Misalnya tidak akan mendirikan bangunan atau tidak menghalangi
orang untuk mendirikan bangunan.86
C. Klasifikasi Perikatan Berdasarkan Doktrin
Doktrin mengklasifikasikan perikatan dalam beberapa klasifikasi
seperti diuraikan di bawah ini:87 1. perikatan perdata dan perikatan alamiah; 2. perikatan pokok dan perikatan tambahan; 3. perikatan primer dan perikatan sekunder; 4. perikatan yang selintas dan perikatan yang memakan waktu; 5. perikatan positif dan perikatan negatif; 6. perikatan yang sederhana dan perikatan kumulatif; 7. perikatan fakultatif dan perikatan alternatif; dan 8. perikatan yang dapat dibagi dan perikatan yang tidak dapat dibagi
Ad. 1. Perikatan Perdata dan Perikatan Alamiah
Perikatan perdata (civiele verbintenis, civil obligation) adalah perikatan yang pemenuhan pelaksanaan atau prestasinya dapat digugat ke depan pengadilan. Apabila debitor tidak melaksanakan prestasinya, kreditor dapat menggugat debitor untuk memenuhi prestasinya ke depan pengadilan. Perikatan alamiah (natuurlijke verbintenis, natural obligation) adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya tidak dapat digugat ke depan pengadilan. Perikatan alamiah ini dapat bersumber dari undang-undang, kesusilaan, dan kepatutan (moral and equity). 88 Bersumber dari undang-undang artinya adanya perikatan alamiah ini karena ditentukan oleh undang-undang. Jika undang-undang tidak menentukan, maka tidak ada perikatan alamiah. Bersumber dari kesusilaan dan kepatutan berarti adanya perikatan alamiah karena