TINJAU PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut (M.jamaludin, 2020) faktor resiko stroke non hemoragik
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai perbandingan yaitu :
a. Hipertensi
b. Diabetes Melitus
pasien dengan faktor resiko mengalami kelainan motorik sedang
harusnya lebih tinggi dibanding yang hanya memiliki satu faktor
resiko.
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor penyebab diantaranya
seperti pengambilan sampel yang tidak melihat onset serangan pasien.
Yang dimaksudkan pada onset akut biasanya dikenal dengan
hiperglikemia reaktif. Hiperglikemia disebabkan respon stres sesudah
mengalami Stroke. Respon stres ini mengakibatkan peningkatan
Katekolamin, Lipolisis, kenaikan kadar Asam Lemak Bebas, dan hal
itu merupakan prognosis buruk. Hiperglikemia dapat menyebabkan
berkurangnya konsumsi Oksigen otak pasca iskemik dibandingkan
pada pasien dengan Normoglikemia.
5
6
3. Patofisiologi
Otak bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Jika terjadi anoksia seperti halnya yang terjadi pada CVA,
mengalami perubahan metabolisme di otak, dalam waktu 3-10 menit
dapat terjadi kematian sel dan kerusakan permanen. Tiap kondisi yang
menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau
anoksia. Hipoksia menyebabkan iskemik otak. Iskemik otak dalam
waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat terjadi
infark otak yang disertai dengan edema otak karena pada daerah yang
dialiri darah terjadi penurunan perfusi dan oksigen, serta meningkatkan
karbondioksida dan asam laktat (Ariani, 2013).
Berikut gambaran pathway kasus Stroke Non Hemoragik terlihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Pathway Stroke Non Hemoragik
• Faktor pencetus hipertensi, DM, penyakit jantung
• Merokok, stress, gaya hidup yang tidak baik
• Faktor obesitas dan kolesterol yang meningkat dalam darah
Edem serebral
Penurunan supali darah dan O2 ke otak
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Peningkatan TIK
4. Manifestasi Klinis
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Harsono (1996) dalam (Ariani, 2013), pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke yaitu antara lain
CT-Scan bagian kepala yaitu pada stroke non hemoragik terlihat
adanya infark. Pemeriksaan lumbal pungsi untuk pemeriksaan
diagnostik diperiksa kimia sitologi, mikrobiologim dan virology.
Elektokardiografi (EKG) untuk mengetahui keadaan jantung dimana
jantung berperan dalam suplai darah ke otak. Pemeriksaan darah
dilakukan untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan darah, jumlah
sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal, dan mekanisme
pembekuan darah.
6. Komplikasi
komlikasi yang terjadi pada stroke non hemoragik yaitu :
a. Dini (0-48 jam pertama)
Edema serebri, defisit neurologis cenderung memberat dapat
mengakibatkan peningkatan TIK, herniasi, infark miokard
penyebab kematian pada stroke stadium awal dan akhirnya
menimbulkan kematian.
11
C. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan
yang sistematis dan rasional. Metode pemberian asuhan keperawatan yang
terorganisir dan sistematis, berfokus pada respon yang unik dari individu
terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial (Suarni & Apriyani,
2017).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
13
b. Pemeriksaan Dasar
1) Aktifitas/istirahat
a) Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis
b) Merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri kejang otot) 18
c) Gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan
umum
d) Gangguan penglihatan
e) Gangguan tingkat kesadaran
14
2) Sirkulasi
a) Adanya penyakit jantung
b)Hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme/malinformasi
vaskuler
c)Frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidakefektifan
fungsi/keadaan jantung.
3) Integritas ego
a) Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
b) Emosi labil, ketidaksiapan untuk makan sendiri dan gembira
c) Kesulitan untuk mengekspresikan diri
4) Eliminasi
a) Perubahan pola berkemih seperti : inkontinensia urin, anuria
b) Distensi abdomen, bising usus (-)
5) Makanan/cairan
a) Nafsu makan hilang, mual, muntah selama fase akut/peningkatan
TIK
b) Kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi, dan tengkorak)
c) Disfagia, riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah) 19
d) Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal)
e) Obesitas
6) Neurosensori
a) Adanya pusing/sakit kepala berat
b)Kelemahan, kesemutan, kebas pada sisi terkena sepert mati
/lumpuh
c) Penglihatan menurun : buta total, kehilangan daya lihat sebagian
(kebutuhan monokuler), penglihatan ganda (dislopia)
d) Senutuhan : hilangnya rangsangan sensoris kontra lateral (ada sisi
tubuh yang berlawanan/pada ekstremitas) pada wajah
e) Gangguan rasa mengecapan dan penciuman
f) Status mental / tingkat kesadaran : koma pada tahap awal, tetap
sadar jika trombosis alami
g) Gangguan fungsi kognitif : penurunan memori
15
Tabel 2.1
Tingkat Kesadaran
b) Nervus kranialis
Pemeriksaan saraf kranial menurut Ariani (2013) meliputi saraf
olfaktorius, optikus, okulomotorius, troklearis, trigeminus, abdusen,
fasialis, akustikus, glosofaringeus, vagus, fasesorious, hipoglosus.
Berikut penjelasan terdapat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Fungsi Saraf Cranial
Saraf Fungsi
Saraf olfaktorius (N.I) Hidung/penciuman
Saraf optikus (N.II) Ketajaman penglihatan, lapang pandang
Saraf okulomotorius Retraksi pupil, otot ocular, eksternal termasuk
(N.III) gerakan ke atas, ke bawah dan medial, kerusakan
akan menyebabkan otosis dilatasi pupil.
Saraf troklearis (N.IV) Gerakan okular menyebabkan ketidakmampuan
17
Skala Keterangan
0 Tidak ada kontraksi otot
1 Terjadi kontraksi otot tanpa gerakan nyata
18
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons
pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien stroke antara
lain:
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot ditandai dengan gerakan pasien terbatas seperti miring kanan
miring kiri, pasien tampak terbaring ditempat tidur, pasien tampak
lemas, pasien mengatakan tangan dan kaki sebelah kanan sulit
digerakkan.
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromukular ditandai dengan pasien sulit berbicara, bicara pelo,
bibir nampak tidak simetris.
3. Rencana Keperawatan
Tahapan perencanaan keperawatan adalah perawat merumuskan
rencana keperawatan menggunakan pengetahuan dan alasan untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan (Suarni & Apriyani, 2017).
19
Tabel 2.4
Rencana Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Oksigenasi Pada Kasus Stroke Non Hrmoragik
1 2 3 4
8. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
9. Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan misalnya
duduk ditempat tidur
pindah dari tempat tidur
ke kursi, duduk disisi
tempat tidur.