Anda di halaman 1dari 38

1

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN HASIL HITUNG TROMBOSIT METODE TIDAK


LANGSUNG MENGGUNAKAN TABUNG VACUTAINER K2EDTA DAN
TABUNG VACUTAINER SODIUM CITRATE 3.2%

LAILA WINTARIA,S.Si
NIP.1986 04102011012018

PEMERINTAH KOTA MATARAM


DINAS KESEHATAN

2023
2

ii
3
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN HASIL HITUNG TROMBOSIT METODE TIDAK


LANGSUNG MENGGUNAKAN TABUNG VACUTAINER K2EDTA DAN
TABUNG VACUTAINER SODIUM CITRATE 3.2%

Disusun Oleh:

LAILA WINTARIA,S.Si
NIP.19860410201012018

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Drg.Hj.Illynn Yuliani
NIP.1976072262003122007

KATA PENGANTAR ii
4

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul ” Perbedaan Hasil Hitung Trombosit Metode
Tidak Langsung Menggunakan Tabung Vacutainer K 2EDTA Dan Tabung
Vacutainer Sodium Citrate 3.2%” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Drg.Hj.Illyn Yuliani selaku pembimbing utama selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Sri Wahyuni,S.Sos selaku Kepala Tata Usaha Puskesmas
Pejeruk yang telah memberikan dukungan,masukan dan saran dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu terutama Rekan – rekan di
Laboratorium yang telah memberikan dukungan penuh dalam
penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini

Mataram, Maret 2023


penulis

iii

iii
5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian …....................................................... 5
D. Hipotesis Penelitian........................................................ 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 7


A. Kerangka Teoritis ........................................................... 7
1. Darah ........................................................................ 7
2. Trombosit ................................................................. 10
3. Antikoagulan ............................................................. 16
B. Kerangka Konsep .......................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 20


A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 20
B. Rancangan Penelitian .................................................... 20
C. Populasi dan Sampel .....................................................20
D. Besar Sampel ................................................................ 22
E. Cara Pengambilan Sampel ............................................ 22
F. Variabel Penelitian ......................................................... 22
G. Definisi Operasional ....................................................... 23
H. Cara Pengumpulan Data ............................................... 23
I. Alur Kerja Penelitian ...................................................... 29
J. Cara Pengolahan Data .................................................. 30
K. Cara Analisa Data .......................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 31

v
6
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1.Tabel 3.1. Tabel Data Hasil Hitung Trombosit…...........................28

vi
7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral yang tidak

dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan pada

setiap penyedia jasa kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,

ataupun laboratorium patologi klinik. Dalam mengantisipasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan

yang semakin meningkat serta pesatnya laju pembangunan, maka

setiap penyedia jasa kesehatan perlu meningkatkan pelayanan

kesehatan guna memenuhi tuntutan masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan yang lebih baik (Imbalo S. Pohan, 2006).

Pada penyelenggaraan laboratorium patologi klinik dapat

dibagi menjadi laboratorium hematologi, laboratorium kimia klinik,

laboratorium serologi, laboratorium mikrobiologi, dan laboratorium

mikologi (Marelli, T.M. 2007).

Di bagian laboratorium hematologi kegiatan yang dilakukan

adalah pemeriksaan hematologi yaitu pemeriksaan yang sering

diminta oleh klinisi. Rata-rata dalam 6 bulan terakhir di tahun 2019

didapatkan 889 pemeriksaan hematologi lengkap. Pemeriksaan ini

berguna untuk menegakkan diagnosis, memberikan terapi, gambaran

prognosis dan follow up seorang pasien (Harun, 2005).

Salah satu parameter pemeriksaan hematologi yang sering

diminta oleh klinisi adalah pemeriksaan hasil hitung trombosit. Dimana

1
8
bahan darah yang digunakan harus dengan antikoagulan.

Pemeriksaan trombosit mempunyai peran utama dalam proses

pembekuan darah dan berhubungan dengan hemostasis (proses

berhentinya darah mengalir dari sesuatu luka). Dengan mengetahui

hasil hitung trombosit maka dapat ditegakkan diagnosis suatu

penyakit pada penderita (Marelli, T.M. 2007).

Pemeriksaan hasil trombosit ini dapat dilakukan dengan

beberapa metode yaitu metode penghitungan otomatis, metode

langsung dan metode tidak langsung. Pada beberapa keadaan seperti

pada kasus Dengue Shock Syndrome (DSS) atau sindrom syok

dengue yaitu sindrom yang disebabkan virus dengue yang cenderung

mempengaruhi anak-anak di bawah 10 tahun dan bisa menyebabkan

kematian, serta pada kasus Idiopathic Thrombocytopenic Purpura

(ITP) yaitu kondisi yang ditandai dengan menurunnya jumlah

trombosit darah (trombositopenia) dalam tubuh, sehingga

menimbulkan kecenderungan pendarahan (Imbalo S. Pohan, 2006).

Dari beberapa contoh kasus tersebut hasil trombosit

cenderung tidak terbaca pada alat otomatik analyzer karena batas

bawah pembacaan alat otomatik analyzer hanya mampu membaca

dan menghitung jumlah sel-sel darah pada range yang terbatas.

Adapun juga banyak dijumpai kasus dimana sampel darah dengan

antikoagulan pasien terjadi clumping atau pembekuan sehingga

pembacaan hitung trombosit menjadi tidak akurat terutama pada alat

hematologi analyzer 3 diff, karena masih menggunakan prinsip


9
pembacaan secara impedance, yaitu mengitung jumlah sel-sel darah

berdasarkan ukuran sel darah tersebut (Anonim, 2007).

Adapun hasil hitung trombosit pada kedua jenis antikoagulan

ini pada alat otomatik analyzer cenderung berbeda, oleh karena itu

penghitungan trombosit metode tidak langsung yaitu dengan

menggunakan bahan antikoagulan pada tabung vacutainer EDTA dan

vacutainer Sodium Citrate adalah second opsi untuk mendapatkan

hasil hitung trombosit yang lebih akurat, sehingga dipandang perlu

untuk diangkat di dalam penelitian ini.

Bahan darah untuk pemeriksaan hasil hitung trombosit

biasanya diambil dari darah vena dengan pemberian antikoagulan

agar tidak membeku. Antikoagulan yang dipakai bermacam-macam

seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), Sodium Citrate /

Natrium Sitrat 3.2%, Heparin, dan lain sebagainya. Untuk

pemeriksaan hematologi dipakai EDTA dengan ukuran dosis 1,50 ±

0,25 mg/ml darah. (Harun, 2005)

Antikoagulan yang digunakan dalam tabung vacutainer

EDTA ini adalah K2EDTA (Dipotassalium Ethylene Diamine

Tetraacetic Acid). K2EDTA mempunyai stabilitas yang lebih baik

daripada antikoagulan yang lain karena mempunyai pH yang

mendekati pH darah. Penggunaan tabung vacutainer EDTA ini pada

pengambilan darah vena tidak perlu menggunakan spuit dan

perbandingan antara dosis antikoagulan dengan volume darah dapat

dipertanggungjawabkan (Harun, 2005).


10
Dengan menggunakan kedua bahan antikoagulan pada

masing-masing yaitu tabung vacutainer K2EDTA dan tabung

vacutainer Sodium Citrate / Natrium Sitrat 3.2% sering ditemukan

perbedaan hasil hitung trombosit yang menonjol yaitu pada

penghitungan metode otomatik menggunakan alat hematologi

analyzer (Anonim, 2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut “apakah ada perbedaan hasil hitung trombosit metode

tidak langsung menggunakan tabung vacutainer EDTA dan tabung

vacutainer Sodium Citrate”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan hasil hitung trombosit metode tidak

langsung menggunakan tabung vacutainer EDTA dan tabung

vacutainer Sodium Citrate.

2. Tujuan Khusus

a. Menghitung trombosit metode tidak langsung menggunakan

tabung vacutainer EDTA.

b. Menghitung trombosit metode tidak langsung menggunakan

tabung vacutainer Sodium Citrate.


11
c. Menganalisis perbedaan hasil hitung trombosit metode tidak

langsung menggunakan tabung vacutainer EDTA dan tabung

vacutainer Sodium Citrate.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini yaitu “Ada perbedaan hasil hitung trombosit

metode tidak langsung menggunakan tabung vacutainer EDTA dan

tabung vacutainer Sodium Citrate”

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pendidikan

Dapat memberikan informasi kepada Mahasiswa tentang

perbedaan hasil hitung jumlah trombosit metode tidak langsung

menggunakan tabung vacutainer EDTA dan tabung vacutainer

Sodium Citrate.

2. Bagi Laboratorium

Sebagai informasi kepada tenaga Laboratorium Patologi

Klinik, bahwa didalam melakukan pemeriksaan jumlah hitung

trombosit metode tidak langsung menggunakan tabung vacutainer

EDTA dan tabung vacutainer Sodium Citrate, antikoagulan yang

digunakan harus dengan antikoagulan yang terbaik, dengan

perbandingan yang tepat, dan wadah yang berkualitas baik serta

proses pengolahan sampel yang seksama.

3. Bagi Peneliti
12
Sebagai media untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang

diperoleh mengenai perbedaan hasil hitung jumlah trombosit

metode tidak langsung menggunakan tabung vacutainer EDTA

dan tabung vacutainer Sodium Citrate.


13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Darah

a. Pengertian Darah

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang berbeda dengan

jaringan tubuh lain. Berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam

suatu sistem tertutup yang dinamakan pembuluh darah,

menjalankan fungsi transport dan fungsi hemostasis (Sadikin,

2001).

b. Volume Darah

Volume darah manusia sekitar 7% dan 10 % berat normal

atau kira - kira 1/3 dari berat badan yaitu sekitar 4 - 5 liter. Keadaan

jumlah tersebut pada tiap - tiap orang tidak sama, tergantung pada

umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah

(Handayani & Sulistyo, 2008).

c. Fungsi Darah

Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen yang

diperlukan oleh sel - sel diseluruh tubuh. Darah juga mensuplai

jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa

metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem

imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai

penyakit. Darah juga berfungsi menjaga tempratur tubuh agar tetap

dan mengatur keseimbangan asam basa tubuh (Anonim, 2007).

7
14
d. Susunan Atau Bagian – bagian Darah

Darah adalah cairan yang mengandung bahan intraseluler

yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur - unsur padat

yaitu sel - sel darah.

1) Serum atau plasma terdiri atas :

a) Air : 91.0%

b) Protein : 8,0% (Albumin, globulin, protrombin, dan

fibrinogen).

c) Mineral : 0,9% (Natrium klorida, natrium bikarbonat,

garam dari kalium, fosfor, magnesium dan zat besi).

d) Bahan organik : 0,1% (Glukose, lemak, kreatinin,

kolesterol, asam urat dan asam amino).

2) Sel – sel Darah Ada tiga Macam, yaitu :

a) Eritrosit (Sel darah merah)

Di bawah mikroskop, eritrosit akan tampak bulat dan

berwarna merah. Pemeriksaan kelainan eritrosit meliputi

besarnya, bentuk dan warnanya karena konsentrasi

hemoglobinnya, yang lazim disebut trias “s” ( size, shape,

staining ). Besar atau ukuran eritrosit normal antara 7,2 –

7,9 µ, sedang tebalnya 1,6 -2,1 µ. Bentuk eritrosit adalah

bikonkaf dengan daerah pucat di bagian tengah 1/3 -1/2

× diameter sel. Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel

yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya

yakni sel darah putih (lekosit) dan trombosit, yang dalam


15
keadaan normal mencapai hampir seluruh dari volume

darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang

memungkinkan eritrosit membawa oksigen dari paru-paru

dan mengirimnya keseluruh jaringan tubuh. (Pearce,

2000)

b) Lekosit (Sel darah putih)

Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat didalam

darah, fungsi umum sel darah putih ini sangat berbeda

dengan sel darah merah. Sel darah putih ini umumnya

berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap

penyusupan benda asing yang mempunyai kemungkinan

untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup

individu. Jumlah lekosit didalam darah tidaklah sebanyak

eritrosit, lekosit berada dalam jumlah antara 0,1 - 0,2 dari

jumlah eritrosit. Sel lekosit terdiri dari granulosit yaitu

netrofil, basofil dan eosinofil serta agranulosit yaitu

limfosit dan monosit. (Sadikin, 2001)

c) Trombosit (Sel pembeku darah)

Trombosit disebut juga platelet/keping darah. Trombosit

berasal dari sel raksasa yang berada di sumsum tulang

yang dinamakan megakariosit. Dalam pematangannya,

megakariosit ini pecah menjadi 3000 - 4000 sepihan sel

yang dinamai sebagai trombosit/keping sel. Trombosit

ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga tubuh


16
tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari

penyusupan benda/sel asing (Sadikin, 2001).

3) Plasma Darah

Plasma yaitu bagian darah yang encer tanpa sel - sel darah,

berwarna bening kekuning - kuningan. Hampir 90% dari

plasma terdiri atas air, disamping itu terdapat pula zat - zat

yang terkandung didalamnya (Sadikin, 2001).

2. Trombosit

a. Pengertian Trombosit

Trombosit sering disebut juga dengan nama platelet yaitu

jasad kecil bergranula dengan diameter 2– 4 mikron. Jumlahnya

sekitar 300.000/µL darah dan pada keadaan normal mempunyai

waktu paruh sekitar 4 hari. Di dalam darah tidak merata, mudah

menggumpal dan rusak. Mudah terikat pada bagian-bagian fibrin,

dinding-dinding gelas dan cairan-cairan pengencer. Trombosit

mempunyai cincin mikrotubulus di sekeliling tepimya serta

invaginasi (lekukan) membrane yang luas dilengkapi dengan sistem

saluran kompleks yang berhubungan dengan cairan ekstraseluler.

Membran selnya mengandung reseptor untuk kolagen, faktor

dinding pembuluh von Willebrand dan fibrinogen. Sitoplasmanya

mengandung aktin, myosin, glikogen, lisosom dan 2 macam

granula:
17
1. Granula padat, mengandung senyawa nonprotein yang akan

disekresikan sebagai respons terhadap pengaktifan trombosit,

mencakup serotonin, ADP serta adenine nukleotida lainnya.

2. Granula α, mengandung protein sekresi selain hidrolase lisosom

(William F. Ganong, 2002).

b. Fungsi Trombosit

Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostatis, suatu

mekanisme faali tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan

perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama trombosit adalah

melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat

trauma – trauma kecil yang terjadi sehari – hari dan mengawali

peyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka

membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan pada

jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi

(perlekatan antar sel trombosit) (Marrelli, T.M. 2007).

Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan

penurunan aliran darah ke jaringan yang memanjang atau

mengakibatkan sumbatan menjadi sangat besar sehingga terlepas

dari tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai embolus, yang

menyumbat aliran ke hilir. (Elizabeth J. Corwin. 2009)

Apabila dinding pembuluh darah terluka, trombosit melekat

pada kolagen, laminin dan factor von Willebrand yang terpajan di

dinding pembuluh melalui itergrin pada permukaan trombosit.

Proses adhesi trombosit ini, tidak seperti halnya pengelompokan


18
(agregasi), tidak membutuhkan aktifitas metabolik trombosit.

Namun pengikatan pada kolagen akan memicu pengaktifan

trombosit. Pengaktifan ini dapat pula dihasilkan melalui ADP dan

trombin. Trombosit yang aktif akan berubah bentuk, menjulurkan

pseudopodia, melepas, melepas granula, dan mengikat pada

trombosit lain (agregasi trombosit). Proses agregasi ini juga

dirangsang oleh faktor pengikat trombosit (platelet-activating factor,

PAF), suatu sitokin yang disekresi oleh netrofil dan monosit, serta

oleh trombosit (William F. Ganong, 2002).

c. Gambaran Mikroskopik Trombosit

Jumlah normal trombosit adalah 150.000 – 400.000/µl darah.

Gambaran mikroskopik trombosit pada sedian apus darah

menggunakan pewarnaan wright, giemsa ataupun rapid adalah

trombosit akan tampak sebagai sel kecil yang tak berinti, bulat

dengan sitoplasma berwarna biru keabu – abuan, pucat, yang

berisi granula merah ungu yang beredar secara merata (Kee, Joyce

LeFever, 2007).

Gambar 1. Sel trombosit (koleksi pribadi)


19

d. Pemeriksaan Laboratorium Trombosit

Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menilai

kualitas trombosit adalah agregasi trombosit, retensi trombosit,

retraksi bekuan, dan antibody anti trombosit. Sedangkan uji

laboratorium untuk menilai kuantitas trombosit adalah masa

perdarahan (bleeding time) dan hitung jumlah trombosit. Adapun

metode yang digunakan untuk menghitung jumlah trombosit adalah

sebagai berikut :

1) Metode Langsung (Rees Ecker)

Hitung trombosit cara Rees Ecker, darah diencerkan ke dalam

larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue sehingga

trombosit tercat biru muda. Sel trombosit dihitung menggunakan

kamar hitung standard dan mikroskop. Secara mikroskopik

trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda /

lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau

koma tersebar atau bergerombol. (Imbalo S Pohan, 2006)

2) Metode Fase Kontras

Pada hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan

kedalam larutan ammonium oxalate 1 % sehingga semua

eritrosit di hemolisis. Sel trombosit dihitung dengan

menggunakan kamar hitung standard dan mikroskop fase

kontras. Sel – sel lekosit dan trombosit tampak bersinar dengan

latar belakang gelap. Trombosit tampak bulat atau bulat telur


20
dan berwarna biru muda atau lila terang. Metode fase kontras

adalah penghitungan secara manual yang paling baik.

(Ratnaningsih T, dan Usi Sukorini, 2005)

3) Metode Tidak Langsung

(Metode Tidak Langsung digunakan dalam penelitian ini)

Cara ini menggunakan sedian apus darah yang diwarnai

pewarna Wright, Giemsa atau May Grunwald serta Rapid HDT.

Sel trombosit dihitung pada bagain sediaan dimana eritrosit

tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih. Metode

hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah

trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrisit, sedangkan

jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Cara ini

sekarang tidak digunakan karena tidak praktis, dimana selain

menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung

eritrosit. Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang

menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lp X 2000 atau

20 lp X 1000 memiliki sensitifitas dan sfesifitas yang baik untuk

populasi trombosit normal dan tinggi. (Kee, Joyce LeFever,

2007)

*Jenis-Jenis Pewarnaan Untuk Pemeriksaan Hitung

Trombosit Metode Tidak Langsung*

a. Wright

Zat pulasan wright dapat dibeli dalam bentuk serbuk atau

cairan siap pakai. Untuk membuat larutan koloid yang siap


21
pakai, serbuk itu harus dilarutkan ke dalam metilalkohol. Tiap

0,1 gram serbuk itu digerus dalam sebuah mortar dengan

metilalkohol yang ditambahkan sedikit demi sedikit sampai

terpakai 60 ml. Disimpan larutan itu dalam botol berwarna

yang diisi sampai hampir penuh. Kocoklah isinya tiap hari.

Larutan itu lewat 10 hari cukup matang untuk dipakai.

Jauhkan botol larutan wright dari uap asam atau basa. Tutup

botol rapat-rapat agar tidak kemasukan hawa lembab.

(Gandasoebrata, 2004)

b. Giemsa

Zat pulasan giemsa biasanya di beli dalam keadaan larut.

Jika hendak membuatnya sendiri, pakailah reagensia yang

harus dibuat untuk hematologik dan bahan-bahan lain yang

murni. Susunan larutan ialah sebagai berikut : azur II-eosin

3,0 g; azur II 0,8 g; gliserin 250 ml; metilalkohol 250 ml.

Sebelum dipakai, larutan pokok ini harus diencerkan 20 kali

dengan penyanggah pH 6,4 ( atau dengan akuades pH 6,4).

Zat pulas giemsa yang telah diencerkan tidak tahan lebih

lama dari satu hari, buatlah secukupnya saja agar hemat.

(Gandasoebrata, 2004)

c. Rapid

Zat pulasan rapid terdiri dari beberapa bagian cat yang

biasanya dibuat sendiri dari bahan serbuk yang diencerkan.

Susunan cat rapid berupa : methanol, eosin, dan metilen


22
blue. Zat pulasan rapid bisa bertahan cukup lama untuk

dipakai sebagai pemulas hapusan darah. (Gandasoebrata,

2004)

*Pewarnaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pewarna Rapid*

4) Hitung Trombosit Otomatis

Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung

hitung trombosit selain hitung lekosit dan hitung eritrosit.

Sebagain besar alat menghitung trombosit dan eritrosit

bersama–sama, namun keduanya dibedakan berdasarkan

ukuran. Partikel yang lebih kevil dihitung sebagai trombosit dan

partikel yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan alat

ini, penghitungan dapat dilakukan terhadap lebih banyak

trombosit. (Ratnaningsih T, dan Usi Sukorini, 2005)

3. Antikoagulan

a. Pengertian Antikoagulan

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan

darah dengan cara mengikat kalsium atau menghambat

pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi

fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Jika tes

membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan

dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Spesimen-

antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan

spesimen untuk mencegah pembentukan microclot. Pencampuran


23
yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis.

(Ratnaningsih T, dan Usi Sukorini, 2005)

b. Jenis – jenis Antikoagulan

1) EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid)

Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau

potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat

kalsium. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan

antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah,

sehingga ideal untuk pengujian hematologi seperti pemeriksaan

hemoglobin, hematokrit, LED, hitung lekosit, hitung trombosit,

retikulosit, apusan darah, dsb. Ada tiga macam EDTA, yaitu

dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA) dan

tripotassium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya

digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya

digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis EDTA tersebut,

K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh CLSI

(Clinical and Laboratory Standart Institute). K2EDTA biasanya

digunakan dengan konsentrasi 1–1,5 mg/ml darah.

Penggunaannya harus tepat, bila jumlah EDTA kurang, darah

dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila EDTA kelebihan,

eritrosit akan mengalami krenasi, trombosit membesar dan

mengalami disintegrasi. (Ratnaningsih T, dan Usi Sukorini,

2005)
24
2) Trisodium Sitrat Dihidrat

Sitrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium.

Trisodium sitrat dihidrat 3.2% buffered natrium sitrat (109

mmol/L) direkomendasikan untuk pengujian koagulasi dan

agregasi trombosit. Penggunaannya adalah 1 bagian citrate

ditambah 9 bagian darah. Secara komersial, tabung sitrat dapat

dijumpai dalam bentuk tabung hampa udara dengan tutup

berwarna biru terang. Spesimen harus segera dicampur setelah

pengambilan untuk mencegah aktivasi proses koagulasi dan

pembentukan bekuan darah yang menyebabkan hasil tidak

valid. Natrium sitrat 3.8% digunakan untuk pemeriksaan

Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) atau KED/LED cara

Westergreen. Penggunaannya adalah 1 bagain sitrat ditambah

4 bagian darah. (Ratnaningsih T, dan Usi Sukorini, 2005)

3) Heparin

Antikoagulan ini bekerja dengan cara menghentikan

pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan

pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga macam heparin :

Ammonium Heparin, Lithium Heparin dan Sodium Heparin. Dari

ketiga macam heparin tersebut, Lithium Heparin paling banyak

digunakan sebagai antikoagulan karena tidak menggangu

analisa beberapa macam ion dalam darah. Heparin banyak

digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT

(Osmotic Fragility Test). Konsentrasi dalam penggunaannya


25
adalah 0.1–0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk

pemeriksaan apusan darah karena menyebabkan latar

belakang biru. (Ratnaningsih T, dan Usi Sukorini, 2005)

4) Oksalat

Ada dua jenis antikoagulan oksalat yaitu Natrium Oksalat dan

Kalium Oksalat NaF. Natrium Oksalat bekerja dengan cara

mengikat kalsium. Penggunaannya I bagian oksalat ditambah 9

bagian darah. Biasanya digunakan untuk pembuatan adsorb

plasma dalam pemeriksaan hemostatis. Sedangkan Kalium

Oksalat NaF merupakan kombinasi yang digunakan pada

pemeriksaan glukosa. Kalium Oksalat berfungsi sebagai

antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis dengan

cara menghambat kerja enzim Phosphopenol Pyruvate dan

Urease sehingga kadar glukosa darah stabil (Ratnaningsih T,

dan Usi Sukorini, 2005).


26
B. Kerangka Konsep

Darah Vena

Pemeriksaan Trombosit Metode Tidak Langsung

Antikoagulan Antikoagulan Sodium


K2EDTA Pada Citrate 3.2% pada
Tabung Vacutainer Tabung Vacutainer

Hapusan Darah

Pewarnaan

Wright Giemsa Rapid

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Trombosit


Pemeriksaan Trombosit :
Perbandingan darah dengan
antikoagulan
Pencampuran darah dengan
antikoagulan yang kurang
adekuat
Mikroskop

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Arah aliran dari sutu proses ke proses lainnya

: Arah aliran suatu proses yang tidak dilakukan


27
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Kinik Rumah Sakit

Risa Sentra Medika.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Januari sampai dengan

Mei 2020.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi perbandingan

(comparative study) yaitu dilakukan dengan cara membandingkan

persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari faktor-

faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu

peristiwa tertentu. Berdasarkan waktu penelitian, maka penelitian ini

bersifat cross sectional artinya objek penelitian diukur/dikumpulkan

secara stimultan (Notoatmojo, 2002).

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Darah semua pasien yang melakukan pemeriksaan di

Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Risa Sentra Medika

Mataram.

21
28
2. Sampel

Sebagian darah pasien yang melakukan pemeriksaan hasil hitung

trombosit (Darah Rutin) di Laboratorium Patologi Klinik Rumah

Sakit Risa Sentra Medika Mataram.

D. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan tabel Krejcie dan Nomogram Harry King 1970. Populasi

(N) yang diambil rata-rata jumlah pasien dalam satu minggu atau 6 hari

kerja sebanyak 180, maka jumlah sampel (S) = 123 sampel (Sugiyono,

2005).

E. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari

anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu. (Sugiono, 2001)

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah :

1. Variabel independent yaitu hitung trombosit metode tidak langsung.

2. Variabel dependent yaitu hasil hitung trombosit.


29
G. Definisi Operasional

1. Hitung jumlah trombosit metode tidak langsung menggunakan

tabung vacutainer K2EDTA adalah banyaknya trombosit dari

sampel darah dengan antikoagulan K2EDTA yang dihitung pada

hapusan darah tepi menggunakan mikroskop dengan perbesaran

objektif 100x yang dihitung pada 20 lapangan pandang kemudian

dikalikan 1000.

2. Hitung jumlah trombosit metode tidak langsung menggunakan

tabung vacutainer Sodium Citrate 3.2% adalah banyaknya

trombosit dari sampel darah dengan antikoagulan Sodium Citrate

3.2% yang dihitung pada hapusan darah tepi menggunakan

mikroskop dengan perbesaran objektif 100x yang dihitung pada 20

lapangan pandang kemudian dikalikan 1000.

H. Cara Pengumpulan Data

1. Alat penelitian

a. Tabung vacutainer

b. Luer adapter

c. Needle ukuran 25 G dan 23 G

d. Alkohol Swab 70%

e. Holder

f. Plesterin

g. Tourniquet

h. Tabung Vacutainer K2EDTA


30
i. Tabung Vacutainer Sodium Citrate 3.2%

j. Slide/kaca objek

k. Cover gelas

l. Botol pengecatan

m.Bak pengecatan

n. Pipet tetes

o. Botol semprot

p. Tissue

q. Mikroskop

2. Bahan Penelitian

a. Darah Vena dengan antikoagulan pada tabung vacutainer

EDTA dan tabung vacutainer Sodium Citrate 3.2%.

b. Antikoagulan EDTA.

c. Cat Rapid.

3. Pengambilan Sampel Darah (Pra Analitik)

a. Dipersiapkan peralatan sampling antara lain; tabung vacutainer

K2EDTA, tabung vacutainer Sodium Citrate 3.2%, Holder, luer

adapter, needle/jarum, alcohol swab 70%, plesterin dan

tourniquet.

b. Pasang luer adapter pada holder lalu masukkan needle/jarum,

ini berfungsi sebagai jarum holder.

c. Dilakukan pembendungan pada lengan atas yaitu 3 – 10 cm

diatas tempat penusukan spuit.


31
d. Dilakukan desinfektan pada tempat yang akan diambil darah

dengan alkohol 70%.

e. Setelah kering, lakukan penusukan dengan jarum holder pada

vena mediana cubiti. Setelah darah terlihat mengalir pada

jarum holder, segera masukkan tabung vacutainer K2EDTA

pada holder. Darah akan secara otomatis mengalir dan mengisi

tabung vacutainer. Darah akan berhenti mengisi jika

kevacuman udara pada tabung sudah habis, tandanya tabung

sudah terisi darah penuh. Keluarkan tabung vacutainer K2EDTA

yang sudah terisi darah, lalu masukkan tabung vacutainer

Sodium Citrate 3.2%, akukan proses yang sama.

f. Bendungan dilepas.

g. Jarum dibuka.

h. Tempelkan plesterin pada bekas penusukan jarum.

i. Darah pada tabung vacutainer K2EDTA dan tabung vacutainer

Sodium Citrate 3.2% lalu dibolak-balik beberapa kali sebagai

tahap awal homogenisasi untuk memasatikan tidak terjadinya

bekuan.

4. Prosedur Kerja

Untuk menghitung jumlah trombosit pada sampel darah yang ada

pada tabung vacutainer K2EDTA dan tabung vacutainer sodium

sitrate 3.2% dilakukan secara penghitungan tidak langsung

dengan metode hapusan darah sebagai berikut :

a. Sampel darah dibuat hapusan.


32
b. Diwarnai dengan teknik pewarnaan cat rapid.

c. Dilakukan pembacaan pada mikroskop dengan perbesaran

100X kemudian dihitung jumlah trombosit dalam 20 LP dan

dikalikan dengan 1000.

5. Membuat Sedian Hapus

a. Cara Pembuatan

1) Sentuhkanlah tanpa menyentuh kulit setetes darah kecil

(garis tengah tidak melebihi 2 mm) dengan kaca itu, kira –

kira 2 cmm dari ujungnya, dan letakkanlah kaca itu di atas

meja dengan tetes darah di sebelah kanan.

2) Dengan tangan kanan diletakkan kaca objek lain disebelah

kiri tetes darah tradi dan digerakkan ke kanan hingga

mengenai tetes darah.

3) Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser itu.

Ditunggu sampai darah mencapai titik kira-kira 1/2 cm dari

sudut kaca pengegeser.

4) Segeralah digeserkan kaca itu ke kiri sambil memegangnya

miring dengan sudut antara 30 sampai 45 derajat. Janganlah

menekan kaca penggeser itu ke bawah.

5) Sediaan dibiarkan kering di udara.

6) Nama penderita dan tanggal ditulis pada bagian sediaan

yang tebal.
33
b. Ciri – ciri Sedian Apus Yang Baik

1) Sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek,

panjangnya 1/2 sampai 2/3 panjang kaca.

2) Pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk

diperiksa, pada bagian itu eritrosit-eritrosit terletak

berdekatan tanpa bertumpukan dan tidak menyusun

gumpalan atau rouleaux.

3) Pinggir sediaan itu rata dan sediaan tidak boleh berlubang-

lubang atau bergaris-garis.

4) Penyebaran lekosit tidak boleh buruk, lekosit-lekosit itu tidak

boleh berhimpun pada pinggir-pinggir atau ujung-ujung

sediaan.

Catatan :

Kaca objek yang akan digunakan harus kering, bebas debu dan

bebas lemak. (Gandasoebrata, 2004)

6. Memulas Sediaan Hapus

Pemulasan Rapid

a. Diletakan sediaan yang akan dipulas diatas rak tempat

memulas dengan lapisan darahnya keatas.

b. Diteteskan methanol pada sediaan tersebut sehingga bagian

yang terlapisi darah tertutup seluruhnya. Biarkan selama 2

sampai dengan 3 detik.

c. Dituang kelebihan methanol dari kaca.


34
d. Diteteskan larutan eosin pada sediaan tadi sampai menutupi

lapisan darah seluruhnya, biarkan selama 20 sampai dengan

30 detik

e. Dibilas dengan air suling.

f. Liputi sediaan itu dengan larutan metilenblue dan biarkan

selama 15 sampai dengan 30 detik.

g. Dibilas dengan air suling

Taruh sediaan itu dalam sikap vertical agar mengering pada

udara.

7. Pengumpulan Data

Hasil pemeriksaan hitung trombosit yang didapatkan dimasukkan

dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.1. : Tabel data hasil hitung


trombosit.
Jumlah Trombosit ( ribu/mcl )
No Tabung Vacutainer Tabung Vacutainer Sodium
K2EDTA Citrate 3.2%
1
2
3

123
35

I. Alur Kerja Penelitian

Pengambilan Sampel

Pembuatan Sediaan Apus

Pemulasan Rapid

Pemeriksaan Hasil Hitung Trombosit


Metode Tidak Langsung

Pengumpulan data

Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan
36

J. Cara Pengolahan Data

Data yang diperoleh untuk mengetahui perbedaan hasil

hitung trombosit metode tidak langsung menggunakan tabung

vacutainer K2EDTA dan tabung vacutainer Sodium Citrate 3.2%

dihitung terlebih dahulu secara Descriptive Stat yaitu dengan mancari

nilai rata-rata, median, nilai maksimum, nilai minimum.

K. Cara Analisa Data

Untuk mengetahui perbedaan hasil hitung trombosit metode

tidak langsung menggunakan tabung vacutainer EDTA dan tabung

vacutainer Sodium Citrate 3.2% dianalisa secara statistik

menggunakan uji beda rata–rata atau Independent Sample T-test

dengan tingkat kepercayaan 95 % (Pα = 0,05) dan dengan

menggunakan bantuan software SPSS. Sebelum tahap dilakukan uji

beda rata-rata atau Independent Sample T-test dilakukan harus

terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan sesuai asumsi persyaratan

uji beda rata-rata yaitu dilakukan uji distribusi kemudian uji

homogenitas. Hipotesa statistik ini adalah :

Ha = Ada perbedaan hasil hitung trombosit metode tidak langsung

menggunakan tabung vacutainer K2EDTA dan tabung

vacutainer sodium citrate 3.2%.

Ho = tidak ada perbedaan hasil hitung trombosit metode tidak

langsung menggunakan tabung vacutainer K2EDTA dan


37
tabung vacutainer sodium citrate 3.2%.

Jika hasil statistik uji beda rata–rata atau Independent T-test menunjukkan

probabilitas ≤ dari α 0,05 maka Ha diterima, Ho ditolak yang berarti ada

perbedaan hasil hitung trombosit metode tidak langsung menggunakan

tabung vacutainer EDTA dan tabung vacutainer sodium citrate 3.2%. Jika

probabilitas > α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak

ada perbedaan hasil hitung trombosit metode tidak langsung

menggunakan tabung vacutainer EDTA dan tabung vacutainer sodium

citrate 3.2%.
32

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Demam Berdarah Dengue Pada Anak,


www.digilib.litbang.depkes.go.id. (Sitasis : 13 Januari 2010)

Elizabeth J. Corwin, 2009. Buku Saku Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta

Gandasoebrata R., 2004. Penuntun Laborato rium Klinik, PT. Dian


Rakyat, Jakarta.

Imbalo S. Pohan, MPH, MHA, Dr. 2006. Jaminan Mutu Layanan


Kesehatan, Jakarta

Kee, Joyce LeFever, 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan


Diagnostik, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Handayani, W., dan Sulstyo, H. A., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, hal: 130,
Salemba Medika, Jakarta

Harun Nurrachmat, 2005. Perbedaan Jumlah Eritrosit, Lekukosit dan


Trombosit Pada Pemberian Antikoagulan EDTA Konvensional
Dengan EDTA Vacutainer,

Marelli, T.M. 2007. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan, Edisi 3, EGC,


Jakarta.

Ratnaningsih, T. dan Usi Sukroni, 2005. Pengaruh Konsentrasi Na2EDTA


Terhadap Perubahan Parameter Hematologi, FK UGM,
Yogyakarta.

Notoatmojo S. 2002, Metode Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta,


Jakarta.

Pearce, E.C., 2000. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia,


Jakarta.

Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah, Widya Medika.

Sugiono, 2005. Statistik untuk Penelitian, Alphabeta, Bandung.

William F. Ganong, MD. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20


EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai