Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM


YANG DI SEPAKATI

Kelompok 4 :

1. Muhammad Faisal ( )
2. Muhammad Sahrul ( )
Al-Qur’an
Al-Qur’an yang merupakan salah satu dari dua sumber utama hukum Islam yang
harus di taati oleh setiap pemeluknya. Al-Qur’an sendiri secara bahasa (etimologi)
merupakan kata benda dari kata kerja Qara’a yang bermakna Talaa yang keduanya berarti
Membaca atau bermakna Jama’a yaitu mengumpulkan atau mengoleksi. Maksud
mengumpulkan atau mengoleksi disini adalah Al-Qur’an menjadi tolak ukur untuk
menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang sudah di turunkan sebelumnya. Berdasarkan
makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan
Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni:
Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi)
karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum. Sedangkan secara
Syari’at (Terminologi) adalah kalam Allah Azza Wa Jalla yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad shallahu alaihi wa salam, yang di awali dengan Surah Al-Fatihah dan berakhir
dengan surah An-Nas.

Al-Qur’an tidak di turunkan secara sekaligus seperti kitab-kitab sebelumnya tetapi


Al-Qur’an di turunkan secara bertahap (QS. Al-Isra’ : 106). Karena saat itu kesesatan harus di
kikis satu demi satu melalui setiap ayat yang di turunkan Allah karena jika semua kesesatan
yang ada pada saat itu di haramkan sekaligus maka kaum Qurasy tidak akan pernah
menerimanya, sedangkan itu Al-Qur’an yang di turunkan secara bertahap saja kaum Qurasy
menentang Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam sebagai pemberi peringatan
semaksimal mungkin. Al-Qur’an yang di turunkan dalam kurun waktu 22 tahun, 2 bulan dan
22 hari. Terdiri dari 6.236 ayat, tersimpan dalam 114 Surah, terbagi dalam 30 Juz, terangkum
dalam 1 surah yaitu Surah Al-Fatihah, terkumpul dalam satu kalimat yaitu kalimat Basmalah,
tersimpan dalam satu huruf di kalimat Basmalahh yaitu huruf Ba’ dan terjaga dalam satu titik
di bawah huruf Ba’ tersebut. Dalam jumlah ayat Al-Qur’an ada juga kelompok yang tidak
bertanggung jawab mengatakan jumlah ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah 6.666
ayat, memang indah dan gampang di ingat, akan tetapi semua itu tidaklah benar. Hal ini dapat
di buktikan dengan mudah, caranya carilah kalkulator dan hitunglah setiap ayat yang terdapat
dalam setiap surah, hitunglah dengan teliti makan anda akan mendapatkan angka 6.236,
bukan 6.666.

Al-Qur’an yang merupakan kitab terakhir di turukan Allah sebagai pegangan umat
manusia selama hidupnya. Sebuah mukjizat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam yang
mendapatkan perhatian penuh dari setiap orang yang pernah mengenalnya. Bahkan pada
masa Abdul Malik Bin Marwan, perhitungan yang di lakukan oleh penduduk Madinah
terhadap ayat Al-Qur’an di lakukan dengan biji gandum selama 4 bulan dan mendapatkan
dengan rinci setiap angka dalam Al-Qur’an ini. Salah satunya adalah Pertengan Al-Qur’an
pada Surah Al-Kahfi ayat 78 pada ayat yang berbunyi “maa lam tastati', alaihi shabra (apa
yang telah membuat engkau tidak sabar itu). Kemudian huruf yang terdapat tepat di
pertengahan Al-Qur’an adalah Huruf Ta’ pada pertengahan pertama Al-Qur’an dan Huruf
Lam pada pertengahan terakhirnya. Kedua huruf tersebut terdapat pada kalimat wa
alyatalaththaf.
Penyebaran Al-Qur’an yang di lakukan oleh para Mubalikh merupakan tugas suci
yang harus di jaga dengan baik karena kitab ini adalah satu-satunya kitab yang memberi
sumbangan terbesar bagi peradaban dunia. Sumbangan tersebut mencakup berbagai hal
diantaranya ilmu pengetahuan, budaya, sejarah, ekonomi dan dan lain-lain. Jika di
bandingkan Al-qur’an dengan kitab yang lain misalnya dengan Bible yang merupakan sebuah
kitab duplikasi dari kitab kaum Yahudi yang di turunkan kepada Isa Al-Masih sebagai
pelengkap hukum Taurat dan Zabur. Hal tersebut tidak akan pernah mengalahkan ketinggian
bahasa yang di miliki Al-qur’an serta kelengkapan berbagai informasi seperti pengertian Al-
qur’an di atas.

Al-qur’an yang kita ketahui bersama merupakan firman-firman Tuhan yang asli dan
keaslian setiap hukum yang terdapat di dalamnya selalu terjaga sampai kapanpun juga. Dan
seperti yang sudah di katakan di atas, kitab ini sangatlah berbeda dengan kitab-kitab yang
lain, dalam hal ini kami memberi contoh dari penafsirannya saja. Hukum penerjemahan atau
penafsiran Al-qur’an harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Bahasa Arab Al-qur’an tidak boleh di hilangkan dari bahasa yang akan di
terjemahkan.
2. Penerjemah harus mengetahui betul arahan-arahan lafadz di dalam kedua bahasa
tersebut dan hal-hal yang di tuntut dalam redaksinya.
3. Penerjemah harus mengetahui betul setiap makna lafadz-lafadz syari’at dalam
Al-Qur’an.

Kemudian hal-hal yang menjadi rukukan dalam penafsiran Al-Qur’an adalah sebagai
berikut :

1. Kalam Allah yang merupakan penafsiran sebuah ayat dengan ayat yang lain.
2. Sabda Nabi Muhammad karena Beliau merupakan penyampai Firman Allah
maka beliau lebih mengetahui tentang setiap tafsir tersebut.
3. Ucapan Para Sahabat yaitu penafsiran Al-Qur’an melalui para sababat Nabi
karena setelah Nabi merekalah orang-orang yang paling tulus dalam mencari
kebenaran dan terhindar dari berbagai tuntutan hawa nafsu.
4. Ucapan Tabi’in karena para tabi’in adalah generasi ketiga yang dengan tulus
mencari kebenaran setelah Nabi dan para Sahabat.
5. Makna syariat atau bahasa yang di kandung oleh suatu kata berdasarkan
redaksinya

Berbagai hal yang terdapat dalam setiap point di atas tidak di miliki oleh kitab lain
selain Al-Qur’an. Karena dengan setiap point di atas menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab
yang selalu terjaga keaslian bahasa dan maknanya sekali pun di terjemahkan dalam berbagai
bahasa yang ada di dunia. Tidak seperti kitab Bible yang di terjemahkan dengan sembarangan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, orang-orang yang hanya ingin mencari
keabadian dunia yang nyata-nyata tidak ada. Mereka menerjemahkan Bible dengan versi
mereka masing-masing dan penafsirannya tidak boleh selain daripada orang-orang yang ada
di gereja, selain daripada itu adalah haram menurut hukum yang terdapat dalam setiap gereja.
As-Sunnah
As-Sunnah yang juga di kenal dengan hadits-hadist Nabi merupakan sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an. As-Sunnah adalah ucapan, perbuatan dan sikap diam tanda setuju
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam. Oleh karena itu As-Sunnah di bedakan dalam
tiga hal yaitu sebagai berikut :

1. Qauliyyah yaitu sabda yang di sampaikan dalam beraneka tujuan dan kejadian
2. Fi’liyyah yaitu tindakan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam
3. Taqriyyah yaitu perkataan atau tindakan yang di lakukan oleh sebagian sahabat
dan hal tersebut mendapat pujian dari Nabi sebagai sebuah tindakan yang baik.

Sebagaimana yang di katakan di atas As-Sunnah merupakan sumber hukum Islam


kedua setelah Al-Qur’an maka kedudukan As-Sunnah disini sebagai pelengkap hukum yang
berdasarkan Al-Qur’an. Kemudian ada beberapa sifat yang di miliki oleh hukum ini yaitu
sebagai berikut :

1. Sifat yang di ikuti yaitu hadits-hadits yang shahih, hadits yang di riwayatkan
oleh Imam-imam yang di kenal baik dalam mencari kebenaran seperti Imam
Bukhari, Imam Malik, Imam Muslim dan lain-lain.
2. Sifat yang tidak di ikuti yaitu hadits-hadits da’if yang di riwayatkan oleh Imam-
imam yang di kenal buruk oleh Umat seperti Abdullah Bin Saba yang
merupakan pendiri mazhab sesat Syi’ah yang mengatakan Imam Ali sebagai
Tuhan.

Kemudian As-Sunnah mempunyai dua fungsi sebagai landasan hukum Islam yaitu
sebagai berikut :

1. Berfungsi sebagai penguat hukum-hukum yang telah tertulis dalam Al-qur’an


2. Berfungsi sebagai penjelas hukum-hukum dalam Al-Qur’an yang bersifat umum

Ijma
Ijma memiliki dua pengertian, pengertian pertama adalah sebuah usaha yang
dilakukan untuk mendapatkan jalan keluar dari sebuah permasalah dengan berpegang pada
undang-undang Allah, pengertian yang kedua adalah kesepakatan yang dilakuka dalam
sebuah musyawarah dalam menentukan hukum yang di perselisihkan.

Contoh dari hukum Ijma yang berdasarkan hukum Allah adalah sebagai berikut :

Tentunya kita semua mengetahui siapa Isa Al-Masih, ya Isa Al-Masih adalah
seorang Nabi yang di utus untuk kaum Yahudi yang mempunyai 12 suku. Isa Al-Masih juga
adalah seorang manusia yang di tuhankan oleh seorang manusia yang bernama Santo Paulus
untuk sebuah aliran yang di sebutnya dengan Agama Kristen. Dua Pertanyaan yang saya
ajukan untuk anda, apakah benar yang di salib adalah Isa Al-Masih dan apakah benar Isa Al-
Masih tewas di kayu salib?

Kebanyakan orang Islam pasti mengatakan yang di salib itu bukan Isa Al-Masih
tetapi salah seorang muridnya yang berkhianat ( Yudas Iskariot ). Jawaban tersebut berhenti
disitu tetapi tahukah anda, yang di salib itu adalah Isa Al-Masih dan dia tidak tewas di atas
kayu salib. Hal ini di dasarkan pada hukum Islam yaitu Al-Qur’an surah An-Nisaa’ : 4

ُ‫صلَبُىه‬ َّ ‫ُىل‬
َ ‫ٱَّللِ َو َما قَتَلُىهُ َو َما‬ َ ‫َوقَ ۡىلِ ِهمۡ إِنَّا قَتَ ۡلنَا ۡٱل َم ِسي َح ِعي َسى ۡٱب َن َم ۡريَ َم َرس‬
ۚ ِّ‫ٱۡتَلَُُىْ ِِي ِو لَُِى َش ٍّ۬ ِّم ۡنوُۚ َما لَهُم بِ ِو ِم ۡن ِع ۡلم إِ ََّّل ٱتِّبَا َع ٱلظَّن‬ ۡ ‫ين‬
َ ِِ َّ‫َولَ ٰـ ِكن ُشبِّوَ لَهُمۡ ۚ َوإِ َّ َّ ٱل‬
)٧٥١ ‫ساء‬ َ ِّ‫َو َما قَتَلُىهُ يَقِي َۢنَا ( الن‬
dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa
putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai
keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

( Wanita/An-Nisaa’ : 157 )

That they said (in boast), "We killed Christ Jesus the son of Mary, the Messenger of
Allah.";- But they killed him not, nor crucified him, but so it was made to appear to them, and
those who differ therein are full of doubts, with no (certain) knowledge, but only conjecture
to follow, for of a surety they killed him not:- ( Women/An-Nisáa : 157 )

Hukum tersebut di atas didukung langsung oleh kitab mereka sendiri yaitu Bible.
Dalam Kitab Perjanjian Baru Kitab Matius di tuliskan sebagai berikut :

Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga
Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. ( Matius 12 : 40 )

“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama
sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius
27:46)

Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak
tinggal tergantung pada kayu salib--sebab Sabat itu adalah hari yang besar--maka
datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-
orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. (Yohanes 19:31)
Matius 12 : 40 mengisahkan bahwa Yesus sudah mengetahui bahwasannya dia akan
di salib dan firasat tersebut terbukti dalam Matius 27 : 46. Dan pada Yohanes 19 : 31 adalah
saat Yesus di turunkan di atas kayu salib.

Nah mari kita kaji dalam bidang Kristologi sebagai berikut :

Yesus yang ketika dalam kisah penyaliban tidak mendapat syarat-syarat yang
seharusnya di timpahkan untuk seorang yang di salib karena para tentara keburu menyangka
bahwa Yesus sudah tewas setelah kaki dan tangannya di paku dan salah satu tentara Romawi
tersebut membuktikannya dengan menikam perutnya sehingga keluarlah darah segar dan
Yesus tidak bergerak.

Kematian pada kayu salib baru bisa terjadi oleh dua hal yaitu :

1. Luka yang terinfeksi. Dipakunya tangan dan kaki pada kayu salib membuka
peluang masuknya kuman ke dalam tubuh. Tanpa adanya perlindungan dari antibiotika,
kuman tersebut akan berkembang dan menyebar keseluruh tubuh. Proses kematian kerena
infeksi seperti ini, secara medis biasanya berlangsung sekitar 2 -3 hari

2. Mati karena kelaparan dan dahaga. Kematian pada kayu salib juga bisa terjadi
karena kelaparan dan dahaga. Dengan tidak masuknya bahan makanan yang diperlukan oleh
tubuh untuk kehidupan normal, maka hal tersebut akan menyebabkan terganggunya
metabolisme tubuh. Karena tidak adanya pasokan makanan, tubuh akan memobilisasi bahan
simpanan makanan yang ada dalam tubuh. Bila simpanan karbohidrat dalam bentuk glikogen
yang ada habis, maka protein yang ada dalam otot digunakan sebagai enerji siap pakai.
Protein yang ada dalam otot akan berkurang sedemikian rupa, sehingga fungsi sel pun akan
terganggu dan akan diakhiri dengan kematian. Proses ini biasanya berlangsung 6 – 7 hari.

Apakah Yesus di salib? Jawabannya tidak? Lalu apakah dia tewas di kayu salib?
Jawabannya juga tidak. Kenapa? karena Prosesi hukuman shalb (salib) itu adalah prosesi
hukuman mati yang perlahan-lahan, dan biasanya memakan waktu sampai dengan tiga hari
hingga ajalnya tiba. Terhukum akan dipaku ke dua tangannya di tiang salib, dikarenakan
berat tubuhnya maka si terhukum akan mengalami kesulitan nafas karena terhimpit paru-
parunya hingga akhirnya hal ini akan mempercepat kematian. Oleh karena itu untuk
menambah penderitaan (memperlama proses kematian) maka pada telapak kaki diberikan
sandaran papan di kakinya dipakukan kepada papan tersebut (sehingga dengan kaki ini
terhukum dapat berdiri menyangga tubuh). Terhukum akan dibiarkan menderita haus dan rasa
sakit bahkan gangguan dari mangsa hewan liar. Pamungkas dari proses kematian ini adalah
dipatahkannya tulang-tulang kaki (shalb-salib/patahkan tulang mengeluarkan sumsum) yang
akan mempercepat kematian. Inilah hukuman salib (pematahan tulang dan sumsum di
pancang / tiang kayu). Jadi seseorang yang hanya mengalami pemakuan di tiang kayu namun
tidak mengalami pematahan tulang dan sumsum maka tidak bisa dikatakan telah di hukum
salib.

Pilatus secara rahasia menolong Isa dengan menetapkan hari hukuman salib pada
Jum'at siang (jam 12 siang) (Matius 27 : 46), dan pada jam 3 sore (jam 15) Isa diturunkan
dari Tiang Salib dengan kondisi tampak "Mati". Seperti yang telah lazim bahwa hukuman
salib adalah hukuman mati secara perlahan (umumnya 3 hari) dan belum pernah ada yg
mengalami kematian dalam hitungan jam. Lalu mengapa Isa diturunkan padahal baru 3 jam
(nampak tergesa-gesa)?

Jawabannya karena dalam Taurat ada tertulis hukum :

"Maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi


haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung
terkutuk oleh Allah, janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan Tuhan Allahmu
kepadamu menjadi milik pusakamu" (Ulangan 21:23).

tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka
tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya
dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. ( Yohanes : 19 : 33-34 )

Perlu diperhatikan bahwa dasar yang menyatakan bahwa Isa mati itu adalah hanya
atas Melihat, tidak mendekati, apalagi menyentuh, sehingga bisa dipastikan lebih jauh apakah
masih berdenyut nadinya alias mati sungguhan atau tidak? Karena hanya sekedar melihat itu
tidak pasti dan inilah pangkal keragu-raguan Orang Yahudi kelak bahwa mereka sendiri tidak
yakin bahwa dalam waktu tiga jam tersebut dan tanpa hukum shalib mereka telah
memutuskan ajal Isa (membunuh Isa).

Qiyas
Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nasnya
dalam Al-Qur’an dan Hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang telah di
tetapkan hukumnya dalam nash. Hukum ini dapat juga di artikan sebagai penyamaan suatu
nash yang tidak ada hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya
persamaan hukum.

Para ulama telah sepakat bahwasannya Qiyas ini di jadikan sumber hukum Islam
yang keempat setelah Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma. Yang apabila suatu permasalahan
baik dengan nash maupun Ijma maka di tetapkanlah hukum secara analogi dengan persamaan
Illat maka berlakulah hukum Qiyas dan selanjutnya menjadi hukum Syar’i.

Syarat sah Hukum Qiyas berdasarkan pada rukun-rukunnya adalah sebagai berikut :

1. Sesuatu yang terdapat dalam nash yang biasanya di pakai sebagai ukuran
2. Sesuatu yang tidak terdapat dalam nash dan hukumnya di samakan dengan rukun
yang terdapat pada point pertama.
3. Hukum syara’ yang terdapat pada nashnya yang menurut rukun pada point yang
pertama dan di pakai sebagai rukun pada point yang kedua
4. Suatu keadaan tertentu yang di pakai dasar bagi hukum pada point yang pertama
kemudian point yang kedua di samakan dengan hukum point yang pertama
dalam hal hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mukjizat Abadi Nabi Muhammad shalallahu alahi wasalam oleh Faisal Rahman
Abdurrahim

Hukum Menerjemahkan Al-Qur’an www.alsofwah.or.id yang berumber dari Ushuul


Fi at-Tafsiir karya Syaikh Muhammad bin Shaalih al-‘Utsaimiin, h.32-33

Rujukan Dalam Tafsir www.alsofwah.or.id yang bersumber dari Ushûl Fî at-Tafsîr


karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, h.27-30

The Passion Of Jesus as oleh www.freewebs.com/pakdenono/

Ijma dan Qiyas Sumber Hukum Islam Oleh Ustadz Fahmi Rusdi, Lc

Dalil Hukum Yang di Sepakati dan Tidak di Sepakati oleh Yuyut Wahyudi

Anda mungkin juga menyukai