Anda di halaman 1dari 96

PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI VERTEBRAE

LUMBOSACRAL PADA KLINIS LBP (LOW BACK PAIN)


DI INSTALASI RADIOLOGI RSU HAJI SURABAYA

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Diajukan Oleh:

YUSRIL SELA RAMADHAN


NIM. P1337430317002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PURWOKERTO
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae

Lumbosacral Pada Klinis LBP (Low Back Pain) di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Nama : Yusril Sela Ramadhan

NIM : P1337430317002

Telah diperiksa di depan dewan penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal........

DEWAN PENGUJI

1. Ketua : Darmini, S.Si., M.Kes. ( )

2. Anggota : Asri Indah Aryani, S.KM., M.Kes. ( )

3. Anggota : Panji Wibowo Nurcahyo, S.ST., M.Kes. ( )

Mengetahui,

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi


D-III TRR Purwokerto

Fatimah, S.ST., M.Kes. Ardi Soesilo Wibowo, ST., M.Si.


NIP. 19750523 199803 2 003 NIP. 19701216 199403 1 003

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Mata Kuliah Tugas Akhir pada

Program Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto

Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

Nama : Yusril Sela Ramadhan

NIM : P1337430317002

Judul Karya Tulis Ilmiah : Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae

Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya

Purwokerto, April 2020

Pembimbing,

(Darmini, S.Si, M. Kes.)


NIP.19711019 199403 2 001

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yusril Sela Ramadhan

NIM : P1337430317002

Judul Karya Tulis Ilmiah : Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae

Lumbosacral Pada Klinis LBP (Low Back

Pain) Di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya

Menyatakan bahwa Tugas Akhir ini adalah karya asli penulis, apabila dikemudian

hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini tidak asli, maka penulis bersedia

mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Purwokerto, April 2020

Penulis,

(Yusril Sela Ramadhan)


NIM. P1337430317002

iv
HALAMAN MOTTO

SEBAIK-BAIKNYA ORANG ADALAH ORANG BERMANFAAT BAGI ORANG

LAIN DAN SESEKALI, KATAKAN PADA DIRIMU SENDIRI: “TERIMA KASIH

KARENA SUDAH BEKERJA KERAS”

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Terima kasih kepada kedua orang tua yang saya sayangi yang selalu

memberikan dukungan kepada saya tanpa batas.

Terima kasih dukungannya dari bapak ibu dosen mulai awal penyusunan,

pengambilan data, sampai selesai.

Terima kasih teman-teman semua yang telah membantu dan mendukung

saya selalu memberikan semangat.

Teruntuk diri saya sendiri, terima kasih sudah bertahan dan berjuang hingga

titik ini.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Prosedur Pemeriksaan Radiografi Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya”.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk syarat menyelesaikan

pendidikan Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto,

Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang, di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat

bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Marsum BE, S.Pd., MHP., Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Semarang.

2. Ibu Fatimah, S.ST., M.Kes., Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

3. Bapak Ardi Soesilo, ST., M.Si., Ketua Prodi D III Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang dan

selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Darmini, S.Si., M.Kes., Dosen pembimbing dalam penyusun Karya Tulis

Ilmiah.

5. Ibu dr. Setiyaningsih, SpR., Kepala Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya.

6. Bapak H. Mas Winarto, S.ST., Kepala Ruang Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya.

vii
7. Bapak Agus Setyo Kiswoyo, S.TR RAD., Clinical Instruktur Instalasi

Radiologi RSU Haji Surabaya.

8. Seluruh radiografer, staf, maupun karyawan di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya.

9. Seluruh dosen dan staf Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi peneliti sendiri dan juga bagi pembaca.

Purwokerto, April 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iii
Pernyataan Keaslian Penelitian ......................................................................... iv
Halaman Motto .................................................................................................. v
Halaman Persembahan ..................................................................................... vi
Kata Pengantar .................................................................................................. vii
Daftar Isi ............................................................................................................ ix
Daftar Gambar ................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ................................................................................................. xii
Intisari ................................................................................................................ xiii
Abstract ............................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8


A. Landasan Teori .................................................................................. 8
1. Anatomi Vertebrae Lumbosacral .................................................... 8
2. Patologi LBP (Low Back Pain) ....................................................... 15
3. Prosedur Pemeriksaan Vertebrae Lumbosacral ............................. 19
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 29


A. Jenis Penelitian .................................................................................. 29
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 29
C. Subyek Penelitian .............................................................................. 29
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 30
E. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 31
F. Alur Penelitian .................................................................................... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 33


A. Hasil Penelitian .................................................................................. 33
B. Pembahasan ...................................................................................... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 54


A. Kesimpulan ........................................................................................ 54
B. Saran ................................................................................................. 55

Daftar Pustaka
Instrumen Penelitian
Tabel Kategorisasi dan Koding Terbuka
Pedoman Observasi

ix
Pedoman Wawancara
Lembar Permintaan Pemeriksaan
Hasil Bacaan/ Ekspertisi Radiolog
Ijin Pengambilan Data
Pernyataan Kesediaan menjadi Responden
Ethical Clearance

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi vertebra lumbal posisi superior (Bontrager, 2018) ......... 11
Gambar 2.2 Anatomi vertebra lumbal posisi lateral (Bontrager, 2018) ............ 12
Gambar 2.3 Anatomi vertebra lumbal posisi posterior (Bontrager, 2018) ........ 12
Gambar 2.4 Anatomi vertebra lumbal posisi anterior (Bontrager, 2018) ......... 12
Gambar 2.5 Anatomi sakrum posisi anterior (Bontrager, 2018) ...................... 15
Gambar 2.6 Anatomi sakrum posisi lateral (Bontrager, 2018) ......................... 15
Gambar 2.7 Posisi pasien proyeksi AP supine (Long, 2016)........................... 21
Gambar 2.8 Radiograf vertebra lumbosacral AP supine (Long, 2016) ............ 22
Gambar 2.9 Posisi pasien proyeksi lateral (Long, 2016) ................................. 24
Gambar 2.10 Radiograf vertebra lumbosacral lateral (Long, 2016) ................... 24
Gambar 2.11 Posisi pasien proyeksi RPO (Long, 2016) ................................... 26
Gambar 2.12 Radiograf vertebra lumbosacral proyeksi RPO (Long, 2016)....... 26
Gambar 3.1 Alur penelitian ............................................................................. 32
Gambar 4.1 Pesawat sinar-x Siemens
(Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya) ..................................... 35
Gambar 4.2 Digital Radiography
(Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya) ..................................... 35
Gambar 4.3 Dry printer merk Agfa CR 15-X
(Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya) ..................................... 36
Gambar 4.4 Radiograf vertebrae lumbosacral AP
(Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya) ..................................... 37
Gambar 4.5 Radiograf vertebrae lumbosacral lateral
(Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya) ..................................... 38
Gambar 4.6 Radiograf lumbosacral lateral (Cho, 2015) .................................. 48

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian


Lampiran 2 Tabel Kategorisasi Wawancara dengan Radiografer
Lampiran 3 Tabel Kategorisasi Wawancara dengan Dokter Spesialis Radiologi
Lampiran 4 Tabel Kategorisasi Wawancara dengan Dokter Pengirim
Lampiran 5 Tabel Kategorisasi Wawancara dengan Pasien
Lampiran 6 Grafik Koding Terbuka
Lampiran 7 Pedoman Observasi
Lampiran 8 Pedoman Wawancara dengan Radiografer (R1, R2, dan R3)
Lampiran 9 Pedoman Wawancara dengan Dokter Spesialis Radiologi (R4)
Lampiran 10 Pedoman Wawancara dengan Dokter Pengirim (R5)
Lampiran 11 Pedoman Wawancara dengan Pasien (R6)
Lampiran 12 Lembar Permintaan Pemeriksaan
Lampiran 13 Hasil Bacaan/ Ekspertisi Radiolog
Lampiran 14 Ijin Pengambilan Data
Lampiran 15 Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Radiografer I
Lampiran 16 Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Radiografer II
Lampiran 17 Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Radiografer III
Lampiran 18 Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Dokter Spesialis
Radilogi
Lampiran 19 Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Dokter Pengirim
Lampiran 20 Ethical Clearance

xii
PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI VERTEBRAE LUMBOSACRAL
PADA KLNIS LBP (LOW BACK PAIN)
DI INSTALASI RADIOLOGI RSU HAJI SURABAYA

Yusril Sela Ramadhan 1) , Darmini 2)

INTISARI

Prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP


(Low Back Pain) menurut Long (2016), menggunakan proyeksi AP, lateral dan
oblique (posterior atau anterior) dengan menggunakan posisi pasien supine.
Sedangkan prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis
LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya menggunakan
proyeksi AP dan lateral dengan menggunakan posisi pasien erect. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae
lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain), alasan menggunakan posisi
pasien erect, serta alasan menggunakan proyeksi AP dan lateral.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Pengambilan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan
radiografer, dokter spesialis radiologi, dokter pengirim, dan pasien. Data
dianalisis menggunakan interaktif model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pemeriksaan radiografi
vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi
RSU Haji Surabaya menggunakan proyeksi AP dan lateral dengan posisi pasien
erect dan dilakukan tanpa persiapan khusus. Alasan menggunakan posisi pasien
erect yaitu untuk memperjelas diskus intervertebralis yang mengalami
penyempitan, mengetahui adanya kelainan pada derajat kurvatura vertebrae
lumbosacral dan untuk mengetahui kurva fisiologis berada di garis pusat
gravitasi, agar dapat dilakukan pengukuran pada derajat kurvaturanya sehingga
dapat di evaluasi seperti dilakukan perhitungan pada derajat kurvanya pada
skoliosis. Sedangkan alasan menggunakan proyeksi AP dan lateral yaitu untuk
mempertimbangkan kondisi pasien yang memiliki riwayat low back pain dan tidak
kuat berdiri dalam waktu yang lama dan kedua proyeksi tersebut sudah cukup
informatif untuk menegakkan diagnosa.

Kata Kunci : Radiografi Vertebrae Lumbosacral, LBP (Low Back Pain), RSU
Haji Surabaya

Keterangan :
1)
Mahasiswa Program Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Purwokerto, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
2)
Dosen Program Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Purwokerto, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

xiii
RADIOGRAPHIC EXAMINATION PROCEDURE OF LUMBOSACRAL
VERTEBRAE IN CLINICAL LBP (LOW BACK PAIN) AT RADIOLOGY
DEPARTMENT OF HAJI SURABAYA HOSPITAL

Yusril Sela Ramadhan 1) , Darmini 2)

ABSTRACT

Radiographic examination procedure of lumbosacral vertebrae in clinical LBP


(Low Back Pain) according to Long (2016), using AP projections, lateral, and
oblique (posterior or anterior) with supine patient position. While radiographic
examination procedure of lumbosacral vertebrae in clinical LBP (Low Back Pain)
at Radiology Department of Haji Surabaya Hospital using AP and lateral
projections with erect patient position. This study aims determine the radiographic
examination procedure of lumbosacral vertebrae in clinical LBP (Low Back Pain),
the reason for using erect patient position, and reason for using using AP and
lateral projections.
This research is a qualitative research with case study approach. Data
collected by observation, documentation, and interviews with technologists, a
radiologist, a reffering physician, and a patient. Data were analyzed using
interactive model.
The results showed that the radiographic examination procedure of
lumbosacral vertebrae in clinical LBP (Low Back Pain) at Radiology Department
of Haji Surabaya Hospital was use AP and lateral projection with erect patient
position was practice without special patient preparation. The reason for using
erect patient position is it see the clarify the narrowed intervertebral discs, know
of any abnormalities in the degree of the lumbosacral vertebrae curvature and to
find out the physiological curve is at the center of gravity, in order to be able to
measure the degree of the curve so that it can be evaluated as it is done to
calculate the degree of the curve in scoliosis. While reason for using using AP
and lateral projections is to consider the patient's condition who have a history of
low back pain and are not strong standing for a long time and both projections
are informative enough to make a diagnosis.

Keyword : Lumbosacral Vertebrae Radiographic, LBP (Low Back Pain),


RSU Haji Surabaya

Description :
1)
Student of Course Prodi D III Radiodiagnostic and Radiotherapy Techniques
of Purwokerto, Polytechnic of Health Ministry Semarang.
2)
Lecturer of Course Prodi D III Radiodiagnostic and Radiotherapy Techniques
of Purwokerto, Polytechnic of Health Ministry Semarang.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka badan yang

berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, anggota gerak atas, berat

badan dan tubuh bagian atas ke anggota tubuh bagian bawah. Selain itu

juga berfungsi untuk melindungi medulla spinalis dan selaput otak di

kanalis vertebralis, juga untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta

menjadi tempat melekatnya otot-otot. Kolumna vertebralis terdiri dari

vertebra servikal, vertebra torakal, vertebra lumbal, sakrum, dan coccyx

(Bontrager, 2018).

Vertebra lumbosacral merupakan gabungan dari vertebra lumbal dan

sakrum, vertebra lumbal merupakan vertebra terbesar, vertebra lumbal

terdiri dari lima ruas. Vertebra ini adalah yang terkuat di kolumna

vertebraris karena beban berat tubuhnya meningkat ke bagian bawah

kolumna. Tulang rawan diskus antara vertebra lumbal inferior merupakan

tempat yang sering terjadi cedera dan patologi. Ruas kelima membentuk

sendi dengan sakrum pada sendi lumbosacral (Bontrager, 2018).

Sakrum atau tulang kelangkangan berbentuk segitiga dan terletak

pada bagian bawah kolumna vertebra, terjepit diantara kedua tulang

inominata (atau tulang koksa) dan membentuk bagian belakang rongga

pelvis, letak sakrum berada dibawah vertebra lumbal (Bontrager, 2018).

Sakrum terdiri dari lima tulang belakang yang berfusi untuk membentuk

1
2

tulang berbentuk baji, yang cekung di bagian anterior (Snell, 2019).

Salah satu keluhan yang menjadi penyebab pasien berkunjung ke

pusat pelayanan kesehatan maupun berusaha mengobati diri sendiri

adalah nyeri. Nyeri dapat didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman,

resah, atau derita yang timbul akibat stimulan ujung saraf nociceptor.

Tergantung pada lokasi dan jenisnya, nyeri dapat mengganggu

pelaksanaan aktivitas sehari-hari atau bahkan perilaku seseorang

(Syuhada, 2018).

Salah satu jenis nyeri terkait sistem mukuloskeletal yang paling

sering terjadi adalah LBP (Low Back Pain). LBP adalah nyeri yang

dirasakan pada punggung bagian bawah, LBP bukan sebuah diagnosis

akhir, melainkan sebuah manifestasiklinis dari kelainan yang

menimbulkan sensasi nyeri pada daerah punggung dibawah garis costae

ke 12 dan di atas lipatan glutea dengan atau tanpa nyeri pada tungkai

bawah (Syuhada, 2018).

Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan untuk membantu

menegakkan diagnosa pada kasus LBP (Low Back Pain) adalah

pemeriksaan radiografi vertebrae lombosacral. Menurut Long (2016),

pemeriksaan vertebrae lumbosacral adalah pemeriksaan radiologi untuk

melihat kelainan yang ada di daerah lumbal satu sampai dengan sakrum

lima, ada beberapa proyeksi pada pemeriksaan ini, antara lain proyeksi

AP (Antero Posterior) untuk menampakkan patologi seperti fraktur dan

skoliosis. Proyeksi lateral untuk menampakkan patologi seperti fraktur,

spondylolisthesis dan osteoporosis. Proyeksi oblique – posterior atau

anterior untuk melihat kelainan pada pars interarticularis seperti patologi


3

spondylolysis. Ketiga proyeksi ini dilakukan dengan posisi pasien supine

lutut ditekuk (difleksikan) atau diberi alat fiksasi pada bagian bawah lutut

di atas meja pemeriksaan.

Menurut Cho (2015), pemeriksaan vertebrae lumbosacral pada klinis

LBP (Low Back Pain) dengan menggunakan posisi pasien erect memiliki

tujuan untuk memperjelas kelainan pada diskus intervertebralis, pada

posisi pasien erect serta adanya beban atau tekanan pada tubuh dapat

memperlihatkan dengan jelas diskus intervertebralis yang mengalami

penyempitan atau penekanan. Menurut Maduforo (2012), pada posisi

pasien lateral erect biasanya ada peningkatan sudut kurvatura 8 - 12

derajat, sumbu panjang tulang belakang pasien yang melengkung sejajar

dengan sumbu panjang dari tabel roentgenographic sehingga

memperoleh sudut lumbosakral yang valid atau benar, posisi pasien erect

akan memastikan bahwa tulang belakang 'S' curved pasien sejajar

dengan arah datang sinar x-ray.

Prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lombosacral pada klinis

LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya dilakukan

menggunakan proyeksi AP (Antero Posterior) dan lateral dengan posisi

pasien erect pada pasien kooperatif.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin mengkaji lebih

lanjut mengenai pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis

LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya dan

mengangkatnya sebagai Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Prosedur

Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP

(Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya”.


4

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya?

2. Mengapa prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya menggunakan posisi pasien erect?

3. Mengapa prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya menggunakan proyeksi AP (antero posterior) dan lateral?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi

RSU Haji Surabaya.

2. Untuk mengetahui alasan prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi

RSU Haji Surabaya menggunakan posisi pasien erect.

3. Untuk mengatahu alasan prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi

RSU Haji Surabaya menggunakan proyeksi AP (antero posterior) dan

lateral.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian tentang prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral dapat menambah kepustakaan, wawasan ilmu


5

pengetahuan, dan mempertimbangkan referensi bagi para pembaca

tentang prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain).

2. Manfaat Praktis

Penelitian tentang prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral ini dapat menjadikan masukan bagi pihak rumah sakit

dan pelayanan radiologi lainnya tentang prosedur pemeriksaan

radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain).

E. Keaslian Penelitian

Peneliti yang sejenis dengan penelitian penulis pernah dilakukan oleh

peneliti lain yaitu :

1. Perdana (2012), dengan judul “PROSEDUR PEMERIKSAAN

RADIOGRAFI VERTEBRA LUMBOSACRAL PADA KASUS

SPONDYLOSIS DI RSUD TASIKMALAYA” yang membahas tentang

prosedur pemeriksaan radiografi vertebra lumbosacral pada kasus

spondylosis serta alasan hanya menggunakan proyeksi AP dan

lateral. Perbedaan terletak pada klinis, subyek, posisi pasien yang

digunakan, waktu pengambilan data dan tempat pengambilan data.

Sedangkan persamaan terletak pada proyeksi yang digunakan, obyek

yang diteliti.

2. Ambarlina (2016), dengan judul “PROSEDUR PEMERIKSAAN

RADIOGRAFI VERTEBRAE LUMBOSACRAL PADA KASUS LOW

BACK PAIN (LBP) PASIEN DENGAN ASURANSI BPJS DI RS PKU

MUHAMMADIYAH” yang membahas tentang penerapan prosedur

pemeriksaan radiografi lumbosacral dengan kasus Low Back Pain


6

(LBP) pada pasien asuransi BPJS, alasan hanya menggunakan

proyeksi lateral, serta membahas tentang informasi diagnostik pada

pemeriksaan lumbosacral dengan tanpa proyeksi AP dan oblique.

Perbedaan terletak pada subyek yang diteliti, posisi pasien yang

digunakan, proyeksi yang digunakan, waktu pengambilan data dan

tempat pengambilan data. Sedangkan persamaan terletak pada klinis,

dan obyek yang diteliti.

3. Nurbaiti (2017), dengan judul “PROSEDUR PEMERIKSAAN

RADIOGRAFI VERTEBRA LUMBOSAKRAL DENGAN KASUS LOW

BACK PAIN (LBP) DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN

TEMANGGUNG” yang membahas tentang prosedur pemeriksaan

radiografi lumbosakral dengan kasus Low Back Pain (LBP) serta

alasan pada proyeksi AP dengan pangaturan posisi obyek kedua lutut

lurus. Perbedaan terletak pada subyek yang diteliti, posisi pasien

yang digunakan, waktu pengambilan data dan tempat pengambilan

data. Sedangkan persamaan terletak pada klinis, proyeksi yang

digunakan, dan obyek yang diteliti.

4. Laeli (2019), dengan judul “PROSEDUR PEMERIKSAAN

RADIOGRAFI LUMBOSACRAL PADA KLINIS

SPONDYLOLISTHESIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD K.R.M.T

WONGSONEGORO SEMARANG” yang membahas prosedur

pemeriksaan radiografi lumbosacral pada klinis spondylolisthesis

serta alasan menggunakan proyeksi lateral hyperflexion dan lateral

hyperextension. Perbedaan terletak pada klinis, subyek yang diteliti,

proyeksi yang digunakan, posisi pasien yang digunakan, waktu


7

pengambilan data dan tempat pengambilan data. Sedangkan

persamaan terletak pada obyek yang diteliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anatomi Vertebrae Lumbosacral

a. Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis adalah pilar tulang pusat, yang terletak di

longitudinal tubuh. Kolumna vertebralis berfungsi untuk

menyokong kepala, ekstremitas atas, dan rongga dada, serta

mentransmisikan berat badan ke tungkai bawah. Sumsum tulang

belakang, akar saraf tulang belakang, dan meninges yang

menutupi terletak di dalam rongga kolumna vertebralis, yang

memberikan perlindungan besar pada struktur tersebut (Snell,

2019).

b. Bagian-bagian Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis terdiri dari 33 vertebra yang dibedakan di

5 tempat, yaitu 7 servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakrum, dan 4

tulang ekor. Banyak sendi yang menghubungkan banyak segmen

pada tulang tersebut, sehingga membuat kolumna vertebralis

cukup fleksibel. Kolumna vertebralis dalam setiap letak memiliki

ciri pembeda yang khas. Namun, semua vertebra memiliki struktur

yang sama. Vertebra tipikal terdiri dari tubuh bundar di anterior

dan lengkung vertebra di posterior. Ini melampirkan ruang yang

disebut foramen vertebra, foramina vertebra diselaraskan untuk

membentuk lorong kontinu yang disebut kanal vertebral, yang

menyampaikan sumsum tulang belakang dan penutupnya.

8
9

Lengkungan vertebral terdiri dari sepasang pedikel silindris, yang

membentuk sisi lengkung, dan sepasang lamina pipih, yang

melengkapi lengkung posterior. Lengkungan vertebra

menimbulkan tujuh proses: satu spinosus, dua transversal, dan

empat artikular (Snell, 2019).

c. Kurvatura Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis disejajarkan untuk membentuk empat

lengkungan regional pada bidang sagital. Kurva torakal dan

sacrococcygeal memiliki konkavitas anterior; kurva servikal dan

lumbal memiliki konkavitas posterior. Secara kolektif, kurva

berfungsi untuk menyelaraskan pusat gravitasi tubuh melalui

panggul, sehingga menangkal bobot viscera thoracoabdominal,

memungkinkan kepala untuk menyeimbangkan di atas kolom

tulang belakang, dan memungkinkan postur tegak (Snell, 2019).

Menurut Netter (2019), kolumna vertebralis mempunyai

beberapa kurvatura, yaitu :

1) Servikal anterior convexity (2 derajat)

2) Torakal anterior concavity (1 derajat)

3) Lumbal anterior convexity (2 derajat)

4) Sakrum anterior concavity (1 derajat)

d. Vertebra Lumbal

Menurut Paulsen (2018) vertebra lumbal merupakan kolumna

vertebra terbesar dan struktural lebih padat untuk menahan gaya

tekanan yang semakin meningkat akibat berat tubuh, vertebra

lumbal terdiri dari lima ruas, vertebra lumbal tidak mempunyai


10

facies articularis untuk bersendi dengan costae dan tidak terdapat

foramen pada processus transversus.

Vertebra lumbal memiliki corpus besar berbentuk seperti

kacang, lamina kokoh, processus spinosus tebal dan pendek,

processus mammillary pada permukaan posterior dari aspek

artikular superior (Netter, 2019).

Menurut Long (2016), vertebra lumbal terdiri dari dua

komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari corpus,

sedangkan komponen posterior yaitu arcus vertebra yang terdiri

dari pediculus arcus vertebra, lamina, processus transversus,

processus spinosus, dan processus artikularis. Setiap dua corpus

vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta

dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamen. Foramen

vertebralis lumbal berbentuk segitiga, bagian bawah dari medulla

spinalis meluas sampai foramen vertebralis lumbal satu. Foramen

vertebralis lumbal lima hanya berisi cauda equina dan selaput-

selaput otak. Processus transversus berbentuk tipis dan panjang

kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran

lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra torakal.

Processus spinosus berbentuk tipis, lebar, dan tumpul dengan

pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal.

Processus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba

atau palpasi. Processus artikularis superior merupakan fasies

artikularis yang cekung dan menghadap posteromedial,


11

sebaliknya fasies inferior cembung dan menghadap anterolateralis

(Long, 2016).

Menurut Snell (2019), vertebra lumbal memiliki ciri-ciri sebagai

berikut.

a. Corpus vertebra yang besar dan berbentuk seperti ginjal.

b. Pediculus arcus vertebra yang kokoh, mengarah ke belakang.

c. Lamina yang tebal.

d. Foramen vertebralis berbentuk segitiga.

e. Processus transversus panjang dan langsing.

f. Processus spinosus pendek, rata, berbentuk segiempat, dan

mengarah ke belakang.

g. Processus articularis superior menghadap ke medial dan

processus articularis inferior menghadap ke lateral.

Keterangan Gambar 2.2 :


1. Processus spinosus
2. Lamina
3. Processus articularis superior
4. Processus transversus
5. Pediculus arcus vertebra
6. Foramen vertebralis
7. Corpus vertebra

Gambar 2.1 Anatomi vertebra lumbal posisi Superior


(Bontrager, 2018)
12

Keterangan Gambar 2.3 :


1. Processus spinosus
2. Processus transversus
3. Processus articularis superior
4. Incisura vertebralis superior
5. Pediculus arcus vertebra
6. Corpus vertebra
7. Incisura vertebralis inferior
8. Processus articularis inferior

Gambar 2.2 Anatomi vertebra lumbal posisi lateral


(Bontrager, 2018)

Keterangan Gambar 2.4 :


1. Processus articularis superior
2. Pars interarticularis
3. Processus articularis inferior
4. Processus spinosus
5. Corpus vertebra
6. Processus transversus

Gambar 2.3 Anatomi vertebra lumbal posisi posterior


(Bontrager, 2018)

Keterangan Gambar 2.5 :


1. Processus articularis superior
2. Processus articularis inferior
3. Processus transversus
4. Corpus vertebra

Gambar 2.4 Anatomi vertebra lumbal posisi anterior


(Bontrager, 2018)
13

e. Sakrum

Menurut Long (2016), Sakrum dibentuk oleh fusi dari lima

segmen atau ruas vertebra sakrum ke dalam tulang melengkung,

segitiga. Sakrum terjepit di antara tulang iliaka panggul dan

apeksnya mengarah ke posterior dan inferior. Meskipun ukuran

dan tingkat kelengkungan sakrum sangat bervariasi, pada pria

tulang sakrum biasanya lebih panjang, lebih sempit, lebih

melengkung lebih merata, dan lebih vertikal daripada wanita.

Sakrum wanita lebih melengkung akut, dengan kelengkungan

terbesar di bagian bawah tulang, terletak pada bidang yang lebih

miring, yang menghasilkan sudut yang lebih tajam di

persimpangan lumbal dan kurva panggul.

Bagian superior dari segmen sakrum pertama tetap berbeda

dan menyerupai vertebra daerah lumbal. Permukaan superior dari

dasar sakrum sesuai dengan ukuran dan bentuk dengan

permukaan inferior segmen lumbal terakhir dan berartikulasi untuk

membentuk persimpangan lumbosakral. Konkavitas pada

permukaan atas pedikel segmen sakrum pertama dan konkavitas

yang sesuai pada permukaan bawah pedikel segmen lumbal

terakhir membentuk pasangan foramina intervertebralis terakhir.

Processus artikular superior dari segmen sakrum pertama

berartikulasi dengan processus artikular inferior vertebra lumbal

terakhir untuk membentuk pasangan terakhir dari sendi

zygapophyseal (Long, 2016)


14

Menurut Long (2016), di setiap sisi dasar sakrum terdapat

massa lateral besar yang mirip sayap yang disebut ala. Pada

bagian superoanterior dari permukaan lateral setiap ala adalah

permukaan artikular, processus artikular besar yang mirip pada

tulang iliaka panggul. Permukaan inferior dari puncak sakrum

memiliki segi oval untuk artikulasi dengan coccyx dan sacrum

cornua — dua proses yang terproyeksi secara inferior dari aspek

posterolateral segmen sakrum terakhir untuk bergabung dengan

coccygeal cornua.

Menurut Snell (2019), sakrum terdiri dari lima ruas vertebra

yang menyatu bersama untuk membentuk tulang berbentuk baji,

yang cekung di bagian anterior. Batas atas, atau pangkal, tulang

berartikulasi dengan vertebra lumbal kelima. Perbatasan inferior

yang sempit, atau puncaknya, berartikulasi dengan tulang ekor.

Secara lateral, sakrum berartikulasi dengan dua tulang iliaka untuk

membentuk sendi sakroiliaka. Margin anterior dan atas vertebra

sakrum pertama menonjol ke depan sebagai margin posterior inlet

panggul dan disebut tanjung sakrum. Kanal vertebral berlanjut ke

sakrum di mana ia membentuk kanalis sakral. Kanalis sakralis

mengandung cauda equina dan bahan fibrofatty. Ini juga berisi

bagian bawah ruang subaraknoid ke bawah sampai ke vertebra

sakrum kedua. Lamina vertebra sakrum kelima, dan kadang-

kadang vertebra sakrum keempat, gagal bertemu di garis tengah,

membentuk hiatus sakrum. Pada hiatus sakrum, ujung inferior

posterior kanalis tidak memiliki penutup tulang. Vertebra lumbal


15

kelima dapat menyatu pada sakrum, dalam kondisi yang disebut

sakralisasi vertebra L5.

Keterangan gambar 2.6 :


1. Corpus (segmen ke 1)
2. Superior articular
process
3. Promontory
4. Ala
5. Pelvis (anterior) sacral
foramina
6. Apex

Gambar 2.5 Anatomi sakrum posisi anterior


(Bontrager, 2018)

Keterangan gambar 2.7 :


1. Sacroiliac joint
2. Corpus sacral
3. Sacral canal
4. Superior articular process
5. Median sacral crest
6. Sacral horn
7. Coccyx horn
8. Coccyx

Gambar 2.6 Anatomi sakrum posisi lateral


(Bontrager, 2018)

2. Patologi LBP (Low Back Pain)

a. Pengertian LBP (Low Back Pain)

Low back pain adalah keluhan umum dalam praktik klinis dan

mungkin juga demikian disebabkan oleh spektrum penyakit yang

luas (Snell, 2019). LBP (Low Back Pain) adalah nyeri yang
16

dirasakan pada punggung bagian bawah. LBP bukan sebuah

diagnosis akhir, melainkan sebuah manifestasiklinis dari kelainan

yang menimbulkan sensasi nyeri pada daerah punggung dibawah

garis costae ke 12 dan di atas lipatan glutea dengan atau tanpa

nyeri pada tungkai bawah (Syuhada, 2018).

Menurut Tarwaka (2015), nyeri punggung bawah adalah

sensasi pada punggung bawah mengacu pada rasa nyeri atau

sakit di mana pun di daerah antara tulang rusuk bawah dan di atas

kaki. Rasa nyeri pada punggung bawah akibat dari cidera atau

ketegangan otot, atau bisa juga disebabkan oleh kondisi yang

lebih spesifik, seperti herniated disc.

LBP (Low Back Pain) merupakan rasa nyeri yang di sebelah

belakang dan samping luar. LBP bisa berupa nyeri nosiseptif,

neuropatik atau kombinasi dari keduanya. Nyeri ini bisa

diakibatkan oleh kerusakan mekanik, bahan kimia, trauma,

neoplasma, iskemi, serta proses autoantigen di persendian daerah

lumbosakral. LBP bukan suatu diagnosis namun merupakan suatu

gejala yang banyak ditemukan di masyarakat. Timbulnya rasa

nyeri pada LBP diakibatkan oleh terjadinya tekanan pada susunan

saraf tepi yang terjepit pada area tulang belakang. Secara umum

kondisi ini seringkali terkait dengan trauma mekanik akut, namun

dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun

waktu tertentu. Kebanyakan kasus LPB terjadi oleh adanya

pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan otot

berlebihan, ketegangan otot, serta cedera otot, ligamen, maupun


17

diskus yang menyokong tulang belakang. LBP dapat juga

disebabkan oleh keadaan non mekanik seperti peradangan pada

ankilosing spondilitis, infeksi, neoplasma, dan osteoporosis

(Chaerunnisa, 2019).

b. Epidemiologi LBP

Menurut Chaerunnisa (2019), data epidemiologi mengenai

LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk

Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri

pinggang, dengan prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada

perempuan 13,6%. Insiden LBP berdasarkan kunjungan pasien ke

beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar 3-17%. LBP juga

menempati urutan kedua yang sering dikeluhkan orang setelah

nyeri kepala, di Indonesia sekitar 15 juta penduduk menderita

nyeri pinggang bawah. Dibandingkan nyeri kepala, LBP

menempati urutan kedua yang sering dikeluhkan orang. Insidensi

nyeri punggung bawah di beberapa negara berkembang sekitar

15% hingga 20% dari populasi total, sebagian besar merupakan

nyeri akut maupun kronik. Untuk mengetahui penyebab terjadinya

LBP diperlukan pemeriksaan radiologik.

c. Etiologi LBP

1) Faktor Mekanik

Gaya berat tubuh dapat menimbulkan rasa nyeri pada

punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian

tubuh yang lain, misalnya pada genu valgum, genu varum dan

coxa valgum. Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri


18

dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat menimbulkan

nyeri pada punggung bawah atau low back pain. Kehamilan

dan obesitas juga merupakan salah satu faktor yang dapat

menimbulkan low back pain karena menimbulkan penekanan

pada diskus akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh

dan kelemahan otot pada tulang belakang. Selain itu, fraktur

vertebra, spondylosis, dan deformitas kongenital seperti

skoliosis dan kifosis juga merupakan bagian dari faktor

mekanik penyebab terjadinya low back pain. Faktor-faktor

mekanik ini menyumbang angka kejadian low back pain

sebesar 80% hingga 90% dari seluruh faktor penyebab

terjadinya kejadian low back pain (Ningsih, 2016).

2) Faktor Non Mekanik

Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor non mekanik

adalah neoplasia seperti tumor primer atau metastasis,

penyakit infeksi seperti osteomyelitis dan keadaan inflamasi

arthritis, spondylitis. Faktor ini menyumbang angka kejadian

1% hingga 2% dari seluruh faktor penyebab terjadinya low

back pain (Ningsih, 2016).

3) Faktor Neurogenik

Herniasi diskus, stenosis pada spinal, fisura anular

dengan iritasi pada akar saraf, kegagalan pada operasi

surgikal seperti herniasi berulang dan perlekatan epidural juga

dapat menyebabkan terjadinya low back pain. Faktor ini


19

menyumbang angka kejadian low back pain sebesar 5%

hingga 15% (Ningsih, 2016).

4) Faktor Penyebab Lain

Faktor-faktor lain seperti fibromyalgia, gangguan

somatoform dan malingering dapat menyumbang angka

kejadian low back pain sekitar 2% hingga 4% (Ningsih, 2016).

3. Prosedur Pemeriksaan Vertebrae Lumbosacral


Menurut Long (2016), untuk indikasi LBP (Low Back Pain)

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral menggunakan proyeksi

AP (Antero Posterior), lateral dan oblique – posterior atau anterior.

Ketiga proyeksi ini dilakukan dengan posisi pasien supine lutut ditekuk

(difleksikan) atau diberi alat fiksasi pada bagian bawah lutut diatas

meja pemeriksaan.

Prosedur pemeriksaan vertebrae lumbosacral adalah sebagai

berikut :

a. Indikasi Pemeriksaan Vertebrae Lumbosacral

Menurut Long (2016), dilakukannya pemeriksaan vertebrae

lumbosacral bila adanya indikasi, antara lain :

1) Ankylosing spondylitis

2) Fraktur

3) Herniated nucleus pulposus (HNP)

4) Lordosis

5) Metastases

6) Scoliosis

7) Spondylolisthesis

8) Spondylolysis
20

b. Persiapan Pasien

Menurut Long (2016), pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral tidak memerlukan persiapan khusus, hanya saja

pasien dianjurkan untuk melepas benda-benda yang dapat

menyebabkan gambaran radioopaque pada radiograf. Selain itu

sebelum pemeriksaan pasien diberi penjelasan mengenai

pemeriksaan yang akan dilakukan.

c. Persiapan Alat

Menurut Long (2016), persiapan alat dalam teknik

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral, antara lain :

1) Pesawat sinar-x

2) Image Reseptor (IR) ukuran 35 cm x 43 cm

4) Grid atau bucky table

5) Marker

6) Soft bag atau alat fiksasi

7) Computed Radiography (CR)

d. Proyeksi Pemeriksaan (Long, 2016)

1) Proyeksi AP (antero posterior)

a) Posisi Pasien

Posisi pasien supine dan bagian kepala diberi bantal.

b) Posisi Obyek

(1) Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pasien pada

pertengahan meja pemeriksaan.

(2) Bahu dan sendi panggul diatur terlentang sejajar

dengan bidang horizontal.


21

(3) Siku pasien difleksikan dan tempatkan kedua tangan

di atas dada sehingga tidak masuk dalam lapangan

penyinaran.

(4) Letakkan soft bag (dukungan radiolusen) di bawah

sisi panggul dapat digunakan untuk mengurangi

rotasi bila diperlukan.

(5) Sendi lutut difleksikan untuk mengurangi lumbal

lordosis.

(6) Respirasi : tahan nafas pada akhir ekspirasi

c) Central Ray (CR)

Arah sinar tegak lurus kaset.

d) Source Image Distance (SID) : 122 cm

e) Central Point (CP)

Setinggi krista iliaka atau setinggi lumbal empat.

Gambar 2.7 Posisi pasien proyeksi AP supine


(Long, 2016)
22

Gambar 2.8 Radiograf vertebra lumbosacral AP supine


(Long, 2016)

f) Kriteria Radiograf

(1) Tampak bagian bawah vertebra torakal hingga

sakrum.

(2) Tampak margin lateral otot psoas.

(3) Tidak ada artefak.

(4) Tidak ada rotasi, ditandai vertebra dengan

processus spinosus berada pada pertengahan

corpus vertebra. Sendi sacroiliac berjarak sama dari

kolumna vertebra.

(5) Diskus intervertebralis tampak membuka.

(6) Soft tissue dan trabekular tulang terlihat jelas.


23

2) Proyeksi Lateral

a) Posisi Pasien

Pasien tidur di atas meja pemeriksaan dengan posisi

lateral recumbent.

b) Posisi Obyek

(1) Minta pasien untuk berbalik ke sisi yang sakit dan

melenturkan pinggul dan lutut ke posisi yang

nyaman.

(2) Untuk pasien kurus, fiksasi diberikan di bawah

pinggang untuk mengurangi tekanan.

(3) Mid Coronal Plane (MCP) tubuh pada pertengahan

meja dan pastikan true lateral.

(4) Untuk mencegah rotasi, atur kedua lutut superposisi,

dan sand bag ditempatkan diantara keduanya.

(5) Tempatkan penyangga radiolusen atau soft bag yang

sesuai di bawah toraks bagian bawah, dan sesuaikan

sehingga sumbu panjang tulang belakang horizontal.

(6) Respirasi : tahan nafas pada akhir ekspirasi.

c) Central Ray (CR)

Arah sinar tegak lurus kaset.

d) Source Image Distance (SID) : 122 cm

e) Central Point (CP)

Setinggi ilium atau lumbal empat.


24

Gambar 2.9 Posisi pasien proyeksi lateral


(Long, 2016)

Gambar 2.10 Radiograf vertebra lumbosacral lateral


(Long, 2016)

f) Kriteria Radiograf

(1) Tampak bagian bawah vertebra torakal hingga

coccyx.

(2) Tampak vertebra berada pada pertengahan gambar


25

(3) Tidak adanya rotasi dari pasien, tampak foramen

intervertebralis, pediculus, dan corpus vertebra yang

mengalami superposisi.

(4) Diskus intervertebralis dan foramen intervertebralis

tampak membuka.

(5) Soft tissue dan trabekular tulang terlihat jelas.

3) Proyeksi Oblique (RPO dan LPO atau RAO dan LAO)

a) Posisi Pasien

Pasien tidur di atas meja pemeriksaan dengan posisi

semi supine (RPO dan LPO) atau semi prone (RAO dan

LAO) dan pada bagian kepala diberi bantal.

b) Posisi Obyek

(1) Tubuh pasien dirotasikan 45° dari meja pemeriksaan

untuk menampakkan zygapophyseal joint.

(2) Vertebra diatur pada pertengahan meja pemeriksaan.

(3) Pastikan tidak ada rotasi selama pemeriksaan

berlangsung.

c) Central Ray (CR)

Arah sinar tegak lurus dengan kaset.

d) Source Image Distance (SID) : 122 cm

e) Central Point (CP)

2 inci (5 cm) medial dari SIAS kemudian 1,5 inci (3,8 cm)

di atas Krista Illiaca.


26

Gambar 2.11 Posisi pasien proyeksi RPO


(Long, 2016)

Gambar 2.12 Radiograf Vertebra Lumbosacral


Proyeksi RPO (Long, 2016)

Keterangan gambar 2.13 :


1. L1 – L2 Zygapophyseal joint
2. L2 Inferior articular process
3. L3 Pedicle
4. L4 Superior articular process
5. L2 Pars interarticularis
6. L3 Transverse process
27

f) Kriteria Radiograf

(1) Tampak bagian bawah vertebra torakal hingga

sakrum.

(2) Dengan posisi pasien oblique 45° mampu

menampakkan zygapophyseal joint dan pediculus

arcus vertebra diantara midline dan anterior aspect

dari corpus vertebra.

(3) Pediculus arcus vertebra terlihat pada bagian

posterior corpus vertebra mengindikasikan rotasi

yang berlebih dan jika pediculus arcus vertebra

terlihat pada bagian anterior corpus vertebra

mengindikasikan rotasi yang kurang.

(4) Kolumna vertebral sejajar dengan permukaan meja

sehingga ruang intervertebralis T12 - L1 dan L1 - L2

tetap terbuka.

(5) Soft tissue dan trabekular tulang terlihat jelas.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan

radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya?

2. Bagaimana persiapan alat yang digunakan pada pemeriksaan

radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya?


28

3. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya?

4. Mengapa pada prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) menggunakan proyeksi

AP (antero posterior) dan lateral dengan posisi pasien erect?

5. Apa tujuan dari digunakannya proyeksi AP dan lateral dengan posisi

pasien erect pada pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya?

6. Bagaimana informasi diagnosis dari proyeksi AP dan lateral dengan

menggunakan posisi pasien erect pada pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi

Radiologi RSU Haji Surabaya?

7. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan proyeksi AP dan lateral

dengan posisi pasien erect dalam mendukung diagnosa pada

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral dengan klinis LBP (Low

Back Pain)?
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya” adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat dilakukan :

1. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2020.

2. Tempat Penelitian

Pengambilan data ini mengambil lokasi di Instalasi Radiologi

RSU Haji Surabaya.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian untuk penelitian ini adalah :

1. Radiografer : 3 orang

Kriteria radiografer adalah bekerja di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya yang bekerja dikonvensional, dan mengerjakan

pemeriksaan lumbosacral.

2. Radiolog : 1 orang

Kriteria untuk dokter spesialis radiologi adalah yang terlibat

langsung dalam pembacaan (expertise) hasil radiograf dari

pemeriksaan radiografi lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain).

29
30

3. Dokter pengirim : 1 orang

Kriteria dokter pengirim adalah yang meminta pemeriksaan

radiografi lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain).

4. Pasien : 1 orang

Kriteria pasien adalah pasien yang menderita LBP (Low Back

Pain), serta menjalani pemeriksaan radiografi lumbosacral di Instalasi

Radiologi RSU Haji Surabaya.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan validitas dan reabilitas data dalam penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini, maka penulis menggunkan beberapa metode

pengumpulan data, antara lain :

1. Observasi

Penulis mengambil data dengan cara melakukan pengamatan

secara langsung dan membantu mengerjakan pemeriksaan tentang

prosedur pemeriksaan radiografi pada klinis LBP (Low Back Pain) di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya.

2. Wawancara

Penulis mengambil data dengan cara wawancara mendalam

tentang pemeriksaan radiografi lumbosacral pada klinis LBP (Low

Back Pain) kepada tiga radiografer, satu orang dokter spesialis

radiologi, satu dokter penrgirim, dan satu pasien.

3. Dokumentasi

Penulis memperoleh data-data dari dokumen medis antara lain,

radiograf, lembar permintaan foto rontgen, dan hasil bacaan foto


31

rontgen dalam prosedur pemeriksaan radiografi lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan interaktif model

menurut Sugiyono (2018), dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Pengumpulan Data

Data yang didapat dari wawancara dikumpulkan dalam bentuk

transkrip.

2. Tahap Reduksi Data

Dalam tahap reduksi data ini, analisis selama pengumpulan data

menggunakan observasi dan transkrip wawancara kemudian

diklasifikasi ke tabel ketegorisasi berdasarkan kategori.

3. Tahap Penyajian Data

Penyajian data diarahkan agar hasil reduksi terorganisasikan,

tersusun, dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami.

Pada langkah ini penulis membuat koding terbuka untuk

mempermudah penyajian data dalam bentuk kuotasi.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini penarikan kesimpulan berdasarkan data-data

yang diperoleh setelah melalui tahap reduksi dan penyajian data,

kemudian didukung dengan yang ditemukan saat penulis di lapangan

sehingga dapat diambil kesimpulan dari hasil penelitian.


32

F. Alur Penelitian

Prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP


(Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Pemeriksaan vertebrae Pemeriksaan vertebrae


lumbosacral pada klinis LBP lumbosacral pada klinis LBP
(Low Back Pain) secara teori (Low Back Pain) di Instalasi
menurut Bontrager (2018) Radiologi RSU Haji
dan Long (2016) Surabaya

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral


pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji
Surabaya?
2. Mengapa prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lombosacral pada
klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya
menggunakan posisi pasien erect?
3. Mengapa prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada
klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya
menggunakan proyeksi AP (antero posterior) dan lateral?

Pengumpulan Data

Observasi Wawancara Dokumentasi

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Alur penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Identitas dan Riwayat Pasien

a. Identitas Pasien

Penulis mengambil pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi

Radiologi RSU Haji Surabaya sebagai kasus yang diangkat dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan identitas pasien sebagai

berikut :

Nama : Tn. A

Umur : 72 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Tulung Gresik

No. RM : 889xxx

Tanggal pemeriksaan : 12 Maret 2020

dr. pengirim : dr. Nuning Puspitaningrum, Sp.S

Diagnosa : LBP + HNP

b. Riwayat Pasien

Berdasarkan observasi dan studi dokumentasi, didapatkan

paparan kasus yaitu pasien Tn. A datang ke Instalasi Radiologi

RSU Haji Surabaya pada tanggal 12 Maret 2020 sekitar pukul

09.57 WIB dengan diantar anaknya. Dijelaskan bahwa pasien

tersebut sering mengeluh kesakitan mulai dari panggal bahu

sampai kaki saat berjalan menempuh jarak yang jauh, keluhan ini

33
34

sudah dirasakan kurang lebih 6 bulan atau setengah tahun yang

lalu.

Hal ini sesuai dengan pernyataan responden sebagai berikut :

“... pas perjalanan jauh ya mungkin 3 eh 1 kiloan itu sudah


mulai terasa, tambah lama tambah lama perjalanan jauh,
sampe enggak kerasa sama sekali melayang itu istilahnya
jalannya, nah kalau pada saat pas enggak kerasa itu mulai
pangkal bahu sampe bawah itu sakit...kalau jalan biasa ya
kadang-kadang kerasa, biasanya jalan yang jauh” (R6)

“Kalau kira-kiranya mungkin yowis yo bertahap... ya lama-


lama yowis mungkin setengah tahunan...” (R6)

Pasien sebelumnya belum pernah melakukan rontgen, namun

pasien sudah sering kontrol ke poli saraf RSU Haji Surabaya. Hal

ini sesuai dengan pernyataan responden :

“... sebelum-belum’e, sering sih berobat di poli saraf, cuma ya


dikasih obat jalan, gitu aja... ini mau MRI soalnya ini tadi pas
foto polosnyakan agak keliatan, kurang jelas” (R6)

2. Prosedur Pemeriksaan Radiografi Lumbosacral pada Klinis LBP

(Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

a. Persiapan Pasien

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, tidak ada

persiapan khusus pada pemeriksaan lumbosacral, hanya saja

pasien diminta untuk melepas benda-benda yang dapat

menyebabkan gambaran radioopaque, melepas seluruh pakaian

kecuali celana dalam, dan ganti baju dengan menggunakan baju

pasien. Kemudian sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diberi

penjelasan tentang prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral tersebut sehingga pasien dapat kooperatif.

b. Persiapan Alat
35

1) Pesawat sinar-x dengan spesifikasi sebagai berikut :

Merk pesawat : Siemens

Type : (240) 03345209

Tahun pengadaan : Februari 2019

Nomor seri : (21) 444081954

Kapasitas maksimal : 150 kV

Gambar 4.1 Pesawat sinar-x Siemens


(Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya)

2) Alat pengolahan film, yaitu Digital Radiography

Gambar 4.2 Digital Radiography


(Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya)
36

3) Dry printer merk Agfa CR 15-X

Gambar 4.3 Dry printer merk Agfa CR 15-X


(Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya)

c. Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada

Klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, teknik

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP

(Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

menggunakan proyeksi AP (Antero Posterior) dan lateral dengan

posisi pasien erect atau berdiri, pada meja pemeriksaannya yang

sudah dirotasikan 90 derajat.

Proyeksi pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya meliputi :

1) Proyeksi AP (Antero posterior)

a) Posisi pasien
37

Posisi pasien erect atau berdiri. Kedua lengan diletakkan

disamping tubuh.

b) Posisi Obyek

Mengatur obyek sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tegak

lurus terhadap meja pemeriksaan dan berada pada

pertengahan Image Receptor (IR).

c) Centray Ray (CR)

Mengatur CR Horizontal tegak lurus terhadap IR.

d) Source Image Distance (SID) : 100 cm

e) Central Point (CP)

Pada Mid Sagittal Plane (MSP) setinggi krista iliaka.

f) Faktor Eksposi

Faktor eksposi yang digunakan yaitu 87,3 kV dan 14,1 mAs.

Gambar 4.4 Radiograf vertebrae lumbosacral AP (Instalasi


Radiologi RSU Haji Surabaya)
38

2) Proyeksi Lateral

a) Posisi pasien

Posisi pasien erect atau berdiri menyamping. Kedua lengan

diangkat dan ditekuk diatas kepala.

b) Posisi Obyek

Mengatur obyek sehingga Mid Coronal Plane (MCP) tegak

lurus terhadap meja pemeriksaan dan berada pada

pertengahan Image Receptor (IR).

c) Centray Ray (CR)

Mengatur CR Horizontal tegak lurus terhadap IR.

d) Source Image Distance (SID) : 100 cm

e) Central Point (CP)

Pada Mid Sagittal Plane (MSP) setinggi krista iliaka.

f) Faktor Eksposi

Faktor eksposi yang digunakan yaitu 92,8 kV dan 30 mAs.

Gambar 4.5 Radiograf vertebrae lumbosacral lateral (Instalasi


Radiologi RSU Haji Surabaya)
39

3) Hasil Bacaan/ Ekspertisi Radiolog

Adapun hasil bacaan atau ekspertisi radiolog adalah

sebagai berikut :

Trabekulasi tulang normal

Lipping Corpus V.L 1-5 dan Pedicle normal

Discus intervertebralis normal

Scoliosis ( - )

Listhesis ( - )

Curve lordosis

Sacro iliac joint normal

Kesimpulan : Spondylosis lumbalis

3. Alasan Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya menggunakan Posisi Pasien Erect

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang

dilakukan oleh penulis didapatkan hasil, bahwa alasan prosedur

pemeriksaan radiografi lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain)

di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya menggunakan posisi pasien

erect dikarenakan atas permintaan dokter pengirim, serta

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low

Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya tidak terdapat

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur secara khusus

baik proyeksi dan posisi pasien yang digunakan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan responden sebagai berikut :

“...karena enggak ada SOP nya, akhir-akhir ini sesuai dengan


permintaan dokter ortopedi maupun dokter saraf maka
40

menghendaki AP dilakukan dengan posisi erect eh, AP maupun


lateralnya... pemeriksaan lumbosacral dilakukan dengan posisi
erect ini atas permintaan dari dokter klinisi, keluhan pasien itu
sesuai dengan keluhan pasien jadi dengan berdiri, jadi
dilakukannya maka dokter-dokter mintanya sesuai dengan
keadaan pasien, sehingga real klinisnya sesuai dengan keadaan
pasien” (R1)

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan terhadap

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP, dapat

diketahui, bahwa tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan dengan

posisi pasien erect. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden

sebagai berikut :

“... seandainya pasien tidak memungkinkan dengan posisi


berdiri, maka kita juga akan konsultasi dulu dengan dokter yang
pengirim, sehingga idealnya biasanya dokter pengirim juga
disarankan untuk eee.. dilakukan dengan posisi supine, tapi kita
koordinasi dulu dengan dokter radiolog maupun dengan dokter
ee klinisinya” (R1)

“... ya kalo enggak bisa erect, turuan” (R2)

“... jika pasien tidak menengan kita lakukan posisi supine” (R3)

Pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP

dilakukan dengan posisi pasien erect dengan tujuan untuk

memperjelas space intervertebralis atau diskus intervertebralis yang

mengalami penyempitan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

responden sebagai berikut :

“...dengan posisi berdiri sehingga real eee klinisnya sesuai


dengan keadaan pasien, sehingga beban tubuh itu akan
mempengaruhi gambaran baik dari lumbal maupun dari eee..
penopang tubuh dengan kaki secara apa adanya normalnya
sehingga beban tubuhnya yang menekan kebawah akan
kelihatan apakah ada kelainan atau ada penyempitan atau ada
listhesis itu akan lebih kelihatan pada posisi berdiri” (R1)

“... pake posisi erect, untuk melihat space intervertebralis, karena


lebih baik menggunakan posisi erect agar terlihat lebih jelas
41

untuk melihat presentase LBP, karena adanya beban atau


tumpuan dari tubuh” (R2)

“... posisi erect adalah untuk mengetahui penyempitannya pada


space antar intervertebra” (R3)

“Aligmentnya, trabekulasi tulangnya bagaimana, terus diskus


intervertebranya bagaimana apakah ada penyempitan atau
tidak... karena posisi supine ginikan otomatis yang seharusnya
kurvanya melengkung kedepan karena tertidur dia jadi tertekan
jadi kita enggak bisa apa ya, tidak bisa mengetahui adanya
kelainan pada kurva ataupun adanya penyempitan pada diskus”
(R4)

Pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP

dilakukan dengan posisi pasien erect mempunyai tujuan lain yaitu

untuk mengetahui adanya kelainan pada derajat kurvatura vertebrae

lumbosacral, dan untuk mengetahui kurva fisiologis berada di garis

pusat gravitasi, karena pada posisi pasien erect derajat kurvaturanya

lordosis secara alamiah. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden

sebagai berikut :

“... bisa digunakan untuk skoliosis, melihat derajat kurvaturanya,


karena lebih baik menggunakan posisi erect agar terlihat lebih
jelas untuk melihat presentase LBP dan skoliosis, karena adanya
beban atau tumpuan dari tubuh” (R2)

“... kita bisa mengetahui apakah garis gravitasi itu benar benar
berada di garis pusat gravitasi atau sesuai dengan kurva
fisiologis” (R4)

Ada perbedaan informasi antara radiograf vertebrae lumbosacral

pada posisi pasien erect dengan posisi pasien supine pada kurva

lordosis. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden sebagai berikut

“... pada posisi erect itukan kita mengikuti itu lho apa kurva
fisiologis karena pada saat berdiri itu kurva fisiologis dilalui garis
pusat gravitasi, sehingga kurva ini diperlukan yah.. untuk supaya
tetap tegak secara sempurna, supine itu gini apa gini, terlentang
sehingga kurva yang tadinya harusnya normalnya lordosis dia
42

jatuh, sehingga kurva lordosisnya terkurangi karena posisi supine


ginikan otomatis yang seharusnya kurvanya melengkung
kedepan karena tertidur dia jadi tertekan jadi kita enggak bisa
apa ya, tidak bisa mengetahui adanya kelainan pada kurva
ataupun adanya penyempitan pada diskus, jadi kurva tidak bisa
dievaluasi secara betul sehingga kita tidak tahu dia itu garis lurus
gravitasinya itu enggak ada di range yg benar atau enggak” (R4)

Pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP

dengan posisi pasien supine tidak dapat dilakukan pengukuran pada

derajat kurvaturanya sehingga tidak dilakukan evaluasi. Hal ini sesuai

dengan pernyataan responden sebagai berikut :

“... kalau pada posisi erect itu terutama itu kurvanya, kita tidak
bisa menghitung itu sudut ferguson, gabisa kalau pada posisi
supine. posisi erect hmm.. baru bisa kita bukti ini unstable
lumbosacral atau unstable itu harus dalam posisi erect tapi kalau
posisi tidur enggak bisa jadi apa ya jadi salah.. ya kita enggak
evaluasi kita hanya menunjukkan bahwa ini posisi erect terus kita
tidak akan mengatakan ini suatu unstable lumbosacral joint atau
stable, dia stabil atau enggak karena tidak bisa mengukur sudut
ferguson, kita tidak mengevaluasi pada posisi supine tidak
dilakukan evaluasi untuk menentukan stabil atau tidak, tapi pada
posisi erect bisa” (R4)

4. Alasan Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral

pada Klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya menggunakan Proyeksi AP (Antero Posterior) dan

Lateral

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang

dilakukan oleh penulis didapatkan hasil, bahwa alasan prosedur

pemeriksaan radiografi lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain)

di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya menggunakan proyeksi AP

(Antero posterior) dan lateral. Hal ini sesuai dengan pernyataan

responden sebagai berikut :

“... teknik pemeriksaannya, posisi yang dipake biasanya posisi


AP sama lateral, akhir-akhir ini sesuai dengan permintaan dokter
43

ortopedi maupun dokter saraf maka menghendaki AP dilakukan


dengan posisi erect eh, AP maupun lateralnya” (R1)

“... disini kita memakai proyeksi AP, lateral... posisi erect...” (R3)

Penggunaan proyeksi AP dan lateral pada pemeriksaan

radiografi vertebrae lumbosacral dengan klinis LBP ditentukan oleh

kondisi pasiennya. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden

sebagai berikut :

“... oh kalau cito nah kemarin tuh gatau soalnya ada yang cito
ada yang apa istilahnya ndak cito itu apa, reguler ya.. kalau cito
tambah disini tidak boleh, bukan tidak boleh karena mungkin
perlu waktu ya posisinyakan lama kalau citokan pasien segera
kita harus cepat dapat hasilnya jadi tidak pakai oblik tapi kalau
reguler kita pakai oblik ya, bisa juga kemungkinan mungkin saat
dipoli pasien banyak nulisnya kurang lengkap bisa... ya itu tadi
kondisi yang, kadang pasien itu mungkin kondisinya
kesadarannya turun, terus mungkin ada riwayat low back pain
dan kita harus tahu nah itu yang kalo oblik sulit ya untuk
dilakukan” (R5)

Penggunaan proyeksi AP dan lateral pada pemeriksaan

radiografi vertebrae lumbosacral dengan klinis LBP sudah cukup

informatif untuk menegakkan diagnosa. Hal ini sesuai dengan

pernyataan responden sebagai berikut :

“... ya banyak, eee.. yg pertama kita bisa mengerti yah ada


gambaran apa ya disitu lipping ya? Ada penebalan tulang atau
namanya apa lipping kalo ga salah nah itu bisa, kalo dari depan
ya kita melihat ada sesuatu yg tidak rata ya untuk penebalan
tulang ada penebalan tulang, dan kemudian kalo dari samping
dari lateral kelihatan apakah tulang itu lurus atau ada
spondylolisthesis atau ada skoliosis ya itu kan derajat apa
sudutnyakan dihitung, nah itu kadang informasi apakah ada
fraktur atau fisur ya kadang bisa kelihatan... ya itu tadi mungkin
ya lebih bagus dengan oblik ya, heeh lebih lengkap cuman kalau
AP, lateral sudah keliatan mangkanya itu tadi apa
spondylolithesis kalo lateralkan sudah kelihatan sebetulnya” (R5)
44

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang prosedur pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral pada LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi

RSU Haji Surabaya, maka peneliti akan membahas sebagai berikut :

1. Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada

Klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya

a. Persiapan pasien

Menurut Long (2016), pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral tidak memerlukan persiapan khusus, hanya saja

pasien dianjurkan untuk melepas benda-benda yang dapat

menyebabkan gambaran radioopaque pada radiograf. Selain itu

sebelum pemeriksaan pasien diberi penjelasan mengenai

pemeriksaan yang akan dilakukan.

Persiapan pasien pada prosedur pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya, tidak ada persiapan

khusus pada pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral,

hanya saja pasien diminta untuk melepas benda-benda yang

dapat menyebabkan gambaran radioopaque, melepas seluruh

pakaian kecuali celana dalam, dan ganti baju dengan

menggunakan baju pasien. Kemudian sebelum dilakukan

pemeriksaan, pasien diberi penjelasan tentang prosedur

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral tersebut sehingga

pasien dapat kooperatif.


45

Menurut pendapat penulis, persiapan pasien yang dilakukan

di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya sudah sesuai dengan

teori Long (2016), bahwa pada pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) tidak memerlukan

persiapan khusus dan dianjurkan untuk melepaskan benda-benda

yang dapat menimbulkan gambaran radioopaque atau artefak

pada radiograf.

b. Persiapan alat

Menurut Long (2016), persiapan alat dalam teknik

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral, antara lain :

1) Pesawat sinar-x

2) Image Reseptor (IR) ukuran 35 cm x 43 cm

4) Grid atau bucky table

5) Marker

6) Soft bag atau alat fiksasi

7) Computed Radiography (CR)

Persiapan alat pada pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi

Radiologi RSU Haji Surabaya pada prinsipnya sudah sesuai

dengan teori Long (2016). Namun di Instalasi Radiologi RSU Haji

menggunakan modalitas yang tinggi yaitu menggunakan Digital

Radiography (DR) dengan meja pemeriksaan dapat dirotasikan

hingga 90 derajat.
46

c. Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada

Klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya

Menurut Long (2016), pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral menggunakan posisi pasien supine diatas meja

pemeriksaan dengan proyeksi AP (Antero Posterior), lateral, dan

oblique (posterior atau anterior) digunakan untuk melihat patologi

ankylosing spondylitis, fraktur, herniated nucleus pulposus (HNP),

lordosis, metastases, scoliosis, spina bifida, spondylolisthesis.

Tiap proyeksi pengaturan central ray diatur tegak lurus dengan

kaset, central point setinggi krista iliaka dengan source image

distance (SID) 122 cm.

Di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya prosedur

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP

(Low Back Pain) menggunakan proyeksi AP (Antero Posterior)

dan lateral dengan posisi pasien erect lalu meja pemeriksaanya

dirotasikan hingga 90 derajat, Pengaturan central ray diatur

horizontal tegak lurus pada meja pemeriksaan, central point

setinggi krista iliaka dengan Source Image Distance (SID) 100 cm

pada masing-masing proyeksi. Pada proyeksi AP faktor eksposi

yang digunakan yaitu 87,3 kV dan 14,1 mAs, sedangkan proyeksi

lateral faktor eksposi yang digunakan yaitu 92,8 kV dan 30 mAs, di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya semua jenis pemeriksaan

dikerjakan berdasarkan permintaan dokter pengirim, tidak ada


47

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur secara

khusus.

Menurut pendapat penulis, teknik pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya prinsipnya sama dengan

teori Long (2016), namun adanya perbedaan pada penggunaan

posisi pasien, posisi pasien yang digunakan menurut Long (2016)

adalah posisi pasien supine dengan SID 122 cm, sedangkan di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya menggunakan posisi

pasien erect dengan SID 100 cm. Pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral di RSU Haji Surabaya tidak memiliki

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur secara

khusus, sebaiknya dibuat SOP sebagai pedoman untuk

melakukan pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral.

2. Alasan Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya menggunakan Posisi Pasien Erect

Menurut Long (2016), pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral dilakukan dengan posisi pasien supine lutut ditekuk

(difleksikan) atau diberi alat fiksasi pada bagian bawah lutut diatas

meja pemeriksaan yang bertujuan untuk mengurangi kurva lordosis

lumbal sehingga obyek lebih dekat dengan kaset.


48

(1) (2)

Gambar 4.6 Radiograf lumbosacral lateral (Cho, 2015)

Keterangan Gambar 4.6 :


(1) Radiograf lumbosacral lateral posisi pasien erect
(2) Radiograf lumbosacral lateral posisi pasien supine

Menurut Chou (2015), lumbal lordosis fisiologis dalam posisi

berdiri berkisar antara 40 derajat hingga 60 derajat. Menurut

Maduforo (2012), pada posisi pasien lateral erect biasanya ada

peningkatan sudut kurvatura 8 - 12 derajat, sumbu panjang tulang

belakang pasien yang melengkung sejajar dengan sumbu panjang

dari tabel roentgenographic sehingga memperoleh sudut lumbosacral

yang valid atau benar, posisi pasien erect akan memastikan bahwa

tulang belakang 'S' curved pasien sejajar dengan arah datang sinar x-

ray. Sedangkan di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral dilakukan dengan

posisi pasien erect. Misalnya pada pasien dari poli saraf, dokter

pengirim menghendaki untuk dilakukan pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral dengan posisi erect. Sehingga sesuai dengan

permintaan tersebut, maka radiografer mengerjakan pemeriksaan


49

radiografi vertebrae lumbosacral dengan posisi pasien erect. Namun

tidak semua pasien dapat diposisikan dengan posisi erect, apabila

pasien tersebut tidak dapat diposisikan erect atau nonkooperatif maka

posisi pasien yang digunakan posisi supine.

Di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) dengan posisi

pasien erect bertujuan untuk memperjelas space intervertebralis atau

diskus intervertebralis yang mengalami penyempitan, ini disebabkan

adanya beban atau tumpuan dari tubuh pasien saat berdiri karena

pada posisi erect yang seharusnya kurvanya melengkung kedepan

karena posisi supine kurva tertekan kebawah sehingga tidak dapat

mengetahui adanya kelainan pada kurva ataupun adanya

penyempitan pada diskus, tujuan lain menggunakan posisi pasien

erect adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada derajat

kurvatura vertebrae lumbosacral, dan untuk mengetahui kurva

fisiologis dilalui oleh garis pusat gravitasi, karena pada posisi erect

kurva lordosis membentuk secara alamiah, pada posisi erect misalnya

pada skoliosis dapat dihitung derajat kurva yang mengalami masalah,

pada posisi supine hal tersebut tidak dapat dilakukan karena kurva

lordosis tertekan ke bawah (bagian belakang tubuh) sehingga tidak

dapat menunjukkan bentuk kurva secara alamiah hal tersebut

merupakan perbedaan informasi antara radiograf vertebrae

lumbosacral pada posisi erect dengan posisi supine pada kurva

lordosisnya. Pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis

LBP dengan posisi pasien supine tidak bisa dilakukan pengukuran


50

pada derajat kurvaturanya sehingga tidak dilakukan evaluasi, karena

pada posisi erect mengikuti kurva fisiologis yang dilalui garis pusat

gravitasi agar kurva lordosis tetap tegak sempurna, misalnya

perhitungan pada sudut ferguson untuk membuktikan stabil atau

tidaknya lumbosacral tersebut, namun pada posisi supine kurva

lordosis tertekan ke bawah (bagian belakang tubuh) akibatnya kurva

lordosis tidak dilalui garis pusat gravitasi sehingga derajat kurvatura

tidak dilakukan dievaluasi.

Menurut pendapat penulis, pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi

RSU Haji Surabaya berbeda dengan teori Long (2016), perbedaannya

terletak pada posisi pasien yang digunakan. Di Instalasi Radiologi

RSU Haji pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis

LBP (Low Back Pain) menggunakan posisi pasien erect, karena

anatomi vertebrae lumbal tersebut memiliki kurva yang disebut

lordosis, sehingga dalam hal ini posisi obyek tidak benar-benar

menempel pada image receptor. Hal tersebut dapat menyebabkan

terjadinya distorsi dari ukuran gambar. Ukuran gambar mengalami

pembesaran atau disebut dengan magnifikasi, pada gambar 4.6

menunjukkan bahwa radiograf lumbosacral proyeksi lateral posisi

pasien erect mengalami peningkatan sudut kurvatura dibanding

dengan radiograf lumbosacral proyeksi lateral posisi pasien supine.

Namun posisi erect memiliki keunikan sendiri, pada posisi erect

kelainan pada daerah diskus intervertebralis dan kurva dapat terlihat

lebih detail, kelainan pada kurva vertebrae contohnya skoliosis,


51

kelainan yang ada pada kurva tersebut dapat diukur misalnya

menggunakan sudut ferguson, Menurut Bontrager (2018), sudut

ferguson adalah sudut yang dibentuk oleh metode fergusion, metode

ini membantu membedakan kurva deformasi (primer) dari kurva

kompensasi vertebra yang skoliosis. Hal tersebut tidak dapat

dilakukan pada posisi pasien supine, karena perlu adanya fiksasi

untuk pegangan pada pasien yang tidak mampu berdiri dalam jangka

waktu yang lama agar pasien mampu berdiri sedikit lebih lama dan

untuk keamanan pasien, sehingga hasil radiograf dapat dievaluasi

oleh dokter spesialis radiologi.

3. Alasan Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral

pada Klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya menggunakan Proyeksi AP (Antero Posterior) dan

Lateral

Menurut Long (2016), pemeriksaan vertebrae lumbosacral

adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat kelainan yang ada di

daerah lumbal satu sampai dengan sakrum lima, ada beberapa

proyeksi pada pemeriksaan ini, antara lain proyeksi AP (antero

posterior) untuk menampakkan patologi seperti fraktur dan skoliosis.

Proyeksi lateral untuk menampakkan patologi seperti fraktur,

spondylolisthesis dan osteoporosis. Proyeksi oblique – posterior atau

anterior (RPO atau LPO dan RAO atau LAO) untuk melihat kelainan

pada pars interarticularis seperti patologi spondylolysis.

Di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain)


52

menggunakan proyeksi AP (Antero Posterior) dan lateral.

Penggunaan proyeksi AP dan lateral pada pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral dengan klinis LBP ditentukan oleh kondisi

pasiennya, jika pasien reguler atau kondisi pasien baik maka dapat

dilakukan dengan proyeksi AP, lateral dan Oblique. Namun, apabila

pasien cito (tindakan segera) atau kondisi pasien kurang

memungkinkan seperti kesadaran pasien menurun, ada riwayat LBP

dapat dilakukan dengan proyeksi AP dan lateral tanpa menggunakan

proyeksi oblique. Penggunaan proyeksi AP dan lateral pada

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral dengan klinis LBP

sudah cukup informatif untuk menegakkan diagnosa, pada proyeksi

AP dapat terlihat adanya lipping atau penebalan tulang, sedangkan

pada proyeksi lateral dapat terlihat ada spondylolisthesis, skoliosis

dan fraktur. Apabila pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

dilakukan dengan penambahan proyeksi oblique, maka informasi

anatomi yang diperoleh akan semakin optimal.

Menurut pendapat penulis, proyeksi yang digunakan pada

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low

Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya memang

berbeda dengan proyeksi pemeriksaan vertebrae lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain) menurut literatur dari Long (2016), karena

tidak dilakukannya proyeksi oblique. Pada proyeksi yaitu AP dan

lateral sudah cukup informatif dalam menegakkan diagnosa pada

klinis LBP (Low Back Pain) dan memprioritaskan mempertimbangkan

kondisi pasien saat pemeriksaan yang memiliki riwayat LBP dan tidak
53

kuat berdiri dalam waktu yang lama, keuntungan yang didapat

menggunakan proyeksi AP dan lateral juga terdapat pada dosis

radiasi yang diterima pasien lebih kecil dibanding jika ada

penambahan proyeksi oblique.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis

LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

dilakukan dengan menggunakan proyeksi AP dan lateral dengan

posisi pasien erect. Pemeriksaan tidak memerlukan persiapan

khusus, hanya saja pasien diberitahu untuk mengganti baju dengan

baju pasien, dan melepas benda-benda yang dapat menimbulkan

artefak.

2. Alasan prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

menggunakan posisi pasien erect, yaitu memperjelas diskus

intervertebralis yang mengalami penyempitan, mengetahui adanya

kelainan pada kurvatura vertebrae lumbosacral dan untuk mengetahui

kurva fisiologis apakah terjadi skoliosis pada kurvanya berada di garis

pusat gravitasi.

3. Alasan prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

menggunakan proyeksi AP (Antero Posterior) dan lateral, yaitu

mempertimbangkan kondisi pasien. Selain itu, informasi yang

diperoleh dari kedua proyeksi ini sudah cukup informatif dan dapat

digunakan untuk menegakan diagnosa pada klinis LBP.

54
55

B. Saran

1. Perlu ditambah fiksasi untuk pegangan agar pasien lebih nyaman dan

pasien mampu berdiri dengan aman sehingga mengurangi

pergerakan yang akan mengganggu hasil radiograf, dan hasil tersebut

dapat dievaluasi oleh dokter spesialis radiologi.

2. Sebaiknya prosedur pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

khususnya pada klinis low back pain dibuat SOP sebagai pedoman

untuk melakukan pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka cipta:


Jakarta.

Bontrager, Kenneth. L, 2018. Text Book Of Radiographic Positioning And


Related Anatomy. Ninth Edition. The Mosby. St Louis.

Chaerunnisa A., Latief S., Karsa Sulvita N. 2019. “Hubungan Derajat


Spondylolisthesis Dengan Nyeri Pasien Low Back Pain Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar”. Jurnal Kedokteran. Vol 1 (1).

Cho I. Y., Park S. Y., Park Jong H., Kim T. K., Jung T. W., Lee Hyun M. 2015.
“The Effect of Standing and Different Sitting Positions on Lumbar Lordosis :
Radiographic Study of 30 Healthy Volunteers”. Asian Spine Journal. Vol 9 (5)
: 762 – 769.

Long Bruce W, Rollins J.H., Smith Barbara J. 2016. Merrill’s Atlas of


Radiographic Positioning and Radiographic Procedures. Thirteenth Edition.
Vol 1. St. Louis: Mosby.

Maduforo Cecil, West Obabo. 2012. “Study of Lumbosacral Angles of Males in


Port Harcourt, South- South, Nigeria”. The Nigerian Health Journal. Vol 12
(1).

Netter, Frank H. 2019. Atlas of Human Anatomy. Seventh Edition. Elsevier.


Philadelphia.

Ningsih Warti K., Sapta Dwi,. Fernando Rudi. 2016. “Kejadian Low Back Pain
pada Mekanik Bagian UPT Mekanisasi di Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Riau”. Jurnal Kesehatan Komunitas. Vol 3 (2).

Paulsen, Friedrich dan Jens Waschke. 2018. Sobotta Atlas of Anatomy.


Sixteenth Edition. Elsevier. Germany.

Snell, R. S. 2019. Clinical Anatomy by Regions. Tenth Edition. Wolters Kluwer.


Philadelphia.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.


Alfabeta

Syuhada Dani A., Suwondo Ari, Setyaningsih Yuliani. 2018. “Faktor Risiko Low
Back Pain pada Pekerja Pemetik Teh di Perkebunan Teh Ciater Kabupaten
Subang”. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol 13 (1).

Tarwaka, Bakri, S., Sudiadjeng, L. 2015. Ergonomi untuk Keselamatan,


Kesehatan Kerja dan Produktifitas. Uniba Press. Surakarta.
Lampiran 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2016), merupakan alat bantu bagi

penulis dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan oleh

penulis dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah instrumen pokok

dan instrumen penunjang.

1. Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah penulis sendiri. Penulis sebagai

instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu

memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan.

2. Instrumen penunjang yang digunakan meliputi :

a. Pedoman observasi

b. Pedoman wawancara

c. Alat tulis

d. Alat perekam suara

e. Kamera
Lampiran 2

Tabel 1. Kategorisasi Wawancara dengan Radiografer Tentang Prosedur

Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

KATA/KALIMAT KUNCI KATEGORI


“Untuk eee.. pemeriksaan lumbosacral Alasan digunakan posisi pasien erect
dilakukan dengan posisi erect ini atas
permintaan dokter klinisi, tapi secara
umum sesuai literatur bahwa dengan
posisi erect maka beban tubuh akan
secara normal eee.. jatuh dengan
ditopang kaki secara normalnya kaya
gitu, hal ini kalo kita berjalan kalau kita
berdiri maka keluhan pasien itu sesuai
dengan keluhan pasien jadi dengan
berdiri, jadi dilakukannya maka dokter-
dokter mintanya sesuai dengan
keadaan pasien, pasien kalo berdiri
rasa pinggang rasa nyeri maka
dihendaki fotonya digunakan dengan
posisi berdiri sehingga real eee..
klinisnya sesuai dengan keadaan
pasien, sehingga beban tubuh itu akan
mempengaruhi gambaran baik dari
lumbal maupun dari eee.. penopang
tubuh dengan kaki secara apa adanya
normalnya, sehingga beban tubuhnya
yang menekan kebawah akan
kelihatan apakah ada kelainan atau
ada penyempitan atau ada listhesis, itu
akan lebih kelihatan pada posisi
berdiri.” (R1)

“Untuk melihat space intervertebralis


dan bukan LBP saja, bisa digunakan
untuk skoliosis, melihat derajat
curvaturanya, karena lebih baik
menggunakan posisi erect agar terlihat
lebih jelas untuk melihat presentase
LBP dan skoliosis, karena adanya
beban atau tumpuan dari tubuh.” (R2)

“Untuk pada posisi lumbosacral posisi


erect adalah untuk mengetahui
penyempitannya pada space antar
intervertebra.” (R3)
“Posisi erect ini sebagai rujukan Tindakan yang akan dilakukan apabila
literatur maksudnya seperti itu, namun
seandainya pasien tidak pasien tidak bisa diposisikan erect
memungkinkan dengan posisi berdiri,
maka kita juga akan konsultasi dulu
dengan dokter yang pengirim,
sehingga idealnya biasanya dokter
pengirim juga disarankan untuk eee..
dilakukan dengan posisi supine, tapi
kita koordinasi dulu dengan dokter
radiolog maupun dengan dokter eee..
klinisinya nah kaya gitu.” (R1)

“Ya kalo enggak bisa erect, turuan.”


(R2)

“Jika pasien tidak menengan kita


lakukan posisi supine.” (R3)

“Untuk eee.. posisi erect maupun... Kendala yang pernah ditemui selama
posisi AP maupun posisi lateral yang
dilakukan dengan posisi erect, kendala pemeriksaan berlangsung dan cara
yang dialami biasanya karena nah itu
tadi pasien tidak kuat untuk berdiri mengatasinya
lama itu aja karena pertama karena
pasiennya low back pain ini selain usia
juga eee.. sering kali tidak kuat pada
penopang tubuh yang untuk berdiri
lama tidak kuat, tapi dialat rontgen kita
sudah menyediakan tempat untuk
berpegangan seandainya tidak bisa
dilukan dengan erect maka kalo kita
pakai dengan alat DR kita bisa eee..
melakukan eee.. tingkat kemiringan
yang tidak 100% full berdiri, itu bisa
kita lakukan seperti itu ataupun kalau
misalnya tidak memungkinkan tetep
kesakitan ya tetap kita buat eee..
supine posisi supine itu aja.” (R1)

“Pake alat bantu disini banyak kardus-


kardus atau busa, kalau enggak bisa
pake alat bantu, ya dibantu oleh
keluarganya kalo enggak ada
keluarganya juga, radiografer dengan
pake apron membantu pasien
didalam.” (R2)

“Pada waktu posisi erect, kendalanya


pasien tidak bisa berdiri lama dan kita
dengan itu kita sikapnya dengan
mengatur kondisi faktor eksposi lebih
cepat dan kita ngatur lebih cepat.” (R3)
Lampiran 3

Tabel 2. Kategorisasi Wawancara dengan Dokter Spesialis Radiologi

Tentang Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada

Klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

KATA/KALIMAT KUNCI KATEGORI


“Jadi yg sering terjadi itu yg pertama itu Parameter yang menunjukkan adanya
lumbosacral itu kan ada aligmentnya..
aligment itu susunan antar tulang, indikasi LBP (Low Back Pain) pada
susunan antar tulang lha kan
lumbosacral. Berapa tulangnya hasil radiograf
lumbal? 5, sakrum 5, cervikal 7, thorak
12... koksi 4. Pada dewasa dia
biasanya karena kurva itu yg harusnya
lordosis pada lumbal dia melurus,
gambarannya melurus kurvanya tidak
lordosis, yang kedua ada lost of
aligment, jadi aligment yang tadi tuh
segaris gitu lurus gitu dia ada yang lost
ada yang ke anterior ada namanya
listhesis ya, spondylolythesis, jadi
aligment ya yang harusnya lurus
melantar melintir begitu dia ada yang
menonjol sedikit ke depan atau
kebelakang itu juga bikin low back pain
jadi ada listhesis, jadi ada kurva yang
lurus ada listhesis, jadi aligment
misalnya gini dia lost hilang, gitu.
Kemudian ada juga yang itu korpusnya
itu kompresi, memendek korpusnya
tulangnya itu memendek sehingga dia
menekan ke baik kesamping ataupun
ke posterior, kalau HNP itu ya diskus
antar tulangnya itu, itukan didalamnya
ada nucleus pulposus, kejepit terus dia
menekan saraf di posterior atau kanan-
kiri jadi bisa HNP, bisa fraktur kompresi
pada korpusnya ya, ada fraktur pada
pass interartikularis spondylolithesis itu
atau ada, keganasan, keganasan
misalnya metastase, gambarannya
bisa osteolitik atau osteoblastik, bisa
juga karena skoliosis, skoliosis itu
korpus dari vertebra itu muter
susunannya tidak lurus bertumpu-
tumpu gini, tapi muter. Akhirnya ada
kurva S bikin sakit juga low back pain.”
(R4)
“Aligmentnya, trabekulasi tulangnya Informasi yang didapatkan dari
bagaimana, terus diskus
intervertebranya bagaimana apakah proyeksi AP dan lateral dengan
ada penyempitan atau tidak, nah kalau
pada korpusnya ada fraktur apa menggunakan posisi pasien erect
enggak ,trabekulasi tulangnya
bagaimana terus adakah softtissuene
disekitarnya.” (R4)
“Pada posisi erect itukan kita mengikuti Perbedaan informasi yang didapatkan
itu lho apa kurva fisiologis karena pada
saat berdiri itu kurva fisiologis dilalui dari proyeksi AP dan lateral pada
garis pusat gravitasi, sehingga kurva ini
diperlukan yah.. untuk supaya tetap posisi pasien erect dengan posisi
tegak secara sempurna, supine itu gini
apa gini, terlentang sehingga kurva pasien supine
yang tadinya harusnya normalnya
lordosis dia jatuh, sehingga kurva
lordosisnya terkurangi karena posisi
supine ginikan otomatis yang
seharusnya kurvanya melengkung
kedepan karena tertidur dia jadi
tertekan jadi kita enggak bisa apa ya,
tidak bisa mengetahui adanya kelainan
pada kurva ataupun adanya
penyempitan pada diskus, jadi kurva
tidak bisa dievaluasi secara betul
sehingga kita tidak tahu dia itu garis
lurus gravitasinya itu enggak ada di
range yg benar atau enggak” (R4)
“Aligmentnya, trabekulasi tulangnya Tujuan digunakan proyeksi AP dan
bagaimana, terus diskus
intervertebranya bagaimana apakah lateral dengan menggunakan posisi
ada penyempitan atau tidak... karena
posisi supine ginikan otomatis yang pasien erect
seharusnya kurvanya melengkung
kedepan karena tertidur dia jadi
tertekan jadi kita enggak bisa apa ya,
tidak bisa mengetahui adanya kelainan
pada kurva ataupun adanya
penyempitan pada diskus... kita bisa
mengetahui apakah garis gravitasi itu
benar benar berada di garis pusat
gravitasi atau sesuai dengan kurva
fisiologis.” (R4)
“Kelebihannya kita lebih bisa Kelebihan dan kekurangan
menyatakan bahwa dia itu mempunyai
postur yang baik atau tidak, jadi eee.. menggunakan proyeksi AP dan lateral
stabilitas dari vertebra lumbosacral
bisa diketahui dengan baik pada posisi dengan posisi pasien erect
erect, dia itu stabil atau enggak,
stabilitas dari sistem spinal itukan eee..
terdiri dari kolumna vertebra, kolumna
vertebra itu diatas diskus, ligament,
dan juga otot-otot. Sedangkan
stabilitas itu ditentukan juga oleh
ligamentum, ya ligament, kalau
misalnya ligament ini mengalami
gangguan juga karena terjadi
gangguan pergerakan pada
vertebranya. Kekurangannya kadang-
kadang pasien tidak bisa diposisikan
kalo misalnya dia sakit begitu
kesulitankan kita kalau pasiennya
kesakitan ya kita sulit untuk
memposisikan dengan baik ya, kalau
pada posisi erect itu terutama itu
kurvanya, kita tidak bisa menghitung itu
sudut ferguson, enggak bisa kalau
pada posisi supine. posisi erect hmm..
baru bisa kita bukti ini unstable
lumbosacral atau unstable itu harus
dalam posisi erect tapi kalo posisi tidur
gabisa jadi apa ya jadi salah, tapi
kurangnya kita sulit memposisikan, ya
kita enggak evaluasi kita hanya
menunjukkan bahwa ini posisi erect
terus kita tidak akan mengatakan ini
suatu unstable lumbosacral joint atau
stable, dia stabil atau enggak karena
tidak bisa mengukur sudut ferguson,
kita tidak mengevaluasi pada posisi
supine tidak dilakukan evaluasi untuk
menentukan stabil atau tidak, tapi pada
posisi erect bisa.” (R4)
Lampiran 4

Tabel 3. Kategorisasi Wawancara dengan Dokter Pengirim Tentang

Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP

(Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

KATA/KALIMAT KUNCI KATEGORI


“Pada usia tua kira-kira 40 tahun Peranan pemeriksaan radiografi
keatas biasanya karena proses
degeneratif, degenaritif artinya vertebrae lumbosacral pada klinis LBP
penuaan nah karena gejalanya dengan
low back pain juga ada nyeri menjalar (Low Back Pain)
ada, nah untuk mengetahui itu
mangkanya permintaan dari saya ke
radiologi lumbosacral karena 75%
terbanyak pengapuran tuh ada disitu,
yah istilahnya apa spondylosis lumbalis
nah itu karena faktor usia, karena
penuaan dan bisa juga karena kerjaan,
dan juga ada beberapa gejala mungkin
low back pain dengan isialgia tahu ya
isialgia, isialgia nyeri radikular jadi yang
kaya kesetrum kaya ya benar-benar
kesetrum kaya apa keram yang terlalu,
takutnya kan itu ada low back pain
dengan trauma dengan jatuh takutnya
ada yang terjepit nah kalo pada bacaan
radiologi yang foto polos lumbosacral
itu apa namanya spondylolisthesis,
listhesis itu pergeseran tulang nah itu
yang saya takutkan disitu.” (R5)
“Oh kalo cito nah kemarin tuh gatau Alasan digunakan proyeksi AP dan
soalnya ada yang cito ada yang apa
istilahnya ndak cito itu apa ,reguler ya.. lateral
kalo cito tambah disini tidak boleh,
bukan tidak boleh karena mungkin
perlu waktu ya posisinya kan lama kalo
citokan pasien segera kita harus cepat
dapat hasilnya jadi tidak pakai oblik
tapi kalau reguler kita pakai oblik ya,
bisa juga kemungkinan mungkin saat
dipoli pasien banyak nulisnya kurang
lengkap bisa.. ya itu tadi kondisi yang,
kadang pasien itu mungkin kondisinya
kesadarannya turun, terus mungkin
ada riwayat low back pain dan kita
harus tahu nah itu yang kalau oblik sulit
ya untuk dilakukan.” (R5)
“Ya banyak, eee.. yang pertama kita Informasi diagnosa apa yang sudah
bisa mengerti yah ada gambaran apa
ya disitu lipping ya? Ada penebalan didapatkan
tulang atau namanya apa lipping kalau
enggak salah nah itu bisa, kalau dari
depan ya kita melihat ada sesuatu
yang tidak rata ya untuk penebalan
tulang ada penebalan tulang, dan
kemudian kalau dari samping dari
lateral kelihatan apakah tulang itu lurus
atau ada spondylolisthesis atau ada
skoliosis ya itu kan derajat apa
sudutnya kan dihitung, nah itu kadang
informasi apakah ada fraktur atau fisur
ya kadang bisa kelihatan.” (R5)
“Sebetulnya apa ya.. Ya itu tadi Apa saja peranan menggunakan
mungkin ya lebih bagus dengan oblik
ya, heeh lebih lengkap cuman kalau proyeksi AP dan lateral dalam
AP lateral sudah kelihatan mangkanya
itu tadi apa spondylolithesis kalau mendukung diagnosa
lateralkan sudah kelihatan sebetulnya,
kalau oblik, ya itu lebih bagus sih lebih
lengkap nah ini memang ya itu tadi
kondisi yang, kadang pasien itu
mungkin kondisinya kesadarannya
turun, terus mungkin ada riwayat low
back pain dan kita harus tahu nah itu
yang kalo oblik sulit ya untuk
dilakukan.” (R5)
Lampiran 5

Tabel 4. Kategorisasi Wawancara dengan Pasien Tentang Prosedur

Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

KATA/KALIMAT KUNCI KATEGORI


“Pas perjalanan jauh ya mungkin 3 eh Keluhan atau gejala yang dirasakan
1 kiloan itu sudah mulai terasa, tambah
lama tambah lama perjalanan jauh, tentang penyakit yang diderita
sampe enggak kerasa sama sekali
melayang itu istilahnya jalannya, nah
kalau pada saat pas enggak kerasa itu
mulai pangkal bahu sampe bawah itu
sakit...kalau jalan biasa ya kadang-
kadang kerasa, biasanya jalan yang
jauh.” (R6)
“Kalau kira-kiranya mungkin yowis yo Sejak kapan merasakan gejala
bertahap... ya lama-lama yowis
mungkin setengah tahunan.” (R6) tersebut

“Sebelum-belum’e, sering sih berobat Tindakan pengobat yang telah


di poli saraf, cuma ya dikasih obat
jalan, gitu aja... ini mau MRI soalnya ini dilakukan dan sebelumnya belum
tadi pas foto polosnyakan agak
keliatan, kurang jelas.” (R6) pernah dilakukan pemeriksaan

radiografi vertebrae lumbosacral


Lampiran 6

GRAFIK KODING TERBUKA PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI


VERTEBRAE LUMBOSACRAL PADA KLINIS LBP (LOW BACK PAIN)
DI INSTALASI RADIOLOGI RSU HAJI SURABAYA

Open Code Categories Code Categories Main Categories

Tidak ada persiapan khusus,


hanya saja pasien melepas Pasien
baju dan celana dengan
mengganti baju pasien Persiapan Prosedur
Pemeriksaan pemeriksaan
1. Pesawat Sinar-X Radiografi
2. Digital Radiography Alat dan
Bahan Vertebrae
3. Dry Printer Lumbosacral
pada Klinis
Nyeri pada pangkal bahu Riwayat LBP (Low
sampai kaki Pasien Back Pain) di
Instalasi
1. Proyeksi AP Radiologi
2. Proyeksi Lateral Teknik RSU Haji
Pemeriksaan Surabaya
Posisi Pasien Erect

1. Permintaan dokter
pengirim
2. Memperjelas diskus
intervertebralis yang
mengalami penyempitan
3. Mengetahui adanya
kelainan pada derajat Alasan
kurvatura vertebrae menggunakan
lumbosacral, dan untuk posisi pasien
mengetahui kurva erect
fisiologis berada di garis
pusat gravitasi
4. Agar dapat dilakukan
pengukuran pada derajat
kurvaturanya sehingga
dapat evaluasi

1. Mempertimbangkan
Alasan
kondisi pasien
menggunakan
2. Proyeksi AP dan lateral
proyeksi AP
sudah cukup informatif
dan lateral
untuk menegakkan
diagnosa
Lampiran 7

PEDOMAN OBSERVASI

Hari / tanggal :

Waktu :

Cara Pengumpulan Data : Observasi

Observer : Yusril Sela Ramadhan

Pencatat : Yusril Sela Ramadhan

Judul : Prosedur Pemeriksaan Radiografi Vertebrae

Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back Pain) di

Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Tempat : Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Tujuan : Mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral pada klinis LBP (Low Back

Pain) Di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Daftar Observasi :

1. Prosedur sebelum pemeriksaan

a. Persiapan pasien

b. Persiapan alat

2. Teknik pemeriksaan lumbosacral, yang meliputi :

a. Proyeksi pemeriksaan yang digunakan

1) Posisi pasien

2) Posisi obyek

3) Arah sinar atau Central Ray (CR)

4) Pusat sinar atau Central Point (CP)

5) Source Image Distance (SID)

6) Faktor eksposi
Lampiran 8

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN RADIOGRAFER (R1,R2,R3)

Hari / tanggal :

Waktu :

Cara Pengumpulan Data : Wawancara mendalam

Instrumen Wawancara : Alat perekam suara (HP) dan alat tulis

Responden : Radiografer

Pewawancara : Yusril Sela Ramadhan

Pencatat : Yusril Sela Ramadhan

Tempat : Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Tujuan : Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan

radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP

(Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji

Surabaya

Daftar Pertanyaan :

1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi lumbosacral pada klinis LBP (Low

Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya?

2. Mengapa pemeriksaan radiografi lumbosacral pada klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya posisi pasien yang digunakan

adalah erect pada proyeksi AP (antero posterior) dan lateral?

3. Apa yang akan Anda lakukan apabila pada saat pemeriksaan radiografi

lumbosacral pasien tidak bisa diposisikan erect?

4. Apa kendala yang ditemui pada saat melakukan pemeriksaan radiografi

lumbosacral pada klinis LBP (Low Back Pain) pada posisi pasien erect

selama pemeriksaan berlangsung dan bagaimana Anda mengatasi kendala

tersebut?
Lampiran 9

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI (R4)

Hari / tanggal :

Waktu :

Cara Pengumpulan Data : Wawancara mendalam

Instrumen Wawancara : Alat perekam suara (HP) dan alat tulis

Responden : Dokter Spesialis Radiologi

Pewawancara : Yusril Sela Ramadhan

Pencatat : Yusril Sela Ramadhan

Tempat : Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Tujuan : Untuk mengetahui informasi diagnostik dari

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi

Radiologi RSU Haji Surabaya

Daftar Pertanyaan :

1. Apa parameter yang menunjukkan adanya indikasi LBP (Low Back Pain)

pada hasil radiograf?

2. Informasi apa yang didapatkan dari proyeksi AP dan lateral menggunakan

posisi pasien erect pada pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

dengan klinis LBP (Low Back Pain)?

3. Apakah ada perbedaan informasi yang didapatkan dari proyeksi AP dan

lateral menggunakan posisi pasien erect dengan proyeksi AP dan lateral

menggunakan posisi pasien supine pada pemeriksaan radiografi vertebrae

lumbosacral dengan klinis LBP (Low Back Pain)?


4. Apa tujuan digunakannya proyeksi AP dan lateral menggunakan posisi

pasien erect pada pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral dengan

klinis LBP (Low Back Pain)?

5. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan proyeksi AP dan lateral

dengan posisi pasien erect dalam mendukung diagnosa pada pemeriksaan

radiografi vertebrae lumbosacral dengan klinis LBP (Low Back Pain)?


Lampiran 10

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN DOKTER PENGIRIM (R5)

Hari / tanggal :

Waktu :

Cara Pengumpulan Data : Wawancara mendalam

Instrumen Wawancara : Alat perekam suara (HP) dan alat tulis

Responden : Dokter Pengirim

Pewawancara : Yusril Sela Ramadhan

Pencatat : Yusril Sela Ramadhan

Tempat : Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Tujuan : Untuk mengetahui alasan dilakukannya

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) di Instalasi

Radiologi RSU Haji Surabaya

Daftar Pertanyaan :

1. Bagaimana peranan pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada

klinis LBP (Low Back Pain)?

2. Mengapa pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral pada klinis LBP

(Low Back Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya menggunakan

proyeksi AP dan lateral?

3. Informasi diagnosa apa yang sudah didapatkan pada pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral dengan klinis LBP (Low Back Pain) dengan

menggunakan proyeksi AP dan lateral?

4. Apa saja peranan menggunakan proyeksi AP dan lateral dalam mendukung

diagnosa pada pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral dengan klinis

LBP (Low Back Pain)?


Lampiran 11

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PASIEN (R6)

Hari / tanggal :

Waktu :

Cara Pengumpulan Data : Wawancara mendalam

Instrumen Wawancara : Alat perekam suara (HP) dan alat tulis

Responden : Pasien

Pewawancara : Yusril Sela Ramadhan

Pencatat : Yusril Sela Ramadhan

Tempat : Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Tujuan : Untuk mengetahui riwayat pasien yang melakukan

pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral

pada klinis LBP (Low Back Pain) Di Instalasi

Radiologi RSU Haji Surabaya

Daftar Pertanyaan :

1. Keluhan atau gejala apa yang Anda rasakan tentang penyakit yang diderita?

2. Sejak kapan Anda merasakan gejala tersebut?

3. Tindakan pengobatan apa saja yang pernah dilakukan dan apakah sudah

melakukan pemeriksaan lain sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi

vertebrae lumbosacral?
Lampiran 12

LEMBAR PERMINTAAN PEMERIKSAAN


Lampiran 13

HASIL BACAAN/ EKSPERTISI RADIOLOG


Lampiran 14

IJIN PENGAMBILAN DATA


Lampiran 15

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dalam rangka penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Prosedur

Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya” saya :

Nama : Agus Setyo Kiswoyo, S.Tr.Rad

NIP : 19771113 200801 1 005

Jabatan : Radiografer

Unit Kerja : RSU Haji Surabaya

Bersedia menjadi salah satu responden dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Surabaya, 17 Maret 2020

Responden

(Agus Setyo Kiswoyo, S.Tr.Rad)


NIP. 19771113 200801 1 005
Lampiran 16

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dalam rangka penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Prosedur

Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya” saya :

Nama : Erika Estya D, Amd.Rad

NIP : 19810316 201001 2 012

Jabatan : Radiografer

Unit Kerja : RSU Haji Surabaya

Bersedia menjadi salah satu responden dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Surabaya, 17 Maret 2020

Responden

(Erika Estya D, Amd.Rad)


NIP. 19810316 201001 2 012
Lampiran 17

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dalam rangka penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Prosedur

Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya” saya :

Nama : Yanuariswadi, Amd.Rad

NIP : 304-07011981-012011-7232

Jabatan : Radiografer

Unit Kerja : RSU Haji Surabaya

Bersedia menjadi salah satu responden dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Surabaya, 17 Maret 2020

Responden

(Yanuariswadi, Amd.Rad)
NIP. 304-07011981-012011-7232
Lampiran 18

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dalam rangka penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Prosedur

Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya” saya :

Nama : dr. Nurul Hidajati, Sp.RAD

NIP : 19650706 199603 2 003

Jabatan : Dokter Spesialis Radiologi

Unit Kerja : RSU Haji Surabaya

Bersedia menjadi salah satu responden dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Surabaya, 17 Maret 2020

Responden

(dr. Nurul Hidajati, Sp.RAD)


NIP. 19650706 199603 2 003
Lampiran 19

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dalam rangka penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Prosedur

Pemeriksaan Radiografi Vertebrae Lumbosacral pada Klinis LBP (Low Back

Pain) di Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya” saya :

Nama : dr. Nuning Puspitaningrum, Sp.S

NIP : 19691010 201410 2 002

Jabatan : Dokter Spesialis Saraf

Unit Kerja : RSU Haji Surabaya

Bersedia menjadi salah satu responden dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Surabaya, 19 Maret 2020

Responden

(dr. Nuning Puspitaningrum, Sp.S)


NIP. 19691010 201410 2 002
Lampiran 20

Ethical Clearance

Anda mungkin juga menyukai