Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Tentu makalah ini belum bisa dikatakan baik dan sempurna. Untuk itulah, saya
sebagai penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak. Supaya dikemudian hari saya dapat
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini, serta dapat belajar dari
kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan. Akhirnya saya berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Saya ucapkan
terimakasih.
Erik yuyanda
2
DAFTAR ISI
3
4. Pada masa khalifah Ali Ibn abi Thalib .................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan agama islam berjalan sangat pesat diawali dari zaman
Rasulullah hingga sekarang ini, setelah rasul wafat islam tidak hanya berhenti
disitu saja akan tetapi islam harus tetap berjalan kepemimpinan umat juga harus
ada yang melanjutkan. Nabi sebagai seorang Rasul utusan Allah swt memang
tidak bisa digantikan, akan tetapi kedudukan Nabi sebagai kepala pemerintahan
tentu saja dapat digantikan.
Penerusan pemerintahan dan dakwah islam kemudian berlanjut dengan
diteruskan oleh para sahabat Rasul, yang kemudian dikenal dengan istilah masa
kekhalifahan.
Kata khalifah sebagaimana disebutkan dalam al-Qamus artinya adalah
umat yang melanjutkan generasi umat terdahulu. Sedang al-khalif artinya “orang
yang duduk setelahmu”.
Pada masa pemerintahan empat khalifah tersebut sangat banyak pelajaran
yang dapat dicontoh. Pada setiap masa kepemimpinan empat khalifah tersebut,
terdapat perbedaan dalam hal kepemimpinannya. Baik ditilik pada sistem
pemerintahannya, masalah yang dihadapinya, sikap atau kepribadiannya dan
budaya yang dihasilkan dari masing-masing khalifah tersebut.
Masa khalifah ini masih mengikuti ajaran-ajaran Nabi, baik dalam
pengangkatan pemimpin dengan cara musyawarah dan kepemimpinan yang relatif
demokratis.
Tentu sebagai umat islam hendaknya kita mengetahui serta memahami
sejarah perkembangan agama islam, sehingga dengan begitu setidaknya kita dapat
mengambil pelajaran pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada sejarah
perkembangan islam, agar menjadikan kita lebih bijaksana lagi dalam hal bersikap.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas penulis akan menjelaskan
tulisan ini melalui beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana problematika atau kondisi umat pasca Rasulullah wafat?
2. Bagaimana perkembangan dakwah pada setiap khalifah?
3. Bagaimana metode dakwah pada masa khulafaur rasyidin?
4. Apa hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari setiap
kepemimpinan empat khalifah?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan dari uraian rumusan masalah diatas dapat dilihat bahwa tujuan
penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah
2. Untuk memenuhi tugas midterm mata kuliah sejarah dakwah
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Muhammad SAW, beliau hanya mengetahui tentang beberapa kepribadian
Nabi dari perang lain, ia mengetahui bahwa Nabi Muhammad memiliki
kejujuran, ia juga mengetahui sedikit tentang kepemimipinan Nabi
Muhammad SAW, keinginan beliau bertemu dengan Nabi Muhammad
kemudian disampaikan kepada sahabatnya, yaitu Abu Bakar, rumah Abu
Bakar tidak terlalu jauh dari rumah beliau. Beliau masuk Islam sebelum
Nabi SAW masuk ke Darul Arqam. Beliau adalah seorang yang kaya.
Beliau menjabat sebagai khalifah sesudah ‘Umar ibn Al Khaththab r.a
berdasarkan kesepakatan ahlu syura. Beliau dilahirkan 5 tahun setelah
tahun kelahiran Nabi SAW. Beliau terus menjabat khalifah hingga
terbunuh sebagai syahid pada bulan Dzulhijah tahun 35 hijriyah dalam
usia 90 tahun menurut salah satu pendapat ulama Kekhalifahan beliau
berlangsung selama 12 tahun kurang tahun 35 hijriyah hingga 19
Ramadhan tahun 40 hijriyah.
4. Ali ibn Abi Thalib
Lahir 32 tahun setelah tahun kelahiran Nabi SAW, beliau
merupakan putra dari paman Nabi SAW yang mempunyai nama asli Ali
ibn Abi Thalib ibn Abdul Mutholib ibn Hasyim. Ali ibn Abi Thalib adalah
orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan kepadanya bendera jihad pada
saat perang Khaibar yang dengan perantara perjuangannyalah Allah
memenangkan umat Islam dalam pertempuran. Beliau dibai’at sebagai
khalifah setelah khalifah ‘Utsman terbunuh. Beliau menjadi khalifah
secara syar’i hingga wafat dalam keadaan mati syahid pada bulan
Ramadhan tahun 40 hijriyah dalam usia 63 tahun. Kehalifahan Ali
berlangsung selama 4 tahun 9 bulan, sejak 19 Dzulhijah 12 hari.
8
sudah mulai sering sakit dan menunjuk Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti
imam shalat. Kondisi sakit Nabi semakin parah, pada hari senin tanggal 12 Rabiul
Awal 11 H atau 8 Juni 632 M Nabi wafat. Peristiwa ini benar-benar mengejutkan
banyak pihak, terlebih lagi Nabi belum pernah mempersiapkan penggantinya.
Suksesi menjadi titik krusial, meski prinsip musyawarah sudah menjadi basic
yang selalu ditanamkan Nabi dalam pengambilan keputusan.
Setelah diketahui Nabi wafat dan tidak meninggalkan wasiat soal
pengganti beliau sebagai pemimpin politik, para sahabat berkumpul dan
bermusyawarah untuk menentukan siapa pengganti Nabi dalam menjalankan
dakwah dan pemerintahan. Muhammad sebagai Rasulullah tidak bisa digantikan
sepeninggalnya, namun untuk fungsi Muhammad sebagai kepala pemerintahan
dan pemimpin masyarakat harus harus dilanjutkan. Pengganti pada fungsi
kekhalifahan ini harus ada dan tidak boleh terhenti. Banyak sumber menyebutkan
terjadi perdebatan sengit dalam menentukan siapa pengganti kedudukan
Muhammad ini, karena masing-masing pihak merasa punya hak untuk
melanjutkan kepala pemerintahan negara.
Permasalahan egosentris mereka muncul dan menganggap kelompoknya
merasa unggul dan memiliki hak untuk menggantikan kedudukan kepemimpinan
Rasul sebagai kepala pemerintahan. Bahkan tokoh-tokoh dari kaum Anshar
sependapat hak kekhalifahan ada di tangannya, bukandi tangan kaum Muhajirin.
Oleh karena itu, pasca wafatnya rasulullah Saw, terjadi kebingungan di
kalangan masyarakat muslim ketika itu. Bahkan ada di antara mereka yang tidak
percaya kalau Muhammad sebagai seorang Nabi utusan Allah, juga bisa wafat.
Melihat gejala seperti ini, Abu Bakar mendatangi kelompok tersebut dan langsung
berpidato. Dalam pidatonya ia mengatakan “Wahai manusia, siapa yang memuja
Muhammad, sesungguhnya Muhammad telah wafat, tetapi siapa yang memuja
Allah, Allah hidup selama-lamanya, tidak akan pernah mati. Untuk memerkuat
pidatonya itu, Abu Bakar mengutip ayat QS. Ali Imran: 144.
ُُ ل
ۚ َف فَ إِ يْن ِ ر
ُ ُّٱ ۡ إِن فَۡب إِ إ َِف ب فَ بۡ فٞوُ ل ُ َّ دۡ اإ لّ ف ح ل
فَ فِا ُِ ف
ۡ فَِف ى
ٰ ٰ َف بَ ى فَ إۡ ُُ ب لۚ فَ فِن ْفن فَ إِ ب اَ َف بَ َُ إُ ف
ۚ ٱن فَِفۡب ُُ بۚ فَِف ى ى لِ ف
9
ُ إّ ف
١٤٤ ْن ىل
ٱَُ إ ّٱ ََبٗٔ اا فَ ف
ُ َُف بۡ إِي ل ض لّ ل ف
ٱّ ف ُ ِ فَِفن ْف
فَ إَۡفَب إ
Artinya:
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
Selain itu, dalam situasi seperti ini, muncul beberapa kelompok
masyarakat muslim Madinah yang tengah bermusyawarah guna menentukan siapa
pengganti Muhammad Saw sebagai pemimpin pemerintahan dan pemimpin
masyarakat. Mereka, kaum Anshar tengah mendiskusikan siapa yang akan
menggantkan posisi politik dan kepemimpinan Muhammad Saw. Mereka
mencalonkan kandidatnya, bernama Sa’ad bin Ubadah. Sementara dari Muhajirin
Umar mencalonkan Abu Bakar.
Kendati Nabi tidak menunjuk penggantinya sebelum wafat, dengan
mempertimbangkan banyak hal, ummat islam menyadari betul bahwa posisi Abu
Bakar Ash-Shiddiq menjadi prioritas pertimbangan sebagai pengganti Rasulullah
sebagai kepala pemerintahan. Umat islam juga benar-benar menyadari cara
pergantian harus melalui musyawarah, agar monopoli dan perampasan kekuasaan
tidak terjadi. Pemaksaan pribadi untuk mencapai kekuasaan tidak terjadi, karena
semua dikembalikan kepada umat islam. Keberhasilan menentukan Abu Bakar
Ash-Shiddiq menjadi pengganti Muhammad, sudah tentu ada proses dan gesekan
kecil dalam berpendapat merupakan hal yang wajar dalam musyawarah atau cara
demokrasi.
Keberhasilan memilih Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama
melalui lembaga musyawarah, merupakan tradisi baru dan merupakan
pengalaman pertama bagaimana membangun kebudayaan dalam politik islam.
Peristiwa keberhasilan suksesi kepemimpinan ini jelas menjadi momentum terbaik
untuk penentuan kepemimpinan pasca kenabian. Pemimpin umat islam pasca
kenabian ini disebut dengan Khalifah rasulillah (pengganti rasul) atau disebut
dengan khalifah saja, merupakan simbol kebudayaan baru dan kedepannya akan
menjadi rujukan umat islam dalam melakukan suksesi kepemimpinan.
10
Kedudukan Khalifah rasyidah dalam pemerintahan membawa dua misi
utama, yaitu sebagai pemimpin politik yang harus menjaga keutuhan wilayah
teritorial, menjaga kedamaian dan kesejahteraan masyarakatnya. Kemudian
pekerjaan yang harus dipegang khalifah adalah membawa misi dakwah untuk
melanjutkan perjuangan. Muhammad sebagai pemimpin agama, sehingga di
tangan khalifah ada kewajiban menjalankan tatanan agama secara benar,
menyeluruh dan terpadu.
Sepeninggal Rasulullah banyak masalah yang dihadapi para sahabat, mulai
dari soal pemurtadan, keberadaan nabi palsu, keengganan membayar pajak,
hingga persoalan politik yang menyangkut suksesi kepemimpinan pasca kenabian.
11
Irak dijadikan pangkalan kekuatan kaum Muslimin untuk
melakukan perluasan ke negeri-negeri Persia lainnya. Irak saat itu
meliputi kawasan Kuffah (ibu kota Islam pada masa Ali), kemudian
Baghdad (ibu kota Islam pada masa Abbasiyah), dan Samra yang
didirika pada masa Mu’tasyim.
b. Iran
Setelah Irak ditaklukan negeri-negeri lain di Persia juga ditaklukan,
diantaranya negeri-negeri di seberang sungai. Dengan demikian
habislah riwayat Imperium Persia.
c. Syam dan Palestina
Ketika khalifah pertama Abu bakar meninggal dunia sedang
berlangsung di Syam dibawah komando Khalid ibnn Walid, dibantu
oleh Abu Ubaidah ibn Jarrah, Amr ibn Ash, Yazid ibn Abi Sufyan
Syurahbil ibn Hasanah. Ketika Umar diangkat menjadi Khalifah,
beliau mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima teringgi untuk
kawasan Syam. Khalid dikirimi surat pengunduran dirinya sa’at perang
sedang berlangsung, pakar sejarah berpendapat peristiwa ini terjadi
pada perang Yarmuk. Khalid menerima keputusan itu, beliau tetap
aktif ikut dalam peperangan dibawah komando Abu Ubaidah.
Sebagian ahli sejarah mengatakan ditunjuk Abu Ubaidah oleh Umar
karena lapangan sa’at itu membutuhkan pemimpin yang kriterianya
ada pada Abu Ubaidah, beliau memiliki keahlian dalam hal lobby dan
administrasi, sedangkan keahlian Khalid adalah strategi perang.
d. Yordania
Dalam upaya perluasan daerah kewilayah ini, kaum muslimin
harus mengambil jalan terakhir, yaitu menghadapi pasukan Romawi
yang tidak mau mempersilahkan kaum muslimin melakukan dakwah
secara damai. Kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran.
e. Syiria
Pasukan Islam melanjutan perjalanannya menuju Dimasyq
(damaskus) dibawah komando Ubaidillah ibn Jarrah. Setelah Syiria
tunduk, pasukan bergerak menuju ke utara. Yaitu Hims, Hamat, Halb,
12
Shoid, dan Bairut.
f. Palestina
Sejak terjadinya peristiwa isra’ mi’raj, negeri Palestina tidak bisa
dipisahkan dengan kaum muslimin. Aqhsa adalah negeri suci ketiga
yang diperintahkan kepada kaum muslimin untuk dikunjungi.
Berdasarkan kenyataan tersebut, kaum muslimin betul-betul serius
untuk membebaskan negeri ini dari kekuasaan Romawi. Namun
akhirnya mereka memilih damai dan meminta kepada pasukan agar
langsung menghadirkan Umar ibn Khatthab perihal tersebut. Di pintu
negeri Palestina, Umar disambut oleh Beartrick Ciprunius dan
sebagian pemimpin kaum muslimin. Pada kesepakatan itu Umar
membuat kesepakatan untuk memberikan rasa aman, yaitu keamanan
harta benda dan jiwa dan syiar keagamaan kepada penduduk asli.
Kesepakatan itu dikenal dengan perjanjian Umar. Ketika waktu sholat
ashar Umar menolak untuk sholat di gereja Qiamat, tetapi beliau sholat
diluarnya, khawatir dikemudian hari kaum muslimin mengikuti sunnah
Umar. Perbuatan Umar ini menegaskan bagaimana toleransi kaum
muslimin dengan orang yang tidak seagama.
g. Ekspedisi kawasan Maghribi
Ekspdisi penyiaran Islam keluar kawasan Arab kemudian
memecah diri ke beberapa penjuru. Disamping gerakan kearah timur
mereka juga bergerak kearah barat. Pasukan sebesar 4000 orang
prajurit muslim bergerak ke Mesir dibawa panglima Amr ibn Ash.
Sepanjang perjalanan tampaknya besar pasukan makin bertambah,
sampai mencapai 20.000 orang. Hal ini menimbulkan kesan bagi orang
Islam telah membangkitkan daya tarik untuk bergabung dalam pasukan
dibawah panji-panji Islam. Sukses kembali ada di prajurit berkuda
kaum muslimin yang telah terlatih pula. Seruan kalimat Allahu akbar
disetiap medan perang tampaknya menimbulkan efek ganda. Disatu
sisi berhasil membangkitkan semangat dan ketegaran bagi umat Islam
dalam melaksanakan misi suci mereka dalam penyebaran Islam.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Khalid ibn Walid adalah
13
menjadikan kota heliopolis sebagai ibu kota Islam di Mesir. Dalam
perkembangan selanjutnya kota ini dikenal dengan sebutan Cairo
Lama yang kelak mejadi ibu kota Mesir.
Setelah mendapatkan izin dan restu khalifah pasukan Amr ibn Ash
meneruskan eksedisinya kawasan matahari tenggelam dijalur Afrika
Utara. Dalam ungkapan bahasa Arab kawasan itu disebut kawasan
Magribi, yang berasal dari dari kata ghurubi syamsy yang berarti
tenggelam matahari.
Tidak seorang prajurit dan orag Arab berhak atas kawasan baru itu.
Semua kawasan dan kekayaan baru langsung menjadi milik Islam.
Penguasa setempat tidak dipaksa untuk memeluk Islam keuali atas
kemauan sendiri. Mereka diberi hak untuk meneruskan kepemimpinan
otonom dikawasan mereka dengan kewajiban untuk membayar pajak
perlindungan (jizyah) kepada kekhalifahan di Madinah.
14
ditimpa perpecahan yang disebabkan karena kebijakan ‘Utsman
dalam mengganti para gubernur yang diangkat Umar yang
didominasi dari keluarga Bani Umayyah. Sebagai contohnya
khalifah ‘Utsman mengganti Sa’ad ibn Abi Waqash yang
merupakan gubernur Kufah dengan Walid ibn Uqbah yang
merupakan saudara se-ibu khalifah ‘Utsman.
c. Penetapan Mushaf ‘Utsmani
Umat Islam pada masa khalifah ‘Utsman tinggal dalam
wilayah yang sangat luas dan terpencar-pencar, sehingga
penduduk masing-masing daerah tersebut membaca ayat-ayat
Al Qur’an menurut bacaan yang mereka pelajari dari tokoh
sahabat yang terkenal dari wilayah mereka (di Syiria
masyarakat mengacu pada bacaan Ubay ibn Ka’ab, di Kufah
masyarakat mengacu pada bacaan Abdullah ibn Mas’ud).
Persoalan tersebut menimbulkan perselisihan di kalangan umat
Islam.
Untuk mengatasi hal tersebut khalifah ‘Utsman membentuk
sebuah tim yang bertugas untuk menyalin dan
mengkodifikasikan ayat-ayat Al Qur’an ke dalam satu mushaf
resmi yang diketuai oleh Zaid ibn Tsabit. Mushaf tersebut
dibuat lima buah, empat buah dikirim ke wilayah Makkah,
Syiria, Kufah, Bashrah dan satu tinggal di Madinah. Mushaf
hasil kerja dari tim kodifikasi Al Qur’an pada masa khalifah
‘Utsman yang tinggal di Madinah disebut dengan Mushaf
‘Utsmani atau Mushaf Al-Imam yang sampai sekarang masih
kita gunakan, bahan digunakan di selruh penjuru dunia.
4. Dakwah pada masa Ali ibn Abi Thalib
Sejarah kepemimpinan khalifah Ali adalah sejarah terakhir masa
kekhalifahan umat Islam dalam sejarah setelah masa kenabian. Pada saat
diangkat menjadi khalifah, mewarisi kondisi yang sedang kacau.
Ketegangan politik terjadi akibat pembunuhan atas khalifah ‘Utsman.
Seluruh jabatan gubernur saat itu hampir seluruhnya diduduki oleh
15
keluarga Umayyah. Para gubernur ini menuntut Ali untuk mengadili
pembunuh ‘Utsman.
Gerakan dakwah yang telah dilakukan oleh khalifah Ali secara
garis besar dapat diperinci sebagai berikut:
a. Merombak para pejabat teras, terutama pejabat yang di
dominasi oleh keluarga Bani Umayyah.
b. Menyamakan kedudukan seseorang dimata hukum. Seperti
ketika khalifah Ali menuduh seorang Yahudi mengambil baju
besi kepada hakim. Dipihak Ali memiliki keyakinan bahwa si
Yahudi tersebut mencuri baju besinya, sedangkan di pihak
Yahudi bersikukuh bahwa baju besi itu ia dapat dengan
membelinya dari orang lain. Hakim pun kemudian
memutuskan bahwa yang berhak atas baju besi itu adalah si
Yahudi karena dari pihak Ali tidak dapat menghadirkan saksi
bahwa baju besi itu milik beliau. Hal inilah yang membuat si
Yahudi terkesima dan terkagum-kagum betapa adilnya hukum
Islam, bahkan karena kejadian ini sampai membuat si Yahudi
bersyahadat dan menyatakan keIslamannya.
16
menjadi seorang kepala negara. Sehingga corak Da’i pada masa
Khulafa’ur rasyidin ini adalah Al-Ulama wa Al-Umara’.
b. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa khulafa’urrasyidin adalah bersifat ijabah,
karena pada masa Rasulullah sudah banyak orang yang memeluk Agama
Islam. Khulafa’urrasyidin hanya tinggal meneruskan perjuangan dakwah
Rasulullah, namun masih banyak umat yang belum menerima Islam
sebagai Agamanya, seperti orang-orang Qurasyi dan Yahudi, sehingga
mad’u pada masa Kulafaurrasyidin bercorak ijabah dan ummah.
c. Materi
Materi yang diterapkan pada masa khulafa’urrasyidin adalah
aqidah, syari’ah dan mu’amalah. Adapun aqidah dengan cara
mentauhidkan atau meng- Esakan Allah, sedangkan syari’ah dengan
diajarkannya tata cara tentang berwudhu, sholat dan mambaca Al-Qur’an,
adapun mu’amalah yaitu dengan ditetapkannya zakat bagi orang-orang
muslim yang diserahkan kepada baitul maal dan pajak bagi orang-orang
non-muslim.
d. Metode
Secara umum, metode pengembangan dakwah yang dilakukakan
khulafa’urraasyidin adalah; pertama, konsolidasi dalam pembinaan dan
peninggkatan kualitas sumber daya kaum muslim. Hal ini dilakukan
melalui pengiriman dan penyebaran para cendekiawan sahabat (qurra
huffadz dan fuqaha) dikalangan para sahabat besar (Akabir Ash-shahabah)
ke wilayah-wilayah kekuasan yang semakin luas.
Kedua, melalui upaya futuhat, yakni proses penyebaran,
penghadiran dan penyampaian risalah-risalah islam ke daerah-daerah
tertentu dengan tidak memaksa masyarakat (mad’u.). Dengan demikian,
banyak daerah yang mengakui dan memasuki islam tanpa paksaan
melainkan atas dasar kebebasan, kesadaran, dan pilihan nuraninya. Kedua
langkah pengembangan metode dakwah strategis khulafa’urrasyidin ini,
secara lebih terperinci, dapat dikaji dalam sejarah peradaban muslim.
Adapun secara khusus langkah-langkah metode pengembangan dakwah
17
yang dijalankan oleh khulafa’urrasyidin, dapat dilihat dari spesifikasi
kebijakan dan perjuangannya masing-masing.
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634)
Beberapa langkah strategis yang dilakukan Abu Bakar dalam
upaya mengembangkan dakwah islam, diantaranya adalah :
Menciptakan stabilitas melalui pembinaan, pembenahan,
dan penyelesaian persoalan intern dikalangan kaum
muslimin, yakni menumpas dan meluruskan situasi anarkis
dalam negeri yang timbul akibat pemberontakan kaum
munafik dan gerakan penentang kewajiban zakat yang lahir
dari fanatisme kesukuan, dan munculnya pengakuan nabi
palsu.
Mengalihkan perhatian pada upaya melakukan futuhat,
ekspedisi ke Syiria demi pengembangan wilayah Islam.
Merintis majelis Syura.
Upaya memelihara dan mengumpulkan ayat-ayat Al-qur’an
sebagai rujukan dasar dakwah.
2. Umar ibn Al-Khattab (13-24 H / 634-644 M)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan Umar ibn
Al-khattab.
Pembenahan manajemen dan admimistrasi kepemerintahan
Pembenahan dan pembentukan pranata hukum dan sistem
pengadilan
Penetapan sistem kalender hijriah
Memperkokoh majelis syura dan sistem konstitusi negara
berdasarkan sistem teo demokratis
Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan
dibangunnya beberapa sarana umum, seperti irigasi
pertanian, sistem keuangan negara, bait al-maal dan
sebagainya
Pembinaan masyarakat dan upaya futuhat keberbagai
wilayah strategis bagi pengembangan dakwah
18
3. Ustman ibn Affan (24-36 H / 644-656 M)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh
Khalifah Usman ibn Affan.
Mengadakan pembenahan dan menyelesaikan gerakan
pembangkang, berupaya memelihara stabilitas wilayah
yang semakin luas.
Menyebarkan para cendekiawan ke wilayah-wilayah
kekuasan Islam.
Upaya menyeragamkan naskah mushaf Al-Qur’an, semi
keutuhan dan kepentingan dakwah.
Mempertahankan dan memelihara sistem pemerintahan
dengan memelihara majelis syura’
Mengadakan pembinaan dan futuhat ke wilayah Timur dan
Barat
4. Ali ibn Abi Thalib (36-41 H / 656-661)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh
Khalifah Ali ibn Abi Thalib.
Berupaya menyelesaikan persoalan intern diantara laum
muslimin
Mengadakan kompromi politis dengan elit politisi
Berusaha menjadikan mesjid sebagai tempat menyelesaikan
persoalan (sentral kegiatan)
Menampilkan sosok kepemimpinan yang tidak ambisius.
Dari beberapa macam langkah dan metode yang telah dipaparkan diatas,
dapat kita ketahui bahwa metode yang telah dilakukan khulafa’arrasyidin dalam
berdakwah adalah melalui tiga cara berikut.
1. Lisan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafa’urrasyidin dengan lisan
atau ucapan antara lain adalah :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah metode yang dilakukan untuk
19
menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan cara ceramah yang
dilakukan di masjid-masjid.
b. Metode Tanya-jawab
Metode Tanya-jawab adalah metode yang dilakukan
dengan menggunakan Tanya-jawab untuk mengetahui sejauh
mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau
menguasai materi dakwah, disamping itu juga untuk
merangsang perhatian mad’u. Seorang mad’u juga dapat
mengajukan pertanyaan kepada seorang da’i tentang materi
yang belum dikuasai oleh mad’u, sehingga akan terjadi suatu
hubungan timbal balik antara da’i dan ,mad’u.
c. Metode Konseling
Pada masa khulafaurrasyidin, para Khalifah mengajarkan
secara langsung cara membaca Al-quran, tata cara berwudhu’,
shalat dan cara-cara yang lainya dalam hal apapun yang di rasa
belum di ketahui oleh ummat.
d. Metode Diskusi
Misalnya, Abu Bakar, beliau berdiskusi dengan Chyrus,
pemimipin Romawi dan terjadi kesempatan untuk berdamai .
e. Metode Propaganda
Didalam proses dakwah pasti terdapat unsur propaganda,
guna untuk mempengaruhi seorang mad’u.
2. Tulisan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafa’urrasyidin dengan tulisan
antara lain adalah :
a. Metode Karya Tulis
Metode karya tulis dengan dikumpulkannya lembaran-
lembaran sebagai mushaf, dan pada masa khalifah Utsman bin
Affan dibukukan menjadi sebuah Al-Qur’an.
b. Metode Korespondensi
Sebelum para da’i dikirim ke daerah-daerah yang akan di
dakwahi, terlebih dahulu dikirim surat sebagai pengantar.
20
3. Perbuatan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafa’urrasyidin dengan
perbuatan antara lain adalah :
a. Metode Missi(Bi’tsah)
Penyebaran Agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan
dengan cara mengutus para da’i. Apabila ada yang menentang
atau memberontak maka dilakukan peperangan atau jihad.
b. Metode Ekspansi
Penyebaran Agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi
atau perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan meliputi
kawasan Syiria dan Palestina, Irak dan Persia, Mesir, Khurasan,
Armenia, Afrika Utara.
c. Metode Kelembagaan
Pada masa khalifah umar bin khatab sudah mampu
mengatur dalam sebuah kelembagaan yang di sebut Baitul Mal
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan
Negara.
d. Metode Keteladanan
Para khulafa’urrasyidin memiliki sifat yang cerdik, pandai,
adil, dermawan dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
e. Metode Silaturahim
Pada masa khulafa’urrasyidin, para khalifah berkunjung ke
daerah-daerah kekuasaanya untuk mengetahui
perkembangannya.
4. Media
Media yang digunakan pada masa khulafaurrasyidin diantaranya
adalah :
a. Media Masjid
Masjid di jadikannya sebagai tempat atau sasaran utama
oleh para Khulafa’ur Rasyidin, selain itu dijadikan sebagai
21
tempat pengajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
b. Media Cetak
Khulafaurrasyidin mengumpulkan Al-Qur’an dan
membukukannya, kemudian di sebarkannaya ke seluruh
wilayah kekuasaan Islam, yang terjadi pada masa Usman Bin
Affan.
5. Lembaga Pendidikan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, Abu Sofyan mengajarkan
Al-Qur’an kepada penduduk perkampungan. Barang siapa yang buta huruf
Al Quran akan dikenakan sanksi cambuk.
6. Lembaga Kantor / pemerintahan
Fungsi dari Lembaga Kantor / pemerintahan yaitu bisa juga
digunakan sebagai pusat segala aktivitas pemerintahan, seperti gedung-
gedung DPR atau istana Negara. Dan pemerintahan pada masa
Khulafa’urrasyidin ini pemerintahannya dijalankan sesuai dengan nilai-
nilai keislaman, misalnya pada masa Umar Bin Khattab dibuat sebuah
kebijakan untuk membuat sebuah badan yang mengurus zakat. Ini
dilakukan agar pembagian zakat bisa diantar dengan baik dan bisa
membantu orang miskin. Pada aktivitas beginilah lembaga Kantor
pemerintahan digunakan atau dibutuhkan.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Khulafa’ur Rasyidin
merupakan para pemimpin umat islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat yaitu
pada masa pemerintahan Abu Bakar , Umar Bin Khatab, Usman Bin Affan, Ali
Bin Abi Thalib. Khulafaur’rrasyidin adalah pemimpin yang arif dan bijaksana
dalam menjalankan tugasnya senantiasa meneladani kepemimipinan Rasulullah.
Dalam melanjutkan risalah dakwahnya, mereka berpegang pada prinsip dan
kaidah yang digariskan Rasulullah SAW., dan dikembangkan serta diorientasikan
pada persoalan dan tantangan yang dihadapi setiap zamannya. Keempat khalifah
tersebut berdakwah melalui lisan, tulisan dan amal perbuatan dengan beberapa
langkah dan metode yang mereka lakukan demi keberhasilan dakwahnya.
Metode dakwah dan perjalan dakwah yang ditempuh oleh setiap khalifah
tentu berbeda, akan tetapi pada setiap perjalanan dakwah mereka semua,
menerapkan dakwah yang sama yaitu memperluas ajaran islam, menyelesaikan
setiap masalah sesuai dengan ajaran islam serta menghasilkan beberapa
kebudayaan baru
23
2. Pada masa khalifah Umar ibn Khatthab
Pada masa ini, dakwah islam difokuskan dengan perluasan wilayah.
3. Pada masa khalifah Utsman ibn Affan
Perluasan wilayah hingga Asia Tengah
Pembangunan infrastruktur
Kodifiksi Al Qur’an dan menyatukannya dalam satu mushaf yang
dinamakan Mushaf ‘Utsmani atau Mushaf Al-Imam
4. Pada masa khalifah Ali Ibn abi Thalib
Pembersihan nepotisme pejabat yang dahulu dilakukan oleh
khalifah ‘Utsman
Menyamakan kedudukan hukum seseorang. Hukum seperti pisau
bermata dua, tajam keatas dan kebawah.
B. Saran
Tentu sebagai umat islam hendaknya kita mengetahui serta memahami
sejarah perkembangan agama islam, sehingga dengan begitu setidaknya kita dapat
mengambil pelajaran pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada sejarah
perkembangan islam, agar menjadikan kita lebih bijaksana lagi dalam hal bersikap.
Demikianlah makalah ini kami susun, kami sadar dalam maklah ini masih
jauh dari kesempurnaan dari segi materi maupun penyampaiannya. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangatlah kami harapkan guna
perbaikan makalah kami selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa Murad. 2012. Kisah Hidup Abu Bakar Al Shiddiq. Jakarta: Zaman
Sayyid, Majdi Fathi. 2003. Mari Mengenal Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Gema
Insani.
Wahyu Illahi Dan Harjani Efendi. Sejarah Dakwah. Edisi Pertama. Cetakan Ke-1.
25