Makalah Asfiksi
Makalah Asfiksi
DI
OLEH:
NAMA CANTIK:MAKULA
2023
.
Kata pengantar
Penyakit asfiksia adalah sebuah permasalahan medis yang serius dan memiliki dampak
yang signifikan pada individu yang terkena. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang asfiksia, termasuk penyebab,
gejala, diagnosis, pengobatan, dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan.
Asfiksia dapat memengaruhi individu dari berbagai kelompok usia, mulai dari bayi yang
baru lahir hingga orang dewasa. Oleh karena itu, pengetahuan tentang kondisi ini sangat
penting bagi tenaga medis, orang tua, dan masyarakat umum.
Makalah ini disusun dengan harapan bahwa informasi yang terdapat di dalamnya dapat
menjadi sumber referensi yang berguna bagi siapa pun yang tertarik untuk memahami
penyakit asfiksia dengan lebih baik. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua sumber informasi yang telah kami gunakan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa topik ini sangat luas, dan makalah ini hanya sebatas pengantar
singkat. Oleh karena itu, kami mendorong pembaca untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dan berkonsultasi dengan tenaga medis yang berkualifikasi untuk informasi lebih
lanjut tentang asfiksia.
Terakhir, kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
peningkatan pemahaman dan kesadaran tentang penyakit asfiksia, serta membantu dalam
upaya pencegahan dan pengobatan yang lebih baik untuk individu yang terkena
dampaknya.
Salam,
Ervika Cristin
●Daftar isi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Makalah
C. Manfaat
Bab V. Diagnosis
A. Pemeriksaan laboraturium
B. Pemeriksaan Penunjang
C. Pemeriksaan fisik
Bab VI. Pengobatan
A. Tindakan Pertolongan Pertama
B. Perawatan Medis
C. Prognosis
X. Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan
Latar belakang dari penyakit asfiksi
"Latar Belakang
Asfiksia adalah suatu kondisi medis yang terkait erat dengan gangguan pernapasan
yang dapat mengancam nyawa seseorang. Penyakit ini merujuk pada situasi di
mana pasokan oksigen ke jaringan tubuh terbatas atau bahkan terhenti
sepenuhnya. Asfiksia dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, mulai dari bayi
yang baru lahir hingga orang dewasa. Namun, fokus utama pembahasan dalam
makalah ini adalah asfiksia neonatal, yang merupakan salah satu masalah serius
dalam perawatan neonatal.
Asfiksia neonatal adalah kondisi di mana bayi baru lahir mengalami kesulitan atau
kegagalan bernapas dengan baik setelah lahir. Kondisi ini dapat memiliki
konsekuensi serius, termasuk kerusakan otak permanen atau bahkan kematian jika
tidak ditangani dengan cepat dan efektif. Asfiksia neonatal adalah salah satu
penyebab utama kematian neonatal di seluruh dunia.
Makalah ini akan menjelaskan dengan rinci tentang asfiksia neonatal, mencakup
faktor penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, serta langkah-langkah pencegahan
yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya asfiksia neonatal. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang topik ini, kita dapat bekerja menuju upaya
yang lebih efektif dalam menangani dan mencegah kondisi ini, serta meningkatkan
kualitas hidup bayi yang terkena asfiksia."
Tujuan makalah
1.Faktor Penyebab Asfiksia: Jelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia,
seperti kurangnya oksigen atau gangguan pernapasan pada bayi atau individu.
2.Gejala dan Diagnosis: Gambarkan gejala yang biasanya terkait dengan asfiksia dan bagaimana
dokter melakukan diagnosisnya, termasuk pemeriksaan fisik dan tes diagnostik.
3.Pengobatan dan Perawatan: Jelaskan berbagai metode pengobatan yang tersedia untuk
mengatasi asfiksia, mulai dari tindakan medis darurat hingga perawatan jangka panjang.
4.Komplikasi dan Dampak: Diskusikan komplikasi yang mungkin timbul akibat asfiksia dan dampak
jangka panjangnya pada perkembangan individu yang terkena.
5.Pencegahan: Bahas upaya-upaya pencegahan asfiksia, termasuk perawatan prenatal yang tepat
dan tindakan medis yang dapat diambil untuk mengurangi risiko.
6.Statistik dan Kasus Terkenal: Sertakan data statistik tentang kejadian asfiksia dan contoh-contoh
kasus terkenal yang melibatkan penyakit ini.
7.Rujukan dan Sumber Informasi: Sertakan daftar referensi dan sumber informasi yang digunakan
dalam penulisan makalah.
Tujuan utama makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang
penyakit asfiksia, baik dari segi definisi, penyebab, pengobatan, maupun pencegahan, sehingga
pembaca dapat memahami secara menyeluruh tentang masalah kesehatan ini.
Manfaat
Makalah tentang penyakit asfiksi dapat memberikan manfaat yang penting dalam berbagai
bidang, termasuk ilmu kedokteran, keamanan, dan pendidikan. Beberapa manfaat dari
makalah tersebut dapat mencakup:
Pencegahan: Informasi yang ditemukan dalam makalah ini dapat membantu dalam upaya
pencegahan asfiksi, baik itu melalui edukasi publik tentang tindakan pencegahan atau
pengembangan teknologi yang lebih baik untuk mendeteksi dan mengatasi kondisi
tersebut.
Pendidikan: Makalah tentang asfiksi juga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di
institusi pendidikan, seperti sekolah medis, sekolah keperawatan, atau pelatihan
pertolongan pertama, sehingga generasi mendatang dapat lebih memahami dan
menangani asfiksi dengan baik.
Penelitian lebih lanjut: Makalah ini dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut
tentang penyebab, faktor risiko, dan terapi yang lebih efektif untuk asfiksi.Dengan
demikian, makalah tentang penyakit asfiksi dapat memberikan kontribusi yang berharga
dalam peningkatan pemahaman, pencegahan, dan penanganan kondisi ini untuk
kepentingan masyarakat dan dunia medis.
Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah kondisi di mana pasokan oksigen ke otak dan tubuh terbatas atau terhenti
sepenuhnya. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyumbatan saluran napas,
gangguan pernapasan, atau kekurangan oksigen dalam udara. Asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan otak dan organ tubuh lainnya jika tidak segera diatasi. Ini dapat terjadi pada
bayi yang baru lahir atau pada orang dewasa dalam situasi tertentu.
Penyebab Asfiksia
Penyebab Asfiksia
1. Tercekik
Faktor pemicu umum asfiksia adalah penyebab mekanik, yaitu leher tercekik.
Leher yang tercekik, baik oleh tangan atau alat pengikat lain, dapat menutup
jalur udara sehingga membuat seseorang kesulitan untuk bernapas dan
mendapatkan oksigen yang cukup.
3. Tersedak
Asfiksia akibat tersedak sering dialami oleh bayi dan balita lantaran refleks
menelannya masih belum sempurna. Orang tua lanjut usia juga berisiko akan
hal ini karena refleks menelannya telah menurun.
5. Asma
Salah satu penyakit yang bisa menyebabkan asfiksia adalah asma. Asma yang
cukup parah menyebabkan saluran udara membengkak dan menyempit
sehingga jalur masuk oksigen ke dalam tubuh menjadi terbatas.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, asfiksia juga dapat terjadi pada
bayi baru lahir. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, yaitu:
Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko penyebab asfiksia neonatorum adalah faktor
antenatal yaitu primipara, demam saat hamil, hipertensi saat hamil,
anemia, perdarahan antepartum, dan riwayat kematian neonatus
sebelumnya.
BAB IV :
A . ASFIKSIA NEONATANAL
1. FAKTOR PEMICU
2. GEJALA
3 . PENANGANAN
Memastikan suhu bayi tetap terjaga, tidak ada sumbatan di jalan napas,
termasuk dengan melakukan pengisapan lendir dan feses pertama
(mekonium), dan melakukan stimulasi atau rangsang taktil untuk merangsang
bayi menangis.
B.AKSIFISIA TRAUMATIK
1 . PENYEBAB
Asfiksia traumatis adalah kondisi yang jarang namun serius yang harus
diwaspadai oleh EMS untuk pertimbangan pengobatan.
Roda Jeep tetap berada di dadanya selama kurang lebih dua menit hingga
orang-orang di sekitar dapat memindahkan kendaraan dari dadanya. EMS
dipanggil, dan pada saat kedatangan, penyedia layanan menemukan pasien
tidak dapat berjalan dan mengeluh nyeri dada, yang diperburuk dengan
inspirasi.
Survei utama kru menunjukkan adanya jalan napas yang paten; suara napas
sama secara bilateral dengan ekskursi dinding dada yang baik dan
pernapasan tanpa menggunakan otot bantu apa pun. Dia waspada tetapi
agak bingung, dengan Glasgow Coma Score (GCS) 13, dan denyut distal kuat
dan simetris.
Perutnya juga tampak atraumatik dan tidak nyeri tekan, serta panggulnya
stabil. Ekstremitasnya biasa-biasa saja dengan denyut nadi yang sama, dan ia
menunjukkan fungsi motorik dan sensorik yang normal. Ada bukti
inkontinensia urin.
Pemeriksaan neurologis singkat telah selesai, dan tidak ada defisit fokal yang
ditemukan. Tekanan darahnya 170/101 mmHg; denyut nadi 102, dan laju
pernapasan 24. Oksimetri denyut nadi di tempat kejadian adalah 96% pada
udara ruangan. Pasien ditempatkan pada monitor jantung, yang
menunjukkan sinus takikardia tanpa ektopik.
Karena cedera yang dicurigai oleh penyedia EMS dan jarak dari
pusat trauma Tingkat I terdekat , sebuah helikopter medis
dipanggil. Sebelum kedatangan helikopter, pasien ditempatkan dalam
pembatasan gerakan tulang belakang penuh, dipasang infus dan oksigen
tambahan diberikan melalui masker non-pernapasan ulang. Dia terus
dipantau dan dinilai kembali lalu diserahkan kepada awak pesawat. Setelah
pemeriksaan mereka, dia dibawa ke University Medical Center (UMC) di Las
Vegas untuk perawatan definitif.
Semua temuan ini menunjuk pada diagnosis dugaan asfiksia traumatis. Tidak
ada krepitus dinding toraks atau emfisema subkutan. Pasien mengalami
ketidaknyamanan pada mata secara umum, namun tidak ada perdarahan
retina yang berarti, dan bidang penglihatannya masih utuh. Status mentalnya
telah meningkat menjadi GCS 14 pada saat kedatangannya dan kembali
normal dalam waktu satu jam.
Satu-satunya temuan akut adalah patah tulang rusuk ketujuh kiri yang tidak
mengalami pergeseran, tanpa bukti adanya pneumotoraks, hemotoraks, atau
memar paru. Ekokardiografi samping tempat tidur tidak menunjukkan bukti
kontusio miokard atau hemoperikardium. Dia dirawat di ICU trauma dengan
diagnosis cedera dada yang mengakibatkan asfiksia traumatis; dia dirawat di
rumah sakit selama dua hari dan dipulangkan ke rumah dalam kondisi
membaik.
3 . TINDAKAN MEDIS
Penanganan Asfiksia
• PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada seorang penderita asfiksi sangat penting untuk menilai tingkat keparahan
kondisinya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan fisik penderita asfiksi
meliputi:
Pemeriksaan Kesadaran: Penilaian kesadaran penderita sangat penting. Gunakan skala seperti
Glasgow Coma Scale (GCS) untuk menilai tingkat kesadaran.
Pemeriksaan Pernapasan: Periksa frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan penderita. Catat
tanda-tanda pernapasan yang tidak normal seperti pernapasan dangkal atau tidak teratur.
Pemeriksaan Warna Kulit: Perhatikan warna kulit penderita. Pucat, biru (sianosis), atau merah
dapat menjadi indikator penting.
Pemeriksaan Detak Jantung: Periksa denyut nadi dan detak jantung. Ketidakreguleran detak
jantung atau denyut nadi yang lemah dapat menjadi tanda asfiksi.
Pemeriksaan Kepala dan Leher: Cek adanya tanda-tanda trauma kepala atau leher yang dapat
menyebabkan asfiksi.
Pengukuran Suhu Tubuh: Pemeriksaan suhu tubuh dapat memberikan petunjuk tentang suatu
kondisi medis yang mendasarinya.
Pemeriksaan fisik ini harus dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman dalam menangani
kasus asfiksi. Penting untuk segera mencari pertolongan medis jika ada kecurigaan terhadap asfiksi
karena ini bisa menjadi situasi darurat yang mengancam jiwa.
•PEMERIKSAAN LABORATURIUM
Pemeriksaan Gas Darah Arteri (ABG - Arterial Blood Gas): Pemeriksaan ini mengukur
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Hasil ABG dapat memberikan
informasi penting tentang tingkat oksigenasi dan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan karbon dioksida.
Analisis Darah Lengkap (CBC - Complete Blood Count): Pemeriksaan ini dapat
mengidentifikasi perubahan-perubahan dalam jumlah sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit. Hal ini dapat membantu dalam mendeteksi infeksi atau anemia yang
mungkin terkait dengan asfiksia.
Pemeriksaan Enzim Jantung: Beberapa enzim jantung seperti troponin dan CK-MB dapat
diukur dalam darah untuk menilai kerusakan jantung yang mungkin terjadi selama
asfiksia.
Pemeriksaan Fungsi Hati dan Ginjal: Pemeriksaan fungsi hati (seperti SGOT dan SGPT)
dan ginjal (seperti kreatinin dan urea) dapat memberikan informasi tentang kerusakan
organ yang mungkin terjadi selama periode asfiksia.
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penderita asfiksi atau kekurangan
oksigen dalam tubuh dapat mencakup beberapa tes dan evaluasi medis. Beberapa di
antaranya meliputi:
Analisis Gas Darah: Tes ini mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah
untuk menilai sejauh mana asfiksi telah memengaruhi pertukaran gas dalam tubuh.
Radiografi Dada: Foto rontgen dada dapat membantu mengidentifikasi adanya cedera
atau masalah yang terkait dengan asfiksi, seperti pneumonia atau cedera paru-paru.
Tomografi Komputer (CT) atau MRI: Pemeriksaan gambaran tubuh ini dapat
membantu dalam mendeteksi cedera otak atau masalah lain yang mungkin terjadi
akibat asfiksi.
Pemeriksaan Laboratorium: Tes darah tambahan seperti tes fungsi hati dan ginjal
dapat dilakukan untuk mengevaluasi dampak asfiksi pada organ-organ lain dalam
tubuh.
Asfiksi perinatal adalah kondisi kekurangan oksigen pada bayi yang terjadi selama
proses kelahiran atau segera setelah kelahiran. Pencegahan asfiksi perinatal
melibatkan langkah-langkah yang dapat diambil oleh tenaga medis dan ibu hamil
untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini. Beberapa langkah pencegahan
meliputi:
Perawatan Prenatal yang Baik: Menghadiri semua janji prenatal dan mengikuti saran
dan panduan dari dokter kandungan sangat penting. Perawatan prenatal yang baik
dapat membantu mendeteksi dan mengelola kondisi medis yang mungkin
meningkatkan risiko asfiksi perinatal.
Manajemen Penyakit Kronis: Jika ibu hamil memiliki penyakit kronis seperti diabetes
atau hipertensi, mengontrolnya dengan baik sepanjang kehamilan adalah kunci.
Kontrol gula darah dan tekanan darah dapat membantu mengurangi risiko komplikasi.
Persiapan untuk Persalinan: Dokter kandungan dan tim medis harus mempersiapkan
dengan baik untuk persalinan. Ini termasuk mengevaluasi kondisi bayi dan ibu,
memantau denyut jantung bayi, dan memiliki rencana darurat jika terjadi komplikasi
selama persalinan.
Rencana Persalinan yang Aman: Memiliki rencana persalinan yang aman bersama
dokter kandungan yang berkualifikasi dapat membantu mengurangi risiko asfiksi
perinatal. Ini termasuk mempertimbangkan metode persalinan yang sesuai dengan
kondisi ibu dan bayi.
Pencegahan asfiksi perinatal adalah upaya bersama antara ibu, keluarga, dan
tim medis. Penting untuk mengikuti panduan medis dan mendiskusikan
segala pertanyaan atau kekhawatiran dengan dokter kandungan untuk
memastikan persalinan yang aman dan sehat bagi bayi dan ibu.
Pemeriksaan laboratorium: Tes darah dan tes lainnya mungkin dilakukan untuk
mengukur tingkat oksigen dalam darah (saturasi oksigen) dan fungsi organ tubuh
lainnya.
Oleh karena itu, asfiksia pada bayi baru lahir tidak bisa
disepelekan begitu saja. Namun, masyarakat Indonesia
masih belum banyak teredukasi dengan bahaya penyakit
yang satu ini. Padahal bayi yang mengalami asfiksia harus
segera mendapatkan pertolongan medis.
Edukasi untuk Orang Tua dan Pengasuh: Orang tua dan pengasuh
anak perlu diberikan edukasi tentang bagaimana menghindari
risiko asfiksia pada anak-anak mereka. Ini termasuk tidur bayi
yang aman, menghindari benda kecil yang dapat tertelan, dan
mengawasi anak-anak dengan baik.
• RINGKASAN
• HARAPAN KE DEPAN
● DAFTAR PUSTAKA
Ross. P. Berkeley, MD, FACEP, FAAEM , Bryan E. Bledsoe, DO, FACEP, FAEMS , Troy
Markus, DO31.08.2010
(https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-kesehatan-bayi/asfiksia-
neonatorum)
https://ejurnal.stikespantikosala.ac.id/index.php/jik/article/download/
219/160/817#:~:text=Berdasarkan%20hasil%20analisis%y
%20jurnal,persalinan%20lama%20dan%20operasi%20caesar