Lptrakeostomi RG Icu
Lptrakeostomi RG Icu
OLEH
Mengetahui
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding
depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat
masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas (Hadikawarta,
Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara
dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams,
1997). Trakeostomi merupakan tindakan operatif yang memiliki tujuan
membuat jalan nafas baru pada trakea dengan membuat sayatan atau insisi
pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk
membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata–kata
yang dipergunakan dalam membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu
jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi
dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan,
bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu
minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi
dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama.
Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa
jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan jika
diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat
dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan,
dengan kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan
tersebut dianggap sebagai sinonim dari trakeotomi.
2. Fungsi Trakeostomi
Fungsi dari trakheostomi antara lain:
a. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya
mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara
sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi
alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar
(paling sedikit pipa 7).
b. Proteksi terhadap aspirasi
c. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting
pada pasien dengan gangguan pernafasan
d. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
e. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus
respiratorius
f. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke
perifer oleh tekanan negatif intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi
batuk yang normal.
9. Komplikasi Trakeostomi
Komplikasi dini yang sering terjadi adalah perdarahan, pneumotoraks
terutama pada anak-anak, hilangnya jalan nafas, penempatan kanul yang
sulit, laserasi trakea, ruptur balon, henti jantung sebagai rangsangan hipoksia
terhadap respirasi dan paralisis saraf rekuren.
Perdarahan terjadi bila hemostasis saat trakeostomi tidak sempurna serta
disertai naiknya tekanan arteri secara mendadak setelah tindakan operasi dan
peningkatan tekanan vena karena batuk. Perdarahan diatasi dengan
pemasangan kasa steril sekitar kanul. Apabila tidak berhasil maka dilakukan
ligasi dengan melepas kanul.
Emfisema subkutan terjadi di sekitar stoma tetapi bisa juga meluas ke
daerah muka dan dada, hal ini terjadi karena terlalu rapatnya jahitan luka
insisi sehingga udara yang terperangkap di dalamnya dapat masuk ke dalam
jaringan subkutan pada saat penderita batuk. Penanganannya dilakukan
dengan multiple puncture dan longgarkan semua jahitan untuk mencegah
komplikasi lanjut seperti pneumotoraks dan pneumomediastinum.
Sedangkan komplikasi pasca trakeostomi terdiri atas kematian pasien,
perdarahan lanjutan pada arteri inominata, disfagia, aspirasi, pneumotoraks,
emfisema, infeksi stoma, hilangnya jalan nafas, fistula trakeoesofagus dan
stenosis trakea. Kematian pasien terjadi akibat hilangnya stimulasi hipoksia
dari respirasi. Pasien hipoksia berat yang dilakukan tindakan trakeostomi,
pada awalnya pasien akan bernafas lalu akan terjadu apnea. Hal ini terjadi
akibat deinervasi fisiologis dari kemoreseptor perifer yang dipicu dari
peningkatan tekanan oksigen tiba-tiba dari udara pernafasan
Secara sistematis, komplikasi dari trakeostomi antara lain :
No Waktu Komplikasi
1. Intra operatif Haemorrhage (pendarahan).
Rasa panas pada jalan nafas
Cedera pada trakea dan laring
Cedera pada struktur trakeal
Emboli udara
Apnea
Henti jantung
Perforasi
Ruptur pleura viseralis
Sumbatan darah/secret
2. Post operatif Emfisema subkutan
Pneumotoraks / pneumomediastinum
Tabung berpindah
Tabung tersumbat
Infeksi luka
Trakea nekrosis
Pendarahan sekunder
Masalah menelan
3. Jangka panjang Obstruksi jalan nafas atas
Infeksi
Fistula trakeoesofagus
Stenosis trakea
Iskemia atau nekrosis trakea
c. Sirkulasi
Tanda : takikardia, frekuensi tak teratur, nadi apical berpindah oleh
adanya penyimpangan medaistinal. TD hiper/hipotensi
d. Makanan/cairan
Gejala : anorexia (mungkin karena bau sputum)
Tanda : pemasangan IV line,
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri area luka trakeostomi, nyeri dada unilateral meningkat
karena batuk atau bernafas
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah
f. Pernafasan
Gejala : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat
trauma dada.
Tanda : peningkatan frekuensi nafas, kulit cyanosis, penggunaan
ventilasi mekanik (trakeostomi), secret pada selang trakeostomi
g. Hygiene
Tanda : kemerahan area luka trakeostomi
h. Interaksi social
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan suara karena distress
pernafasan, keterbatasan mobilitas fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau
perubahan posisi selang trakeostomi.
b. Pola pernafasan tak efektif/ventilasi spontan, ketidakmampuan untuk
meneruskan. berhubungan dengan depresi pusat pernafasan, paralisis
otot pernafasan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan dan
bypass pertahanan pernafasan atas.
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau
perubahan posisi selang trakeostomi.
Tujuan : Tidak ada sekret pada jalan nafas
Kriteria hasil : Ronchi dan wheezing tidak terdengar
Intervensi Rasional
1. Mengauskultasi paru setiap 4 jam 1. Jika ditemukan crackles dan wheezing
2. Menganjurkan klien untuk tarik dapat mengintrepretasikan adanya
nafas dalam dan batuk sekret pada jalan nafas
3. Melakukan fisioterapi nafas jika 2. Pasien dapat mengeluarkan sekret
tidak ada kontraindikasi dengan tarik nafas dalam dan batuk
4. Membersihkan trakheostomy tube tanpa suctioning
klien sesuai dengan kebutuhan. 3. Untuk membantu pasien
Berdasarkan jumlah akumulasi mengeluarkan sekret dengan batuk
secret 4. Dengan membersihkan trakheostomy,
5. Melakukan suction bila perlu menghindari terjadinya penumpukan
6. Melakukan nebulizer sekret dan agar jalan nafas bersih
5. Suctioning membersihkan jalan nafas
dari sekret
6. Nebulizer membantu untuk
mengencerkan secret sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan
DAFTAR PUSTAKA
Media Aesculapius