Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN DERMATITIS DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS ALALAK TENGAH
BANJARMASIN TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan guna menyusun Skripsi untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
EKA JULHIKMAH
NPM 17070233

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)


MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
BANJARMASIN
2021
Proposal Penelitian oleh EKA JULHIKMAH NPM. 17070233
Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Banjarmasin, ………………………
Pembimbing I,

(Drs. Fakhsianoor, M.Si., M.Kes)


NIK. 068912056

Banjarmasin, …………………………
Pembimbing II,

(Akhmad Fauzan, SKM., M.Kes)


NIK.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.............................................. iii
ABSTRAK………………………………………………………………… iv
ABSTRACT……………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………...……………… 2
C. Tujuan Penelitian……………………………………... 2
D. Manfaat Penelitian……………………………………. 2
E. Keaslian Penelitian…………………………………… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Dermatitis...…………………. 6
B. Tinjauan Umum mengenai Anemia Besi....................... 10
C. Tinjauan Umum mengenai Zat Besi dan Hemoglobin.... 14
D. Kerangka Teori............................................................... 20
E. Kerangka Konsep……………………………………... 21
F. Hipotesis……….……………………………………… 22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian………………………………… 31
B. Populasi dan Sampel…………………………………. 31
C. Instrumen Penelitian…………………………………. 31
D. Variabel Penelitian…………………………………... 32
E. Definisi Operasional…………………………………. 32
F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan
Data…………………………….................................. 33
G. Cara Analisis Data……………………………………. 33
H. Waktu dan Tempat Penelitian………………………… 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN……………………………….. 35
B. PEMBAHASAN…………………………………….. 39

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………. 44
B. Saran………………………………………………… 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menyatakan bahwa segala
upaya dalam pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk
mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi yang memungkinkan
seseorang untuk hidup lebih produktif baik secara sosial maupun
ekonomi. Seseorang dapat dikatakan sakit jika salah satu komponen
tersebut terganggu, atau adanya keadaan abnormal dari tubuh yang
berupa gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap
seseorang yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatannya terganggu
yang salah satunya penyakit dermatitis.
Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang
bersifat akut dan sub akut dengan dipengaruhi beberapa faktor.
Peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor luar (eksogen)
misalnya bahan kimia contohnya seperti detergen, asam, basa, oli,
semen, fisik contohnya sinar matahari dan suhu, mikroorganisme seperti
bakteri dan jamur. Faktor dari dalam (endogen) misalnya Dermatitis
Atopik, dapat menimbulkan kelainan klinis efloresensi polimorfik dan
rasa gatal. Keparahan dari kelainan kulit akibat penyakit Dermatitis
tergantung daya tahan tubuh penderita,diakibatkan karena keparahan
dari reaksi satu orang berbeda dengan orang yang lainnya meskipun
penyebabnya sama. Tetapi apabila seseorang yang menderita penyakit
dermatitis sudah parah maka pada kulit yang terserang akan terjadi
kelepuhan dan sangat berbahaya bagi kulit. (Djuanda, dkk. 2010).
Dermatitis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor lingkungan, dan berkaitan erat dengan penyakit atopik pada organ
lain seperti rinitis alergika pada penderita sendiri ataupun keluarganya,
dan kejadian dermatitis di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia
menunjukkan angka kejadian dermatitis yang tidak sedikit. Data di
Inggris menunjukkan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja merupakan
dermatitis akibat kerja, jika ditinjau dari jenis penyakit kulit maka lebih
dari 95% merupakan dermatitis kontak. (Muttaqin, 2011).
Terdapat berbagai macam dermatitis, diantaranya adalah
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis
kontak iritan yang terjadi berulang pada trauma fisik atau kimiawi
dan bisa terjadi pada siapa pun yang terkena penyakit tersebut
(David,dkk, 2007:343). Sedangkan Dermatitis kontak alergi yaitu
penyakit yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivas tipe
lambat terhadap suatu alergen eksternal (Robin Graham, dkk.
2005: 69).
Riwayat alergi dapat dilihat dari sejarah perjalanan alergi misalnya
alergi terhadap obat-obatan tertentu, dan riwayat penyakit yang di
derita sebelumnya (Putra, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Adila Afifa tahun 2012 menunjukkan hasil bahwa jenis pekerjaan
seseorang dan riwayat atopi merupakan faktor-faktor yang sangat
behubungan dengan dermatitis kontak. Hasil wawancara pada Tn.S dan
Ny.A pada tanggal 18 Desember 2013, Tn.S mengatakan bahwa dirinya
memiliki alergi terhadap makanan yaitu udang, dengan gejala gatal-
gatal, kemerahan serta terkadang muncul bintik-bintik di bagian
tangannya. Pada Ny.A mengatakan bahwa dirinya memiliki alergi
terhadap suatu kosmetik berupa cream pemutih wajah, dengan gejala
yang kemerah-merahan dan terasa sangat gatal pada wajahnya. Pada
penelitian survailance di negara Amerika serikat menyebutkan bahwa
80% penyakit kulit yang diderita akibat kerja adalah dermatitis kontak.
Dermatitis kontak iritan menduduki urutan pertama dengan hasil kira-
kira sekitar 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua
dengan hasil kira-kira sekitar 14-20% (Taylor et al, 2003).
Secara global penyakit dermatitis mempengaruhi sekitar angka
230 juta orang pada tahun 2010 atau 3,5% dari populasi dunia terutama
didaerah tropis yang beriklim panas dan lembab. Prevalensi penyakit
dermatitis didominasi beberapa kelompok perempuan khususnya dalam
periode reproduksi yaitu umur 15– 49 tahun. Di Inggris dan Amerika
Serikat, didominasi kelompok anak-anak yaitu sekitar sekitar angka 20%
dan 10,7% dari jumlah penduduk sedangkan kelompok dewasa di
Amerika Serikat sekitar 17, 8 juta (10%) orang (Silverberg JI, Hanifin
JM, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia 6-7 tahun,
prevalensi dermatitis di India dan Ekuador berkisar 0,9% dan 22,5%.
Untuk kelompok usia 13-14 tahun, menunjukkan prevalensi di China
dan Columbia berkisar 0,2% dan 24,6%, sedang prevalensi lebih dari
15% ditemukan pada 4 dari 9 daerah yang diteliti termasuk Afrika,
Amerika Latin, Eropa (Finlandia) dan Oceania. Khusus di negara-negara
yang berpenghasilan rendah, seperti Amerika Latin atau Asia Tenggara
yang telah muncul sebagai daerah prevalensi yang relatif tinggi (Nutten,
2015).
Data hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh Kelompok Studi
Dermatologi Anak (KSDAI) dari lima kota besar di Indonesia pada
tahun 2010, dermatitis masih menempati peringkat pertama (23,67%)
dari 10 besar penyakit kulit Pada orang Dewasa dari sepuluh rumah sakit
besar yag tersebar di seluruh Indonesia dan pada tahun 2010 kejadian
dermatitis mencapai 36% angka kejadian (Ludfi dkk, 2012).
Hasil Riskesdas (2007)Badan Litbangkes Kemenkes menunjukkan
bahwa prevalensi nasional kasus Dermatitis adalah 16,8%. Berdasarkan
prevalensi tersebut, dianggap sangat perlu untuk dilakukan penanganan
penyakit Dermatitis oleh masyarakat.
Penyakit kulit atau dermatitis di Indonesia sangat meningkat pesat.
Angka dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah
Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia ini sangat bervariasi, dimulai
dari persentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga persentase
tertinggi sebesar 82,6% (Surakarta) dari semua kasus dermatomikosis
(Arumkanti, dkk. 2014).
WHO memperkirakan di dunia ini terdapat 50 juta manusia
yang menderita asma. BBC melaporkan penderita alergi di Eropa
ada kecenderungan meningkat sangat pesat dalam 20 tahun
terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak
usia sekolah lebih dari angka 40% mempunyai 1 gejala alergi,
20% mempunyai asma, dan 6 juta orang mempunyai Dermatitis
(alergi kulit). (Rahimah,dkk, 2014).
Selain itu terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya dermatitis adalah Direct Causes (faktor langsung), yaitu
berupa bahan kimia dan Indirect Causes (faktor tidak langsung)
yang meliputi penyakit yang telah ada sebelumnya,usia,
lingkungan, dan personal hygiene.
Personal hygiene sangat erat hubungannya dengan
terjadinya penyakit pada kulit seperti dermatitis, oleh karena itu
perlu diperhatikan beberapa aspek kebersihan seperti kebersihan
kulit, kebersihan kaki, tangan, dan kuku, serta kebersihan rambut.
Usia jugasalah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari
individu. Selain itu usia juga merupakan salah satu faktor yang
dapat memperparah terjadinya dermatitis (Suryani, 2011)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Depertemen
Kesehatan 2014 prevalensi nasional dermatitis adalah 6,8%
(berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 13 provinsi
mempunyai prevalensi dermatitis di atas prevalensi nasional,yaitu,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Bangka Belitung, Nanggro Aceh
Darussalam, dan termasuk Sulawesi Selatan. (Depkes RI, 2014).
Prevalensi dermatitis pada penduduk di Provinsi Kalimantan
Selatan sebesar 11,3 %, (rentang 1,2-22,5%) sedangkan kejadian
dermatitis di Kota Banjarmasin selama 6 terakhir mengalami
fluktuatif dan masuk dalam 10 terbesar penyakit tertinggi di Kota
Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai