Darah 1 Minggu 2
Darah 1 Minggu 2
DARAH 1
Disusun Oleh :
Partner 6
Nama NIM
Aulia Kristin Daely 212208013
Fadia Desti Andari 220805013
Intan Ruth South Carolina 220805014
Rahayu Febrianti 220805025
Nadia Atika 220805039
Ramot Paulina Togatorop 220805055
Rifqi Hafiz Awliya Siregar 220805093
Disusun Oleh :
Partner 6
Nama NIM
Aulia Kristin Daely 212208013
Fadia Desti Andari 220805013
Intan Ruth South Carolina 220805014
Rahayu Febrianti 220805025
Nadia Atika 220805039
Ramot Paulina Togatorop 220805055
Rifqi Hafiz Awliya Siregar 220805093
2.1 Darah
Darah adalah jaringan cair yang mengalir melalui jaringan saluran sirkulasi
tertutup. Komponen cair utama adalah plasma darah yang mengandung sel darah.
Warna darah umumnya merah yang bergantung pada sifat hemoglobin, pigmen merah
di dalam sel darah merah. Darah vena memiliki lebih sedikit kemerahan dan lebih
banyak kebiruan dibandingkan dengan darah arteri yang teroksigenasi. Darah adalah
jaringan cair yang sebagian besar terdiri dari plasma dan sel darah yang mengambang
di dalamnya. Normalnya pada orang sehat total volume darah bervariasi antara 6
sampai 8 persen dari berat badan. Sekitar dua pertiga dari total darah adalah plasma
dan sepertiganya adalah sel darah. Volume darah dalam tubuh manusia adalah sekitar
8 persen dari berat badan. Jika seorang pria memiliki berat badan 80 kg, normalnya
tubuhnya mengandung sekitar 6,4 kg darah. Berat jenis darah sangat bergantung pada
jumlah sel darah merah. Berat jenis darah normal adalah 1,06, tetapi dapat bervariasi
dari 1,05 hingga 1,06. Tekanan osmotik darah sekitar 28 mm merkuri. Tekanan
osmotik ini disebabkan oleh adanya berbagai garam, zat sisa, protein, dan gula yang
terlarut dalam plasma. PH darah sekitar 7,35 yaitu larutan basa lemah. Darah memiliki
kapasitas buffering sendiri dan pH tetap terjaga dalam batas tertentu. PH 8 atau jauh
di bawah 7 akan berakibat fatal bagi seseorang (Rastogi, 2007).
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Organisme yang
mempunyai darah dalam tubuhnya tidak dapat hidup jika jumlah darah yang
dikandungnya tidak mencukupi. Dengan kata lain organisme tersebut dapat
mengalami gangguan kesehatan, bahkan yang lebih parah menyebabkan kematian
Darah mengandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Darah
tersusun atas empat unsur utama yaitu sel darah merah, sel darah putih, sel darah
pembeku dan plasma darah (Nina, 2020).
2.2 Pembagian Darah
Leukosit adalah sistem kekebalan yang telah kita miliki sejak lahir. Leukosit
berguna sebagai sistem pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme seperti
virus, bakteri, dan parasit. Mikroorganisme itu bisa menyerang pada bagian mulut,
membran yang melapisi mata, kulit, saluran kemih, saluran nafas, saluran cerna, dan
mampu menyebabkan penyakit serius bila menyerang jaringan-jaringan yang lebih
dalam. Selain itu, kita secara intermiten terpapar bakteri dan virus lain yang sangat
virulen disamping normalnya terdapat dalam tubuh kita dan dapat menyebabkan
penyakit mematikan seperti pneumonia, infeksi streptokokus dan demam tifoid. Hal
tersebut mampu dihindari bila dalam tubuh memiliki sistem pertahanan tubuh yang
bagus dan kuat. Leukosit mempuyai inti sel dan bermacam-macam bentuk inti selnya.
Jenis-jenis leukosit terdiri dari neutrofil, basofil, eosinofil, monosit dan limfosit.
Kelima jenis leukosit tersebut dapat mengalami peningkatan (leukositosis) atau
penurunan (leukopenia) disebabkan karena adanya infeksi. Leukosit tidak memiliki
hemoglobin (berbeda dengan eritrosit), sehingga tidak berwarna (putih) kecuali jika
diwarnai secara khusus agar dapat terlihat di bawah mikroskop. Tidak seperti eritrosit,
yang strukturnya uniform, berfungsi identik, dan jumlahnya konstan, tetapi leukosit
bervariasi dalam struktur, fungsi dan jumlah. Terdapat lima jenis leukosit yang
bersirkulasi yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit dan masing-masing
dengan struktur serta fungsi yang khas. Itu semua berukuran sedikit lebih besar
daripada eritrosit (Nurmartatiti, 2019).
Trombosit ( keping darah) merupakan fragmen-fragmen sitoplasma berbentuk
cakram kecil yang mengandung granula. Dalam setiap mm² darah manusia terdapat
sekitar 250.000 hingga 400.000 keping darah. Jika jumlah trombosit sekitar 10 x 10/1
(10.000/mm²) dapat terjadi perdarahan yang serius. Jika jumlah trombosit kurang dari
normal disebut dengan trombositopenia. Trombositopenia merupakan suatu kelainan
hematologis yang ditandai dengan penurunan kadar trombosit di dalam darah yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain induksi obat misalnya kemoterapi
kanker, heparin, quinidin, quinin, gold salts, asam valproat, sirolimus dan antibiotik
sulfa Trombositopenia juga diakibatkan adanya proses autoimun pada trombosit.
Trombositopenia dapat menimbulkan gangguan hemostasis, manifestasi perdarahan
seperti petekie, ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis (Hendrayati, 2015).
2.3 Komponen Darah
Eritrosit adalah sel darah merah yang mengangkut hemoglobin pada sirkulasi
darah, bentuknya bikonkaf dan diproduksi pada sumsum tulang belakang. Fungsi
utama eritrosit adalah membawa hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru
dan nutrient dari makanan untuk disalurkan ke seluruh jaringan tubuh.Pembentukan
eritrosit melalui sebuah proses yang disebut eritropoesis. Pembentukan eritrosit
dirangsang oleh hormon glikoprotein dan eritroprotein Proses pembentukan eritrosit
dalam sumsum tulang belakang setiap harinya memerlukan adanya prekusor untuk
mendukung proses sintesis sel baru. Prekusor yang dibutuhkan antara lain zat besi,
vitamin, asam amino dan hormon. Kurangnya prekusor seperti zat besi dan asam
amino yang membantu proses pembentukan eritrosit akan menyebabkan penurunan
jumlah eritrosit secara tidak langsung diiringi dengan menurunnya laju metabolisme
Sel darah merah terdiri dari air 62-72% dan sisanya berupa solid terkandung
hemoglobin 95% dan sisanya berupa protein pada stroma dan membran sel, lipid,
enzim, vitamin dan glukosa serta urin. hematokrit memiliki fungsi mengukur proporsi
sel darah merah (eritrosit) karena hematokrit dapat mengukur konsentrasi eritrosit.
Nilai hematokrit adalah persentase volume endapan eritrosit setelah sampel darah
dipisahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu. Nilai hematokrit merupakan cara yang
sering digunakan dalam menentukan. jumlah sel darah merah yang terlalu tinggi,
terlalu rendah, atau normal. (Wijaya, 2022).
Hemoglobin merupakan protein dalam sel darah merah yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Hemoglobin dapat meningkat
ataupun menurun.beberapa penyakit yang disebabkan oleh kadar hemoglobin yaitu
anemia dan polistemia. Penurunan kadar hemoglobin dalam darah dibawah batas
normal disebut anemia. Anemia disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
perdarahan, nutrisi rendah, kadar zat besi, asam folat, vitamin B12 yang rendah.
Gejalanya badan lemah, lesu mata berkunang-kunang dan pucat terutama pada
konjungtiva. Adapun peningkatan kadar hemoglobin dalam darah disebut polisitemia
dimana kadar hemogobin melebihi batas atas rentang nilai normal kadar hemoglobin
yaitu pada laki-laki lebih dari 18,5 g/dL dan perempuan lebih dari 16,5 g/dL. Gejala
yang terjadi saat hemoglobin tinggi hampir tidak ditemukan, justru baru diketahui saat
dilakukan pemeriksaan hemoglobin (Tutik et al., 2019).
2.4 Fungsi Darah
Peran utama darah adalah sebagai media transportasi untuk membawa oksigen
dari paru-paru ke sel-sel jaringan tubuh dan CO2 ke paru-paru, membawa bahan
makanan dari usus ke sel-sel tubuh, mengangkut zat-zat yang tidak terpakai sebagai
hasil metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh, mentransfer enzim-enzim dan
hormon, mengatur suhu tubuh, keseimbangan cairan asam-basa, dan untuk pertahanan
tubuh terhadap infiltrasi benda-benda asing dan mikroorganisme. Tubuh hewan yang
mengalami gangguan fisiologis akan memberi perubahan pada gambaran profil darah.
Adanya perubahan profil darah tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal, dan
eksternal. Faktor internal misalnya kesehatan, status gizi, suhu tubuh, faktor eksternal
misalnya akibat perubahan suhu lingkungan, dan infeksi (Wijaya, 2022).
Darah adalah sarana utama transportasi dalam tubuh yang bertanggung jawab
untuk mengangkut bahan-bahan, molekul dan nutrisi penting ke dan dari sel-sel yang
membentuk tubuh kita. Dalam hal ini fungsi darah yang utama adalah mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh sel- sel tubuh dan kemudian setelah oksigen
digunakan terbentuklah karbon dioksida yang juga akan dibawa darah ke paru-paru
untuk ditukar lagi dengan oksigen, demikian seterusnya. Darah juga bertugas
mengumpulkan sisa metabolisme dari atas dan bawah tubuh dan membawanya ke
ginjal untuk diekskresi atau dibuang melalui urin. Fungsi darah selanjutnya yaitu
memberikan nutrisi dan glukosa yang diperoleh dari organ-organ sistem pencernaan
ke bagian tubuh lainnya pertama ke hati lalu disebarkan ke seluruh tubuh. Darah juga
berfungsi menjalankan transportasi hormon yang diproduksi oleh kelenjar dari sistem
endokrin sehingga hormon tersebut mencapai darah lainnya yang dimungkinkan
karena adanya agen pembekuan di dalamnya. Plasma darah bahkan memainkan peran
dalam membantu tubuh melawan kuman dan infeksi berkat antibodi yang disebut
gamma-globulin yang ada di dalamnya. Sel darah merah mempunyai fungsi utama
membawa oksigen ke semua sel-sel tubuh seiring dengan pemompaan darah yang
dilakukan oleh jantung. Sel- sel darah merah memiliki kecepatan yang tinggi saat
mengalir melalui pembuluh darah vena dan arteri. Vena memiliki dinding yang relatif
lebih tipis jika dibandingkan dengan arteri karena tekanan darah yang tidak terlalu
intens dibandingkan dengan arteri. Arteri membawa darah kaya oksigen sedangkan
vena membawa darah kaya karbon dioksida (CO2) (Arifin, 2022).
2.5 Kelainan Darah
Anemia adalah kondisi medis yang ditandai dengan jumlah sel darah merah
yang rendah atau kurangnya hemoglobin dalam sel darah merah. Sel darah merah
(eritrosit) adalah komponen penting dalam darah yang bertanggung jawab mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Hemoglobin adalah protein yang terdapat
dalam sel darah merah dan berperan dalam mengikat oksigen untuk dibawa ke jaringan
tubuh. Penyebab anemia dapat bervariasi, namun yang paling umum adalah
kekurangan zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Kekurangan zat besi sering terjadi
akibat pola makan yang tidak seimbang atau kondisi medis yang menyebabkan
penurunan penyerapan zat besi oleh tubuh. Sementara itu, kekurangan vitamin B12
dan asam folat dapat disebabkan oleh masalah penyerapan atau diet yang kurang
seimbang.Gejala anemia dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya,
namun gejala umum yang sering muncul meliputi kelelahan, pucat, sesak napas,
denyut jantung cepat, pusing, dan penurunan daya tahan fisik (Saras, 2023).
Diabetes adalah penyakit yang mengganggu kemampuan tubuh Anda untuk
menggunakan sari-sari makanan secara efisien. Hormon insulin yang diproduksi di
pankreas membantu tubuh Anda mengubah makanan menjadi energi. Diabetes terjadi
bila satu dari dua kondisi berikut terjadi, pankreas gagal memproduksi insulin, atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah diproduksi oleh pankreas. Pada saat
makan, pankreas melepaskan insulin ke dalam aliran darah untuk membantu proses
penghancuran dan penyerapan glukosa, asam lemak, dan asam amino. Bila pankreas
tidak menghasilkan insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin sebagaimana
mestinya, makanan yang Anda konsumsi tidak dapat dicerna oleh tubuh. Bila pankreas
menghasilkan insulin tetapi tubuh tetap tidak memberikan reaksi apa pun, keadaan ini
disebut resistensi insulin. Hal ini umum terjadi pada orang- orang dengan berat badan
berlebih saat usia mereka beranjak tua dimana tubuh harus menghasilkan lebih dan
lebih banyak insulin sementara efeknya semakin berkurang. Glukosa yang berlebih
ditimbun di dalam darah alih-alih digunakan sebagai tenaga atau disimpan sebagai
lemak. Inilah yang menyebabkan para penderita diabetes memiliki kadar gula darah
yang tinggi. Bila kandungan glukosa dalam darah terlalu tinggi, ginjal tidak dapat
memproses glukosa tersebut, sehingga gula tersebut dikeluarkan melalui urine. Istilah
tepat untuk penyakit ini adalah diabetes mellitus (D'adamo et al., 2009).
BAB 3
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
4.1 Hasil Perbandingan Beberapa Sel Darah Merah dari Beberapa Jenis
Hewan
Adapun hasil pengamatan sel darah merah (eritrosit) beberapa jenis hewan
yang diamati degan mengguankan mikroskop dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah
ini:
Tabel 4.1 Sel Darah Merah dari Beberapa Jenis Hewan
No Sampel Gambar Keterangan
1. Bufo sp. • Tidak memiliki inti
• Bentuk bikonkaf
• Warna merah pucat
• Ukuran kecil
Dari tabel hasil pengamatan sel darah merah dari beberapa hewan diatas dapat
diketahui bahwa dari kelima sampel darah yaitu darah Bufo sp., darah Monopterus
albus, darah Cyprinus carpio, darah Oreochromis niloticus, darah Osphronemus
goramy tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Semua sampel darah memiliki
bentuk yang sama. Namun mungkin dapat memiliki perbedaan ukuran dan warna antar
sampel yang tidak dapat dibandingkan secara jelas.
Chen et al. (2022) mengemukakan bahwa efitrosit Bufo sp. matang berbentuk
lonjong dan elips, bulat atau panjang, elips, berwarna ungu dan sitoplasma banyak
berwarna merah coklat tua, bebas butiran. Eritrosit yang belum matang biasanya lebih
kecil dan bulat dibandingkan sel darah merah matang, beberapa di antaranya tampak
hipokromatik dan polikromatik. Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam
ukuran eritrosit yang ditemukan antara katak jantan dan betina.
Hidayat (2018) mengemukakan bahwa sel darah merah (eritrosit) umumnya
berbentuk bulat dan oval. Sitoplasma terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan
giemsa. Eritrosit berwarna merah kekuningan, berbentuk lonjong, kecil dan berukuran
7-36 mikron. Eritrosit yang matang berbentuk oval sampai bundar dan sitoplasma
dalam jumlah besar. Ertitrosit dan retikulosit dibuat di organ ginjal.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari kelima sampel darah yaitu darah
Bufo sp., darah Monopterus albus, darah Cyprinus carpio, darah Oreochromis
niloticus, darah Osphronemus goramy; semua sampel darah memiliki kristal hemin.
Domene et al. (2024) mengemukakan bahwa hemin adalah subkelas
peroksidase berbasis besi yang mengandung gugus prostetik heme di situs
katalitiknya.molekul hemin ini , terdiri dari kompleks besi porfirin, bertanggung jawab
untuk mengikat dan mengaktifkan hidrogen peroksida (H₂O₂), untuk oksidasi
selanjutnya dari substrat organik kecil. Beberapa contoh enzim jenis ini adalah
katalase, mieloperoksidase, dan horseradish peroxidase (HRP) yang banyak
digunakan. Fungsi utama enzim ini adalah mereduksi peroksida menjadi air dan
oksigen, sehingga sangat penting dalam menghilangkan peroksida berbahaya dari sel
dan jaringan. Mereka juga berkontribusi pada biosintesis hormon, sinyal seluler, dan
pertahanan terhadap patogen tertentu. Kofaktor heme berfungsi sebagai pusat katalitik
beberapa enzim alami, termasuk HRP, mioglobin, dan sebagian besar katalase. Baik
katalis logam-organik heme (besi) maupun hemin (besi besi) dapat melakukan reaksi
peroksidasi secara efisien, mengoksidasi berbagai substrat organik dengan adanya
hidrogen peroksida. Selain itu, aktivitas katalitik hemin dapat ditingkatkan ketika ia
membentuk kompleks dengan molekul lain seperti DNA atau molekul proteogenik.
Hopp et al. (2020) mengemukakan bahwa hemin tersebar luas di dalam
organisme karena merupakan kelompok prostetik penting dari sejumlah besar protein,
seperti protein pengangkut oksigen, hemoglobin. Ketika terikat pada protein ini, efek
sitotoksik hemin ,yang timbul dari aktivitas redoks besi dan hidrofobisitas
protoporphyrin IX (PPIX), tidak terjadi. Namun, berbagai penelitian mengungkapkan
adanya heme yang tersedia secara biologis (labil) di dalam sel, di jaringan, dan di aliran
darah sebagai akibat dari hemolisis intra dan ekstravaskular . Dalam kondisi ini, lisis
sel darah merah yang bersirkulasi (RBC), yang jumlahnya mencapai 25 triliun,
menyebabkan peningkatan besar-besaran hemoglobin ekstraseluler, yang selanjutnya
terdegradasi. Dengan demikian, pecahnya sel darah merah dapat menghasilkan hingga
5 x 10 molekul heme (~80 mM). Ada juga bukti bahwa heme diangkut dan
diperdagangkan antar sel dan bertindak sebagai molekul pemberi sinyal, yang
menunjukkan kemungkinan mobilisasi dinamis dan cepat dari protein pembawa.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
a. Dari hasil perbandingan sel darah merah pada setiap sampel diperoleh bahwa
sel darah merahnya tidak memiliki inti, bentuk bikonkaf dan ukuran kecil
namun yang membedakannya adalah warna sel yang dipengaruhi oleh kadar
Hb.
b. Bufo sp. memiliki waktu beku darah yang sangat lama yaitu selama 60 menit
sedangkan waktu beku darah tersingkat terdapat pada Cyprinus carpio yaitu
selama 10 menit.
c. Pada penentuan golongan darah dengan menggunkan sistem ABO didapati
semua hewan memiliki golongan darah O.
d. Jumlah sel darah merah (Eritrosit) dari setiap sampel diperoleh jumlah eritrosit
terbanyak terdapat pada Bufo sp. sedangkan jumlah yang paling sedikit terdapat
pada Oreochromis niloticus.
e. Jumlah sel darah putih (Leukosit) dari setiap sampel jumlah leukosit terbanyak
terdapat pada Osphronemus goramy sedangkan yang paling sedikit
Oreochromis niloticus.
d. Kadar Hb (hemoglobin) terbanyak terdapat pada Osphronemus goramy sebesar
32% sedangkan yang terendah pada Bufo sp. sebesar 7,1%.
e. Pada pengamatan kristal hemin setiap sel pada setiap sampel darah hewan
terdapat kristal hemin yang dihasilkan berwarna kuning hingga kuning
kemerahan.
f. Pada proses hemolisa dan krenasi sel terhadap konsentrasi NaCl didapatkan
bahwa sel yang paling mudah mengalami hemolisa atau pecahnya sel karena
konsentrasi pelarut yang tinggi adalah Monopterus albus sedangkan sel yang
paling mudah mengalami krenasi atau penegrutan sel karena kondisi hipertonik
yaitu pada Bufo sp.
h. Tidak dilakukan uji nilai hematokrit pada saat percobaan.
i. Pada penentuan laju endap darah dalam waktu 1 jam sel darah terbanyak
terdapat pada Oreochromis niloticus sebesar 90% sel darah dan 10% plasma
darah, sedangkan yang sel darah terendah terdapat pada Bufo sp. Cyprinus
carpio dan dengan kadar 70% sel darah dan 30% plasma.
5.2 Saran
a. Sebaiknya praktikan selanjurnya lebih semangat.
b. Sebaiknya praktikan selanjurnya menjaga kesehatan.
c. Sebaiknya praktikan selanjurnya dapat berkoordinasi dengan asisten lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arfiati D, Dina KF, Anugerah P, Budiwardani RH, Lailiyah S, Inayah ZN, Pratiwi RK,
Cokrowati N, 2022. Ikan Nila. UB Media. Malang.
Arifin Z, 2022. Pengaruh Pemberian Hidroterapi (Rendam Kaki Air Hangat)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. MNC
Publishing. Malang.
Chen X, Wu Y, Huang L, Cao H, Hanif M, Peng F, Wu X, Zhang S, 2022. Morphology
and Cytochemical Patterns of Peripheral Blood Cells of Tiger Frog (Rana
rugulosa). PeerJ 13915: 1-21.
D’adamo PJ, Whitney C, 2009. Diabetes. B-first. Yogyakarta.
Domene RL, Manteca A, Abetxuko AR, Beloqui A, Cortajarena AL, 2024. In vitro
Production of Hemin-Based Artificial Metalloenzymes. Chemistry A European
Journal. 30(11): 1-8.
Fitria L, Lia LL, Indah RD, 2016. Pengaruh Antikoagulan dan Waktu Penyimpanan
Terhadap Profil Hematologis Tikus (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769)
Galur Wistar. Jurnal Biosfer. (1) 33: 22-30.
Fitria L, Sarto M, 2014. Profil Hematologi Tikus (Rattus novergicus Berkenhout,
1769) Galur Wistar Jantan dan Betina Umur 4, 6, dan 8 Minggu. Jurnal Ilmiah
Biologi. 2(2): 94-100.
Hendrayati TD, 2015. Pengaruh Rebusan Daun Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban) Terhadap Jumlah Keping Darah (Trombosit) pada Mencit (Mus
musculus L.) dan Pemanfaatannya Sebagai Karya Ilmiah Populer. [Skripsi].
Jember: Universitas Jember.
Hidayat R, 2018. Analisis Profil Sel Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dari
Waduk Wonorejo Tulungagung Jawa Timur. [Skripsi]. Malang: Universitas
Brawijaya.
Hopp MT, Schmalohr BF, Kühl T, Detzel MS, Wißbrock A, Imhof D, 2020. Heme
Determination and Quantification Methods and Their Suitability for Practical
Applications and Everyday Use. ACS Publication Journal. 92(14): 9429-9440.
Lavabetha ARRR, Hidayaturahmah, Muhammar, 2015. Profil Darah Ikan Timopakul
(Periophthalmodon schlosseri) Dari Muara Sungai Barito Kalimantan Selatan.
Jurnal Bioscientiae. 12(1) : 78-89.
Nina, 2020. Kenali Otakmu dengan Golongan Darah. Deepublish. Sleman.
Noradina, Hutagaol A, Siregar Y, 2017. Pemberian Vitamin E Terhadap Fragalitas
Eritrosit Pada Mencit (Mus musculus, L.) Yang Dipapari Tuak. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Imelda. 3(2): 189-197.
Nugroho AR, Nur FM, 2018. Potensi bahan hayati Senagai Imunostimulan Hewan
Akuatik. Deepublish. Jogyakarta.
Nuraini FZ, Muflukhah ND, Nurhasanah S, 2022. Pemeriksaan Golongan Darah
Sistem ABO Rhesus Pada Mahasiswa STIKES Rajekwesi Bojonegoro.
9(2): 489-496.
Nurmartatiti E, 2019. Pengaruh Whey Protein Terhadap Leukosit pada Tikus Pasca
Latihan Maksimal. [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Oktavia S, Arifin H, Duarto E, 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun
Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M. G Price) Terhadap Waktu
Pendarahan, Waktu Pembekuan Darah dan Jumlah Trombosit Mencit Putih
Jantan. Jurnal Farmasi Higea. 9(1): 48-55.
Pribadi T, Indrayanti AL, Yanti EV, 2017. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam
Kegiatan Donor Darah di Palangka Raya. Jurnal Al-Ikhlas. 3(1): 50-58.
Rahman I, Darmawati S, Kartika AI, 2019. Penentuan Golongan Darah Sistem ABO
Dengan Serum dan Reagen Anti-sera Metode Slide. 17(1): 77-85.
Rastogi SC, 2007. Essential of Animal Physiology. New Age International Publishers.
New Delhi.
Rochmah S, 2017. Perbedaan Waktu Pembekuan Darah Kapiler dan Vena pada Ibu
Hamil Trimester III. [Skripsi]. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Saras T, 2023. Anemia. Tiram Media. Semarang.
Sari Y, Tjong DH, Rahayu R, 2016. Gambaran Darah Katak (Fejervarya limnocharis)
di Lahan Pertanian yang Menggunakan Pestisida di Sumatera Barat. Jurnal
Biogenesis. 4(2): 115-121.
Sarkiah, Rimalia A, Iskandar R, 2016. Kesehatan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Gift pada Usaha Ketimba di Desa Masta, Tapin, Kalimantan. Jurnal Ziraa'ah
Majalah Ilmiah Pertanian. 41(3): 341-345.
Tutik, Ningsih S, 2019. Pemeriksaan Kesehatan Hemoglobin di Posyandu Lanjut Usia
(Lansia) Pekon Tulung Agung Puskesmas Gadingrejo Pringsewu. Jurnal
Pengabdian Farmasi Malahayati. 2(1): 22-26.
LAMPIRAN
Aspirator Haemometer
Darah
Dihomogenkan
Hasil
Darah
Dihisap menggunakan pipa kapiler
Ditutup bagian ujung pipa dengan ibu jari dengan ibu jari
dan telunjuk
Tunggu sampai terbentuk benang fibrin lalu patahkan pipa
kapiler
Dicatat waktu beku darah
Hasil
Darah
Hasil
4. Menghitung Jumlah Eritrosit
Darah
Dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda
angka 0,5 atau 1,0 lalu ujung pipet dibersihkan dengan
tissue
Dihisap larutan pengencer (Hayem) sampai tanda 101
dengan cepat dan tanpa menimbulkan gelembung udara
Dilepaskan pipa penghisap (aspirator)
Dilakukan gerakan mengaduk sampai bagian yang
tercampur hanya bagian yang membesar dari pipet, cairan
pada ujung pipet yang tidak ikut terkocok dibuang
Hasil
Darah
Hasil
6. Menghitung Kadar Hb (Hemoglobin)
Tabung Sahli
Darah
Hasil
8. Melihat Proses Hemolisa dan Krenasi
Tabung Reaksi
Darah
Hasil
Darah
Hasil