Muhammadiyah Jumapolo

mulai dari berdirinya sekolah hingga sampai sekarang ini.

N INDIKATOR
TAHUN SASARAN STRATEGI
O
2005
a. Kenyamanan Pengadaan 18 kelas
1 -
belajar ruang kelas terpenuhi
2010
2 2010 a. Menuju Meningkatkan Akreditasi
- sekolah kualitas sekolah “A”
2015 akreditasi a.Pembelajaran
b.Administrasi

71
c.Sarpras
Prestasi
b. Prestasi non Pembangunan
POPDA &
akademik sarana olahraga
KEJURDA
2015 a. Menuju
Adiwiyata
- sekolah Penghijauan
tingkat provinsi
2019 adiwiyata
Membiasakan
membaca 10
menit sebelum
Budaya literasi belajar &
b. Prestasi kebiasaan anak
akademik membaca buku
3 di perpustakaan
5 besar UN Tk.
Tim UN
Kecamatan
Tim Sains Juara MAPSI
a. Pembiasaan a.Tertib sholat
Fardhu &
c. Kedisiplinan Sholat Duha
b. Pengadaan b.Pembangunan
Ibadah
tempat masjid
ibadah

Tabel 5. Strategi dan Sasaran Pencapaian

5. Peran Kepala Sekolah dalam Mensosialisasikan Visi, Misi dan Tujuan

Visi, misi dan tujuan yang telah digagas oleh sekolah selanjutnya

akan di sosialisasikan ke guru, karyawan dan siswa. Upaya kepala sekolah

dalam mensosialisasikan visi, misi dan tujuan kepada guru dan karyawan

akan dibingkai dalam kegiatan brifing setiap pagi maupun dalam rapat dinas

oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah. Kepala sekolah mewajibkan

semua guru dan karyawan hafal dengan visi, misi dan tujuan sekolah

termasuk anak-anak. Hal ini sudah teruji ketika penilaian adiwayata oleh tim

baik tingkat kabupaten maupun provinsi.

72
Seperti penyataan bapak kepala sekolah dalam wawancara penulis

mengatakan bahwa,

“Untuk mencapai apa yang menjadi tujuan sekolah maka semua


warga sekolah harus mengetahui visi, misi dan tujuan. Guru dan
karyawan kita wajibkan hafal visi dan misi sekolah termasuk
mengetahui arah dari visi dan misi tersebut. Bahkan anakpun kita
fahamkan akan visi dan misi sekolah. Hal ini sudah teruji ketika
penilaian adiwiyata baik tingkat kabupaten hingga provinsi.
Kaitannya dengan visi dan misi sekolah selalu saya tekankan dalam
setiap kesempatan baik di brifing maupun rapat dinas”.
(Zainal Arifin, wawancara, 01 Maret 2019)

Hal yang serupa juga disampaikan oleh salah satu guru SDIT yang

penulis wawancarai, Beliau mengatakan bahwa :

“Setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai selalu diawali dengan


brifing. Senin dan kamis, kepala sekolah sendiri yang membrifing.
Di luar hari itu, brifing pagi dipimpin oleh wakil kepala sekolah
maupun waka yag berkepentingan. Dalam brifing itu akan
disamakan persepsi dalam satu hari itu atau satu minggu kedepan
atau bahkan satu bulan kedepan. Inti di brifing adalah persamaan
persepsi dan penguatan terhadap visi dan misi sekolah termasuk
tujuan sekolah”.
(Bayu Dwi Atmaja, wawancara, 02 Maret 2019)

Sosialisasi terhadap visi dan misi sekolah tidak berhenti pada

lingkungan sekolah saja melainkan juga pada tataran eksternal sekolah.

Upaya sosialisasi ini dilakukan oleh guru maupun karyawan dalam setiap

kesempatan. Adapun upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya

mensosialisasikan visi dan misi sekolah dilakukan baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam berbagai kesempatan terutama ketika

menempati pada posisi penting dalam tataran jabatan beliau dalam

organisasi tertentu. Hal ini sesuai dengan wawancara penulis dengan bapak

kepala sekolah ang mengataka bahwa,

73
“Dalam beberapa kesempatan saya menyampaikan sekapur sirih
tentang SDIT Muhammadiyah Jumapolo berikut visi dan misinya. Ini
adalah bagian dari perjuangan kami untuk mengenalkan SDIT.
Dalam beberapa kesempatan itu seperti di karang taruna, BMT,
BADKO, PDM, IPHI,dalam kajian-kajian dll”.
(Zainal Arifin, wawancara, 01 Maret 2019)

C. Diskripsi Mutu Pendidikan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar

a. Sistem Tata Pamong (good governance)

Sistem tata pamong dalam ranah struktur organisasi sekolah menjadi

penentu keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan

oleh kepala sekolah,

“Yang membuat SDIT Muhammadiyah Jumapolo ini hebat adalah


sistemnya. Adanya pembagian kerja dalam struktur sekolah
membuat pekerjaan semakin ringan dan maksimal. Walaupun
demikian, sistem yang berjalan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo
ini adalah melibatkan semua pihak dalam setiap pemutusan
kebijakan. Artinya kebijakan tidak hanya ditentukan oleh kepala
sekolah saja ataupun waka melainkan semua guru dan karyawan
memiliki peluang yang sama dalam berpendapat sebagai bentuk dari
penyaluran aspirasi. Semua masukan kita tampung dan kita
putuskan bersama dalam forum rapat dinas”.
(Zainal Arifin, wawancara, 02 April 2019)

Selanjutnya dalam pemaparan bapak kepala sekolah juga disebutkan

tentang bagaimana sekolah berusaha untuk memikirkan tingkat

kesejahteraan guru. Harapannya adalah dengan terjaminnya kesejahteraan

guru maka akan menghasilkan kinerja yang baik sehingga akan ada korelasi

positif antara input, proses dan output.

b. Kepemimpinan Kepala Sekolah

74
Bentuk kepemimpinan kepala sekolah dalam lembaga pendidikan

khususnya di SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar mencakup 3 hal

yaitu :

1. Kepemimpinan operasional

Kepala sekolah sebagai pemegang jabatan tertinggi dalam internal

sekolah memiliki tanggung jawab dalam menjabarkan visi, misi kedalam

operasional sekolah. Dalam hal ini wakil kepala sekolah II memaparkan

bahwa,

“Di SDIT Muhammadiyah Jumapolo, pelaksanaan pendidikan


diarahkan pada pencapaian visi, misi dengan pembagian kerja
sesuai tupoksi masing-masing waka. Artinya setiap waka
bertanggung jawab dalam beberapa kegiatan dan keadaan di
sekolah. Keberadaan waka adalah pembantu kepala sekolah yang
secara formal mendapatkan SK sekolah untuk membantu
tercapainya pelaksanaan pendidikan di sekolah guna mencapai visi,
misi sekolah”.
(Sriyadi, wawancara, 02 April 2019)

Sementara itu dalam wawancara penulis dengan wakil kepala

sekolah I menjelaskan bahwa,

“Semua bentuk kegiatan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah


kegiatan yang yang sifatnya mendidik dan diarahkan pada
pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah. Sebagai contoh kegiatan
pembiasaan yang sudah membudaya di SDIT Muhammadiyah
Jumapolo seperti pembiasaan sholat duha dan mengaji di pagi hari,
sholat duhur berjamaah di siang hari, kantin kejujuran, budaya
literasi, menanam pohon dan menjaga taman dll. Yang tidak kalah
penting dari semua itu adalah diawali dari keteladanan guru”
(Siti Maesaroh, wawancara, 02 April 2019)

75
Lebih lanjut dalam pemaparan wakil kepala sekolah I menyebutkan

bahwa setidaknya ada 5 waka yang membantu kepala sekolah dalam

pelaksanaan pendidikan untuk visi dan misi sekolah seperti waka kurikulum,

keagamaan, HUMAS, kesiswaan dan SARPRAS. Dari masing masing waka

ini memiliki wilayah kerja yang berbeda tetapi dalam satu tujuan.

Harapannya adalah, keberadaan waka akan membantu kepala sekolah dalam

setiap pelaksanaan kegiatan guna mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.

2. Kepemimpinan organisasi

Kepemimpinan organisasi kepala sekolah lebih mengarahkan

pada tata kerja antar unit dalam organisasi sekolah. Dalam hal ini

sebagaimana yang diungkapkan wakil kepala sekolah II bahwa,

“setiap organisasi atau instansi pasti memiliki struktur


kepegawaian. Begitupula dengan SDIT Muhammadiyah
Jumapolo. Struktur organisasi di SDIT Muhammadiyah Jumapolo
dimaksudkan untuk perampingan penanggung jawab berdasarkan
tupoksi agar kegiatan yang berjalan dapat maksimal. Walau
demikian puncak kepemimpinan tetap berada di kepala sekolah
sebagai leader’.
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

Lebih lanjut lagi dalam pemaparannya dijelaskan bagaimana

peran kepala sekolah secara organisatoris. Artinya adalah peran kepala

sekolah dalam struktur kepegawaian ini secara formal berada di puncak

pimpinan, walau demikian kepala sekolah memberikan kebebasan bagi

bawahannya untuk merencanakan maupun memutuskan dibeberapa

kegiatan-kegiatan tertentu namun tetap dalam persetujuan kepala

sekolah.

3. Kepemimpinan publik

76
Kepala sekolah seperti ini adalah mereka yang memiliki

kecerdasan sosial yang baik. Wakil kepala sekolah II mengatakan bahwa,

“Bapak Zainal Arifin memiliki kualifikasi ilmu yang baik. Beliau


juga memiliki kecerdasan interpersonal yang baik. Hal ini tampak
bagaimana beliau memiliki kecakapan yang baik dalam
bersosialisai dan mempertahankan relasi sosialnya. Tidak heran
beliau menduduki jabatan-jabatan tertentu di luar SDIT
Muhammadiyah Jumapolo. Dengan inilah SDIT Muhammadiyah
Jumapolo dapat dikenal oleh masyarakat luas”.
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

c. Sistem Pengelolaan

Pengelolaan diartikan sebagai bentuk seluruh kegiatan di sekolah

dibawah tanggung jawab kepala sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah

menjelaskan bahwa,

“Apapun kegiatan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah


tanggung jawab bersama. Namun kami sebagai kepala sekolah
memiliki tanggung jawab yang lebih dalam mensukseskan setiap
kegiatan. Dalam setiap kegiatan di SDIT ini perlu adanya
perencanaan kegiatan yang kemudian dibentuklah kepanitiaan
kegiatan. Dalam kepanitian ini perlu pengkaderan atau re
kepanitian. Kegiatan juga harus pngawasan baik dari kami maupun
waka. Sekolah juga akan menyetujui anggaran agar kegiatan dapat
terealisasi asalkan anggaran disusun secara logis dan realistis”.
(Zainal Arifin, wawancara, 01 Maret 2019)

Dalam pemaparannya dijelaskan lebih rinci terkait dengan system

pengelolaan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo yang setidaknya ada

beberapa poin penting diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan wakil kepala sekolah

II terkait perencanaan ini dijelaskan bahwa :

“Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan di SDIT


Muhammadiyah Jumapolo sudah melalui perencanaan dari

77
masing-masing waka di awal tahun pembelajaran dan masuk
dalam RKS dan penganggarannya dalam RAPBS. Di SDIT
Muhammadiyah Jumapolo juga terdapat program kerja yang
dirancang di awal tahun pembelajaran. Dalam hal ini biasa
disampaikan masing-masing waka dalam rapat dinas awal tahun.
Ini merupakan bukti bahwa SDIT Muhammadiyah Jumapolo siap
dalam melaksanakan pendidikan karena sudah ada perencanaan
yang matang di awal tahun”.
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

2. Pengorganisasian

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan wakil kepala sekolah

II terkait penganggaran ini dijelaskan bahwa :

“Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah


mengembangkan potensi manusiawi yang tidak hanya berlaku
bagi siswa akan tetapi juga guru. Kegiatan untuk
mengembangkan potensi guru harus dilakukan secara terencana,
terarah dan sistematik dalam berbagai kegiatan maupun dalam
struktur organisasi yang sudah baku guna mencapai tujuan
tertentu. Di SDIT Muhammadiyah Jumapolo, semua guru
memiliki tugas dan tanggung jawab diluar mengajar. Ada yang
menjadi pengurus maupun anggota waka”.
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

3. Pengembangan staf

Dalam hal pengembangan staf ini, wakil kepala sekolah II

menjelaskan bahwa :

“Dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru dalam


pembelajaran maka pengembangan staf dilakukan dengan
berbagai kegiatan workshop, seminar dan KKG dll. Bentuk
pengembangan yang lain adalah studi lanjut baik S1 maupun S2.
Hal ini dilakukan dalam rangka pengembangan potensi sekaligus
pengembangan kualifikasi keilmuan guru. Pengembangan staf
juga dilakukan dengan perputaran dalam struktur organisasi dan
dalam setiap kepanitiaan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo.
Adanya pergantian dalam struktur organisasi maupun
kepanitiaan dalam rangka memberikan kesempatan agar guru
memiliki serangkaian pengalaman kegiatan yang akan menjadi
bekal dalam berorganisasi maupun dalam kegiatan-kegiatan
yang lain diluar sekolah”.

78
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

4. Pengawasan

Dari hasil wawancara kami dengan wakil kepala sekolah II

menjelaskan bahwa :

“Pengawasan kepala sekolah adalah suatu proses dimana pemimpin


ingin mengetahui apakah hasil yang dilaksanakan dalam
pelaksanan pekerjaan oleh guru berjalan secara optimal sesuai
tujuan. Dalam hal ini kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah
Jumapolo menjadi pengawas kinerja guru dalam setiap kegiatan di
sekolah. Tidak hanya pengawasan dalam proses pembelajaran
melainkan pengawasan dalam setiap kegiatan. Pengawasan
dilakukan sebagai bentuk dari langkah strategis kepala sekolah
untuk mengevaluasi dan sebagai langkah rencana tindak lanjut”.
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

5. Pengarahan

Dalam hal pengarahan ini, wakil kepala sekolah II menjelaskan bahwa :

“Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung jawab dalam


mengarahkan guru untuk bertindak. Jika guru diberi kewenangan
untuk menyalurkan aspirasinya maka guru juga harus bertanggung
jawab jika aspirasinya tersebut direalisasikan dalam bentuk
kegiatan sekolah. Dalam kegiatan sekolah pasti akan dibentuk
kepanitiaan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kepanitiaan
berada di bawah naungan kepala sekolah sebagai pengarah
kegiatan. Pengarah kegiatan diperluhkan agar guru bisa bekerja
sesuai dengan koridor sekaligus dalam rangka menjembatani
setiap keputusan yang diambil”.
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

6. Representasi

Berdasarkan wawacara kami dengan wakil kepala sekolah II

menjelaskan bahwa :

“Semua bentuk kegiatan yang direncanakan dalam program kerja


tahunan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo harus direalisasikan.
Sekolah tidak akan membatasi kegiatan harus sampai sejauh
mana. Jika kegiatan itu dalam rangka pencapaian visi, misi
sekolah dan untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka sekolah

79
akan menyetujui kegiatan tersebut. Inti dari kegiatan adalah
mendidik. Sekolah berharap bahwa kegiatan tidak harus banyak
akan tetapi sedikit kegiatan tapi mengena pada tujuan sekolah.
Bahkan kegiatan yang tidak masuk dalam program kerja bisa
dilaksanakan secara kondisional”.
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

7. Penganggaran

Dalam kegiatan penganggaran di SDIT Muhammadiyah Jumapolo,

wakil kepala sekolah menjelaskan bahwa :

“SDIT Muhammadiyah Jumapolo tidak mempermasalahan


anggaran yang dibutuhkan dalam kegiatan. Seberapapun
anggaran yang diajukan dalam RAPBS (rencana anggaran
pendapatan dan belanja sekolah) selalu disetujui dengan catatan
anggaran yang disusun logis dan realistis dengan bentuk kegiatan
yang akan dilaksanakan. Selama SDIT Muhammadiyah Jumapolo
berdiri, kepala sekolah belum pernah tidak menyetujui anggaran
kegiatan melainkan kepala sekolah justru melebihkan dari
anggaran awal yang diajukan dalam proposal. Harapannya adalah
guru akan semakin kreatif dalam membuat agenda kegiatan dan
lebih bersemangat dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk pendanaan
kita peroleh dari BOS dan infaq wali murid. Adapun besarnya Rp.
800.000,- kali sejumlah siswa dan Rp. 75.000,- - Rp. 100.000,-
dikali sejumlah siswa. Semua pendanaan 100% untuk operasional
sekolah.”
(Sriyadi, wawancara, 01 Maret 2019)

d. Penjaminan Mutu

Penjaminan mutu di SDIT Muhammadiyah Jumapolo dilaksanakan

secara sistematis dan berkelanjutan. Kaitannya dengan hal ini, kepala

sekolah mengatakan bahwa,

“Mutu berhubungan dengan kualitas. Untuk menuju dan menjaga


kualitas sekolah maka kami menentukan kebijakan penjaminan mutu
sekolah melalui akreditasi sekolah. Audit internal dan ekternal juga
dilaksanakan di sekolah ini. Audit internal dilaksanakan oleh kepala
sekolah. Audit eksternal dilakukan oleh yayasan dan badan
akreditasi sekolah. Kemudian segala bentuk kegiatan juga kami
dokumentasikan dalam bentuk laporan dan bukti pertanggung

80
jawaban. Untuk pelaksanaan penjaminan mutu itu sendiri kami
awali dengan target pencapaian”
(Zainal Arifin, wawancara, 02 Mei 2019)

Berikut adalah penjabaran dari hasil wawancara penulis terkait

dengan penjaminan mutu di SDIT Muhammadiyah Jumapolo.

1. Kebijakan penjaminan mutu

Dalam hal kebijakan penjaminan mutu pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo, wakil kepala sekolah I menjelaskan bahwa :

“Dalam hal ini SDIT Muhammadiyah Jumapolo memetakan mutu


pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Beberapa
kebijakan yang dilakukan diantaranya adalah membuat suatu
mekanisme yang sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan untuk
memastikan bahwa seluruh proses pendidikan sesuai dengan
standar mutu dan aturan yang ditetapkan. Mekanisme yang
dilakukan adalah perencanaan peningkatan mutu, analisis
pemetaan mutu, implementasi peningkatan mutu, monitoring dan
evaluasi mutu pendidikan. Mekanisme diatas diarahkan pada
pencapaian delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP)”.
(Siti Maesaroh, wawancara, 03 Mei 2019)

2. Audit internal

Dalam hal audit internal sekolah, wakil kepala sekolah I

menjelaskan bahwa :

“Audit internal di SDIT Muhammadiyah Jumapolo dilakukan


dalam kegiatan pembelajaran. Audit dilakukan dengan proses
monitoring dan evaluasi melalui kegiatan audit mutu akademik
internal sekolah. Dalam hal ini kegiatan dilakukan dengan
pelaporan secara berkala dan supervisi kepala sekolah dalam
setiap semester. Kegiatan ini dilakukan oleh kepala dalam rangka
menjamin mutu pendidikan dari segi tenaga pendidik (guru).
Siswa juga diberi kesempatan untuk melakukan penilaian kepada
guru dalam bentuk angket. Harapannya, guru terus berkembang
dari sisi kompetensinya sebagai pendidik”.
(Siti Maesaroh, wawancara, 03 Mei 2019)

3. Audit eksternal

81
Berdasarkan wawancara kami dengan wakil kepala sekolah I

terkait dengan audit eksternal dijelaskan bahwa :

“Audit eksternal di SDIT Muhammadiyah Jumapolo dilakukan


dengan kegiatan akreditas dari badan akrediotasi nasional.
Adapun hasil akreditasi terahir SDIT Muhammadiyah Jumapolo
adalah terakreditasi “A”. Selain akreditasi, audit eksternal yang
dilaksanakan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah supervisi
yayasan. Kegiatan supervisi yayasan ini dilakukan pimpinan
yayasan terhadap kinerja kepala sekolah, guru dan karyawan.
Kegiatan supervisi biasa dilaksanakan dalam setiap tahunnya.
Kepala sekolah bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan
dari supervisi yayasan”.
(Siti Maesaroh, wawancara, 03 Mei 2019)

4. Dukumen mutu

Berkaitan dengan dokumen mutu di SDIT Muhammadiyah

Jumapolo, wakil kepala sekolah I mengetakan bahwa :

“Dokumen mutu SDIT Muhammadiyah Jumapolo dapat dilihat


dari hasil audit internal sekolah yang dilakukan kepala sekolah
maupun audit eksternal sekolah seperti yang dilakukan oleh
yayasan atau badan akreditasi sekolah. Dalam hal supervisi guru
yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun yayasan dapat
dilihat dalam form penilaian kinerja guru terutama dalam proses
pembelajaran. Sementara itu dokumen akreditasi sekolah dapat
dilihat dari dokumentasi 8 standar rekomendasi penjaminan mutu
pendidikan yang mengacu pada Standar Pendidikan Nasional
(SPN)”.
(Siti Maesaroh, wawancara, 03 Mei 2019)

5. Pelaksanaan penjaminan mutu

Wakil kepala sekolah I menjelaskan bahwa :

“Dalam hal pelaksanaan penjaminan mutu di SDIT


Muhammadiyah Jumapolo, maka sekolah membentuk tim super
yang terdiri dari 8 orang yang berperan sebagai koordinator dan
beberapa orang sebagai anggota dibawahnya. Delapan orang ini
kita tempatkan di 8 standar untuk bekerja memenuhi standarnya
masing-masing dengan dibantu oleh beberapa anggota”.
(Siti Maesaroh, wawancara, 03 Mei 2019)

82
Setelah itu kami melakukan cek dokumentasi kegiatan. Beberapa

komponen yang terealisasi dalam pelaksanaan penjaminan mutu di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo rekomendasi SNP (Standar Nasional

Pendidikan ) adalah sebagai berikut :

a. Stadar Isi :

1. Melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan 9 muata KTSP.

2. SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar mengembangkan

kurikulum menggunakan 7 prinsip pengelolaan KTSP

3. Melaksanakan program pengembangan diri dalam bentuk kegiatan

bimbingan konseling dan ekstrakurikuler

4. Menetapka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran 75 %

b. Standar Proses

1. Dalam proses pembelajaran mengacu pada tiga komponen yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

2. Setiap pembelajaran memiliki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

3. SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar melaksanakan

supervisi proses pembelajaran

4. Dalam standar proses ini dilakukan berbagai kegiatan workshop

seperti: workshop perencanaan RPP, penyusunan RPP, kesesuaian

pembelajaran dengan RPP dll.

c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

83
1. Siswa memperoleh pengalaman belajar dengan dukungan berbagai

sumber belajar yag dimiliki sekolah agar mampu berfikir kreatif

dan inovatif

2. Siswa memperoleh pengalaman belajar melalui mata pelajaran

agama untuk membentuk karakter siswa dalam hal akhlaq yang

mulia, pembiasaan sholat fardhu berjamaah dimasjid, pembiasaan

sholat duha, pembiasaan mengaji dll.

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1. Guru memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D3

2. Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik minimal D3

3. Kepala sekolah memiliki kemampuan manajerial dalam

mengelola : a) Kesiswaaan; b) Pendidik dan tenaga kependidikan;

c) Pengembangan Kurikulum; d) Sarana dan prasarana; e)

Pembiayaan; dan f) Hubungan masyarakat

e. Standar Sarana dan Prasarana

1. Sekolah melengkapi sarana dan prasarana sesuai kebutuhan dengan

bangunan yang stabil dan kokoh memenuhi syarat keselamatan dan

kesehatan serta memelihara secara berkala

2. Sekolah menyediakan tempat bermain/berolahraga dengan luas

dan memadai

f. Standar Pengelolaan

1. Memiliki visi, misi dan tujuan yang jeas

2. Memiliki rencana kerja jangka pendek, menengah dan panjang

84
3. Memiliki struktur organisasi yang jelas

4. Melibatkan masyarakat dan membangun kemitraan dengan

lembaga lain

g. Standar Pembiayaan

1. Mengelola sumbangan pendidikan dari masyarakat/pemerintah

secara sistematis, transparan, efisien dan akuntabel

2. Membelanjakan biaya berdasarkan rencana anggaran dan

pendapatan belanja sekolah (RAPBS)

3. Sekolah memiliki pedoman pengelolaan keuangan sebagai dasar

penyusunan RAPBS

h. Standar Penilaian

1. Melaksanakan ujian melalui mekanisme dan prosedur penilaian

yang ditetapkan serta menentukan kelulusan siswa sesuai dengan

kriteria yang berlaku

2. Hasil penilaian dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran

3. Melaporkan hasil penilaian setiap akhir semester kepada orang tua

atau wali murid

(Dokumentasi, 03 Maret 2019)

D. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar.

Kepemimpinan bervisi akan menjadi penentu keberhasilan dalam

setiap kepemimpinannya. Di SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar,

dibawah kepemimpinan Zainal Arifin yang memiliki kecakapan diri yang baik

85
dalam menggagas visi untuk diwujudkan menjadi aksi, menjadikan sekolah

tingkat dasar tersebut memiliki mutu yang baik. Melalui kemampuannya

tersebut menjadikannya sebagai seorang yang visoner. Dalam kegiatan

pembelajaran di SDIT, merujuk pada visi dan misi sekolah. Hasil belajar

anakpun sesuai dengan harapan sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan

bapak kepala sekolah yang menyatakan bahwa,

“Proses pembelajaran di SDIT Muhammadiyah Jumapolo merujuk


pada visi, misi dan tujuan sekolah. Anak dituntut untuk memiliki
serangkaian pengetahuan melalui kegiatan pembelajaran. Sebagai
contoh hasil pembelajaran harus menjadikan anak memiliki
kedisiplinan dan keimanan yang baik. Tertib beribadah melalui
pembiasaan serta mencintai lingkungan dsb”.
(Zainal Arifin, wawancara, 01 Maret 2019)

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SDIT Muhammadiyah

Jumapolo, kepala sekolah (Zainal Arifin) secara umum menegaskan bahwa

perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan. Diantara upaya -upaya

tersebut adalah :

a. Meningkatkan profesionalisme guru

b. Meningkatkan kualitas pembelajaran

c. Meningkatkan sarana dan prasarana

d. Meningkatkan motifasi belajar

Berdasarkan diskripsi dari wawancara dengan kepala sekolah diatas,

maka upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi komitmen bersama warga

sekolah di SDIT Muhammadiyah Jumapolo. Diantara upaya-upaya di atas

dijabarkan kedalam berbagai bentuk kegiatan yang positif. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut :

86
1. Meningkatkan profesionalisme guru

Keberadaan sumber daya manusia (Guru) memiliki peran penting

dalam menunjang proses pendidikan di sekolah. Dalam hal ini kepala

sekolah menuntut Guru agar memiliki kompetensi sebagai pendidik. Hal ini

sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak kepala sekolah, beliau

mengatakan bahwa :

“Bapak dan ibu guru SDIT Muhammadiyah Jumapolo memiliki


tanggung jawab yang besar yaitu satu mencerdaskan siswa,
kedua mencetak siswa memiliki akhlaq yang baik dan ketiga
memberikan pendidikan ibadah kepada anak dengan baik dan
benar. Berangkat dari sinilah guru dituntut untuk memiliki
kemampuan profesional yaitu hubungannya dengan kualifikasi
keilmuwannya. Dalam hal ini guru harus memiliki penguasaan
materi yang baik sesuai dengan disiplin keilmuwan yang
ditekuninya. Guru disini juga harus terus meningkatkan kualitas
diri sesuai dengan disiplin keilmuwannya”
(Zainal Arifin, wawancara, 28 Januari 2019)

Guru yang profesional adalah guru yang tidak hanya mahir dalam

mengajar saja melainkan guru juga harus memperhatikan administrasi

pembelajaran. Administrasi juga menjadi indikator sekolah yang bermutu.

Adapun hasil wawancara kami dengan Waka Kurikulum mengatakan

bahwa,

“Peningkatan kualitas administrasi sekolah perlu digalakkan.


Dalam hal pembelajaran seperti prota, promes, silabus dan RPP
adalah tugas guru. Harapannya adalah guru yang profesional
akan bepegang pada administrasi yang dibuatnya. Adapun
administrasi lain seperti proposal kegiatan maupun laporan
kegiatan selalu dilakukan juga dengan sifat yang kondisional.
Administrasi sekolah sangat penting karena untuk beberapa pihak
yang berkepentingan”.
(Retno Wijiansih, wawancara, 29 Januari 2019)

87
Apa yang disampaikan oleh Retno Wijiansih, senada dengan yang

di sampaikan anggota waka kurikulum bidang harian.

“Administrasi itu penting. Bagi guru, dengan adminitrasi


membuat arah materi jelas sehingga penyampaian di kelas lebih
terarah dan mengena karena sudah berpedoman pada
administrasi. Disamping itu dengan administrasi yang lengkap
akan sangat membantu dalam perlombaan-perlombaan sekolah
maupun kegiatan penilaian seperti akreditasi dll”.
(Dian Novitasari, wawancara, 29 Januari 2019)

2. Meningkatkan kualitas pembelajaran

Untuk mendapatkan hasil maksimal yaitu terwujudnya siswa yang

memiliki serangkaian baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan

yang baik, maka seorang guru perlu memperhatikan prosesnya. Dalam

hal ini kepala sekolah mengatakan bahwa,

“SDIT Muhammadiyah Jumapolo ini adalah sekolah berkarakter


disamping orientasi sekolah terarah pada akademik. Harapannya
adalah ketika proses pendidikan yang terjadi di SDIT ini baik
maka hasil yang didapatpun akan baik juga. Dalam hal ini
terutama dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional
adalah guru yang mampu menjadikan proses pembelajaran di
kelas menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Dari
sinilah baik sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa akan
terbentuk. Bagaimana guru bisa menjadikan pembelajaran lebih
menarik ? Inilah yang menjadi seni mengajar seorang guru
dipertaruhkan. Setiap guru akan mempunyai ciri atau gaya
mengajar yang berbeda-beda”.
(Zainal Arifin, wawancara, 28 Januari 2019)

Hal yang senada juga di sampaikan oleh wakil kepala sekolah I

sebagai penegasan dari apa yang disampaikan kepala sekolah. Baliau

mengatakan bahwa:

“Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam proses pembelajaran


maka efektifitas pembelajaran harus dimunculkan. Efektifitas
pembelajaran akan terjadi ketika ada interaksi antara guru dan
siswa. Hal ini akan terjadi ketika guru tersebut profesional. SDIT

88
Muhammadiyah Jumapolo menuntut bapak ibu guru memiliki
profesionalisme dalam mengajar. Guru harus memahami materi
pembelajaran sehingga baik metode maupun media yang
digunakan akan tepat. Guru juga harus memahami tingkat
perkembangan anak yang dari situlah guru bisa melakukan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan anak dalam
pembelajaran”.
(Siti Maesaroh, wawancara, 28 Januari 2019)

3. Meningkatkan sarana dan prasarana

Keberadaan guru yang profesional, menjadi tidak efektif dalam

proses pembelajarannya ketika tidak didukung oleh pemafaatan media

sebagai bentuk dari ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai.

Apa yang menjadi harapan dari sekolah adalah memberikan fasilitas

terbaik kepada peserta didik dalam setiap dimensi pendidikan di sekolah.

Hal ini secara bertahap dilakukan SDIT Muhammadiyah Jumapolo dalam

setiap tahunnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak kepala

sekolah yang mengatakan bahwa:

“Keberadaan sarpras di SDIT Muhammadiyah Jumapolo


memiliki peran yang sangat signifikan. Sehebat apapun guru
ketika tidak di dukung dengan sarana yang baik maka
hasilnyapun tidak maksimal. Berangkat dari sinilah SDIT
Muhammadiyah Jumapolo berusaha memberikan fasilitas terbaik
kepada siswa dan siswi guna untuk memperlancar proses
pendidikan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo. Dari tahun ke
tahun kita akan selalu membenahi kekurangan dan akan
mengadakan sarana yang dibutuhkan”.
(Zainal Arifin, wawancara, 28 Januari 2019)

Dalam kesempatan lain kaitannya dengan sarana dan prasarana

juga ditegaskan oleh waka sarpras. Beliau mengatakan bahwa:

“Peran sarana dan prasarana menentukan keberlangsungan


proses pendidikan, utamanya adalah proses pembelajaran.
Diantara sarana dan prasarana yang kami miliki di SDIT
Muhammadiyah Jumapolo adalah seperti lokal sekolah kami

89
yang memiliki luas 4000 m2 dengan gedung berlantai dua yang
terdiri dari 18 kelas, Gedung perpustakaan lantai 2, masjid,
halaman olahraga, halaman parkir, kantin, kantor guru, kantor
karyawan, ruangan IT, UKS, kator Laziz, 18 kamar mandi.
Kesemuanya terjaga dan tertata baik karena untuk sarpras ini
ada penanggung jawabnya.
(Suryono, wawancara, 28 Januari 2019)

4. Meningkatkan motifasi belajar

Sehebat apapun guru, sebagus apapun pembelajaran dan dan

selengkap apapun sarana dan prasarana, tanpa adanya motifasi siswa

dalam belajar maka hasilnyapun kurang maksimal. Dalam hal ini kepala

sekolah menegaskan bahwa,

“Peningkatan motifasi siswa di SDIT Muhammadiyah Jumapolo


menjadi kewajiban bersama warga sekolah. Siswa harus memiliki
semangat yang besar dalam setiap kegiatan di sekolah yang
utamanya dalam hal belajar agar anak mencapai apa yang
dicita-citakannya. SDIT Muhammadiyah Jumapolo berusaha
menanamkan dan meningkatkan motifasi belajar anak sebagai
suatu kultur sekolah yang dilakukan oleh seluruh warga
sekolah.”
(Zainal Arifin, wawancara, 28 Januari 2019)

E. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

Kepala sekolah dalam memainkan perannya sebagai seorang yang

visioner tidak terlepas dari strategi yang digunakan. Strategi ini lebih merujuk

pada sistem sekolah. Sistem inilah yang akan mengarahkan serta membatasi

kinerja guru dan karyawan. Adapun strategi kepemimpinan visoner kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dilakukan dengan :

1. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru.

90
Peningkatan profesionalisme guru dimaksudkan untuk menyiapkan

sekaligus memperbaiki dan meningkatkan mutu guru sebagai pendidik yang

profesional. Adapun pihak sekolah menempuhnya dengan 2 cara, yaitu

magang bagi guru baru dan pelaksanaan pelatihan bagi guru senior. Dalam

hal ini kepala sekolah menyampaikan bahwa,

“Upaya meningkatkan profesionalisme guru di SDIT


Muhammadiyah Jumapolo dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan
proses magang di awal menjadi guru dan proses pelatihan ketika
sudah menjadi guru di SDIT Muhammadiyah Jumapolo. Kaitannya
dengan proses pembinaan di internal sekolah terus kami lakukan
untuk meng upgrading profesionalitas guru kami”.
(Zainal Arifin, wawancara, 28 Januari 2019)

Hal yang senada juga disampaikan oleh wakil kepala sekolah III,

beliau mengatakan bahwa:

“Peningkatan kompetensi guru baik pedagogik, kepribadian, sosial


dan profesional dilakukan dengan mengikutsertakan dalam kegiatan
pengembangan kompetensi guru baik internal sekolah maupun
eksternal sekolah seperti KKG, Diklat, Work shop, Seminar dan
berbagai kursus-kursus kependidikan dll”.
(Nurrudhin, wawancara, 18 Febuari 2019)

Yang lebih penting dari itu semua adalah adanya pembinaan

internal yang dilakukan kepala sekolah dengan : pembinaan motifasi secara

intensif, membangun idiologi dan loyalitas guru, pembinaan dalam bentuk

reward dan punishman, pemberdayaan guru yang optimal disertai dengan

kontrol. Adapun model pembinaan yang dilakukan adalah dengan

melibatkan unsur eksternal seperti para pakar yang ahli dibidangnya.

Kesemuanya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan dan mematangkan

potensi profesionalisme guru SDIT Muhammadiyah Jumapolo.

2. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran

91
Sekolah itu identik dengan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu

proses yang dimaksudkan agar terjadi transfer ilmu dari guru kepada peserta

didik. Kaitannya dengan peningkatan mutu pembelajaran, kepala sekolah

mengatakan bahwa:

“Pembelajaran akan berhasil ketika seorang guru memperhatikan


proses. Dalam mengajar, guru yang profesional disamping menguasai
materi, guru juga harus pandai dalam memilih metode dan media
pembelajaran. Yang menjadi catatan baik dalam memilih metode
maupun media adalah harus disesuaikan dengan materi dan tingkat
perkembangan anak serta sarana yag ada. Pembelajaran juga akan
bermutu ketika memiliki kurikulum pembelajaran yang baik.
Kurikulum yang kita kembangkan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo
adalah kurikulum DIKNAS yaitu 2013, KEMENAG, GONTOR DAN
ISMUBA”
(Zainal Arifin, wawancara, 18 Febuari 2019)

Adapun kaitannya dengan kurikulum 2013, pemerintah mengharuskan

satuan pendidikan untuk menerapkannya, termasuk di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo. Dalam hal ini waka kurikulum mengatakan

bahwa,

“SDIT Muhammadiyah Jumapolo menggunakan kurikulum diknas,


kemenag dan gontor. Adapun pelaksanaannya, kurikulum diknas
dengan mengacu pada kurtilas yang pelaksanaanya bertahap dalam
setiap jenjang. Ditahun pelajaran 2014/2015 pembelajaran tematik
di berlakukan bagi kelas I dan IV. Tahun pelajaran 2015/2016
diberlakukan kelas II dan V. Tahun pelajaran 2016/2017 kelas III
dan VI. Ditahun pelajaran 2017/2018 dari kelas I – VI sudah
diberlakuan kurikulum 2013 dengan model pembelajaran tematik.
Kurikulum kemenag diterapkan dengan menjadikan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam sebagai muatan religius dalam
pembelajaran. Kurikulum Gontor dijadikan kurikulum SDIT
Muhammadiyah Jumapolo dengan memasukkan muatan pelajaran
yang ada di gontor seperti Bahasa Arab, Aqidah Akhlaq, Mahfudzot
dll. ” (Sriyadi, wawancara, 4 Febuari 2019).
(Retno Wijiansih, wawancara, 29 Januari 2019)

3. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sarana dan Prasarana.

92
Sarana dan prasarana hakikatnya digunakan dalam rangka

meningkatkan efektivitas komunikasi dan dan interaksi edukatif antara guru

dan siwa. Secara umum sarana dan prasarana sangat penting untuk

mendukung keberhasilan pendidikan. Dalam hal ini kepala sekolah

menyampaikan bahwa:

“Peran sarpras memiliki andil besar dalam pelaksanaan pendidikan


sekaligus tercapainya tujuan pendidikan, maka langkah yang kita
tempuh demi tercapainya tujuan pendidikan adalah dengan
meningkatkan mutu sarana dan prasarana yang ada melalui,
pertama adalah memanfaatkan sebaik-baiknya fasilitas yang sudah
ada dan kedua, jika sarana yang diperluhkan tidak ada dan sangat
penting untuk proses pendidikan maka sekolah akan berusaha
mengadakannya. Yang terpenting adalah pengadaan sarana dan
prasarana harus didasarkan pada kebutuhan dan berorientasi pada
tujuan.”
(Zainal Arifin, wawancara, 18 Febuari 2019)

4. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa

Motifasi belajar akan menjadi salah satu factor dalam keberhasilan

pendidikan di sekolah yang utamanya pada prestasi siswa. Dalam hal ini,

SDIT Muhammadiyah Jumapolo berusaha untuk menumbuhkan dan

sekaligus meningkatkan motifasi belajar siwa dalam berbagai cara. Hal ini

diungkapkan oleh kepala sekolah yang menjelaskan bahwa,

“Pemberian motifasi kepada siswa dan siswi SDIT Muhammadiyah


Jumapolo adalah suatu keharusan. Adapun strategi yang kita ambil
dalam meningkatkan motifasi belajar anak seperti pemberian
reward dan punishman termasuk memberikan pujian dan kompetisi.
Reward bisa diberikan dari sekolah atau kebijakan wali kelas.
Punishman diberikan dalam rangka memberikan pendidikan
sekaligus untuk pembelajaran bagi yang siswa lainnya. Pujian akan
diberikan pada sisiwa yang berprestasi. Kompetisi sering kita
lakuakan baik dari pihak sekolah maupun dari tim kelas”
(Zainal Arifin, wawancara, 28 Januari 2019)

93
Siswa yang memenangi beberapa perlombaan seperti LCC, Siswa

berprestasi, OSN, MAPSI dll juga diberikan hadiah oleh sekolah. Hal ini

sesuai yang disampaikan oleh waka kurikulum,

“Anak yang berprestasi adalah mereka yang memiliki desikasi


kuat dalam suatu harapan. Anak-anak seperti ini harus dihargai.
Bentuk penghargaan sekolah kepada anak-anak yang berprestasi
adalah dengan memberikan hadiah. Harapannya dengan reward
ini akan semakin memicu semanagt anak untuk terus berprestasi
sekaligus untuk menginspirasi anak-anak yang kurang dari sisi
motifasi belajar”.
(Retno Wijiansih, wawancara, 29 Januari 2019)

F. Kendala dan Solusi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

Kepemimpinan visioner kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar mengalami beberapa

kendala. Kendala-kendala yang muncul berasal dari internal sekolah dan

eksternal sekolah. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain :

1. Kendala dan solusi peran kepala sekolah dalam meningkatan

profesionalisme guru.

Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran haruslah tenaga

pendidik yang professional sesuai dengan bidangnya. Dalam perjalanannya

ada satu kendala yang menjadi hambatan mewujudkan guru yang

profesional yaitu proses rekruitmen guru yang kurang berkualitas. Berikut

penuturan dari bapak kepala sekolah :

“Salah satu tujuan berdirinya SDIT Muhammadiyah Jumapolo


adalah memberdayakan para alumni pondok pesantren terutama dari
PONPES Gontor. Orang-orang yang pernah belajar di pesantren
adalah orang-orang hebat. Gontor didirikan dalam rangka orang-
orang yang belajar di pesantren ini harapannya bisa mewarnai dunia.

94
Dengan bekal keilmuan yang mumpuni inilah yang menjadikan para
alumni pesantren bisa diterima dimanapun termasuk SDIT
Muhammadiyah Jumapolo. Kaitannya dengan skill, keterampilan
bahkan ijazah yang tidak sesuai kualifikasi SDIT, semuanya itu bisa
dipelajari dan dipenuhi dengan berbagai kegiatan atau studi lanjut”.
(Zainal Arifin, wawancara, 18 Febuari 2019)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, penulis menemukan ada

beberapa guru yang ijazahnya tidak relevan dengan bidang kinerjanya di

SDIT Muhammadiyah Jumapolo.

N NAMA IJAZAH JABATAN


O
1. SITI MAESAROH, S.H.I HUKUM ISLAM GURU BAHASA ARAB
2. NURRUDIN, S.H.I HUKUM ISLAM GURU BAHASA ARAB
3. UUM UMAIYAH, S.H.I HUKUM ISLAM WALI KELAS
4. NIA DIAN PERTIWI, S.Pd.I BAHASA INGGRIS WALI KELAS
5. SITI NURDIYANINGSIH BK WALI KELAS
6. WIDYASTUTI, S.H.I HUKUM ISLAM GURU BAHASA ARAB
7. TITIS DOYO WIHASTOTO BK WALI KELAS

2. Kendala dan solusi peran kepala sekolah dalam peningkatan Kualitas

Pembelajaran

Kurikulum yang terintegrasi menuntut guru untuk ekstra dalam

melaksanakan pembelajaran. Hal ini dikarenakan banyaknya muatan

pelajaran yang harus dilaksanakan. Dengan kurikulum yang terintegrasi ini

ada sedikit kendala dalam rangka pelaksanaan efektivitas pembelajaran

yaitu terkait dengan waktu. Mengingat SDIT Muhammadiyah Jumapolo

bukanlah full day school. Mata pelajaran yang banyak serta materi yang luas

menuntut waktu yang lebih banyak. Kenyataan dilapangan, SDIT

Muhammadiyah Jumapolo pulang jam 14.00 di hari senin – kamis dan

pukul 10.00 dihari jumat dan sabtu. Dalam hal ini SDIT Muhammadiyah

Jumapolo mengambil langkah yaitu penambahan jam pelajaran bagi siswa

95
siswi yang tertinggal serta perlu adanya pengorganisasian materi. Hal ini

sesuai dengan yang disampaikan bapak kepala sekolah,

“SDIT Muhammadiyah Jumapolo memiliki beban belajar lebih


banyak dibanding sekolah negeri. Sementara SDIT Muhammadiyah
Jumapolo juga bukan Full day school dan belum berasramah. Namun
kedepan SDIT Muhammadiyah Jumapolo akan menuju sekolah yang
berasramah. Sementara ini dengan kurikulum yang terintegrasi,
sekolah mengambil langkah yaitu Perlu pengorganisasian materi.
Pengurangan dibeberapa mata pelajaran terutama untuk kurikulum
gontor. Khusus kelas 6 menghilangkan muatan lokal dah fo\kus pada
UN. Perlu adanya penambahan di beberapa mata pelajaran
khususnya bagi siswa yang tertinggal. Hal ini bisa dilakukan klasikal
ataupun personal.”
(Zainal Arifin, Wawancara, 18 Febuari 2019)

3. Kendala dan solusi peran kepala sekolah dalam peningkatan Sarana dan

Prasaran

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, sarana dan prasarana

memiliki peran yang sangat penting. Dimana sarana dan prasarana ini yang

menunjang dalam segala proses pendidikan di sekolah. Ada beberapa

kendala bagi SDIT Muhammadiyah Jumapolo dalam peningkatan mutu

sarana dan prasarana. Indikator dalam peningkatan mutu sarana dan

prasarana ini adalah terpenuhinya semua kebutuhan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan sekolah. Satu hal yang menjadi kendala serius dalam hal

pemenuhan sarana dan prasarana ini yaitu perihal penggalian dana untuk

pemenuhan sarana dan prasarana.

Sampai saat ini dalam hal penggalian dana, SDIT Muhammadiyah

Jumapolo memiliki donatur tetap seperti wali murid, BMT Dinar Barokah

dan BMT Muamalat serta kerja sama dengan percetakan seperti Airlangga

sampai pada membuka canel pada anggota dewan dan luar negeri seperti

96
qatar carrity. Hal ini serupa dengan yang di sampaikan oleh kepala sekolah

SDIT Muhammadiyah Jumapolo, bahwa :

“SDIT ini adalah sekolah swasta sehingga harus mandiri dalam


pemenuhan sarpras. Alhamdulillah dari tahun ke tahun SDIT
Muhammadiyah Jumapolo selalu malakukan perbaikan-perbaikan
terutama dari sisi sarana dan prasarana. Di awal tahun waka sarpras
selalu mengusulkan anggaran ke RAPBS Guna pemenuhan kebutuhan
sarpras. Namun terkadang kita juga dibenturkan dengan kebutuhan
sarpras yang mendadak atau bahkan dalam RAPBS yang sudah di
usulkan tetapi tidak ada dana yang mencukupi. Jika hal ini terjadi
maka langkah yang kita ambil adalah dengan dengan dukungan infaq
wali murid atau kita mengajukan proposal baik ke lembaga sebagai
pendonatur tetap hingga anggota dewan.”
(Zainal Arifin, 18 Febuari 2018)

4. Kendala dan solusi peran kepala sekolah dalam peningkatan Motifasi

Belajar Siswa

Faktor keberhasilan pendidikan salah satunya ditentukan oleh

kerja sama yang baik antara orang tua dengan guru. Hal ini dikarenakan

ketika anak berada di sekolah maka guru adalah orang pertama kali yang

bertanggung jawab. Namun ketika anak sudah di rumah maka orang tua

yang harus bertanggung jawab dalam pengawasan anak. Jika orang tua

kurang peduli dengan pendidikan anak di rumah maka keberhasilan

pendidikan akan terhambat. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan

oleh kepala sekolah bahwa,

“siswa SDIT ini berasal dari latar belakang keluarga yang


berbeda-beda. Ada orang tuanya yang bekerja sebagai pegawai
negri, dokter, polisi, guru, pedagang, petani dll. Beberapa anak
ada yang ditinggal orang tuanya tugas atau merantau. Hal ini
menjadikan anak tidk ada pendampingan dirumah. Maka tidak
sedikit siswa yang seperti banyak yang tertinggal materi
pelajarannya, sehingga sekolah harus membuat beberapa
kebijakan untuk menjembatani masalah ini. Seperti adanya
komunikasi intens via HP, home visit, buku penghubung dll”.

97
(Zainal Arifin, wawancara, 18 Febuari 2019)

98
BAB IV
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR ISLAM

TERPADU MUHAMMADIYAH JUMAPOLO

KARANGANYAR

A. Diskripsi Visi dan Misi di SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

1. Visi dan Misi serta Tujuan

Visi sekolah akan menjadi acuan sebagai cita-cita bersama warga

sekolah dan pihak-pihak tertentu serta mampu memberikan inspirasi,

motifasi dan kekuatan untuk suatu tujuan. Misi itu sendiri yang akan

memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah. Tujuan sekolah

merupakan hasil penyelenggaraan pendidikan yang akan dicapai. Baik visi,

misi maupun tujuan saling berhubungan erat dan bersinergi dalam setiap

aktifitas kegiatan di sekolah.

Secara umum visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar menggambarkan keadaan sekolah yang ingin terus

berkembang menuju sekolah yang bermutu dengan mengintegrasikan ilmu,

iman dan akhlaq. Harapannya dapat menjadi solusi sekaligus pilihan

masyarakat untuk membentuk pribadi peserta didik yang menguasai Ilmu

Pengetahuan dan IMTAQ serta berwawasan lingkungan.

2. Peran Kepala Sekolah dalam Merumuskan Visi, Misi dan Tujuan

Kembali pada pengertian visi sekolah yang merupakan gambaran

tentang masa depan sekolah. Misi menjelaskan mengenai penjabaran dari

99
visi sekolah itu sendiri. Tujuan merupakan hasil akhir dari penyelenggaran

pendidikan. Gagasan akan visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah

Jumapolo sudah tergambarkan sejak kepala sekolah Zainal Arifin masih

menempuh studi. Cita-cita beliau mendirikan sekolah Islam sudah muncul

sejak lulus dari PONPES Gontor hingga akhirnya melanjutkan studinya di

ISID Ponorogo dan Isalamabad Pakistan. Beliau memiliki cita-cita untuk

mengembangkan kecamatan Jumapolo melalui pendidikan hingga akhirnya

berdirilah SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar.

Kepala sekolah SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar,

bapak Zainal Arifin memiliki peran besar dalam perumusan visi, misi dan

tujuan sekolah. Hal ini dikarenakan beliau adalah penggagas utama visi dan

misi sekolah sebelum akhirnya disosialisasikan dalam rapat pimpinan dan

stakeholder. Visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah Jumapolo diawali

dengan gagasan melalui pemikiran oleh bapak kepala sekolah yang

disinkronkan dengan cita-cita awal beliau mendirikan sekolah yaitu

mengharapkan ada pencerahan di kecamatan Jumapolo melalui lembaga

pendidikan Islam.

Kepala sekolah yang visioner adalah seorang yang memfasilitasi

diskusi dengan stakeholder mengenai tantangan yang dihadapi sekolah77.

Apa yang menjadi pemikiran kepala sekolah SDIT Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar dituangkan dalam musyawarah bersamaan dengan

berdirinya sekolah yang dinahkodai oleh bapak Zainal Arifin selaku kepala

77
Nurul Hidayah, Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, (Yogyakart. Ar Ruzz Media, 2016), Hlm. 89

100
sekolah. Dengan musyawarah dari pihak sekolah, pimpinan dan stakeholder,

serta berbagai masukan dan pertimbangan bersama, maka diputuskan dan

disahkanlah visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar. Visi, misi dan tujuan yang telah digagas dalam forum

selanjutnya ditulis dalam notulen untuk segera disosialisasikan.

Dalam musyawarah pencetusan ide visi, misi dan tujuan SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar, melalui perannya sebagai leader

mampu menggiring opini forum terkait visi, misi dan tujuan agar memiliki

makna mendalam yang terpercaya dan bersifat nyata sebagai tujuan sekolah

yang harus dicapai. Akhir dari peran kepala sekolah dalam merumuskan

visi, misi dan tujuan selanjutnya adalah memastikan bahwa visi, misi dan

tujuan yang telah disepakati harus dapat dimengerti dan difahami sebagai

cita-cita sekolah. Inilah hakikat visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar yang sesuai dengan teori prinsip yang disampikan

Burt Nunus bahwa visi haruslah kredibel dan realistis serta dapat dimengerti

dan difahami sebagai cita-cita sekolah.

3. Peran Kepala Sekolah Terhadap Mekanisme Penyusunan Visi, Misi dan

Tujuan

Visi dan misi SDIT Muhammadiyah Jumapolo memiliki sejarah

panjang. Artinya ketika SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar ini

berdiri, maka dirumuskanlah visi dan misi SDIT Jumapolo. Melalui

pemikiran bapak kepala sekolah, dirumuskanlah visi dan misi sekolah yang

selanjutnya ditindaklanjuti dalam musyawarah pimpinan yang dihadiri oleh

101
beberapa pihak guna untuk mendapatkan kesepakatan bersama terkait

dengan visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar.

Secara garis besar mekanisme penyusunan visi, misi dan tujuan

sekolah diawali dari pemikiran yang merupakan gagasan kepala sekolah.

Gagasan kepala sekolah yang dituangkan dalam visi dan misi selanjutnya

disampaikan dalam suatu musyawarah yang dihadiri oleh yayasan, kepala

sekolah, guru dan komite serta perwakilan dari stakeholder. Dalam rapat

tersebut menghasilkan keputusan tentang visi dan misi SDIT

Muhammadiyah Jumapolo. Visi dan misi tersebut bisa berasal dari kepala

sekolah maupun penyempurnaan dalam suatu forum.

Pertemuan yang melibatkan berbagai pihak mulai dari internal

sekolah sampai pada para pemangku kebijakan merupakan mekanisme

penyusunan visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar. Harapannya adalah pertemuan ini menghasilkan keputusan

tentang visi dan misi SDIT Muhammadiyah Jumapolo yang disepakati

bersama dan bersama-sama dengan bersinergi mewujudkan SDIT

Muhammadiyah Jumapolo menjadi sekolah yang unggul dengan pedoman

visi, misi dan tujuan sekolah yang sudah disepakati.

Secara garis besar mekanisme konkrit dari visi dan misi SDIT

Muhammadiyah Jumapolo adalah :

1. Hasil dari pemikiran kepala sekolah

2. Mengumpulkan informasi dan musyawarah serta usulan visi dan misi

102
3. Dirumuskan berdasarkan masukan dari berbagai pihak yang

berkepentingan.

4. Visi, misi dan tujuan diputuskan dalam rapat pimpinan yang di hadiri

oleh yayasan, kepala sekolah, guru dan stakeholder.

Kesimpulanya adalah, bahwa pencetusan visi, misi dan tujuan

SDIT Muahmmadiyah Jumapolo sudah sesuai dengan prosedural.

Artinya dalam menggagas visi, misi dan tujuan sekolah, pihak SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar melibatkan para pemangku

kebijakan.

4. Peran Kepala Sekolah terhadap Sasaran dan Strategi Pencapaian Visi, Misi

dan Tujuan

Pencapaian sekolah dalam hal visi dan misi di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar memiliki skala prioritas dan

dilakukan secara bertahap. Adapun pencapaiannya sejak berdirinya SDIT

Muhammadiyah Jumapolo sampai sekarang adalah sebagai berikut:

N INDIKATOR
TAHUN SASARAN STRATEGI
O
2005
b. Kenyamanan Pengadaan ruang 18 kelas
1 -
belajar kelas terpenuhi
2010
Meningkatkan
c. Menuju kualitas
Akreditasi
sekolah d.Pembelajaran
2010 sekolah “A”
akreditasi e.Administrasi
2 -
f. Sarpras
2015
a. Pembangunan Prestasi
d. Prestasi non
sarana olahraga POPDA &
akademik
b. Ekstrakurikuler KEJURDA
3 2015 d. Menuju Penghijauan Adiwiyata
- sekolah tingkat
2019 adiwiyata provinsi

103
Membiasakan
membaca 10
menit sebelum
belajar &
Budaya literasi kebiasaan anak
membaca di
perpustakaan
pada jam
e. Prestasi istirahat
akademik
Adanya
pelatiahan-
Peningkatan kualitas
pelatihan bagi
pembelajaran
guru
(workshop dll)
5 besar UN Tk.
Tim UN
Kecamatan
Tim Sains Juara MAPSI
c. Pembiasaan e.Tertib sholat
Fardhu &
f. Kedisiplinan Sholat Duha
Ibadah d. Pengadaan tempat f. Pembanguna
ibadah (Masjid) n masjid

Tahun pertama SDIT Muhammadiyah Jumapolo berdiri fokus

utamanya adalah memiliki gedung sendiri dengan kapasitas tiga paralel

setiap tingkatan kelas. Hal ini dikarenakan awal SDIT Muhammadiyah

Jumapolo berdiri, pembelajaran dilakukan di TK Aisyah Jumapolo.

Harapannya ketika SDIT Muhammadiyah Jumapolo memiliki gedung

sendiri, SDIT Muhammadiyah Jumapolo sudah bisa mandiri untuk

melakukan pembelajaran dengan kondisi yang lebih nyaman dibandingkan

ketika menginduk ke TK Aisyah. Berjalan kurang lebih 5-6 tahun, SDIT

Muhammadiyah Jumapolo sudah memiliki gedung sendiri dengan kapasitas

18 kelas beserta kantor, kantin dan beberapa kamar mandi. Berjalannya

104
waktu, SDIT Muhammadiyah Jumapolo terus melakukan perbaikan fisik

hingga sampai sekarang.

Ditahun 2010, disamping terus giat melakukan perbaikan fisik,

SDIT Muhammadiyah Jumapolo mulai untuk fokus pada kualitas

pembelajaran. Hal ini dilatarbelakangi dengan kesiapan sekolah untuk

menghadapi ujian nasional sekaligus sebagai ujian nasional pertama bagi

SDIT Muhammadiyah Jumapolo. Disamping itu, SDIT Muhammadiyah

Jumapolo juga berkeinginan untuk menyandang sekolah akreditasi sebagai

bentuk pengakuan dari pemerintah. Kesiapan selama 2 tahun untuk

berbenah mulai dari pembelajaran, aministrasi dll membuahkan hasil di

tahun 2012, dimana ketika itu SDIT Muhammadiyah Jumapolo menyandang

sekolah akreditasi dengan nilai “A” dari Badan Akreditasi Sekolah /

Madrasah Jawa Tengah.

Ditahun 2014/2015 SDIT Muhammadiyah Jumapolo kembali

berbenah dari segi sarpras. Pembangunan sarana olahraga mulai dari

pengadaan lapangan sepak bola, futsal, basket, voly dan pengadaan

beberapa sarpras penunjang ekstrakurikuler dapat terealisasi. Hal ini

berangkat dari keinginan sekolah untuk mendongkrak prestasi non

akademik seperti olahraga dan pencak silat sebagai bagian dari

ekstrakurikuler. Hasilnya berbagai prestasi khususnya di cabang olahraga

POPDA dan pencak silat KEJURDA di torehkan oleh siswa siswi SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar.

105
Ditahun 2016 – 2019 SDIT Muhammadiyah Jumapolo berangkat

menjadi sekolah rintisan adiwiyata. Hal ini berangkat dari visi SDIT

Muhammadiyah Jumapolo untuk senantiasa menjaga lingkungan. Berawal

dari sekolah rintisan adiwiyata dibawah sekolah rujukan SMAN Jumapolo,

SDIT Muhammadiyah Jumapolo betekad untuk menjadi sekolah yang

ramah lingkungan. Perjuangan dan kerja keras sekolah terbayar dengan di

tetapkan SDIT Muhammadiyah Jumapolo sebagai sekolah adiwiyata tingkat

kabupaten Karanganyar ditahun 2016. Ditahun ini pula, SDIT

Muhammadiyah Jumapolo menjadi sekolah adiwiyata tingkat provinsi Jawa

Tengah.

Ditahun yang sama yaitu 2016, SDIT Muhammadiyah Jumapolo

mulai menggalakkan budaya literasi yang sebelumnya sempat sudah

dibudayakan di SDIT namun belum berjalan maksimal. Budaya literasi ini

dilakukan sebagai bentuk penjabaran dari kurikulun 2013. Budaya literasi

akan menjadi star SDIT Muhammadiyah Jumapolo untuk meraih prestasi

akademik. Budaya membaca dilakukan 10 menit sebelum pembelajaran di

kelas. Budaya membaca juga dilakukan siswa pada jam-jam istirahat di

perpustakaan. Budaya membaca juga dilakukan siswa di pojok baca dalam

setiap kelas.

Dalam pencapaian prestasi akademik, SDIT Muhammadiyah

Jumapolo juga mengambil strategi dengan membentuk tim UN dan tim

Sains. Tim UN bertugas untuk mensukseskan anak-anak kelas 6

menghadapi ujian sekolah dan ujian nasional. Ditahun 2016/2017, SDIT

106
Muhammadiyah Jumapolo berada di peringkat 11 di kecamatan Jumapolo.

Ditahun 2017/2018, SDIT Muhammadiyah Jumapolo berada di peringkat 2

di kecamatan Jumapolo. Tim sains itu sendiri merupakan tim yang bertugas

untuk menghantarkan anak-anak menjuarai dalam berbagai perlombaan

seperti LCC, cerdas cermat, O2SN, MAPSI dll. Hasilnya dari tahun ke

tahun SDIT mampu menjuarai berbagai perlombaan baik tingkat kecamatan

maupun kabupaten hingga provinsi.

Dalam hal hasil pembelajaran, SDIT Muhammadiyah Jumapolo

dalam kategori berhasil sesuai dengan harapan yang menjadi visi dan misi

sekolah. Indikator keberhasilan proses pembelajaran di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karangayar adalah adanya integrasi perubahan

pada peserta didik dalam hal pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Dalam segi pengetahuan, anak memiliki serangkaian pengetahuan yang

diperoleh dalam proses pembelajaran. Hal ini akan tampak pada waktu

evaluasi pembelajaran seperti PTS maupun PAS termasuk keberhasilan

siswa dalam menghadapi Ujian Sekolah maupun Ujian Nasional. Inilah

yang menjadi indikator keberhasilan proses pembelajaran dalam ranah

pengetahuan.

Indikator keberhasilan pembelajaran selanjutnya adalah adanya

perubahan dalam ranah sikap peserta didik. Dalam hal ini tampak dari segi

ketaatan peraturan, kedisiplinan yang baik, tanggung jawab yang baik dll.

Dalam pengamatan penulis tidak ditemukan peserta didik yang melanggar

tata tertib dalam pelaksanaan upacara bendera mulai dari kedatangan,

107
pemakaian atribut upacara dll. Dalam pengamatan penulis juga tidak

ditemukan anak yang melanggar kedisiplinan mulai dari kedatangan siswa,

waktunya istirahat termasuk ketika bel masuk telah berbunyi. Tanggung

jawab siswa juga berada pada posisi yang baik. Dalam observasi penulis

dalam beberapa kelas tidak ditemukan siswa yang tidak mengerjakan PR.

Hampir semua siswa mengerjakan tugas rumah. Ditemuka siswa yang tidak

mengerjakan PR dikarenakan tidak mengetahui akan adanya tugas.

Keberhasilan siswa selanjutnya akan tambah dari sisi

meningkatnya kualitas keimanan dan ketaqwaan anak. Hal ini tampak dalam

kegiatan rutinitas yang dilakukan anak setiap harinya di sekolah seperti

sholat duhur berjamaah, sholat duha berjamaah, infaq jumat berkah

termasuk kesadarannya dalam berbagai penggalangan dana untuk beberapa

aksi solidaritas. Hal ini merupakan indikasi bahwa kualitas keimanan dan

ketaqwaan peserta didik berada pada posisi yang baik termasuk di dalamnya

adalah perilaku atau akhlaq siswa. Dalam observasi penulis hampir setiap

hari ditemukan ada peserta didik yang menemukan uang baik di kelas

maupun diluar kelas. Anak yang menemukan uang akan selalu malapor

kepada guru guna untuk menyerahkan uang temuannya tersebut. Kejujuran

ini memang sudah ditanamkan sejak berdirinya SDIT Muhammadiyah

Jumapolo yang ketika itu adalah dengan kantin kejujuran.

Selanjutnya apa yang menjadi visi SDIT Muhammadiyah Jumapolo

adalah pembekalan pada anak akan lingkungan. Artinya adalah, anak harus

memiliki wawasan lingkungan yang baik. Tujuan ini akan selalu di muat

108
dalam administrasi guru baik silabus maupun RPP dalam setiap muatan

pelajaran. Manifestasi dari wawasan lingkungan ini adalah anak harus

memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Dalam pengamatan penulis

ditemukan bahwa kesadaran siswa akan kepedulian terhadap lingkungan

sangat tinggi. Siswa selalu membuang sampah pada tempat sampah. Siswa

selalu mebedakan sampah organik dan an organik baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Siswa juga sangat mencintai penghijauan. Hal ini

akan tampak pada taman yang dimiliki masing masing kelas. Siswa

bertanggung jawab mulai dari pengadaan tanaman sampai perawatan.

Kesimpulannya adalah, apa yang menjadi pencapaian visi, misi dan

tujuan SDIT Muhammadiyah Jumapolo dalam beberapa kurun waktu sangat

relevan dengan teorinya Burt Nunus, bahwa kepemimpinan bervisi adalah

coach atau pelatih. Dalam hal ini seorang pemimpin bervisi dituntut untuk

merealisasikan visinya sesuai dengan apa yang menjadi target sasaran

sebagai bentuk dari implementasi tujuan sekolah. Tentunya realisasi dari

target pencapaian dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan skala

prioritas.

5. Peran Kepala Sekolah dalam Mensosialisasikan Visi, Misi dan Tujuan

Visi, misi dan tujuan yang telah digagas oleh sekolah dan beberapa

pihak sebagai pemangku kebijakan, selanjutnya akan di sosialisasikan ke

guru, karyawan dan siswa. Upaya kepala sekolah dalam mensosialisasikan

visi, misi dan tujuan kepada guru dan karyawan akan dibingkai dalam

kegiatan brifing setiap pagi sebelum pembelajaran maupun dalam rapat

109
dinas oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah. Setiap hari senin dan

jum`at brifing pagi dipimpin oleh kepala sekolah. Hari-hari yang lain,

brifing akan dipimpin oleh wakil kepala sekolah atau waka yang memiliki

kepentingan.

Brifing pagi merupakan rutinitas SDIT Muhammadiyah Jumapolo

sebelum melaksanakan pembelajaran. Poin penting brifing ini adalah untuk

menyamakan persepsi sekolah sekaligus penguatan terhadap visi dan misi

termasuk tujuan sekolah. Adapun sosialisas visi, misi dan tujuan sekolah

terhadap siswa dilakukan dalam setiap kesempatan dan kegiatan. Hal ini

sudah teruji ketika pelaksanaan penilaian sekolah adiwiyata baik tingkat

kabupaten maupun provinsi. Dalam proses penilaian ternyata anak mampu

menjawab pertanyaan dari tim penilai seputar visi dan misi sekolah. Hal ini

dikarenakan sejak awal anak sudah dikenalkan dan difahamkan akan visi

dan misi sekolah.

Selanjutnya dalam penyampaian bapak kepala sekolah, keberadaan

SDIT Muhammadiyah Jumapolo dengan visi, misi dan tujuan sekolah baik

secara langsung maupun tidak langsung selalu disosialisasikan kepada

masyarakat luas. Hal ini dilakukan kepala sekolah bersamaan dengan tugas

yang di embannya dalam berbagai jabatan. Karena kualifikasi keilmuannya

yang baik dengan pemikiran yang jauh kedepan menjadikan bapak Zainal

Arifin dipercaya dalam menempati posisi jabatan di berbagai lapisan.

Berikut beberapa tugas fungsi kepala sekolah SDIT Muhammadiyah

Jumapolo di luar sekolah :

110
NO TAHUN JABATAN

Ketua karang taruna


1 2005 – 2010
Ketua BPD desa Lemahbang Jumapolo

Ketua IKPM Surakarta

Penasihat syari`ah BMT Muamalah Jumapolo


2 2010 – 2015
Penasihat syari`ah BMT Barokah Jumapolo

Wakil ketua majelis Tabligh PDM Karanganyar

Penasihat syari`ah BMT Muamalah Jumapolo

Penasihat syari`ah BMT Barokah Jumapolo

3 2015 – 2019 Ketua majelis Tabligh PDM Karanganyar

Ketua KBIH Zam-zam Karanganyar

Ketua BADKO Kecamatan Jumapolo

Apa yang telah dilakukan kepala sekolah SDIT Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar sudah sesuai dengan teori Visionary leadership Burt

Nunus. Dalam teorinya disebutkan bahwa peran kepala sekolah yang visioner

adalah mereka yang mampu menjadi Spokesperson78. Artinya, kepala sekolah

dituntut mampu menjadi juru bicara yang baik untuk suatu visi. Kepala SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar sudah berupaya dalam

mengkomunikasikan atau mensosialisasikan visi, misi dan tujuan sekolah yang

tidak hanya pada internal sekolah melainkan juga ke masyarakat luas (eksternal

sekolah) melalui posisi-posisi penting yang diembannya.

78
Burt Nanus, Visionary Leadership, (Sanfransisco California: Jossey Bass Publisher,
1992), Hlm. 12

111
B. Diskripsi Mutu Pendidikan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar

a. Sistem Tata Pamong (good governance)

Dalam ranah struktur organisasi, SDIT Muhammadiyah Jumapolo

memiliki struktur organisasi yang menjadi rujukan dalam pembagia kinerja.

Walau demikian, SDIT Muhammadiyah Jumapolo merupakan salah satu

sekolah dasar yang mengutamakan kepentingan bersama terutama dalam

suatu pengambilan keputusan terhadap suatu kebijakan. Kebijakan dalam

setiap kegiatan maupun dalam hal kebijakan untuk mensejahterakan guru.

Hal ini tidak terlepas dari figur kepala sekolah yang demokratis dan kepala

sekolah yang memiliki kepedulian sosal.

SDIT Muhammadiyah Jumapolo bekerja dalam sistem artinya

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah, guru haru

bekerja sesuai arahan sistem. Sebagai contoh adanya struktur organisasi

sekolah. Dalam hal ini adanya pembagian kerja dalam struktur sekolah

membuat pekerjaan semakin ringan dan maksimal. Walaupun demikian,

sistem yang berjalan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo ini adalah

melibatkan semua pihak dalam setiap pemutusan kebijakan. Artinya

kebijakan tidak hanya ditentukan oleh kepala sekolah saja ataupun waka

melainkan semua guru dan karyawan memiliki peluang yang sama dalam

berpendapat sebagai bentuk dari penyaluran aspirasi. Semua masukan kita

tampung dan kita putuskan bersama dalam forum rapat dinas.

112
Secara organisatoris, kedudukan kepala sekolah berada di bawah

dikdasmen dan diknas setempat. Dalam kepeminpinannya, kinerja kepala

sekolah dibantu oleh komite sekolah terutama dalam hal kemasyarakatan.

Kepala sekolah juga dibantu oleh pembina sekolah dalam hal internal

sekolah terutama dalam hal pengembangan sekolah. Dalam menjalankan

fungsinya, kepala sekolah dibantu oleh beberapa waka seperti waka

keagamaan, HUMAS, kurikulum, sarpras dan kesiswaan. Masing-masing

waka bertanggung jawab terhadap tupoksinya. Selanjutnya ada tiga

koordinator khusus yang membantu kinerja waka yaitu koordinator

LAZISMU yang membantu waka keagamaan. Koordinator perpus yang

membantu waka kurikulum dan koordinator UKS yang membantu waka

kesiswaaan.

Perlu difahami bahwa struktur organisasi ini secara formal adalah

status yang diakui berdasarkan SK penugasan. Dalam pelaksanaannya

segala kebijakan akan diputuskan bersama-sama dalam rapat dinas. Dengan

adanya struktur organisasi ini diharapkan ada perampingan tugas sehingga

tugas yang dilimpahkan dapat berjalan secara maksimal. Setiap bagian

dalam struktur organisasi bertanggung jawab sesuai dengan tupoksinya

masing-masing. Tidak diperkenankan masing-masing bagian membantu

bagian yang lain selama tugasnya sendiri belum selesai.

Dari semua program kerja dari pimpinan tertinggi sampai ke waka

akan dilaksanakan oleh guru baik guru mapel maupun wali kelas yang

dibantu oleh bagian tata usaha dan bendahara sebagai pemegang finansial.

113
Adapun penjaga dan kantin sebagai penunjang keberhasilan kegiatan.

Sementara itu sistem tata pamong yang menjamin keberhasilan pendidikan

harus diintegrasikan dengan prosedur pelaksanaan yang jelas baik input,

proses maupun output. Input adalah segala masukan baik baik siswa, guru,

sarpras dll. Proses adalah berlangsungy input dalam kegatan. Ouput adalah

hasil dari proses. Dalam hal ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai

berikut

Integrasi Komponen

INPUT PROSES OUTPUT

EFEKTIVITAS
&
KUALITAS

Berdasarkan bagan diatas dapat disimpulkan bahwa tata pamong

yang baik adalah adanya hubungan atau keterkaitan antara input, proses

dan output. Jika ketiga komponen diatas dapat berjalan dengan baik maka

akan menghasilkan efektifitas dan kualitas komponen. Input akan

berpengaruh pada proses dan proses akan berpengaruh pada output atau

lulusan. Harapannya adalah ada efektifitas dan kualitas baik input ataupun

proses yang menjamin pada lulusan.

114
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Kepemimpinan operasional

Kepemimpinan berarti orang yang mempunyai tugas untuk

mempengaruhi bawahannya guna mencapai tujuan tertentu. Operasional

diartikan sebagai pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau

pekerjaan. Dalam hal ini kepemimpinan operasional akan menuntut

kepala sekolah untuk berkomunikasi secara baik dengan bawahan. Sisi

lain, kepala sekolah sebagai pemegang jabatan tertinggi dalam internal

sekolah memiliki tanggung jawab dalam menjabarkan visi, misi kedalam

operasional sekolah. Kaitannya dengan komunikasi yang baik dari kepala

sekolah inilah yang dibutuhkan untuk mengkomunikasikan visi dan

misinya menjadi aksi.

Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah

Jumapolo Karanganyar dibantu oleh waka yang bekerja sesuai

tupoksinya masing-masing. Keberadaan waka sebagai pembantu kepala

sekolah yang secara formal mendapatkan SK sekolah untuk membantu

tercapainya pelaksanaan pendidikan di sekolah guna mencapai visi, misi

sekolah. Diantara beberapa waka yang membantu peran kepala sekolah

seperti waka kurikulum, keagamaan, kesiswaan, HUMAS, SARPRAS.

Secara organisatoris masing-masing waka ini memiliki wilayah kerja

yang berbeda tetapi dalam satu tujuan. Harapannya adalah, keberadaan

waka akan membantu kepala sekolah dalam setiap pelaksanaan kegiatan

sekolah.

115
2. Kepemimpinan organisasi

Kepemimpinan berarti orang yang mempunyai tugas untuk

mempengaruhi bawahannya guna mencapai tujuan tertentu. Secara

sederhana organisasi merupakan suatu wadah yang mencakup pola

hubungan orang-orang bawahan dengan pemimpin guna mencapai suatu

tujuan. Kepemimpinan organisasi berarti kepemimpinan yang

mengarahkan bawahannya untuk bekerja sesuai dengan tupoksinya

masing-masing yang terbingkai dalam struktur organisasi. Dalam

lembaga pendidikan, kepala sekolah lebih mengarahkan pada tata kerja

antar unit atau waka dalam organisasi sekolah.

Secara fomal, susunan organisasi di SDIT Muhammadiyah

Jumapolo bersifat hirarki organisasi. Artinya didalam sekolah terdapat

urutan tingkatan atau jenjang untuk jabatan. Kepala sekolah adalah

jabatan tertinggi dalam sekolah, sehingga ia berperan sebagai pemimpin

sekolah dan organisasi sekolah79. Dalam hal ini berlaku tingkat

kewenangan dalam suatu hubungan. Namun demikian secara umum,

semua komponen dalam sekolah adalah satu kesatuan yang saling bekerja

sama guna untuk mencapai tujuan sekolah. Berikut ini adalah struktur

organiasai sekolah di SDIT Muhammadiyah Jumapolo tahun pelajaran

2018/2019

79
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010),
Hlm. 139

116
MAJELIS DIKDASMEN
UPT PUD NFI & SD
MUHAMMADIYAH
JUMAPOLO JUMAPOLO

KOMITE KEPALA PEMBINA


SEKOLAH SEKOLAH SEKOLAH

WAKA WAKA WAKA WAKA WAKA


KEAGAMAAN HUMAS KURIKULUM SARPRAS KESISWAAN

KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR


LAZISMU PERPUS UKS

Guru kelas I Guru kelas II Guru kelas III Guru kelas IV Guru kelas V Guru kelas VI

TU SEKOLAH BENDAHARA
SEKOLAH

PENJAGA KANTIN ANTAR JEMPUT


SEKOLAH SEKOLAH
SEKOLAH

SISWA

Dari struktur organisasi di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar diatas dapat didiskripsikan bahwa, kepala sekolah

hakikatnya adalah pimpinan tertinggi dalam sekolah namun dalam

pelaksanaan jabatannya kepala sekolah berada dalam pengawasan dan

pengarahan UPT sebagai instansi resmi negara yang menaungi sekolah

dasar serta majelis dikdasmen sebagai instansi resmi persyarikatan

117
Muhammadiyah yang menangani sekolah Muhammadiyah. Lebih lanjut,

kepala sekolah tetap memberikan kebebasan bagi bawahannya untuk

merencanakan maupun memutuskan dibeberapa kegiatan-kegiatan

tertentu namun tetap dalam persetujuan kepala sekolah.

Dalam kinerjanya, terutama dalam hal pengembangan sekolah,

maka kepala sekolah selalu bekerja sama dan berkoordinasi dengan

pembina sekolah yang dalam hal ini adalah ketua yayasan serta komite

sekolah. Segala informasi baik kebijakan maupun segala sesuatu yang

berhubungan dengan sekolah sebagai bentuk dari hasil rapat kepala

sekolah bersama yayasan dan komite, selanjutnya akan di informasikan

kepada guru dan karyawan untuk ditindak lanjuti dalam aksi di lapangan.

Dalam pelaksanaan kebijakan sekolah, kepala sekolah dibantu oleh waka

sebagai penanggung jawab utama kegiatan. Tugas waka adalah

melaksanakan apa yang menjadi tugasnya sebagai bentuk rekomendasi

atau pelimpahan tugas dari kepala sekolah.

Kinerja waka didasarkan pada tupoksinya masing-masing.

Sebagai contoh jika kebijakan yang harus di jalankan itu berhubungan

dengan pembelajaran maka waka kurikulum yang menjadi penanggung

jawabnya. Ruang lingkup kinerja waka keagamaan adalah seputar

kegiatan sekolah yang berhubungan dengan religiusitas seperti kegiatan

pendidikan tahfidz, peringatan hari besar keagamaan, kegiatan

perlombaan bidang agama, kegiatan peribadatan dll. Waka HUMAS

akan membantu kepala seokolah dalam ranah hubungannya dengan sosial

118
baik di nternal sekolah maupun eksternal sekolah yang mencakup

masyarakat luas. Kegiatan membina lingkungan oleh HUMAS ini dalam

rangka menjalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak lain guna

untuk perkembangan dan kemajuan sekolah mendatang. Waka sarpras

akan bekerja membantu sekolah dalam ranah kenyamanan dan

pengoptimalan sarana pembelajaran siswa. sedangkan waka kesiswaan

akan bekerja dalam bidang kegiatan siswa.

Secara organisatoris, SDIT Muhammadiyah Jumapolo memiliki 3

koordinator yaitu koordinator LAZISMU yang membantu waka

keagamaan dalam hal pengelolaan dana LAZISMU. Koordinator

perpustakaan yang membantu waka kurikulum dalam membantu

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terutama yang berhubungan

dengan literasi. Koordinator UKS membantu waka kesiswaan dalam hal

penanganan siswa yang sakit ketika berada di sekolah. Baik koordinator

LAZISMU maupun koordinator perpus dan koordinator UKS adalah

sebagai pendukung waka.

Semua bentuk kegiatan yang berlagsung di sekolah, maka wali

kelas maupun guru mapel adalah sebagai pemeran utama. Artinya guru

dan karyawan akan bekerja membatu pelaksanaan kegiatan dari masing-

masing waka secara optimal. Dalam tehnis pelaksanaan kegiatan maka

tidak dapat dilepaskan dari peran TU sebagai pembantu dalam hal

administrasi dan Bendahara dalam hal pembiayaan kegiatan. Sementara

itu keberadaan penjaga sekolah, kantin sekolah dan antar jemput siswa

119
adalah pelayan bagi siswa. Penjaga sekolah pelayan dalam bentuk

keamanan sekolah. Kantin sekolah pelayan dalam bentuk melayani siswa

untuk membeli makanan dan minuman yang dilakukan selama istirahat

berlangsung dan antar jemput siswa sebagai pelayan menjemput dan

mengantar siswa dari dan ke sekolah.

3. Kepemimpinan publik

Kepemimpinan diartikan sebagai orang yang mempunyai tugas

untuk mempengaruhi bawahannya guna mencapai tujuan tertentu. Publik

berhubungan dengan orang atau masyarakat atau komunitas tertentu.

Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah dalam ranah publik

berkaitan dengan kemampuan kepala sekolah dalam menjalin kerja sama

dan menjadi rujukan bagi publik. Indikasinya adalah kepala sekolah

harus bisa menjadi orang kepercayaan diluar sekolah.

Kepala sekolah yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik

tidak menutup kemungkinan bisa dipercaya dan menjadi kepercayaan

masyarakat. Dengan inilah kepala sekolah akan menduduki posisi posisi

penting diluar sekolah. Kepala sekolah seperti ini adalah mereka yang

disamping memiliki kecerdasan sosial yang baik juga di dukung dengan

kualifikasi ilmu yang baik juga. Dengan kecerdasan interpersonal dan

kualifikasi keilmuannya, kepala sekolah akan mampu menguasai orang

lain dengan menjalin komunikasi yang baik dan mempertahankan relasi

sosialnya dengan baik pula.

120
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin publik ini

sangat penting. Ketika kepala sekolah mampu menembus masyarakat

atau komunitas tertentu akan memudahkan kepala sekolah untuk

membawa dan mengenalkan sekolah yang dipimpinnya ke masyarakat

luas. Kepala sekolah dapat mensosialisasikan visi dan misi pada

masyarakat luas dsb. Kepala sekolah dapat bertukar pengalaman tentang

kemajuan suatu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai

pemimpin publik secara tidak langsung, sekolah yang bersangkutan telah

mengenalkan figur kepala sekolah yang idial.

c. Sistem Pengelolaan

Pengelolaan adalah kegiatan pemanfaatan dan pengendalian atas

semua sumber daya yang diperluhkan untuk mencapai suatu tujuan.

Membangun dan membuat sekolah memang bisa dijadikan bisnis yang

menggiurkan namun jika kepercayaan masyarakat sudah kita dapatkan.

Mengelola sekolah pastinya menggunakan prinsip bisnis agar visi, misi dan

tujuan sekolah dapat terwujud. Dalam hal ini pengelolaan diartikan sebagai

bentuk seluruh kegiatan di sekolah dibawah tanggung jawab kepala sekolah.

Apapun kegiatan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah tanggung

jawab bersama. Namun sebagai kepala sekolah memiliki tanggung jawab

yang lebih dalam mensukseskan setiap kegiatan. Dalam system pengelolaan

di SDIT Muhammadiyah Jumapolo setidaknya ada beberapa poin penting

diantaranya adalah sebagai berikut :

121
1. Perencanaan

Di SDIT Muhammadiyah Jumapolo terdapat program kerja yang

biasanya akan dirancang di awal tahun pembelajaran. Dalam hal ini biasa

disampaikan masing-masing waka dalam rapat dinas awal tahun. Inti dari

perencanaan adalah kegiata yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Husaini Usman, bahwa perencanaan merupakan kegiatan yang

akan dilaksanakan di masa yang akan datang untuk mencapai suatu

tujuan80. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam bentuk program kerja

di SDIT Muhammadiyah Jumapolo termaktub dalam RKS (rencana kerja

sekolah). Rencana kerja sekolah secara umum direncanakan oleh kepala

sekolah, guru, komite dan pihak yang berkepantingan. Namun

adakalanya di SDIT Muhammadiyah Jumapolo, kebijakan program

kegiatan diserahkan pada masing-masing waka untuk diajukan di awal

tahun yang masuk dalam RAPBS (rencana anggaran pendapatan dan

belanja sekolah).

Dalam sistem pendidikan di sekolah, RAPBS (rencana anggaran

pendapatan dan belanja sekolah) adalah suatu keharusan yang harus di

susun oleh sekolah. RAPBS adalah anggaran terpadu antara penerimaan

dan penggunaan dana serta pengelolaannya dalam memenuhi seluruh

kebutuhan sekolah selama satu tahun pelajaran. Sumber dana berasal dari

pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat atau wali murid.

Perolehan sumber dana dan penggunaannya dipadukan dengan kondisi

80
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Yogyakarta : PT Bumi
Aksara, 2008), Hlm. 61

122
objektif kepentingan sekolah. RAPBS harus berdasarka pada rencana

pengembangan sekolah dan bagian dari rencana operasional tahunan.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen sebagai suatu

proses yang dinamis. Dalam setiap lembaga pendidikan ada banyak

pekerjaan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang harus

dilaksanakan oleh setiap komponen baik guru maupun kepala sekolah.

Tugas, wewenang dan tanggung jawabnya pekerjaan dan aktifitas lainnya

tersebut beraneka ragam dan terkadang menuntut spesialisasi tertentu

dalam penyelesainnya. Oleh karena itu, seluruh aktifitas tersebut haarus

dibagi-bagi kedalam setiap komponen. Pembagian inilah yang sering

disebut sebagai pengorganisasian.

Pengorganisasian adalah merupakan kegiatan membagi tugas-

tugas seorang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan 81. Dalam hal ini

peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan

potensi manusiawi yang tidak hanya berlaku bagi siswa akan tetapi juga

guru. Kegiatan untuk mengembangkan potensi guru harus dilakukan

secara berencana, terarah dan sistematik dalam berbagai kegiatan

maupun dalam struktur organisasi yang sudah baku guna mencapai

tujuan tertentu. Di SDIT Muhammadiyah Jumapolo, semua guru

memiliki tugas dan tanggung jawab di luar mengajar. Ada yang menjadi

pengurus waka maupun anggota waka.

81
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2009), Hlm.
49

123
Dalam praktek pengorganisasian yang berada di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo relevan dengan teori yang dikemukakan oleh

syaiful sagala. Dimana dalam organisasi termasuk lembaga pendidikan,

sekolah akan dikatakan idial ketika ada pembagian kerja. Pembagian

kerja di SDIT Muhammadiyah Jumapolo diwujudkan dengan adanya

struktur organisasi. Dengan struktur organisasi inilah yang menjadikan

SDIT Muhammadiyah Jumapolo akan bekerja sesuai tupoksinya masing-

masing berdasarkan tanggung jawab yang sudah diberikan kepada guru.

3. Pengembangan staf

Pengembangan staf hakikatnya dimaksudkan sebagai pembinaan

kepala sekolah, guru dan personal lainnya agar meningkat kemampuan

dan kinerjaya dalam merealisaskika program sekolah82. Pengembangan

staf (staff development) di lembaga pendidikan merupakan bagian dari

pengembangan sekolah secara menyeluruh. Pengembangan staf ini

mengarah pada pengembangan SDM (sumber daya manusia).

Pengembangan staf di SDIT Muhammadiyah Jumapolo lebih mengarah

pada pengembangan kemampuan pengajaran dan pengembangan

kemampuan dalam berbagai kegiatan diluar pengajaran yang mengarah

pada perputaran atau pergantian dalam struktur organisasi di sekolah. Hal

ini dilakukan dalam rangka pengembangan potensi atau pengalaman

guru. Pengembangan staf di SDIT Muhammadiyah Jumapolo juga

82
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran, (Bandung;
Alfabeta), Hlm. 101.

124
dilakukan dengan studi lanjut, berikut ini daftar guru yang melanjutkan

studinya :

NO NAMA KETERANGAN

1 Sufyan Andang Jaya S2

2 Sriyadi S1 PGSD

3 Supriyanto S1

4 Dwi Prasetyo Basuki S1

5 Ali Sodiqin S1

6 Wisnu Aji S1

Pengembangan kemampuan mengajar dapat dilakukan dengan

berbagai pelatihan yang terstruktur dan terencana seperti workshop dll.

Hal ini dilakukan agar guru memiliki serangkaian pengetahuan yang

terus berkembang seiring berkembangnya dunia pendidikan agar siap

bersaing dalam dunia global. Pengembangan staf dalam struktur

organisasi sekolah terjadi pada pergantian waka maupun kepanitiaan

dalam setiap kegiatan. Pergantian waka maupun kepanitian kegiatan

dimaksudkan agar guru memiliki serangkaian pengalaman kegiatan yang

akan menjadi bekal dalam kegiatan-kegiatan diluar sekolah.

4. Pengawasan

Pengawasan kepala sekolah adalah suatu proses dimana pemimpin

ingin mengetahui apakah hasil yang dilaksanakan dalam pelaksanan

pekerjaan oleh guru berjalan secara optimal sesuai tujuan. Dalam konteks

125
maanajemen pendidikan, pengawasan dilaksanakan sebagai bentuk

aplikasi dari dari fungsi perencanaan. Artinya adalah, kegiatan apapun

yang sudah direncanakan di sekolah perlu adanya pengawasan terutama

selama kegiatan itu berlangsung. Pengawasan yang dilakukan kepala

sekolah ini sifatnya masih sangat umum tergantung pada program

pengawasan kepala sekolah itu sendiri.

Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi

rencana, kebijakan dan upaya pengendalian mutu pendidikan dapat

dilaksanakan dengan baik83. Dalam hal ini kepala sekolah di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo menjadi pengawas kinerja guru dalam setiap

kegiatan di sekolah. Tidak hanya pengawasan dalam proses pembelajaran

melainkan pengawasan dalam setiap kegiatan. Pengawasan dilakukan

sebagai bentuk dari langkah kepala sekolah untuk mengevaluasi dan

sebagai langkah rencana tindak lanjut. Dalam pengawasan ini pula

diharapkan kinerja guru akan berjalan sesuai dengan tupoksi sesuai

dengan rencana awal dan harapan sekolah.

5. Pengarahan

Pengarahan adalah suatu tindakan kepemimpinan yang

menjelaskan, mempertimbangkan, dan membimbing kepada petugas agar

pelaksanaan tugas berjalan denga baik. Dalam lembaga pendidikan,

pengarahan yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka memberikan

instruksi, perintah, petunjuk kepada bawahan (guru) untuk menjalankan

apa yang sudah direncanakan diawal. Fungsi pengarahan di lembaga


83
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2009), Hlm. 59

126
pendidikan sekolah hanya dilakukan oleh kepala sekolah yang memiliki

jiwa leadership. Dalam memberikan pengarahan, kepala sekolah harus

memiliki kompetensi yang baik dalam berkomunikasi. Harapannya

adalah instruksi yang diberikan kepala sekolah dapat di fahami dan

dikerjakan oleh guru.

Dalam fungsi pengarahan yang berada di SDIT Muhammadiyah

Jumapolo, kepala sekolah bertanggung jawab dalam mengarahkan guru

untuk bertindak, baik dalam pengajaran maupun dalam kegiatan diluar

kelas. Jika guru diberi kewenangan untuk menyalurkan aspirasinya maka

guru juga harus bertanggung jawab jika aspirasinya tersebut

direalisasikan dalam bentuk kegiatan sekolah. Dalam kegiatan sekolah

pasti akan dibentuk kepanitiaan. Segala sesuatu yang berhubungan

dengan kepanitiaan berada dibawah naungan kepala sekolah sebagai

pengarah kegiatan. Pengarah kegiatan diperluhkan agar guru bisa bekerja

sesuai dengan koridor sekaligus dalam rangka menjembatani setiap

keputusan yang diambil.

6. Representasi

Representasi diartikan sebagi sebuah proses yang hasilnya adalah

sebuah konsep atau ide yang memiliki makna dari suatu objek atau

realitas. Jadi representatif merupakan suatu proses yang dinamis dan

akan terus berkembang. Representatif biasa diwujudkan dalam gambar,

tabel dsb. Peran kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

dalam hal ini adalah memberikan kebebasan kepada guru untuk

127
menyampaikan pendapat terutama dalam hal pelaksanaan kegiatan.

Berbagai kegiatan bisa di rencanakan masing-masing waka untuk

diajukan kepada kepala sekolah untuk mendapatkan rekomendasi.

Semua bentuk kegiatan yang direncanakan di dalam program

kerja tahunan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo harus direalisasikan.

Sekolah tidak akan membatasi kegiatan harus sampai sejauh mana. Jika

kegiatan itu untuk mendongkrak kemajuan sekolah dan membawa mutu

pendidikan maka sekolah akan menyetujui kegiatan tersebut. Inti dari

kegiatan adalah mendidik. Sekolah berharap bahwa kegiatan tidak harus

banyak akan tetapi sedikit kegiatan tapi mengena pada tujuan. Bahkan

kegiatan yang tidak masuk dalam program kerja bisa dilaksanakan

dengan dana yang sifatnya kondisiona

7. Penganggaran

Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang

dinyatakan dalam ukuran keuangan. Semua kegiatan dalam organisasi

pasti membutuhkan anggaran guna merealisasikan kegiatan yang sudah

direncanakan. Dalam penganggaran harus realistis. Artinya anggaran

yang buat harus sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.

Dalam lembaga pendidikan sekolah, sistem penganggaran biasanya akan

dilakukan diawal tahun pembelajaran dengan menyertakan jenis kegiatan

atau barang yang akan diadakan. Itu semua masuk dalam RAPBS

(rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah)84.

84
Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, (Bandung : Alfabeta, 2012),
Hlm. 191

128
SDIT Muhammadiyah Jumapolo tidak mempermasalahan anggaran

yang dibutuhkan dalam kegiatan. Seberapapun anggaran yang diajukan

dalam RAPBS selalu di setujui dengan catatan anggaran yang disusun

logis dan realistis dengan bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan.

Selama SDIT Muhammadiyah Jumapolo berdiri, sekalipun kepala

sekolah belum pernah tidak menyetujui anggaran kegiatan melainkan

kepala sekolah justru melebihkan dari anggaran yang tertulis dalam

proposal. Harapannya adalah guru akan semakin kreatif dan inovatif

dalam membuat agenda kegiatan dan lebih bersemangat dalam

pelaksanaan kegiatan.

Adapun dalam hal penganggaran didasarkan pada sisi pemasukan.

Pemasukan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah dari dana BOS

pemerintah pusat serta dari iuran wali murid. Adapun sisi

pengeluarannya adalah 100 % untuk operasional sekolah. Adapun

gambaran konkrit dari peneriamaan dan pengeluaran dapat dilihat dengan

tabel berikut :

DANA BOS

Jumlah Nominal
Jumlah Total
Siswa Per anak
476 siswa @ Rp. 800.000,- Rp. 380.800.000,-

KELA INFAQ WALI JUMLAH PER JUMLAH


S PER BULAN TAHUN AKHIR
Rp. 92.400.000,-
1 Rp. 100.000,- X 77 siswa Rp. 7.700.000,- x 12
2 Rp. 121.200.000,-
Rp. 100.000,- X 101 siswa Rp.10.100.000,- x 12

129
3 Rp. 65.700.000,-
Rp. 75.000,- X 73 siswa Rp. 5.475.000,- x 12
4 Rp. 66.600.000,-
Rp. 75.000,- X 84 siswa Rp. 5.550.000,- x 12
5 Rp.70.200.000,-
Rp. 75.000,- X 78 siswa Rp.5.850.000,- x 12
6 Rp. 54.000.000,-
Rp. 75.000,- X 60 siswa Rp. 4.500.000,- x 12
TOTAL Rp. 470.100.000,-

Total Pemasukan dalam setiap tahunnya adalah :

Rp. 380.800.000,- x Rp. 470.100.000,- = Rp. 850.900.000,-

Dalam setiap tahunnya dana yang masuk 100% untuk kegiatan operasional sekolah.

Adapun 40 % untuk kesejahteraan guru dan 60% untuk selainnya.

d. Penjaminan Mutu

1. Kebijakan penjaminan mutu

Beberapa kebijakan yang dilakukan SDIT Muhammadiyah

Jumapolo diantaranya adalah membuat suatu mekanisme yang sistematis,

terintegrasi dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses

pendidikan sesuai dengan standar mutu dan aturan yang ditetapkan oleh

satuan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Mekanisme yang dilakukan adalah perencanaan peningkatan mutu,

analisis pemetaan mutu, implementasi peningkatan mutu, monitoring dan

evaluasi mutu pendidikan. Mekanisme ini diarahkan pada pencapaian

delapan standar.

Delapan standar yang dimaksud yaitu standar yaitu standar

kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar

130
pembiayaan, standar sarana dan prasarana. Delapan standar ini

merupakan rekomendasi penjaminan mutu pendidikan yang mengacu

pada Standar Pendidikan Nasional (SPN) yang harus dilaksanakan

masing-masing satuan pendidikan85.

2. Audit internal

Audit internal sering disebut dengan istilah supervisi internal. Hal

ini merupaka manifestasi dari peran kepala sekolah sebagai pengawas86.

Audit internal di SDIT Muhammadiyah Jumapolo dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran. Audit dilakukan dengan proses monitoring dan

evaluasi melalui kegiatan audit mutu akademik internal sekolah. Dalam

hal ini kegiatan dilakukan dengan pelaporan secara berkala dan supervisi

kepala sekolah dalam setiap semester. Kegiatan ini dilakukan dalam

rangka menjamin mutu pendidikan dari segi tenaga pendidik (guru).

Harapannya, guru terus berkembang dari sisi kompetensinya sebagai

pendidik.

Kegiatan ini dilakukan oleh kepala sekolah dalam bentuk

penilaian kinerja guru terutama dalam pembelajaran. Hasil dari penilaian

kepala sekolah selanjutnya akan digunakan sekolah untuk menentukan

kebijakan selanjutnya. Guru yang kurang memiliki kompetensi dalam

pembelajaran biasanya akan di ikutkan dalam pelatihan-pelatihan

pengembangan guru. Supervisi dimaksudkan dalam rangka

85
Dedy Mulyasa, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya), Hlm. 135
86
Dunia Siagaan, Principal’s Leadership in Building Teacher Professionalism, ( Universitas
Neger Padang :Atlantis Press, 2019), Hlm. 5.

131
meningkatkan kemampuan profesional agar proses pendidikan dapat

berkualitas87. Penilaian kinerja guru ini akan dilakukan dalam setiap

semester dengan harapan guru akan selalu update terhadap

perkembangan tenaga pendidikan.

Audit internal dalam bentuk penilaian kinerja guru juga dilakukan

oleh siswa. Artinya, siswa ikut berperan dalam penilaian kinerja guru

terutama dalam hal pembelajaran. Instrumen yang digunakan siswa

dalam penilaian ini berupa angket. Siswa diminta untuk mengisi angket

berdasarkan petunjuk. Dari hasil pengisian angket inilah akan diketahui

hasil kinerja guru terutama dalam pembelajaran persepsi peserta didik.

Hasil ini akan dijadikan kepala sekolah dalam melaksanakan rencana

tindak lanjut.

3. Audit eksternal

Audit eksternal di SDIT Muhammadiyah Jumapolo dilakukan

dengan kegiatan akreditasi. Akreditasi merupakan status yang menjamin

sekolah tersebut mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai sekolah

yang unggul dalam mutu pendidikan. Evaluasi dari program akreditasi ini

ditandai dengan audit eksternal lembaga pendidikan melalui badan

akreditasi sekolah atau madrasah dalam kurun waktu lima tahun sekali.

Dalam perjalanannya, SDIT Muhammadiyah Jumapolo terakreditasi “A”

(Unggul).

87
Wahyudi, KepemimpinanKepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran, (Bandung:
Alfabeta, 2009), Hlm. 96

132
Selain akreditasi, audit eksternal yang dilaksanakan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo adalah supervisi yayasan. Kegiatan supervisi

yayasan ini dilakukan pimpinan yayasan terhadap kinerja guru dan

karyawan. Kegiatan supervisi biasa dilaksanakan dalam setiap tahunnya.

Kepala sekolah bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan dari

supervisi yayasan. Artinya, kompetensi tenaga pendidik harus terus

dikembangkan seiring dengan perjalanan supervisi baik dari internal

maupun eksternal sekolah.

4. Dukumen mutu

Dokumen mutu merupakan bukti tertulis yang terdokumentasikan

dalam berbagai kegiatan dan program yang akan dan sudah berlangsung

yang menjamin keberhasilan sekolah. Dokumen mutu dapat dilihat dalam

berbagai laporan kegiatan sekolah. Dokumen mutu juga dapat dilihat dari

hasil audit internal sekolah yang dilakukan kepala sekolah maupun audit

eksternal sekolah seperti yang dilakukan oleh yayasan atau badan

akreditasi sekolah. Dalam hal supervisi guru yang dilakukan oleh kepala

sekolah maupun yayasan dapat dilihat dalam form penilaian kinerja guru

terutama dalam proses pembelajaran.

Sementara itu dokumen audit ekternal sekolah dapat dilihat dari

dokumentasi 8 standar rekomendasi penjaminan mutu pendidikan yang

mengacu pada Standar Pendidikan Nasional (SPN). Komponen 8 standar

itu adalah: 1) Standar Isi; 2) Standar Proses; 3) Standar Kompetensi

Lulusan; 4) Standar Pendidika dan Tenaga Kependidikan; 5) Standar

133
Sarana dan Prasarana; 6) Standar Pengelolaan; 7) Standar Pembiayaan

dan 8) Standar Penilaian.

5. Pelaksanaan penjaminan mutu

Perlu ada pembagian dari obyek sebagai target dalam pelaksanaan

penjaminan mutu sekolah. Beberapa komponen yang terealisasi dalam

pelaksanaan penjaminan mutu di SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah

sebagai berikut :

a. Stadar Isi :

1. Melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan 9 muatan KTSP.

2. SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar mengembangkan

kurikulum menggunakan 7 prinsip pengelolaan KTSP

3. Melaksanakan program pengembangan diri dalam bentuk kegiatan

bimbingan konseling dan ekstrakurikuler

4. Menetapka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran 75 %

b. Standar Proses

1. Dalam proses pembelajaran mengacu pada tiga komponen yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

2. Setiap pembelajaran memiliki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

3. SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar melaksanakan

supervisi proses pembelajaran

134
4. Dalam standar proses ini dilakukan berbagai kegiatan workshop

seperti: workshop perencanaan RPP, penyusunan RPP, kesesuaian

pembelajaran dengan RPP dll.

c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

1. Siswa memperoleh pengalaman belajar dengan dukungan berbagai

sumber belajar yag dimiliki sekolah agar mampu berfikir kreatif

dan inovatif

2. Siswa memperoleh pengalaman belajar melalui mata pelajaran

agama untuk membentuk karakter siswa dalam hal akhlaq yang

mulia, pembiasaan sholat fardhu berjamaah dimasjid, pembiasaan

sholat duha, pembiasaan mengaji dll.

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1. Guru memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D3

2. Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik minimal D3

3. Kepala sekolah memiliki kemampuan manajerial dalam

mengelola : a) Kesiswaaan; b) Pendidik dan tenaga kependidikan; c)

Pengembangan Kurikulum; d) Sarana dan prasarana; e) Pembiayaan;

dan f) Hubungan masyarakat

e. Standar Sarana dan Prasarana

1. Sekolah melengkapi sarana dan prasarana sesuai kebutuhan dengan

bangunan yang stabil dan kokoh memenuhi syarat keselamatan dan

kesehatan serta memelihara secara berkala

135
2. Sekolah menyediakan tempat bermain/berolahraga dengan luas

dan memadai

f. Standar Pengelolaan

1. Memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas

2. Memiliki rencana kerja jangka pendek, menengah dan panjang

3. Memiliki struktur organisasi yang jelas

4. Melibatkan masyarakat dan membangun kemitraan dengan

lembaga lain

g. Standar Pembiayaan

6. Mengelola sumbangan pendidikan dari masyarakat/pemerintah

secara sistematis, transparan, efisien dan akuntabel

7. Membelanjakan biaya berdasarkan rencana anggaran dan

pendapatan belanja sekolah (RAPBS)

8. Sekolah memiliki pedoman pengelolaan keuangan sebagai dasar

penyusunan RAPBS

h. Standar Penilaian

1. Melaksanakan ujian melalui mekanisme dan prosedur penilaian

yang ditetapkan serta menentukan kelulusan siswa sesuai dengan

kriteria yang berlaku

2. Hasil penilaian dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran

3. Melaporkan hasil penilaian setiap akhir semester kepada orang tua

atau wali murid

136
Dari pelaksanaan penjaminan mutu diatas dapat disimpulkan bahwa

refleksi kegiatan penjaminan mutu pendidikan di SDIT Muhammadiyah

Jumapolo berjalan dengan baik dan sudah mengacu pada 8 standar

rekomendasi dari SNP. Dalam pelaksanaannya terjadi upaya validasi yang

mencakup :

1. Pemetaan semua standar untuk mengidentifikasi kemungkinan tumpang

tindih data yang diperoleh dilapangan.

2. Mengembangkan sejumlah indikator pencapaian yang terkait dan dapat

diukur untuk semua standar.

C. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar.

Apa yang di isyaratkan oleh pemerintah dengan mencanangkan

“Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” dan lebih fokus lagi pada UU no 20

tahun 2003 pasal 35 bahwa pendidikan diperluhkan dalam rangka

pengembangan SDM untuk mempersiapkan bangsa. Peningkatan mutu

pendidikan dilakukan secara bertahap melalui proses yang benar, tepat dan

usaha maksimal. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi harus

memperhatikan pentingnya peningkatan mutu pendidikan dan mampu menjadi

penggerak yang merangsang guru-guru untuk berdedikasi tinggi dalam

meningkatkan mutu pendidikan secara bersama-sama. Sebab kesemuanya ini

adalah yang akan memberikan hasil pada input, proses dan output yang baik

sehingga akan berdampak pada simpatik masyarakat.

137
Pemaparan bapak kepala sekolah dalam pencapaian visi dan misi

sekolah dilakukan dengan berbagai strategi untuk mencapai sasaran. Pertama,

berawal dari menciptakan suasana belajar yang nyaman. Hal ini dilakukan

dengan memberikan ruang atau fasilitas kelas yang baik. Kedua, menuju

sekolah akreditasi untuk mendapatkan pengakuan secara formal. Hal ini

dilakukan dengan meningkatkan profesionalisme guru, penataan administrasi

dan melengkapi sarpras untuk menunjang pembelajaran. Ketiga, meraih

prestasi baik akademik maupun non akademik dengan cara menciptakan suatu

sistem. Untuk mencapai tujuan ini muncul istilah budaya literasi, tim sukses

UN, club sains, club kepanduan, kelas tahfidz dll. Keempat, menuju sekolah

Adiwiyata dengan jalan melakukan penghijauan dan menjaga kebersihan

lingkungan. Kelima, pembiasaan ibadah. Hal ini dilakukan dengan cara

membiasakan sholat dhuhur dan duha secara berjamaah di sekolah.

Kaitannya dengan mutu pendidikan di SDIT Muhammadiyah

Jumapolo, hasil wawancara penulis kepada kepala sekolah menyatakan bahwa

peningkatan mutu pendidikan di sekolah itu suatu keharusan. Dari

pemaparannya secara garis besar terdapat empat point penting yang menjadi

target dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Pertama, peningkatan

profesionalitas guru. Kedua, meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketiga,

peningkatan sarana dan prasarana dan keempat, adalah meningkatkan motifasi

belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Imam Musbiki.

Keempat hal inilah yang akan menjamin Input, proses dan output berkualitas.

Berikut penjelasannya :

138
1. Peningkatan profesionalisme guru

Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa peningkatan

profesionalisme guru berimplikasi pada pengembangan desain

pembelajaran88. Berangkat dari sinilah keberadaan sumber daya manusia

(Guru) memiliki peran penting dalam menunjang proses pendidikan di

sekolah. Guru merupakan salah satu faktor strategis dalam menentukan

keberhasilan pendidikan karena gurulah yang meletakkan dan

mempersiapkan dasar perkembangan potensi peserta didik untuk masa

depan bangsa. Untuk melaksanakan itu, tentu diperlukan guru yang

memiliki profesionalisme tinggi. Profesionalisme identik dengan sifat dan

perilaku seseorang yang berkompeten, berpendidikan, berdedikasi,

bertanggung jawab, jujur, dan loyal pada pekerjaannya.

Guru profesional harus mampu membuktikan bahwa profesinya

layak untuk dihargai dan dihormati karena guru merupakan tulang

punggung dalam mencerdaskan bangsa. Profesionalisme guru harus

dibangun oleh dua pihak secara bersama-sama, yaitu guru sebagai pihak

yang dituntut memiliki kecakapan dan keahlian serta pemerintah sebagai

pihak yang dituntut untuk memberikan penghasilan yang layak kepada guru.

Inilah yang secara formalitas guru profesional dikaitkan dengan guru

88
Dwi Yuwono Puji Sugiharto, Development Model of Profesionalism Guidance and
Counseling Teacher, ( Universitas Negeri Semarang: Atlantis Press, 2018), hlm 28

139
bersertifikasi. Intinya, guru dan pemerintah harus memberikan kontribusi

positif ke arah perbaikan mutu pendidikan.

Guru yang telah diakui kecakapan dan keahliannya serta dinyatakan

lulus dalam program sertifikasi ini akan diberikan tunjangan gaji tambahan

dalam pendapatannya. Pemberian tunjangan yang cukup menggiurkan tadi

tentu memberikan tambahan pendapatan bagi guru. Berdasarkan hal

tersebut, guru yang telah lulus sertifikasi dapat dikatakan sebagai guru yang

profesional karena telah terbukti memiliki kecakapan yang layak dan

memperoleh pendapatan yang layak pula. Tidak selamanya guru profesional

adalah mereka yang bersertifikasi. Di SDIT Muhammadiyah Jumapolo,

guru profesional adalah guru yang terus melakukan pengembangan diri

sebagai pendidik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh suyanto,

bahwa Profesionalisme mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen

terhadap suatu profesi yang senantiasa mewujudkan dan meningkatkan

kualitasnya 89

Guru yang profesional juga tidak sekedar yang mahir dalam

mengajar saja melainkan guru juga harus memperhatikan administrasi

pembelajaran. Peningkatan kualitas administrasi sekolah perlu digalakkan.

Dalam hal pembelajaran seperti prota, promes, silabus dan RPP adalah tugas

guru. Harapannya adalah guru yang profesional akan bepegang pada

administrasi yang dibuatnya. Adapun administrasi lain seperti proposal

kegiatan maupun laporan kegiatan selalu dilakukan juga dengan sifat yang

89
Suyanto, Menjadi Guru yang Profesional, ( Surabaya : Erlangga, 2013), Hlm. 21

140
kondisional. Administrasi sekolah sangat penting karena untuk beberapa

pihak yang berkepentingan”.

2. Peningkatan kualitas pembelajaran

Kualitas adalah ukuran baik buruknya sesuatu, kadar, mutu,

derajad/taraf (kepandaian/ kecakapan, dan sebagainya). Pembelajaran

adalah suatu upaya untuk mengubah tingkah laku siswa ke arah yang lebih

baik. Kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas belajar dan

pemahaman siswa berdasar kompetensi dasar dan indikator yang harus

dicapai, serta kinerja guru yang mendukung proses pembelajaran. Kegiatan

belajar mengajar tersebut diarahkan dan diupayakan untuk mencapai tujuan

pendidikan yang telah direncanakan, bukan sekedar formalitas saja akan

tetapi harus diikuti dengan kemampuan pendidik itu sendiri sesuai tugas-

tugasnya

Tuntutan guru di SDIT Muhammadiyah Jumapolo, dalam proses

pembelajaran selain guru harus mampu menguasai dan memahami materi

adalah pemafaatan metode dan media. Dua hal ini akan memegang peranan

penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Guru yang monoton dalam

penggunaan metode pembelajaran maka akan membuat siswa jenuh

sehingga pembelajaran menjadi tidak efektif. Penggunaan media yang

kurang ataupun salah maka akan menjadikan materi pembelajran tidak

menarik sehingga membuat siswa tidak antusias. Kolaborasi antara metode

dan media yang sesuai akan menjadikan materi yang dibawakan guru

menarik dan membuat pembelajaran menjadi asyik dan menyenangkan.

141
Adanya sebuah paradigma yang berkembang di masyarakat bahwa

proses belajar itu identik dengan buku dan menulis. Secara tidak langsung

hal ini telah mematikan kreatifitas tenaga pendidik kita yang selama ini

pendidik diarahkan untuk mengeksplorasi sistem pengajaran yang dinamis

dan efektif. Untuk sistem pengajaran di Sekolah Dasar, menekankan sistem

komunikasi satu arah (ceramah) dalam kelas adalah sistem pengajaran yang

terlalu membosankan dan monoton. Salah satu penyebab adalah kurangnya

kiat guru untuk membangun sebuah hubungan interaktif dalam Kegiatan

Belajar Mengajar.

Berangkat dari kerangka diataslah, disamping guru harus menguasai

materi, guru dituntut untuk melakukan pengembangan metode dan

pemanfaatan media pembelajaran alternatif. Pada aktivitas pembelajaran

yang baik, setidaknya ada 5 hal yang menjadi acuan yaitu :

a. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya

jawab, diskusi, menyanyi

b. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan

penjelasan guru, ceramah, pengarahan

c. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan

eksperimen dan demonstrasi

d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis

e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat

makalah, membuat surat

142
3. Peningkatan sarana dan prasarana

Salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian utama oleh

setiap pengelola pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan atau

sarana dan prasarana. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua

fasilitas yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses

pendidikan, seperti: Gedung, ruangan belajar atau kelas, alat-alat

atau media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan yang

dimaksud dengan fasilitas/prasarana adalah yang secara tidak langsung

menunjang jalannya proses pendidikan, seperti: halaman, kebun atau taman

sekolah, maupun jalan menuju ke sekolah. Tiga faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik siswa yaitu sistem

manajemen (E-Learning, Sistem Informasi Manajemen), lingkungan belajar

(Ruang Kelas, Alat Bantu Pengajaran, Perpustakaan)90.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, kualitas

pendidikan harus di dukung dengan sarana dan prasarana yang menjadi

standar sekolah atau instansi pendidikan yang terkait. Sarana dan prasarana

sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Hal ini

menunjukkan bahwa peranan sarana dan prasarana sangat penting dalam

menunjang kualitas belajar siswa. Misalnya saja sekolah yang berada di

kota yang sudah memiliki faslitas laboratorium komputer, maka anak

didiknya secara langsung dapat belajar komputer sedangkan sekolah yang

90
Ainon Ramli, The Impact of Facilities on Student’s Academic Achievement, International
Journal of Educational, (Malaysia : Universiti Malaysia Kelantan, 2018), hlm. 7.

143
berada di desa tidak memiliki fasilitas itu dan tidak tahu bagaimana cara

menggunakan komputer kecuali mereka mengambil kursus di luar sekolah.

Setiap mata pelajaran memiliki karakter yang berbeda dengan

pelajaran lainnya. Dengan demikian, masing-masing mata pelajaran juga

memerlukan sarana pembelajaran yang berbeda pula. Sarpras miliki posisi

dan peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan

teorinya Mulyasa bahwa sarana pendidikan merupakan perlengkapan

penunjang pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar 91. Dalam

menyelenggarakan pembelajaran di SDIT Muhammadiyah Jmumapolo,

guru pastinya memerlukan sarana yang dapat mendukung kinerjanya

sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan menarik. Dengan

dukungan sarana pembelajaran yang memadai, guru tidak hanya

menyampaikan materi secara lisan, tetapi juga dengan tulis dan peragaan

sesuai dengan sarana prasarana yang telah disiapkan guru.

Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam menunjang kegiatan

pembelajaran. Selain kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran, dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam

membantu guru. Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang

dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan

tugasnya sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama

kegiatan pembelajaran. Sarana pembelajaran harus dikembangkan agar

dapat menunjang proses belajar mengajar. Setidaknya SDIT

91
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
Hlm. 49

144
Muhammadiyah sudah memiliki sarana yang baik sehingga sanagat

membantu dalam proses pendidikan disekolah.

4. Meningkatkan motifasi belajar siswa

Sekolah dikatakan bermutu jika memiliki kuantitas dan kualitas

peserta didik. Dua hal ini merupakan refleksi sekolah yang menjadi sorotan

masyarakat luas sekaligus sebagai acuan untuk mensekolahkan putra dan

putrinya. Kuantitas berhubungan dengan angka atau jumlah siswa yang

notabennya ini sifatnya masih relatif. Kualitas akan menjadi tolak ukur yang

berhubungan dengan kemampuan atau kecerdasan siswa termasuk akhlaq.

Semua ini tentu tidak terlepas dari peran guru dalam mendidik dan

mengajari siswa dan siswi sehingga peserta didik akan meningkat secara

kualitas. Kualitas peserta didik inilah yang sering kita kenal dengan istilah

mutu Output.

Siswa yang berkualitas adalah siswa yang memiliki serangkaian

prestasi baik akademik maupun non akademik. Prestasi akademik

merupakan pencapaian siswa dari segi penilaian yang merupakan hasil dari

proses belajar. Adapun media ukurnya adalah dengan tes. Hasil dari prestasi

akademik seperti nilai Ujian Nasional dan beberapa perlombaan seperti

LCC, Siswa berprestasi, OSN, MAPSI dll. Gambaran ini hanya sebagian

kecil indikator yang menunjukkan siswa berkualitas dari sisi akademik.

Selama ini SDIT Muhammadiyah Jumapolo dalam kategori baik dalam hal

prestasi akademik.

145
Sementara itu prestasi non akademik adalah prestasi yang diperoleh

siswa selama mengikuti ekstrakurikuler di sekolah. Prestasi non akedemik

ini juga diukur melalui perlombaan. Hasil perlombaan ini yang sebagai

barometer untuk mengetahui tingkat prestasi non akademik peserta didik.

Adapun prestasi non akademik yang diperoleh SDIT Muhammadiyah

Jumapolo dari tahun ketahun seperti menjuarai berbagai even seperti dalam

gerakan kepanduan (HW dan Pramuka), Cabang olahraga seperti POPDA

dan kejuaraan pencak silat seperti KEJURDA dan ekstrakurikuler yang

lainnya.

Teori motivasi ternyata disamping berdampak pada prestasi siswa

juga berdampak pada integrasi sosial. Ada korelasi antara motifasi akademik

yang berpengaruh pada pengalaman anak dalam integrasi sosial 92. Peran

guru dalam hal ini diantaranya adalah memberikan motifasi keadaan siswa

dalam belajar. Anak yang yang memiliki motifasi dalam belajar akan

berpengaruh pada hubungan sosal anak. Pada dasarnya motifasi belajar

siswa itu dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor intrinsik adalah faktor yang datang dari dalam diri siswa. Faktor

ekstrinsik berasal dari luar diri siswa. Kesemuanya saling mempengaruhi

menumbuhkan motifasi siswa.

Dalam kenyataanya, motifasi belajar siswa di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo tidak dapat dilepaskan dari faktor ekstrinsik.


92
D. Noyens, The Directional Links Between Students’ Academic Motivation and Social
Integration During The First Year of Higher Education, International Journal of Educational,
(Belgium: Université Catholique de Louvain, 2019), Hlm. 6

146
Dalam hal ini yang berperan adala guru. Semua guru di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo baik guru kelas maupun guru mapel gencar

untuk memberikan motifasi kepada siswa. Setiap guru terus mendorong

siswa untuk tetap semangat dalam belajar. Siswa yang sudah memiliki jiwa

semangat dalam belajar maka siswa akan sampai pada apa yang dicita-

citakan.

D. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

Dalam peningkatan mutu pendidikan, berdasarkan wawancara penulis

dengan kepala sekolah, ada beberapa langkah strategi yang di tempuh dalam

upaya melancarkan tujuannya. Tentu strategi dari masing-masing ranah tidak

sama. Pada dasarnya strategi adalah cara yang ditempuh untuk memperlancar

tujuan yang ingin dicapai. Berikut strategi yang dilakukan kepala sekolah

dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar.

1. Peningkatan profesionalisme guru

Dalam teorinya Mulyasa dikatakan bahwa kepala sekolah

berperan sebagai educator yaitu harus memiliki strategi yang tepat untuk

meningkatkan profesionalisme tenaga pendidikan di sekolahnya93. Artinya

strategi menuntut aktif peran kepala sekolah dan semua lini yang terlibat

didalamnya. Karena tanpa sinergi yang baik antara kepala sekolah dan

semua lini menjadikan strategi tersebut tidak optimal. Di SDIT

93
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandunga; Remaja Rosdakarya,
2007), Hlm. 98

147
Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar, peran kepala sekolah dalam

meningkatkan profesionalisme guru dilakukan dengan :

a. Masa magang

Tinjauan program pendidikan untuk pendidik / guru awal

harus dirancang guna menjadikan guru yang profesional 94. Dalam hal ini

kepala sekolah menerapkan sistem OJT (On JoB Training) selama 3

bulan bagi guru pemula. Pada waktu magang inilah guru di tuntut untuk

bekerja secara profesional melalui kerja tim. Secara tidak langsung

kepala sekolah akan memberikan pelajaran kepada guru yang

bersangkutan untuk belajar. Bekerja sambil belajar. Dalam masa OJT ini,

sekolah berhak untuk memutuskan guru yang bersangkutan akan diterima

sebagai guru tidak tetap yayasan atau bahkan diberhentikan dari guru

SDIT Muhammadiyah Jumapolo.

Dalam penjelasannya, sistem magang yang dimaksud yaitu

semua guru di SDIT Muhammadiyah Jumapolo di awal masuk adalah

sebagai guru magang yang disiapkan untuk menjadi guru profesional.

Dalam proses magang inilah guru terus belajar menyesuaikan diri dan

bekerja sesuai tupoksi. Dalam jangka waktu 3 bulan guru yang

bersangkutan akan dikatakan lulus atau tidak lulus tergantung dari

dedikasi dan kinerjanya. Secara langsung maupun tidak langsung, selama

magang ada indikasi proses menyiapkan guru yang profesional. Guru

94
Stagg Peterson, Shelley, Professional Lives and Initial Teacher Education Experiences of
Indigenous Early Childhood Educators, Childcare Workers, and Teachers in Northern Ontario ,
International Journal of Educational, (Canada : Reports - Research,2019), hlm. 9.

148
yang cerdas akan terus banyak belajar dari rekannya yang dianggap

profesional.

Jika dinyatakan lulus selama magang maka selanjutnya guru

tersebut akan dinyatakan menjadi guru tidak tetap yayasan yang dalam

perjalanan waktu akan diikutsertakan dalam berbagai kegiatan

pengembangan guru. Inilah yang menjadi cara kedua pihak sekolah

dalam menjadikan guru profesional yaitu dengan pemberian pendidikan

tambahan dan pelatihan seperti Diklat, workshop, seminar, study banding

dll. Kegiatan seperti ini harus dilakukan secara sistematis dan dilakukan

evaluasi secara obyektif.

Pada masa OJT inilah guru dituntut untuk belajar menjadi guru

profesional. Setidaknya ada 8 point yang yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Kemampuan pembelajaran di kelas (penguasaan materi, pemafaatan

media, penggunaan metode dan keterampilan penanganan anak)

2. Kerja sama tim

3. Sosialisasi teman kerja dan atasan

4. Ketepatan waktu

5. Kemampuan tanggap darurat

6. Konsep dan hasil kerja

7. Loyalitas

8. Akhlaq

b. Kegiatan pelatihan / kursus

149
Bagi guru lama, peningkatan profesionalitas guru dilakukan

dengan berbagai kegiatan pelatihan atau pengembangan. Kegiatan

pengembangan maupun pelatihan guru sangat penting untuk mencetak

sumber daya manusia yag berkualitas95. Adapun bentuk pengembangan

guru dilakuakn dengan :

1. KKG

KKG adalah kelompok kerja guru sebagai bentuk

kegiatan rutin baik guru kelas maupun guru mata pelajaran.

Informasi apapun terkait dunia pendidikan akan disampaikan dalam

kegiatan ini. Kegiatan KKG SDIT Muhammadiyah Jumapolo sudah

berjalan diantaranya KKG Internal sekolah setiap hari sabtu. KKG

Guru PAI se kecamatan Jumapolo yang sifatnya kondisional serta

KKG Guru olahraga se kecamatan jumapolo yang waktu

pelaksanaannya setiap hari kamis. Adapun KKG Guru kelas se

kecamatan Jumapolo di lakukan sebulan sekali antar gugus se

kecamatan Jumapolo.

Disamping KKG yang dilaksanakan di luar sekolah, SDIT

Muhammadiyah Jumapolo juga melaksanakan KKG internal

sekolah. KKG internal sekolah dilaksanakan setiap hari sabtu.

Kegiatan KKG internal sekolah terdiri dari dua menu yaitu menu

pendalaman tiga mapel utama dan pendalaman dalam non INDOMI

yang sifatnya kondisional. Pendalaman tiga mapel utama artinya


95
Sabine Little, Global Teachers as Global Learners: Intercultural Teacher Training in
International Settings, International Journal of Educational Leadership , (London: Review of
Education,2019), hlm. 5.

150
adalah semua guru dibagi menjadi 3 kelompok yaitu pendalaman

Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA. Sedangkan non INDOMI

seperti bahasa arab.

2. Diklat

Diklat itu sendiri adalah kegiatan yang kondisional dan

bersifat pelatihan. Dalam diklat ini guru akan banyak dibenturkan

dengan latihan-latihan baik mandiri maupun kelompok guna

peningkatan profesionalitas guru. Diklat hanya dilaksanakan di luar

sekolah seperti diklat guru agama, wali kelas dll. Diklat termasuk

kegiatan dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru. Diklat

biasanya menuntut lebih ke praktik daripada teori. Inilah yang

menjadikan guru profesional karena tuntutan.

3. Workshop

Workshop adalah kegiatan pelatihan guru dalam rangka

menyelesaikan suatu topik permasalahan. Dalam workshop ini

biasanya guru baik personal maupun kelompok akan mendapat tugas

terstruktur. Dalam worksop ini juga biasanya ada produk yang

dihasilkan. Kegiatan workshop yang wajib bagi sekolah adalah di

awal tahun pembelajaran. Hal ini dikarenakan agar dalam

menghadapi tahun ajaran baru, guru sudah mendapatkan bekal dan

kematangan baik mental maupun administrasi.

Workshop gutru SDIT Muhammadiyah Jumapolo bisa

dilakukan di internal sekolah maupun eksternal sekolah. Kegiatan

151
workshop ini biasa dilakukan setiap awal tahun ajaran baru. Sebelum

dinas mengadakan kegiatan workshop, SDIT Muhammadiyah

Jumapolo sudah menjadwalkan terlebih dahulu. Workshop awal

tahun ini penting dalam rangka menyiapkan pembelajaran ditahun

ajaran baru dalam segala bidang. Adapun workshop eksternal

sekolah biasana diadakan oleh dinas maupun dikpora.

c. Pembinaan internal

Yang lebih penting dalam peningkatan profesionalisme guru

adalah adanya pembinaan internal yang dilakukan kepala sekolah dengan

: pembinaan motifasi secara intensif, membangun idiologi dan loyalitas

guru, pembinaan dalam bentuk reward dan punishman, pemberdayaan

guru yang optimal disertai dengan kontrol. Adapun model pembinaan

yang dilakukan adalah dengan melibatkan unsur eksternal seperti para

pakar yang ahli dibidangnya. Kesemuanya dalam rangka meningkatkan

potensi profesionalisme guru SDIT Muhammadiyah Jumapolo.

2. Peningkatan kualitas pembelajaran.

Dalam peningkatan kualitas pembelajaran SDIT Muhammadiyah

Jumapolo mengambail langkah :

a. Menerapkan 4 kurikulum pembelajaran

Empat kurikulum pembelajaran yang diterapkan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar yaitu kurikulum diknas,

kemenag, ISMUBA dan kurikulum PONPES Gontor. Kurikulum yang

pokok adalah diknas dan kemenag serta ISMUBA sebagai ciri khusus,

152
sedangkan kurikulum Gontor sebagai penunjang keilmuan siswa.

Kurikulum Gontor di adopsi di SDIT dikarenakan sudah terbukti

kualitasnya baik dari sisi akademik maupun non akademiknya. Kedepan

SDIT Muhammadiyah Jumapolo juga siap mengadopsi kurikulum dari

luar jika kurikulum tersebut dipandang baik dan membawa dampak

kemajuan sekolah. Hal ini selaras dengan pengembangan kurkulum yang

harus dilakukan dalam institusi pendidikan yang mencakup kurikulum

mikro, meso, dan makro dalam institusi96.

Pada prinsipnya kegiatan pembelajaran akan menjadi ikon

proses pendidikan yang bermutu. SDIT Muhammadiyah Jumapolo harus

bisa menjadikan pembelajaran menjadi kegiatan yang menyenangkan

baik gurunya maupun siswanya. Disini guru diberikan kebebasan

penggunaan strategi maupun metode dalam pembelajarannya.

Harapannya adalah dalam pembelajaran benar-benar terjadi transfer ilmu

antara guru dengan siswa. Mengingat di tahun ajaran 2018/2019 SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar memadukan berbagai kurikulum

dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran akan terjadi proses transfer ilmu.

Proses transfer ilmu ini akan terjadi ketika kegiatan pembelajaran

berjalan secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran efektif dan

efisien inilah yang akan menjadi salah satu indikator tercapainya mutu

96
Yeo, Michelle, Inquire, Imagine, Innovate: A Scholarly Approach to Curriculum
Practice, International Journal of Educational, (Canada : Reports - Descriptive,2019), hlm. 9

153
pembelajaran. Dalam hal ini SDIT Muhammadiyah Jumapolo, dalam

kegiatan pembelajaran mengutamakan dan memperhatikan proses. Guru

harus memiliki profesionalisme dalam bidang penguasaan materi,

pemilihan metode pembelajaran penggunaan media pembelajaran. Ketiga

unsur ini merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan. Yang

tidak kalah pentingnya dalam mutu pembelajaran ini adalah adanya

kurikulum yang yang baik dan berstandar.

b. Pemanfaatan metode

Sehebat apapun guru dalam penguasan materi tidak akan berarti

didepan anak ketika guru tidak memahami dalam hal penggunaan metode

pembelajaran. Para pakar pendidikan cenderung melihat mutu pendidikan

dari dari segi proses. Hal ini dikarenakan tataran inilah mereka akan

mengembangkan pendidikan, metode dan tehnik pembelajaran 97.

Pemilihan metode sangat penting agar materi yang dibawakan oleh guru

dapat tersampaikan. Penggunaan metode yang salah akan menyebabkan

kegiatan pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi

penggunaan metode pembelajaran juga di sesuaikan dengan materi dan

tingkat perkembangan anak.

Mengeni penggunaan metode pembelajaran dalam rangka

pencapaian tujuan pembelajaran, seperti yang disampaika oleh Bp

Nurrudhin mengatakan bahwa metode yang digunakan oleh bapak dan

97
Umaidi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, (Ditjen Dekdasmen : Depdiknas, 2004),
Hlm. 159

154
ibu guru di SDIT Muhammadiyah Jumapolo bervariasi. Dalam

pembelajaran dikelas seperti metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.

Banyak juga guru yang menggunakan metode Jigsaw, every one is

teacher, sosio drama, shord card, BCM dll. Dalam pembelajaran Iqrok

menggunakan metode Iqro` klasikal. Dalam pembelajaran Tahfidz

menggunakan metode sorogan dengan irama murotal Dzikroni. Dalam

pembelajaran ibadah menggunakan metode demontrasi dan praktek

termasuk keteladanan dan pembiasaan. Yang menjadi catatan baik dalam

memilih metode maupun adalah harus disesuaikan dengan materi dan

tingkat perkembangan anak serta sarana dan prasarana yang ada.

Pemanfaatan variasi metode dalam pembelajaran dapat membantu

menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembelajaran98.

3. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana

Sarpras memiliki posisi dan peran penting dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teorinya Mulyasa bahwa sarana

pendidikan merupakan perlengkapan penunjang pendidikan khususnya

dalam proses belajar mengajar99. Dalam peningkatan mutu pendidikan,

kepala SDIT Muhammadiyah Jumapolo berusaha mengoptimalkan fungsi

sarana dan prasarana yang ada seperti gedung maupun media pembelajaran.

Langkah yang ditempuh dalam peningkatan kualitas sarana dan prasarana

ini adalah:

a. Pemanfaatan sarpras dengan sebaik-baiknya


98
Wei Wang ,A Survey of Zero-shot Learning: Settings; Methods and Applications, New
York : ACM Trans, 2019), Hlm. 29
99
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Hlm. 49

155
Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pendataan serta

menjelaskan fungsinya. Kedua perawatan yang dilakukam para tenaga

tehnisi yang memiliki keahlian di bidangnya dengan koordinator dari

pihak guru. Jika sarana yang diperluhkan tidak tersedia maka sekolah

akan mengadakanya dengan serangkaian pertimbangan kebijakan. Hal

ini didasarkan pada asas kebutuhan, kemanfaatan dan ketersediaan dana.

SDIT Muhammadiyah Jumapolo dari tahun ke tahun selalu

mengawali dengan perlengkapan sarpras mulai dari pelengkapan media

pembelajaran hingga sampai pada bangunan fisik. Sarana dan

prasaranan yang ada di SDIT Muhammadiyah Jumapolo tidak terlepas

dari istilah perawatan dan optimalisasi fungsi. Perawatan berarti dengen

mengecek keadaan sarpras yang ada oleh tehnisi yang didatangkan dari

luar. Sedangkan optimalisasi fungsi berarti guru harus benar-benar bisa

memanfaatkan penggunaan media ketika pembelajaran.

b. Pengadaan Sarana yang dibutuhkan

Sebelum pengadaan fasilitas, perlu diperhatiakan ketersediaan

dana dan kebutuhan100. Hal ini senada dengan keberadaan SDIT

Muhammadiyah Jumapolo. Hanya saja SDIT Muhammadiyah Jumapolo

lebih mengutamakan asas kebutuhan dan manfaat. Karena SDIT

Muhammadiyah Jumapolo adalah sekolah swasta yang dituntut untuk

mandiri maka jika sarana yang dibutuhkan tidak ditemukan maka

sekolah mengambil kebijakan yaitu melakukan pengadaan sarana yang

dibutuhkan. Penggalian dana bisa dilakukan ke beberapa pihak seperti


100
Suryabroto, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta : PT Rineka Cipta, 2010), Hlm. 115

156
wali murid dengan sistem infaq (wajib da sukarela), penggalian dana ke

pendonatur baik perorangan maupun instansi bahkan sampai ke anggota

dewan dan luar negeri.

4. Peningkatan motifasi belajar siswa

Sekolah dikatakan bermutu atau berkualitas ketika siswa tersebut

memiliki prestasi, baik akademik maupun non akademik. Prestasi terbaik itu

salah satu factor pendukungnya adalah motifasi belajar yang dimiliki siswa.

Dalam rangka memotifasi siswa, kepala sekolah mengambil strategi sebagai

berikut :

a. Memberikan Reward.

Secara praktis, penghargaan atau reward dapat dimaknai sebagai

perbuatan menghargai atau penghormatan. Reward atau pengharagaan ini

sesuai dengan teorinya Ibrahim Bafadal yaitu meningkatkan pemahaman

dan penghargaan belajar melalui penguasaan materi dan penghargaan

atas pencapaian prestasi akademik101. Di SDIT Muhammadiyah

Jumapolo, penghargaan diberikan sebagai bentuk apresiasi atas prestasi

yang diperoleh siswa. Dalam kaitannya dengan peserta didik,

pengharagaan juga berarti suatu keterampilan dalam memberikan respon

positif terhadap sesuatu yang berhasil dicapai oleh peserta didik sebagai

penguatan agar prestasi terbaik itu dapat terulang kembali. Jika difahami

secara mendalam maka hakikat penghargaan yang diberikan SDIT

101
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar dalam Kerangka
Manajeman Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Hlm. 78

157
Muhammadiyah Jumapolo kepada siswa adalah untuk mengistiqomahkan

siswa agar siswa tetap termotifasi dalam belajar.

Motifasi ini sangat penting karena akan berhubungan dengan

kejiwaan seseorang. Siswa yang memiliki motifasi yang kuat akan ada

kecendrungan siswa tersebut memiliki dedikasi dan kemauan yang kuat

juga. Di SDIT Muhammadiyah Jumapolo, setelah siswa memiliki

motifasi untuk belajar maka selanjutnya sekolah membuat sistem. Sistem

dalam rangka membantu anak untuk berprestasi baik akademik maupun

non akademik. Sistem yang dibuat adalah mengikutsertakan SDIT

Muhammadiyah Jumapolo dalam berbagai perlombaan seperti MAPSI,

LCC, siswa prestasi dll. Perlombaan-perlombaan ini adalah fasilitas yang

dapat menghantarkan anak untuk berprestasi.

Di dalam Islam kata punishment dapat disamakan dengan kata

targhîb Adapun arti kata “‫ “ﻏﺏ ﺭ‬adalah keinginan yang kuat. Istilah

targhîb kerap diartikan dengan kalimat yang melahirkan keinginan kuat

(bahkan sampai pada tingkat rindu), membawa seorang tergerak untuk

menggerakan amalan. Dalam Islam kalimat targhîb kerap ditemui baik

dalam teks-teks al-Qur'an maupun hadis berupa janji-janji, reward, kabar

baik yang memberi efek pada motivasi dan harapan untuk melaksanakan

apa yang dijanjikan. Inilah kiblat sejati SDIT Muhammadiyah Jumapolo

dalam meningkatkan motifasi belajar siswa melalui pemberian hadiah

sebagai bentuk penghargaan bagi siswa yang berprestasi.

158
Harapan SDIT Muhammadiyah Jumapolo kedepan adalah, SDIT

Muhammadiyah Jumapolo mampu memberikan warna bagi kehidupan

terutama dalam hal mencetak generasi Qur`ani. Tidak hanya bekal

akademik saja yang didapatkan melainkan juga bekal spiritual. SDIT

Muhammadiyah Jumapolo selalu berkomitmen untuk menjadi sekolah

unggulan baik dalam prestasi akademik maupun non akademik. Saat

inipun SDIT Muhammadiyah sudah dikenal masyarakat luas yang tidak

hanya lingkup kecamatan melainkan juga kabupaten. Kesemuanya itu

dapat tercapai dengan prestasi-prestasi yang ditorehkan SDIT

Muhammadiyah Jumapolo yang di awali dengan motifasi untuk belajar.

b. Memberikan punishman

Masalah punishment selain sensitif karena menjadi pendorong

seseorang untuk bekerja, juga karena berpengaruh terhadap moral dan

disiplin kerja. Dalam hal ini punishman harus tepat sasaran. Artinya

hukuman yang diberikan kepada seseorang harus sesuai dengan kaidah-

kaidah. Dalam lembaga pendidikan, tentunya hukuman harus bersifat

mendidik dan menghindari hukuman fisik. Oleh karena itu, dalam

lembaga pendidikan seharusnya dapat memperhatikan perihal

punishment yang akan diberikan kepada siswa. Jika punisman itu itu

sesuai dan tepat sasaran maka baik secara langsung maupun tidak

langsung akan membantu siswa untuk intropeksi diri agar lebih baik.

Adapun bentuk punishman yang sudah berlaku di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo adalah dalam bentuk pemberian tugas yang

159
tersetruktur. Sebagai contoh siswa yang tidak melakukan kegiatan

mengaji di pagi hari maka bentuk hukumannya adalah dengan menulis

surat atau menghafal ayat. Siswa yang tidak mengerjakan PR maka di

sekolah anak tersebut harus mengerjakan PR diluar kelas atau di

perpustakaan dll. Harapan besar SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah

dengan pemberian berbagai bentuk hukuman kepada siswa yang tidak

disiplin akan menjadi pelajaran agar anak memiliki motifasi dalam setiap

kegiatan baik di SDIT Muhammadiyah Jumapolo termasuk

meningkatkan motifasi belajar anak.

Dalam konsep manajemen sumber daya manusia, punishment

merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi. Selain motivasi,

punishment juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya

untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat

dicapainya. Di dalam Islam kata punishment dapat disamakan dengan

kata targhîb Adapun arti kata “‫ “ﻏﺏ ﺭ‬adalah keinginan yang kuat.

Targhîb bukan saja memiliki reaksi yang menimbulkan keinginan untuk

menggerakkan sesuatu, tapi juga memunculkan tingkat kepercayaan pada

sesuatu. Inilah yang menjadi rujuka SDIT Muhammadiyah Jumapolo

dalam menerapan hukuman yang mendidik pada siswa.

c. Memberikan pujian

Setiap anak tentu butuh dorongan dari lingkungan selain

dorongan itu muncul dari dalam diri sendiri. Salah satu bentuk dorongan

yang baik adalah memberikan pujian bagi anak. Baik dari orang tua

160
maupun guru harus sering memberikan pujian supaya anak bisa meraih

prestasi di sekolah. Namun, ternyata menurut para ahli perkembangan

anak memuji bukan hal yang bisa disepelekan begitu saja. Terlalu banyak

memuji anak atau tidak pernah memuji justru bisa membuat anak merasa

tertekan. Maka dari itu pujian harus seimbang dengan usaha maupun

hasil yang sudah dilakuakan maupun diraih anak.

Hal ini berangkat dari kerangka pemahaman mengeni hakikat

bahwa setiap manusia ingin diterima dan diakui keberadaannya.

Disamping memberikan pujian pada anak,orang tua maupun guru juga

harus tetap memberikan dan menanamkan sikap rendah diri kepada anak

setelah memujinya agar tidak menjadi anak yang sombong dan

membanggakan diri sendiri tanpa melihat yang lainnya.Harapan akhir

dari pujian kepada setiap anak adalah mampu menorehkan pencapaian

yang lebih membanggakan lagi dan cenderung menunjukkan prestasi

yang lebih cemerlang di sekolah.

d. Kompetisi

Beberapa kajian psikologi menyebutkan bahwa kompetisi

sebagai sebuah naluri bawaan manusia (human need). Sebuah kebutuhan

dasar dan menjadi suatu yang mendasar bagi manusia. Selain menjadi

'naluri bawaan', berkompetisi itu juga diciptakan oleh lingkungan. Mulai

dari lingkungan terdekat keluarga, di sekolah, dan juga di masyarakat.

Berangkat dari sinilah menanamkan jiwa berkompetisi bagi anak adalah

suatu keharusan. Mengingat jika anak sudah berada di lingkungan

161
sekolah, dengan kompetisi, anak mampu memaknai prestasi lewat

kompetisi.

Dalam lembaga pendidikan di sekolah,fungsi kompetisi bagi

anak adalah sebagai salah satu alat ukur atau indikator kinerja atau

pencapaian prestasi yang secara luas adalah unjuk mutu sekolah, siswa,

dan guru. Bagi siswa kompetisi bisadimanifestasikan dalam bentuk

perlombaan. Dalam setiap perlombaan di sekolah, anak akan sampai pada

suatu kondisi bahwa dalam memaknai prestasi lewat kompetisi.

Harapannya adalah dengan kompetisi ini akan mendorong anak untuk

termotifasi khususnya dalam meningkatkan prestasi belajar anak.

E. Kendala dan Solusi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan

Keberhasilan sistem di SDIT Muhammadiyah Jumapolo tidak dapat

diketahui tanpa adanya evaluasi. Dari evaluasi inilah sistem dapat di nilai,

sehingga dapat dilakukan langkah selanjutnya. Begitupula di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo, ada bebarapa kendala dalam menjalankan sistem

yang ada :

1. Peningkatan profesioanalisme guru

Dalam sebuah kebijakan yang diambil oleh setiap sekolah tentu

tidak selamanya berjalan mulus. Begitu juga dalam proses rekrutmen SDIT

Muhammadiyah Jumapolo. Selama ini SDIT Muhammadiyah Jumapolo

dalam proses penjaringan guru lebih mengutamakan alumni PONPES

Gontor. Kebijakan ini ternyata membawa kendala tersendiri dalam upaya

162
peningkatan profesionalisme guru. Ada beberapa guru yang memiliki latar

belakang berbeda dari kualifikasi yang diharapkan sekolah, namun akhirnya

dapat di terima di SDIT Muhammadiyah Jumapolo karena berlatar

belakangkan alumni PONPES Gontor.

Proses penjaringan guru yang tidak sesuai kualifikasi yang

dibutuhkan baik di awal berdirinya SDIT maupun pada masa sekarang

menjadi kendala tersendiri bagi sekolah khususnya dalam hal

profesionalisme. Berangkat dari permasalahan inilah sekolah harus

mengambil langkah untuk membekali guru memiliki kompetensi sesuai

bidang kinerjanya di sekolah. Dalam hal ini sekolah mewajibkan bagi guru-

guru tersebut untuk mengikuti pelatihan-pelatihan seperti KKG, workshop,

seminar TOT dan pelatihan-pelatihan lain yang sesuai hingga studi ulang

atau studi lajut. Untuk guru-guru senior akan ditempatkan sesuai dengan

kualifikasi ilmunya, mengingat sekarang sudah banyak tenaga-tenaga yang

masih muda.

Kaitannya dengan tenaga pendidik (guru) merupakan rohnya

sekolah. Artinya guru memiliki peran paling penting dalam kegiatan di

sekolah. Hal ini dikarenakan, guru akan langsung terlibat bersam anak.

Berangkat dari sinilah perlu adanya langkah-langkah strategis guna

meningkatkan kompetensi guru. Kompetensi guru perlu di upgrad agar guru

semakin memiliki profesionalitas sebagai tenaga pendidik sehingga dalam

berkontribusi dalam jalur pendidikan ini dapat totalitas.

163
Bahkan di awal-awal SDIT berdiri, proses penjaringan guru tidak

berdasarkan seleksi. Hal ini dikarenakan permintaan guru dari sekolah

dengan pelamar yang masuk tidak seimbang. Diawal berdirinya, SDIT

Muhammadiyah Jumapolo membutuhkan tenaga pendidik yang bayak untuk

memenuhi dalam setiap bidang mata pelajaran. Sedangkan pelamar sangat

sedikit di karenakan kepercayaan masyarakat ketika itu sanagat kurang.

Hingga ketika itu ditemukan spesialisasi guru BK menjadi wali kelas

termasuk spesialisasi kesehatan menjadi guru IPA dll.

Dalam perjalanannya, guru yang bekerja tidak relevan dengan

ijazahnya dan tidak sesuai dengan bidangnya ini selanjutnya menjadi

perhatian sekolah. Dikarenakan SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah

sekolah yang mengedepankan mutu, sekolah berharap meskipun dalam

penjaringan guru seperti ini keadannya, namun sekolah terus berupaya

dalam peningkatan profesionalisme guru. Beberapa langkah nyata yang

sudah dilakukan sekolah diantaranya :

a. Secara berkelanjutan sekolah mengadakan pelatihan-pelatihan guru

seperti workshop, seminar, TOT dan berbagai kegiatan kursus guru.

b. Mengadakan KKG Internal sekolah berdasarkan mapel

c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk studi kembali atau studi

lanjut sesuai bidang kinerjanya di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

d. Menempatkan guru-guru senior yang diawal berdirinya SDIT

Muhammadiyah Jumapolo tidak berdasarkan kualifikasinya menuju

posisi yang sesuai dengan kualifikasinya.

164
2. Peningkatan kualitas pembelajaran

Satu hal yang menjadi kendala dalam peningkatan mutu

pembelajaran yaitu masalah waktu, mengingat SDIT Muhammadiyah

Jumapolo bukanlah ful day school. Kaitannya dengan pembelajaran, ada

proses pembelajaran yang efektif dan ada proses pembelajaran yang tidak

efektif. Proses pembelajaran efektif inilah yang akan menjadi salah satu

indikator tercapainya mutu pembelajaran. Karena dalam hal ini guru bisa

memanfaatkan waktu guna mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

Tantunya hal ini juga dipengaruhi berbgai faktor seperti metode, media dll.

Mata pelajaran yang banyak serta materi yang luas menuntut waktu

yang lebih banyak. Kenyataan dilapangan, SDIT Muhammadiyah Jumapolo

dalam kegiatan pembelajaran selesai pukul 14.00 di hari senin – kamis dan

pukul 10.00 dihari jumat dan sabtu. Hal ini tentu menjadi kendala dalam

proses peningkatan kualitas pembelajaran. Namun bukan berarti dengan

terbatasnya waktu, tujuan pembelajaran tidak tercapai. Kaitannya dengan

kendala ini ada bebrapa langkah yang dilakukan oleh sekolah.

Dalam hal ini SDIT Muhammadiyah Jumapolo mengambil langkah

yaitu pertama, perlu adanya pengorganisasian materi termasuk pengurangan

materi khususnya dari kurikulum gontor. Kedua, perlu adanya pengurangan

jam di beberapa materi serta penambahan jam bagi anak-anak yang

tertinggal. Penambahan jam ini bisa diberlakukan secara klasikal maupun

personal. Untuk kelas 6 di semester I perlu pengurangan di beberapa mapel

khususnya muatan lokal. Di semester II fokus pada mapel ujian sekolah dan

165
ujian nasional. Harapannya anak bisa lulus dengan prestasi yang

memuaskan, sehingga output yang dihasilkanpun juga terbilang bermutu.

3. Peningkatan sarana dan prasarana

Beberapa kendala yang dihadapi sekolah dalam peningkatan sarpras

diantaranya :

a. SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar adalah sekolah swasta

sehingga dalam hal perhatian dari negara ada perbedaan dengan sekolah

negeri. Dalam hal ini sekolah swasta dituntut untuk mandiri dalam segala

bidang.

b. SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar adalah sekolah yang

berada di bawah PCM. Artinya, dalam beberapa hal ini sekolah memiliki

kebijakan sendiri dan tidak terikat dengan kebijakan PDM. Karena

sekolah diberi otoritas dalam menentukan kebijakan inilah, membuat

SDIT Muhammadiyah Jumapolo juga dituntut oleh PDM untuk mandiri

termasuk dalam hal pendanaan.

c. Biaya sekolah siswa yang terjangkau. Hal ini dikarenakan SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar adalah sekolah yang berada di

kecamatan yang sedang berkembang dengan keadaan ekonomi

masyarakat menengah kebawah.

Hal ini yang membuat SDIT Muhammadiyah Jumapolo harus

berfikir totalitas dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana.

Sampai sekarang, SDIT Muhammadiyah Jumapolo dalam penggalian dana

seperti untuk pemenuhan sarpras, bekerja sama dengan wali murid melalui

166
shodaqoh dan infaq baik yang sifatnya wajib maupun sukarela. SDIT juga

bekerja sama dengan 2 BMT yang salah satunya milik AUM kecamatan

Jumapolo yaitu BMT Dinar Barokah dan BMT Muamalat. Selanjutnya

SDIT Muhammadiyah juga bekerja sama dengan penerbit-penerbit buku

seperti erlangga. SDIT Muhammadiyah Jumapolo juga bekerja sama dengan

anggota dewan yang duduk di pemerintahan. Yang terahir SDIT juga

mencari pendanaan sampai keluar negeri seperti Qatar.

Dalam penuturan bapak kepala sekolah disebutkan bahwa dalam

pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana maka sekolah mengambil

kebijakan yaitu dengan melakukan penggalian dana melalui :

a. Wali murid dengan cara Infaq wajib dan sukarela untuk suatu program

b. Donatur tetap baik perorangan maupun lembaga seperti amal usaha BMT

Dinar Barokah dan BMT Muamalat Jumapolo

c. Anggota dewan

d. Luar negeri seperti Qatar Carrity

4. Peningkatan motifasi belajar siswa

Kendala yang muncul dalam meningkatkan motifasi siswa adalah

kendala yang datangnya dari eksternal sekolah yaitu keluarga. Anak yang

memiliki kemampuan akademik di bawah rata-rata ditambah dengan tidak

adanya pendampingan dari orang tua karena ditinggal merantau menjadikan

permasalahan tersendiri bagi sekolah. Dalam hal ini kecendrungan anak di

sekolah dengan didampingi guru sehingga karena pendampingan yang

intens membuat anak memiliki semangat dalam belajar. Namun hal ini tidak

167
berlaku bagi siswa ketika di rumah dengan posisi tidak ada orang tua. Hal

ini akan memicu anak menjadi malas karena merasa tidak ada

pendampingan.

Guru sebagai orang tua di sekolah bertanggung jawab dalam

memberikan pendidikan yang baik pada anak ketika di sekolah. Dalam hal

Begitupula anak ketika sudah di rumah, maka orang tuanyalah yang

bertanggung jawab dalam mengawasi dan memberikan pendidikan ketika di

rumah. Harapannya, dengan pendidikan dan pengawasan, baik dari guru di

sekolah maupun orang tua anak ketika di rumah dapat membentuk pola

perilaku anak yang baik.

Kenyataan sekarang ini, banyak orang tua yang lalai dengan

pendidikan anak ketika dirumah. Bagi para orang tua yang sibuk dalam

bekerja, membuat orang tua lalai dengan pendidikan anak. Mereka merasa

bahwa pendidikan anak disekolah sudahlah cukup. Bagi anak-anak yang

ditinggal orang tuanya merantau menjadikan anak di rumah tanpa

pengawasan. Hal ini akan memicu ketidakberhasilan pendidikan yang sudah

diajarkan di sekolah. Berangkat dari permasalahan inilah perlu adanya kerja

sama yang baik antara guru dari pihak sekolah dengan orang tua sebagai

pihak didalam keluarga.

Dalam hal ini sekolah mengambil langkah untuk home visit guna

bertemu langsung dengan keluarga anak. Dalam kunjungan itu di

bicarakanlah hal-hal terkait dengan kondisi anak di sekolah maupun di

rumah yang utamanya adalah terkait kondisi anak di rumah. Selama ini jika

168
kasus yang di temukan adalah anak tanpa pengawasan orang tua di rumah

karena orang tua sibuk mencari uang di perantauan maka langkah yang bisa

di ambil adalah :

1. Orang tua harus tetap memberikan pengawasan dan pendampingan

kepada anak di rumah. Hal ini bisa dilakukan dengan kerja sama yang

baik dengan anggota keluarga untuk bisa membantu dalam

pendampingan anak.

2. Antara guru dan wali anak harus menjalin komunikasi yang intens terkait

perkembangan anak bisa dengan HP maupun buku penghubung.

3. Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari kerja sama antar berbagai

pihak. Diantara pihak yang paling berperan dalam meningkatkan mutu

siswa adalah adanya kerja sama yang baik antara guru dan orang tua

anak. Baik guru maupun orang tua harus saling bersinergi.

5. Analisis SWOT SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

Analisis SWOT adalah suatu metode perencanaan strategis untuk

mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam usaha mencapai tujuan,

yaitu kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),

dan ancaman (threats), baik itu tujuan jangka pendek maupun jangka panjang102.

Metode analisis ini tujuannya adalah untuk menggambarkan situasi dan kondisi

yang sedang dihadapi dan bukan merupakan alat analisis yang dapat

102
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), Hlm. 68

169
memberikan solusi terhadap masalah yang tengah dihadapi. Berikut adalah

gambaran yang ditemukan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo :

Rumus : S = O

No Streghts (kekuatan) Opportunities (peluang)

Revitalisasi KKG baik internal Sekolah berstatus eksis dengan


1
maupun eksternal profesionalisme guru

Sekolah berstatus eksis dengan


2 Revitalisasi K3S
profesionalisme kepala sekolah

Sarana dan prasarana yang Memungkinkan sekolah mampu


3
memadahi menyongsong industri 4.0

Peningkatan layanan perpustakaan Akan menjadi rujukan School Of


4
dan penambahan koleksi Literacy Culture

Memungkinkan penggunaan 101


5 Revitalisasi profesionalisme guru
strategi pembelajaran

Rumus : W = T

No Weaknesses (kelemahan) Threats (ancaman)

Upaya pengambilan alih status


Rekruetmen guru yang bukan kader
1 amal usaha Muhammadiyah ke
Muhammadiyah
ormas lain

Tidak ada regulasi pengangkatan guru


2 Keluar masuk guru
tetap yayasan

3 Kesejahteraan guru belum terpenuhi Keluar masuk guru

170
Status sekolah merjer yaitu

sekolah yang sama dengan


4 Pendidikan guru berhenti di strata satu
sekolah lain bahkan akan kalah

bersaing

Sekolah berpotensi menjadi

Tidak adanya kenaikan SPP siswa dalam status survival yaitu sekolah
5
setiap tahunnya yang tidak bisa mandiri dan

bergantung pada pendonatur

171
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan paparan dan analisis pada bab sebelumnya, maka pada bab ini

akan di paparkan kesimpulan tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar. Selain simpulan

dalam bab ini juga akan dipaparkan beberapa saran dan rekomendasi.

A. Simpulan

Peningkatan mutu pendidikan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo tidak

dapat dilepaskan dari peran kepala sekolah.

1. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

a. Peningkatan profesionalisme guru.

b. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Peningkatan sarana dan prasarana

d. Peningkatan motifasi belajar siswa.

2. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

a. Peningkatan profesionalisme guru

1. OJT (On Jon Training) bagi guru baru

2. Mengikuti pelatihan (KKG,diklat,seminar,workshop) bagi guru lama

b. Peningkatan kualitas pembelajaran

1. Mengintegrasikna 4 kurikulum yaitu DIKNAS, KEMENAG dan

kurikulum PONPES Gontor serta ISMUBA

172
2. Pemanfaatan berbagai metode pembelajaran.

c. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana

1. Perawatan dan optimalisasi fungsi SARPRAS

2. Pengadaan sarana yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran.

d. Peningkatan motifasi belajar siswa.

1. Pemberian reward dan punishman.

2. Pemberian pujian

3. Kompetisi.

3. Kendala dan Solusi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

a. Peningkatan profesionalisme guru

Satu kendala dalam hal profesionalisme guru adalah penjaringan

guru yang mengutamakan lulusan PONPES GONTOR tanpa

memperhatikan kualifikasi keilmuwannya. Solusi yang dilakukan kepala

sekolah adalah :

1. Mewajibkan bagi guru-guru untuk mengikuti pelatihan seperti KKG,

workshop, seminar TOT dll

2. Study ulang dan study lanjut.

b. Peningkatan kualitas pembelajaran

Integrasi kurikulum menuntut waktu yang lebih banyak. Kenyataan

dilapangan, SDIT Muhammadiyah Jumapolo bukanlah ful day school.

Solusi yang dilakukan SDIT muhammadiyah yaitu :

173
1. Pengorganisasian materi dan pengurangan di beberapa materi pelajaran.

2. Pengurangan jam di beberapa mata pelajaran

c. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana

Kendala yang ada adalah dalam hal penggalian dana, mengingat

pertama, SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah sekolah swasta. Kedua,

SDIT Muhammadiyah Jumapolo adalah sekolah bawah PCM. Solusi dalam

hal penggalian dana untuk pemenuhan sarana dan prasarana, SDIT

Muhammadiyah Jumapolo bekerja sama dengan wali murid dengan sistem

iuran wajib dan infaq sukarela serta bekerja sama dengan pendonatur.

d. Meningkatkan motifasi belajar siswa

Kendala yang ada dalam hal peningkatan kualitas peserta didik

adalah tidak adanya proses pendampingan anak ketika sudah di rumah,

khususnya bagi siswa dan siswi yang orang tuanya merantau. Solusi yang

dilakuakan sekolah adalah :

1. Menjalin kerja sama yang baik dengan anggota keluarga

2. Menjalin komunikasi yang intens terkait perkembangan melalui HP

maupun buku penghubung.

3. Kunjungan ke rumah atau home visit

B. Saran

Berpijak pada hasil penelitian diatas, penulis menyampaikan saran kepada

beberapa pihak sebagai berikut :

174
1. Kepala sekolah

a. Perlu adanya regulasi rekrutmen guru dari kader Muhammadiyah dan sesuai

kualifikasi

b. Perlu memperhatikan kesejahteraan guru dengan gaji minimal UMR

c. Perlu adanya kenaikan biaya SPP siswa secara bertahap untuk menuju

sekolah mandiri yang berstatus growth yaitu sekolah yang 90% pendanaan

berasal dari wali murid.

2. Yayasan atau komite

a. Perlu pengangkatan status guru sebagai GTY secara bertahap

d. Perlu adanya kerjasama dengan perguruan tinggi untuk studi lanjut guru

(Universitas Muhammadiyah Surakarta)

C. Rekomendasi

Rekomendasi ini ditunjukkan pada peneliti selanjutnya, bahwa hasil penelitian ini

masih banyak kekurangan sehingga diharapkan untuk selanjutnya dapat

menyempurnakannya. Diharapkan penelitian ini dapat dijasikan sebagai bahan

pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

175
Daftar Pustaka
Al Washilah, A. Chaidar. 2003. Pokoknya Kualitatif. Bandung : PT. Kiblat
Buku Utama

Arbangi. 2016. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Ali, Muhammad. 2018. Manajemen Sekolah Islam. Surakarta : Muhammadiyah University


Press.

Akdon. 2017. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Al Huwaithy, bin Ibrahim, Syyid. Hadits Arbain An Nawawiyah. Jakarta : Darul


Haq.

Baharuddin. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam dalam Teori dan Praktik.


Jakarta : Ar Ruzz Media.
Bafadal, Ibrahim. 2006. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Basuki, Wibawa. 2017. Manajemen Pendidikan Teknologi Kejuruan dan


Vokasi. Jakarta : Bumi Aksara Group.

Duryat, Masduki. 2011. Kepemimpinan Pendidikan Pendidikan (Meneguhkan


Legitimasi dalam Berkonsentrasi di Bidang Pendidikan). Bandung: PT
Alfabeta

Dakir. 2016. Mutu Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Dikmenum. 1999. Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu


Konsepsi Otonomi Sekolah. Jakarta : Depdikbud.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kuantitatif dan kualitatif.


Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

E. St Harahap. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka

Gojali, Imam dkk. 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonmi Pendidikan.
Jogjakarta: IRCiSoD.

Hidayah, Nurul. 2016. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam


Meningkatkan Mutu Pendidikan. Yogyakart. Ar Ruzz Media.

Idrus Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.

176
J. Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Komariah, Aan. 2011. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta :


Bumi Aksara.
Kementrian Agama RI Al Qur`an Terjemah. Mushaf Al `Azam Surat An Nisa` : 59.
Jakarta: PT Tiga Serangkai.

Kompri. 2015. Manajeman Sekolah (Orientasi Kemandirian Sekolah), .Yoyakarta:


Pustaka Pelajaran.
Mulyasa. 2017. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : PT Bumi
Aksara
E. Mulyasa. 2006. Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasana Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Musbikin, Imam. 2013. Menjadi Kepala Sekolah yang Hebat. Riau : Zafana
Publishing.

Norman, K. Danzin. 2000. The Handbook of Qualitative Research. Jakarta: Sage


Publicati.

Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Priansa, Juni, Donni. 2013. Kepeminpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pidarta, Made. 2011. Manajeman Pendidikan Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Rivai, Veithzal. 2004. Kiat Memimpin dalam Abad 21. Bandung: PT Raja Grafindo
Persada.

Satori, Djaman. 2016. Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Suryosubrot. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta

Satori, Djaman dkk. 2009. Metode Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


Sugiyono. 2009. Memahami Penelitiaan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful. 2016. Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung: Prenadamedia
Group.

177
Sagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Satori, Djam`an. 2016. Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Suryabroto. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : PT Rineka Cipta.
Shobron, Sudarno, dkk. 2017. Pedoman Penulisan Tesis. Surakarta: M.Pd.I, M.P.I,
M.H.I Sekolah Pascasarjana UMS.

Sallis , Edward. 2012. Total Quality Managemen in Education. Yogyakarta: Ircisod

Tung, Yau, Khoe. 2015. Pembelajaran dan perkembangan belajar. (Jakarta :


Indeks.

Umiarso. 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan.


Yogyakarta: IRCiSoD.

Umiarso. 2016. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta: Kencana

Weber, Max. 2006. Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme. Terj. TW Utomo dan
Yusup Priya Sudiarja. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Weber, Max. 1968. On Charisma Institution Building. London: The University of
Chicago Press.
Yukl, Gary. 2008. Leadership in Organizations. New York: University At Albany.
Yahya, Murip. 2013. Profesi Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia
Ainon Ramli. 2018. The Impact of Facilities on Student’s Academic Achievement,
International Journal of Educational. (Malaysia : Universiti Malaysia
Kelantan)
Beverly, Irby & Fred, Lunenburg. 2009. Gaining Perspective for the Vision: The
First Step in Becoming a Visionary Principal, International Journal of
Educational Leadership. Theodore Creighton :Virginia.

Cheong, Yin, Cheng. 2016. Quality assurance in education : Internal, interface,


and future”. International Journal School of Management. China : Harbin
Institute Technology of China.
Dunia Siagaan. 2019. Principal’s Leadership in Building Teacher Professionalis.
Universitas Neger Padang :Atlantis Press.
Fiedler, Fred. 1967. Theory of Leadership Effectiveness International Journal of
Educational, (Canada : Reports – Research)

178
McNeil, Mary & Nevin, Ann. 2014. Becoming Life Long Learners A Pedagogy for
Learning About Visionary Leadership. International Journal Education
Studies. (New Hampshir : New England College.
Little, Sabine. 2019. Global Teachers as Global Learners: Intercultural Teacher
Training in International Settings. International Journal of Educational
Leadership. London: Review of Education
Nanjundeswaraswamy dan Swamy. 2014. Leadership styles. International Journal
Department of Industrial Engineering and Management. India : Academy of
Technical Education Bangalore India.
Noyens. 2019. The Directional Links Between Students’ Academic Motivation and
Social Integration During The First Year of Higher Educatio. International
Journal of Educational. Belgium: Université Catholique de Louvain.

Peterson, Stagg, Shelley. 2019. Professional Lives and Initial Teacher Education
Experiences of Indigenous Early Childhood Educators, Childcare Workers,
and Teachers in Northern Ontario. International Journal of Educational.
(Canada: Reports - Research).

Shao, Zhen. 2016. The Impact Mechanism of Charismatic Leadership on


Individual's Tacit Knowledge Sharing. International Journal School of
Management. China : Harbin Institute of Technology of China.

Sugiharto, Puji, Yuwono, Dewi. 2018. Development Model of Profesionalism


Guidance and CounselingTeacher. Universitas Negeri Semarang: Atlantis
Press

Wei Wang. 2019. A Survey of Zero-shot Learning: Settings; Methods and


Applications. New York : ACM Trans.

Yordsala, dkk. 2013. The Development of Visionary Leadership Administrators in


Thai Primary School. International Journal Education Studies: Suwit
Yordsala. Faculty of Education Mahasarakham University Thailand.
Yeo, Michelle 2019. Inquire, Imagine, Innovate: A Scholarly Approach to
Curriculum Practice, International Journal of Educational, (Canada :
Reports – Descriptive)

179
LAMPIRAN
1. Pedoman Observasi

A. Kepala Sekolah

a. Disiplin keilmuan kepala sekolah

b. Cara kepala sekolah mempengaruhi guru dan karyawan untuk terlibat

dalam visi ?

c. Cara membangun motifasi guru dan karyawan melalui visi sekolah

d. Peran kepala sekolah untuk merealisasikan visi sekolah menjadi aksi

e. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas input (guru dan siswa)

f. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas proses

g. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas output

h. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas input (guru dan

siswa)

i. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas proses

j. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas output

180
2. Pedoman Wawancara

a. Kepala Sekolah

a. Apa visi, misi dan tujuan sekolah ?

b. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam merumuskan visi dan misi

sekolah ?

c. Bagaimanakah mekanisme penyusunan visi dan misi sekolah ?

d. Apa sasaran pencapaian visi dan misi sekolah ?

e. Bagaimanakah strategi pencapaian visi dan misi sekolah ?

f. Bagaimanakah upaya sosialisasi visi dan misi sekolah ?

g. Bagaimanakah tata pamong SDIT Muhammadiyah Jumpolo ?

h. Bagaimanakah sistem kepemimpinan SDIT Muhammadiyah Jumpolo ?

i. Bagaimanakah sistem pengelolaan SDIT Muhammadiyah Jumpolo ?

j. Bagaimanakah penjaminan mutu SDIT Muhammadiyah Jumpolo ?

k. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas input

(guru dan siswa) ?

l. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas proses?

m. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas output?

n. Bagaimanakan penyusunan RKS dan RAPBS ?

b. Guru / Karyawan

1. Bagaimana tipe kepemimpinan kepala sekolah ?

2. Bagaimanakah disiplin keilmuan kepala sekolah ?

3. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam merumuskan visi dan misi

sekolah ?

181
4. Bagaimanakah mekanisme penyususna visi dan mis sekolah ?

5. Apa sasaran pencapaian visi dan misi sekolah ?

6. Bagaimanakah strategi pencapaian visi dan misi sekolah ?

7. Bagaimanakah upaya sosialisasi visi dan misi sekolah ?

8. Bagaimanakah tata pamong SDIT Muhammadiyah Jumpolo ?

9. Bagaimanakah sistem kepemimpinan SDIT Muhammadiyah Jumpolo ?

10. Bagaimanakah sistem pengelolaan SDIT Muhammadiyah Jumpolo ?

11. Bagaimanakah penjaminan mutu SDIT Muhammadiyah Jumpolo ?

12. Sejauh mana peran kepala sekolah dalam melibatkan pihak lain (yayasan,

komite, wali murid) guna meningkatkan mutu pendidikan ?

13. Bagaimanakah peran kepala sekolah untuk merealisasikan visi sekolah

menjadi aksi ?

14. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas input

pendidikan (guru dan siswa) ?

15. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas proses

pendidikan ?

16. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas output

peserta didik?

182
3. Pedoman Dokumentasi

1. Pendidikan formal kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah Jumapolo

Karanganyar.

2. Visi, misi dan tujuan SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

3. Struktur organisasi SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

4. Program kerja SDIT Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar

5. Status sekolah (akreditasi, adiwiyata )

183

Anda mungkin juga menyukai