Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

HUKUM ASURANSI

Tugas I

DOSEN PENGAMPU : Ketut Sendra, SPd, SH, MM, MH, AAIJ,


QIP, CLU, CRGP, CERG, QRGP, AMRP

Disusun oleh :

Adjie Rizki Pardani (201761201102)

Anasya Daffa Pertiwi (201761201107)

Bunga Nanda Sari (201761201113)

Laitul Husna (201761201005)

Rizki Ferdianto (201761201124)

Ummi Noviana (201761201012)

Yudhistira Adi Wiyanto (201761201132)

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

2019
2
3
Adjie Rizky Pardani Anasya Daffa Pertiwi Bunga Nanda Sari

Yudhistira Adi W Lailatul Husna

Rizky Ferdianto Ummi Noviana

4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Tugas Makalah Hukum Asuransi ini dapat
terselesaikan.

Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada dosen pembimbing dalam
mata kuliah Hukum Asuransi, Bapak Ketut Sendra, SPd, SH, MM, MH, AAIJ,
QIP, CLU, CRGP, CERG, QRGP, AMRP yang telah memberikan kami
bimbingan, arahan serta nasihat dan ilmu yang sangat bermanfaat sehingga kami
dapat menyelesaikan Tugas Makalah Hukum Asuransi ini.

Makalah ini merupakan suatu pembelajaran untuk kami dan diharapkan


dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan pemahaman mengenai Hukum
Asuransi. Selain itu, makalah ini juga dapat digunakan sebagai pembelajaran dan
referensi bagi rekan mahasiswa lainnya.

Demikian makalah ini kami susun dengan penuh kekurangan dan


ketidaksempurnaan semoga hasil kerja kami ini dapat memnuhi tanggung jawab
kami serta menjadi bekal sekaligus pembelajaran bagi kami untuk lebih baik lagi
di kemudian hari.

Jakarta, Juni 2019

Tim Penyusun

5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................5
DAFTAR ISI......................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................7
1.1 Latar belakang....................................................................................................7
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................8
2.1 Pengertian Hukum Menurut Pakar.....................................................................8
2.2 Pengertian Asuransi Menurut Pakar...................................................................8
2.3 Pengertian Hukum Asuransi Menurut Pakar......................................................9
2.4 Klasifikasi Hukum..............................................................................................9
2.5 Sumber-Sumber Hukum Asuransi....................................................................24
2.6 Pengertian Hukum, Asuransi, Dan Hukum Asuransi Menurut Kelompok........30
BAB III PENUTUP..........................................................................................................31
3.1 Kesimpulan......................................................................................................31
3.2 Saran dan kritik................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................33

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hukum merupakan bentuk kompleks dari norma maksudnya adalah
norma-norma yang disepakati oleh masyarakat umum agar mereka tunduk dan
patuh kepada hukum. Tujuan dibentuknya hukum adalah menjamin adanya
kepastian hukum dan keadilan dalam masyarakat, hukum mengabdi pada
tujuan negara yakni mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat,
mengatur kehidupan manusia secara damai. Utrecht mendefinisikan hukum
sebagai alat daripada penguasa yang dapat memberi atau memaksakan sanksi
terhadap pelanggar hukum karena dalam penegakan hukum jika terjadi
pelanggaran menjadi monopoli penguasa.

Hukum meliputi semua aspek bidang kehidupan manusia, tak


terkecuali aktivitas ekonomi dan salah satunya adalah bidang asuransi. Hukum
asuransi diperlukan karena pelaksanaan penggantian kerugian di kemudian
hari, tidak ada gambaran kedepan maka untuk menjamin perjanjian asuransi
maka dibutuhkanlah hukum asuransi. Hukum asuransi berfungsi untuk
menyelesaikan sengketa yang mungkin terjadi antara pelanggan dan
perusahaan asuransi.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Pengertian hukum menurut pakar
1.2.2 Pengertian asuransi menurut pakar
1.2.3 Pengertian hukum asuransi menurut pakar
1.2.4 Klasifikasi hukum
1.2.5 Sumber-sumber hukum asuransi
1.2.6 Pengertian hukum, asuransi, dan hukum asuransi menurut kelompok

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Menurut Pakar


1. Plato : Hukum adalah sistem peraturan-peraturan
yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
2. Prof. Dr. Sudikno : Hukum adalah sekumpulan peraturan-
peraturan atau kaidah dalam suatu kehidupan bersama; keseluruhan
peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama
yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
3. Frans Magnis Suseno : Hukum adalah suatu sistem norma-norma
yang mengatur kehidupan masyarakat yang bersama dengan norma lain
sebagai norma umum kelakuan manusia
4. Immanuel Kant : Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat
yang dengan ini kehendak dari orang yang satu dapat menyesuaikan
dengan kehendak bebas dari orang lain memenuhi peraturan hukum
tentang Kemerdekaan.
5. J.C.T Simorangkir, S.H. : Hukum adalah peraturan-peraturan yang
bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib,
pelanggaran terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan
dengan hukum tertentu.

2.2 Pengertian Asuransi Menurut Pakar


1. Mehr dan Cammack : Asuransi merupakan suatu alat untuk
mengurangi risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit
exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian
individu dapat diperkiarakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan
itu dipikul merata oleh mereka yang bergabung.

8
2. Green : Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi
yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengombinasikan dalam
suatu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya, sehingga
kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas
tertentu
3. Wirdjono Prodjodikoroasuransi : Asuransi adalah suatu persetujuan
dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk
menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu
peristiwa yang belum jelas. Dalam buku hukum asuransi indonesa
4. Junaedy Ganie : Asuransi adalah suatu perjanjian antara penanggung,
yang dengan imbalan pembayaran suatu premi yang telah disepakati,
berjanji untuk memberikan suatu penggantian atau manfaat kepada
tertanggung pada satu pihak dan tertanggung atau pihak yang ditunjuk
sebagai pihak lainnya.
5. Zian faradois : Asuransi merupakan suatu sistem atau tindakan untuk
melimpahkan, mengalihkan, atau mentransfer risiko yang ditanggung
kepada pihak lain dengan syarat melakukan pembayaran premi dalam
rentang waktu tertentu secara teratur sebagai ganti polis yang menjamin
perlindungan terhadap risiko yang memungkinkan terjadi di masa depan
seiring dengan ketidak pastian itu sendiri.

2.3 Pengertian Hukum Asuransi Menurut Pakar


Hukum asuransi adalah kumpulan peraturan yang tertulis maupun tidak
tertulis, yang ditujukan untuk mengikat kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian asuransi (penanggung dan tertanggung).

Menurut KUHD pasal 264, Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian


dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari
suatu kerusakan.

9
2.4 Klasifikasi Hukum
Pada dasarnya hukum itu sulit untuk dibagi atau diklasifikasikan karena
antara bidang hukum yang satu dengan yang lainnya sulit untuk dipisahkan dan
hanya dapat dibedakan.

1. Klasifikasi menurut sumber berlaku dan bentuknya dan peraturan-


peraturan itu
- Hukum undang-undang
Adalah hukum yang disahkan oleh badan hukum atau
unsur ketahahan yang launnya. Undang-undang berfungsi
untuk digunakan sebagai otoritas untuk mengatur,
menganjurkan, menyediakan, menghukum, memberikan,
mendeklarasikan, atau untuk membaatasi sesuatu. Hierarki
undang-undang di indonesia merujuk pada Undang-Undang
Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan pasal 7 ayat 1 adalah

Undang-Undang Dasar Negara Ditetapkan oleh majelis


Republik Indonesia tahun 1945 permusyawaratan rakyat yang terdiri
dari anggota dewan perwakilan daerah
(DPD). Materi muatan UUD 1045
meliputi jaminan hak asasi manusia bagi
setiap warga negara, prinsip-prinsip dan
dasar negara, tujuan negara dan
sebagainya
Ketetapan Majelis Ketetapann majelis permusyawaratan
Permusyawaratan Rakyat rakyat sementara dan ketetapan rakyat
yang masih berlaku sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 4
ketetapan majelis permusyawaratan
rakyat republik indonesia nomor
I/MPR/2003 tentang peninjuan terhadap
materi dan status hukum ketetapan
majelis permusyawaratan rakyat tahun

10
1960 sampai dengan tahun 2002,
tanggal 7 agustus 2003. Ditetapkan oleh
majelis permusyaratan rakyat.

Undang-Undang / Peraturan Rancangan undang-undang yang telah


Pemerintah Pengganti Undang- disetujui bersama oleh DPR dan
Undang presiden disampaikan oleh pimpinan
DPR kepada presiden untuk disahkan
menjadi Undang-Undang. Perppu
ditetapkan oleh presiden dalam hal
ihwal kegentingan yang memaksa.
Materi muatan yang harus diatur dengan
undang-undang yaitu, pengaturan lebih
lanjut mengenai ketentuan uud 1945,
perintah suatu undang-undang untuk
diatur dengan undang-undang,
pengesahan perjanjian internasional
tertentu, tindak lanjut atas putusan
mahkamah konstitusi, dan/atau
pemenuhan kebutuhan hukum dalam
masyarakat. Materi muatan perppu sama
dengan materi muatan undang-undang.

Peraturan Pemerintah Ditetapkan oleh presiden untuk


menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya. Berisi materi
untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.

Peraturan Presiden Ditetapkan oleh presiden untuk


menjalankan perintah peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi
atau dalam menyelenggarakan

11
kekuasaan pemerintahan. Berisi materi
yang diperintahkann oleh undang-
undang, materi untuk melaksanakan
peraturan pemerintah, atau materi untuk
melaksanakan menyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan.

Peraturan Daerah Provinsi Rancangan perda provinsi yang telah


disetujui bersama oleh dewan
perwakilan raktay daerah / DRPD
provinsi dan gubernur disampaikan oleh
pimpinan DPRD Provinsi kepada
gubernur untuk ditetapkan menjadi
perda provinsi. Berisi materi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembantuan serta
menampung kondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut
peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi

Peraturan Daerah Kabupaten/kota Rancangan peraturan daerah


kabupaten/kota yang telah disetujui
bersama oleh dewan perwakilan rakyat
daerah / DPRD kabupaten/kota dan
bupati/walikota disampaikan oleh
pimpinan DPRD kabupaten/walikota
untuk ditetapkan menjadi peraturan
daerah/kabupaten/kota. Berisi materi
mauatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan
serta menampungkondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut

12
peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi

- Hukum persetujuan

Dalam pasal 1313 KUHPerdata, persetujuan


didefinisikan suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Prof.
Subekti, S.H dalam bukunya berjudul “hukum perjanjian”
menuliskan bahwa perjanjian adlah sumber perikatan, di
samping itu sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga
dinamakan persetujuan. Maka dari itu maknanya adalah
persetujuan dapat dipersamakan dengan perjanjian.
Contohnya adalah hukum asuransi

- Hukum (perjanjian) antar negara (hukum traktat)

Suatu perjanjian internasional antarnegara yang


dibuat oleh dua negara atau lebih dalam bentuk tertentu
dengan tujuan untuk mengatur hal tertentu untuk
kepentingan bersama negara-negara yang mengadakan
perjanjian.
Dalam perjanjian internasional dikenal asas “pact
sun servanda”, artinya traktat mengikat para pihak yang
mengadakan perjanjian sehingga para pihak wajib untuk
menaati perjanjian yang telah dibuat tersebut. Jika salah
satu pihak melanggar isi traktat yang telah diperjanjikan,
maka selalu terjadi ketegangan politik dan hubungan
diplomatik antarnegara yang membuat kesepakatan traktat
tersebut.
Contohnya adalah Perjanjian linggar jati dan
perjanjian Roem Royen, adalah contoh perjanjian
internasional yang dibuat oleh pemerintah Indonesia dengan

13
Kerajaan Belanda perihal wilayah NKRI pasca
kemerdekaan. Perjanjian Versailess antara Jerman dan 
sekutu pasca kalahnya Jerman dalam Perang Dunia I, yang
salah satu isinya membatasi angkatan perang Jerman guna
mencegah perang lainnya.

- Hukum kebiasaan dan hukum adat

Menurut A. Ridwan Halim kebiasaan adalah tata


cara hidup yang dianut oleh suatu masyarakat atau suatu
bangsa dalam waktu yang lama, dan memberikan pedoman
bagi masyarakat yang bersangkutan untuk berpikir dan
bersikap dalam menghadapi berbagai hal yang terjadi dalam
kehidupannya. Salah satu contoh hukum kebiasaan yaitu
kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, salah satunya
kebiasaan masyarakat Dayak yang mengharuskan
perkawinan dilaksanakan dengan sistem endogami, yaitu
perkawinan antarkeluarga yang masih terdapat dalam satu
rumpun suku bangsa bersangkutan.

- Hukum yurisprudensi

Yurisprudensi berasal dari kata Latin ‘iuris’


‘prudentia’ yang berarti pengetahuan hukum
(rechtsgeleerheid). Rachmat Trijono dalam buku Kamus
Hukum (2016: 269) menyebutkan yurisprudensi sebagai
putusan hakim yang diikuti oleh hakim-hakim dalam
memberikan putusannya dalam kasus yang serupa.

Dalam kamus hukum lain karya M. Marwan dan


Jimmy P (2009: 651), yurisprudensi diartikan sebagai
ajaran hukum yang tersusun dari dan dalam peradilan,
yang kemudian digunakan sebagai landasan negara; suatu
putusan haki terdahulu yang diikuti oleh hakim-hakim

14
lainnya dalam perkara yang sama; atau kumpulan putusan
Mahkamah Agung tentang berbagai vonis dari beberapa
macam jenis kasus perkara berdasarkan pemutusan
kebijakan para hakim sendiri yang diikuti hakim lainnya
dalam perkara yang sama.da banyak contoh yurisprudensi,
sebagian di antaranya sangat dikenal para praktisi dan
akademisi hukum.

Salah satunya, yurisprudensi mengenai perbuatan


melawan hukum (onrechtsmatigedaad). Sebelum tahun
1919, Hoge Raad di Belanda menganut pandangan bahwa
perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang
melanggar undang-undang atau berhubungan dengan hak
orang lain. Setelah putusan Hoge Raad Belanda tanggal 31
Januari 1919, pandangan pengadilan itu berubah. Kini,
perbuatan hukum termasuk pula perbuatan-perbuatan yang
berkaitan dengan sikap hati-hati yang pantas dalam
lingkup kehidupan bermasyarakat.

Contoh yurisprudensi lain yang terkenal adalah


pencurian listrik. Meskipun bendanya tidak terlihat,
pencurian arus listrik bisa dikualifikasi sebagai pencurian.

- Hukum ilmu

Hukum sebetulnya saran-saran yang dibuat oleh para


ahli hukum dan yang berkuasa dalam pergaulan hukum.
Hukum ini terdapat dalam pandangan-pandangan ahli
hukum yang terkenal dan yang sangat berpengaruh

2. Klasifikasi menurut kepentingan yang diatur


- Hukum privasi

Adalah hukum yang mengatur kepentingan pribadi.


Hukum Privat terdiri dari

15
o Hukum perdata
Menurut Prof. Subekti, S.H. dalam bukunya Pokok-
Pokok Hukum Perdata (hal. 9) menyatakan bahwa hukum
perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat
materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur
kepentingan-kepentingan perseorangan.
Hukum perdata bersifat privat yang menitikberatkan
dalam mengatur mengenai hubungan antara orang
perorangan. Oleh karena itu, ketentuan-ketentuan dalam
hukum perdata hanya berdampak langsung bagi para pihak
yang terlibat
o Hukum dagang
Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan
orang yang satu dan lainnya dalam bidang perniagaan
- Hukum publik
Adalah hukum yang mengatur hubungan antara
negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara
negara dengan warga negaranya.

o Hukum negara
Hukum yang mengatur bentuk dan susuanan
pemerintah suatu negara serta ubungan kekuasaan antara
alat-alat perlengkapan satu sama lain dan hubungan antara
negara (pemerintah pusat) dengan bagian-bagian negara
(daerah-derah swantantra)

o Hukum tata usaha negara


Hukum yang mengatur mengeai cara-cara
mennjalankan tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan
alat-alat perlengkapan negara
o Hukum pidana

16
Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa
yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang
melanggarnya serta mengatur bagaimana cara-cara
mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan.

o Hukum acara
Yaitu hukum yang menunjuk cara mempertahankan
atau cara menjalankan peraturan-peraturan yang terdapat
atau yang diatur dalam hukum materiil. Contoh hukum
formil adalah Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata;
Hukum Acara Pidana.
 Perdata
Keseluruhan peraturan-peraturan hukum
yang mengatur bagaimana cara mempertahankan
hukum perdata materiil, jadi mengatur bagaimana
cara mengajukan perkara-perkara perdata di muka
pengadilan dan bagaimana hakim menjatuhkan
putusannya . perkara perdata digolongan menjadi 2
berdasarkan jenisnya yakkni :
 Berisi permohonan bersifat
sepihak disebut juga jurisdiksi
voluntair (peradilan semu),
dimana di dalalmnya tidak
terdapat persengketaan/gugatan.
Contoh permohonan untuk
mengangkat anak
 Perkara perdata yang merupakan
gugatan/sengketa atau jurisdiksi
contentius dimana di dalamnya
betul-betu ada suatu
sengketa/gugatan
 Pidana

17
Keseluruhan peraturan hukum yang
mengatur bagaimana cara mempertahankan
hukum pidana materiil dengan demikian
menentukan bagaimana cara-cara mengajukan
perkara pudana di depan pengadilan dan
bagaimana hakim menjatuhkan putusannya. Di
dalam perkara pidana pada asasnya diajukan
suatu perkara di muka pengadilan,, tidak
tergantung adanya pengaduan oleh pihak-pihak
yang dirugikan.
Contoh di dalam suatu pembunuhan
walaupun kemungkinan kelaurga yang dibunuh
sudah menerima, negara dengan perantaran alat-
alat perlengkapannya akann bertindak

 Tata usaha negara (adminstrasi)


Hukum acara yang mengatur bagaimana
cara berperkara di muka sidang pengadilan di
bidang hal-hal yang berhubugan dengan tata
usaha negara atau adminstrasi
3. Klasifikasi menurut hubungan antar hukum
- Hukum antar waktu

Yaitu hukum yang mengatur suatu peristiwa yang


menyangkut hukum berlaku saat ini dan hukum berlaku
pada masa lalu. (seluruh kaidah hukum yang menentukan
hukum manakah dan hukum apakah yang berlaku, apabila
dalam suatu peristiwa hukum terpaut dau sistem hukum
yang berlainan dalam satu Negara namun berbeda waktu
berlakunya.)

Contohnya : tahun 1964 ada uu lalu lintas


devisa,penduduk indonesia dilarang mempunyai alat"

18
pembayaran luar negeri tanpa izin,namun sekarang tidak
berlaku lagi dengan adanya uu devisa baru tahun

- Hukum antar tempat

Keseluruhan perturan hukum dan keputusan hukum


yang menunjukan hukum manakah yang berlaku dalam
hubungan hukum antar warga Negara dalam satu Negara
memperlihatkan titik pertalian dan kaedah hukum yang
berbeda dalam lingkungan kekuasaan ruang dan sosial.
Contohnya dalam perkawinan seorang laki2 dari Palembang
menikah dangan perempuan sunda (ada adat yang berbeda).

- Hukum antar golongan

Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang


menunjukan hukum manakah yang berlaku dalam hubungan
hukum antar warga Negara dala satu Negara
memperlihatkan titik peraturan dengan kaidah hukum yang
berbeda dalam lingkungan kekuasaan waktu dan sosial.
Contohnya seorang dari golongan rakyat Eropa
mengadakan jual-beli dengan seorang dari golongan rakyat
bumi putera yang sehari-hari hidup di bawah hukum adat
dan seorang bumi putera menikah dengan orang timur asing
yang sehari-hari hidup di bawah hukum BW dan WVK.

- Hukum antar agama

Adalah keseluruhan kaidah hukum yang


menentukan hukum apakah atau hukum manakah yang
berlaku apabiila dalam suatu peristiwa hukum bertaut dua
sistem hukum atau lebih disebabkan melibatkan orang-
orang yang berlainan agama

4. Klasifikasi menurut ukuran pertalian hubungan hukum

19
- Ius constitutum

Yaitu hukum yang berlaku saat ini di tempat atau


wilayah tertentu / merupakan hukum yang dibentuk dan
berlaku dalam suatu masyarakat negara pada suatu saat

- Ius constituendum

Yaitu hukum yang berlaku pada masa yang akan


datang / hukum yang dicita-citakan dalam pergaulan hidup
negara, tetapi belum dibentuk menjadi undang-undang atau
ketentuan lain.

- Hukum obyektif

Hukum Objektif adalah hukum yang berlaku secara


umum di suatu Negara dan tidak mengenal orang atau
golongan tertentu maksudnya yaitu berlaku untuk seluruh
masyarakat dalam suatu Negara, tidak hanya mengatur
hubungan orang-orang tertentu saja.

- Hukum subyektif

Hukum Subyektif adalah adalah peraturan hukum


yang timbul dari hukum objektif yang merupakan hukum
yang dihubungkan dengan seseorang yang tertentu dan
berlaku bagi orang-orang tertentu dengan demikan menjadi
hak dan kewajibannya.

Pembedaan antara ius consitutum dengan ius constituendum diletakkan


pada faktor waktu¸yaitu masa kini dan masa mendatang. Dalam hal ini, hukum
diartikan sebagai tata hukum yang diidentikkan dengan istilah hukum positif.
Kecenderungan pengertian tersebut sangat kuat, oleh karena kalangan tertentu

20
berpendapat bahwa “Setelah diundangkan maka ius consituendum menjadi ius
constitutum” (E. Utrecht: 1966).

Dengan demikian, ius constitutum kini, pada masa lampau merupakan


ius constituendum. Apabila ius constitutum kini mempunyai kekuatan hukum,
maka ius constituendum mempunyai nilai sejarah. Soerjono Soekanto dan
Purnadi Purbacaraka juga menjelaskan bahwa Ius Constituendum berubah
menjadi ius constitutum dengan cara:

o Digantinya suatu undang-undang dengan undang-undang yang


baru (undang-undang yang baru pada mulanya merupakan
rancangan ius constituendum).
o Perubahan undang-undang yang ada dengan cara memasukkan
unsur-unsur baru (unsur-unsur baru pada mulanya berupa ius
constituendum).
o Penafsiran peraturan perundang-undangan. Penafsiran yang ada
kini mungkin tidak sama degan penafsiran pada masa lampau.
Penafsiran pada masa kini, dahulu merupakan ius
constituendum
o Perkembangan doktrin atau pendapat sarjana hukum terkemuka
di bidang teori hukum.
Dengan demikian, pembedaan antara ius constitutum dengan ius
constituendum merupakan suatu abstraksi fakta bahwa sesungguhnya segala
sesuatu merupakan proses perkembangan. Artinya, suatu gejala yang ada sekarang
akan hilang pada masa mendatang oleh karena diganti oleh gejala yang semula
dicita-citakan.

5. Klasifikasi menurut kerja dan sanksi


- Hukum kaidah (normenrecht)

Segala peraturan yang ada yang telah dibuat secara


resmi oleh pemegang kekuasaan , yang sifatnya mengikat
setiap orang dan pemberlakuannya merupakan paksaan yang

21
harus ditaati dan apabila telah terjadi pelanggaran akan
dikenakan sanksi tertentu.

- Hukum sanksi (sanctienrecht)

Merupakan bentuk perwujudan yang paling jelas


dari kekuasaan negara dalam pelaksanaan kewajibannya
untuk memaksakan ditaatinya hukum. Dijatuhkan kepada
seseorang yang telah melanggar ketentuan hukum pidana.

- Hukum memaksa (dwingendrecht)

Peraturan hukum yang dalam keadaan


bagaimanapun, keadaan apapun juga harus mempunyai
paksaan yang mutlak dan tegas. Hukum yang memaksa
merupakan ketentuan/ ketetapan hukum yang mengandung
sanksi yang tegas jika ketetapan hukum tersebut dilanggar.
Contohnya : hukum pidana.

- Hukum mengatur (regelendrecht)

Hukum yang dapat dijadikan acuan oleh para pihak


dalam melakukan hubungan hokum.

6. Menurut bentuknya
- Hukum tertulis

Hukum yang telah diitulis dan di cantumkan dalam


peraturan perundang-undangan negara baik di bukukan
maupun tidak. Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi
dua, yakni Hukum tertulis yang dikodifikasikan dan tidak
dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut
dibukukan dalam lembaran negara dan diundangkan atau
diumumkan. Indonesia menganut hukum tertulis yang
dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum
dan penyederhanaan hukum serta kesatuan hukum.

22
Kekurangannya adalah hukum tersebut bila dikonotasikan
bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang
terus bergerak maju.

Contoh hukum tertulis yang dikodifikasikan yaitu


KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana). Contoh
hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yaitu PP
(Peraturan Pemerintah), UU (Undang-Undang), Kepres
(Keputusan Presiden). Hukum tertulis juga bisa diartikan
sebagai sebuah ketentuan atau kaidah tentang aturan yang
dituangkan dalam bentuk formal yang tersusun secara
sistematis.

- Hukum tidak tertulis


Yaitu hukum yang hidup dan berkembang di dalam
masyarakat (hukum kebiasaan)

Berikut merupakan perbedaan hukum tertulis dan tidak tertulis :

Hukum tertulis Hukum tak tertulis


Aturannya pasti (tertulis) Kadang aturannya tidak pasti dan tidak
tertulis
Mengikat semua orang Ada atau tidaknya alat penegak tidak
pasti (kadang ada, kadang tidak ada)
Dibuat oleh penguasa Dibuat oleh masyarakat
Bersifat memaksa Bersifat tidak terlalu memaksa
Sangsinya berat Sangsinya ringan

7. Menurut territorial atau daerah berlakunya:


- Hukum nasional
Yaitu hukum yang berlaku di suatu Negara tertentu.
Contohnya adalah undang-undnag pelanggaran ITE di
indonesia.

- Hukum internasional

23
Yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua
Negara atau lebih (hukum perang). Contohnya adalah
konvensi jenewa yang berisikan hak-hak dasar para tahanan
perang (warga sipil dan personel militer), mendirikan
perlindungan untuk yang terluka, dna mendirikan
perlindungan bagi warga sipil di dan sekitar zona perang.

- Hukum asing
Yaitu hukum suatu Negara asing yang berlaku di
Negara lain atau daerah tertentu. Hukum asing akan berlaku
apabila dalam suatu Negara belum terdapt ketentuan-
ketentuan yang mengatur suatu hal, maka Negara tersebut
akan menggunakan/ memberlakukan hukum asing untuk
referensi. Biasanya hukum asing lebih condong kepada
masalah yang sifatnya internasional. Misalnya Hukum
Internasional, Hukum Perdata Internasional dan lain-lain.
Hukum-hukum yang mengatur badan hukum asing di
Indonesia contohnya yaitu hukum bisnis.

2.5 Sumber-Sumber Hukum Asuransi


1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
Undang-undang ini dirancang khusus ditujukan untuk bidang
perasuransian yang berisikan ketentuan umum dan ruang lingkup asuransi,
bidang usaha perasuransian, jenis usaha perasuransian, ruang lingkup
usaha perusahaan perasuransian, penutupan objek asuransi, bentuk hukum
usaha asuransi, kepemilikan perusahaan asuransi, perizinan usaha,
pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan perasuransian, kepailitan
dan likuidasi dan ketentuan pidana.

2. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Pasal 1320 dan Pasal


1774

24
Dilihat dari ketentuan umum dalam UU No.2 Tahun 1992
menyebutkan bahwa, “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua belah pihak atau lebih, yang mana pihak penanggung
mengikatkan diri dengan pihak tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Dari penjelasan undang-undang diatas menyatakan bahwa asuransi


mengandung unsur perjanjian antara dua belah pihak didalamnya. Karena
mengandung unsur penjanjian maka akan termasuk dalam ruang lingkup
hukum pidana, sebagaimana dalam KUHP bagian dua menjelaskan bab
tentang syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah, dimana hal
tersebut dirinci dan dijelaskan dalam salah satu pasal, yaitu Pasal
1320 yang menyebutkan bahwa “Untuk sahnya perjanjian diperlukan
empat syarat yaitu kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya,
kecakapan dalam membuat suatu perikatan, suatu pokok persoalan
tertentu, dan suatu sebab yang tidak terlarang.”Manfaat asuransi adalah
memberikan jaminan yang bersifat menguntungkan kepada pihak
tertanggung jika terjadi sesuatu yang merugikan atau merusak dimana
kejadian tersebut tidak dapat dipastikan waktunya. Karena sifat itulah
asuransi juga harus menyesuaikan dengan ketentuan yang terdapat
pada Pasal 1774 KUHP, yang menyatakan bahwa “suatu persetujuan
untung-untungan ialah suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak,
tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti.

3. KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) Bab 9 

25
Kegiatan usaha perasuransian tidak hanya termasuk dalam masalah
pidana saja, namun jika dilihat dengan lebih teliti lagi ternyata dalam
KUHD juga mengatur tentang asuransi. Khusus dalam Bab 9
KUHD menjelaskan tentang asuransi dan pertanggungan secara umum
yang dijelaskan secara terperinci dalam Pasal 246-286. Dari sekian banyak
pasal yang ada dalam Bab 9 KUHD, yang paling sesuai dengan penjelasan
asuransi secara umum adalah Pasal 246 yang menyebutkan bahwa
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tidak tertentu.”

Sekilas jika diperhatikan penjelasan asuransi secara umum dalam


pasal 246 diatas akan sangat terlihat kemiripannya dengan penjelasan
asuransi secara umum dalam UU No.2 Tahun 1992, bahkan jika diambil
intisari dari apa yang dijelaskan akan memiliki arti dan maksud yang
sama. Dalam Bab 9 KUHD secara menyeluruh menjelaskan tentang
ketentuan tentang jenis pertanggungan dari asuransi, batas maksimal
pertanggungan yang diberikan asuransi, prosedural proses pertanggungan
yang berlaku, penyebab batalnya proses pertanggungan, dan
pertanggungan disusun secara tertulis dalam suatu akta atau polis.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 merupakan ketentuan


yang mengatur tentang penyelenggaraan usaha perasuransian.
Terbentuknya peraturan pemerintah ini didasari atas tujuan asuransi yang
secara prinsip mampu mendorong tumbuhnya pembangunan nasional
Indonesia, sehingga dalam penerapan berkelanjutan diperlukan sebuah
arahan agar dalam kegiatan usaha perasuransian berjalan dengan sesuai
dengan hukum yang berlaku dan mengatur perusahaan perasuransian yang

26
ada di Indonesia agar berkembang dengan baik dan sesuai dengan
landasan maupun prinsip usaha yang sehat dan bertanggung jawab.

Melihat isi dari keseluruhan Peraturan Pemerintah Nomor 73


Tahun 1992, jelas sekali bahwa penyusunan peraturan ini masih merujuk
pada UU No.2 Tahun 1992, hal tersebut terlihat dari adanya penekanan
yang sama terhadap beberapa ketentuan yang termuat didalamnya. Secara
garis besar Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 berisi tentang
ketentuan umum ruang lingkup asuransi, penutupan objek asuransi,
perizinan usaha perasuransian, kesehatan keuangan perusahaan asuransi,
dan penyelenggaraan usaha perasuransian.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999

Peraturan pemerintah ini merupakan perubahan pertama dari


Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992. Tujuan dibentuknya
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 pada dasarnya memiliki
kesamaan dengan peraturan sebelumnya yaitu tentang penyelenggaraan
usaha perasuransian. Terbentuknya peraturan pemerintah ini didasari akan
adanya perkembangan kegiatan usaha perasuransian yang terus mengalami
perubahan dan disamping itu terjadi pula perubahan perekonomian
nasional yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian terhadap
peraturan pelaksanaan usaha asuransi yang telah berlaku.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 mengandung


perubahan terhadap beberapa pasal dari undang-undang sebelumnya yang
telah disesuaikan dengan kondisi perkembangan perekonomian negara,
diantaranya tentang meningkatnya persyaratan modal yang harus disetor
untuk pendirian perusahaan asuransi baru, adanya laporan yang harus
disampaikan kepada menteri jika terjadi setiap perubahan kepemilikan
perusahaan asuransi, dan perubahan persyaratan untuk mendapatkan izin
usaha perusahaan asuransi.

6. POJK / Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

27
Adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) untuk mengatur operasional perusahaan jasa keuangan salah
satunya adalah perusahaan asuransi dan juga sebagai peraturan untuk
melindungi konsumen jasa keuangan. Tak hanya mengatur, OJK juga
pengawas industri jasa keuangan yang melindungi kepentingan konsumen
dan masyarakat.

7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

Keluarnya Undang-Undang nomor 40 tahun 2014 merupakan pembaharuan dari


undang-undang nomor 2 tahun 1992 mengenai bidang asuransi. Berikut beberapa
perbedaan isi UU perasuransian dengan UU nomor 2 tahun 1992:

- Konsultan Aktuaria
Pada UU nomor 2 tahun 1992, usaha konsultan
aktuaria merupakan salah satu bidang usaha perasuransian
yang izin usahanya diberikan oleh menteri. Pada UU
perasuransian, konsultan aktuaria tidak lagi merupakan
usaha perasuransian tetapi merupakan salah satu profesi
penyedia jasa bagi perusahaan perasuransian. Konsultan
aktuaria harus terdaftar di OJK.

- Bentuk Badan Hukum


Pada UU nomor 2 tahun 1992 diatur bahwa usaha
perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum
yang berbentuk perusahaan perseroan (Persero), koperasi,
perseroan terbatas dan usaha bersama (mutual). Sementara
pada UU perasuransian bentuk badan hukum usaha
perasuransian adalah perseroan terbatas, koperasi, dan
usaha bersama. Bagi pihak yang ingin membentuk usaha
bersama baru didorong untuk menjadi koperasi.’

- Kepemilikan perusahaan perasuransian

28
Pada UU nomor 2 tahun 1992, untuk perusahaan
perasuransian yang didirikan oelh warga negara Indonesia
(WNI) dan/ atau badan hukum Indonesia, tidak diatur
kepemilikan dari badan hukum Indonesia yang menjadi
pendiri perusahaan perasuransian. Untuk perusahaan
perasuransian patungan, juga tidak diatur kriteria
perusahaan asing yang menjadi induk dari perusahaan
perasuransian patungan tersebut. Selain itu juga tidak diatur
kepemilikan warga negara asing yang menjadi pemilik dari
perusahaan asuransi patungan tersebut. Pada UU
perasuransian, untuk perusahaan perasuransian yang
didirikan oleh WNI dan/atau badan hukum Indonesia, badan
hukum Indonesia yang menjadi pendiri perusahaan
perasuransian tersebut harus dimiliki secara langsung atau
tidak langsung oleh WNI. Untuk perusahaan perasuransian
patungan, pihak asing harus merupakan perusahaan induk
yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang
usaha perasuransian yang sejenis. Selain itu diatur juga
bahwa WNA dapat menjadi pemilik dari perusahaan
perasuransian patungan melalui transaksi di bursa efek.

- Likuidasi
Dalam UU nomor 2 tahun 1992, tidak diatur tindak
lanjut dari pencabutan izin usaha perusahaan asuransi dan
reasuransi Pada UU perasuransian, diatur bahwa paling
lama 30 hari sejak tanggal dicabutnya izin usaha,
perusahaan asuransi dan reasuransi yang dicabut izinnya
wajib menyelenggarakan RUPS untuk memutuskan
pembubaran badan hukum perusahaan yang bersangkutan
dan membentuk tim likuidasi. Bila perusahaan tersebut
tidak dapat menyelenggarakan RUPS dan membentuk tim

29
likuidasi, maka OJK memutuskan pembubaran badan
hukum perusahaan dan membentuk tim likuidasinya.

8. Marine Insurance Act 1906

Marine Insurance Act 1906 adalah Undang-Undang Parlemen


Inggris yang mengatur asuransi laut. Undang-undang ini berlaku baik
untuk asuransi laut "kapal & kargo", dan untuk perlindungan P&I.

9. Life Insurance Act 1995

Objek utama dari Undang-undang ini adalah untuk melindungi


kepentingan pemilik dan calon pemilik polis asuransi jiwa dengan cara
yang konsisten dengan pengembangan berkelanjutan dari industri asuransi
jiwa yang layak, kompetitif dan inovatif. Objek tambahan dari Undang-
undang ini adalah untuk melindungi kepentingan orang yang berhak atas
jenis tunjangan lain yang diberikan selama menjalankan bisnis asuransi
jiwa (termasuk bisnis yang dinyatakan sebagai bisnis asuransi jiwa)

2.6 Pengertian Hukum, Asuransi, Dan Hukum Asuransi Menurut Kelompok


Menurut pemaparan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Hukum adalah sekumpulan peraturan, sistem norma yang mengatur kehidupan
warga masyarakat agar tertib, sejahtera dan aman dan apabila dilanggar akan
dikenakan sanksi. Asuransi merupakan salah satu metode penanggulangan risiko
kepada perusahaan asuransi untuk memberikan penggantian kerugian finansial
akibat terjadinya suatu risiko yang terjadi dan tercantum dalam polis kepada
tertanggung. Hukum asuransi merupakan suatu peraturan untuk melindungi dan
mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian asuransi agar perjanjian
tersebut berjalan dengan baik.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hadirnya hukum menurut salah satu ahli yakni aristoteles bertujuan
untuk mencapai keadilan, artinya memberikan kepada setiap orang apa yang
telah menjadi haknya dan secara umum hukum bertujuan untuk mendatangkan
kemakmuran dalam kehidupan di masyarakat, mengatur pergaulan hidup
manusida agar damai, memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam
pergaulan masyarakat, menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada
semua orang, sarana untuk mewujudkan keadilan sosial (lahir dan batin),
sarana penggerak pembangunan dan sebagai fungsi kritis.

Hadirnya asuransi pada dasarnya memberikan jaminan perlindungan


kepada seseorang dari berbagai kejadian buruk yang bisa menimpa di waktu
tertentu diluar prediksi dan harapan orang tersebut. Dilihat dari proses
kegiatan asuransi pastilah terdapat sebuah perjanjian yang bersifat mengikat,
dimana seseorang yang setuju dengan asuransi tersebut harus membayar
sejumlah premi tertentu dalam jangka waktu tertentu, dimana premi tersebut
merupakan pengganti dari perlindungan yang dijaminkan oleh perusahaan
asuransi. Karena dalam kegiatan usah perasuransian didalamnya termuat
beberapa unsur yang termasuk dalam tindakan pidana maka agar
penyelenggaraannya sesuai dengan ketentuan hukum maka usaha
perasuransian harus mengikuti aturan-aturan dari dasar hukum yang mengatur
kegiatan ekonomi di Indonesia, hal ini ditujukan untuk memberikan jaminan
kepada kedua belah pihak baik penanggung maupun tertanggung agar dapat
mempertanggungjawabkan semua kewajibannya masing-masing.

31
3.2 Saran dan kritik
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas. 

32
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku :

Soerjono Soekanto Dan Purnadi Purbacaraka. 1994. Aneka Cara Pembedaan


Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Soeroso, R. 2014. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Penerbit PT. Intermasa,

Sudikno Mertokusumo. 2006. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta:


Liberty.

2. Thesis :

Nur, Herliana. 2016. Analisa Perlakuan Akuntansi Atas Premi Asuransi JP-Aspri
Berdasarkan PSAK No 36 Pada PT Jasaraharja Putera Kantor Cabang Surabaya.
Diploma Thesis, STIE Perbanas Surabaya.

3. Internet :
Https://Www.Hukumonline.Com/Klinik/Detail/Ulasan/Cl4012/Hierarki-
Peraturan-Perundang-Undangan-Di-Indonesia diakses pada 28 Juni 2019 pukul
20:36

Https://Www.Hukumonline.Com/Berita/Baca/Lt5a7ad95871d1a/Bahasa-Hukum--
Sumber-Hukum-Formal-Bernama-Yurisprudensi/ diakses pada 28 Juni 2019
pukul 20:38

Https://Www.Hukumonline.Com/Klinik/Detail/Ulasan/Lt57f2f9bce942f/Perbedaa
n-Pokok-Hukum-Pidana-Dan-Hukum-Perdata/ diakses pada 28 Juni 2019 pukul
21:11

Http://Www.Jurnalhukum.Com/Perbedaan-Hukum-Privat-Dan-Hukum-Publik/
diakses pada 28 Juni 2019 pukul 20:18

Https://Pn-Blitar.Go.Id/98-Istilah-Hukum/1289-Hukum-Acara diakses pada 28


Juni 2019 pukul 20:18

33
https://www.legislation.gov.au/Details/C2013C00552 diakses pada 29 Juni 2019
pukul 13:01

Http://Www.Sumberilmuhukum.Com/2017/11/Pengertian-Traktat-Contoh-
Traktat-Dan.Html diakses pada 28 Juni 2019 pukul 20:36

34

Anda mungkin juga menyukai