Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Konsep keluarga

keluarga adalah kesatuan Masyarakat terkecil yang terdiri dari suami,istri dan anak yang
berdiam disatu tempat tinggal. Ini konsep keluarga dalam arti sempit yang disebut juga
keluarga inti.apabila dalam satu tempat tinggl itu berdiam pula pihak lain sebagai akibat
adanya iktan perkawinan,terjadilah kelompok anggota keluarga yang terdiri atas manusia
manusia yang mempunyai hubungan karna karna perkawinan dan karna pertalian darah.

Keluarga dalam arti luas dalam arti luas terdiri atas suami,istri,anak,orang tua
mertua,adik/kakak dan adik/kakak ipar. Keluarga dalam arti luas ini umumnya dijumpai
dalam Masyarakat diindonesia. Keluarga dalam arti luas ini selalu berdasarkan pada notif
ekonomi yang perpegang pada prinsip makan tidak makan pokoknya berkumpul dalam satu
kelompok.

Hubungan keluarga dan hubungan darah adalah dua konsep yang berbeda,hubunga keluarga
adalah hubungan dalam kehidupan keluarga yang terjadi karna ikatan perkawinan dan karna
ikatan huubungan darah,hubungan keluarga karna perkawinan disebut juga dengan
hubungan semenda, seperti mertua,ipar,anak tiri,dan menantu.antara suami atau istri dan
mereka yang disebutkan itu tidak ada hubungan darah,tetapi ada hubungan
keluarga,hubungan keluarga karna pertalian darah seperti:
A. Ayah,ibu,nenek,puyang(lurus keatas)
B. Anak,cucu,cicit(lurus kebawah) dan
C. Saudara kandung dan anak anak saudara kandung(lurus kesamping)

2.2 hubungan darah dalam keluarga

Hubungan darah adalah pertalian darah antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
karna berasal dari leluhur yang sama(Tunggal leluhur) hubungan darah ada dua jenis yaitu:

A. Hubungan darah menurut garis lurus keatas dan kebawah


B. Hubungan darah menurut garis lurus kesamping

Hubungan darah menurut garis lurus keatas disebut leluhur sedangkan hubungan darah menurut
garis lurus kebawah disebut keturunan,hubungan darah menurut garis lurus kesamping adalah
pertalian darah antara manusia berssaudara kandung dan keturunannya.

Hubungan darah menurut garis lurus kesamping adalah pertalian darah antara manusia bersaudara
kandung dan keturunannya

Daftar yang menggambarkan tunggal leluhur antara manusia-manusia yang mempunyai pertalian
darah disebut "silsilah". Dari satu silsilah dapat diketahui dekat-jauhnya hubungan darah antara
manusia yang satu dan manusia yang lain dari leluhur yang sama. Dekat-jauh hubungan darah itu
dapat dinyatakan dengan istilah atau sebutan dalam hubungan keluarga. Istilah atau sebutan
tersebut menunjukkan tingkat hubungan darah. Istilah atau sebutan dan tingkat dalam hubungan
darah dihitung sebagai berikut:

A. Hubungan darah antara anak dan ayah/ibu disebut hubungan satu tingkat
B. Hubungan darah antara anak dan kakek/nenek disebut hubugan dua tingkat
C.Hubungan darah antara anak dan puyang/moyang disebut hubung- an tiga tingkat.

D. Hubungan darah antara ayahvibu dan anak disebut hubungan satu tingkat.

E. Hubungan darah antara ayahibu dan cucu disebut hubungan dua tingkat.

F.Hubungan darah antara ayah ibu dan cicit disebut hubungan tiga tingkat.

G. Hubungan darah antara saudara kandung disebut hubungan dua tingkat.

H.Hubungan darah antara anak dan paman/bibi disebut hubungan tiga tingkat.

I.Hubungan darah antara anak dan anak paman/bibi disebut hubungan empat tingkat.

J.Hubungan darah antara saya dan anak saudara kandung saya (antara saya dan keponakan
saya) disebut hubungan tiga tingkat.

k. Hubungan darah antara anak saya dan anak saudara kandung saya (antara anak saya dan
keponakan saya) disebut hubungan empat tingkat.

3.3 Arti Penting Hubungan Darah

Dekat-jauh hubungan darah mempunyal arti ponting dalam hal perkawin- an, pewarisan, dan
perwalian dalam kehidupan keluarga. Hubungan darah sampal batas tortentu menjadi
halangan/rintangan pelangsungan por- kawinan, misalnya, hubungan darah satu tingkat, dua tingkat,
dan tiga tingkat. Demikian juga dengan urutan dalam pewarisan. Hubungan darah sampai batas
tertentu menentukan urutan prioritas sebagai ahli waris. Misalnya, dalam hal tidak ada hubungan
darah satu tingkat (tidak ada anak, tidak ada lagi orang tua), hubungan dua tingkat berhak mewaris
(saudara kandung atau nenek/kakek dari almarhum).

Demikian juga dalam hal perwalian. Hubungan darah sampal batas ter tentu menentukan urutan
prioritas menjadi wali. Misalnya, dalam hal hubungan darah satu tingkat tidak ada karena orang tua
anak sudah me- ninggal semua atau karena kekuasaan orang tua dicabut pengadilan ne- geri. Dalam
hal ini, hubungan darah dua tingkat (saudara kandung, nenek) berhak menjadi wall bagi anak.

4.4 bungan darah satu tingkat tidak ada karena orang tua anak sudah me- ninggal semua atau karena
kekuasaan orang tua dicabut pengadilan ne- geri. Dalam hal ini, hubungan darah dua tingkat (saudara
kandung, nenek) berhak menjadi wall bagi anak.

4. Hubungan Darah dan Garis Keturunan


Garis keturunan sebenarnya hanya memberikan keistimewaan tertentu dalam hubungan keluarga.
Ada tiga hubungan darah dilihat dari garis keturunan, yaitu patrilineal, hubungan darah yang
mengutamakan garis ayah; matrilineal, hubungan darah yang mengutamakan garis ibu; dan parental
atau bilateral, hubungan darah yang mengutamakan garis ayah dan ibu atau garis orang tua bersama-
sama.

4.1 Patrilineal (garis ayah)

Dalam hubungan darah yang mengutamakan garis ayah (patrilineal), ke- dudukan pihak suami lebih
utama daripada kedudukan pihak istri. Contoh- nya adalah masyarakat Lampung, Palembang, Jambi,
Bengkulu, Tapanuli, Bugis, dan sebagainya. Keutamaan tersebut dapat dilihat dalam hal ber- ikut ini:

a. Pada peristiwa perkawinan

Asabat lebih berperan sebagal wall nikah; perkawinan sistem jujur menentukan jenis dan besamya
nilal jujur, istri selalu mengikuti tempat tinggal suami; dan mengutamakan tamu dari pihak suami
(pihak laki-laki).

b. Pada kekuasaan orang tua

Kekuasaan ayah (pihak suami) lebih diutamakan daripada kekua- saan ibu (pihak Istri) terhadap anak-
anak dalam hubungan keluarga.

c. Pada peristiwa pewarisan

Bagian waris anak laki-laki selalu lebih besar daripada bagian waris anak perempuan (dua banding
satu).

d. Pada kekuasaan perwallan

Pihak laki-laki lebih diutamakan untuk diangkat sebagai wall anak- anak daripada pihak perempuan.

4.2 Matrilinoal (garis Ibu)

Dalam hubungan darah yang mengutamakan garis ibu (matrilineal), ke- dudukan pihak istri lebih
utama daripada kedudukan pihak suami. Contoh- nya adalah masyarakat Minangkabau, Keutamaan
tersebut dapat diamati dalam hal-hal sebagai berikut:

A.Pada peristiwa perkawinan Walaupun asabat berperan sebagai wali nikah, laki-laki (suami) di-
jemput oleh perempuan (istri), suami ikut dalam keluarga istri.

b. Pada kekuasaan orang tua

Saudara laki-laki pihak istri mempunyai kekuasaan utama terhadap anak-anak (kekuasaan paman
terhadap anak kemenakan).

c.pada peristiwa pewarisan

Saudara laki-laki pihak istri lebih berperan sebagai mamak kepala waris
d. Pada kekuasaan perwalian

Saudara laki-laki pihak istri lebih berperan sebagai wali terhadap anak kemenakannya.

4.3 Parental, bilateral (garis bapak dan ibu)

Dalam hubungan darah yang mengutamakan garis kedua-duanya, ayah dan ibu, kedudukan pihak
suami dan pihak istri berimbang dalam kehidup- an keluarga mereka. Contohnya adalah masyarakat
Jawa, Madura, dan Sunda. Perimbangan dalam kehidupan keluarga mereka dapat diamati dalam hal-
hal berikut ini:

a. Pada peristiwa perkawinan Asabat sebagai wali nikah, tidak dikenal sistem jujur, suami dan Istri
menentukan bersama tempat tinggal mereka (mentas) dari tempat tinggal orang tua.

b. Pada kekuasan orang tua

Kedua suami istri mempunyai kekuasaan yang sama dalam ke- luarga, baik terhadap anak-anak
maupun terhadap harta kekayaan.

C. Pada peristiwa pewarisan

Walaupun masih dikenal asas sepikul segendong, kecenderungan menuju ke arah penerapan asas
bagian yang sama antara anak laki-laki dan anak perempuan.

d. Pada kekuasaan perwalian

Suami dan istri dapat berperan sebagal wall terhadap anak-anak mereka. Akan tetapi, pada peristiwa
pemikahan, ayah berperan se- bagai wali nikah karena termasuk asabat.

Anda mungkin juga menyukai