Anda di halaman 1dari 1

Ridwan Khairandy 43

Misalnya tidak akan mendirikan bangunan atau tidak menghalangi


orang untuk mendirikan bangunan.86

C. Klasifikasi Perikatan Berdasarkan Doktrin

Doktrin mengklasifikasikan perikatan dalam beberapa klasifikasi


seperti diuraikan di bawah ini:87
1. perikatan perdata dan perikatan alamiah;
2. perikatan pokok dan perikatan tambahan;
3. perikatan primer dan perikatan sekunder;
4. perikatan yang selintas dan perikatan yang memakan waktu;
5. perikatan positif dan perikatan negatif;
6. perikatan yang sederhana dan perikatan kumulatif;
7. perikatan fakultatif dan perikatan alternatif; dan
8. perikatan yang dapat dibagi dan perikatan yang tidak dapat dibagi

Ad. 1. Perikatan Perdata dan Perikatan Alamiah


Perikatan perdata (civiele verbintenis, civil obligation) adalah
perikatan yang pemenuhan pelaksanaan atau prestasinya dapat
digugat ke depan pengadilan. Apabila debitor tidak melaksanakan
prestasinya, kreditor dapat menggugat debitor untuk memenuhi
prestasinya ke depan pengadilan.
Perikatan alamiah (natuurlijke verbintenis, natural obligation)
adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya tidak dapat digugat
ke depan pengadilan. Perikatan alamiah ini dapat bersumber dari
undang-undang, kesusilaan, dan kepatutan (moral and equity). 88
Bersumber dari undang-undang artinya adanya perikatan alamiah
ini karena ditentukan oleh undang-undang. Jika undang-undang
tidak menentukan, maka tidak ada perikatan alamiah. Bersumber dari
kesusilaan dan kepatutan berarti adanya perikatan alamiah karena

86
Ibid, hlm. 15.
87
J. Satrio, op.cit, hlm. 79 et.seq.
88
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 57.

Anda mungkin juga menyukai