Anda di halaman 1dari 51

DETEHSI DINI

BUKU SAKU

PENYALAHGUNAAN
NAPZA

DIREKTORAT KESEHATAN JIWA


DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2022
AlurDeteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA Alur Pertanyaan Instrumen ASSIST
SAMBUTAN

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang


Maha Kuasa atas berkah dan karunia-
Nya sehingga Buku Saku Deteksi Dini
Penyalahgunaan NAPZA ini dapat selesai
disusun.
Gangguan penggunaan NAPZA masih
menjadi perhatian yang besar secara global
maupun nasional. Survei nasional menunjukkan adanya
peningkatan jumlah penyalahguna NAPZA pada tahun 2021
dimana sekitar 3,7 juta jiwa melakukan penyalahgunaan
NAPZA selama setahun terakhir.
Upaya penanganan gangguan penggunaan NAPZA
dilakukan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Namun, masih minimnya pengetahuan
dan keterampilan petugas kesehatan mengenai adiksi
NAPZA termasuk deteksi dini penyalahgunaan NAPZA akan
mempengaruhi penentuan tatalaksana yang adekuat untuk
masalah gangguan penyalahgunaan NAPZA.
Dalam rangka melaksanakan upaya kesehatan jiwa
khususnya layanan bagi penyalahguna NAPZA secara optimal,
dibutuhkan petunjuk teknis berupa buku saku yang mudah
dipahami bagi tenaga kesehatan dalam melakukan deteksi
dini penyalahgunaan NAPZA di lapangan. Oleh karena itu,
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Kesehatan Jiwa
menerbitkan Buku Saku Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA
bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Diharapkan buku saku ini dapat menjadi panduan bagi tenaga
kesehatan di Indonesia dalam melakukan upaya deteksi dini
dalam penanganan gangguan penggunaan NAPZA.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN i


Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi dalam
penyusunan buku saku ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
senantiasa menaungi langkah kita bersama untuk mewujudkan
kesehatan jiwa yang optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Direktur Kesehatan Jiwa

drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid

i Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


DAFTAR ISI

SAMBUTAN ..................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................... iii
DAFTAR ISTILAH ........................................................... v
SITUASI TERKINI NAPZA ............................................... viii
MENGENALI NAPZA........................................................ 1
A. Pengetahuan Dasar NAPZA ...................................... 1
B. Klasifikasi dan Penggolongan NAPZA ....................... 2
C. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA ..................... 6
D. Dampak Penyalahgunaan NAPZA............................. 7
BAGAIMANA DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN
NAPZA?........................................................................... 9
A. Kelompok Berisiko ................................................... 9
B. Kegiatan Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA 10
TATA CARA DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN NAPZA 15
Instrumen dan Skoring Alcohol, Smoking, and Substance
Involvement Screening Test (ASSIST)................................. 15
TES URINE SEBAGAI PENUNJANG DETEKSI DINI
PENYALAHGUNAAN NAPZA ............................................ 27
A. Tes Urine pada Pemeriksaan Penunjang NAPZA ....... 27
B. Parameter Tes Urine pada Pemeriksaan NAPZA ....... 27
C. Pelaksanaan Tes Urine pada Pemeriksaan NAPZA.... 28

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN i


DAFTAR INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR......................33
A. Daftar Institusi Penerima Wajib Lapor di Seluruh
Indonesia...............................................................................................33
B. Daftar Lembaga Rehab di Kementerian/Lembaga
Lainnya...................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................34
TIM PENYUSUN.....................................................................................35
LAMPIRAN...............................................................................................36

CATATAN:................................................................................................37

i Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


DAFTAR ISTILAH

1. ASSIST: akronim dari Alcohol, Smoking, and Substance


Involved Screening Test, merupakan instrumen deteksi dini
untuk menyaring penggunaan alkohol, produk tembakau,
opioid, kanabis, kokaina, stimulan lainnya, sedatif,
halusinogen, inhalan, dan zat psikoaktif lainnya.
2. Deteksi dini: proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan
pada populasi sehat dan kelompok berisiko sesuai dengan
jenis penyakit yang akan dideteksi.
3. Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL): pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi
yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
rehabilitasi medis.
4. Korban Penyalahgunaan NAPZA: seseorang yang
tidak sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk,
diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam untuk
menggunakan narkotika.
5. NAPZA: akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya.
6. Narkotika: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan.
7. Pecandu NAPZA: orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan NAPZA dan dalam keadaan
ketergantungan pada NAPZA, baik secara fisik maupun
psikis.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN v


8. Penyalahguna NAPZA: orang yang menggunakan NAPZA
tanpa hak atau melawan hukum dan membahayakan
kesehatan.
9. Psikotropika: zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoatif
melalui pangaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
10. Test Urine: uji cepat zat NAPZA dengan memeriksa urine.
11. Rehabilitasi: suatu proses pemulihan klien gangguan
penggunaan NAPZA baik dalam jangka waktu pendek
maupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk
mengembalikan fungsi individu tersebut di masyarakat.
12. Rehabilitasi medis: suatu proses kegiatan pengobatan
secara terpadu untuk membebaskan pecandu,
penyalahguna, dan korban gangguan penggunaan NAPZA
dari ketergantungan NAPZA.
13. Tenaga kesehatan: setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
14. Wajib lapor: kegiatan melaporkan diri yang dilakukan
oleh pecandu NAPZA yang sudah cukup umur atau
keluarganya, dan/atau orang tua atau wali dari pecandu
NAPZA yang belum cukup umur kepada Institusi Penerima
Wajib Lapor untuk mendapatkan pengobatan dan/atau
perawatan melalui rehabilitasi medis.
15. Zat adiktif: obat serta bahan-bahan aktif yang
apabila dikonsumsi oleh organisme hidup, maka
dapat menyebabkan kerja biologis serta menimbulkan

v Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan
berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus.
16. Zat psikoaktif: zat yang bekerja pada susunan saraf pusat
secara selektif sehingga dapat menimbulkan perubahan
pada pikiran, perasaan, perilaku, persepsi, maupun
kesadaran.
17. Zat psikoaktif baru atau New Psychoactive Substance
(NPS): zat yang disalahgunakan, baik dalam bentuk murni
maupun sintetis yang belum tercantum dalam regulasi
pemerintah dan dapat menyebabkan ancaman kesehatan
bagi masyarakat.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN v


SITUASI TERKINI NAPZA

Masalah penyalahgunaan NAPZA masih menjadi perhatian


seluruh dunia karena mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu. Dalam World Drug Report United Nations Office on
Drugs and Crime (UNODC) tahun 2021 tercatat sekitar 275
juta orang di dunia menyalahgunakan narkotika, meningkat
22% dari tahun 2010. Sementara itu survei nasional yang
dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan
Riset Inovasi Nasional (BRIN), serta Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan angka prevalensi nasional gangguan
penggunaan NAPZA setahun pakai meningkat dari 1,80% pada
tahun 2019 menjadi 1,95% pada tahun 2021 atau sekitar
3.662.646 jiwa melakukan penyalahgunaan NAPZA selama
setahun terakhir. Usia pertama kali mencoba NAPZA pada
survei BNN tahun 2021 terbanyak pada usia 19 tahun di
pedesaan dan usia 20 tahun di perkotaan. Adapun lima jenis
NAPZA yang banyak dikonsumsi adalah ganja, shabu, nipam,
dextro, dan tembakau gorila.
Upaya penanggulangan masalah gangguan penggunaan
NAPZA dimulai dari upaya promotif, preventif, kuratif,
serta rehabilitatif. Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
menitikberatkan pada upaya preventif, namun promosi
kesehatan juga diberikan bersamaan dengan pelaksanaan
deteksi dini.

viii Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN NAPZA


NAPZA
MENGENALI NAPZA

A. Pengetahuan Dasar NAPZA


NAPZA merupakan akronim dari narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya, yang apabila digunakan dalam jangka
waktu yang lama dapat menimbulkan ketergantungan yang
ditandai antara lain dengan dosis penggunaan yang semakin
besar, kesulitan mengontrol keinginan untuk menggunakan
NAPZA, muncul gejala putus zat jika penggunaan dihentikan,
hingga tetap menggunakan NAPZA meskipun mengetahui
dampak buruknya.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN NAPZA 1


B. Klasifikasi dan Penggolongan NAPZA
2.1 Klasifikasi Narkotika & Psikotropika

Narkotika

Golongan I Golongan II Golongan III


 Dilarang digunakan untuk  Untuk pelayanan  Untuk pelayanan
kepentingan pelayanan kesehatan sesuai kesehatan sesuai
kesehatan. ketentuan. ketentuan.
 Secara terbatas digunakan  Saat ini ada 15 zat.
 Saat ini ada 91 zat.
untuk pengembangan ilmu
 Contoh:
pengetahuan dan  Contoh:
teknologi, reagensia
Morfin/Morphine Kodein
diagnostik dan reagensia
laboratorium.
 Saat ini ada 201 zat.
 Contoh:

Opium/Candu

Pethidin/Demerol

Buprenorfin

Kokaina/Coke/Crack

Ganja/Gelek/Rasta/Cimeng Fentanyl

*Gambar dari berbagai sumber

2 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


Psikotropika

Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV


 Digunakan untuk  Digunakan untuk  Digunakan untuk  Sangat luas
ilmu pengetahuan pengobatan pengobatan digunakan
dan tidak digunakan dan/atau ilmu dan/atau ilmu untuk terapi
dalam terapi. pengetahuan. pengetahuan. dan/atau ilmu
pengetahuan.
 Potensi amat kuat  Potensi kuat  Potensi kuat
mengakibatkan mengakibatkan mengakibatkan  Potensi ringan
sindrom sindrom sindrom mengakibatkan
ketergantungan. ketergantungan. ketergantungan. sindrom
ketergantungan.
 Ada lima jenis zat.  Ada enam jenis zat.  Ada delapan jenis
zat.  Ada 62 jenis zat.
 Contoh:  Contoh:
 Contoh:  Contoh:
Deskloroketamin Metilfenidat alprazolam,
Flunitrazepam diazepam,
klobazam.

Diclazepam
Pentobarbital
Flualprazolam,
klonazolam

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 3


Zat Psikoaktif Baru (NPS)

Di dunia ada 1.124 jenis zat baru.

Di Indonesia sebanyak 89 jenis zat dan 81 jenis zat NPS sudah diatur dalam Permenkes.
Contoh:

Cathinone/Khat Kratom/Mitragynine Methylone Tembakau gorila

4 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


2.2 Klasifikasi berdasarkan Pengaruh terhadap Susunan
Saraf Pusat
Selain penggolongan menurut Undang-Undang
dan PPDGJ III, zat psikoaktif juga diklasifikasikan
berdasarkan pengaruh/efeknya terhadap susunan
saraf pusat (SSP), yaitu:

Stimulan Depresan Halusinogen


• Meningkatkan aktivitas • Menekan aktivitas • Mengubah persepsi
SSP, misal: meningkatkan SSP, misal: (kesadaran akan kondisi
detak jantung dan menurunkan sekitar, ruang, dan
tekanan darah, membuat detak jantung dan waktu), pikiran, dan
lebih waspada. pernapasan. perasaan.
• Efek samping: • Efek samping: • Efek samping:
o banyak bicara, o perasaan tenang, o kehilangan nafsu
o gelisah, o euforia (gembira makan,
o sulit tidur berlebihan), o kram perut,
o agresi, o sempoyongan, o banyak bicara dan
o panik, o mual hingga tertawa,
o cemas, muntah, dan o panik,
o sakit kepala, dan o bicara cadel. o dilatasi pupil, dan
o paranoia. • Contoh: barbiturat o tekanan darah
(fenobarbital, dan detak jantung
• Contoh: meningkat.
aprobarbital),
Amfetamin/Speed/Cat benzodiazepin. • Contoh:
Jamur psylocibin,

Nikotin

LSD

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 5


C. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA
Faktor  Riwayat penyalahgunaan NAPZA dalam
Biologis keluarga;
 Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga;
 Gagal pencapaian tumbuh kembang
(kognitif, emosional, psikologis, bahasa,
dan kemampuan sosial).

Faktor  Kemandirian tidak sesuai dengan


Psikologis kemampuan finansial;
 Riwayat trauma, perpisahan orang tua,
korban perilaku kekerasan;
 Keinginan untuk diterima oleh lingkungan;
 Pola komunikasi yang tidak efektif,
kurangnya diperhatikan, tuntutan yang
terlalu tinggi.
Faktor Sosial  Keluarga: kebiasaan merokok/minum
alkohol, konflik dengan keluarga, pola
asuh keluarga dapat menjadi faktor
protektif (pola asuh otoritatif) atau faktor
pencetus (pola asuh permisif, pengabaian,
otoritarian);
 Lingkungan: kumuh, padat penduduk,
banyak pengangguran, lingkungan bandar
narkotika;
 Kelompok atau teman sebaya (peer
negative);
 Etnis dan budaya.

6 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


D. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Beberapa dampak yang timbul adalah:

1. Kognitif
• Perhatian menurun;
• Berpikir tidak realistis;
• Sulit berkonsentrasi;
• Tidak dapat
menyelesaikan masalah;
• Gangguan berpikir.

2. Fisik
• Mudah lelah;
• Mudah sakit;
• Keluhan berulang pada kondisi
kesehatan;
• Tremor;
• Merasa sakit secara berlebihan;
• Gangguan pola tidur;
• Gangguan pola makan;
• Penurunan kemampuan
perawatan diri;

3. Emosional
• Perubahan kepribadian;
• Perubahan mood secara
mendadak, seperti: mudah
marah, agresif, dan sedih;
• Perilaku sering
tidak bertanggung
jawab;
• Kurang percaya diri;

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 7


• Berpikiran negatif;
• Sulit mengontrol perilaku;
• Merasa sendirian, ketakutan, depresi tanpa sebab;
• Tidak peduli dengan lingkungan;

4. Sosial
• Menurunnya ketertarikan dan keterlibatan aktivitas
pribadi dalam keluarga;
• Mulai suka menentang;
• Perilaku negatif;
• Berlaku kasar secara
verbal maupun fisik;
• Melanggar peraturan;
• Menarik diri dan tertutup
dari keluarga dan
lingkungan;
• Memberikan jawaban
yang tidak sesuai dengan pertanyaan;
• Tidak mampu mengatur waktu dengan baik;
• Sering berbohong;
• Sering berkumpul dengan peer negative;
• Munculnya perilaku kriminal.

5. Aktivitas Sekolah/Bekerja
• Menurunnya minat sekolah/
bekerja;
• Prestasi menurun;
• Tidak disiplin, seperti: jarang
masuk sekolah/bekerja

8 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


BAGAIMANA DETEKSI DINI
PENYALAHGUNAAN NAPZA?

A. Kelompok Berisiko
Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA dapat dilakukan
pada kelompok berisiko seperti yang tercantum dalam
tabel berikut:

Lingkup Kelompok berisiko


Fasyankes (FKTP & Pasien dengan penyakit kronis.
FKRTL)
Lembaga pendidikan • Siswa dan santri mulai dari SMP hingga
perguruan tinggi;
• Korban, saksi, maupun pelaku
perundungan.
Tempat kerja • Pekerja dengan sistem shift;
• Pekerja di tempat yang berisiko.
Lapas/Rutan/LPKA Warga binaan dan keluarganya.
Panti sosial • Penghuni panti (warga binaan);
• Petugas panti.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 9


Lingkup Kelompok berisiko
Lembaga rehabillitasi • Klien/pasien di lembaga rehabilitasi
penyalahgunaan penyalahgunaan NAPZA dan keluarganya.
NAPZA Masyarakat • Masyarakat pra-sejahtera;
• Pekerja migran;
• Orang tua tunggal;
• Keluarga (pendamping) pasien penyakit
kronis dan/atau ODGJ;
• Korban tindak kekerasan;
• Pekerja seks komersial;
• Gelandangan usia produktif;
• Kelompok minoritas dan masyarakat
terpencil;
• Korban perdagangan manusia;
• Lansia maupun pendamping lansia
(caregiver).

B. Kegiatan Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA


Adapun kegiatan deteksi dini dapat dilakukan melalui:
 Kerjasama dengan sekolah dan tempat kerja
Kunjungan ke sekolah (mulai SMP sampai SMA)
atau ke tempat kerja oleh tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan dan guru BK akan melakukan deteksi dini
ASSIST. Adapun deteksi dini yang dilakukan di sekolah
adalah deteksi dini pada seluruh siswa/karyawan,
terutama pada siswa/karyawan yang memenuhi salah
satu kriteria, yaitu:
o Nilai pelajaran yang menurun terus-menerus
(prestasi menurun)
o Menarik diri dari pergaulan
o Merokok

1 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


o Sering membolos
o Sering bertengkar/berkelahi
o Sering terlambat
o Mudah lelah
o Mudah merasa tertekan
o Perubahan perilaku menjadi pendiam
o Penampilan berantakan
o Sering melanggar kedisiplinan
o Sering menentang aturan
Deteksi dini di sekolah/tempat kerja dilakukan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun oleh tenaga
kesehatan dan bekerja sama dengan guru Bimbingan
Konseling atau unit kepegawaian (Human Resources
Department/HRD) yang telah diberikan orientasi atau
pelatihan tentang Deteksi Dini Alcohol, Smoking, and
Substance Involvement Screening Test (ASSIST).
 Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA menggunakan
ASSIST masuk dalam paket integrasi layanan primer
kluster usia produktif di Puskesmas dan terintegrasi
pada:
a. Poli PKPR dengan Program UKS, melakukan
Penjaringan Anak Sekolah dan Posbindu Remaja;
b. Program HIV, melalui Mobile VCT, Deteksi Dini
ODHA;
c. Program Imunisasi, melalui Bulan Imunisasi;
d. Program Penyakit Tidak Menular (PTM), melalui
Posbindu PTM di Institusi dan Masyarakat.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 1


 Membuka layanan deteksi dini NAPZA.
Layanan deteksi dini NAPZA dengan menggunakan
instrumen ASSIST dapat dibuka pada acara tertentu,
dengan sasaran tertentu, dan dapat juga dilakukan
sebagai bagian deteksi dini lanjutan dari deteksi dini
pada sasaran yang terindikasi mengalami masalah
kesehatan jiwa atau masuk kriteria Gangguan Mental
Emosional (GME).

Dalam melaksanakan kegiatan deteksi dini


penyalahgunaan NAPZA dengan instrumen ASSIST
perlu dilakukan kegiatan pelatihan atau orientasi untuk
meningkatkan kapasitas bagi tenaga kesehatan di
Puskesmas, guru Bimbingan Konseling di sekolah, serta
unit kepegawaian (Human Resources Department/HRD).

1 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


TATA CARA DETEKSI DINI
TATA CARA DETEKSI DINI
PENYALAHGUNAAN NAPZA

INSTRUMEN DAN SKORING ALCOHOL,


SMOKING, AND SUBSTANCE INVOLVEMENT
SCREENING TEST (ASSIST)

ASSIST merupakan instrumen yang telah dikeluarkan oleh


Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization,
WHO).
● ASSIST v3.terdiri dari 8 pertanyaan;
● Dilaksanakan oleh petugas kesehatan atau tenaga non
kesehatan terlatih;
● Waktu pengisian 5-10 menit.

ASSIST dirancang secara khusus untuk digunakan secara


internasional pada pusat layanan kesehatan primer untuk
mengidentifikasi:
● Individu dengan pola penggunaan NAPZA yang menunjukkan
adanya masalah berisiko dan ketergantungan;
● Individu yang mengalami masalah yang berhubungan
dengan penggunaan NAPZA dan rencana tindak lanjut;

1. Instrumen ASSIST
Pertanyaan nomor satu sampai dengan tujuh pada
instrumen ASSIST menanyakan penggunaan NAPZA dan
masalah terkaitnya berdasarkan 10 (sepuluh) kategori
NAPZA yang dapat dilihat dalam lampiran 1.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 1


1.1 PERTANYAAN 1
Bertanya tentang NAPZA yang pernah digunakan oleh
pasien sepanjang kehidupannya.
1.2 PERTANYAAN 2
Bertanya tentang frekuensi pemakaian NAPZA
psikoaktif dalam tiga bulan terakhir, dan NAPZA mana
yang memberikan indikasi paling relevan dengan
keadaan kesehatannya saat ini.
1.3 PERTANYAAN 3
Bertanya tentang frekuensi mengalami keinginan
sangat kuat atau mendesak untuk memakai tiap
NAPZA dalam tiga bulan terakhir.
1.4 PERTANYAAN 4
Bertanya tentang frekuensi masalah kesehatan, sosial,
hukum dan keuangan yang berhubungan dengan
pemakaian NAPZA dalam tiga bulan terakhir.
1.5 PERTANYAAN 5
Bertanya tentang frekuensi dan pemakaian mana dari
tiap NAPZA yang mengganggu peran atau tanggung
jawab dalam tiga bulan terakhir.
1.6 PERTANYAAN 6
Merujuk pada NAPZA yang pernah digunakan dan
bertanya tentang apakah ada seseorang yang pernah
menyatakan perhatiannya tentang penggunaan
NAPZAnya dan kapan itu terjadi.
1.7 PERTANYAAN 7
Bertanya tentang apakah pasien pernah mencoba dan
gagal mengurangi pemakaian NAPZAnya dan kapan itu
terjadi.

1 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


Pertanyaan-pertanyaan ini dapat mengindikasikan
pemakaian NAPZA yang berbahaya dan beresiko
tinggi, dan juga ketergantungan. Skor rata-rata ASSIST
mungkin dapat mengindikasikan pemakaian NAPZA
yang berisiko tinggi atau berbahaya. Ketergantungan
NAPZA diindikasikan secara khusus oleh adanya usaha
mencoba tapi gagal mengurangi atau menghentikan
pemakaian NAPZA, dan mereka yang memiliki skor yang
tinggi dari ASSIST mungkin mengalami
ketergantungan dan berada pada risiko yang
berbahaya.
1.8 PERTANYAAN 8
Difokuskan pada penggunaan NAPZA dengan cara
suntikan dan bertanya tentang apakah pasien pernah
menggunakan NAPZA yang disuntikkan. Penggunaan
NAPZA injeksi dipisahkan karena merupakan aktivitas
berisiko tinggi yang berhubungan dengan risiko
meningkatnya ketergantungan NAPZA, penularan
virus melalui darah seperti HIV/AIDS dan hepatitis C
dan dengan level lebih tinggi terhadap masalah akibat
penggunaan obat.

2. Skoring ASSIST
Masing-masing pertanyaan dalam instrumen ASSIST
memiliki serangkaian jawaban yang dapat dipilih, dan tiap
jawaban memiliki skor. Pewawancara dengan mudah
dapat melingkari skor yang berhubungan dengan jawaban
klien untuk tiap pertanyaan. Pada akhir dari wawancara
skor ini dikumpulkan bersama dan menghasilkan skor
ASSIST. Skor yang paling bermanfaat untuk skrining dan
untuk tujuan klinis adalah skor Specific Substance
Involvement (SSI) untuk tiap jenis NAPZA. Skor SSI didapat
dengan menjumlahkan jawaban-jawaban pertanyaan 2-7

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 1


untuk setiap jenis narkoba dan zat.

1 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


Seperti tergambar dari pertanyaan-pertanyaan dalam
ASSIST, Setiap klien dapat memiliki 10 nilai risiko atau SSI
tergantung berapa jenis zat yang pernah digunakan, dan
nilai skor setiap zat terdiri kategori risiko ringan, sedang
dan tinggi yang akan menentukan intervensi selanjutnya.

ARTI SKOR KETERLIBATAN ZAT SPESIFIK (SSI)


Alkohol Semua Zat lain selain alkohol
0-10 Risiko rendah 0-3 Risiko rendah
11-26 Risiko sedang 4-26 Risiko sedang
27+ Risiko tinggi 27+ Risiko tinggi

2.1 Risiko Rendah


Pasien dengan skor keterlibatan NAPZA spesifik 3 atau
kurang dari 10 untuk alkohol berada pada risiko rendah
dari masalah yang berkaitan dengan penggunaan
NAPZA yang digunakan. Mereka menggunakan NAPZA
tersebut sekali-sekali, sehingga saat ini mereka tidak
mengalami masalah apapun yang berkaitan dengan
pemakaian NAPZA tersebut dan berada pada risiko
terjadinya masalah kesehatan yang berhubungan
dengan pemakaian NAPZA di masa mendatang asalkan
mereka tetap pada pola yang sama dalam penggunaan
NAPZA tersebut.
2.2 Risiko Menengah
Skor tengah berada di antara 4 dan 26 (11 dan 26
untuk alkohol) untuk setiap NAPZA termasuk sebagai
pemakaian NAPZA berisiko menengah atau sedang
terhadap kesehatan dan problem lain, dan mungkin
sudah menunjukkan beberapa problem saat ini.
Penggunaan yang berkelanjutan akan mempengaruhi
kesehatan dimasa mendatang dan masalah lain,

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 1


termasuk kemungkinan menjadi ketergantungan.
Risiko akan meningkat pada pasien dengan masalah
terkait riwayat penggunaan NAPZA sebelumnya dan
ketergantungan.
2.3 Risiko Tinggi
Skor 27 atau lebih tinggi untuk tiap NAPZA
menyatakan bahwa pasien berada pada risiko tinggi
terjadinya ketergantungan terhadap NAPZA dan
mungkin mengalami masalah kesehatan, sosial,
keuangan, hukum dan hubungan sosial sebagai akibat
dari gangguan penggunaan NAPZA yang mereka
lakukan. Terlebih lagi, pada pasien yang selama 3
bulan terakhir menyuntik NAPZA rata-rata 4 kali tiap
bulan cenderung memiliki risiko tinggi.

3. Kartu Umpan Balik (Feedback) & Intervensi Hasil Skoring


ASSIST
Setelah melakukan wawancara dan skoring ASSIST,
kegiatan dilanjutkan dengan melengkapi kartu umpan
balik ASSIST sebagai respon balik pribadi dari pasien
tentang tingkat risiko napza yang digunakan. Kartu
umpan balik (yang dapat dilihat dalam lampiran buku ini)
digunakan selama konsultasi oleh petugas yang melakukan
wawancara ASSIST untuk menyediakan umpan balik dan
diberikan kepada pasien untuk dibawa pulang sebagai
pengingat hal-hal yang telah didiskusikan.
Seluruh pasien yang melalui proses deteksi dini
menggunakan ASSIST harus menerima umpan balik sesuai
dengan skor dan tingkat risiko dan ditawarkan informasi
tentang NAPZA yang digunakan. Ini adalah intervensi yang
paling sederhana bagi seluruh pasien sesuai dengan
tingkat risiko sebagai berikut:

2 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


• Pasien dengan skor ASSIST risiko rendah diberikan
konseling, informasi, dan edukasi pencegahan NAPZA
serta diberikan penghargaan serta dukungan untuk
menjalankan perilaku hidup sehat. Untuk meningkatan
sumber koping yang adaptif, pada pasien dengan risiko
rendah dapat dilakukan stimulus untuk pencapaian
tugas perkembangan sesuai dengan usia. Perlu
dicermati bahwa bila skor ASSIST klien menunjukkan
risiko rendah namun terlihat gejala atau memiliki
riwayat gangguan penggunaan NAPZA, tenaga
kesehatan yang melakukan deteksi dini dapat
memberikan catatan untuk ditindaklanjuti.
Klien dengan skor risiko rendah perlu diberikan
informasi tentang NAPZA (termasuk alkohol dan rokok)
untuk:
o Meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan dan
risiko penggunaan alkohol, rokok, dan NAPZA lain;
o Mendukung pengguna NAPZA yang berisiko rendah
untuk tetap melanjutkan perilaku penggunaan
NAPZA yang berisiko rendah; dan
o Mengingatkan klien dengan riwayat penggunaan
NAPZA yang berisiko tentang akibatnya bila kembali
menggunakan NAPZA.
• Pasien dengan skor ASSIST risiko sedang harus
ditawarkan intervensi singkat (brief intervention) juga
diberikan material/leaflet terkait masalah penggunaan
NAPZA dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
o Intervensi singkat harus fleksibel dan
memperhitungkan tingkat risiko klien, masalah yang
spesifik, kesiapan untuk berubah, dan juga waktu
yang tersedia;

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 2


o Jika klien setuju, petugas dapat memulai intervensi
singkat dan atau mengatakan pada klien untuk
datang kembali membuat perjanjian selanjutnya
untuk mendiskusikan masalah penggunaan NAPZA
secara lebih rinci.
o Jika perlu intervensi dapat dilakukan lebih dari
satu konsultasi.
• Pasien dengan skor ASSIST risiko tinggi membutuhkan
lebih dari sekedar intervensi singkat, perlu penilaian
lebih lanjut, dan penanganan yang lebih intensif
dengan melakukan rujukan ke profesional kesehatan
yang memberikan layanan khusus NAPZA atau melalui
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).
• Bagi klien dengan skor ASSIST untuk keterlibatan
zat spesifik yang mengindikasikan adanya risiko dan
dampak buruk dari penggunaan satu atau lebih zat
maka mintalah klien untuk memilih satu jenis narkoba
yang paling mengkhawatirkan untuk dijadikan fokus
intervensi.

2 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


4. Instrumen ASSIST melalui Aplikasi SINAPZA

Deteksi dini menggunakan instrumen ASSIST juga


dapat dilakukan secara digital menggunakan aplikasi
SINAPZA (Skrining NAPZA) yang dapat digunakan melalui
handphone (Android). Aplikasi ini dapat digunakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan yang telah terdaftar dan
memiliki akun untuk melakukan deteksi dini dan hasil
akan didapatkan segera setelah skrining selesai dilakukan.
Laporan hasil deteksi dini ASSIST dengan menggunakan
aplikasi SINAPZA dapat dilihat dalam dashboard Sistem
Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Rehabilitasi Medis
(SELARAS) yang dapat dilihat oleh Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten, Kota. Untuk menjadi perhatian, bahwa deteksi
dini penyalahgunaan dengan menggunakan instrumen
ASSIST bersifat rahasia sehingga tenaga kesehatan tidak
diperkenankan memberitahukan data ASSIST kepada
selain klien/ pasien.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 2


a. Tata Cara Instalasi Aplikasi SINAPZA Mobile dan Tata
Cara Melakukan Deteksi Dini ASSIST menggunakan
SINAPZA

2 Buku SakuBuku Saku DETEKSI


DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN NAPZA
DINI PENYALAHGUNAAN 23
b. Tata Cara Membuka Data Deteksi Dini ASSIST di
Web Server SELARAS
Data deteksi dini ASSIST yang telah dilakukan melalui
SINAPZA dapat dilihat oleh Dinas Kesehatan Provinsi
maupun Kabupaten/Kota melalui web server
SELARAS dengan langkah-langkah sebagai berikut:

24 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN NAPZA


TES URINE SEBAGAI PENUNJANG DETEKSI
DINI PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. Tes Urine pada Pemeriksaan Penunjang NAPZA


Pelaksanaan tes urine NAPZA sebagai komplemen
dalam deteksi dini adalah upaya untuk mengidentifikasi
kandungan NAPZA dengan menggunakan metode melalui
pemeriksaan urine. Adapun sarana yang digunakan dalam
melakukan tes urine untuk deteksi dini adalah dengan
menggunakan rapid test urine.
Pelaksanaan tes urine narkotika untuk deteksi dini
dilaksanakan untuk:
a. mengetahui kandungan narkotika dalam tubuh;
b. memberikan edukasi masyarakat;
c. meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan
masyarakat terhadap penyalahgunaan narkotika;
d. mewujudkan masyarakat yang bersih dari
penyalahgunaan narkotika; dan
e. mendorong masyarakat yang berorientasi pada
lingkungan bersih dari penyalahgunaan narkotika.

B. Parameter Tes Urine pada Pemeriksaan NAPZA


Saat ini parameter yang dapat digunakan untuk
rapid test urine ada 7 (tujuh), yakni: methampetamine,
THC, amphetamine, opiad, coccaine, carisoprodole, dan
benzodiazepine. Adapun fasilitas pelayanan kesehatan
dapat menyesuaikan parameter pemeriksaan rapid
test urine yang dimiliki di wilayah setempat dan bila
menghendaki pemeriksaan tes urine NAPZA menggunakan

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 2


7 parameter dapat bekerja sama dengan RS
Ketergantungan Obat, fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, BNNP, BNNK setempat.

C. Pelaksanaan Tes Urine pada Pemeriksaan NAPZA


Kebutuhan sarana tes urine NAPZA untuk deteksi dini
meliputi:

• rapid test urine; • cairan pembersih tangan;


• pot urine; • label kodifikasi;
• masker; • ruangan tertutup;
• sarung tangan karet; • kamar mandi; dan
• plastik sampah; • meja dan kursi.
• tisu; • cairan pembersih tangan;

Pelaksanaan tes urine narkotika untuk deteksi dini


dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, yaitu: tes skrining
narkotika; dan/atau tes konfirmasi narkotika. Pengujian
sampel urine dalam tes skrining narkotika dapat
menunjukkan hasil positif maupun negatif. Apabila hasil
positif, maka dilanjutkan dengan tes konfirmasi narkotika
paling lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam
setelah pelaksanaan tes skrining narkotika.
Hasil tes urine narkotika bersifat rahasia, tertutup, dan
konfidensial. Selain itu hasil tes urine untuk deteksi dini
bukan merupakan diagnosis sehingga tidak dikeluarkan
untuk kepentingan pasien. Hasil tes urine narkotika untuk
deteksi dini memuat:

2 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


a. hasil sesuai tes konfirmasi laboratorium;
b. jumlah peserta yang sudah melaksanakan test urine;
c. jumlah yang hasilnya negatif;
d. jumlah yang hasilnya positif; dan/atau
e. rekomendasi rehabilitasi bagi peserta yang hasil
tes urine dinyatakan positif sesuai Tes Konfirmasi
Laboratorium.

Jangka Waktu terdeteksi Zat dalam Urine

Jenis Zat Waktu


Amfetamin 2 hari
Benzodiazepine 3 hari

Penggunaan jangka panjang dapat


terdeteksi hingga 7 hari
Heroin 1 – 2 hari
Kodein 2 hari
Kokain 2 – 4 hari
Metadon 3 hari
Morfin 2 – 5 hari

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 2


3 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN
DAFTAR INSTITUSI PENERIMA
WAJIB LAPOR

A. Daftar Institusi Penerima Wajib Lapor di Seluruh


Indonesia
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/701/2018 tentang
Penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pengampu dan Satelit Program
Terapi Rumatan Metadona, Menteri Kesehatan telah
menetapkan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengampu dan Satelit
Program Terapi Rumatan Metadona yang pecandu
narkotika dan/ atau program terapi rumatan metadona
sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang- undangan. Adapun jumlah IPWL
yang sudah ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan di atas saat ini berjumlah 754 fasilitas
pelayanan kesehatan. Daftar fasilitas pelayanan kesehatan
yang telah disahkan oleh Menteri Kesehatan dapat
diunduh dalam Lampiran 1 buku saku ini.

B. Daftar Lembaga Rehab di Kementerian/Lembaga Lainnya


Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
bagi pecandu dan korban penyalahgunaan NAPZA yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat,
serta klinik dan lembaga rehabilitasi milik Badan
Narkotika Nasional dapat dilihat pada laman
https://rehabilitasi. bnn.go.id/public/layanan/ atau
dengan mengunduh pada Lampiran 1 buku saku ini.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 3


DAFTAR PUSTAKA

Badan Narkotika Nasional. 2021. Indonesia Drugs Report.


Deputi Bidang Pencegahan. 2020. Indonesia Darurat Narkoba.
Badan Narkotika Nasional.
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa dan NAPZA. 2021. Buku Pedoman Manajemen
Pencegahan dan Tata Laksana Gangguan Penggunaan
NAPZA untuk Tenaga Kesehatan. Kementerian Kesehatan.
Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika. Lembaran RI Tahun 2009 No. 35.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor
Pecandu Narkotika. Kementerian Sekretariat Negara RI.
Jakarta.
Indonesia. 2022. Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes
Nomor 9 tahun 2022 tentang Perubahan Penggolongan
Narkotika. Jakarta.
Indonesia. 2022. Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes
Nomor 10 tahun 2022 tentang Penetapan dan Perubahan
Penggolongan Psikotropika. Jakarta.
Joewana. 2004. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta: EGC.
UNODC. 2021. World Drug Report. Sumber: https://www.
unodc.org/res/wdr2021/field/WDR21_Booklet_1.pdf ,
diakses pada 25 Maret 2022.

3 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


TIM PENYUSUN

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Jiwa
Jakarta, 2022

Pelindung : drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid.


Penyusun
Ketua : drg. Luki Hartanti, MPH
Anggota : dr. Lucia Maya Savitri, MARS; dr. Husni Arbie; dr. Hasyati Dwi
Kinasih; Achmad Arifurrohman, SKM, M.H.Kes.; Dody Arek
Purnomo, S.E.; Punto Dewo, SKM, M.Kes.; Muhamad Aby Al-
Hafidz, S.Kom.; Amashita Ayunani Noor, S.Kom.; Intan Oktavia,
M.Psi.; Ammara Alif Vania, S.Tr.Par.

Kontributor :
dr. Elvina Katerina, Sp.KJ (PDSKJI); dr. Lidya Heryanto, Sp.KJ (PDSKJI);
Tri Tjahyono, S.Sos., M.Si., C.Sps. (BNN); Guntur Maulana, ST, M.Si. (BNN);
Mohammad Irsad, S.Psi., M.Psi., Psikolog (IPK Indonesia); Ns. Adek Setiyani, S.Kep.,
M.Kep., Sp.Kep.J (IPKJI); Aisyah M. Zjubaidi, SKM (IAKMI); Intan Kusumawati,
SKM, MKM (Dinkes Provinsi DKI Jakarta).

Editor :
drg. Luki Hartanti, MPH; dr. Lucia Maya Savitri, MARS; Achmad Arifurrohman,
SKM, M.H.Kes.; dr. Hasyati Dwi Kinasih; Dyah Santika Laila Romadhoni, M.Psi.,
Psikolog; Intan Oktavia, M.Psi.; Muhamad Aby Al-Hafidz, S.Kom.

Diterbitkan oleh :
Kementerian Kesehatan RI
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan
dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk
fotocopy, rekaman dan lain-lain tanpa seijin tertulis dari penerbit.

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 3


LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Daftar Lembaga Rehabilitasi milik Pemerintah &


Masyarakat
2. Lampiran 2: Instrumen ASSIST
3. Lampiran 3: Kartu Umpan Balik (Feedback) instrumen ASSIST
4. Lampiran 4: Panduan Aplikasi SINAPZA
5. Lampiran 5: Peraturan Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Tes Urine
Narkotika untuk Deteksi Dini
6. Lampiran 6: UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
7. Lampiran 7: PMK Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika
8. Lampiran 8: PMK Nomor 10 Tahun 2022 tentang Penetapan dan
Perubahan Penggolongan Psikotropika
9. Lampiran 9: PP Nomor 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor
Pecandu Narkotika
10. Lampiran 10: Buku Pedoman Manajemen Pencegahan dan
Tatalaksana Gangguan Penggunaan NAPZA untuk Tenaga
Kesehatan
11. Lampiran 11: Media KIE
Seluruh Lampiran dapat diunduh pada tautan berikut:
https://link.kemkes.go.id/LampiranBukuSakuDeteksiDiniPeny-
alahgunaanNAPZA
Atau scan QR Code berikut:

3 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN


CATATAN:

Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN 3


3 Buku Saku DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN

Anda mungkin juga menyukai