Disusun oleh:
KELOMPOK 1
1. Hensel (40011422650090)
2. Yohana Nathania (40011422650010)
3. Aliya Rahma (40011422650034)
4. Rahma Faiza (40011422650064)
5. Tri Wahyu Hidayati (40011422650074)
6. Anisa Aulia Zahrani (40011422650082)
7. Sania Indah Dwi Lestari (40011422650088)
8. Nanda Qothrunnada Shobihah (40011422650092)
9. Remelda Putri Nurdianty (40011422650102)
10. Rachel Rafifah Firdaus (40011422650114)
C. Pengertian PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas pajak konsumsi barang dan
jasa di dalam daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat dalam setiap jalur
produksi dan distribusi .PPN merupakan pajak tidak langsung karena pembayaran nya
disetorkan oleh pihak lain yang bukan penanggung jawab.
D. Tarif PPN
Menurut UU No 7/2021 :
○ 11% per 1 April 2022
○ 12% Per 1 Januari 2025
● Dasar Pengenaan PPN = DPP X 11%
DPP (Dasar Penggenaan Pajak ) adalah jumlah harga jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai
dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
E. Karakteristik PPN
PPN di Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pajak Tidak Langsung
Secara ekonomis, beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain.
Tanggung jawab pembayaran pajak yang terutang berada pada pihak yang
menyerahkan barang atau jasa, sedangkan pihak yang menanggung beban
pajak berada pada penanggung pajak (pihak yang memikul beban pajak).
2. Pajak Objektif
Timbulnya kewajiban membayar pajak sangat ditentukan oleh adanya
objek pajak. Kondisi subjektif Subjek Pajak tidak dipertimbangkan.
3. Multistage Tax
PPN dikenakan secara bertahap pada setiap mata rantai jalur produksi
dan distribusi (dari pabrikan sampai ke peritel).
4. Nonkumulatif
PPN tidak bersifat kumulatif meskipun memiliki karakteristik
multistage tax karena PPN mengenal adanya mekanisme pengkreditan Pajak
Masukan. Oleh karena itu, PPN yang dibayar bukan unsur dari harga pokok
barang atau jasa.
5. Tarif Tunggal
PPN di Indonesia hanya mengenal satu jenis tarif (single tariff), yaitu
10% untuk penyerahan dalam negeri dan 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak.
6. Credit Method/Invoice Method/Indirect Substruction Method
Metode ini mengandung pengertian bahwa pajak yang terutang
diperoleh dari hasil pengurangan pajak yang dipungut atau dikenakan pada
saat penyerahan barang atau jasa yang disebut Pajak Keluaran (output tax)
dengan pajak yang dibayar pada saat pembelian barang atau penerimaan jasa
yang disebut Pajak Masukan (input tax).
7. Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri
Atas impor Barang Kena Pajak dikenakan PPN sedangkan atas ekspor
Barang Kena Pajak tidak dikenakan PPN. Prinsip ini menggunakan prinsip
tempat tujuan (destination principle), yaitu pajak dikenakan di tempat bidang
atau jasa akan dikonsumsi.
8. Consumption Type Value Added Tax (VAT)
Dalam PPN di Indonesia, Pajak Masukan atas pembelian dan
pemeliharaan barang modal dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang
dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak
(JKP).
BAB II
PEMBAHASAN
B. OBJEK PPN
PPN dikenakan atas pertambahan nilai yang terjadi karena beberapa kegiatan
berikut (Pasal 4 UU PP):
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha adalah suatu kegiatan pemberian atau transfer
barang yang dikenakan pajak (seperti pajak pertambahan nilai atau PPN) oleh
pengusaha kepada penerima barang. Dalam konteks pajak, istilah "Daerah
Pabean" mengacu pada wilayah geografis di mana aturan dan ketentuan
perdagangan internasional berlaku, termasuk peraturan mengenai pajak impor
dan ekspor. Kegiatan yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP
meliputi :
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.
Perjanjian meliputi jual beli, tukar-menukar, jual-beli secara
angsuran, atau perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak
atas barang.
b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau
perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.
Berarti kegiatan pengalihan hak atas BKP dari pemilik BKP
kepada pihak lain yang dilakukan berdasarkan perjanjian sewa beli
dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi (hak
untuk membeli BKP pada akhir masa sewa dengan harga yang telah
disepakati sebelumnya).
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang.
Yang dimaksud dengan pedagang perantara adalah orang
pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan
untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa
tertentu, misalnya komisioner. Sementara juru lelang adalah juru lelang
pemerintah atau yang ditunjuk oleh pemerintah.
d. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP.
Pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentingan
pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi
sendiri maupun bukan produksi sendiri. Sementara pemberian
cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan tanpa pembayaran baik
barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, seperti
pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli.
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan. Hal ini disebabkan kondisi tersebut
disamakan dengan pemakaian sendiri
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan BKP antarcabang
g. Penyerahan BKP oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam
rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yang membutuhkan BKP.
h. Penyerahan BKP secara konsinyasi, yaitu kegiatan penyerahan BKP
oleh Pengusaha kepada pihak lain yang dilakukan dengan cara
menitipkan BKP kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga
tertentu dan bagi hasil tertentu.
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2021/07/13/173618726358430-pajak-pertam
bahan-nilai-ppn.
Lathifa, D. (2023, April 10). PPnBM: Dasar Hukum, Objek Pajak, dan Tarif Terbaru yang
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/mengenal-ppnbm