Anda di halaman 1dari 4

Dakwah Budaya Melalui Film

Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah melihat pentingnya kita
untuk dapat menarik milenial mencintai Muhammadiyah. Perlu pendekatan secara milenial pula
agar mereka tertarik dengan Muhammadiyah. Film adalah salah satu cara yang efektif untuk
mendekati milenial.
Sejak Desember 2017, LSBO PP Muhammadiyah telah melaunching 3 Film. Film-film
tersebut adalah produksi murni dari Persyarikatan. Berikut ini sinopsis dari ketiga film tersebut.

Meniti 20 Hari
Film ini mengedapankan Hizbul Wathan (HW) sebagai sentral cerita.
Mengambil setting di Ulak Pacek, Palembang di tahun 1939. Dengan
tokoh utama Kak Rozaq (Abdul Rozaq Facrudin) saat mendapat tugas
oleh Muhammadiyah untuk mengajar di sana.
Pada saat bertugas inilah Kak Rozaq mendapat undangan mengikuti
Konggres (Muktamar) Muhammadiyah ke 28 (tahun 1939) di Medan.
Semula berencana mempergunakan Kapal menuju ke Medan, tetapi
karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, tidak ada kapal yang
berani merapat ke Palembang.
Dengan keberanian dan jiwa petualangannya Kak Rozaq bersama anggota HW memutuskan untuk
melakukan perjalanan dari Ulak Paceh menuju Medan dengan menggunakan sepeda. Menempuh
jarak 1.300 km selama 20 hari ini memunculkan petualangan yang seru.
Mulai dari beberapa kali kecelakaan, menolong orang yang kesusahan, berdakwah tauhid, sampai
berhadapan dengan Harimau. Selama 20 hari ini jiwa HW mereka diuji. Ujian-ujian inilah yang
membuat mereka menjadi orang-orang luar biasa. Di kemudian hari rombongan HW ini menjadi
orang besar yang mewarnai Indonesia. Salah satunya adalah Kak Rozaq alias Pak AR Fachrudin
yang memimpin Muhammadiyah selama 22 tahun.
9 Putri Sejati - Sejarah Berdirinya Organisasi Aisyiyah dan NA
Di awal abad 19, di sebuah daerah bernama Kauman Badillah, Bariah, Umniyah dkk, perempuan-
perempuan muda di Kauman, Ngayojakarta hidup di dalam kungkungan jaman. Bersekolah bagi
perempuan di jaman itu adalah aib, adalah dosa.
R A Kartini memulainya, menyadarkan kaum
perempuan akan pentingnya pendidikan. Usahanya
terbelengu dinding Kraton hanya bisa mendirikan 1
sekolah.
Di sebuah kawasan bernama Kauman, Ngayogjakarta,
perempuan-perempuan muda mendobrak dengan
bersekolah dan kemudian mendirikan sekolah. Ribuan
TK ABA saat ini telah berdiri atas perjuangan mereka.
Perjuangan Badillah, Bariah, Umniyah dkk tidaklah
mudah. Pengorbanan harta benda dan waktu tiada
terhitung. Tawa dan tangis silih berganti menyertai
perjuangan mereka. Di bawah bimbingan Kyai Dahlan
dan Nyai Walidah mereka terus tegar menghadapi
penolakan bahkan ancaman.
Film yang dibintangi oleh Ketua PP Nasyiyatul Aisyiyah ini menegaskan bahwa di Muhammadiyah
banyak sekali bakat-bakat seni yang bisa dimunculkan.

JeJak Langkah 2 Ulama


Darwis dan Hasyim dua anak muda cerdas. berguru kepada
Kyai Sholeh Darat di Semarang. Setelah terpisah, masing-
masing berjuang untuk menebar kebaikan di daerah
masing-masing. Darwis di Kauman, Ngayogyakarta,
berhadapan dengan paham kolot dan keterbelakangan
kaum perempuan. Hasyim kembali ke Jombang,
berhadapan dengan penyakit masyarakat Molimo
(madat/ganja, mabuk, berjudi, mencuri,dan prostisusi).
Perjalanan yang penuh tantangan tidak menyurutkan langkah mereka. Langgar tempat mengaji
bahkan dirubuhkan dan dibakar. Mereka bangkit dan bangkit lagi. Di kemudian hari Langgar Kidul
Kyai Dahlan (Darwis) dan Pondok Pesantren Tebuireng Kyai Hasyim Asy’ari menelurkan 2
Organisasi besar Muhammadiyah dan Nadhlatul ‘Ulama
Film ini adalah bagian dari sumbangsih Gus Sholah (Dr. Ir. H. Salahuddin Wahid) sebelum Beliau
wafat bersama Pak Sukriyanto AR dari Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Muhammadiyah
(LSBO). Film ini mengangkat tema Memahami Perbedaan Menjunjung Persatuan sebagai bagian
dari perjuangan untuk mempererat persatuan Umat dan Bangsa.
****
Pada Bulan Juli 2021 ini, Tim pemutaran film dari LSBO PP Muhammadiyah akan melakukan tour
pemutaran di Gorontalo. Semua peralatan pemutaran dibawa di Yogyakarta, termasuk ketiga film
di atas sudah ditanam di dalam peralatan.
Seperti nilai yang dikembangkan di Muhammadiyah, sistem pop up cinema melakukan hal yang
sama. Ada infak tiket minimal yang nanti hasilnya akan menjadi film dakwah berikutnya. Dakwah
ini akan terus berkelanjutan dengan sistem yang ada.
Saat ini LSBO PP Muhammadiyah mendorong Ortom, AUM, Pengurus Wilayah dan Daerah untuk
ikut berperan aktif dalam produksi film. Kita perlu berkemajuan dalam dakwah seperti semangat
Kyai Dahlan. Film adalah cara efektif untuk berdakwah.
Beberapa film produksi LSBO PP Muhammadiyah yang siap tayang di waktu yang akan datang
antara lain :
1. Cita-citaku Setinggi Balon
Film anak-anak dan keluarga ini berkerjasama dengan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
2. Laundry Love Story
Film bergenre remaja ini bekerjasama dengan Jurusan Film SMK Muhammadiyah 5
Kepanjen.
3. Djuanda Pemersatu Bangsa
Film tentang tokoh Nasional Ir. Djuanda ini sedang dalam tahap kerjasama antara LSBO PP
Muhammadiyah, PWM Jawa Barat, dan Kemantrian Kelautan
4. Film Remaja Santri
Film yang menceritakan romantika santri di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah ini
bekerjasama dengan Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai