Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MEMAHAMI PROGRAM-PROGRAM PEMERINTAH TERKAIT DTPK

DOSEN PEMBIMBING :

MATA KULIAH : KESMAS

KELOMPOK 6 :
NAMA ANGGOTA :

ASTATI

NOVI SYARIFUDDIN

MARDIANA

MARWAH

RISKA WARDANI

HADIJAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang sudah


melimpahkan rahmat,taufik dan hidayahnya sehingga kami bisa
menyusun serta menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“memahami program program yang terkait dalam DTPK.
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan salah satu unsur


penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Informasi
pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat diperlukan oleh pengelola
pelayanan kesehatan, baik di tingkat pusat hingga daerah dalam
mengambil kebijakan yang tepat (Feldstein 1988). Masyarakat daerah
tertinggal, pulau-pulau dan terpencil perbatasan (DTPK-T) mempunyai
keterbatasan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, hal ini
disebabkan oleh kondisi geografis yang sulit dijangkau, keterbatasan
infrastruktur dan sumber daya manusia kesehatan sehingga menambah
kompleksitas permasalahan. untuk meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di DTPK-T pemerintah telah
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan primer. Tujuan : Mengkaji
dan menganalisis pola pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan terpencil.
Metode : Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, dengan desain cross-
sectional. Dalam penelitian ini difokuskan untuk melihat pola
pemanfaatan masyarakat daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan
terpencil dalam memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas. Hasil :
Masyarakat tertinggal, perbatasan, pulau dan terpencil lebih banyak
menggunakan puskesmas, dari total 2.632 responden, sekitar 1.194
orang atau 50,5% memanfaatkan pelayanan puskesmas, praktik dokter
19,5%, jenis kelamin, status ekonomi, pendidikan, waktu tempuh dan
biaya transportasi, diagnosa dokter terhadap penyakit yang diderita
baik menular maupun tidak menular, lokasi pedesaan berpengaruh
signifikan terhadap pemanfaatan layanan kesehatan, sedangkan
kategori wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan
puskesmas. Kesimpulan : Masyarakat di Daerah Tertinggal, Perbatasan,
Pulau dan Terpencil (DTPKT) telah memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan dasar (Puskesmas), dalam mengatasi permasalahan
kesehatan. Diperlukan kebijakan khusus dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan melalui penyediaan sumber daya kesehatan,
infrastruktur, dan ketersediaan obat.
1.2 Rumusan Masalah

Permasalahn yang hendak di bahas dalam makalah ini antara lain :

 Apa yang dimaksud dengan program pemerintah terkait DTPK


 Apa pemanfaatan dari program pemerintah terkait DTPK
 Apa tujuan dari program pemerintah terkait DTPK
 Apa upaya dari program pemerintah terkait DTPK

1.3 Tujuan Masalah

Bersumber pada rumusan permasalahan hingga tujuan dalam


penyusuan mkalah ini merupakan sebagian berikut :

 Untuk mengenali yang dimaksud dengan program pemerintah


terkait DTPK
 Untuk mengenali pemanfaatan dari program pemerintah terkait
DTPK
 Untuk mengenali tujuan dari program pemerintah terkait DTPK
 Untuk mengenali factor program pemerintah terkait DTPK
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian program pemerintah yang terkait DTPK

Daerah terpencil perbatasan kepulauan yang disingkat dengan DTPK


adalah daerah perbatasan dengan Negara lain, daerah kepulauan
terpencil dan terluar. Belum semua masyarakat Indonesia
menikmati pelayanan kesehatan, terutama bagi mereka yang
tinggal di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).
Pemenuhan tenaga kesehatan (Nakes) melalui program Nusantara
Sehat (NS) untuk DTPK diperlukan agar masyarakat di daerah
terpencil mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Pentingnya
Nakes di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan perlu
distressing dan NS merupakan upaya terobosan Kemenkes,” kata
Menteri Kesehatan RI Prof. Dr.dr. Nila Juwita Farid Moeloek,
SpM(K), pada Rakor Pasca Penugasan dan Pemulangan Tim
Nusantara Sehat Periode I Tahun 2015 (batch I), di Jakarta, Selasa
(30/5).

Masyarakat yang tinggal di DTPK umumnya mengalami kesulitan


untuk mengakses pelayanan kesehatan primer yang berkualitas. Hal
tersebut disebabkan kondisi geografi, topografi, transportasi, akses
komunikasi, tingginya tingkat kemiskinan penduduk, dan berbagai
masalah sosial lainnya yang mereka hadapi. Kementerian Kesehatan
terus mendorong penguatan pelayanan kesehatan baik dari segi
fasilitas pelayanan kesehatan maupun segi SDM kesehatan. Upaya
itu dilakukan melalui peningkatan kapasitas SDM Kesehatan, alokasi
beasiswa, hingga terobosan pengiriman tim Nusantara Sehat dan
Wajib Kerja Dokter Spesialis sebagai upaya pemenuhan tenaga
kesehatan di daerah,” tambah Prof. Nila Moeloek.

Membangun Indonesia dari Pinggiran

UU nomor 36 Tahun 2014 pasal 23 disebutkan bahwa penempatan


tenaga kesehatan oleh pemerintah atau pemerintah daerah
dilaksanakan dengan cara penugasan khusus. Lantas, sejak 2015
Kemenkes RI melakukan program penempatan tenaga kesehatan
yang komprehensif, yakni Nusantara Sehat.

Program tersebut dibentuk untuk mewujudkan Nawacita ke-3, yaitu


Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-
Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan.
Pelaksanaannya dilakukan dengan Penugasan Khusus Tenaga
Kesehatan Berbasis Tim (Team Based) yang dikirim ke DTPK.

Menkes Prof. Nila Moeloek mengatakan sumber daya kesehatan di


DTPK belum memadai terutama sumber daya manusia kesehatan
yang belum memenuhi standar yang telah ditetapkan.
2.2 pemanfaatan dari program pemerintah terkait DTPK

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan unsur penting


dalam menentukan status kesehatan masyarakat. Informasi tentang
pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh
manajemen pelayanan kesehatan, baik di tingkat pusat hingga
daerah dalam mengambil kebijakan yang tepat (Feldstein 1988).
masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan kepulauan dan
terpencil (DTPK-T)mengalami keterbatasan dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan kondisi geografis yang sulit
dijangkau, terbatasnya sarana dan prasarana serta SDM kesehatan
yang menambah kompleksitas permasalahan. untuk meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di DTPKT
pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Tujuan : Mengkaji dan menganalisis pola pemanfaatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang ada di daerah tertinggal,
perbatasan, kepulauan dan terpencil. Metode : Penelitian ini
menggunakan data sekunder hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013, dengan desain cross sectional. Pada
penelitian ini di fokuskan untuk melihat pola pemanfaatan
masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan
terpencil dalam memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Hasil : Masyarakat Daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan
terpencil lebih banyak memanfaatkan puskesmas, dari 2.632 total
responden, sekitar 1.194 orang atau 50,5% yang memanfaatkan
layanan puskesmas, praktek dokter 19,5%, jenis kelamin, status
ekonomi, pendidikan, waktu ongkos dan biaya transportasi,
diagnosa dokter terhadap penyakit yang di derita baik menular
maupun tidak menular, lokasi pedesaaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan, sedangkan
kategori wilayah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pemanfaatan puskesmas. Kesimpulan : Masyarakat di Daerah
tertinggal, perbatasan, kepulauan dan terpencil (DTPK-T) telah
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan dasar (puskesmas),
diperlukan kebijakan khusus agar dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dengan menyediakan sumber daya kesehatan, sarana
dan prasarana, penguatan infrastruktur, serta ketersediaan obat-
obatan. . Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan salah satu
unsur penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Informasi pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat diperlukan
oleh pengelola pelayanan kesehatan, baik di tingkat pusat hingga
daerah dalam mengambil kebijakan yang tepat (Feldstein 1988).
Masyarakat daerah tertinggal, pulau-pulau dan terpencil
perbatasan (DTPK-T) mempunyai keterbatasan dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan oleh kondisi geografis yang
sulit dijangkau, keterbatasan infrastruktur dan sumber daya
manusia kesehatan sehingga menambah kompleksitas
permasalahan. untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat di DTPK-T pemerintah telah
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan primer. Tujuan :
Mengkaji dan menganalisis pola pemanfaatan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan
terpencil. Metode : Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, dengan desain
cross-sectional. Dalam penelitian ini difokuskan untuk melihat pola
pemanfaatan masyarakat daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan
dan terpencil dalam memperoleh pelayanan kesehatan di
Puskesmas. Hasil : Masyarakat tertinggal, perbatasan, pulau dan
terpencil lebih banyak menggunakan puskesmas, dari total 2.632
responden, sekitar 1.194 orang atau 50,5% memanfaatkan
pelayanan puskesmas, praktik dokter 19,5%, jenis kelamin, status
ekonomi, pendidikan, waktu tempuh dan biaya transportasi,
diagnosa dokter terhadap penyakit yang diderita baik menular
maupun tidak menular, lokasi pedesaan berpengaruh signifikan
terhadap pemanfaatan layanan kesehatan, sedangkan kategori
wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan
puskesmas. Kesimpulan : Masyarakat di Daerah Tertinggal,
Perbatasan, Pulau dan Terpencil (DTPKT) telah memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas), dalam mengatasi
permasalahan kesehatan. Diperlukan kebijakan khusus dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan melalui penyediaan
sumber daya kesehatan, infrastruktur, dan ketersediaan obat.

2.3 Tujuan dari program pemerintah terkait DTPK

Pemenuhan tenaga kesehatan (Nakes) melalui program Nusantara


Sehat (NS) untuk DTPK diperlukan agar masyarakat di daerah
terpencil mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik Nusantara
Sehat merupakan upaya kesehatan terintegrasi mencakup aspek
preventif, promotif, dan kuratif melalui penugasan khusus tenaga
kesehatan berbasis tim dengan jumlah dan jenis tertentu guna
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di daerah Tertinggal, Perbatasan dan
kepulauan. Dalam upaya penguatan pelayanan kesehatan primer
yang fokus pada upaya promotif dan preventif, Kementerian
Kesehatan RI meluncurkan Program Nusantara Sehat (NS) sebagai
salah satu prioritas kunci lima tahun ke depan.

Program ini bertujuan mewujudkan layanan kesehatan primer yang


dapat dijangkau oleh setiap anggota masyarakat, terutama oleh
mereka yang berada di wilayah-wilayah terpencil di berbagai
pelosok Nusantara. Untuk itu, penguatan layanan kesehatan
berbasis tim tenaga kesehatan.

"Intervensi berbasis tim pada fasilitas layanan kesehatan ini


merupakan suatu terobosan, karena tim-tim ditempatkan langsung
di wilayah-wilayah terpencil di mana suatu sistem kegiatan bisnis
akan dikembangkan di Puskesmas terpencil," jelas Menteri
Kesehatan RI Nila F Moeloek, dalam acara Penandatanganan Surat
Pernyataan Komitmen antara Menteri Kesehatan dengan 48
Bupati/Walikota Daerah Perbatasan, di Hotel Bidakara, Jakarta,
Rabu (25/3/2015).

Tim program NS ini adalah para tenaga profesional kesehatan


dengan latar belakang medis seperti dokter, perawat, bidan, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi
laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian yang
berusia di bawah 30 tahun. Seperti ditetapkan oleh Menkes atas
persetujuan Menteri Keuangan, tim NS akan diberi gaji/insentif
sebesar 4-8 juta perbulan. Peserta harus bersedia ditempatkan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK) serta Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) di
seluruh wilayah Indonesia selama 2 (dua) tahun.
"Kami tentunya akan menjamin keselamatan tenaga kesehatan
selama melakukan tugasnya dan mendukung program Nusantara
Sehat ini. Selain melakukan pelatihan, kami juga akan menerbitkan
izin praktek untuk tim tenaga kesehatan ini," tambah Menkes.

2.4 Upaya program pemerintah terkait DTPK


1. Mengetahui harapan pelanggan, mengetahui harapan
pelanggan yang mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan.
2. Perbaikan kinerja
3. Proses perbaikan
4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai