Anda di halaman 1dari 52

UJI LISIS TELUR Ascaris Lumbricoides SETELAH

PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Ahli Madya Kesehatan

Oleh :
RITA EKA WARDANI
NIM. 2013453095

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rita Eka Wardani

NIM : 2013453095

Judul KTI : Uji Lisis Telur Ascaris lumbricoides Setelah Pemberian Ekstrak
Daun Sirih Hijau (Piper Betle L)

Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya/pendapat yang pernah ditulis /diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu didalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pusaka.

Pekanbaru. April 2023

Yang membuat pernyataan

(Rita Eka Wardani)

NIM. 2013453095
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Rita Eka Wardani

NIM : 2013453095

Tempat/Tanggal Lahir : Karya Bhakti, 10 Juni 2002

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Saudara :3

Alamat Rumah : Desa Karya Bhakti, Kampar Kiri Tengah

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 006 Karya Bhakti

2. SMPN 1 Kampar Kiri Tengah

3. SMKF Ikasari Pekanbaru

Riwayat Pekerjaan :-

Pekanbaru, Maret 2023

(Rita Eka Wardani)


NIM. 2013453095
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB

RITA EKA WARDANI


NIM : 2013453095

UJI LISIS TELUR Ascaris Lumbricoides SETELAH PEMBERIAN


EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L)

ix + 35 Halaman, 2 Tabel, 4 Gambar, 6 Lampiran

ABSTRAK

Soil Transmitted Helminths merupakan salah satu penyakit tropis yang dapat
ditularkan melalui tanah. Spesies utama yang menginfeksi manusia adalah cacing
gelang (Ascaris lumbricoides). Selama ini pengobatan dan cara pencegahan
kecacingan ini dengan mengkonsumsi obat cacing selama 6 bulan sekali, yang
direkomendasikan WHO – albendazole (400 mg) dan mebendazole (500 mg) –
efektif murah dan mudah, yang bila dikonsumsi terus menerus akan menimbulkan
efek samping, sehingga perlu beralih mengkonsumsi dari bahan-bahan alam yang
memiliki kemampuan dalam melisiskan telur cacing karena kandungan senyawa
aktif sepeti alkaloid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Salah satu bahan alam
yang dapat digunakan untuk melisiskan telur cacing adalah daun sirih hijau (piper
betle L). Tujuan penelitian ini adalah untuk pengetahui pengaruh uji lisis ekstrak
etanol 70% daun sirih hijau (Piper betle L) pada telur cacing Ascaris
lumbricoides. Penelitian ini adalah eksperimen laboratorium secara in vitro.
Metode penelitian ini adalah metode apung. Hasil penelitian menunjukan bahwa
konsentrasi 1%, 3%, dalam waktu 45 menit tidak terjadi perubahan warna dan
bentuk pada telur cacing Ascaris lumbricoides, pada konsentrasi 5%, dan 7%
dalam waktu 45 menit terjadi perubahan dari warna dan bentuk pada telur Ascaris
lumbricoides.

Daftar Pustaka: 17 (2012 – 2022)


Kata Kunci : Uji Lisis, Daun Sirih Hijau, Telur Ascaris lumbricoides
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB

RITA EKA WARDANI


NIM : 2013453095

UJI LISIS TELUR Ascaris Lumbricoides SETELAH PEMBERIAN


EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L)

ix + 35 Halaman, 2 Tabel, 4 Gambar, 6 Lampiran

ABSTRACT

Soil Transmitted Helminths is a tropical disease that can be transmitted through


soil. The main species that infects humans is the roundworm (Ascaris
lumbricoides). So far, the treatment and way to prevent helminthiasis is by taking
worming medication once every 6 months, which is recommended by WHO –
albendazole (400 mg) and mebendazole (500 mg) – effective, cheap and easy,
which if consumed continuously will cause side effects, so it is necessary switch
to consuming natural ingredients that have the ability to lyse worm eggs because
they contain active compounds such as alkaloids, flavonoids, saponins, and
triterpenoids. One of the natural ingredients that can be used to lyse worm eggs is
green betel leaf (piper betle L). The aim of this study was to determine the effect
of the lysis test of 70% ethanol extract of green betel leaves (Piper betle L) on
Ascaris lumbricoides worm eggs. This research is an in vitro laboratory
experiment. This research method is floating method. The results showed that at
concentrations of 1%, 3%, within 45 minutes there was no change in color and
shape of Ascaris lumbricoides worm eggs, at concentrations of 5% and 7% within
45 minutes there was a change in color and shape of Ascaris lumbricoides eggs.

Reference : 17 (2012 – 2022)


Keywords : Lysis Test, Green Betel Leaf, Ascaris lumbricoides Eggs
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis penjatkan kehadirat Allah atas rahmat


dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
disusun guna menyelesaikan pendidikan program D-III Analis Kesehatan di
Universitas Abdurrab, yang berjudul “Uji Lisis Telur Ascaris lumbricoides
Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L)”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mendapat bimbingan, bantuan, dukungan


dan saran yang membangun dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Alm. Bapak Prof. dr. H. Tabrani Rab selaku pendiri Universitas Abdurrab
Pekanbaru.
2. Ibu Prof. Susi Endrini, S,Si., M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas
Abdurrab.
3. Ibu Apt. Azlaini Yus Nasution, M. Farm selaku Dekan Fakultas Farnasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab.
4. Bapak Alfin Surya, M.Si., selaku Ketua Program Studi DIII Teknologi
Laboratorium Medis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk membuat dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Darmadi, M.Biomed selaku pembimbing yang telah memberikan
semangat, motivasi, saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh Staf Dosen Universitas Abdurrab Pekanbaru yang telah mendidik
dan memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan semangat kepada saya dan
motivasi ke saya serta memberikan material yang tak terhingga kepada
saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Untuk teman-teman saya yang sudah berpartisipasi terimakasih telah
memberikan motivasi sederhana ini sehingga saya tidak tertakan
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

i
9. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan


Karya Tulis Ilmiah ini, namun penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh
dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat mambangun dari
pembaca diharapkan dapat menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
untuk kemajuan dibidang Teknologi Laboratorium Medis khususnya, dan ilmu
pengetahuan pada umumnya.

Pekanbaru, April 2023

Rita Eka Wardani

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
ABSTRACK
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR
....................................................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum
....................................................................................................................................
3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................3
1.4.1 Bagi Penulis.......................................................................................3
1.4.2 Bagi Akademik..................................................................................3
1.4.3 Bagi Masyarakat................................................................................4
1.5 Keaslian Penelitian......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
2.1 Cacing Ascaris lumbricoides......................................................................6
2.2 Telur Ascaris lumbricoides.........................................................................6
2.2.1 Morfologi ....................................................................................6
2.2.2 Siklus Hidup.......................................................................................7
2.2.3 Patogenitas.........................................................................................8
2.2.4 Diagnosis Askariasis..........................................................................8
2.2.5 Cara Pencegahan................................................................................9
2.3 Pengertian Daun Sirih Hijau.......................................................................9
2.3.1 Morfologi...........................................................................................10
2.3.2 Manfaat..............................................................................................10
2.3.3 Klasifikasi..........................................................................................10
2.3.4 Kandungan metabolit sekunder daun sirih hijau................................11
2.4 Pengertian Ekstrak......................................................................................11
2.4.1 Ekstraksi.............................................................................................11

iii
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................12
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................12
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................12
3.2.1 Tempat Penelitian............................................................................12
3.2.2 Waktu Penelitian................................................................................12
3.3 Sampel Penelitian........................................................................................12
3.4 Sumber Sampel...........................................................................................12
3.5 Teknik Sampling.........................................................................................12
3.6 Alat dan Bahan............................................................................................13
3.7 Prosedur Penelitian.....................................................................................13
3.7.1 Identifikasi Telur Cacing Ascaris lumbricoides................................13
3.7.2 Pengumpulan Telur Ascaris lumbricodes..........................................13
3.7.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau................................................14
3.7.4 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau.................14
3.7.5 Pembuatan Larutan Kontrol Positif...................................................14
3.7.6 Pengujian Lisis Telur Cacing Ascaris lumbricoides Terhadap Ekstrak
Etanol Daun Sirih Hijau...................................................................14
3.8 Analisa Data...............................................................................................15
BAB IV HASIL DAN KESIMPULAN.................................................................16
4.1 Hasil Penelitian...........................................................................................16
4.1.1 Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih Hijau (Piper betle L)
.................................................................................................................................
..16
4.1.2 Hasil Identifikasi Telur Cacing Ascaris lumbricoides.......................16
4.1.3 Uji Lisis Telur Cacing Ascaris lumbricoides Menggunakan
Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih Hijau (Piper betle L).......................17
4.2 Pembahasan...............................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................21
5.1 Kesimpulan.................................................................................................21
5.2 Saran...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................22

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Telur Cacing Ascaris lumbricoides........................................................7
Gambar 2.2 Siklus Hidup Cacing Ascaris lumbricoides..........................................7
Gambar 2.3 Daun Sirih Hijau (Piper betle L)............................................................9
Gambar 4.1 Hasil Telur Cacing Ascaris lumbricoides..............................................16

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian....................................................................................5
Tabel 4.1Hasil Pengujian Telur Ascaris lumbricoides menggunakan Ekstrak
Etanol 70% Daun Sirih Hijau (Piper Betle L)...........................................................17

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Hijau................................25
Lampiran 2. Bagan Alur Penelitian...........................................................................26
Lampiran 3. Bagan Alur Ekstrak Daun Sirih Hijau...................................................27
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian.........................................................28
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian.........................................................................29
Lampiran 6. Jadwal Pelaksaan KTI...........................................................................35

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara tropis yang masih banyak ditemukan berbagai macam
jenis penyakit infeksi yang menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan. Beberapa
jenis penyakit infeksi cacing Soil Transmitted Helminth seperti anemia defisiensi besi,
malnutrisi, dan gangguan pertumbuhan anak merupakan salah satu sebagai kontribusi
penyebab infeksi helminth. (Ayu murni dkk., 2015)
Prevelensi penyakit cacing di Indonesia masih cukup tinggi, terutama yaitu
golongan penduduk yang kurang mampu. Laporan terakhir memperkirakan infeksi oleh
Ascaris lumbricoides sebesar 1,221 miliar, Trichuris trichiura 795 juta, dan cacing
tambang (Hookworm) 740 juta. Infeksi cacing lebih banyak ditularkan melalui tanah
(soil-transmitted helminthes) sehingga pada akhirnya cacing akan berkembang biak
dalam usus penderita. Pada suatu kondisi tertentu cacing dewasa dapat bermigrasi ke
saluran empedu, appendiks, atau bronchus. (Widiastuti., dkk., 2015)
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan pada anak
yaitu higiene personal (pemakaian alas kaki, jamban, cuci tangan, potong
kuku, dan mencuci sayuran/lalapan mentah), pekerjaan, sosial ekonomi, dan iklim
(Kartini, 2016). Infeksi Ascaris lumbricoides yaitu berhubungan dengan kondisi
sanitasi lingkungan yang buruk, terutama ketersediaan toilet dan air bersih yang
terbatas. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa di lingkungan dengan
pencemaran tinja manusia yang tinggi terutama di tanah ditemukan telur infektif
Ascaris lumbricoides (Andiarsa., dkk., 2014)
Penanggulangan penyakit kecacingan pada tingkat promotif adalah
pemberian edukasi terhadap penyakit, pada tingkatan preventif dengan pencegahan
terhadap faktor risiko seperti menjaga personal higiene cuci tangan pakai sabun
setiap hendak makan, memotong kuku, menggunakan alas kaki, penyediaan sarana
air bersih, jamban yang memenuhi syarat, makan minuman yang sehat dan
tersedianya air bersih.pada tingkat kuratif yaitu pemberian obat cacing atau
anthelmintik seperti Pirantel pamoat dan Derivat benzamidazol setiap enam bulan sekali
(James Chin., 2000).

1
Pemberian obat-obatan sintetis mempunyai efek samping yang tidak diinginkan
seperti nyeri perut, diare, mual, muntah dan lama kelamaan tubuh dapat menjadi
resisten cacing seperti pirantel pamoat dapat memberikan efek resistensi dan Perlunya
pencarian dan pengembangan obat alternatif yang berasal dari alam (Khoirunnisa.,
dkk., 2020). Salah satu tanaman herbal berasal dari alam yang kaya akan manfaat yaitu
daun sirih hijau. Umumnya digunakan daun sirih hijau sebagai bahan baku obat
tradisional dan daun sirih hijau juga mempunyai kandungan senyawa metabolit
sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dan tannin (Wahidah.,
dkk., 2021).
Hasil penelitian sebelumnya didapatkan Hasil pada konsentrasi 5% dalam waktu
45 menit tidak ada perubahan warna dan tidak ada kerusakan morfologi pada telur
ascarias lumbricoides, pada konsentrasi 10% dan 15% dalam waktu 45 menit dapat
mengakibatkan perubahan warna pada telur dan dapat melisiskan telur ascarias
lumbricoides. pada kontrol positif (+) mampu melisiskan telur Ascaris lumbricoides,
sedangkan pada kontrol negatif (-) tidak mampu melisiskan telur Ascaris lumbricoides.
Dapat diartikan bahwa besar kecilnya konsentrasi ekstrak etanol jahe merah (Zingiber
officinale var rubrum) yang diberikan sangat berpengaruh terhadap lisisnya telur
Ascaris lumbricoides (Kartini & Hasanah, 2022).
Hasil penelitian sebelumnya Pada hasil pengujian konsentrasi 15%, 20%, dan
25% menunjukkan adanya aktifitas penghambatan terhadap strep- tococcus mutans.
Karena pada ketiga konsentrasi tersebut terjadi penurunan nilai absorbansi sebelum dan
sesudah inkubasi dengan nilai ∆OD yang negatif. Nilai ∆OD yang negatif menunjukkan
adanya penurunan nilai absorbansi yang berarti terjadinya penurunan jumlah sel bakteri
yang hidup dan penghambatan partum- buhan bakteri.1 Namun pada konsentrasi 5%
dan 10% memiliki nilai ∆OD yang positif yang berarti terjadinya kenaikkan nilai
absorbansi yang menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih tidak dapat lagi menghambat
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi tersebut, dengan demikian konsentrasi 15%
merupakan nilai KHM (konsentrasi hambat minimal) karena merupakan konsentrasi
terkecil yang masih terjadi penurunan absorbansi dimana ekstrak masih memberikan
efek menghambat pertumbuhan bakteri (Owu., dkkl., 2020)
Pada penelitian akan dilakukan uji untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak daun sirih hijau terhadap melisiskan telur cacing. Skrining fitokimia ekstrak

2
NaCl 0,9% daun sirih hijau yang dilakukan membuktikan bahwa ekstrak NaCl 0,9%
dapat melarutkan senyawa alkaloid, saponin, dan tanin yang terkandung dalam daun
sirih hijau. (Pendidikan., dkk., 2015)
Berdasarkan latar belakang di atas, saya sebagai penulis tertarik ingin
melakukan penelitian dengan judul “Uji Lisis Telur Ascaris lumbricoides Setelah
Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L):.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah telur Ascaris lumbricoides mengalami lisis setelah penambahan ekstrak
daun Daun Sirih Hijau (Piper betle L)?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui uji lisis telur Ascaris lumbricoides dapat terjadi setelah
pemberian ekstrak daun Sirih Hijau (Piper betle L).
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui lisis telur Ascaris lumbricoides setelah pemberian ekstrak
daun Sirih Hijau (Piper betle L).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
Penelitian tentang uji lisis telur Ascaris lumbricoides setelah pemberian ekstrak
daun Sirih Hijau (Piper betle L). Hasil penelitian ini memberikan informasi untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang manfaat daun sirih
hijau.
1.4.2 Bagi Akademik
Penelitian tentang uji lisis telur Ascaris lumbricoides setelah pemberian ekstrak
daun Sirih Hijau (Piper betle L). Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi dan
menambah wawasan bagi mahasiswa analis kesehatan Universitas Abdurrab dalam
bidang parasitologi.

3
1.4.3 Bagi Masyarakat
Penelitian tentang uji lisis telur Ascaris lumbricoides setelah pemberian ekstrak
daun Sirih Hijau (Piper betle L). Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi dan
masukkan kepada masyarakat tentang insektisida alami yang aman dan mudah di dapat
untuk pengunaan daun Sirih Hijau (Piper betle L).

4
1.5 Keaslian Penelitian

Judul KTI : Uji Lisis Telur Ascaris lumbricoides Setelah Pemberian Ekstrak Daun
Sirih Hijau (Piper Betle L).

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan


Referensi Referensi
Uji Lisis Hasil Penelitian ini Untuk pengujian
Sri kartini Telur Ascaris menunjukan sama-sama vermisidal ekstrak
dan Lumbricoide bahwa ekstrak bertujuan daun papaya
uswatun s Setelah etanol 70% jahe melisiskan ditentukan
hasanah Pemberian merah telur cacing berdasarkan lama
Ekstrak mengandung Ascaris hidup cacing Ascaris
Etanol 70% tannin, lumbricoides dalam larutan etanol
Jahe Merah flavonoid, 70%
(Zingiber saponin
Officinale triterpenoid dan
Var Rubrum) pada
konsentrasi
10%, dan 15%
dalam waktu 45
menit dapat
merubah warna
dan melisiskan
telur Ascaris
lumbricoides

Nadya M. Uji Hasil uji daya Penelitian ini Penelitian ini


Owu, Efektivitas hambat sama-sama menguji
Fatimawali, Penghambata diperoleh mengunakan efektivitas
Meilani n Dari bahwa ekstrak ekstrak daun penghambatan
Jayanti Ekstrak Daun etanol daun Sirih (Piper terhadap bakteri
Sirih (Piper sirih Betle L.) Streptococcus
Betle L.) mengandung mutans
Terhadap senyawa tannin
Bakteri dan efektif
Streptococcu menghambat
s mutans bakteri
Streptococcus
mutans

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Cacing Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides adalah salah satu nematoda usus atau cacing usus yang
ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit
ascariasis, Infeksi askariasis, atau disebut juga dengan cacing gelang, ditemukan di
seluruh area tropis di dunia, dan hampir di seluruh populasi dengan sanitasi yang buruk.
Telur cacing bisa didapatkan pada tanah yang terkontaminasi feses, karena itu infeksi
askariasis lebih banyak terjadi pada anak-anak yang senang memasukkan jari yang
terkena tanah ke dalam mulut. Kurangnya pemakaian jamban menimbulkan
pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat
mencuci dan tempat pembuangan sampah. (Andiarsa., dkk., 2014).

2.2 Telur Ascaris lumbricoides


2.2.1 Morfologi Telur Ascaris lumbricoides
Telur yang sudah dibuahi berbentuk oval sampai bulat, dengan panjang 45-75
μm dan lebar 35-50 μm. Dinding uterina cacing menghasilkan lapisan luar yang tebal
dan bergumpal pada telur, sehingga saat telur dikeluarkan melalui feses, lapisan ini
terwarnai oleh cairan empedu sehingga menjadi berwarna cokelat keemasan. Embrio
biasanya belum membelah ketika masih berada di feses (Ariwati, 2017).
Cacing betina yang belum mengalami inseminasi biasanya mengeluarkan telur
yang belum dibuahi. Telur yang belum dibuahi ini memiliki bentuk yang lebih panjang
dan ramping daripada telur yang telah dibuahi, yaitu sepanjang 88- 94 μm dan lebarnya
44 μm. Lapisan vitelina, kitin, dan lipid pada telur baru 7 terbentuk setelah penetrasi
sperma terhadap oosit, karena itu pada telur yang belum dibuahi, hanya dapat terlihat
lapisan proteinase (Ariwati, 2017).

6
Gambar 2.1 Telur Ascaris lumbricoides
Sumber : https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/

2.2.2 Siklus Hidup Cacing Ascaris lumbricoides

Gambar 2.2 Siklus Hidup Cacing Ascaris lumbricoides


Sumber (Khoirunnisa., dkk., 2020)

Infeksi terjadi ketika telur infektif (telur berisi larva) yang belum menetas
tertelan bersama air dan makanan yang tercemar. Telur akan menetas di duodenum,
menembus mukosa dan submukosa, kemudian memasuki limfe. Setelah melewati
jantung kanan, cacing ini memasuki sirkulasi paru dan menembus kapiler menuju

7
daerah-daerah yang mengandung udara. Pada paru, cacing tumbuh hingga mencapai
panjang 1,4-1,8 mm dalam 10 hari. Selanjutnya cacing akan naik ke faring dan tertelan.
Cacing yang tahan terhadap asam lambung akan masuk ke usus halus dan matang di
sana. Dalam 60-65 hari setelah tertelan, cacing akan menjadi dewasa dan mulai bertelur.
Cacing dewasa memiliki panjang 20-40 cm dan hidup dalam usus halus manusia hingga
bertahun tahun (Khoirunnisa., dkk., 2020).

2.2.3 Patogenesis dan Gejala Askariasis


Kebanyakan infeksi ringan tidak menimbulkan gejala. Cacing yang baru
menetas menembus mukosa usus sehingga terjadi sedikit kerusakan pada daerah
tersebut. Cacing yang tersesat, berkeliaran, dan akhirnya mati di bagian tubuh lain
seperti limpa, hati, nodus limfe, dan otak (Ariwati, 2017).
Infeksi yang berat dapat menyebabkan akumulasi perdarahan sehingga akan
terjadi edema dan ruang-ruang udara tersumbat. Akumulasi sel darah putih dan epitel
yang mati akan memperparah sumbatan sehingga akan terjadi Ascaris lumbricoides
pneumonitis yang bisa menyebabkan kematian (Ariwati, 2017).
Makanan utama Ascaris lumbricoides adalah cairan pada lumen usus. Pada
infeksi sedang hingga berat, dapat terjadi malnutrisi pada anak-anak yang nutrisinya
diambil oleh cacing. Dapat terjadi nyeri abdomen, urtikaria, eosinofilia, nyeri pada
mata, asma dan insomnia sebagai respon alergi terhadap metabolit yang dihasilkan
cacing (Ariwati, 2017).

2.2.4 Diagnosis Askariasis


Diagnosis pasti askariasis adalah ditemukannya cacing dewasa pada atau
muntahan penderita, atau ditemukannya telur cacing pada tinja atau cairan empedu
penderita. Cacing pada saluran empedu dapat terlihat bila dilakukan kolangiografi
intravena. Diagnosis juga dapat dilakukan melalui radiografi, dengan mengamati cacing
yang memakan barium. Cacing tampak sebagai gambaran memanjang radiolusen
(Ariwati, 2017).

8
2.2.5 Cara Pencegahan Cacing Ascaris lumbricoides
Berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya
pencegahannya dapat dilakukan dengan sanitasi yang baik dan tepat guna, hygiene
keluarga dan hygiene pribadi seperti, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman,
sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih
dahulu dengan menggunkan sabun dan air mengalir, bagi yang mengkonsumsi sayuran
segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dengan air mengalir,
mengadakan terapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang
rawan terhadap penyakit askariasis, memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan,
menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja
sebagai pupuk. Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-
tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit (Ariwati, 2017).

2.3 Pengertian Tumbuhan Daun Sirih Hijau (Piper betle L)


Daun sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan
untuk pengobatan. Tumbuhan ini merupakan famili Peperaceae, tumbuh merambat dan
menjalar dengan tinggi mencapai 5-15 m tergantung dengan perkembangan dan tempat
hidupnya. Bagian dari tumbuhan sirih (Piper betle L.) contoh nya akar, biji, dan daun
berpotensi untuk pengobatan, tetapi paling sering dimanfaatkan adalah bagian daunnya
(Noventi & Carolia, 2016)

Gambar 2.3 Daun Sirih Hijau (Piper betle L)

9
2.3.1 Morfologi Daun Sirih Hijau (Piper betle L)
Daun sirih memiliki bentuk seperti jantung, berujung runcing, tumbuh berselang
seling, bertangkai, teksturnya kasar jika diraba, dan mengeluarkan bau yang sedap
(aromatis). Panjang daun 6 – 17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm.Tanaman sirih hijau (Pipper
batle L) tumbuh subur disepanjang Asia tropis hingga Afrika Timurmenyebar hampir di
seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India hingga Madagaskar. Di
Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku dan Papua (Noventi & Carolia, 2016).
2.3.2 Manfaat Daun Sirih Hijau (Piper betle L)
Daun sirih dimanfaatkan sebagai antisariawan, antibatuk, astrigent, dan
antiseptik. Kandungan kimia tanaman sirih adalah saponin, flavonoid, polifenol, dan
minyak astari. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Senyawa ini akan
mersak membran sitoplasma dan membunuh sel. Senyawa flavonoid diduga memiliki
mekanisme kerja mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa
dapat diperbaiki lagi (Noventi & Carolia, 2016).
Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak astari 1-
4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula
dan pati. Fenol alam yang terkandung dalam minyak astari memiliki daya antiseptik 5
kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid) tetapi tidak sporasid.
Mekanisme fenol sebagai agen antibakteri berperan sebagai toksin dalam protoplasma,
merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri (Noventi &
Carolia, 2016).

2.3.3 Klasifikasi Daun Sirih Hijau (Piper betle L)


Kingdom : plante
Divisi : magnoliphyta
Kelas : magnolipsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L (Noventi & Carolia, 2016).

10
2.3.4 Kandungan Metabolit Sekunder Daun
Daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu
alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, tannin. Selain itu, terkandung juga
fenol, dan steroid, minyak atsiri, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, dan terpen
(Moshinsky, 1959).

2.4 Pengertian Ekstrak


Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hamir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagaian
besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh
perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan penggurangan tekanan, agar
bahan utama obat sedikit mungkin terkena panas (Samudra, 2014).
2.4.1 Ekstraksi
Pengambilan bahan aktif dari suatu tumbuhan, dapat dilakukan dengan cara
ekstraksi. Pengertian ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak data larut. Pengetahuan mengenai
golongan senyawa aktif yang dikandung dalam simplisia akan mempermudah proses
pemilihan pelarutan dan cara ekstraksi yang tepat (Samudra, 2014).

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui terjadinya lisis telur Ascaris lumbricoides
penyebab kontaminan cacing setelah pemberian ekstrak daun Sirih Hijau (Piper betle
L) dengan variasi konsentrasi 1%, 3%, 5%, dan 7% (Adi, 2019).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi dan Parasitologi Fakultas
Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab Pekanabaru.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 5 bulan yang dimulai dalam bulan
November 2022 sampai dengan bulan April 2023.

3.3 Sampel Penelitian


Sampel pemeriksaan yang akan digunakan adalah telur cacing Ascaris
lumbricoides yang didapatkan dari desa Muara Fajar.

3.4 Sumber Sampel


Sumber sampel pada penelitian ini didapatkan dari pengumpulan telur cacing
Ascaris lumbricoides metode apung.

3.5 Teknik Sampling


Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan
memilih secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan penelitian. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini Non-probability Sampling dimana digunakan peneliti
untuk memilih sampel subjek/unit dari suatu populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.

12
3.6 Alat dan Bahan
3.6.1 Alat
Alat yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah Mikroskop, pipet tetes,
plat tetes,batang pengaduk,deck glass, objeck glass, beaker glass, kertas saring,
timbangan, dan blander (Murni dkk., 2015).
3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sirih
hijau,pirantel pamoat 250 mg, NaCl 0,9% , etanol 70% dan aquades .(Murni dkk., 2015)
3.7 Prosedur Kerja
3.7.1 Identifikasi Telur Cacing Ascaris lumbricoides
Persiapkan kaca objek yang bersih dan bebas lemak, diteteskan 1-2 tetes eosin
2% di bagian tengah kaca objek glass. Kemudian dengan menggunakan bagian ujung
lidi, feses diambil dan diratakan pada kaca objek yang telah ditetesi eosin 2% dan
dihomogenkan. Perhatikan kembali jika terdapat bahan yang kasar maka dikeluarkan
dengan menggunakan lidi. Kemudian tutup dengan kaca penutup, pastikan agar sediaan
tipis dengan cara menekan kaca penutup lalu diperiksa di bawah mikroskop dengan
lensa objektif 10x dan 40x (Adi, 2019).

3.7.2 Pengumpulan Telur Ascaris lumbricodes Dengan Metode Apung


Metode apung menggunakan 2 gram feses yang akan diperiksa diletakan dalam
botol reaksi yang ditambahkan sedikit air kedalamnya, kemudian diaduk sampai larut.
Tambahkan NaCl jenuh sampai ¾ tabung dan disentrifuse selama 5 menit, setelah itu
buang cairan jernih dan ditambahkan kembali dengan NaCl jenuh sampai ¾ tabung
aduk sampai merata dan disentrifuse selama 5 menit. Setelah dilakukan sentrifuse
letakkan diatas rak dalam posisi tegak dan tambahkan NaCl jenuh sampai permukaan
cairan menjadi cembung, diamkan selama 3 menit. Untuk mendapatkan telur cacing,
objek glass diletakkan pada permukaan cembung dan dibalik dengan hati-hati,
kemudian ditutup dengan deck glass dan diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x
(Amanda Nasution & Batubara, 2017).

13
3.7.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L)
Daun sirih hijau dikeringkan selama 1 minggu pada tempat terbuka dengan
sirkulasi udara yang baik dan terkena sinar matahari secara langsung. Setelah itu
daun sirih hijau yang telah kering diblender sampai terbentuk serbuk kering. Kemudian
serbuk daun sirih hijau direndam dalam etanol 70% dengan perbandingan
70g:100ml (70 g daun sirih hijau dicampur dalam 100 ml etanol 70%) selama 3
hari, dilakukan penyaringan dengan kertas saring untuk mendapatkan cairan dari
hasil perendaman, selanjutnya hasil penyaringan dikering anginkan untuk
mendapatkan ekstrak daun sirih hijau (Murni dkk., 2015).

3.7.4 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih Hijau (Piper betle
L)
Untuk memperoleh konsentrasi ekstrak Etanol 70% daun sirih hijau dengan
konsentrasi 1%, 3%, 5%, dan 7% dalam 5 ml, menggunakan rumus:
gram
Rumus % = x 100%
V
a. Konsentrasi 1% : 0,05 g ekstrak etanol 70% daun sirih hijau + 5 ml akuades
b. Konsentrasi 3% : 0,15 g ekstrak etanol 70% daun sirih hijau + 5 ml akuades
c. Konsentrasi 5% : 0,25 g ekstrak etanol 70% daun sirih hijau + 5 ml akuades
d. Konsentrasi 7% : 0,35 g ekstrak etanol 70% daun sirih hijau + 5 ml akuades
e. Kontrol positif : Pirantel pamoat
f. Kontrol negatif : Aquades

3.7.5 Pembuatan larutan kontrol positif


Tablet Pirantel Pamoat 250 mg (Combatrin®) dilarutkan dengan akuades
sebanyak 100 ml dalam beaker glass (Lasut, dkk., 2012)

3.7.6 Pengujian Lisis Telur Cacing Ascaris lumbricoides Terhadap Ekstrak


Etanol Daun Sirih Hijau
Pengujian menggunakan ekstrak etanol 70% daun sirih hijau dengan variasi
konsentrasi yaitu 1%, 3%, 5%, dan 7%. Terlebih dahulu sediakan plat tetes, teteskan 2
tetes suspensi sampel dan 2 tetes dari masing-masing konsentrasi ekstrak 1%, 3%, 5%,
7%. Lakukan pengujian dengan waktu 15 menit, 30 menit, dan 45 menit, lakukan hal
yang sama pada kontrol positif dan kontrol negatif, selanjutnya siapkan kaca objek

14
dengan beri label, kemudian teteskan 1 tetes campuran konsentrasi ekstrak dengan
suspensi diatas kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup. Amati sediaan di
mikroskop dengan lensa objektif 10x dan 40x. Terjadi lisis pada telur Ascaris
lumbrocoides ditandai dengan adanya perubahan morfologi pada telur setelah
pemberian ekstrak etanol 70% daun sirih hijau (Piper betle L) pada konsentrasi tertentu
(Murni dkk., 2015).

3.8 Analisis Data


Hasil pengujian didapatkan sesuai dengan ada tidaknya efektivitas lisis dari
ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L ) terhadap telur Ascaris lumbricoides. Data
berupa gambar mikroskopis telur Ascaris lumbricoides yang disajikan dalam bentuk
tabel.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih Hijau (Piper betle L)
Pada proses maserasi, serbuk daun sirih hijau (Piper betle L) yang telah
direndam dengan pelarut etanol 70% setelah itu disaring dengan kertas saring. Setelah
proses maserasi didapatkan ekstrak cair yang berwarna hijau pekat dan memiliki aroma
yang khas. Selanjutnya ekstrak cair dikering anginkan sehingga diperoleh ekstrak
sebanyak 1,8 g.

4.1.2 Hasil Identifikasi Telur Cacing Ascaris lumbricoides


Telur cacing Ascaris lumbricoides yang diperoleh dari daerah Muara Fajar,
kemudian spesimen feses dibawa ke laboratorium mikrobiologi dan parasitologi
Universitas Abdurrab Pekanbaru untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Dari hasil
pemeriksaan mikroskopis ditemukan telur cacing Ascaris lumbricoides dengan bentuk
bulat, lonjong mempunyai 3 lapisan yang memiliki permukaan bergerigi. Berdasarkan
ciri-ciri tersebut maka sampel dinyatakan positif mengandung telur Ascaris
lumbricoides.

Gambar 4.1 Telur Ascaris lumbricoides, lensa onjektif 40x


Sumber : Dokumentasi pribadi

16
4.1.3 Uji Lisis Telur Cacing Ascaris lumbricoides Menggunakan Ekstrak Etanol
70% Daun Sirih Hijau (Piper betle L)

Berdasarkan hasil penelitian uji lisis telur cacing Ascaris lumbricoides setelah
pemberian ekstrak etanol 70% daun Sirih Hijau (Piper betle L) secara mikroskopis,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Telur Ascaris lumbricoides menggunakan Ekstrak Etanol
70% Daun Sirih Hijau (Piper betle L)

Variasi Waktu Uji


Konsentrasi
Uji
15 menit 30 menit 45 menit
Telur Ascaris lumbricoides kotoran
kotoran

1%
kotoran Telur Ascaris lumbricoides
Telur Ascaris lumbricoides

Morfologi telur dan


Morfologi dan warna Morfologi dan warna warna telur tidak ada
tidak terjadi perubahan telur tidak terjadi perubahan
perubahan

3%

Morfologi telur oval dan Morfologi telur oval, Morfologi telur oval
lapisannya masih jelas lapisan telur masih lapisan telur masih
jelas jelas

17
5%

Morfologi telur bulat Morfologi telur oval Morfologi telur oval


warna sedikit coklat dan dengan lapisan hialin warna merah dan inti
lapisan mulai tidak mulai hilang telur sudah mulai
teratur tidak teratur

7%

Morfologi telur oval Morfologi telur oval


Morfologi telur bulat
warna coklat pudar warna coklat dan
warna telur coklat
dan lapisan hialin lapisan sudah tidak
lapisan hialin sudah
sudah tidak teratur teratur
tidak teratur

Kontrol (-)

Pada kontrol negatif


terdapat lapisan albumin
dan lapisan hialin

Kontrol (+)

18
Pada control positif
lapisan albumin dan
hialin sudah mulai tidak
teratur

4.2 Pembahasan
Daun sirih hijau yang telah dihaluskan untuk proses maserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 70%. Proses, maserasi menurut (Badaring., dkk., 2020)
dapat menarik zat-zat atau bahan kandungan dari tanaman untuk larut dalam suatu
pelarut tertentu. Selain itu, proses maserasi ini sangat sederhana karna tidak
memerlukan alat-alat yang rumit dan hanya dilakukan dengan cara merendam bahan
tanaman ke dalam suatu pelarut. Fitrat dari hasil maserasi diuapkan dengan dikipas
anginkan sehingga dihasilkan ekstrak etanol daun sirih.
Identifikasi telur Ascaris lumbricoides yang dilakukan secara mikroskopis
dengan menggunakan eosin 2% didapatkan telur Ascaris lumbricoides dengan bentuk
bulat, bergerigi, berwarna merah dan memiliki tiga lapisan, mulai dari yang terluar yaitu
albumin, lapisan kedua hialin, dan lapisan ketiga vitelin.
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui lisis pada cacing Ascaris
lumbricoides dengan menggunakan ekstrak etanol daun Sirih Hijau (Piper betle L)
yang dilakukan selama 45 menit pada konsentrasi 1%, 3%, 5%, dan 7%. Hasil
menunjukan pada konsentrasi 1%, dan 3%, dalam waktu 45 menit tidak terjadi
perubahan warna dan bentuk pada telur cacing Ascaris lumbricoides, pada konsentrasi
5%, dan 7% dalam waktu 45 menit terjadi perubahan dari warna dan bentuk pada telur
Ascaris lumbricoides, pada kontrol negatif dalam waktu 45 menit tidak terjadi
perubahan karena masih terdapat 3 lapisan, dan pada kontrol positif dalam waktu 45
menit lapisan albumin dan hialin sudah mulai tidak teratur.
Daya antihelmintik pirantel pamoat (Combatrin 250 mg) yang digunakan
sebagai kontrol positif karena sudah sering digunakan dalam memberantas cacing
gelang, cacing kremi, dan cacing tambang. Pirantel pamoat dapat membunuh cacing
dengan cara marusak subseluler dan menghambat glukosa sehingga terjadi deplesi
glikogen pada cacing. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan
19
hasil pada kontrol positif tidak ada lapisan tidak ada lapisan hialin dan lipid. Sedangkan
pada kontrol negatif tidak terjadi perubahan pada morfologi Telur cacing Ascaris
lumbricoides.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Kartini & Hasanah, 2022). Jahe
merah terdapat kandungan tanin, flavonoid, saponin, alkaloit dan terpenoid yang
mampu melisiskan telur Ascaris lumbricoides Kandungan senyawa tanin dalam ekstrak
jahe merah mampu mempengaruhi morfologi telur ascaris. tanin mampu mempengaruhi
warna karena memiliki pH rendah sehingga dapat mengakibatkan perubahan warna
pada telur. Enzim -enzim yang dihasilkan oleh cacing Ascaris lumbricoides untuk
penyerapan nutrisi akan terganggu oleh adanya tanin. Keberadaan flavonoid dapat
menyebabkan denaturasi protein, flavonoid dan triterpenoid mampu menghambat
sintesa asam nukleat, sebagai DNA dalam pembentukan protein. Jika sintesa DNA
terhambat maka sintesa parotein akan terhambat pula sehingga perkembangan dan
pertumbuhan tidak optimal bahkan bisa menyebabkan lapisan telur Ascaris
lumbricoides tersebut terkikis.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini uji lisis telur cacing Ascaris lumbricoides
menggunakan ekstrak etanol 70% daun Sirih Hijau (Piper betle L) selama 45
menit pada konsentrasi 1%, dan 3%, dalam waktu 45 menit tidak terjadi
perubahan warna dan bentuk pada telur cacing Ascaris lumbricoides, pada
konsentrasi 5%, dan 7% dalam waktu 45 menit terjadi perubahan dari warna dan
bentuk pada telur Ascaris lumbricoides, pada kontrol negatif dalam waktu 45
menit tidak terjadi perubahan karena masih terdapat 3 lapisan, dan pada kontrol
positif dalam waktu 45 menit lapisan albumin dan hialin sudah mulai tidak teratur.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, saran yang dapat
disampaikan peneliti adalah:
1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan penelitian lebih lanjut
dengan telur cacing Ascaris lumbricoides dapat dengan menggunakan feses yang
segar untuk mengdapatkan hasil yang lebih valid yang disarankan menggunakan
sampel tanaman yang berbeda.
2. Bagi institusi pendidikan, supaya menjadi tambahan ilmu pengetahuan tentang
uji lisis telur cacing Ascaris lumbricoides dengan menggunakan bahan alam serta
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan lainnya.
3. Diharapkan bagi masyarakat untuk dapat dijadikan sumber wawasan dan
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, D.-. (2019). Uji lisis telur Ascaris lumbricoides setelah pemberian getah
pepaya (Carica papaya). Jurnal Sains Dan Teknologi Laboratorium Medik,
4(2), 25–31. https://doi.org/10.52071/jstlm.v4i2.48
Amanda Nasution, A. M., & Batubara, D. E. (2017). Perbandingan Efektivitas
Ekstrak Daun Pepaya (carica papaya) 100% dan Gentamisin Krim 0,1%
Terhadap Ketebalan Epitel Pada Luka Sayat Tikus Wistar (Rattus
Norvegicus). Ibnu Sina Biomedika, 1(1), 1–16.
Andiarsa, D., Loka, J., Kawasan, L., Pemda, P., Tanah, K., & Batulicin, G. T.
(2014). Effectivity of papaya seeds againsts Ascaris suum : an in-vitro study.
8(1), 21–26.
Ariwati, N. L. (2017). Infeksi ascaris lumbricoides. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, 1–15.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/86777417acb26ee2b
b1eb29a7936f933.pdf
Badaring, D. R., Sari, S. P. M., Nurhabiba, S., Wulan, W., & Lembang, S. A. R.
(2020). Uji Ekstrak Daun Maja (Aegle marmelos L.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Indonesian Journal of
Fundamental Sciences, 6(1), 16. https://doi.org/10.26858/ijfs.v6i1.13941
James Chin, MD, M. (2000). Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Journal
of the Neurological Sciences, 586.
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/105
Kartini, S., & Hasanah, U. (2022). Uji lisis telur Ascaris lumbricoides setelah
pemberian ekstrak etanol 70% jahe merah (Zingiber officinale var rubrum).
Klinikal Sains : Jurnal Analis Kesehatan, 10(2), 147–155.
https://doi.org/10.36341/klinikal_sains.v10i2.2738
Khoirunnisa, S., Falyani, S. A., & ... (2020). Efek Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit
terhadap Paralisis dan Kematian Cacing Dewasa Ascaris Suum Goeze Secara
In Vitro. Jurnal Kedokteran ….
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jkkfk/article/view/7999%0Ahttp://
riset.unisma.ac.id/index.php/jkkfk/article/viewFile/7999/6542
Lasut, V. N., Yamlean, P. V., & Supriati, H. S. (2012). Uji efektifitas daya

22
antihelmintik infus daun ketepeng cina (Cassia alata L.) Terhadap cacing
gelang (Ascaris lumbricoides) Secara in in vitro. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
1(2), 1–6.
Moshinsky, M. (1959). Nucl. Phys., 13(1), 104–116.
Noventi, W. R.-4272-2-P. pdfa., & Carolia, N. (2016). Potensi Ekstrak Daun Sirih
Hijau ( Piper betle L .) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris The Potential
of Green Sirih Leaf ( Piper betle L .) for Alternative Therapy Acne vulgaris.
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Vol.
5(1), Hal. 140.
Owu, N. M., Fatimawali, ., & Jayanti, M. (2020). Uji Efektivitas Penghambatan
Dari Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) Terhadap Bakteri Streptococcus
mutans. Jurnal Biomedik:JBM, 12(3), 145.
https://doi.org/10.35790/jbm.12.3.2020.29185
Pendidikan, M., Dokter, P., Parasitologi, L., Farmakologi, L., Hewan, F. K., &
Udayana, U. (2015). Ekstrak Metanol Daun Pepaya Efektif sebagai
Vermisidal dan Ovisidal terhadap Cacing Ascaris Suum secara In Vitro.
4(3), 195–204.
Samudra, A. (2014). Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium
polyanthum Wight) Dari Tiga Tempat Tumbuh di Indonesia (Issue
September).
Wahidah, S. W., Fadhilah, K. N., Nahhar, H., Afifah, S. N., & Gunarti, N. S.
(2021). Uji Skrining Fitokimia Dari Amilum Familia Zingiberaceae. Jurnal
Buana Farma, 1(2), 5–8.
Murni, A., Malelak, D., Bagus, I., Oka, M., Sudira, W., Profesi, M. P., & Hewan,
D. (2015). Ekstrak Metanol Daun Pepaya Efektif sebagai Vermisidal dan
Ovisidal terhadap Cacing Ascaris Suum secara In Vitro (Metanol ekstrak of
pepaya leaves efective in vermicidal and ovisidal against Ascaris Suum with
in vitro test). Indonesia Medicus Veterinus Juni, 4(3), 195–204.
Widiastuti, R., Mardiyaningsih, A., & Putri, Y. D. (2015). The 2 nd University
Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189 Uji aktifitas ekstrak etanol
daun pepaya ( Carica papaya ) terhadap waktu kematian cacing Ascaridia
galli Schrank secara in vitro The 2 nd University Research Coloquium 2015

23
ISSN 2407-9189. 141–146.

24
Lampiran 1. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau
(Piper betle L)

Konsentrasi 1% sebanyak 5 ml
gram
1% = x 100%
V
gram
1% = x 100%
5 ml
1%
g= x 5 ml
100
g = 0,05

Ekstrak daun sirih hijau ditimbang sebanyak 0,05 gram, lalu larutkan dengan
akuades hingga 5 ml.

Konsentrasi 3% sebanyak 5 ml

gram
3% = x 100%
V
gram
3% = x 100%
5 ml
3%
g= x 5 ml
100
g = 0,15

Ekstrak daun sirih hijau ditimbang sebanyak 0,15 gram, lalu larutkan dengan
akuades hingga 5 ml.

Konsentrasi 5% sebanyak 5 ml

gram
5% = x 100%
V
gram
5% = x 100%
5 ml
5%
g= x 5 ml
100
g = 0,25

25
Ekstrak daun sirih hijau ditimbang sebanyak 0,25 gram, lalu larutkan dengan
akuades hingga 5 ml

Konsentrasi 7% sebanyak 5 ml

gram
5% = x 100%
V
gram
7% = x 100%
5 ml
7%
g= x 5 ml
100
g = 0,35

Ekstrak daun sirih hijau ditimbang sebanyak 0,35 gram, lalu larutkan dengan
akuades hingga 5 ml.

26
Lampiran 2. Bagan Alur Penelitian

Pengambilan daun sirih hijau


(Piper betle L)

Pengeringan dibawah sinar


matahari

Dihaluskan menggunakan
blender

Maserasi dengan etanol 70%


dan dikeringkan untuk
mendapatkan ekstrak daun
sirih hijau

27
Pengujian lisis telur cacing
Ascaris lumbricoides dengan
penambahan daun sirih hijau

Lampiran 3. Bagan Alur Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L)

Daun sirih hijau

Penimbangan

Maserasi selama 3 x 24 jam


dengan etanol

Penyaringan

Dikering anginkan

Ekstrak kental etanol

28
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

29
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

30
1. Daun sirih hijau (Piper betle L)

Daun sirih hijau (Piper Betle L) Daun sirih hijau yang sudah kering

Proses penghalusan Daun sirih setelah menjadi serbuk

2. Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L)

31
Menimbang serbuk daun sirih hijau serbuk dimasukkan ke erlemeyer

Larutan Etanol 70% Rendaman daun sirih dengan etanol 70%

32
Rendaman ekstrak dibungkus Proses penyaringan ekstrak setelah 3 hari

Konsentrasi ekstrak daun sirih

33
3. Identifikasi telur cacing Ascaris lumbricoides

Alat alat identifikasi Proses pembuatan preparat

Sediaan preparat Proses periksa dimikroskop

Pengumpulan telur cacing metode apung

34
4. Proses pengujian lisis telur cacing Ascaris lumbricoides menggunakan ekstrak
daun sirih hijau (Piper betle L)

Proses pengujian Preparat konsentrasi 1%

Preparat konsentrasi 3% Preparat konsentrasi 5%

35
Preparat konsentrasi 7% Preparat control positif dan negatif

36
Lampiran 6. Jadwal Pelaksaan KTI

November

Februari
Desember

Januari

Maret

April
Kegiatan / Bulan

pendaftaran Judul KTI dan


Pengumpulan Judul KTI oleh
Pembimbing
Proses Bimbingan Proposal
KTI

Seminar Proposal KTI

Penelitian

Penulisan KTI

Ujian Akhir KTI

37

Anda mungkin juga menyukai