Anda di halaman 1dari 13

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : Wiwik Wahyu Wardani, S.Pd.
Asal Institusi : SMA AT Thohiriyyah Semarang
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-
penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk
berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
o Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
o Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang
relevan dengan topik masalah.
o Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah
tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan
Sejawat di Sekolah:
o Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas
sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait
masalah yang diidentifikasi.
o Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka
mengenai penyebab masalah tersebut.
o Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai
referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
o Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian
atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
o Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk
mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam
tentang penyebab masalah.
o Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
o Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk
membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih
mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda


dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk
menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik.
Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan
tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi


telah masalah penyebab masalah
diidentifikasi

1 Guru masih 1. Kajian Literature Setelah dilakukan analisis


menerapkan model Menurut Joyce, Weil dan Calhoun lebih lanjut penyebab
pembelajaran yang (dalam Warsono dan Hariyanto, masalah dari guru masih
monoton. 2013: 172) model pembelajaran menerapkan model
adalah suatu deskripsi dari pembelajaran yang
lingkungan pembelajaran, termasuk monoton adalah:
perilaku guru menerapkan dalam 1. Guru yang kurang
pembelajaran. Model pembelajaran inovatif.
banyak kegunaannya mulai dari 2. Guru kurang aktif
perencanaan pembelajaran dan dalam diskusi bersama
perencanaan kurikulum sampai teman guru yang lain.
perancangan bahan-bahan 3. Guru kurang
pembelajaran, termasuk program- memahami karakter
program multimedia. siswa.
Octavia, S. A. (2020). Model-
model pembelajaran. Deepublish.
(Link terlampir)

2. Wawancara dengan Kepala


Sekolah
Guru menerapkan model
Pembelajaran yang monoton,
contohnya (ceramah), disebabkan
karena kurangnya persiapan guru
dalam mengajar ( lacking of
Preparation)
Solusinya :
 Sebelum mengajar Guru
hendaknya mempersiapkan
RPP, menyiapkan perangkat/
media pembelajaran sampai
bahan materi evaluasi.
 Mengadakan Tes awal untuk
mengetahui kemampuan awal
siswa.
 Memahami karakter siswa
sehingga bisa menerapkan
metode pembelajaran yang
tepat.

3. Wawancara dengan Waka


Kurikulum
Di sekolah sebagian besar dari
guru sudah menerapkan model
pembelajaran yang bervariasi
tergantung dari topik yang
disampaikan. Sehingga
pembelajaran lebih bervariasi.

4. Wawancara dengan Guru


Jika guru menerapkan
pembelajaran yang monoton perlu
diadakan up grade keterampilan
mengajar : sekolah mengadakan
pelatihan kurikulum terbaru,
pelatihan metode mengajar, trik
tips membuat media belajar yang
memikat, dan agar siswa tidak
bosan perlu diadakan ice breaking
yang membuat siswa kembali
semangat dan itu semua perlu
dukungan dari pihak sekolah demi
membentuk guru yang profesional,
memiliki etos kerja tinggi, dan
berkualitas.

5. Wawancara dengan Pakar (Guru


Penggerak) SMKN 11 Semarang

Banyak hal yg menyebabkn hal itu


bisa terjadi, yaitu :
 Guru menganggap model
tersebut satu-satunya cara yg
paling efektif untuk meningkat
nilai dan pemahaman siswa.
 Guru enggan bertanya dan
berkolaborasi dengan rekan
guru lainnya.
 Guru sudah berada pada zona
nyaman dan malas menerapkan
model pembelajaran lainnya
yang dianggap merepotkan.
 Kurangnya referensi dan
literasi tentang model model
pembelajaran lain yg lebih
interaktif dan inovatif.
 Kurangnya kesadaran guru
akan kebutuhan belajar masing
masing siswanya.
Solusinya :
Guru harus lebih banyak mencari
referensi untuk meningkatkan
pembelajaran yang lebih menarik.
2 Motivasi belajar 1. Kajian Literature Setelah dilakukan analisis
peserta didik yang Jika peserta didik tidak memiliki lebih lanjut penyebab
rendah. motivasi untuk belajar, ini dapat masalah dari Motivasi
mempengaruhi hasil belajar belajar peserta didik yang
mereka dan menjadi hambatan rendah adalah:
dalam proses pembelajaran. Ada 1. Lingkungan belajar
beberapa hal yang dapat yang kurang
dilakukan untuk meningkatkan menyenangkan.
motivasi peserta didik untuk 2. Penyajian materi
belajar menurut (Akhmadi, 2021) belajar yang kurang
diantaranya: 1) Menciptakan menarik.
lingkungan belajar yang 3. Kurangnya motivasi
menyenangkan: Lingkungan dari guru kepada
belajar yang menyenangkan dan peserta didik.
memotivasi dapat membantu 4. Kesalahan penggunaan
peserta didik merasa lebih teknologi oleh peserta
terlibat dan tertarik dalam didik.
proses pembelajaran. 2)
Menyediakan materi yang
relevan dan menarik: Peserta
didik lebih mungkin memiliki
motivasi untuk belajar jika
materi yang diajarkan relevan
dan menarik bagi mereka. 3)
Memberikan feedback yang
positif dan memotivasi:
Feedback yang positif dan
memotivasi dapat membantu
peserta didik merasa lebih yakin
diri dan memiliki motivasi untuk
terus belajar.
Daheri, Mirzon, et al. "Motivasi Belajar
Peserta Didik di Era New
Normal." Journal on Education 5.3
(2023): 9640-9649.
(Link terlampir)

2. Wawancara dengan Kepala


Sekolah
Siswa kurang tertarik dengan guru
yang mengajar ( Guru yang galak,
cenderung kaku, kurang bersahabat
dengan siswa, akan membuat
hubungannya terasa berjarak.
Solusinya :
 Guru harus bersikap hangat
dan dan lebih sering
berinteraksi dengan siswa
 Guru mampu mengenali
karakter siswa, sehingga dapat
memberikan solusi atas
permasalahan siswa.

3. Wawancara dengan Waka


Kurikulum
Motivasi belajar siswa rendah
karena banyak faktor seperti
dampak penggunaan hp saat masa
pandemi, keluarga, bukan sekolah
pilihan utama, pengaruh
penggunaan sosial media dan
internet dll.

4. Wawancara dengan Guru


Guru sebaiknya memahami
psikologi perkembangan anak dan
remaja. Guru tentunya harus
mencari tahu kenapa siswa bisa
memiliki motivasi belajar yang
rendah. Ada beberapa
kemungkinan siswa itu motivasi
belajarnya rendah.
 Merasa tidak diperhatikan orang
tua. Membuat masalah sebagai
caranya mencari perhatian.
 Siswa insucure dengan keadaan
fisik, keadaan ekonomi keluarga
dan kekurangan dia dalam
memahami sesuatu
 Siswa kurang menyukai cara
mengajar guru atau mungkin
guru pernah berkata sesuatu
yang membuat sakit hatinya
hingga ia merasa tak layak
untuk belajar.

5. Wawancara dengan Pakar (Guru


Penggerak) SMKN 11 Semarang
Motivasi belajar siswa rendah
dapat terjadi karena :
 Model pembelajaran yang
diterapkan guru monoton dan
menyebabkan siswa merasa
bosan.
 Rendahnya peran guru dan
orang tua dalam mendampingi
proses belajar siswa.
 Guru tidak memahami
kebutuhan belajar siswanya.
 Beban tugas terlalu banyak dan
berat.
Solusinya :
Guru harus mengetahui kebutuhan
belajar siswa.
3 Peserta didik kurang 1. Kajian Literature Setelah dilakukan analisis
terbuka dengan guru Devito (2011) menjelaskan lebih lanjut penyebab
dan orang tua. faktor yang mendukung kepada masalah dari peserta didik
kemampuan komunikasi adalah kurang terbuka dengan
sebagai berikut. guru dan orang tua adalah:
a. Pengungkapan diri lebih 1. Kurangnya komunikasi
banyak terjadi dalam antara guru, peserta
kelompok kecil daripada didik dan orang tua.
kelompok besar. Kelompok 2. Ketidaksukaan peserta
yang terdiri dari dua orang didik kepada guru
merupakan lingkungan yang 3. Kurangnya guru dalam
paling cocok untuk memahami karakter
mengungkapkan diri dan peserta didik
disitulah orang dapat
meresapi tanggapan dengan
cermat.
b. Perasaan menyukai akan
mempengaruhi pembukaan
diri seseorang terhadap
penentuan pilihan yang disukai
atau pun dicintai.
Listia, Y., Darmawani, E., & Putri, R. D.
(2022). Membangun Komunikasi Personal
Melalui Bimbingan Kelompok Teknik
Diskusi Terhadap Peserta Didik Yang
Cenderung Introvert. Science and
Education Journal (SICEDU), 1(2), 72-
80.
(Link terlampir)

2. Wawancara dengan Kepala


Sekolah
Peserta didik kurang terbuka
dengan guru dan orang tua,
 Kurangnya komunikasi yang
baik antara guru, peserta didik
dan orang tua,
 guru tidak memahami karakter
peserta didik.
Solusinya :
 Jalin komunikasi yang baik
antara guru, peserta didik dan
orang tua.
 Memahami karakter peserta
didik.

3. Wawancara dengan Waka


Kurikulum
Siswa kurang terbuka kepada guru
maupun orang tua. Siswa lebih
percaya dengan teman yang seusia,
sehingga ketika ada masalah,
seringkali salah dalam mengambil
keputusan.

4. Wawancara dengan Guru


Tidak terbukanya peserta didik
pada guru dan orang tua perlu
dicari sebabnya pula. Kita perlu
tahu peserta didik tersebut introvert
atau ekstrovert. Sebab anak
introvert itu sangat sulit
mengungkapkan isi hatinya jadi ia
harus cerita pada orang yang
benar-benar ia percaya dan cukup
sulit menyelami hati anak introvert.
Sedang anak ekstrovert itu bisa kita
gali lebih mudah namun yang perlu
dipahami guru jangan menyakiti
hati siswa lewat perkataan maupun
apapun yg lebih parah.

5. Wawancara dengan Pakar (Guru


Penggerak) SMKN 11 Semarang
Hal itu terjadi karena :
 Guru/orang tua jarang
berkomunikasi dan berinteraksi
dengan siswa.
 Siswa tidak diberi kesempatan
untuk berpendapat.
 Guru/orang tua tidak
memahami karakter siswa.
 Guru/orang tua tidak
mempunyai strategi
komunikasi yang baik dengan
siswa.
Solusinya :
Guru dan orang tua harus lebih
menjalin kedekatan dengan peserta
didik/anak dalam hal komunikasi.

4 Guru kurang 1. Kajian Literature Setelah dilakukan analisis


mengembangkan Dalam bidang pendidikan, lebih lanjut penyebab
teknologi/inovasi teknologi juga sudah tidak asing masalah dari Guru kurang
dalam pembelajaran. digunakan. Dunia pendidikan mengembangkan
dituntut untuk dapat menyesuaikan teknologi/inovasi dalam
perkembangan teknologi dan pembelajaran
penggunaannya dalam proses adalah:
pembelajaran sebagai usaha dalam 1. Keterbatasan teknologi
meningkatkan kualitas pendidikan yang dikuasai guru.
(Budiman, 2017). Pemanfaatan 2. Guru kurang kreatif
kecanggihan teknologi dalam dalam mengajar.
proses belajar mengajar dapat
membantu guru maupun siswa
untuk mempelajari materi dengan
lebih mendalam, sehingga
pembelajaran akan terasa lebih
menarik dan tidak monoton.
Rizaldi, Dwi Bunga, and Dewi Yana.
"Persepsi Guru Bahasa Inggris terhadap
Teknologi Informasi dan Literasi
Digital." Jurnal Pendidikan Tambusai 6.1
(2022): 1302-1307.
(Link terlampir)

2. Wawancara dengan Kepala


Sekolah
Kurangnya motivasi guru dalam
mengajar.
Solusinya :
 Memotivasi guru dalam
mengajar, sehingga guru kreatif
mengembangkan pembelajaran
yang berbasis teknologi
 Mengajar yang menyenangkan,
sehingga siswa merasa senang
dan nyaman
 Mengubah paradikma lama
bahwa guru merasa paling
pintar/benar.
3. Wawancara dengan Waka
Kurikulum
Bukan masalah guru kurang
mengembangkan inovasi dalam
pembelajaran, sering kali topik dari
pusat terkadang terlalu sulit untuk
dicarikan contoh nyata disekitar
sekolah.
4. Wawancara dengan Guru
Sebagai guru tentunya harus jadi
pembelajaran dan harus update
dengan perkembangan yang ada.
Secara individu sebaiknya guru itu
memang mau benar2 sungguh
belajar tentang hal-hal yang baru
agar tidak tertinggal. Misal saatnya
tentang teknologi AI yg mungkin
bisa digunakan dalam
pembelajaran. Membuat video ajar
yang memikat lewat AI
Technologi. Menggunakan apk
canva, cupcut dsb untuk proses
pembelajaran di luar PPT itu dirasa
juga perlu. Jikalau tidak bisa
otodidak belajar.

5. Wawancara dengan Pakar (Guru


Penggerak) SMKN 11 Semarang
Penyebab :
 Guru dibebani dengan banyak
tugas tambahan sehingga tidak
memiliki waktu untuk
berinovasi dan mengembangkan
diri
 Guru berada pada zona nyaman
sehingga teknologi/inovasi
dianggap merepotkan
 Guru jarang atau tidak pernah
mengikuti kegiatan
pengembangan diri (workshop,
diklat dll) sehingga tidak
mengetahui perkembangan
teknologi terkini.
Solusinya :
Guru harus mengikuti workshop
ataupun diklat untuk
pengembangan kegiatan
pembelajaran.
5. Peserta didik 1. Kajian Literature Setelah dilakukan analisis
mendapat nilai The higher order thinking skill lebih lanjut penyebab
rendah pada soal digambarkan sebagai keterampilan masalah dari peserta didik
HOTS berpikir secara lebih terinci dan mendapat nilai rendah
dapat menggunakannya pada pada soal HOTS
konteks kehidupan untuk adalah:
memecahkan masalah (Ansari, 1. Literasi yang rendah
2020). Keterampilan berpikir 2. Kurangnya berlatih
tingkat tinggi berada pada soal HOTS
tingkatan kognitif setelah 3. Model pembelajaran
menerapkan (analisis, evaluasi, yang diterapkan tidak
dan kreasi).
Latifah, N. (2023). Optimalisasi Flipped kontekstual.
Classroom untuk Meningkatkan Keaktifan
dan Kemampuan Menyelesaikan Soal-
Soal HOTS Procedure Text. Ideguru:
Jurnal Karya Ilmiah Guru, 8(3), 593-601.
(Link terlampir)

2. Wawancara dengan Kepala


Sekolah
Peserta didik mendapat nilai
rendah pada soal HOTS
 karena tidak memahami materi.
 literasi yang rendah
 tidak terbiasa menjawab soal
yang Hots.
Solusinya : guru mengajar dengan
pembelajaran berdiferensiasi dan
pembiasaan soal Hots.

3. Wawancara dengan Waka


Kurikulum
Rendahnya literasi dan Numerasi
serta rendahnya motivasi belajar
peserta didik, seringkali mendapat
nilai yang rendah untuk
menyelesaikan soal soal tipe
HOTS

4. Wawancara dengan Guru


Jika peserta didik memiliki nilai
rendah dalam soal HOTS maka
yang perlu dilakukan guru adalah
dengan penerapan sistem belajar
yang memikat dan selalu diingat.
Penyakit bawaan siswa pada
umumnya malas membaca.
Padahal soal hots membutuhkan
pemikiran yang kritis, logis,
reflektif, metakognitif dan kreatif.
Itu semua didapat dari membaca
dan empiris dlm proses
pembelajaran. Guru disini harus
benar2 jadi pelopor siswa untuk
mencintai buku. Caranya:
a. Buku di perpustakaan harus
lengkap
b. Ada ajang pemilihan pangeran
perpus dan puteri perpus
c. Yang paling sering ke perpus
dapat reward
d. Ada lomba telaah buku dari
perpustakaan sekolah.

5. Wawancara dengan Pakar (Guru


Penggerak) SMKN 11 Semarang
Nilai rendah pada soal hots terjadi
karena :
 Pembelajaran yang diterapkan
guru monoton dan kurang
melibatkan siswa sehingga
siswa tidak terbiasa mencari
solusi terhadap suatu
permasalahan.
 Tidak pernah menerapkan
model pembelajaran berbasis
projek yg bisa meningkatkn
kemampuan berpikir kritis pada
siswa.
 Model pembelajaran yang
diterapkan tidak kontekstual.
 Rendahnya kemampuan literasi
siswa dalam memahami soal
HOTS.
Solusinya :
Guru menerapkan pembelajaran
berbasis projek.
Lampiran Link :

1. Octavia, S. A. (2020). Model-model pembelajaran. Deepublish


https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=ptjuDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=Octavia,+S.+A.+(2020).+Model-
model+pembelajaran.
+Deepublish.&ots=zlCEGrJOCg&sig=28z9PwuIG2CeO5m0OnYMTiYmjK0
2. Daheri, Mirzon, et al. "Motivasi Belajar Peserta Didik di Era New Normal." Journal on
Education 5.3 (2023): 9640-9649.
https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/1777
3. Listia, Y., Darmawani, E., & Putri, R. D. (2022). Membangun Komunikasi Personal Melalui
Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Peserta Didik Yang Cenderung
Introvert. Science and Education Journal (SICEDU), 1(2), 72-80.
https://sicedu.org/index.php/sicedu/article/view/18
4. Rizaldi, Dwi Bunga, and Dewi Yana. "Persepsi Guru Bahasa Inggris terhadap Teknologi
Informasi dan Literasi Digital." Jurnal Pendidikan Tambusai 6.1 (2022): 1302-1307.
https://mail.jptam.org/index.php/jptam/article/view/3108
5. Latifah, N. (2023). Optimalisasi Flipped Classroom untuk Meningkatkan Keaktifan dan
Kemampuan Menyelesaikan Soal-Soal HOTS Procedure Text. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah
Guru, 8(3), 593-601.
https://jurnal-dikpora.jogjaprov.go.id/index.php/jurnalideguru/article/view/602

Anda mungkin juga menyukai