Anda di halaman 1dari 15

Laporan Resmi Praktikum Fisiologi

Hewan
DARAH 3

Disusun oleh :
Partner 2B
Nama NIM
Yumna Bunga Faiha 210805018
Evi Puspita Sari 210805033
Netti Melpa Pasaribu 210805072
Leoni Nazareta Ambarita 210805081
Muhammad Fuzan Helmy 210805107

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN


PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
Lembar Pengesahan

DARAH 3

Disusun oleh :
Partner 2B
Nama NIM
Yumna Bunga Faiha 210805018
Evi Puspita Sari 210805033
Netti Melpa Pasaribu 210805072
Leoni Nazareta Ambarita 210805081
Muhammad Fuzan Helmy 210805107

Medan, Maret 2023


Asisten,

(Endang Ratna Sari)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah adalah fluida yang mengalir pada tubuh manusia dan vertebrata tingkat
tinggi lainnya. Darah berperan penting dalam semua proses fisiologis yang terjadi di
dalam tubuh makhluk hidup. Darah berperan penting sebagai fluida yang membawa
nutrisi ke seluruh bagian tubuh, kemudian membawa kembali hasil metabolisme
nutrisi tersebut untuk kemudian dilanjutkan pada proses eksresi hasil metabolisme
tersebut yang melibatkan bantuan organ-organ eksresi seperti paru-paru, ginjal, dan
kulit. Sebanyak 7-8% berat tubuh manusia ditentukan oleh volume darah yang
mengalir setiap waktu melalui pembuluh arteri dan venanya yang dipompa oleh
jantung. Darah memiliki temperatur normal pada suhu 38°C, dengan pH yang
berkisar antara 7,35 hingga 7,45. Peranan pH sangat penting karena berperan sebagai
sistem buffer untuk menjaga asam-basa kondisi darah yang berpengaruh pada
fisiologis manusia. Darah yang memiliki kandungan oksigen tinggi akan memiliki
warna merah yang lebih terang. Namun sebaliknya pada darah yang rendah kadar
oksigennya akan memiliki warna merah yang lebih gelap (Rosita et al., 2019).
Darah merupakan produk biologis yang terdiri dari jaringan yang bertugas
untuk mengedarkan zat-zat nutrisi dan oksigen, serta sisa-sisa metabolism dari dan
ke seluruh bagian tubuh. Darah hanya dapat diproduksi oleh manusia dan didonorkan
dalam jumlah yang terbatas. Dengan demikian, darah dianggap sebagai komoditas
yang langka dan sangat berharga. Darah adalah produk terapeutik dan harus diambil
memenuhi standart kualitas tertentu guna menjamin kualitas dan keamanannya.
Tujuan utama dari sistem manajemen mutu khususnya di bidang pelayanan darah
adalah menghilangkan risiko dalam seluruh kegiatan pelayanan darah. Risiko
tersebut meliputi kontaminasi, tertukarnya produk darah, transmisi penyakit atau efek
samping yang tidak diharapkan akibat penggunaan komponen darah. Kontaminasi
produk darah yang salah satunya bisa menyebabkan produk darah hemolisis yaitu
suatu proses penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma
darah yang tidak berwarna menjadi kemerahan (Widiana et al., 2021).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk membandingkan beberapa sel darah merah dari beberapa jenis hewan.
b. Untuk menentukan waktu beku darah.
c. Untuk menentukan golongan darah dengan sistem ABO.
d. Untuk menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit).
e. Untuk menghitung jumlah sel darah putih (leukosit).
f. Untuk menghitung kadar Hb (Hemoglobin).
g. Untuk menentukan kristal hemin.
h. Untuk melihat proses hemolisa dan krenasi.
i. Untuk menghitung nilai hematokrit.
j. Untuk mengamati laju endap darah.

1.3 Manfaat Percobaan


Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
a. Dapat membandingkan beberapa sel darah merah dari beberapa jenis hewan.
b. Dapat menentukan waktu beku darah.
c. Dapat menentukan golongan darah dengan sistem ABO.
d. Dapat menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit).
e. Dapat menghitung jumlah sel darah putih (leukosit).
f. Dapat menghitung kadar Hb (Hemoglobin).
g. Dapat menentukan kristal hemin.
h. Dapat melihat proses hemolisa dan krenasi.
i. Dapat menghitung nilai hematokrit.
j. Dapat mengamati laju endap darah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Darah


Darah memiliki kemampuan untuk mengatur suhu dalam tubuh karena air
yang terdapat dalam darah memiliki 3 macam sifat yang sesuai dengan kepentingan
tersebut, yaitu panas jenis air relatif tinggi. Darah yang terdapat di dalam arteri
warnanya merah muda, sedangkan darah yang terdapat di dalam vena wamanya
merah tua. Berat Jenis darah bervariasi dari 1.054-1.060, sedangkan berat jenis plas-
ma bervariasi dari 1.024-1.028 viskositas darah adalah 3 sampal 5 kall viskositas air.
Jumlah darah tergantung dari jenis hewan, pada manusia jumlah darah adalah 5-8%
berat badan atau 5600 ml pada orang dengan berat badan 70 kg. Sel-sel darah merah,
yang tidak mempunyai Inti, disusun oleh protein pembawa oksigen. Di bawah
kondisi normal, sel-sel ini tidak pernah meninggalkan sistem sirkulasi. Kebanyakan
eritrosit mama- lia digambarkan sebagai cakram bikonkaf tanpa inti. Sel darah putih
bukan merupakan komponen yang tetap dalam darah; sel-sel darah putih bermigrasi
ke jaringan, dimana sel-sel darah putih melakukan berbagai fungsi. Keping-keping
darah adalah fragmen sel mirip cakram, tidak berinti dengan garis tengah 2-4 µm
(Khasanah, 2021).
2.2 Komponen Darah
Hemoglobin tersusun atas sebuah protein yang disebut globin yang terdiri
atas empat rantai polipeptida. Empat polipeptida tersebut merupakan gabungan
antara dua rantai alfa dan dua rantai betaglobin. Masing-masing rantai polipeptida
tersebut mengikat sebuah pigmen nonprotein yang disebut heme. Heme mengandung
ion besi (Fe2+ ) pada bagian tengahnya, yang dapat berikatan dengan oksigen secara
reversible. Oksigen terikat pada hemoglobin sebanyak 98,5% dari total oksigen yang
dibawa oleh darah, karena sifat oksigen yang memiliki kelarutan rendah pada plasma
darah. Hemoglobin merupakan sebuah protein pigmen yang berwarna merah dalam
kondisi mengikat oksigen dan berwarna kebiruan dalam kondisi kurang oksigen.
Oleh karena itu, darah di pembuluh arteri yang merupakan darah kaya oksigen akan
berwarna merah, sedangkan darah di vena yang merupakan darah dengan kandungan
oksigen rendah, akan berwana kebiruan. Hemoglobin disintesis pertama kali pada
proerythroblast dan berlanjut sampai tahap retikulosit pada proses eritropoiesis. Saat
retikulosit meninggalkan sumsum tulang merah dan memasuki sirkulasi, masih
terjadi
proses isntesis hemoglobin dalam jumlah kecil hingga retikulosit matur menjadi
eritrosit dan proses sintesis hemoglobin berakhir. Tahap akhir pembentukan
hemoglobin ditandai dengan terjadinya ikatan antara heme dengan polipeptida yang
disintesis oleh ribosom globin membentuk rantai hemoglobin (Rosita et al., 2019).
Tingkat hemoglobin (Hb) adalah indikator anemia yang paling dapat
diandalkan di antara semua individu. Anemia merupakan masalah kesehatan
masyarakat utama yang dapat terjadi pada setiap tahap siklus hidup, tetapi lebih
sering terjadi pada wanita hamil dan anak kecil yang mengalami defisiensi besi.
Sekitar lebih dari 75% anak-anak antara usia 1-3 tahun mengalami anemia di India,
dan berisiko mengalami berbagai akibat anemia termasuk infeksi. Infeksi Saluran
Pernapasan Bawah (LRTI) mencakup semua infeksi paru-paru dan saluran udara di
bawah laring. dan termasuk sindrom croup, bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia.
Infeksi saluran pernapasan bawah akut (pneumonia) merupakan penyebab tunggal
terbesar kematian anak di bawah usia 5 tahun di negara berkembang. Sekitar 150 juta
episode pneumonia anak dilaporkan setiap tahun dari dunia dan terdapat sekitar 3
juta kematian, kurang dari 5 tahun, setiap tahun karena pneumonia, dari kematian
tersebut 90-95% terjadi di negara berkembang (Hussain et al., 2014).
2.3 Penggolongan Darah Sistem ABO dan Rh
Terdapat sekitar 24 golongan darah dengan lebih dari 100 antigen yang dapat
dideteksi pada permukaan eritrosit. Dari jumlah tersbeut, ada dua kelompok besar
golongan darah yang digunakan secara umum, yaitu golongan darah ABO dan
Rhesus (Rh). Penggolongan darah berdasarkan ABO sistem dibuat berdasarkan pada
adanya dua antigen glikolipid yang berada pada membran eritrosit yang disebut
sebagai antigen A dan antigen B. Darah yang pada eritrositnya hanya memiliki
antigen A saja, disebut bergolongan darah A. Begitupula dengan golongan darah B,
artinya eritrosit yang terdapat pada darah tersbeut hanya memiliki antigen-B.
Sedangkan darah yang eritrositnya memiliki antigen A dan antigen B, disebut
bergolongan darah AB. Sebagian besar populasi penduduk dunia, pada eritrositnya
tidak memiliki antigen A maupun antigen B sehingga disebut bergolongan darah O.
Antibodi (agglutinin) yang terdapat pada plasma darah dapat bereaksi dengan antigen
A atau antigen B dan memunculkan respon imun berupa aglutinasi (penggumpalan)
darah. Agglutinin terdapat pada plasma darah (Rosita et al., 2019).
Golongan darah didasarkan pada protein (antigen) yang dibawa oleh sel darah
merah. Ada empat golongan darah utama yaitu A, B, AB dan O. Masing-masing
golongan ini dibagi menjadi dua jenis rhesus (Rh), positif dan negatif. Jika golongan
darah adalah A, sel darah merah dilapisi dengan antigen A dan plasma
mengembangkan antibodi terhadap B. Jika golongan darah adalah B maka memiliki
antigen B dan plasma mengembangkan antibodi terhadap A. Golongan darah AB
memiliki kedua A antigen dan antigen B dan tipe O tidak memiliki keduanya. Jika
darah Rh negatif, sel darah merah tidak membawa antigen yang disebut faktor rhesus
(Rh) (Litin dan Sanjeev (2019).
Sistem rhesus terdiri atas dua jenis yaitu rhesus positif (Rh +) dan rhesus
negatif (Rh-) berdasarkan ada tidaknya antigen rhesus pada dinding sel darah merah
seseorang. Rh+ dalam darahnya memiliki antigen rhesus yang ditunjukkan dengan
reaksi positif atau dijumpai adanya gumpalan sel darah merah pada waktu dilakukan
tes dengan antibodi Rh. Penambahan reagen anti – Rh bertujuan untuk mengikat
hemoglobin yang termasuk komponen protein di dalam eritrosit saat eritrosit pecah
maka hemoglobin berada di dalam serum hemolisis, agar sampel hemolisis tersebut
dapat digunakan kembali untuk pemeriksaan glukosa darah (Atika et al. (2020).
2.4 Plasma Darah
Dalam darah tersuspensi beragam zat, salah satunya adalah protein plasma
Protein yang terdapat dalam darah adalah albumin, globulin, dan fibrinogen. Protein
plasma merupakan 7% dari volume dan garam anorganik 0,9%, sisanya 10% terdiri
atas beberapa senyawa organik-asam amino, vitamin, hormone, lipoprotein, dan
sebagai- nya dari sumber yang berbeda-beda". Praksinasi protein dalam plasma darah
menjadi albumin, globulin, dan fibrinogen di laboratorium dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu pengendapan garam dan elektroforests. Pemisahan dengan
pengendapan garam dapat dilakukan dengan menambahkan garam - garam tertentu
da- lam larutan yang mengandung protein. Elektroforesis adalah pergerakan dari
partikel yang bermuatan di dalam larutan elektrolit, bila kita menyalurkan arus listrik
dalam larutan elektrolit tersebut dengan jalan menempatkan 2 buah elektroda dalam
larutan itu". Dengan cara pengendapan garam dan elektroforesis dapat diketahui
kadar dari beragam protein plasma (Khasanah, 2021).
2.5 Kelainan Pada Darah
Hemostasis (hemo: darah, stasis: tetap/seimbang) adalah proses di mana
darah dipertahankan dalam keadaan cair, yang dapat berupa berhentinya perdarahan
dari pembuluh darah yang mengalami kerusakan (bocor, robek maupun pecah).
Secara normal, plasma beserta sel-sel penyusun darah (selain leukosit) tidak dapat
keluar dari pembuluh darah yang memiliki dinding berlapis epitel pipih selapis yang
tersusun rapat. Apabila ada darah yang keluar dari pembuluh darah, artinya telah
terjadi kerusakan pada pembuluh darah tersebut dan tekanan di dalam pembuluh
lebih besar daripada di luar pembuluh. Pembuluh darah yang berukuran kecil seperti
kapiler, arteriola dan venula sering mengalami kerusakan minor akibat trauma yang
terjadi sehari-hari, meskipun tidak pernah timbul gejala kerusakan jaringan. Sistem
hemostatis tubuh secara cepat dapat menutup kerusakan pembuluh darah dan
menghentikan perdarahan pada pembuluh darah berukuran kecil tersebut. Hemostasis
dapat mencegah terjadinya kehilangan darah pada pembuluh darah yang berukuran
kecil. Untuk kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah yang berukuran lebih
besar, biasanya diperlukan intervensi medis unuk perbaikan pembuluh darah dan
menghentikan perdarahannya (Rosita et al., 2019).
2.5 Plasma Darah
Dalam darah tersuspensi beragam zat, salah satunya adalah protein plasma
Protein yang terdapat dalam darah adalah albumin, globulin, dan fibrinogen. Protein
plasma merupakan 7% dari volume dan garam anorganik 0,9%, sisanya 10% terdiri
atas beberapa senyawa organik-asam amino, vitamin, hormone, lipoprotein, dan
sebagai- nya dari sumber yang berbeda-beda". Praksinasi protein dalam plasma darah
menjadi albumin, globulin, dan fibrinogen di laboratorium dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu pengendapan garam dan elektroforests. Pemisahan dengan
pengendapan garam dapat dilakukan dengan menambahkan garam - garam tertentu
da- lam larutan yang mengandung protein. Elektroforesis adalah pergerakan dari
partikel yang bermuatan di dalam larutan elektrolit, bila kita menyalurkan arus listrik
dalam larutan elektrolit tersebut dengan jalan menempatkan 2 buah elektroda dalam
larutan itu". Dengan cara pengendapan garam dan elektroforesis dapat diketahui
kadar dari beragam protein plasma (Khasanah, 2021).
BAB 3
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum Fisiologi Hewan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 08 Maret 2023
pukul 14.00 sampai dengan selesai di Laboratorium Fisiologi Hewan Program Studi
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara.

3.2 Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu: bak bedah,
disecting set, object glass, mikroskop, batang pengaduk, gelas ukur, rak tabung,
tabung reaksi, haemometer (terdiri dari tabung sahli, pembersih, pengaduk, softclick
dan pipet sahli), Haemocytometer (terdiri dari counter, pipet eritrosit, pipet leukosit,
pipa penghisap, kaca penutup), microcentrifuge, tabung EDTA, pipa kapiler, dan
pipet tetes.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu aquadest, anti A, anti B,
tisu, HCL 0,1 N, larutan turk, asam cuka glasial, lilin, larutan Hayem, NaCl 0,1%,
0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2%, 1,5%, darah Homo sapiens, darah Bos sp.,darah Rattus
novergicus, darah Cavia cobaya dan darah Pteropus vampirus.

3.3 Metode Kerja


3.3.1 Membandingkan Sel Darah Merah dari Beberapa Jenis Hewan
Diteteskan darah diatas object glass. Lalu ditambahkan beberapa tetes larutan
fisiologis (NaCl 0,9%), kemudian dihomogenkan. Diletakkan dibawah mikroskop
dan diamati. Bandingkan dengan sel darah beberapa jenis sel darah hewan di atas.

3.3.2 Menentukan Waktu Beku Darah


Dihisap darah kedalam pipa kapiler, kemudian ditutup bagian ujung pipa
dengan ibu jari dan telunjuk. Ditunggu sampai sampai terbentuk benang fibrin lalu
patahkan ujung pipa kapiler. Dicatat waktu beku darah.
3.3.3 Menentukan Golongan Darah dengan Sistem ABO
Diteteskan darah diatas object glass. Kemudian ditambahkan dengan anti A
dan anti B lalu dihomogenkan dan ditentukan golongan darah.

3.3.4 Menghitung Jumlah Eritrosit Hewan


Dihisap darah dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda angka 0,5 atau
1,0 dan dibersihkan ujung pipet dengan tisu. Setelah itu dihisap larutan pengencer
Hayem sampai tanda 101 dengan cepat dan tanpa menimbulkan gelembung udara.
Dilepaskan pipet penghisap (aspirator), kemudian dilakukan gerakan mengaduk
dengan cara diletakkan ibu jari dan telunjuk pada kedua ujung pipet hingga
homogen. Lalu dibuang cairan pada ujung pipet yang tidak tercampur. Kemudian
disiapkan kamar hitung dan mikroskop listrik, lalu diteteskan suspensi darah pada
bagian pinggir gelas penutup dan dihitung dibawah mikroskop.

3.3.5 Menghitung Jumlah Leukosit


Darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda 0,5 atau 1,0
dan dibersihkan ujung pipet dengan tisu. Lalu dihisap larutan pengencer turk sampai
tanda 101 dengan cepat dan tanpa menimbulkan gelembung udara. Kemudian
dilepaskan pipet penghisap (aspirator) lalu dilakukan gerakan mengaduk dengan cara
diletakkan ibu jari dan telunjuk pada kedua ujung pipet hingga homogen. Setelah itu
dibuang cairan pada ujung pipet yang tidak tercampur. Kemudian disiapkan kamar
hitung dan mikroskop listrik. Teteskan suspensi darah pada bagian pinggir gelas
penutup dan dihitung dibawah mikroskop.

3.3.6 Menghitung Kadar Hb


Tabung Sahli diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 10 (garis paling
bawah pada tabung). Lalu dihisap darah dengan menggunakan aspirator sampai batas
angka 20 mm. Kemudian dibersihkan ujung pipet dengan menggunakan tisu dan
dimasukkan kedalam tabung sahli, lalu diaduk dengan batang pengaduk. Kemudian
dicocokkan dengan warna yang terjadi dengan warna standar. Jika belum cocok
ditambahkan aquadest setetes demi setetes. Kemudian dibaca kadar Hb pada dinding
tabung sahli (dalam g% atau gr dalam 100 ml).

3.3.7 Melihat Kristal Hemin


Darah diletakkan diatas object glass dan biarkan sampai kering. Kemudian
dipanaskan dengan beberapa tetes larutan asam cuka glasial lalu diberi sedikit NaCl
dan diamati kristal hemin yang terbentuk warna kuning dibawah mikroskop.

3.3.8 Melihat Proses Hemolisa dan Krenasi


Sediakan 7 tabung reaksi yang tiap tabung diberi larutan yang berbeda. Tabung
I diberi NaCl 0% (aquadest) 5 ml, tabung II diberi NaCl 0,1% (aquadest) 5 ml,
tabung III diberi NaCl 0,3% (aquadest) 5 ml, tabung IV diberi NaCl 0,6% (aquadest)
5 ml, tabung V diberi NaCl 0,9% (aquadest) 5 ml, tabung VI diberi NaCl 1,2%
(aquadest) 5 ml dan tabung VII diberi NaCl 1,5% (aquadest) 5 ml. Lalu diteteskan 3
tetes darah kedalam masing-masing tabung dan dibiarkan selama 30 menit.
Kemudian diamati warna dan kekeruhan dalam masing-masing tabung.

3.3.9 Menghitung Persentase Hematokrit


Darah dimasukkan kedalam pipa kapiler, lalu ditutup 1 sisi pipa dengan lilin.
Masukkan kedalam mikrosentrifuge selama 5 menit dengan 1000 Rpm dan dihitung
persentase hematokrit.

3.3.10 Menghitung Laju Endap Darah


Darah dimasukkan kedalam tabung EDTA, didiamkan selama satu jam
kemudian diukur laju endap darah.
DAFTAR PUSTAKA

Atika I, Rahmawati I, Anggraeni N. 2020. Pengolahan Serum Hemolisis


Menggunakan Reagen Anti-Rh Pada Pemeriksaan Glukosa Darah Metode
GOD-PAP. Jurnal Analis Medika Biosains. 7(2): 93-100.
Desmawati, 2013. Sistem Hematologi Dan Imunologi. Jakarta: In Media.
Hussain SQ, Ashraf M, Wani JG, Ahmed J. 2014. Low Hemoglobin Level a Risk
Factor for Acute Lower Respiratory Tract Infections (ALRTI) in Children.
Journal Of Clinical & Diagnostic Research. 8(4):1-3.
Khasanah N. 2021. Anatomi dan Fisiologi Hewan dalam Perspektif Unity of
Sciences. Semarang: Alinea Media Dipantara.
Litin SC, Sanjeev N. 2019. Mayo Clinic Family Health Book. Amerika Serikat:
Mayo Foundation for Medical Education and Research.
Rosita L, Pramana AAC, dan Arfira FR, 2019. Hematologi Dasar. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Widiana D, Sudiman H, Widyaningsih C. 2021. Kualitas (Tingkat Hematokrit) dan
Potensi Hemolisis dari Packed Red Cell (PRC) Selama Proses Suplai Darah
di Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Kota Jakarta Utara Tahun
2020. Jurnal Genta Kebidanan. 11(1):12-22.

Anda mungkin juga menyukai