Anda di halaman 1dari 2

BUDAYA SEDEKAH LANG YANG HAMPIR HILANG DI SUMBAWA BARAT

Budaya berasal dari kata buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (akal).
Dapat di artikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal dan budi pekerti manusia.
Sementara sedekah adalah pemberian harta kepada orang yang membutuhkan, atau pihak
yang berhak menerima sedekah tanpa di sertai imblan. Kalau “Lang” adalah bahasa
Sumbawa yang dapat di artikan sebagai sawah atau lebih tepatnya tempat menanam padi
(lahan pertanian). Jadi “Budaya Sedekah Lang” ini dapat di artikan sebagai rasa syukur
masayarakat terhadap hasil pertaniannya, dengan cara melakukan sedekah.

Sumbawa barat adalah sebuah kabupaten kecil yang berada di provinsi NTB. Sumbawa
barat juaga kabupaten yang baru berdiri sekitar 19 tahun lalu setelah berpisah 2003 silam
dari kabupaten Sumbawa. Meskipun sebuah kabupaten kecil, Sumbawa Barat memiliki
beragam kebudayaan. Dengan berbagai macam kebudayaan yang ada di Sumbawa Barat ini
memiliki corak yang berbeda di antara kecamatan yang ada di sana. Nah salah satu yang
akan saya bahas adalah “Budaya Sedekah Lang” ini. Budaya ini sebenarnya sudah hampir
hilang di kalangan masyarakat Sumbawa Barat, tetapi masih ada keompok masyarakat yang
masih menjalankan kebudayaan ini seperti di kecamatan saya Brang Ene tepatnya di desa
Lampok dan kecamatan tetangga Brang Rea. Dari pengamatan yang saya lihat di dua
kecamatan ini penyebab hampir hilangnya Budaya ini di picu oleh kurangnya pengajaran
budaya lokal baik di sekolah ataupun orang tua. Kebanyakan orang tua zaman sekarang,
menuntut anaknya lebih kepada pembelajan masa kini yang lebih mutakhir, sehingga tdak
mengajarkan pengajaran budaya yang ada di masyarakat.

Banyak cara agar “Budaya Sedekah Lang” ini tidak di renggut oleh zaman, baik dengan
cara orang tua mengajak anaknya ikut serta dalam perayaan sedekah lang ini, maupun
tokoh-tokoh masayarakat yang berpengaruh di masayarakt Sumbawa Barat ikut serta
memperkenalkan “Budaya Sedekah Lang” ini. Hanya dengan hal tersebut kita dapat
mempertahankan budaya lokal kita.
Demikianlah essay ini saya buat, untuk kesalahan dan kekurangannya mohon di maklumi.
Untuk itu saran dan kritikan yang membangun dari pembaca sanagat di butuhkan, untuk
menambah kemampuan saya sebagai penulis. Terimah kasih.

Anda mungkin juga menyukai