KLP IV Trend Issue Komplementer PD Maternitas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

TREND ISSUE KOMPLEMENTER

PADA KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH:
KELOMPOK IV B15

NI KADEK ANNA SUTARI (223221292)


I WAYAN EDI PARJANA (223221296)
NI LUH PUTU SAITRA MAHADEWI (223221306)
NI KOMANG TRI INES OKTARINI (223221314)
NI NYOMAN FEBRIYANTI (223221315)
PUTU AYU SUKERTI (223221316)
NI PUTU AYU INTAN KUMALA PURBASARI (223221321)
NI KD. YUNITA (223221340)
IDA AYU GEDE LESTARI (223221341)
NI KADEK FEBRI FITRI YANTI (223221358)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU


KEPERAWATAN STIKES WIRAMEDIKA
PPNI DENPASAR 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun dari
penyususnan makalah ini adalaha untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam penyususnan makalah ini.

Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan masih memerlukan berbagai perbaikan-
perbaikan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Denpasar, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
2.1 Definisi Pengobatan Tradissional Dan Komplementer Alternatif......3
2.2 Klasifikasi Pengobatan Tradisional Dan Komplementer Alternatif....3
2.3 Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional di Masyarakat................4
2.4 Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional di Sarana Kesehatan.......5
2.5 Aspek Etik Dalam Terapi Komplementer Alternatif dan Tradisional. 5
2.6 Trend Issue Terapi Komplementer Alternatif dan Tradisional..........6
2.7 Terapi Komplementer Dalam Bidang Maternitas.............................9
BAB III PENUTUP..................................................................................10
3.1 Simpulan........................................................................................10
3.2 Saran.............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi komplementer ini sudah dikenal secara luas serta telah digunakan sejak dulu
dalam dunia kesehatan. Namun dalam beberapa survei yang telah dilakukan mengenai
penggunaan terapi komplementer, cakupan terapi komplementer sendiri masih agak
terbatas. Seperti Thomas Friedman (2005) mengatakan, saat ini dunia kesehatan termasuk
salah satunya praktisi keperawatan masih bingung tentang apa itu terapi komplementer.
Memperluas pengetahuan tentang perspektif obat pelengkap seperti terapi komplementer,
dilakukan oleh sebagian orang-orang dalam beberapa budaya di dunia yaitu sangat penting
untuk perawatan kesehatan kompeten. Dengan demikian sangat penting bagi perawat
profesional kesehatan untuk melakukan penilaian holistik pasien mereka untuk menentuka
arah yang luas dari penyembuhan praktek-praktek yang akan mereka jalankan. Hal ini
berlaku tidak hanya bagi pasien baru, tapi untuk semua pasien.

Terapi komplementer dikenal juga sebagai terapi kedokteran alternatif melesat cepat
menjadi bagian dari pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Terapi
moderen yang dianggap sebagai ilmu kedokteran barat (western medicine) memang sejak
lama memproklamirkan dirinya sebagai ilmu kedokteran denagn dasar rasionala. Artinya,
pemecahan masalah kesehatan didasarkan atas pertimbangan yang bisa dinalarkan dan
harus masuk akal. Sehingga para penganut aliran ini menganggap bahwa masalah kesehatan
akan tuntas diselesaikan jika penyebabnya dihilangkan. Misalnya pada orang mengalami
keganasan (kanker) payudara akan dianggap selesai segalanya jika kanker yang ada di
payudara dapat dihilangkan atau di lakukan tindakan operasi.

Hal ini berbeda dengan pengobatan timur yang menganggap bahwa there is something
behind something. Artinya, ketika seseorang dinyatakan menderita penyakit tertentu, pasti
ada sesuatu di balik penyakit yang sedang dideritanya. Seperti tidak hanya menghilangkan
kanker payudaranya, namun harus juga dipertimbangkan hal lainya yang melatar belakangi
kanker tersebut. Karenanya dalam pendekatan pemecahan masalaha kesehatan, kedokteran
timur cenderung lebih alamiah dan lebih aman dari sisi efek samping yang tidak didapatkan
pada pengobatan moderen (barat) karena cenderung menggunakan bahan sintetis atau
kimia. Silva & Ludwick (2005) mengidentifikasi paling tidak ada tiga issue etik yang berkaitan
dengan terapi komplementer yaitu terkai dengan keamanan, bidang praktik dan perbedaan
budaya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah definisi pengobatan tradisional dan komplementer alternatif?
b. Bagaimanakah klasifikasi pengobatan tradisional dan komplementer alternatif?
c. Bagaimanakah penyelenggaraan pengobatan tradisional dimasyarakat?
d. Bagaimanakah penyelenggaraan pengobatan trdisional di sarana kesehatan?
e. Bagaimanakah aspek etik dalam terapi komplementer alternatif dan tradisional?
f. Bagaimanakah trend issue terapi komplementer alternatif dan tradisional?
g. Bagaimanakah terapi komplementerdalam bidang maternitas?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk menjelaskan definisis pengobatan tradisional dan komplementer alternatif.
b. Untuk menjelaskan klasifikasi pengobatan tradisional dan komplementer alternatif.
c. Untuk menjelaskan penyelengaraan pengobatan tradisional di masyarakat.
d. Untuk menjelaskan penyelengaraan pengobatan tradisional di sarana kesehatan.
e. Untuk menjelaskan aspek etik dalam terapi komplementer alternatif dan tradisional.
f. Untuk menjelaskan trend issue terapi komplementer alternatif dan tradisional.
g. Untuk menjelaskan terapi komplementer dalam bidang maternitas.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyususna makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai trend issue komplementer.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penyususnan makalah ini diharapkan dapaty dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami
dan diaplikasikan dalam praktek keperwatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengobatan Tradisional dan Komplementer Alternatif


Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang caranya berbeda dari
pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang mengandalkan obat kimia dan operasi,
yang dapat dilakuakn oleh tenaga kesehatan. Menurut WHO (World Health Organisation)
pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun temurun pada suatu negara.
Menurut Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 1 butir 16
pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara
pemberian obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara
empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat. Sedangkan menurut KMK RI No. 1076/MENKES/SK/VII/2003,
tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional pasal 1 ayat 1 Pengobatan Tradisional
adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatan yang
mewengacu pada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan dari tumbuhan, dari bahan
hewan, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan bedasarkan pengalaman (ayat 2). Pengobatan tradisional
adalah orang yang melakukan pengobatan tradisional/alternatif (ayat 3).
Menurut Permenkes RI No. 1109/MENKES/PER/IX/2007, tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer Alternatif di fasilitas Pelayanan Kesehatan, pasal 1 ayat 1
Pengobatan Komplementer Alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan
untuk mmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, prefentif,
kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas
keamanan dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang
belum diterima dalam kedokteran konvensional.

2.2 Klasifikasi Pengobatan Tradisional dan Komplementer Alternatif


Menurut KMK RI No. 1076/MENKES/SK/VII/2003 pasal 3 ayat2, tentang pengobatan
tradisional diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pengobatan tradisional ketrampilan terdiri dari pengobatan tradisional pijat urut, patah
tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresur, akupunktur, chiropractor dan pengobatan
tradisional lainya yang metodenya sejenis.
b. Pengobatan tradisional ramuan terdiri dari pengopbatan tradisional ramuan Indonesia
(jamu), gurah, tabib, sinshe,aromatherapist, dan pengobatan lainya yang menggunakan
metode sejenis.
c. Pengobatan tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobatan tradisional dengan
pendekatan secara agama yang dianut masing-masing seperti agama Islam, Hindu,
Katholik, Kristen, atau Budha.
d. Pengobatan tradisional supranatural terddiri dari pengobatan tradisional tenaga dalam
(prana), paranormal, reiky master,dukun kebatinan dan pengobatan tradisional yang
menggunakan metode sejenis.

Menurut Permenkes RI No. 1109/MENKES/PER/IX/2007 pasal 4 ayat 1, tentang ruang


lingkup pengobatan komplementer alternatif adalah :

a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind anda body interventions).


b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative system of medical practice).
c. Cara penyembuhan manual (manual healing methods).
d. Pengobatan farmakologi dan biologi (pharmacologic and biologic tratments).
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet and nutrition the prevention
and treatment of desease).
f. Cara lain dalam diagnose dan pengobatan (unclasified diagnostic and treatment
methode).

2.3 Penyelengaraan pengobatan Tradisional di Masyarakat (Kmk RI


No.1076/Menkes/Sk/VII/2003)
Semakin maraknya praktik pengobatan tradisional di masyarakat tel;ah mendorong
pemerintah untuk menerbitkan regulasi yang mengatur penyelengaraannya untuk
mencegah terjadinya efek mmerugikan pada masyarakat. Semua pengobatan tradisional
yang menjalankan pekerjaan pengobatan tradisional wajib mendaftarkan diri kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk memperoleh Surat Terdaftar Pengobatan
Tradisional (STPT). Pengobatan tradisional denagn cara supranatural harus mendapat
rekomendasi terlebih dahulu dari Kejaksaan Kabupaten/Kota setempat sedangkan
pengobatan tradisional dengan cara pendekatan agan harus mendapat rekomendasi terlebih
dahulu dari Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota setempat (pasal 4). Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah adanya keresahan di masyarakat misalnya, kekhawatiran
tentang aliran sesat atau penipuan yang mungkin dilakukan oleh pengobatan demi
keuntungan pribadi.
Setelah terdaftar pengobatan tradisional harus mengajukan Surat Izin Pengobatan
Tradisional (SIPT) yang akan dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat. Sebelum memberikan ijin, Dinas Kesehatan akan melakukan penapisan meliputi,
faktor pemanfaatan pengobatan tradisional, faktor sistem/cara/ilmu pengobatan tradisional,
dan faktor pengembangan. Dalah ketentuan ini hanya akupunkturis yang diatur secara jelas
mengenai uji kompetensi dan bahkan dapat diikutsertakan dalam sarana pelayanan
kesehatan (pasal 8-11).
Tidak semua jenis pengobatan tradisional boleh dilaksanakan di Indonesia,
pengobatan tradisional hanya bisa dilakukan apabila :
a. Tidak membahayakan jiwa atau melanggar susila dan kaidah agama serta
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diakui di Indonesia.
b. Aman dan bermanfaat bagi kesehatan.
c. Tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
d. Tidak bertentanagn dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat.

Pengobatan tradisional harus memberikan informasi lisan yang jelas dan tepat
kepada pasien tentang tindakan pengobatan yang dilakukannya, mencakup keuntungan dan
kerugian
dari tindakan pengobatan. Semua tindakan harus dapat persetujuan lisan atau tertulis dari
pasien/keluarga. Khusus untuk tindakan pengobatan tradisional yang mengandung resiko
tinggi bagi pasien harus dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan (pasl 12-15). Dalam melaksanakan pengobatannya, pengobatan
tradisional boleh menggunakan peralatan yang aman tetapi dilarang untuk menggunakan
peralatan kedokteran atau penujang diagnostik kedokteran (pasal 16). Peraturan ini disatu
sisi melindungi pasien dari praktik yang tidak tepat atau berisiko, tetapi di sisi lai hal ini
adalah bentuk ketidak adilan. Pengobatan tradisional dilarqang dengan keras menggunakan
lat kedokteran walaupun yang paling sederhana dan dapat dipidanan, sedangkan dokter
dengan kursus singkat selam 3 bulan atau 1 tahun dapat dengan bebas menggunakan jarum
akupunktur, jamu, bekam dan peralatan pengobatan tradisional lainnya.

Seperti halnya pelayanan kesehatan yang lain, pengobatan tradisional harus


membuat catatan status pasien dan wajib melaporkannya ke Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat setiap 4 bulan. Pengobatan tradisional juga wajib merujuk pasien
gawat darurat atau yang tidak mampu ditangani kesarana pelayanan kesehatan (pasal 19,
22). Dalam hal pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengobatan tradisional
dilakukan oleh Kadinkes Kabupaten/Kota, Kepala Puskesmas atau UPT yang ditugasi (pasal
31).

2.4 Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Altenatif di Sarana Kesehatan


(Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007)
Pengobatan komplementer alternatif dapat dilaksanakan di sarana pelayanan
kesehatan jika aman, bermanfaat, bermutu dan terjangkau (pasal 5). Saarana pelayanan
kesehatan tersebut dapat berupa rumah sakit pendidikan, rumah sakit non pendidikan,
rumah sakit khusus, rumah sakit swasta, praktik perorangan, praktik berkelompok, dan
puskesmas. Pada praktik perorangan, pengobatan komplementer alternatif hanya bisa
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi, sedangkan berkelompok harus dipimpin oleh dokter
atau dokter gigi (pasal 10). Dalam pasal 14 disebutkan bahwa dokter dan dokter gigi adalah
pelaksana utama pengobatan komplementer alternatif. Sedangkan tenaga kesehatan yang
lain berfungsi membantu dokter atau dokteer gigi dalam melaksanakannya.

2.5 Aspek Etik Dalam Terapi Komplementer Alternatif dan Tradisional


Banyak aspoek etik yang dipertanyakan dalam terapi komplementer. Tidak semua
pengobatan komplementer alternatif dan tradisional yang memiliki kode etik yang
ditetapkan oleh organisasi profesi mereka. Terapi komplementer alternatif yang
dilaksanakan di sarana kesehatan tentu saja menyesuaikan dengan kaedah etik kedokteran
atau keperawatan. Beberapa aspek etik yang terjadi diantaranya adalah (Kerry,2003;Silva &
Ludwick, 2001) :
a. Aspek kejujuran dan integritas
Dalam aspek ini praktisi terapi komplementer di tuntut untuk dapat
membuktikan khasit dari tindakan yang mereka berikan kepada klien. Perlu
adanya pembuktian karena ini berangkutan dengan nyawa seseorang. Misalkan
saja pemberian obat multivitamin tidak memiliki efek samping akan tetapi tidak
menyebabkan suatu penyakit dan itu di buktikan secara klinis. Pada terapi
komplementer yang biasanya memberikan jaminan pada kliennya juga harus
dapat embuktikan khasit terapi yang diberikan.
b. Benefisiensi, non malefisiensi dan konsen
Ketika membrikan pengobatan berupa obat kepada klien, seorang pemberi obat
harus mengetahui kkandungan dalam obat itu sendiri dan apakah obat itu
benar- benar efektif dalam mengobati penyakit yang diderita oleh klien atau
tidak. Biasanya obat yang ada dipasaran telah diuji coba terlebih dahulu
sebelum dipasarkan untuk mengobati sakit pada manusia. Obat-obat ini
melewati pengujian pada hewan dalam pengujian ini dilihat apakah ada benar-
benar efektif atau tidak, dan adakah efek samping yang ditimbulkan oleh obat ini
atau tidak. Sedangkan pada pengobatan terapi komplementer, oabat-obatan
yang diberikan banyakl yang belum melewati proses pengujian ini. Oleh karena
itu, memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak diinginkan terjadi dan ini dapat
merugikan klien sebagai pasien. Ketrika mendapatkan pengobatan praktisi terapi
komplementer harus menginformasikan segi keberhasilan terapi ini dan klien
berhak mendapatkan informasi yang sesuai mengenai pengobatan yang
diterimanya apakah benar terapi yang didapat klien ini efektif dan menerima
rasa aman bahwa pengobatan yang diterimanya bukanlah placebo karena
biasanya klien yang datang ke terapi alternatif memiliki penyakit kronis, dimana
mereka telah mencoba pengobatan konvensional dan belum menemukan
kesembuhan sehingga apabila terapi komplementer yang biasanya memberikan
jaminan untuk kesehatanpada klien ini tidak dapat membuktikan keefektifannya
maka kemungkinan dapat menyebabkan kliennya menjadi depresi.
c. Conflic of interest
Adanya motif lain yang mungkin melatar belakangi pemberian terapi selain
beneficiensi pada klien juga harus dapat dilihat. Karena ini mungkin terjadi pada
terapi komplementer., misalkan saja terapi bebas biaya yang diberikan pada
beberapa tempat terapi alternatif apakah terapi yang diberikan benar-benar
tidak memiliki motif lain selain memberikan kesehatan pada klien atau mungkin
ada motif lain seperti membeli produk-produk dari terapi komplementer ini.
d. Justice
Pemberian pelayanan kesehatan dituntut memberikan keadilan dalam
pelayanan kesehatanya, maksudanya adalah klien harus mendapatkan
pelayanan yang terbaik dan pemberi pelayanan harus menggunakan sumber-
sumber yang tersedia dengan baik. Misalkan saja pada pemberian obat, apabila
masih ada obat yang bukan generik maka pemberi pelayanan harus
menggunakan obat generik terlebih dahulu karena efeknya sama dan harganya
lebih murah. Sedangkan pada terapi komplementer, pengobatan yang diberikan
memungkinkan hanya placebo dan klien tetap harus membayar tanpa
mengetahui apakah pengobatan ini benar- benar efektif atau tidak.

2.6 Trend issue Terapi Komplementer Alternatif dan Tradisional


Perkembangan budaya barat, membawa kedokteran konvensional menguatkan
tenttang metode untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Banyak terapi-terapi
komplementer yang berasal dari sistem perawatan kesehatan tradisional denagn berbagai
macam latar belakang budaya dan selalu berhubungan dengan filosofi dan nilai religius
sebagai kekuatan utama, tubuh sebagai penyembuh sendiri dan holistik (Hilsden dan
Verhoef, 1999).
Terapi komplementer dan alternatif dimarginasikan oleh praktisi-praktisi kedokteran
konvensional. Mereka mempertanyakan dan berasumsi bahwaw hal tersebut di bawah
pemikiran kedokteran. Akan tetapi karena perkembangan dari terapi komplementer dan
alternatif membawa kedokteran konvensional untuk mengadopsi beberapa premis dan
keuntungan yang mungkin (La Valley ad Verhoef, 1995).
Profesi keperawatan secara tradisional bertujuan untuk membuat suatu
perkembangan dalam proses penyembuhan dan banyak perawat-perawat yang saat ini
menerima terapi komplementer dan alternatif yang efektif dalam proses penyembuhan yang
berdasarkan ilmu kedokteran. Saat ini perawat-perawat menampakkan perkembangan yang
kompleks untuk menemukan jalan untuk memasukkan terapi komplementer dan alternatif
dalam perawatan kesehatan personal (Thome, 2001).
Perkembangan interest dan penggunaan terapi komplementer dan alternatif dapat
direfleksikan secara fundamental dalam orientasi sosial untuk kesehatan dan penyembuhan.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menjadi trend :
a. meningkatnya akses dalam informasi kesehatan
b. meningkatnya prevelensi dari penyakit kronis
c. meningkatnya rasa membutuhkan suatu kualitas hidup
d. menurunnya semangat/keinginan dalam scientific breaktroughts
e. berkurangnya toleransi dalam paternalistik
f. meningkatnya interest tentang spiritualistis (Jonas, 1998).

Saat ini menggunakan terapi komplementer muali mengeliat. Hal ini tentu akan terkait
dengan trend issue yang berkembang tentang terapi komplementer.

a. Patient safety
Keselamatan adalah hal yang esensi dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini,
keselamatan dasar patient safety dari kedokteran konvensional dan akan dibandingkan
dengan terapi komplementer yang telah ada. Secara garis besar prinsip praktik terapi
komplementer menurut Curtis (2004) untk mengurangi terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan antara lain :
- Menghargai otonomi pasien
- Menghargai etnis, umur dan status sosial
- Tingkat sensitifitas terhadap pasien harus tinggi, terkait keinginan dan penolakan
terhadap terapi komplementer.
- Berhati-hati terhadap pasien yang tidak pernah kontrol ke medis terkait dengan
penyakitnya
- Menganjurkan pasien selalu berhati-hati dalam setiap keputusannya dan tetap
menjalani terapi medis konvensional
- Dorong pasien untuk lebih selektif alam memilih terapi

Dalam pelaksanaan praktek komplementer, terapis menggunakan pendekatan


seperti tenaga kesehatan, dengan menggunakan anamnesis dalam menegakkan suatu
masalah yang disebut dengan diagnosa. Serta pemberian resep atupun intervensi
komplementer. Aspek keselamatan pada diagnosa suatu penyakit merupakan hal
mendasar dalam terapi konvensional. Dalam penerapan aspek keselamatan dalam
penegakan diagnosa dalam komplementer juga menjadi hal yang mendasar. Seperti
contoh diagnosa pada terapi naturopath di amerika, pendekatan fungsi sel dalam setiap
aspek, seperti pemeriksaan gastrointestinal, imunologi, nutrisional, endokrinologi,
metabolik, toxic element exposure, dan hair testing. Dalam penerapan ini memang perlu
standar dalam aspek keselamatan (Curtis, 2004). Permasalahan di Indonesia masih
jarang terapis dalam praktik terapi komplementer yang menggunakan standar
penjaminan mutu dalam penanganan
pasien, diagnosa belum punya satanda dan masih berbeda-beda, sangat tergantung
terhadap perkataan guru bukan berdasarkan standar yang baku. Penyusunan protap
sangat perlu menjadi hal mendasar serta pengawasan dari dinas kesehatan. Masalah
terapi komplementer di Indonesia ini masih perlu adanya jaminan mutu pasien dan
perlindungan pasien terkait dengan diagnostik yang digunakan oleh terapis.

Aspek keselamatan juga sangat diperlukan terhadap pemberian terapi. Banyaknya


terapi komplementer yang menggunakan pendekatan herbal menjadi hal yang sangat
penting untuk dibahas. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap herbal memang
menjadi dua sisi mata pisau, disisi lain dapat meningkatkan sugesti, namun disisi lain
kepercayaan yang berlebihan. Rasa ingin tahu akan isi efek samping obat konsumen
kurang dan menyebabkan banyak kejadian janglka pendek dan atau jangka panjang yang
terjadi. Pemahaman terapis dan konsumen akan obat-obatan herbal sangat diperlukan
untuk keselamatan pasien.

Berdasarkan Curtis (2004), beberpa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan
menurunkan resiko terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam pengobatan herbal
adalah:

- Kontaminasi: dalam penyajian dan pengemasan obat herbal masih sangat


dipertanyakan, resiko kontaminasi perlu menjadi perhatian atas munculnya obat-
obatan herbal
- Bioavailibility: perubahan fungsi dari zat yang tekandung dalam obat herbal perlu
diperhatikan terkait dengan proses kimia dari pengemasan
- Dosis: penelitian tentang herbal masih sangat jarang. Seringkali yang terjadi adalah
kelebihan dosis, meskipun berasal dari herbal namun dapat membahyakan pasien
- Alergi: alergi juga terkadang muncul akibat dari produk-produk herbal
- Keracunan: teerkadang kandungan dalam obat herbal juga dapat menjadi toxic.

Bentuk terapi komplementer lain yang perlu diperhatikan dalam terkait aspek
keselamatan pasien antara lain terapi fisik, seperti massage, spa, terapi akupunktur, dan
terpi homeopaty. Terapi komplementer pada terapi fisik sangatlah berkaitan langsung
dengan pasien. Beberapa penelitian telah mampu menemukan beberapa cek sampling
dari terapi komplemente yang menggunakan terapi fisik ini. Permasalahan mendasar
adalah bagaimana penelitian di Indonesia, bagaimana pengetahuan terapis di Indonesia,
hal ini menjadi PR besar bagi kementrian kesehatan. Jurnal luar negeri telah banyak
mengungkap, namun pengetahuan terapis komplementer di Indonesia juga perlu di
tingkatkan, mengingat karakteristik orang di luar negeri dan Indonesia sanagt berbeda.

b. Bidang Praktik (scope of practice)


Issue etik untuk terapi komplementer yang kedua adalah skop praktik yang tidak jela
dari sekitar 1800 terapi komplementer yang teridentifikasi ke dalam praktik
keperawatan. Artinya, masih menurut ANA bahwa ada pertanyaan mendasar yang harus
dijawab berkaitan dengan skop praktik secara legal dan etik dari penggunaan terapi
modalitas komplementer dalam praktik keperawatan profesional yaitu kapan teknik
tersebut diajarkan dan dipraktikan oleh individu buakn perawat ataupun oleh perawat?
Mungkinkah seorang perawat melakukan pemijatan sederhana atau pemijatan terapi
(therapeutic massage)? Mungkinkah seorang perawat melakukan terapi sentuhan secara
pribadi maupun secara profesional mandiri? Pada aspek ini bahaya dapat muncul baik
bagi klien maupun perawat jika skop praktik komplementer tersebut tidak jelas. Hal ini
dapat
dipamhami bahwa pasien dapat ‘dibahayakan’ oleh perawat yang mempraktikkan terapi
komplementer jika perawat itu sendiri tidak disiapkan untuk hal tersebut. Ataupun
perawat juga bisa ‘dibahayakan’ secara profesional ketika mereka melakukan terapi yang
masih dipertanyakan.
c. Perbedaan Budaya (cultural diversity)
Salah satu ciri-ciri negara maju (developed country) seperti Amerika umumnya
ditandai dengan adanya multikultural. Disatu sisi gejala ini memiliki efek positif karena
adanya keragaman budaya yang saling mengisis dan mendukung satu dengan yang
lainnya. Namun tidak jarang perbedaan budaya berimbas pada kesulitan komunikasi
akibat penggunaan bahasa yang berbeda. Akibatnya perawat juga tidak telepas dari
gejala bertemu dan berkomunikasi kepada klien yang memiliki berbagai latar belakang
budaya. Jika demikian maka perawat akan mengalami kendala dalam mempraktikan
terapi komplementer karena nilai yang dimiliki klien dapat berbeda dengan yang dipinyai
oleh perawat. Pada kondisi semacam ini sering terjadi konflik atau bahkan dilema etik.

2.7 Terapi Komplementer Dalam Bidang Maternitas


a. Terapi komplementer akupresur pada titik perikardium 6 dalam mengatasi mual
dan untah pada kehamilan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Juwita, 2015) bahwa, intervensi keperawatan
komplementer akupresur pada titik P6 dapat dikategorikan sebagai intervensi yang
aman dan cukup efektif dalam mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu hamil
yang tidak mendapatkan terapi lain selain akupresur pada titik P6. Akupresur dan
akupunktur menstimulasi sistem regulasi serta mengaktifkan mekanisme endokrin
dan neurologi, yang meerupakan mekanisme fisiologi dalam mempertahankan
keseimbangan (Rumiari, 2010). Terapi akupresur, dimana terapi ini dilakukan dengan
cara menekan secara manual pada titik P6 pada aerah pergelangan tangan yaitu 3
jari dari daerah distal pergelangan tangan antara dua tendon. Terapi ini
menstimulasi sistem regulasi serta mengaktifkan mekanisme endokrin dan
neurologi, yang merupakan mekanisme fisiologi dalam mempertahankan
keseimbangan (Rumiari, 2010).
b. Pengaruh pemberian aromaterapi peppermint inhalasi terhadap mual muntah
pada pasien post operasi dengan anastesi umum
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Rihiantoro, Oktavia & Udani 2018), bahwa
pemberian aroma terapi peppermint secara inhalasi pada pasien post operasi
dengan anastesi umum dapat menurunkan intensitas mul muntah yang ditunjukkan
dengan penurunan rata-rata skor PONV. Pemberian terapi aroma terapi peppermint
memberikan efek penurunan intensitas mual muntah yang lebih cepat pada pasien
post operasi dengan menggunakan anastesi umum dibandingkan dengan hanya
mengandalkan efek farmakologis dari premedikasi antiemetik.
c. Efektifitas tehnik effleurange terhadap penurunan intensitas nyeri
Dalam penelitian yangg dilakukan oleh ( Rahma, sofiyanti & Nirmalasari,
2017) bahwa, terapiu effuerage adalah terapi komplementer yang menerapkan gate
control teori oleh Mander dan Tansuri (2007) yaitu bahwa serabut nyeri membawa
stimulus nyeri kearah otak lebih kecil perjalanan sensasinyaa lebih lambat dari pada
serabut saraf sentuhan yuang luas dan sensasinya berjalan lebih cepat. Ketika
sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaa sensasi sentuhan berjalan keotak dan
menutup pintu gerbang dalam otak dan terjadi perbatasan intensitas nyeri.
BAB IV
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pengobatan komplementer alternatif adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan tersetruktur dengan
kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi dan berlandaskan atas ilmu pengetahuan
biomedik yang belum diterima dalam kedokteran konvensional. Perkembangan budaya
barat, membawa kedokteran konvensional menguatkan tentang metode untuk
mendapatkan pengetahuan yang baru. Banyak terapi-terapi koplementer yang berasal dari
sistem perawatan kesehatan tradisional dengan berbagai macam latar belakang budaya dan
selalu berhubungan dengan filosofi dan nilai religius sebagai kekukatan utama, tubuh
sebagai penyembuh sendiri dan holistik. Saat ini penggunaan terapi komplementer mulai
menggeliat. Hal ini tentu akan teerkait dengan tren issue yang berkembang tentang terapi
komplementer.

3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa keperawatan
diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah
pengetahuan tentang keperawatan maternitas dan diharapkan para pembaca bisa
memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Curtis, P.2004. Safety Issues in Complementary & Alternative Health Care. Program on
integrative Medicine, School of Medicine, University of North Carolina

Hisden and Verhoef (1999). Complementary therapies: Evaluating their effectiveness in


cancer. Patient Education and Conseling,3892;102.

Jonas W.B. (1998). In Compementary and Alternative Health Practice and Therapies A.
Canadian Overview Prepared for strategies and Systems for Health Directorate, Health
Promotion and Programs Branch, Health Canada (1999). Toronto, Newyork University Centre
for Health Studies.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003,


tentang Penyelenggaraan Obat Tradisional

Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008, tentang Standar Pelayanan


Hiperbarik

Keputusan Diektur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No HK.03.05/I/199/2010 tentang,


Pedoman Kriteria Penetapan Metode Pengobatan Komplementer-Alternatif yang dapat
diintegritaskan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

La Valley and Verhoef (1995). Integrating Complemenntary Medicine and Health Care
Services in to Practice Canadian Medical Assosiation Journal, 153 (1), 45-46

Mary Cipriano Silva, PhD, RN, FAAN dan Ruth Ludwick, PhD, RN, C. November 2001. Ethicks:
Ethical Issues in Complementary/Alternatives Therapies
http://www.nursingworld.org/MainMenuCategories/ANAMarketplace/ANAPeriodicals?OJIN
/Columns/Ethics/Ethicalissues.html diakses pada Oktober 2018

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007.


Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

Thome,S.S.(2001). Complementary and Alternatives Medicine; Critical Issues of Nursing


Practice and Policy. Canadian Nurse,97 (4),27.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

Anda mungkin juga menyukai