Oleh :
RAHMAN. P,A.Md.AK
NIP. 19880218 2011111001
INSTALASI LABORATORIUM
BIDANG PENUNJANG DAN PENGENDALIAN PELAYANAN MEDIK
RSUD.Prof.Dr.H.M.ANWAR MAKKATUTU BANTAENG
2022
36
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
RAHMAN.P,A.Md.AK
NIP. 19880218 2011111001
INSTALASI LABORATORIUM
BIDANG PENUNJANG DAN PENGENDALIAN PELAYANAN MEDIK
RSUD.Prof.Dr.H.M.ANWAR MAKKATUTU BANTAENG
2022
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
DR (c). MUHAJIR,.SKM,.M.Kes
NIP. 19730719 199803 1 001
iii
ABSTRAK
Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Pemeriksaan jumlah trombosit dan
nilai hematokrit menjadi indikator diagnosis DBD. Nilai hematokrit akan
meningkat (hemokonsentrasi) karena penurunan volume plasma darah, sedangkan
jumlah trombosit akan menurun (trombositopenia) akibat supresi sumsum tulang
dan munculnya antibodi terhadap trombosit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran jumlah trombosit dan nilai hematokrit pada penderita demam
berdarah dengue.
Metode penelitian ini bersifat deskriftif. Mengukur jumlah trombosit dan nilai
hematokrit penderita DBD pada 36 responden yang dirawat inap di RSUD Curup.
Data yang diambil adalah hasil pemeriksaan darah penderita DBD dan dianalisis
menggunakan alat otomatis Sysmex XN 450.
Hasil jumlah trombosit dan nilai hematokrit dari 36 responden ini didapatkan
jumlah trombosit menurun sebanyak 31 orang, trombosit masih dalam jumlah
normal sebanyak 5 orang, diantaranya 2 orang pada fase demam dan 3 orang pada
fase penyembuhan, sedangkan nilai hematokrit tidak ada yang meningkat.
Kesimpulan dari hasil penelitian jumlah trombosit pada fase demam rata-rata
120,56±39,8/µL dan nilai hematokritnya rata-rata 41,11±4,4%. Jumlah trombosit
pada fase kritis diperoleh rata-rata 71,08±26,96/µL dan nilai hematokritnya rata-
rata 40,12±3,04%. Dan jumlah trombosit pada fase penyembuhan diperoleh rata-
rata 161,33±6,02/µL dan nilai hematokritnya rata-rata 38,6±2,8%.
Kata kunci : demam berdarah dengue, jumlah trombosit, nilai hematokrit.
iv
ABSTRACT
Background Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the major public health
problems in Indonesia. Examination of platelet counts and hematocrit values is an
indicator of the diagnosis of DHF. The hematocrit value will increase
(hemoconcentration) due to decreased blood plasma volume, while the platelet
count will decrease (thrombocytopenia) due to bone marrow suppression and the
appearance of antibodies to platelets. This study aims to determine the description
of platelet count and hematocrit value in dengue hemorrhagic patients.
Research method is descriptive. Measuring the number of platelets and hematocrit
values of DHF patients in 36 respondents who were hospitalized in Curup hospitals.
The data is taken the result of blood test of DHF patient and analyzed by automatic
tool Sysmex XN 450.
The result of thrombocyte count and hematocrit value from 36 respondents was
found the number of platelets decreased by 31 people, platelets still in the normal
amount of 5 people, including 2 people in the phase of fever and 3 people in the
healing phase, while the hematocrit value no increase.
Conclusions from the research of platelet counts in the fever phase averaged 120.56
± 39.8 / μL and hematocrit values averaged 41.11 ± 4.4%. The number of platelets
in the critical phase obtained an average of 71.08 ± 26.96 / μL and the hematocrit
value averaged 40.12 ± 3.04%. And the number of platelets in the healing phase
obtained an average of 161.33 ± 6.02 / μL and the hematocrit value averaged 38.6
± 2.8%.
Keywords: dengue hemorrhagic fever, platelet count, hematocrit value.
v
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr.Wb
Puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Gambaran Pemeriksaan Jumlah Trombosit Dan
masukkan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan
Penulis sadar akan kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
dan tidak lupa pula penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………..…………… vi
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………. 7
E. . Keaslian Penelitian………………………………………………………. 8
1. Defenisi……………………………………………………………… 9
2. Vektor………………………………………………………………… 10
4. Epidemiologi………………………………………………………… 15
5. Cara penularan……………………………………………………….. 16
6. Dampak penyakit……………………………………………………... 18
7. Gejala…………………………………………………………………. 18
vii
8. Patofisiologi………………………………………………………….. 21
9. Patogenesis…………………………………………………………… 23
10. Diagnosis……………………………………………………………… 26
A. Desain Penelitian………………………………………………………… 34
B. Variabel Penelitian………………………………………………………. 34
C. Definisi Operasional………………………………………………………35
H. Prosedur Penelitian………………………………………………………. 38
1. Pra Analitik……………………………………………………………38
2. Analitik………………………………………………………………. 38
3. Post analitik………………………………………………………….. 39
A. Jalannya Penelitian………………………………………………………. 40
B. Hasil Penelitian…………………………………………………………... 41
C. Analis Data………………………………………………………………. 42
D. Pembahasan……………………………………………………………… 43
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 47
viii
B. Saran…………………………………………………………………….. 48
Daftar Pustaka 49
LAMPIRAN
ix
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan pada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. (Loho T, 2002). Perjalanan penyakit ini sangat cepat dan
Indonesia.
endemik pada lebih dari 100 negara diantaranya adalah Afrika, Amerika,
Mediterania Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Amerika, Asia Tenggara dan
(DBD). Pada tahun 2012 terjadi 2000 lebih kasus DBD di 10 negara di
1
Menurut Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
dan hingga saat ini angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)
meninggal dunia. Tahun 2015 tercatat kasus DBD sebanyak 126.675 kasus,
dan 1.229 orang dinyatakan meninggal dunia. Penyakit ini merupakan salah
satu masalah kesehatan di Indonesia sejak tahun 1968 yang terjadi di Jakarta
meningkat di 4 Propinsi yaitu, Jawa Timur (340 kasus), Jawa Barat (270
kasus), Jawa Tengah (270 kasus) dan Kalimantan Timur (103 kasus). (Di
tahun 2016 Indonesia kasus DBD berjumlah 202.314 orang dengan angka
sampai Mei tercatat 17.877 kasus, dengan angka meninggal dunia 115 orang
2
Infeksi virus dengue pada manusia menimbulkan spektrum penyakit
yang sangat beragam dari demam ringan hingga pendarahan yang berat dan
(DBD) maka penyakit ini pada fase awal demam yaitu hari 1-3, fase kritis
yaitu demam hari ke 4-5 dan fase penyembuhan yaitu hari ke 6-7. Karena
sulit dibedakan dari penyakit infeksi lain seperti demam tyfoid, malaria,
hepatitis virus akut, leukemia akut dengan infeksi, dan lain-lain. Maka perlu
yang cepat tepat dapat segera diberikan untuk mencegah penderita masuk
terjadinya syok. Karena itu kedua pemeriksaan ini penting untuk diagnosis
(WHO : 2014).
3
Pemeriksaan penunjang Complete Blood Count (CBC) menjadi
Propinsi Bengkulu pada awal Januari tahun 2017 dalam satu bulan
pertama warga Bengkulu terjangkit DBD sebanyak 132 orang. Dari jumlah
sampai dengan Maret 2017 saja pasien penderita Demam Berdarah Dengue
dunia. Angka tersebut belum termasuk bulan April dimana Kota Bengkulu
4
Rumah Sakit Umum Daerah Curup (RSUD Curup) adalah satu-
satunya rumah sakit rujukan yang ada di Kabupaten Rejang Lebong. Selain
merujuk pasiennya ke RSUD Curup. Pada tahun 2016 kasus DBD di Rejang
Lebong. Namun tahun 2017 ada penurunan kasus menjadi 259 kasus namun
pemeriksaan awal yang dilakukan untuk penderita DBD yang tentunya telah
diiringi dengan gejala klinis. Hasil pemeriksaan selama ini sering terjadi
Berdasarkan hal tersebut di atas maka saya tertarik untuk mengetahui sejauh
5
virus, deteksi antigen dan tes serologi. Isolasi dan identifikasi virus
diperlukan sekitar 7-14 hari, biaya relatif mahal dan hanya bisa dilakukan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
6
2. Tujuan Khusus
Makkatutu Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
1) Bagi masyarakat
(DBD).
2) Bagi peneliti
7
hematokrit dan trombosit di RSUD.Prof.Dr.H.M.Anwar Makkatutu
Bantaeng
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
muncul dengan gejala sakit kepala , sakit pada tulang, sendi, dan otot serta
ruam merah pada kulit. Demam ini biasa ditandai dengan demam mendadak
siklus 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas. Penyakit demam
(DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini
dan bukan oleh jenis nyamuk lainnya. Nyamuk rumah, nyamuk malaria dan
jenis nyamuk lainnya tidak dapat membawa virus dengue, sehingga bukan
waktu relatif singkat. Penyakit ini tergolong susah dibedakan dari penyakit
(yellow fever) dan chikungunya. Virus ini termasuk dalam grup B Antropod
10
yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai
berat dan penderita banyak yang meninggal (Ni Nyoman Ayu, 2016).
2. Vektor
nyamuk Aedes aegypti. Selain itu juga dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor utama virus Demam Berdarah
dapat di bedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya.
Skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di
bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih.
Sementara skutum Aedes albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi
11
Aedes aegypti Aedes albopictus
Garis putih
pada skutum
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi dan sore hari.
Umumnya nyamuk ini menggigit pada siang hari (pukul 09.00 – 10.00) dan
radius 100 – 200 meter. Oleh sebab itu, jika di suatu lingkungan terdapat
pasien DBD, masyarakat yang berada pada radius tersebut dari lokasi pasien
bukan pada air kotor atau air yang langsung bersentuhan dengan tanah,
melainkan di dalam air tenang dan jernih. Air tenang dan jernih ini sering
terdapat dalam vas bunga, drum, ember, ban bekas dan barang-barang
12
3. Morfologi dan siklus hidup Aedes aegypti
sempurna. Stadium telur, larva, pupa hidup didalam air. Pada umumnya
telur menetas menjadi larva dalam waktu kurang lebih 1-2 hari. Stadium
larva biasanya berlangsung hidup selama 6-8 hari, dan stadium pupa
memerlukan waktu selama 9-10 hari. Aedes aegypti dewasa berukuran lebih
pada bagian badannya terutama pada bagian kakinya (Depkes RI, 2015).
berikut:
a. Telur
kali bertelur dan akan menetas menjadi larva dalam waktu dua hari
atau oval memanjang, warna hitam dengan panjang 0,80 mm. Telur
Aedes aegypti dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama pada
13
diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air atau
b. Larva
menjadi pupa berkisar 5-7 hari. Bagian kepala dan thorak besar,
Ada sepasang kait dari chitine di setiap sisi thorak. Setiap sisi ada 8
c. Pupa
baca koma. Fase ini membutuhkan waktu sekitar 2-5 hari. Pada
untuk berenang. Gerakannya lebih lincah dari pada larva. Pupa tidak
14
d. Nyamuk Dewasa
Tubuhnya tersusun dari 3 bagian yaitu kepala, dada dan perut. Pada
kaki yang terdiri dari paha, betis dan tampak (tarsus). Pada bagian
perut terdiri dari 8 ruas dengan bintik-bintik putih (Depkes RI, 2015).
waktu 9-10 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan
15
4. Epidemiologi
dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang dilaporkan
Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai
yang terjadi dan menghilang dalam lima hari. Pada masa infeksi virus
nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng
16
Dari data penderita klinis Demam Berdarah Dengue (DBD) yang
berdarah pada umumnya terjadi pada awal musim hujan (permulaan tahun
dan akhir tahun). Hal ini di karenakan pada musim hujan vektor penyakit
1. Vektor
Perkembang biakan vektor mulai dari telur, larva, pupa dan nyamuk
2. Penjamu
3. Lingkungan
5. Cara penularan
terinfeksi virus dengue pada saat menghisap dari seseorang yang sedang
berada pada tahap demam akut (viremia). Setelah melalui periode inkubasi
17
ekstrinsik selama 8 - 10 hari, sehingga kelenjar ludah Aedes akan menjadi
pusing , nyeri otot, hilang nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala non
spesifik seperti mual, muntah dan ruam pada kulit. Virus ini akan tetap
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk
selama kurang lebih dari dua jam setelah matahari terbit dan beberapa jam
individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada
siang hari manusia yang menjadi sumber makanan dalam keadaan aktif
18
6. Dampak penyakit
maka dalam tubuhnya akan terbentuk zat anti (antibodi) yang spesifik
sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk. Orang yang terinfeksi virus
7. Gejala
demam naik kembali. Ini biasa di sebut fase kritis yang bisa
Dan pada hari ke 6-7 panas mulai turun fase ini keadaan pasien
penyembuhan.
19
b. Tanda-tanda perdarahan
d. Renjatan (syok)
Tanda-tanda renjatan :
atau kurang
20
e. Trombositopenia
DBD, bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu badan
turun.
f. Hemokonsentrasi
ensefalitis.
21
3) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul
8. Patofisiologi
penderita demam, sakit kepala, mual, nyeri sendi, dan otot-otot, pegal-
pegal pada seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
22
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang sering
massif terjadi akibat kelainan mekanisme yang lebih komplek lagi yaitu
23
seluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan, dan koagulasi
9. Patogenesis
yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan
hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host)
sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan rendah maka
merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada
Hipotesis ini juga menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang
mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang
24
mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk
heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas
sekunder oleh tipe virus yang berlainan pada seorang pasien, respon
titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30%
dan terdapatnya cairan di rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang
25
anoksia yang dapat berakibat fatal, oleh karena itu pengobatan syok sangat
26
penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan
10. Diagnosis
Kriteria klinis :
(Rumple Leede) positif dan salah satu bentuk lain (petekiae, purpura,
3) Pembesaran hati.
Kriteria laboratorium :
27
a. Derajat I :
Demam disertai gejala tidak khas atau perdarahan spontan, uji turniket
b. Derajat II :
lain tempat.
c. Derajat III :
gelisah.
d. Derajat IV :
a. Pemeriksaan trombosit
28
1) Metode langsung (Rees Ecker)
2) Metode fase-kontras
29
dengan kotoran karena sifat refraktilnya. Kesalahan dengan
30
jenis leukosit) dan dapat digunakan untuk mengetahui adanya
b. Pemeriksaan hematokrit
1) Metode makrohematokrit
2) Metode mikrohematokrit
amonium-kalium-oksalat.
31
ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus
dinyatakan dalam %.
1) SGOT
2) SGPT
3) Uji neutralisasi
32
4) IgM dan IgG Elisa
4. Deteksi antigen
5. Isolasi virus
Minuman yang dapat diberikan berupa teh manis, sirup, susu dan
33
7) Dikompres dengan air dingin supaya suhu tubuhnya tidak terlalu
tinggi.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang di rawat inap di RSUD Curup
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
tertentu yang dimiliki oleh suatu penelitian tentang suatu konsep tertentu
(Sugiyono, 2010).
Hematokrit Penderita
Trombosit Demam Berdarah
35
C. Definisi Operasional
Fase DBD Adalah Data Pasien Fase demam hari :1-3 Nominal
penderita Fase kritis hari :4-5
mengalami Fase pemulihan /
demam penyembuhan :6-7
setelah
terinfeksi
virus DBD
dirawat inap di RSUD Curup pada tanggal 15 Maret s/d 15 April tahun
36
2018. Pengambilan sampel dengan metode accidental. Dan jika
subjeknya kurang dari 100 orang, maka semua dijadikan sampel. Jika
subjeknya lebih dari 100 orang maka dapat diambil 10-25%( Suharsimi
36 orang.
%
n= ×N
100
15
n= × 239
100
n = 36 orang.
Keterangan :
% = Banyak Persen
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
37
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebong.
yaitu data dari hasil pemeriksaan hematokrit dan trombosit pada pasien
2. Analisis data adalah data yang didapat dari hasil pencatatan pelaporan
Bantaeng.
38
H. Prosuder Penelitian
1. Pra Analitik
a) Usap lengan pasien dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai
kering.
dengan plaster.
2. Analitik
39
b) Bilas dengan air keringkan baca di bawah mikroskop dengan
lensa 100. Sel trombosit di hitung pada bagian sediaan dimana sel
diluent yang telah terpasang pada alat dan dialirkan melalui apetura
jenis-jenis selnya.
3. Post Analitik
40
BAB IV
A. Jalannya penelitian
hematokrit pada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat inap
tulis ilmiah ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Pada tahap persiapan dimulai dari penetapan judul dan melakukan
zaal Anak, zaal Penyakit Dalam dan zaal Raflesia, untuk pengambilan sampel
41
laboratorium RSUD.Prof.Dr.H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng, dilanjutkan
inap dengan cara mengisi informed concernt kepada responden atau keluarga
pasien yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Darah responden diambil sesuai
B. Hasil Penelitian
1 Umur ( Tahun )
< 20 19 52,8 %
20-40 9 25,0 %
> 40 8 22,2 %
2 Jenis Kelamin
Perempuan 18 50,0 %
4 Hasil Trombosit/ uL
42
≥150.000 4 11,1 %
<150.000 32 88,9 %
5 Hasil Hematokrit %
35- 40 21 58,3 %
41-50 15 41,7 %
C. Analisis Data
nilai α >0,05 yang menyatakan keseragaman data yang diuji. Analisis data
tersebut dilakukan menggunakan software SPSS. Data penelitian ini berupa hasil
D. Pembahasan
trombosit pada penderita DBD yang dirawat inap yang melakukan pemeriksaan
hematokrit dan jumlah trombosit pada pasien DBD yang dirawat inap di RSUP
nilai hematokrit dan trombosit pada pasiien anak. Perbedaan hasil penelitian
kriteria sederhana yang diajukan WHO dan dokter sebagai diagnosis klinis
44
Tombositopenia biasa terjadi pada fase kritis yaitu demam hari ke 4-5. Dimana
fase kritis ini apabila penanganan tidak cepat bisa mencapai titik terendah dan
tubuh (darah) penderita DBD karena ada peningkatan agregasi trombosit yang
system koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah, yang dapat
karena adanya antobodi anti trombosit dalam darah (Heatubun. at all, 2013).
hematokrit biasa meningkat pada hari ke empat atau ke lima dari masa awal
cairan serosa melalui pembuluh kapiler yang rusak. Akibat kebocoran ini
45
volume plasma menjadi berkurang yang bisa mengakibatkan terjadinya fase
kritis.
Dimana penderita yang dirawat rata-rata masuk ke rumah sakit mulai fase
demam sampai fase penyembuhan tanpa ada yang mengalami syok yang sering
menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Pusparini
(2013) dengan judul “Hubungan jumlah trombosit dan nilai hematokrit pada
mengetahui seberapa parah penyakit yang sedang dialami penderita serta untuk
penderita apakah terinfeksi virus dengue atau virus lainnya (Pusparini, 2013).
Infeksi DBD terbagi menjadi 3 fase yaitu: fase demam , fase kritis
dan fase penyembuhan. Pada fase demam hari ke 1-3, seseorang yang
mengalami DBD kerap tidak nafsu makan dan minum, mual dan lemas diiringi
demam tinggi yang tak kunjung reda walaupun telah minum obat penurun
46
panas. Dimana jumlah trombosit menurun yang kadang bisa menyebabkan
keluarnya cairan melalui pembuluh darah. Disaat darah kental dan semakin
pekat, maka suplai oksigen ke seluruh tubuh lewat darah menjadi berkurang,
yang kelamaan bisa membuat sel dan jaringan menjadi rusak atau mati
(Soedarmo, 2011).
Selain itu, apabila kondisi ini dibiarkan maka sel darah merah
trombosit ikut berkurang. Bila penanganan kasus DBD yang cepat dan tepat,
maka penderita DBD pada fase kritis bisa terlewati sehingga ke fase
(Soedarmo, 2011).
47
BAB V
A. Kesimpulan
bulan dan usia tertinggi 78 tahun. Usia terbanyak penderita DBD dibawah
umur 20 tahun.
2. Penderita DBD pada fase demam hari ke 1-3 jumlah rata-rata trombositnya
Penderita DBD pada fase kritis hari ke 4-5 jumlah rata-rata trombositnya
Penderita DBD pada fase penyembuhan jumlah trombosit pada hari 6-7
48
B. Saran
1. Bagi masyarakaat
2. Bagi peneliti
dengan sampel yang lebih banyak dengan varian yang berbeda seperti nilai
trombosit apabila penderita telah mengalami demam lebih dari dua hari
49
DAFTAR PUSTAKA
Amrina., Nasrul. E., dan Edward. Z, 2014. Gambaran nilai hematokrit dan jumlah
Trombosit yang bermakna pada penderita Demam Berdarah Dengue. RSUP
DR. Djamil Padang.
Anggraeni. S. D., 2010. Stop Demam Berdarah Dengue. Publishing House Bogor.
Dirjen P2PL, 2016. Penemuan dan Tata laksana Penderita Demam Berdarah
Dengue. Depkes RI. Jakarta.
Dirjen P2PL, 2015. Survailans Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Depkes RI.
Jakarta.
Effendy. C., 2013. Perawatan Pasien DHF. Asih. Y, (Ed.), EGC, Jakarta.
Heatubun CE., Umboh A., Mogan AE., dan Manoppo F, 2013. Perbandingan jumlah
trombosit demam berdarah dengue tanpa syok dan syok di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandau Manado. Jurnal e-Biomedik(eBM) 1:863-7
KEMENKES RI, 2015. Kelangsungan hidup spesies nyamuk Aedes aegypti. Depkes
RI. Jakarta
Misnadiarly, 2012. Demam Berdarah Dengue (DBD). Ekstrak Daun Jambu Biji Bisa
untuk Mengatasi DBD, Ed. I, Pustaka Populer Obor. Jakarta.
50
Nadesul. H., 2012. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Kompas, Jakarta.
Ni Luh Candra Mas Ayuni., I A Putri Wirawati., dan I W.P. Sutirta Yasa. 2014. Pola
jumlah trombosit dan hematokrit pada demam berdarah. E. Jurnal Medika,
Vol. 6 No.10.
Pusparini, 2013. Kadar hematokrit dan trombosit sebagai indkator diagnosis infeksi
Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kedokteran Trisakti. Edisi 2004. Vol23
No2:51-52
Suhendro., Naiggolan. L., Chen. K., Pohan. T. H., 2012. Demam Berdarah Dengue.
dalam : Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo. W.A., dkk. (Eds), Jilid III, Ed. IV,
FKUI. Jakarta.
Sudarta. W. I., 2011. Pengendalian Terpadu Vektor Virus DBD, Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Diesnatalis Universitas Udayana. Denpasar.
WHO.,2014. Dengue and Servere Dengue from World Health Oganization :http
://www.who.int/mediacenter/factsheets/fs117/en/.
51
DATA PENELITIAN
00 Januari 2018
N‹›n›‹›r :
L zrnpiran
I lal
Bank 1crhnrmal,
R tin BxCI<N NF.aic•c REcu«o
Schubuflgun denim pcny usunon iiipas ak lair miihasisw:i dalam hcnluk kary:i 'I ulis I lmioh t k4l
hagi Mahesiswu Ptodi Diploma Ill Analis Eesclmian Pollckkcs kerb cubes llengkulu Tahun
Akadenuk 2016/2017. maka dcagan iai kami mutton kiranyn flspak/Ibn dapul mrmberikon
r»komcnda.si izin penj;amhil#n dala. un‹uk Kag a lulis fIn›iah I KITE dimaksud. Nama mahasiswa
‹crscbu‹ adalah
Name : HELMI llr Srbayong
N lM : PO 3l 30017102
Nn Handphnnc : GB I *78199226
Waktu Penelitian : 2 bulan
Tempal Penelitian : RSUD CURUE
Program Studi : Diploma TII Analis Keschatan
Judul GAMBAkAN PEMERIKSAAN NILAI HEMATOKRIT DAN
AJMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH
DENGUE YANG DIRAWAT DI RSUD CLrRUI’
Domd anlt atas perfustian dan bantuaa Bapat/Ibu diucapkaa.tcainakasih.
032@ I
Nina ! Hdmi Br Sebpaag
Nim : P 031S00l7l0l
vnum : D III Andis KmMum
ScWfuy•mcmEampmwds liimnyegelmitmyimm dm
memahami dengan benar ymsa w pmcñoaa Sea aa ja4i›l: GAM8ARAN
#I'MFRIKSAAN TIIOMBOSIT DA8 HEMATOXRIT PADA PEND£RITA
DKMAM BfiRDARAI1 DENGU£ YANG DIRA¥/AT DI RSUD CURUP”, ssya
Tid
( Hcla i Br S<taya«g)
NBI: POJIJ/Xlf7l02
FOTO HASIL PENELITIAN
Hasil di Monitor
Hasil di Monitor
BIODATA
Penulis pernah bekerja di Laboratorium Yarisu Medan dari tahun 1991 s/d 1993
dan di Rumah Sakit Imelda Medan dari tahun 1993 s/d 1996. Di angkat menjadi
PNS di Puskesmas Batu Bandung dari tahun 1998 s/d 2001. Dari tahun 2001 s/d
sekarang bertugas di RSUD Curup.