Anda di halaman 1dari 32

perpustakaan.uns.ac.

id 25
digilib.uns.ac.id

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian


1. Keadaan Alam
Kota Surakarta merupakan salah satu kota/ kabupaten di Jawa
Tengah dengan luas wilayah sebesar 44, 06 Km2. Wilayah Kota Surakarta
merupakan dataran rendah dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
Kota Surakarta secara geografis terletak pada 1100 45’ 15” dan
1100 45’ 35“ BT dan antara 70 36’ dan 70 56’ LS, dengan ketinggian
antara 92 meter diatas permukaan laut (m dpal). Kota Surakarta secara
administrasi terbagi menjadi 5 Kecamatan, yaitu Laweyan, Serengan,
Pasar Kliwon, Jebres, dan Banjarsari.
Kecamatan Banjarsari sebagai daerah penelitian merupakan salah
satu kecamatan yang terletak di Kota Surakarta. Kecamatan Banjarsari
terletak di sebelah Utara Kota Surakarta dengan ketinggian ± 80 s/d 100 m
dpal. Kecamatan Banjarsari terdiri dari 13 kelurahan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
Sebelah Timur : Kecamatan Jebres dan Kecamatan Pasar Kliwon.
Sebelah Selatan : Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Serengan.
Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar.
2. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di Kota Surakarta meliputi komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan, dan keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian adalah
sebagai berikut :
commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

a. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


Pengelompokan keadaan penduduk menurut umur penting
dilakukan untuk mengetahui jumlah penduduk umur produktif dan
jumlah penduduk umur non produktif pada suatu wilayah tertentu.
Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta,
Mantra (2009) mengelompokan umur produktif berkisar antara 15-64
tahun dan penduduk umur non produktif antara 0–14 tahun dan ≥65
tahun. Sedangkan pengelompokan keadaan penduduk berdasarkan jenis
kelamin juga perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara
jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada suatu
wilayah. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 2 merupakan data jumlah
penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Surakarta pada
tahun 2011.
Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di
Kota Surakarta Tahun 2011
Kelompok Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
Umur Laki-laki Perempuan
(Jiwa) (%)
(Tahun) (Jiwa) (Jiwa)
0 – 14 56.086 53.407 109.493 21,83
15 – 64 176.608 186.129 362.737 72,31
≥ 65 12.589 16.831 29.420 5,86
Jumlah 245.283 256.367 501.650 100,00
Sumber : Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan data pada Tabel 2, Kota Surakarta mempunyai
jumlah penduduk sebesar 501.650 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-
laki sebesar 245.283 jiwa (48,90 %) dan penduduk perempuan sebesar
256.367 jiwa (51,10 %). Rasio jenis kelamin (sex ratio) dapat diukur
dengan membandingkan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki
dengan perempuan. Berikut ini merupakan perhitungan sex ratio di
Kota Surakarta.
Jumlah Penduduk Laki - laki
Perhitungan Sex Ratio = X 100
Jumlah Penduduk Perempuan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

245.283
= X 100
256.367
= 96
Berdasarkan perhitungan Sex Ratio dapat diketahui bahwa nilai
Sex Ratio di Kota Surakarta sebesar 96. Ini berarti bahwa di Kota
Surakarta setiap 100 penduduk perempuan sebanding dengan 96
penduduk laki-laki. Jumlah perempuan lebih besar dari jumlah
penduduk laki-laki sehingga sex rationya menjadi lebih kecil. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa di Kota Surakarta masih kekurangan
tenaga kerja laki-laki untuk melaksanakan pembangunan sehingga
menjadikan posisi laki–laki menjadi sangat penting dalam pekerjaan
yang membutuhkan tenaga yang besar.
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) merupakan suatu
bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan
usia produktif pada suatu wilayah. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa di Kota Surakarta jumlah golongan umur terbanyak yaitu
penduduk yang berada pada umur 15 – 64 tahun atau golongan usia
produktif dengan jumlah penduduk sebesar 362.737 jiwa (72,31%).
Golongan usia non produktif untuk umur 0 – 14 tahun berjumlah
109.493 jiwa (21,83%) dan untuk umur ≥65 tahun berjumlah 29.420
jiwa (5,86%) dari jumlah penduduk keseluruhan di Kota Surakarta.
Berdasarkan data tersebut maka nilai dari Rasio Beban Tanggungan
(Dependency Ratio) adalah sebagai berikut.
jumlah penduduk usia non produktif
DR = X 100
jumlah penduduk usia produktif

(109.493 + 29.420)
= X 100
362.737
= 38
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) di Kota Surakarta
pada Tahun 2011 sebesar 38 berarti setiap 100 orang kelompok
penduduk berumur produktif harus menanggung 38 kelompok
penduduk berumur non produktif. Semakin besar nilai Rasio Beban
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Tanggungan maka akan menjadi faktor penghambat pembangunan


ekonomi suatu daerah karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh
golongan penduduk usia produktif harus dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan kelompok umur non produktif (Mantra, 2009).
Pada Tahun 2011, Kecamatan Banjarsari mempunyai jumlah
penduduk sebanyak 177.949 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki
sebanyak 88.287 jiwa (49,61%) dan penduduk perempuan sebanyak
89.662 jiwa (50,39%). Jumlah penduduk menurut umur dan jenis
kelamin di Kecamatan Banjarsari pada tahun 2011 dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Kecamatan Banjarsari Tahun 2011
Kelompok Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
Umur Laki-laki Perempuan
(Jiwa) (%)
(Tahun) (Jiwa) (Jiwa)
0 – 14 26.170 25.795 51.965 29,20
15 – 64 57.061 58.171 115.232 64,76
65 ≥ 5.056 5.696 10.752 6,04
Jumlah 88.287 89.662 177.949 100,00
Sumber : Kecamatan Banjarsari dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui nilai Sex Ratio
penduduk di Kecamatan Banjarsari pada Tahun 2011 adalah sebesar 98.
Ini berarti jika di Kecamatan Banjarsari terdapat 100 orang penduduk
berjenis kelamin perempuan maka terdapat 98 penduduk berjenis
kelamin laki-laki. Jumlah penduduk perempuan lebih tinggi daripada
jumlah penduduk laki-laki, padahal pada bisnis UMKM mebel lebih
banyak membutuhkan tenaga kerja laki-laki sehingga apabila UMKM
mebel kekurangan tenaga kerja laki-laki maka harus ditambahkan
tenaga kerja laki-laki dari daerah lain, seperti dari Kecamatan Plupuh,
Kabupaten Sragen. Apabila hanya digantikan dengan tenaga kerja
perempuan maka hasil produksi mebel menjadi kurang maksimal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar


penduduk di Kecamatan Banjarsari termasuk dalam golongan umur
produktif atau berumur 15-64 tahun dengan jumlah 115.232 jiwa
(64,76%) dari jumlah penduduk keseluruhan yang ada di Kecamatan
Banjarsari. Jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu golongan umur
≥65 tahun yaitu 10.752 jiwa (6,04%). Nilai Rasio Beban Tanggungan
(Dependency Ratio) di Kecamatan Banjarsari pada Tahun 2011 sebesar
54 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia produktif harus
menanggung 54 jiwa penduduk usia non produktif.
Banyaknya jumlah penduduk usia produktif menunjukkan
bahwa adanya sumber daya manusia yang cukup besar untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja di sektor perekonomian suatu daerah,
khususnya dalam kegiatan bisnis mebel. Apabila kebutuhan tenaga
kerja dapat terpenuhi maka bisnis mebel dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu, banyaknya penduduk usia produktif juga dimungkinkan
adanya keinginan para tenaga kerja untuk meningkatkan ketrampilan
dan kemampuannya dalam menyerap teknologi baru seperti
penggunaan teknologi sosial media untuk menunjang usaha bisnis
mebel tersebut.
b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah
jumlah penduduk suatu wilayah yang dikelompokan menurut tingkat
pendidikan yang telah ditempuh atau sedang ditempuh. Keadaan
penduduk di Kota Surakarta dan Kecamatan Banjarsari menurut jenjang
pendidikan yang ditempuh dapat diketahui dari Tabel 4 berikut ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Tabel 4 Keadaan Penduduk Usia Lima Tahun Ke Atas Berdasarkan


Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta dan Kecamatan
Banjarsari Tahun 2011
Tingkat Kota Surakarta Kecamatan Banjarsari
Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (Jiwa)
Tamat Akademi/ PT 49.798 15.988
Tamat SLTA 129.914 40.550
Tamat SLTP 109.036 33.164
Tamat SD 100.378 32.074
Tidak/Belum 94.197 27.948
Tamat SD
Tidak Sekolah 44.165 10.530
Jumlah 527.488 160.254
Sumber : Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2011
Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan pola pikir manusia
dalam mengambil keputusan untuk menyerap informasi maupun
teknologi baru. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan di Kota Surakarta maupun di Kecamatan Banjarsari pada
Tahun 2011 sudah cukup tinggi. Sebagian besar penduduknya berhasil
menamatkan pendidikan hingga tingkat SLTA. Adanya sarana dan
prasarana pendidikan yang lengkap di Kota Surakarta menjadi salah
satu alasan tingginya kesadaran penduduk untuk menamatkan
pendidikan hingga bangku SLTA. Hal ini juga menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk di Kota Surakarta maupun di Kecamatan
Banjarsari memiliki kualitas sumberdaya manusia yang baik untuk
memutuskan penyerapan inovasi.
3. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian di Kota Surakarta dapat didekati melalui
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan total
produksi kotor dari suatu wilayah yakni total nilai dari semua barang dan
jasa yang diproduksikan oleh masyarakat di wilayah tersebut. Melalui
PDRB, tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur. Nilai
PDRB Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Tabel 5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun
2011
Nilai PDRB Persentase
Lapangan Usaha
(Juta Rupiah) (%)
Pertanian 2.911,03 0,05
Penggalian 1.809,03 0,03
Industri Pengolahan 1.312.945,81 24,26
Listrik, Gas dan Air Bersih 128.648,33 2,38
Bangunan 717.165,29 13,25
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.466.845,97 27,10
Pengangkutan dan Komunikasi 549.760,87 10,16
Keuangan, Persewaan dan Jasa
567.860,96 10,49
Perusahaan
Jasa-jasa 663.965,04 12,27
Jumlah 5.411.912,33 100,00
Sumber: Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota
Surakarta Tahun 2011, dapat diketahui bahwa sektor perdagangan, hotel
dan restoran menyumbang PDRB sebesar 27,10% dari seluruh nilai PDRB
di Kota Surakarta kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan
sebesar 24,26%. Sedangkan sektor pertanian hanya menyumbang 0,05%
dari seluruh nilai PDRB dan sektor penggalian menjadi sektor dengan
sumbangan nilai PDRB terkecil yaitu 0,03% dari seluruh nilai PDRB. Hal
ini menujukkan bahwa sebagian besar perekonomian di Kota Surakarta
tergantung pada sektor jasa, sekunder, dan tersier. Industri pengolahan
kayu salah satunya berbentuk mebel cukup memberikan kontribusi bagi
pendapatan daerah dengan nilai ekspor sebesar 1.906.022,05 US$
(Disperindag Kota Surakarta, 2012).
4. Keadaan Perindustrian
Sektor industri menjadi salah satu sektor yang mampu memberikan
kontribusi bagi pendapatan suatu wilayah. Sektor ini mampu menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya. Kota Surakarta kini
menjadi jujukan para investor yang ingin menanamkan investasinya dalam
bentuk pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam menjadi produk
jadi. Lokasinya yang strategis
commityaitu berada diantara daerah-daerah yang
to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

mampu menghasilkan sumber daya alam (bahan mentah), maka


memudahkan para pelaku bisnis di Kota Surakarta untuk mendapatkan
supply bahan baku. Banyaknya perusahaan industri besar, menengah, dan
kecil serta tenaga kerja yang dapat terserap oleh sektor industri di Kota
Surakarta pada tahun 2010-2011 dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor
Industri di Kota Surakarta Tahun 2010-2011
Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja
Jenis Industri Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2010 2011
Industri Besar 55 59 8,893 9.216
Industri Menengah 106 126 7,957 8.697
Industri Kecil 5.946 6.189 39.688 41.354
Jumlah 6.107 6.374 56.538 59.267
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta
Berdasarkan Tabel 6, jenis industri yang paling banyak
dikembangkan di Kota Surakara dari tahun 2010-2011 adalah industri
kecil. Dalam pengembangan usaha, industri kecil tidak membutuhkan
modal yang besar sehingga banyak masyarakat yang mengusahakannya.
Industri kecil pada tahun 2011 telah mampu menyerap tenaga kerja sebesar
41.354 orang. Dengan semakin banyaknya industri kecil yang berdiri di
Kota Surakarta maka diharapkan mampu mengurangi jumlah
pengangguran. Selain itu dengan bantuan pemerintah maupun swasta
diharapkan sektor ini menjadi tumbuh besar sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan Kota Surakarta.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan gambaran umum mengenai
keadaan responden. Responden pada penelitian ini adalah pengusaha
UMKM mebel yang menggunakan dan tidak menggunakan teknologi sosial
media di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Karakteristik reponden
dalam penelitian ini meliputi umur, lama pendidikan, jumlah anggota
keluarga, jumlah anggotacommit
keluarga yang aktif dalam usaha mebel.
to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Karakteristik responden UMKM mebel yang menggunakan maupun tidak


menggunakan teknologi sosial media dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Karakteristik Responden UMKM Mebel Penguna Teknologi Sosial
Media dan Non Penguna Teknologi Sosial Media di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2013
Keterangan
Non
Pengguna
No Uraian Pengguna
Teknologi
Teknologi
Sosial Media
Sosial Media
1 Jumlah Responden (Orang) 12 49
2 Rata-rata Umur Responden (Tahun) 37 45
3 Rata-rata Lama Pendidikan 12 12
Responden (Tahun)
4 Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga 3 3
Responden (Orang)
5 Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga 1 1
yang Aktif dalam Usaha Mebel
(Orang)
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa seluruh responden yang
berjumlah 61 orang, mayoritas tidak menggunakan teknologi sosial media
untuk kegiatan bisnis yaitu sebesar 49 orang. Sedangkan responden yang
sudah menggunakan teknologi sosial media untuk bisnis lebih sedikit yaitu
12 orang. Banyaknya responden yang tidak menggunakan teknologi sosial
media dikarenakan berbagai hal diantaranya kurangnya informasi mengenai
cara penggunaan teknologi sosial media.
Rata-rata responden yang menggunakan teknologi sosial media
berumur 37 tahun, sedangkan rata-rata responden yang tidak menggunakan
teknologi sosial media berumur lebih tua yaitu 45 tahun. Keduanya
termasuk dalam golongan usia produktif, dimana pada kondisi ini responden
memiliki tenaga dan semangat kerja yang cenderung lebih tinggi untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada umur produktif, responden
sangat dimungkinkan untuk dapat meningkatkan ketrampilannya dalam
menyerap dan mengadopsi teknologi baru. Meskipun demikian, faktor
minat/ kemauan seseorangcommit to user
untuk menggunakan teknologi baru juga tidak
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

bisa dikesampingkan. Tingginya jumlah responden yang tidak


menggunakan teknologi sosial media justru dikarenakan masih rendahnya
minat responden terhadap tekonogi baru ini.
Rata-rata lama pendidikan responden adalah 12 tahun atau setingkat
SMA/SMK. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, rata-rata tingkat pendidikan responden tergolong
menengah. Meskipun pendidikan responden tergolong menengah namun
masih banyak responden yang tidak menggunakan teknologi sosial media
dalam kegiatan bisnisnya. Hal ini dikarenakan pada pendidikan formal tidak
diajarkan mengenai suatu inovasi khusus yang terkait dengan bisnis seperti
penggunaan teknologi sosial media.
Jumlah anggota keluarga merupakan keseluruhan anggota keluarga
inti dan juga saudara yang tinggal dalam satu rumah tangga dan masih
ditanggung oleh kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga akan
berpengaruh pada perekonomian keluarga dimana semakin banyak jumlah
anggota keluarga maka akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga.
Rata-rata jumlah anggota keluarga pada UMKM mebel adalah 3 orang dan
rata-rata jumlah anggota keluarga yang ikut aktif terlibat dalam kegiatan
produksi sebanyak 1 orang. Anggota keluarga yang aktif dalam usaha mebel
adalah suami atau istri. Hal ini disebabkan karena sebagian besar tenaga
kerja dalam usaha mebel diambil dari tenaga kerja luar yang berasal dari
daerah Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen dan anggota keluarga yang
tidak terlibat dalam usaha mebel dikarenakan masih bersekolah atau bekerja
di bidang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

2. Karakteristik Usaha Responden


Karakteristik usaha responden merupakan gambaran usaha yang
dilakukan para responden. Karakteristik usaha pada penelitian ini meliputi
lamanya mengusahakan, skala usaha, aset usaha, dan omset usaha.
Tabel 8 Karakteristik Usaha Responden Berdasarkan Pengguna Teknologi
Sosial Media dan Non Pengguna Teknologi Sosial Media di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2013
Jumlah
Non
Pengguna
No Uraian Pengguna
Teknologi
Teknologi
Sosial Media
Sosial Media
1 Lamanya Mengusahakan
a. 0-1 tahun 0 1
b. 1-5 tahun 2 7
c. 5-10 tahun 2 3
d. > 10 tahun 8 38
2 Skala Usaha
a. Rumah Tangga (1-4 orang) 0 25
b. Usaha Kecil (5-19 orang) 10 22
c. Usaha Menengah (20-99 orang) 2 2
3 Asset Usaha
a. < 50 juta 3 27
b. 50-500 juta 9 22
c. 500 juta-10 milyar 0 0
4 Omset Tahunan
a. < 300 juta 4 34
b. 300 juta-2,5 milyar 7 15
c. >2,5 milyar-50 milyar 1 0
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian, lamanya responden mengusahakan
mebel bervariasi, mulai dari lama usaha 1 tahun hingga lebih dari 10 tahun.
Mayoritas responden yang menggunakan maupun tidak menggunakan
teknologi sosial media telah menjalankan usaha mebel selama >10 tahun.
Kebanyakan usaha mebel ini berasal dari usaha turun-temurun. Semakin
lama mengusahakan mebel maka pengalaman yang dimiliki responden akan
semakin banyak dan bervariasi. Selain itu, pengalaman responden dalam
mengusahakan mebel juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
commit to user
terkait dengan inovasi yang sedang berkembang di masyarakat. Responden
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

dengan pengalaman mengusahakan mebel yang sudah lama cenderung lebih


mempercayai pengalamannya daripada percaya dengan inovasi yang belum
tentu dapat meningkatkan pendapatan usaha mebelnya.
Suatu inovasi terkadang membutuhkan modal yang cukup besar
sehingga skala usaha akan dapat mempengaruhi keputusan responden untuk
menerima atau menolak inovasi. Semakin besar skala usaha maka
keputusan responden untuk menerapkan dan mengadopsi teknologi sosial
media akan semakin besar pula. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa
mayoritas responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media
termasuk dalam skala usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang,
memiliki aset usaha 50-500 juta/tahun dan omset usaha 300 juta-2,5
milyar/tahun. Sedangkan responden yang tidak menggunakan teknologi
sosial media mayoritas masih berada pada skala rumah tangga dengan
jumlah tenaga kerja sebesar 0-4 orang, memiliki aset usaha <50 juta/tahun
dan omset usaha <300 juta/tahun.
3. Pemetaan terhadap Pemanfaatan Teknologi Sosial Media oleh Pengusaha
UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
Pemetaan terhadap teknologi sosial media merupakan proses atau cara
untuk mengetahui gambaran adopsi teknologi sosial media oleh pengusaha
UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Gambaran yang
ingin diidentifikasi berupa peta sebaran UMKM mebel yang menggunakan
dan tidak menggunakan teknologi sosial media dalam kegiatan bisnisnya,
jenis sosial media, dan latar belakang penggunaan teknologi sosial media.
Berikut ini merupakan data sebaran populasi UMKM mebel di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta (Gambar 2) dan gambaran data jumlah responden
yang menggunakan dan tidak menggunakan teknologi sosial media dalam
usaha mebel (Gambar 3).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Gambar 2. Persentase Sebaran Sentra UMKM Mebel di Kecamatan


Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2013
Sebaran UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
paling banyak berada di Kelurahan Gilingan yaitu sebesar 53% (Gambar 2).
Kelurahan Gilingan, terutama di Kampung Bibis dan sepanjang Jalan
Ahmad Yani sudah cukup terkenal di kalangan para pemasok bahan baku
maupun konsumen partai besar mebel di Soloraya. Kelurahan Gilingan
menjadi tujuan utama konsumen untuk membeli mebel karena harga yang
ditawarkan relatif lebih murah dan mebel yang dijual cukup berkualitas
dengan beragam bentuk serta desain mebel.

Gambar 3. Persentase Responden Pengguna dan Non Pengguna Teknologi


Sosial Media oleh Pengusaha UMKM mebel di Kecamatan
Banjarsari Kota commit to Tahun
Surakarta user 2013
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden


tidak menggunakan teknologi sosial media yaitu sebesar 49 orang
sedangkan responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media
sebesar 12 orang. Banyaknya responden yang tidak menggunakan teknologi
sosial media dalam usaha mebel dikarenakan berbagai alasan, diantaranya
responden tidak tahu cara menggunakan teknologi sosial media, pangsa
pasar masih skala lokal, biaya menggunakan teknologi sosial media tinggi,
dan model mebel lokal. Selain itu, responden merasa bahwa dengan
memasarkan mebel secara konvensional, permintaan mebel sudah cukup
banyak, sehingga jika diterapkan sistem pemasaran secara online, responden
merasa takut jika tidak bisa memenuhi permintaan konsumen. Hal tersebut
turut didukung oleh banyaknya konsumen yang lebih memilih datang
langsung untuk bertransaksi ke kios daripada harus melalui teknologi sosial
media. Berbeda dengan responden yang tidak menggunakan sosial media
dalam kegiatan bisnis mebel, responden yang sudah menggunakan teknologi
sosial media mengaku dengan teknologi sosial media maka dapat membantu
memperluas pangsa pasar, memudahkan transaksi, dan dapat menekan biaya
promosi mebel. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi yang kuat antara pelaku
UMKM mebel dan pemerintah serta stakeholder lainnya dalam hal
sosialisasi maupun pelatihan dan pembinaan terhadap para pengusaha
UMKM mebel agar bersedia mengadopsi dan mengimplementasikan
teknologi sosial media. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai latar
belakang responden dalam menggunakan teknologi sosial media dapat
dilihat pada Tabel 9.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Tabel 9 Identifikasi Latar Belakang Penggunaan Teknologi Sosial Media


berdasarkan Jenis Teknologi Sosial Media oleh Pengusaha
UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun
2013
Jumlah
Uraian
(Orang)
Jenis Teknologi Sosial Media
a. Instant Messaging (Yahoo Messanger, Google Talk, dll) 0
b. Smartphone (Blackberry, Android, dll) 5
c. Email 0
d. Facebook 0
e. Twitter 0
f. Blog 0
g. Lainnya (tokobagus.com, instragram, kaskus) 1
h. Smartphone (Blackberry, Android, dll) dan Facebook 1
i. Instant Messaging (Yahoo Messanger, Google Talk, dll); 1
Smartphone (Blackberry, Android, dll); Email; Lainnya
j. Instant Messaging (Yahoo Messanger, Google Talk, dll); 1
Smartphone (Blackberry, Android, dll); Email; Facebook;
Twitter
k. Smartphone (Blackberry, Android, dll) dan Lainnya 2
l. Facebook dan Lainnya (tokobagus.com, instragram, 1
kaskus)
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 9, responden yang sudah menggunakan teknologi
sosial media dalam kegiatan bisnis lebih banyak menggunakan Smartphone
melalui aplikasi Blackberry Messenger (BBM). Penggunaan BBM dapat
memberikan kemudahan bagi responden yang sudah menggunakannya.
BBM dipilih karena murah, lebih mudah penggunaannya, dan memiliki
banyak fitur seperti chat, video, send picture, dll. Responden biasanya
melakukan komunikasi dengan konsumen melalui fasilitas chatting
sedangkan fasilitas send picture juga digunakan apabila ada konsumen yang
menginginkan gambar produk mebel.
Saat ini pesatnya perkembangan teknologi yang terkandung di dalam
blackberry merupakan dampak dari semakin kompleksnya kebutuhan
manusia akan informasi itu sendiri. Sebagai media komunikasi, blackberry
messanger (BBM) merupakan aplikasi kegiatan komunikasi yang cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

besar pertumbuhannya dengan sistem jaringan yang memungkinkan setiap


orang dapat mengetahui dan mengirimkan informasi secara cepat.
Tabel 10 Identifikasi Latar Belakang Penggunaan Teknologi Sosial Media
berdasarkan Sumber Informasi Teknologi Sosial Media oleh
Pengusaha UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta Tahun 2013
Jumlah
Uraian
(Orang)
Sumber Informasi Teknologi Sosial Media
a. Teman 0
b. Keluarga 2
c. Media (media cetak, internet, TV, dll) 5
d. Teman dan Media (media cetak, internet, TV, dll) 4
e. Keluarga dan Media (media cetak, internet, TV, dll) 1
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2013
Sumber informasi merupakan sumber dari sebuah berita atau
informasi. Dikalangan pengusaha UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari
Kota Surakarta yang sudah menggunakan teknologi sosial media dalam
bisnisnya, untuk memenuhi kebutuhan informasi teknologi sosial media,
responden memperolehnya melalui teman, keluarga, maupun media.
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui jika mayoritas responden
memanfaatkan media (media cetak, internet, TV, dll) dalam menggali
informasi mengenai teknologi sosial media sedangkan lainnya memilih
teman dan keluarga. Sumber informasi media terutama media cetak maupun
internet banyak dipilih oleh responden karena lebih dipercaya kebenarannya
sedangkan sumber informasi yang berasal dari teman maupun keluarga
dipilih karena teman/ keluarga sudah berpengalaman menggunakan
teknologi sosial media tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Tabel 11 Identifikasi Latar Belakang Penggunaan Teknologi Sosial Media


berdasarkan Lama Menggunakan, Frekuensi Penggunaan, dan
Akses Teknologi Sosial Media oleh Pengusaha UMKM mebel
di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2013
Jumlah
No Uraian
(Orang)
1 Lama Menggunakan Teknologi Sosial Media
a. 0-1 Tahun 3
b. 1-5 Tahun 9
c. 5-10 Tahun 0
d. >10 Tahun 0
2 Frekuensi Penggunaan Teknologi Sosial Media
a. Setiap hari 9
b. Seminggu sekali 1
c. Sebulan sekali 1
d. Lainnya 1
3 Akses Teknologi Sosial Media
a. Milik sendiri 12
b. Lainnya 0
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2013
Lamanya responden menggunakan teknologi sosial media akan
menunjukkan sudah sejauh mana responden mengetahui manfaat dan
kendala dalam penggunaan teknologi sosial media tersebut. Berdasarkan
Tabel 11, responden sudah menggunakan teknologi sosial media selama 1-5
tahun. Rentang waktu tersebut dapat dikatakan jika penggunaan teknologi
sosial media untuk kepentingan bisnis baru saja dilakukan dengan mayoritas
pemakaian dilakukan setiap hari serta akses terhadap teknologi sosial media
seluruhnya milik sendiri karena responden merasa lebih efisien waktu dan
biaya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Tabel 12 Identifikasi Latar Belakang Penggunaan Teknologi Sosial Media


berdasarkan Macam Kegiatan Bisnis dan Orang yang
Mengoperasikan Teknologi Sosial Media oleh Pengusaha UMKM
mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2013
Jumlah
No Uraian
(Orang)
1 Macam Kegiatan Bisnis dengan Menggunakan
Teknologi Sosial Media
a. Pemesanan bahan baku 0
b. Transaksi jual beli produk 0
c. Promosi produk 3
d. Pelayanan/ Customer Service 0
e. Transaksi jual beli produk, promosi produk, dan 5
pelayanan/ customer service
f. Transaksi jual beli produk dan promosi produk 3
g. Pemesanan bahan baku, transaksi jual beli produk, 1
promosi produk, pelayanan/ customer service
2 Orang yang mengoperasikan Teknologi Sosial Media
a. Sendiri 7
b. Anggota keluarga 3
c. Karyawan 1
d. Sendiri dan Anggota keluarga 1
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2013
Jenis kegiatan bisnis yang sering menggunakan sosial media adalah
kegiatan transaksi jual beli produk, promosi produk, dan pelayanan/
customer service. Responden melakukan transaksi jual beli mebel melalui
layanan blackberry messanger (BBM), tokobagus.com, dan website milik
responden. Sedangkan promosi dilakukan dengan cara mengirimkan gambar
maupun mengunggah gambar mebel ke akun sosial media dan pelayanan/
customer service dilakukan responden untuk mengetahui keluhan maupun
saran bagi perkembangan kegiatan bisnis mebelnya. Kegiatan bisnis
menggunakan teknologi sosial media mayoritas dilakukan sendiri. Hal ini
mengingat jenis sosial media yang sering digunakan berasal dari aplikasi
smartphone.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

4. Tahapan Adopsi Teknologi Sosial Media oleh Pengusaha UMKM mebel di


Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
Tahapan adopsi merupakan tahapan proses identifikasi seseorang
untuk memutuskan menerima atau menolak suatu inovasi. Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai tahapan adopsi teknologi sosial media
oleh pengusaha UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Tahapan Adopsi Teknologi Sosial Media oleh Pengusaha UMKM
mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2013
No Jenis Layanan Rata-rata Interpretasi
1 Komunikasi dan Interaksi 1,85 Awareness
2 Akses Informasi dan Data 2,19 Awareness
3 Transaksi 1,85 Awareness
4 Remote Control & Decision Making
(Aplikasi Automatic untuk Kendali Jarak 1,13 Tidak Tahu
Jauh)
5 Aplikasi dan Layanan Lain 1,52 Tidak Tahu
Total Skor Rata-rata 1,71 Awareness
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 13, secara umum tahapan adopsi teknologi sosial
media oleh pengusaha UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta berada pada tahap awareness dengan total skor rata-rata 1,71. Hal
ini menunjukkan bahwa rata-rata pengusaha UMKM mebel sebenarnya
sudah menyadari adanya inovasi teknologi sosial media yang dapat
digunakan untuk bisnis mebel, namun responden masih kekurangan
informasi mengenai cara menggunakan dan jenis layanan teknologi sosial
media, serta tidak dimilikinya sarana dan prasarana penunjang inovasi
teknologi sosial media sehingga responden masih banyak yang belum
terbangun minatnya untuk menggunakan teknologi sosial media.
Apabila dikaji lebih mendalam lagi jenis layanan teknologi sosial
media yang paling banyak diakses oleh pengusaha UMKM mebel di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta adalah akses informasi dan data. Nilai
skor rata-rata sebesar 2,19 yang mengindikasikan bahwa tahapan adopsi
commit
teknologi sosial media untuk aksesto informasi
user dan data yaitu pada tahap
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Awareness. Artinya bahwa rata-rata pengusaha UMKM mebel sudah


menyadari jenis layanan teknologi sosial media ini namun masih mengalami
kekurangan informasi mengenai hal tersebut. Informasi dan data yang sering
diakses oleh pengusaha UMKM mebel yang sudah menggunakan teknologi
sosial media berupa model dan jenis mebel yang sedang menjadi trend di
masyarakat serta harga mebel di pasaran. Sedangkan menurut responden no.
8 (Bapak Sigit) yang menyatakan bahwa jenis layanan teknologi sosial
media yang masih kurang informasinya adalah cara mengakses prakiraan
mebel yang akan menjadi trend di masyarakat.
Jenis layanan komunikasi dan interaksi serta jenis layanan transaksi
memiliki total skor rata-rata 1,85. Artinya layanan komunikasi dan interaksi
serta jenis layanan transaksi berada pada tahapan awareness. Dimana
responden baru sekedar menyadari layanan tersebut namun masih
kekurangan informasi tentang cara memaksimalkan penggunaannya.
Responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media sering
memanfaatkan layanan komunikasi dan interaksi seperti untuk chatting
dengan konsumen mengenai penjelasan lebih rinci tentang mebel yang akan
dibeli konsumen, keluhan mengenai mebel yang tidak sesuai dengan
keiinginan konsumen sehingga dengan begitu responden dapat membina
hubungan relasi bisnis dengan baik. Sedangkan jenis layanan transaksi
digunakan untuk aktivitas jual beli mebel dan pemesanan mebel oleh
konsumen. Informasi yang masih dibutuhkan responden terkait jenis dan
layanan komunikasi dan interaksi serta transaksi adalah cara berkomunikasi
dan bertransaksi yang aman sehingga menghindarkan responden dari tindak
penipuan online.
Jenis layanan remote control & decision making (aplikasi automatic
untuk kendali jarak jauh) dan aplikasi layanan lain berada pada tahap
ketidaktauan. Artinya rata-rata responden masih belum mengetahui manfaat
dari kedua layanan tersebut. Remote control & decision making merupakan
aplikasi yang dapat digunakan responden untuk mengontrol seluruh
commit
usahanya yang berada di tempat to Oleh
lain. user karena itu aplikasi ini baru dapat
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

digunakan apabila responden sudah memiliki toko cabang di daerah lain.


Sedangkan aplikasi layanan lain yang belum banyak diketahui oleh
pengusaha UMKM mebel adalah e-banking yang digunakan untuk transaksi
perbankan, pembayaran listrik maupun telepon, dan transaksi lainnya
melalui internet.
5. Persepsi terhadap Manfaat dan Kendala Teknologi Sosial Media oleh
Pengusaha UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
Persepsi terhadap manfaat dan kendala teknologi sosial media
merupakan suatu penilaian atau kesan responden terhadap manfaat dan
kendala yang dihadapi pada suatu objek (teknologi sosial media). Berikut ini
merupakan data hasil analisis persepsi responden terhadap manfaat dari
teknologi sosial media.
Tabel 14 Persepsi Responden Berdasarkan Pengguna Teknologi Sosial
Media dan Non Pengguna Teknologi Sosial Media di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta terhadap Manfaat dari
Teknologi Sosial Media Tahun 2013
Non Pengguna
Pengguna Teknologi
Teknologi Sosial
Sosial Media
No Jenis Manfaat Media
Rata- Rata-
Interpretasi Interpretasi
rata rata
1 Media Komunikasi
dengan Konsumen 4,33 Sangat Tinggi 2,93 Cukup
dan Supplier
2 Mengurangi Biaya
4,67 Sangat Tinggi 4,38 Tinggi
Promosi (Iklan)
3 Memotong Rantai
3,33 Cukup 2,62 Rendah
Pemasaran
4 Perluasan Pangsa
4,42 Sangat Tinggi 4,29 Tinggi
Pasar
5 Mempermudah
4,08 Tinggi 4 Tinggi
Akses Informasi
6 Mengurangi Biaya
3,33 Cukup 2,43 Rendah
Transportasi
7 Just in Time
Inventory and 2,33 Rendah 1,74 Sangat Rendah
Production
Total Skor Rata-rata 3,79 Tinggi 3,20 Cukup
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

Secara keseluruhan responden yang sudah menggunakan teknologi


sosial media mempersepsikan manfaat dari teknologi sosial media adalah
tinggi dengan rata-rata skor 3,79. Responden menilai dengan menggunakan
teknologi sosial media dapat menjangkau konsumen dari daerah manapun
dengan efektif dan efisien waktu maupun biaya. Tingginya manfaat yang
dirasakan responden mengindikasikan bahwa teknologi sosial media
memang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan bisnis. Sedangkan
Responden yang tidak menggunakan teknologi sosial media secara
keseluruhan mempersepsikan jika teknologi sosial media cukup
memberikan manfaat, yaitu dengan rata-rata skor 3,20. Responden yang
tidak menggunakan teknologi sosial media ini sebenarnya tahu akan
manfaat dari teknologi sosial media namun kebanyakan masih belum
bersedia menggunakan sosial media karena kurangnya minat menggunakan
dan kurangnya sosialisasi maupun pelatihan dari instansi-instansi terkait
seperti dinas perindustrian dan perdagangan serta UMKM, lembaga
akademik, swasta, maupun instansi lainnya. Manfaat dari teknologi sosial
media diantaranya:
a. Teknologi sosial media sebagai media komunikasi dengan konsumen
maupun supplier.
Responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media
merasakan manfaat dari sosial media sebagai media komunikasi sangat
tinggi, yaitu dengan rata-rata skor 4,33. Sedangkan responden yang tidak
menggunakan teknologi sosial media menilai jika manfaat dari sosial
media sebagai media komunikasi sudah cukup tinggi, yaitu dengan rata-
rata skor 2,93. Melalui teknologi sosial media, komunikasi kini tidak
terbatas lagi oleh jauhnya jarak dan lamanya waktu. Sebelum
menggunakan teknologi sosial media, untuk berinteraksi dengan
konsumen maupun supplier, pengusaha UMKM mebel harus bertemu
(tatap muka) langsung. Namun kini pelayanan kepada konsumen dan
pemesanan bahan baku kepada supplier dapat dilakukan responden
selama 24 jam dengan commit
hanya toberinteraksi
user melalui handphone, layar
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

komputer maupun piranti komunikasi online lainnya. Interaksi yang


terjalin antara responden dan konsumen yang sudah menggunakan
teknologi sosial media yaitu berupa keluhan dan penjelasan lebih rinci
tentang produk mebel yang dijual. Responden dapat dengan mudah
memperoleh respon konsumen terhadap mebel yang dipasarkan, harga
yang ditawarkan, dan lain-lain.
Kemampuan untuk berkomunikasi secara online mampu membuat
perusahaan kecil beroperasi dalam jangkauan global. Selain itu,
kemampuan berkomunikasi ini dapat menciptakan permintaan baru.
Adanya interaksi langsung dengan konsumen juga dapat menciptakan
nilai pelanggan sehingga diperoleh kepuasan pelanggan (Hanson, 2000).
b. Teknologi sosial media dapat mengurangi biaya promosi (iklan).
Responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media
menilai sangat tinggi manfaat dari teknologi sosial media ini dengan skor
rata-rata 4,67. Sedangkan responden yang tidak menggunakan teknologi
sosial media menilai sudah cukup manfaatnya dengan rata-rata skor 4,38.
Promosi mebel melalui teknologi sosial media akan sangat membantu
para pengusaha UMKM mebel yang memiliki modal terbatas. Dengan
adanya teknologi sosial media, pemasaran mebel dapat tersebar secara
luas sehingga dapat meningkatkan penjualan UMKM. Keseluruhan
responden menilai bahwa melalui beberapa fitur aplikasi teknologi sosial
media, responden dapat dengan mudah dan gratis untuk
memanfaatkannya seperti melalui situs facebook, twitter, tokobagus,
instagram, kaskus, dll.
c. Teknologi sosial media dapat memotong rantai pemasaran.
Responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media
merasa sudah cukup banyak kemanfaatan tersebut dengan skor rata-rata
3,33. Responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media
berpendapat bahwa dengan menggunakan teknologi sosial media tidak
harus memiliki banyak tenaga kerja pemasaran ataupun distributor untuk
commit
membantu pemasaran. Oleh to user
karena itu, marjin pemasaran dapat ditekan
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

sehingga potensi keuntungan akan lebih besar karena pengusaha UMKM


mebel dapat berinteraksi langsung dengan konsumen. Perusahaan atau
pebisnis perorangan dapat lebih mendekatkan diri dengan konsumen
dimana jarak secara fisik dapat diatasi dengan hanya mengklik situs yang
dibangun (Sutedjo, 2001). Sedangkan responden yang tidak
menggunakan teknologi sosial media menilai kemanfaatan tersebut
dengan skor rata-rata 2,62 yang artinya masih rendah. Responden yang
tidak menggunakan teknologi sosial media berpendapat bahwa
konsumennya sudah menjadi langganan, sehingga tanpa menggunakan
teknologi sosial media, distribusi pemasaran sudah pendek.
d. Teknologi sosial media dapat memperluas pangsa pasar.
Skor rata-rata responden yang sudah menggunakan teknologi sosial
media adalah 4,42. Artinya manfaat yang sudah dirasakan responden
sangat tinggi. Sedangkan skor rata-rata responden yang tidak
menggunakan teknologi sosial media adalah 4,29 atau termasuk dalam
golongan tinggi. Dengan menggunakan teknologi sosial media,
jangkauan pemasaran menjadi semakin luas dan tidak terbatas oleh area
geografis. Responden no. 5 (Bapak Sapto) menyatakan bahwa sebelum
menggunakan teknologi sosial media, pemasarannya hanya mencakup
Kota Surakarta dan sekitarnya namun setelah menggunakan teknologi
sosial media, konsumennya hingga ke luar Pulau Jawa.
e. Teknologi sosial media dapat mempermudah akses informasi.
Berdasarkan Tabel 14, seluruh responden baik yang menggunakan
maupun tidak menggunakan teknologi sosial media menilai jika manfaat
dari teknologi sosial media yaitu dapat mempermudah akses informasi
adalah tinggi. Responden sadar jika melalui teknologi sosial media,
informasi dapat dicari sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber tanpa
melihat buku ataupun majalah tentang mebel. Informasi yang dibutuhkan
responden adalah harga mebel di pasaran, jenis mebel, dan model mebel
yang sedang berkembang di masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

f. Teknologi sosial media dapat mengurangi biaya transportasi.


Responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media
menilai jika manfaat tersebut dirasa cukup tinggi yaitu dengan skor rata-
rata 3,33. Melalui teknologi sosial media, responden dapat memesan
bahan baku tanpa harus bertemu atau mendatangi supplier. Sedangkan
responden yang tidak menggunakan teknologi sosial media menilai jika
kemanfaatan tersebut masih tergolong rendah yaitu dengan skor rata-rata
2,43. Hal ini terjadi karena responden belum menggunakan teknologi
sosial media sehingga belum merasakan kemanfaatannya.
g. Teknologi sosial media dapat membuat just in time inventory and
production
Just in time inventory and production merupakan produksi dan
sistem pengendalian persediaan dimana bahan baku yang dibeli dan unit
yang diproduksi pengusaha UMKM mebel hanya digunakan untuk
memenuhi mebel pesanan konsumen. Just in time inventory and
production dapat mengurangi tingkat kecacatan mebel sehingga kepuasan
pelanggan menjadi lebih besar. Berdasarkan hasil analisis data pada
Tabel 14, responden yang sudah menggunakan teknologi sosial media
menilai manfaat tersebut termasuk dalam golongan rendah. Hal ini terjadi
karena responden masih membuat banyak stok/ persediaan mebel untuk
memenuhi permintaan konsumen konvensionalnya. Sedangkan
responden yang tidak menggunakan teknologi sosial media menilai
kemanfaatan tersebut termasuk dalam golongan sangat rendah.
Responden yang tidak menggunakan teknologi sosial media lebih
memilih menyediakan stok/ persediaan mebel sebanyak-banyaknya,
responden berpikir jika sewaktu-waktu ada konsumen yang datang ke
toko maka konsumen dapat langsung memilih mebel yang diinginkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

Tabel 15 Persepsi Responden Berdasarkan Pengguna Teknologi Sosial


Media dan Non Pengguna Teknologi Sosial Media di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta terhadap Kendala dari
Teknologi Sosial Media Tahun 2013
Non Pengguna
Pengguna Teknologi
Teknologi Sosial
Sosial Media
No Jenis Kendala Media
Rata- Rata-
Interpretasi Interpretasi
rata rata
1 Akses Teknologi
Sosial Media
2,75 Cukup 2,86 Cukup
Memakan Waktu yang
Lama
2 Rendahnya Sumber
Daya Manusia yang
Bisa Menggunakan 3,17 Cukup 3,83 Tinggi
Teknologi Sosial
Media
3 Rendahnya High Trust
3,67 Tinggi 3,83 Tinggi
Society
4 Sulitnya Beralih dari
Transaksi Berbasis
4,00 Tinggi 4,29 Tinggi
Konvensional ke
Teknologi
5 Tingginya Biaya untuk
Mengakses Teknologi 1,92 Rendah 3,55 Tinggi
Sosial Media
Total Skor Rata-rata 3,10 Cukup 3,67 Tinggi
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2013
Aktivitas bisnis yang dilakukan melalui sosial media cenderung
menembus berbagai rintangan, batas bangsa, dan tanpa aturan-aturan yang
baku. Teknologi sosial media juga memungkinkan komunikasi antar
perusahaan dengan supplier, perusahaan dengan konsumen, konsumen
dengan konsumen dan memudahkan proses transaksi (jual beli) tanpa harus
bertatap muka langsung, mengurangi biaya transportasi dan promosi serta
berbagai kemudahan dan peluang lainnya yang dapat menjangkau
pemasaran yang lebih luas lagi. Meskipun demikian teknologi sosial media
juga memiliki kelemahan/ kendala. Berikut ini merupakan kendala-kendala
yang dipersepsikan oleh pengusaha UMKM mebel:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

a. Teknologi sosial media memakan waktu yang lama


Bagi pengusaha UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta, kendala terhadap akses teknologi sosial media yang memakan
waktu lama dirasa cukup tinggi. Semakin banyak provider penyedia
layanan internet yang memiliki akses cepat dan tanpa batas, maka waktu
yang diperlukan untuk mengakses internet akan semakin cepat. Namun
karena banyaknya orang yang juga mengakses internet di waktu
bersamaan dan karena kondisi geografis yang jauh dari pusat pemancar
sinyal internet maka koneksi internet menjadi tidak maksimal. Oleh
karena itu pihak penyedia jasa internet diharapkan segera memperbaiki
layanan internet yang bermasalah tersebut agar konsumen dapat kembali
menggunakan internet dengan baik.
b. Rendahnya sumber daya manusia yang bisa menggunakan teknologi
sosial media
Kendala berikutnya yaitu rendahnya sumber daya manusia yang
bisa menggunakan teknologi sosial media. Responden yang sudah
menggunakan teknologi sosial media menilai jika kendala tersebut dinilai
cukup tinggi. Sedangkan responden yang tidak menggunakan teknologi
sosial media menilai jika kendala tersebut tergolong tinggi. Kurangnya
sumber daya manusia yang benar-benar menguasai sistem teknologi
sosial media secara menyeluruh, yang tidak saja menguasai secara teknis
tetapi juga non-teknis seperti sistem perbankan, lalu lintas perdagangan,
hingga sistem hukum yang berlaku mengakibatkan perlu campur
tangannya pemerintah, pihak swasta hingga lembaga akademisi untuk
membantu menyediakan informasi, pelatihan, dan pembinaan tentang
cara penggunaan dan pengelolaan teknologi sosial media dalam bisnis
mebel.
c. Rendahnya high trust society
Kendala dari penggunaan teknologi sosial media selanjutnya adalah
rendahnya high trust society. Seluruh responden menilai jika kendala
commit
tersebut tergolong tinggi. Padato user
perkembangannya, selain memberi
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

manfaat bagi masyarakat, ternyata penggunaan sosial media juga


membawa sisi negatif, dengan membuka peluang munculnya tindakan
kejahatan. Sebagaimana sebuah teori mengatakan: "crime is a product of
society its self", yang dapat diartikan bahwa masyarakat itu sendirilah
yang melahirkan suatu kejahatan. Semakin tinggi tingkat intelektualitas
suatu masyarakat, semakin canggih pula kejahatan yang mungkin terjadi
dalam masyarakat itu. Kejahatan yang lahir sebagai dampak negatif dari
perkembangan aplikasi internet ini sering disebut sebagai cybercrime
(Gema, 2013). Munculnya cybercrime di Indonesia seperti pencurian
kartu kredit, hacking beberapa situs dan digunakan secara tidak sah,
penyebaran virus, penipuan menggunakan akun palsu (Tara, 2013).
Berdasarkan data yang ditulis Gesita dalam kompas.com (2013) secara
keseluruhan, kasus cybercrime di Indonesia mencapai jumlah sekitar 520
kasus di tahun 2011 dan 600 kasus di tahun 2012, jumlah tersebut akan
terus meningkat seiring meningkatnya laporan masyarakat. Berdasarkan
pernyataan dari responden no. 2 (Ibu Nur Deliana) yaitu banyaknya isu
yang berkembang di masyarakat mengenai kasus penipuan secara online
menjadikan responden banyak yang berpikir ulang untuk menggunakan
teknologi sosial media dalam bisnis mebelnya.
d. Sulitnya beralih dari transaksi secara konvensional ke teknologi
Kendala dari penggunaan teknologi sosial media lainnya yaitu
sulitnya beralih dari transaksi secara konvensional ke teknologi. Kendala
tersebut dinilai tinggi oleh seluruh responden. Meskipun teknologi sosial
media menjanjikan berbagai kemudahan dan efisiensi untuk bertransaksi,
namun pengusaha UMKM mebel masih merasa belum benar-benar yakin
untuk bertransaksi menggunakan teknologi sosial media. Kekhawatiran
akan terjadinya penipuan, lamanya pengalaman mengusahakan mebel,
dan belum bisa dengan penggunaan teknologi sosial media menyebabkan
respoden masih menggunakan cara konvensional untuk membeli bahan
baku, negosiasi, transaksi, dan lain-lain. Dalam hal ini mayoritas
responden sudah merasacommit
nyamantodengan
user kondisi usaha mebel sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Adanya konsumen tetap yaitu para pedagang besar dan pertokoan


menyebabkan responden lebih memilih berjualan secara konvensional.
Mardikanto (2009) menyatakan bahwa lemahnya aspirasi atau cita-cita
untuk menikmati kehidupan yang lebih baik dimana sebagian besar
masyarakat sasaran akan bersifat pasrah, dan cukup puas dengan apa
yang dapat dinikmati saat ini akan membuat setiap inovasi yang
ditawarkan akan sangat lamban untuk diadopsi.
e. Tingginya biaya untuk mengakses teknologi sosial media
Kendala berikutnya adalah tingginya biaya untuk mengakses
teknologi sosial media. Responden yang sudah menggunakan teknologi
sosial media menilai rendah kendala tersebut. Banyaknya pengalaman
dalam menggunakan teknologi sosial media menyebabkan responden
memiliki banyak pilihan untuk mengakses teknologi sosial media. Mulai
dari pilihan menggunakan handphone maupun komputer/ laptop. Selain
itu kini banyak provider yang bersaing menawarkan layanan akses yang
baik dengan harga yang murah. Sedangkan responden yang tidak
menggunakan teknologi sosial media menilai jika kendala tersebut
tergolong tinggi. Menurut beberapa responden yang tidak menggunakan
teknologi sosial media, apabila ingin memasang layanan internet melalui
Speedy Telkom diharuskan membayar dengan kisaran Rp 100.000/bulan.
Banyak responden yang merasa keberatan karena selain tingginya biaya
untuk mengakses juga responden harus meluangkan waktu khusus untuk
menggunakan internet tersebut baik untuk berkomunikasi maupun
mengupload foto-foto produk mebel yang akan dipasarkan.
Berdasarkan hasil analisis persepsi terhadap kendala penggunaan
teknologi sosial media dapat diketahui jika secara keseluruhan responden
yang sudah menggunakan teknologi sosial media menilai kendala dalam
penggunaan teknologi sosial media adalah cukup tinggi yaitu dengan skor
rata-rata 3,1. Sedangkan responden yang tidak menggunakan teknologi
sosial media menilai kendala dalam penggunaan teknologi sosial media
commit to3,67.
adalah tinggi dengan skor rata-rata user Tingginya kendala menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

80% responden tidak menggunakan teknologi sosial media. Hal tersebut


sangat disayangkan, dimana persepsi terhadap manfaat teknologi sosial
media yang tinggi justru diimbangi dengan persepsi kendala yang nilainya
cukup tinggi.
Memasuki era globalisasi, para pengusaha UMKM mebel di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta perlu mempertimbangkan
pemanfaatan teknologi sosial media untuk melakukan kegiatan bisnis
dengan jangkauan pasar yang luas. Hal ini sejalan dengan semakin beratnya
tantangan persaingan khususnya usaha mebel di era perdagangan bebas
seperti saat ini. Dengan teknologi sosial media, para pengusaha UMKM
mebel dapat membangun unit-unit bisnis secara elektronik. E-business
merupakan salah satu cara pengusaha UMKM mebel untuk meningkatkan
daya saing usahanya.
Meskipun demikian, berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa masih banyak pengusaha UMKM mebel yang belum memanfaatkan
teknologi sosial media (80% dari populasi yang ada) dan setelah dilakukan
identifikasi tahapan adopsi teknologi sosial media, ternyata para pengusaha
UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta masih berada pada
tahapan awareness dimana para pengusaha UMKM mebel baru sekedar
menyadari keberadaan dan kemanfaatan teknologi sosial media namun
masih kekurangan informasi mengenai hal tersebut. Tingginya persepsi
terhadap manfaat yang justru diimbangi dengan tingginya persepsi terhadap
kendala dari penggunaan teknologi sosial media mengakibatkan perlu
adanya kerjasama antara pengusaha UMKM mebel dengan pemerintah,
swasta, maupun akademik untuk mewujudkan e-bussiness UMKM mebel di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Wujud kerjasama itu diantaranya:
adanya sosialisasi mengenai pentingnya teknologi sosial media untuk bisnis
di masa depan. Apabila para pengusaha UMKM mebel sudah mulai
berminat menggunakan teknologi sosial media kemudian dilakukan
pelatihan dan pembinaan secara kontinyu tentang cara menggunakan dan
mengelola teknologi sosialcommit
media. toUntuk
user mengurangi kekhawatiran akan
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

terjadinya tindakan cybercrime maka perlu edukasi khusus dari pihak


kepolisian tentang cara bertransaksi online secara aman. Setelah itu semua
dilakukan maka e-bussiness UMKM mebel di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta dapat diterapkan dengan baik, sehingga para pengusaha UMKM
mebel dapat bersaing dengan perusahaan besar bahkan dapat menjual
mebelnya hingga pasar global.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian memegang peranan penting di dalam perkembangan ilmu
pengetahuan jika dilakukan secara baik dan benar. Melalui penelitian,
seseorang akan dapat meningkatkan kemampuannya di dalam menganalisis
permasalahan dan menginterpretasikan fenomena-fenomena yang terjadi di
dalam masyarakat. Meskipun demikian, pada beberapa penelitian juga
memiliki keterbatasan sehingga tidak semua hal dapat diteliti. Demikian
halnya dengan penelitian ini yang juga memiliki keterbatasan, yaitu:
responden yang diteliti adalah pengusaha UMKM mebel. Penelitian ini hanya
melihat persepsi pemanfaatan teknologi sosial media dari sudut pandang
produsen/ pengusaha UMKM mebel sedangkan adopsi akan dapat berjalan
dengan baik dan lebih cepat apabila konsumen mebel juga ikut serta
memanfaatkan teknologi sosial media untuk aktivitas berbelanja. Selain itu,
pada penelitian ini hanya mencakup pada skala UMKM mebel di tingkat
kecamatan sehingga belum dapat digunakan untuk mengeneralisasikan adopsi
teknologi sosial media pada UMKM di tingkat kota/ kabupaten bahkan
nasional. Penelitian ini juga masih dapat dikatakan sebagai penelitian dasar
tentang persepsi teknologi sosial media. Oleh karena itu untuk
menyempurnakan pengetahuan yang ada, diharapkan ada penelitian
selanjutnya yang menilai persepsi pemanfaatan teknologi sosial media dari
sudut pandang konsumen; cakupan penelitian diperluas, tidak hanya UMKM
mebel saja namun juga UMKM lainnya serta daerah penelitian juga diperluas
lagi yaitu tingkat kota/ kabupaten, provinsi, hingga nasional; dan penelitian
dilakukan lebih
mendalam untuk mengetahui faktor-faktor yang
commit to user
mempengaruhi persepsi penggunaan teknologi sosial media maupun
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

penelitian mengenai hubungan antara tahapan adopsi teknologi sosial media


dengan persepsi terhadap manfaat dan kendala dari penggunaan teknologi
sosial media.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai