Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latas Belakang

Asmaul Husna adalah nama-nama beserta sifat Allah SWT yang baik dan indah.
Nama dan sifat Allah tersebut jumlahnya ada 99. Umat Muslim dianjurkan untuk
meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang muslim sebaiknya mengetahui dan mengamalkan Asmaul Husna dalam


kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk perilaku, sifat maupun untuk wirid. Asmaul Husna
mengandung banyak rahasia dan manfaat untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Dikutip dari
laman NU Online, Asmaul Husna memiliki keistimewaan-keistimewaan, salah satunya
adalah sebagai doa.

Asmaul Husna menunjukkan kebesaran serta kehebatan yang dimiliki Allah. Salah
satu Asmaul Husna yang perlu diteladani seorang Muslim adalah Al Hasib.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Al-Hasib?
2. Apa saja bukti dari kebenaran Allah Al-Hasib?
3. Bagaimana meneladani sifat Allah Al-Hasib?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Hasib.
2. Dapat menjelaskan apa saja bukti dari kebenaran Allah.
3. Dapat meneladani sifat Allah Al-Hasib.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian al-Hasib

Al-Hasib artinya Allah pembuat perhitungan. Al-Hasib juga diartikan sebagai dzat yang
memberi kecukupan. Allah SWT memperhitungkan amal baik dan amal buruk yang
dilakukan oleh setiap hambanya dengan cermat dan juga teliti, sehingga tidak ada satupun
amalan yang terlewatkan. Dengan perhitungan tersebut, manusia akan mendapatkan balasan
yang setimpal kelak di akhirat.

Allah SWT juga adalah dzat yang mencukupi kebutuhan manusia dan seluruh makhluk-
Nya yang ada di muka bumi ini. Allah telah mempersiapkan dengan rinci segala sesuatu
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Bahkan bayi yang baru lahir pun senantiasa
dicukupi kebutuhannya oleh Allah SWT. Allah menciptakan untuknya air susu ibunya,
insting untuk menyusu, dan keinginan untuk menyusu.

Terkait makna Al-Hasib sebagai Dzat yang memberi kecukupan, seseorang yang
meyakini dengan sepenuuh hati maka ia akan merasa nyaman dan tentram. Ia tidak akan
merasa sedih atau terpuruk saat ia harus kehilangan sesuatu, baik berupa materi atau
kesempatan. Karena orang yang menyakini bahwa Allah pemilik sifat Al-Hasib, maka ia akan
merasa cukup dengan adanya Allah SWT.

Berikut adalah kumpulan dalil yang membahas tentang Al Hasib :

Surat An Nahl Ayat 18

‫َو ِاْن َتُع ُّد ْو ا ِنْع َم َة ِهّٰللا اَل ُتْح ُصْو َهاۗ ِاَّن َهّٰللا َلَغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم‬
Artinya: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Surat An Nisa Ayat 86

‫َو ِاَذ ا ُحِّيْيُتْم ِبَتِح َّيٍة َفَح ُّيْو ا ِبَاْح َس َن ِم ْنَهٓا َاْو ُر ُّد ْو َهاۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َح ِس ْيًبا‬
Artinya: Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan)
dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.
Surat Al Isra Ayat 17

‫َو َك ْم َاْهَلْك َنا ِم َن اْلُقُرْو ِن ِم ْۢن َبْع ِد ُنْو ٍۗح َو َك ٰف ى ِبَر ِّبَك ِبُذ ُنْو ِب ِع َباِدٖه َخ ِبْيًر ۢا َبِص ْيًرا‬
Artinya: Dan berapa banyak kaum setelah Nuh, yang telah Kami binasakan. Dan cukuplah
Tuhanmu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.

Al-Hasib secara etimologi berasal dari kata hasiba dengan tiga huruf Arab ha, sin dan
ba. Setidaknya terdapat empat kata dalam bahasa Arab, yaitu menghitung, mencukupkan,
bantal kecil dan penyakit yang menimpa kulit shingga kulit menjadi putih. Hanya saja makna
ketiga dan keempat dari kata al-Hasib tidak mungkin dilekatkan kepada Allah Swt. Dalam al
Quran kata al-Hasib disebutkan empat kali. Tiga terkait dengan Allah Swt dan satu terkait
dengan manusia. Dua ayat yang terkait dengan Allah Swt dapat diartikan dengan Dzat yang
memberi kecukupan. Di antaranya terdapat dalam firman Allah Swt:

‫َو َك َفى ِباِهَّلل َح ِس يًبا‬


“Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan”(QS. Al- Ahzab[33]:39)

Imam al-Ghazali mengartikan al-Hasib dengan Dia yang mencukupi siapa saja yang
mengandalkan diriNya. Sifat ini hanya milik Allah karena tidak ada satu makhlukpun di
dunia ini yang dapat mencukupi kebutuhan orang lain. Menurut al-Ghazali rezeki yang
diberikan oleh Allah Swt kepada bayi sesungguhnya karena Al-Hasibnya Allah Swt. Allahlah
yang mencukupi kebutuhan bayi dengan menciptakan ibu yang menyusui, air susunya dan
instink serta keinginan untuk menyusui.

Al-Hasib dapat diartikan juga dengan menghitung. Jika kata Al-Hasib dikaitkan dengan
makna menghitung, maka Allah adalah Dzat yang melakukan perhitungan, baik menghitung
amal baik dan buruk seorang manusia dengan cermat dan teliti sehingga tidak ada yang
terleps sedikitpun. Terkadang kata al-Hasib juga dapat diartikan sebagai pemberi
perhitungan.
B. Bukti Kebenaran Al-Hasib

Setiap makhluk punya kebutuhan. Misalnya, manusia butuh mengonsumsi makanan


untuk bertahan hidup. Apakah manusia mencukupi sendiri kebutuhannya tersebut? Secara
sekilas barangkali iya.

Namun, secara hakikat, manusia tidak mencukupi sendiri kebutuhannya, melainkan


kebutuhannya dicukupi oleh Allah SWT. Oleh karena itu, salah satu asmaul husna Allah ialah
Al-Hasīb alias Zat yang Maha Mencukupi.

Bagaimana bisa demikian? Padahal manusia mencari uang untuk membeli beras,
kemudian memasaknya, lantas melahapnya setelah menjadi nasi.
Bukankah itu bukti bahwa manusia mencukupi sendiri kebutuhannya? Imam Al-Ghazali
berkata, "Jangan sangka ketika membutuhkan makanan, minuman, bumi, langit, matahari,
dan lain-lain, kau membutuhkan selain Allah dan bukan Allah yang mencukupimu.
Sesungguhnya Allah-lah zat yang mencukupimu dengan menciptakan makanan, minuman,
bumi, dan langit."

C. Meneladani Allah dengan sifat al-Hasib

a. Tenang dan tentram bersama dengan Allah Swt.

Seseorang yang memaknai alHasib sebagai Dzat yang memberi kecukupan, maka ia akan
nyaman dan tentram. Ia tidak akan terganggu oleh bujuk rayu setan lalu menjadi sekutunya
dan ia tidak akan sedih saat harus kehilangan sesuatu, baik berupa materi atau kesmpatan
karena ia yakin dirinya sudah merasa cukup dengan adanya Allah Swt. Allah Swt berfirman: ٣
‫“ ُلِيَك وۡ ٱلَ ۡم ِع َنوُ َ ٱل َاُنبۡ َس حْ اُو َالَقو‬Dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami
dan Allah adalah Sebaikbaik Pelindung”.QS. Ali Imran3:173

b. Melakukan amal shalih semata-mata karena Allah.


Seseorang yang memaknai alHasib dengan makna perhitungan, maka ia akan meyakini
sesungguhnya Allah Swt akan menghitung amal shalih setiap manusia. Bagi yang
meneladaninya, maka terlebih dahulu ia akan sepenuhnya menyadari bahwa hanya Allah Swt
yang memberinya kecukupan. Dengan demikian segala yang ia lakukan ditujukan semata-
mata karena Allah Swt. Selain itu segala kehendak yang Buku Si swa Kela s X I I 12 ia
lakukan pasti harus sesuai dengan kehendakNya. Hal ini dilakukan karena ia yakin Allah Swt
telah mencukupkan kebutuhannya.
c. Melakukan introspeksi diri secara terus-menerus
Seandainya makna alHasib diartikan sebagai Dzat yang memberi perhitungan, maka yang
meneladaninya sudah pasti akan senantiasa melakukan introspeksi diri. Hal tersebut
dilakukan karena ia menyadari sepenuhnya kelak Allah Swt akan melakukan perhitungan
terhadap dirinya dengan amat cermat dan teliti. Selain itu, dalam hal apapun yang diminta
atas dasar kewajiban agama seperti menunaikan zakat mal misalnya, maka ia akan segera
menghitung hartanya dengan cermat dan penuh ketelitian sehingga tidak ada yang keliru.

Berdasarkan buku Manajemen Profetik: Konstruksi Teoretis dalam Manajemen oleh


Dr Yuliharti dkk, cara meneladani sifat Al Hasib adalah sebagai berikut:

 Berusaha menjadi orang yang bisa memenuhi kebutuhan orang lain sebagai
ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah yang diberikan.
 Mempelajari prinsip-prinsip keuangan.
 Mengalokasikan pendapatan dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
 Menjadi individu yang bertanggung jawab dalam mencukupi seluruh
kebutuhan keluarga.
 Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah berdasarkan
perhitungan-Nya.
 Menjadi seorang Muslim yang rajin bersedekah, dermawan, dan gemar
membantu.
 Bermuhasabah diri sebelum tidur untuk menghitung amal dan dosa yang telah
diperbuat dalam satu hari.

Orang yang meneladani Al Hasib akan merasa tenang dalam menjalankan kehidupan
dunia. Sebab, dia tahu dan yakin bahwa Allah akan mencukupi kebutuhannya.
BAB III

PENUTUP

Imam al-Ghazali mengartikan al-Hasib dengan Dia yang mencukupi siapa saja yang
mengandalkan diriNya. Sifat ini hanya milik Allah karena tidak ada satu makhlukpun di
dunia ini yang dapat mencukupi kebutuhan orang lain. Menurut al- Ghazali rezeki yang
diberikan oleh Allah Swt kepada bayi sesungguhnya karena Al-Hasibnya Allah Swt. Allahlah
yang mencukupi kebutuhan bayi dengan menciptakan ibu yang menyusui, air susunya dan
instink serta keinginan untuk menyusui.

Al-Hasib dapat diartikan juga dengan menghitung. Jika kata Al-Hasib dikaitkan dengan
makna menghitung, maka Allah adalah Dzat yang melakukan perhitungan, baik menghitung
amal baik dan buruk seorang manusia dengan cermat dan teliti sehingga tidak ada yang
terleps sedikitpun. Terkadang kata al-Hasib juga dapat diartikan sebagai pemberi
perhitungan.

Salah satu bentuk peneladanan terhadap asma Allah Al-Hasîb adalah banyak-banyak
menghitung dan mengevaluasi diri. Hitunglah, evaluasilah sejauh mana ketaatan kita kepada
Allah, kedekatan kita kepada-Nya, mana yang lebih banyak kita lakukan, ketaatankah atau
kemaksiatan. Seringseringlah melihat ke dalam diri dan bertanya, siapakah yang lebih banyak
kita ingat dan kita pikirkan. Belajarlah menamalkan “ilmu bungkus”. Setiap ingat sesuatu
yang bersifat duniawi, segera bungkus ingatan atau pikiran tentangnya dan serahkan kepada
Allah.

Serahkan dan sandarkan apa yang kita miliki atau apa yang kita ingatingat dari urusan
duniawi itu kepada Allah dengan sebagai Zat Yang Maha Memiliki segalanya. Yakinilah
bahwa apapun yang kita miliki, apapun hasil kerja keras kita, itu semua adalah pemberian
dari Allah. Itu semua hanyalah titipan Allah.Saudaraku, mengevaluasi diri adalah hal yang
sangat penting dalam kehidupan seorang Mukmin. Allah ile berfirman, “Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr, 59:18)
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Buluh Rampai, Agustus 2023

Penulis

Anda mungkin juga menyukai