Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

‘’Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sistem Pendidikan Full


Day School terhadap Lembaga Taman Pendidikan Qur’an
(TPQ)”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Dosen : Dr. H. Muhammad Farid, M.Si

…………..
NIM : 2301000….

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUL ULUM
JOMBANG
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji milik Allah SWT, yang telah memberikan


kepada kita. Marilah kita ucapkan puji syukur atas nikmat dan karunia yang telah
Allah SWT berikan kepada kita yang tiada terkira besarnya, dan kenikmatan dan
kesempatan itu pula penulis akhirnya menyelesaikan makalah sederhana ini
dengan judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sistem Pendidikan Full Day
School terhadap Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).”
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat dukungan dari
teman-teman serta motivasi dari dosen pengampuh, oleh karna itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Meskipun penulis berharap isi makalah
ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun sedikit banyaknya pasti ada
kesalahannya dan oleh karna itu penulis berharap kritik serta saran dari teman-
teman sekalian untuk kami bisa lebih baik kedepanya. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih,

Jombang, 29 Januari 2024

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN 4
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sistem Full Day School 4
B. Upaya Kepala Sekolah sebagai Pemimpin dalam Mengatasi Dampak
Sistem Full Day School pada Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPQ) 5

BAB III PENUTUP 7


A. Kesimpulan7
B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen pendidikan menduduki posisi vital dalam dunia
pendidikan. Manajemen dapat dikatakan ruh yang akan menggerakkan gerak
hidup raga pendidikan. Sukses gagalnya dunia pendidikan meraih cita – cita
dan tujuan sangat ditentukan sejauhmana manajemen dijalankan dengan baik.
Kegagalan manajemen sudah dipastikan menyebabkan gagalmya upaya
pencapaian tujuan pendidikan.1
Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis, karena
pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peran strategis
pendidikan tersebut melibatkan tenaga kependidikan, yang mempunyai peran
dalam pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan karakter peserta didik.
Oleh karena itu, tenaga kependidikan yang profesional akan melaksanakan
tugasnya secara profesional, sehingga menghasilkan kualitas peserta didik
yang bermutu. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada
kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin.2
Kepala Sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi
tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Pada tingkat operasional,
Kepala Sekolah adalah orang yang berada digaris terdepan yang
mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu. Kepala
Sekolah diangkat untuk menduduki jabatan bertanggungjawab
mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan pada level
sekolah yang dipimpin.3

1
Nirva Diana, Manajemen Pendidikan berbasis Budaya Lokal Lampung (Analisis Eksploratif
Mencari Basis Filosofis) ejournal, Volume XII, Nomor 1, (Lampung: PPS IAIN Raden Intan,
2012) Hlm 187
2
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah, (Bandung:
Alfabeta, 2013) hlm 82
3
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teori dan Permasalahannya. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005) hlm 83
1
Keunggulan sebuah sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala
sekolah tersebut. Salah satu indikasi bahwa pendidikan di suatu sekolah
sukses adalah apa yang diberikan kepada murid sesuai dengan kebutuhan
siswa dan para orang tua murid, selain itu juga didesain mampu memberikan
harapan pasti terhadap masyarakat juga menciptakan manusia yang
berkualitas sebagaimana termuat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Untuk mewujudkan tujuan itu, banyak sekali usaha yang dilakukan lembaga
pemerintah maupun swasta dengan menerapkan sistem atau kurikulum yang
dirasa pas untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan
membentuk sistem full day school.4
Sahudin dalam Ida Nurhayati mengatakan bahwa garis-garis besar
program full day school adalah membentuk sikap yang Islami antara lain,
pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan, pengetahuan dasar tentang
akhlak terpuji dan tercela, kecintaan kepada Allah dan Rasulnya, kebanggaan
kepada Islam dan semangat memperjuangkan agama, pembiasaan berbudaya
Islam (gemar beribadah, gemar belajar, disiplin, kreatif, mandiri, hidup bersih
dan sehat, belajar adabadab Islam). Selanjutnya penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan, antara lain pengetahuan materi-materi pokok program
pendidikan, mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari,
Mengetahui dan terampil baca dan tulis Al qur'an, memahami secara
sederhana isi kandungan amaliyah sehari-hari.5
Sekolah dengan sistem full day school, didirikan karena beberapa
tuntutan, diantaranya adalah: Pertama, minimnya waktu orang tua di rumah,
lebih-lebih karena kesibukan di luar rumah yang tinggi (tuntutan kerja).
Kedua, perlunya formalisasi jam tambahan keagamaan karena dengan
minimnya waktu orang tua di rumah maka secara otomatis pengawasan
terhadap hal tersebut juga minim. Ketiga, perlunya peningkatan mutu
pendidikan sebagai solusi alternatif untuk mengatasi problematika

4
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014)hlm 20
5
http://jurnal.fkip.uns.ac.id Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran Vol.2, No.2, hlm.
231-244, Edisi April 2015 SSN: 2354-6441 dengan judul “Penerapan Sistem Pembelajaran
Dengan Fun dan Fullday School oleh Ida Nurhayati Setyani, dkk yang diunduh pada 06 Januari
2019
2
pendidikan. Peningkatan mutu tidak akan tercapai tanpa terciptanya suasana
dan proses pendidikan yang representative dan professional.6
Sistem full day school ini sedikit banyak memberikan dampak
terhadap lembaga taman pendidikan Al-Qur’an. Program yang diterapkan
pada full day school membuat anak menjadi merasa sudah cukup untuk
belajar keagamaan baik dalam mengaji, fikih, akidah, pegon dan lain-lain
yang diajarkan pada taman pendidikan al-qur’an (TPQ), sehingga mereka
tidak ingin belajar di TPQ. Hal lain yang dirasakan anak adalah mereka sudah
merasa lelah karena bersekolah mulai dari jam 07.00-15.30. Oleh karena itu,
makalah ini ditulis mengenai “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sistem
Full Day School terhadap Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sistem Full Day
School?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam
mengatasi dampak Sistem Full Day School pada Lembaga Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)?

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan focus
penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sistem Full Day
School.
2. Untuk mengatahui upaya yang dilakukan kepala sekolah sebagai
pemimpin dalam mengatasi dampak Sistem Full Day School pada
Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).

6
Iwan Kuswandi, “Full Day School dan Pendidikan Terpadu”,http://iwankuswandi.wordpress.com
di akses 24 Nov 2018
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sistem Full Day School


Abi Sujak berpendapat bahwa “Kepemimpinan adalah pola hubungan
antar individu yang menggunakan wewenang dan pengaruh terhadap orang
lain atau sekelompok orang agar terbentuk kerja sama untuk menyelesaikan
suatu tugas”.7 Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan dan wewenang
seseorang yang mampu mempengaruhi dan memotivasi para staf, guru,
peserta didik dan seseorang yang ada dilingkungan sekolah untuk mencapai
suatu tujuan bersama.
Peranan kepala sekolah sebagai manajer perlu pembenahan dari
kondisi yang ada. Sebagai contoh, berbagai upaya bantuan yang diberikan
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan belum dapat menggerakkan
mutu pendidikan. Keterampilan teknis manajerial untuk memanajemen
sekolah perlu mendapat perhatian seperti pemahaman terhadap tugas
misalnya, memanajemen kurikulum, memanajemen personil, fasilitas,
keuangan dan tata usaha sekolah, pemeliharaan tata tertib, dan penghubung
sekolah masyarakat.8
Full day school berarti sekolah sepanjang hari atau proses belajar
mengajar yang diberlakukan dari pukul 07.00-15.30 WIB. Dengan durasi
istirahat setiap dua jam sekali. Sekolah bisa leluasa mengatur jadwal pelajaran
menyesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan model-
model pendalamannya. Jadi Fullday School adalah kegiatan sehari penuh di
sekolah. Sekolah dengan sistem Fullday School adalah bentuk satuan
pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan kurikulum Kemendiknas dan
ditambah dengan kurikulum kemenag. Model yang dikembangkan adalah
pengintegrasian antara pendidikan agama dan umum dengan memaksimalkan
perkembangan aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.9

7
Abi Sujak, Kepemimpinan, Manajer (Eksistensinya dalam Prilaku Organisasi), (Jakarta :
Rajawali Pers, 2009), hlm 9
8

4
Menurut Sehudin10mengatakan bahwa garis-garis besar program Full
Day School adalah sebagai berikut:
1. Membentuk sikap yang Islami
a. Pembentukan sikap yang Islami: 1) Pengetahuan dasar tentang iman,
Islam, dan ihsan. 2) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan
tercela. 3) Kecintaan kepada Allah dan Rasulnya. 4) Kebanggaan
kepada Islam dan semangat memperjuangkan.
b. Pembiasaan berbudaya Islam 1) Gemar beribadah. 2) Gemar belajar. 3)
Disiplin. 4) Kreatif. 5) Mandiri. 6) Hidup Bersih dan sehat. 7) Beradab
Islam.
2. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan
a. Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan.
b. Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari.
c. Mengetahui dan terampil baca Tulis Al-Qur’an.
d. Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah sehari-hari

B. Upaya Kepala Sekolah sebagai Pemimpin dalam Mengatasi Dampak


Sistem Full Day School pada Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPQ)
Keterampilan membaca Alquran merupakan hal yang penting guna
memahami isi kandungan Alquran. Membaca Alquran juga memiliki
keterkaitan erat dengan ibadah-ibadah yang dilakukan oleh umat islam,
seperti pelaksanaan shalat, haji dan kegiatan-kegiatan berdo’a lainnya.
Misalnya dalam pelaksanaan sholat, tidak sah hukumnya bila menggunakan
bahasa selain bahasa Alquran (bahasa Arab). Tidak sedikit diantara umat
islam yang tidak mengetahui periwayatan membaca Alquran.
Pembelajaran membaca Alquran pada umumnya dilakukan di
TPQ/TPA (Taman Pendidikan Alquran), lembaga atau kelompok masyarakat
yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang

9
Jurnal Realita Volume 15, No. 1 Tahun 2017, hlm 5-6 dengan judul “’ Penerapan Sistem Full
Day School Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Mi Al-Qamar Bagor, Nganjuk”
oleh Addin Arsyadana diakses pada 06 Januari 2019.
10
Sehudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa
(Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Gunung Djati, 2005), 17
5
bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al Qur'an sejak usia dini,
serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak,
sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah. Hal ini kurikulumnya ditekankan
pada pemberian dasar-dasar membaca Al-Qur’an serta membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Pembelajaran membaca Alquran di TPQ
dalam perjalanannya ternyata menghadapi problem yang tidak sedikit dan
sederhana. Salah satu problem yang dihadapi adalah menurunnya murid yang
belajar Al-Qur’an di TPQ. Hal ini dikarenakan bahwa mereka yang sudah
bersekolah di full day school tidak berkeinginan untuk memperdalam ilmu
agamanya di TPQ, sehingga anak-anak beranggapan bahwa semua
pembelajaran keagamaan sudah tercukupi di sekola.
Full day school ini umumnya dipilih oleh orang tua yang tidak dapat
membawa putra-putrinya untuk khusus mempelajari Alquran di TPA/TPQ,
sehingga berharap banyak terhadap sekolah yang menerapkan full day school
untuk dapat mewujudkan siswa yang dapat membaca Alquran dengan kaidah
yang benar sesuai dengan hukum tajwid. Pada kasus ini perlu adanya
kebijakan dari kepala sekolah agar tetap memberikan wawasan kepada para
siswa bahwa mempelajari ilmu keagamaan tidak cukup dari sekolah saja
meskipun sekolah sudah menerapkan program full day school. Sekolah hanya
memberikan pembelajaran dan untuk memperdalam dan banyak berlatih tetap
disarankan untuk belajar.
Kepala sekolah memberikan standar guru yang mengajar bidang
keagamaan untuk selalu memberikan rekapan nilai peningkatan siswa baik
dalam kefasihan pelafalan ataupun pemahamannya, apabila siswa dirasa
kurang mohon untuk para guru memberikan nasihat agar siswa tetap belajar
di TPQ sepulang sekolah, sehingga mereka dapat mengejar ketinggalan
mereka. Kepala sekolah memberikan wawasan bahwa pembelajaran TPQ itu
lebih terfokus karena waktunya full untuk pembelajaran keagamaan
sedangkan di sekolah meski full day school, maka waktu masih terbagi
dengan kegiatan belajar mengajar dan focus anak akan sedikit banyak
berkurang.

6
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam sistem fullday school secara umum
menggunakan kepemimpinan demokrasi dan juga situasional dimana
melibatkan semua staf sekolah untuk saling bekerjasama dalam mencapai
suatu tujuan sekolah secara efektif dan efisien serta dalam hal pengambilan
keputusan yang tegas. Jadi kepala sekolah tersebut, tegas pada waktunya
dan tidak tegas pada waktunya sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Kemudian dari segi kedisiplinan kepala sekolah harus disiplin baik dari
ketepatan waktu, dari segi berpakaian, serta kebersihan lingkungan
sekolah. Kemudian kepemimpinan kepala sekolah dalam hal
menggerakkan harus membimbing dan memotivasi serta memberikan
contoh yang baik kepada bawahan (guru, staf dan siswa).
2. Kebijakan dari kepala sekolah agar tetap memberikan wawasan kepada
para siswa bahwa mempelajari ilmu keagamaan tidak cukup dari sekolah
saja meskipun sekolah sudah menerapkan program full day school.
Sekolah hanya memberikan pembelajaran dan untuk memperdalam dan
banyak berlatih tetap disarankan untuk belajar. Kepala sekolah
memberikan standar guru yang mengajar bidang keagamaan untuk selalu
memberikan rekapan nilai peningkatan siswa baik dalam kefasihan
pelafalan ataupun pemahamannya, apabila siswa dirasa kurang mohon
untuk para guru memberikan nasihat agar siswa tetap belajar di TPQ
sepulang sekolah, sehingga mereka dapat mengejar ketinggalan mereka.
Kepala sekolah memberikan wawasan bahwa pembelajaran TPQ itu lebih
terfokus karena waktunya full untuk pembelajaran keagamaan sedangkan
di sekolah meski full day school, maka waktu masih terbagi dengan
kegiatan belajar mengajar dan focus anak akan sedikit banyak berkurang.

8
B. Saran
1. Kepala sekolah agar lebih mengembangkan potensi guru dengan
mengadakan berbagai pendidikan dan pelatihan khususnya menyangkut
tentang pengetahuan dan keterampilan membaca Alquran serta pelatihan
pedagogi bagi ustadzah-ustadzah Tilawati. Kemudian mengevaluasi
kembali jam pembelajaran Tilawati siswa pada jam pembelajaran setelah
istirahat pertama sehingga siswa akan lebih fokus belajar.
2. Seluruh guru Tilawati agar terus berusaha meningkatkan pengetahuan,
kecakapan dan keterampilannya dalam 110 mengelola pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran yang dicapai bisa berjalan lebih baik.
Kemudian memberikan nasihat kepada para siswa untuk mendalami ilmu
agama dan banyak berlatih di TPQ sekitar.
3. Seluruh siswa/siswi untuk lebih giat lagi belajar membaca Alquran serta
meningkatkan disiplin diri dalam pembelajaran baik di sekolah atau di
TPQ.

9
DAFTAR PUSTAKA

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa. 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala
Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Realita Volume 15, No. 1 Tahun 2017, hlm 5-6 dengan judul “’ Penerapan
Sistem Full Day School Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pendidikan Di
Mi Al-Qamar Bagor, Nganjuk” oleh Addin Arsyadana diakses pada 06
Januari 2019.

Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Nirva Diana, Manajemen Pendidikan berbasis Budaya Lokal Lampung (Analisis


Eksploratif Mencari Basis Filosofis) ejournal, Volume XII, Nomor 1,
(Lampung: PPS IAIN Raden Intan, 2012)

Sehudin. 2005. Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap


Akhlak Siswa. Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Gunung Djati.

Sujak, Abi. 2009. Kepemimpinan, Manajer (Eksistensinya dalam Prilaku


Organisasi). Jakarta : Rajawali Pers.

Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teori dan


Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

http://jurnal.fkip.uns.ac.id Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran Vol.2,


No.2, hlm. 231-244, Edisi April 2015 SSN: 2354-6441 dengan judul
“Penerapan Sistem Pembelajaran Dengan Fun dan Fullday School oleh Ida
Nurhayati Setyani, dkk yang diunduh pada 06 Januari 2019

Iwan Kuswandi, “Full Day School dan Pendidikan


Terpadu”,http://iwankuswandi.wordpress.com di akses 24 Nov 2018.

Anda mungkin juga menyukai