MATERI KE – 1
1. Gaya
Gaya dalam mekanika teknik diartikan sebagai beban yang bekerja pada suatu
konstruksi.
Gaya merupakan besaran vector yaitu suatu besaran yang mempunyai nilai dan
arah serta titik tangkap.
2. Kesetimbangan gaya
1) Kesetimbangan Dua Gaya
Jika dua gaya yang besarya sama bekerja pada garis kerja yang sama dengan
arah yang berlawanan satu dengan lainnya, seperti pada Gambar 1 di bawah
ini.
Garis kerja
F2 F1
Gambar 1
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
Gambar 2
3) Syarat Kesetimbangan ;
Gaya yang bekerja saling kejar (rotasi) dan melalui titik pertemuan yang sama
(tertutup), sebagai contoh segi tiga gaya yang mana gaya saling kejar dan
tertutup melalui titik pertemuan yang sama di titik A, seperti pada Gambar 3;
F1
F3
A
Gambar 3
4) Perletakan
Dalam mekanika teknik perletakan ada empat macam ;
a. Jepit
Jepit diberi tanda ;
Sifat dari jepit ;
Dapat menahan gaya vertical, gaya horizontal dan moment (rotasi)
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
c. Roll
Roll diberi tanda ;
Sifat dari roll ;
Dapat menahan gaya vertical (tegak lurus roll) tetapi tidak dapat
menahan gaya horizontal (sejajar bidang roll) serta tidak dapat
menahan moment (rotasi)
d. Pendel
Pendel diberi tanda ;
Sifat dari pendel ;
Hanya dapat menahan gaya searah dengan pendel
2) Gaya Dalam
Gaya dalam merupakan gaya yang bekerja di dalam konstruksi, gaya ini
dapat berupa ;
a. Reaksi (Rv)
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
Contoh 1
Jika pada balok dengan dua perletakan seperti pada Gambar di bawah ini
diberikan gaya F.
Tentukan reaksi perletakan di titik A dan B.
A B
½l ½l
Solusi ;
Gaya F arahnya ke bawah, maka reaksi perletakan RA dan RB arahnya ke atas.
F
A B
RA RB
½l ½l
Syarat ;
∑ MA = 0
– RB ( l ) + F ( ½ l ) = 0 maka RB = ½ F ( ↑ )
∑ Fv = 0
RA + RB – F = 0 maka RA = F – RB = ½ F ( ↑ )
Contoh 2
Jika pada balok dengan dua perletakan seperti pada Gambar di bawah ini
diberikan dua buah gaya F.
Tentukan reaksi perletakan di titik A dan B.
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
F F
A B
¼l ¼l ½l
Solusi ;
Gaya F arahnya ke bawah, maka reaksi perletakan RA dan RB arahnya ke atas.
F F
A B
RA RB
¼l ¼l ½l
Syarat ;
∑ MA = 0
– RB ( l ) + F ( ¼ l ) + F ( ½ l ) = 0 maka RB = ¾ F
∑ Fv = 0
RA + RB – 2F = 0 maka RA = 2F – RB = 5/4 F
Contoh 3
Jika pada balok dengan dua perletakan seperti pada Gambar di bawah ini
diberikan gaya F.
Tentukan reaksi perletakan di titik A dan B.
F
A B
l ¼l
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
Solusi ;
Gaya F arahnya ke bawah,
Asumsikan reaksi perletakan RA ke bawah dan RB arahnya ke atas.
F
A B
l RB
¼l
RA
Syarat ;
∑ MB = 0
– RA ( l ) + F ( ¼ l ) = 0 maka RA = ¼ F ( ↓ )
∑ Fv = 0
RB – RA – F = 0 maka RB = F + RA = 5/4 F ( ↑ )
Contoh 4
Jika pada balok dengan dua perletakan seperti pada Gambar di bawah ini
diberikan gaya merata q.
Tentukan reaksi perletakan di titik A dan B.
q T/m
A
B
½l ½l
Solusi ;
q T/m
B
A
RA RB
½l ½l
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
Beban total = q ( l ) = ql
Syarat ;
∑ MA = 0
– RB ( l ) + ql ( ½ l ) = 0 maka ; RB = ½ ql
∑ Fv = 0
RA + RB – ql = 0 maka ; RA = ql – RB = ½ ql
Contoh 5
Jika pada balok dengan dua perletakan seperti pada Gambar di bawah ini
diberikan gaya merata q.
Tentukan reaksi perletakan di titik A dan B.
q T/m
A B
Solusi ;
q T/m
A B
RA RB
l
Beban total = ½ q ( l ) = ½ ql
Syarat ;
∑ MA = 0
– RB ( l ) + ½ ql ( 2/3 l ) = 0 maka ; RB = 1/3 ql
∑ Fv = 0
RA + RB – ½ ql = 0 maka ; RA = ½ ql – RB = 1/6 ql
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
F
x x’
A B
a b
Gambar 4
Reaksi perletakan di A, RA = F . b/ l
Reaksi perletakan di B, RB = F . a/ l
F Ingat ;
x x’
Gaya geser bertanda positif jika ;↑↓
A B
Gaya geser bertanda negatif jika ;↓↑
RA RB
a b
F . b/ l
(+)
(–)
F . a/ l
Gambar 5
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
N N
Gaya normal sentris
Gambar 6
N
N
Gaya normal
eksentris tegak
Gambar 7
(–)
● ●
Gambar 8
Normal tarik apabila gaya dalam itu arahnya ke luar dari titik pertemuan.
Berdasarkan perjanjian bertanda positif ( + ), seperti ditunjunjukan
Gambar 9 di bawah ini ;
(+)
● ●
Gambar 9
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
F
garis sistem
A B
a b
Gambar 10
F
x garis sistem
A B
a b
Gambar 10(a)
Reaksi perletakan di A, RA = F . b/ l
Reaksi perletakan di B, RB = F . a/ l
garis potongan
x
A
RA
Gambar 10(b)
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika
a–x b RB
l–x
Gambar 10(b)
– F . x b/ l = + ( F . x/ l ) ( l – a)
Jika balok AB dibebani dengan gaya sebesar F, maka balok itu cenderung
melentur ke bawah, maka tanda moment adalah positif ; +
A B
Gambar 11
Jika balok CD, yang mana C jepit dan D bebas dibebani dengan gaya sebesar
F, maka balok itu cenderung melentur ke atas, maka tanda moment adalah
negatif ; –
F
C
D
Gambar 12
_______________________________________________________________________________________________________
Ir.E Sutarman, MT / Konsep Dan Aplikasi Statika