Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERAN VITAMIN DALAM PENINGKATAN DAYA TAHAN TUBUH


UNGGAS UNTUK PENCEGAHAN FLU BURUNG
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH: NUTRISI TERNAK UNGGAS
DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.Agr

OLEH
KELOMPOK 3
1. FADHIL. M (E10022037)
2. FAIRUZ FITRIA (E10022085)
3. LAMTIAR SIAHOTANG (E10022090)
4. TIARA RAHMATUL HAFIZAH (E10022098)
5. ADRIANSYAH ADJIE PRATAMA (E10022104)
6. RANTI SEPTALINA (E10022115)
7. SHELA NETALYA ULFA (E10022139)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas baik berupa burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang
lain seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini dapat juga mengena pada
puyuh dan burung unta. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian
infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik
Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan
Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi
unggas yang terinfeksi.
Vitamin adalah nutrisi tambahan yang diperlukan bagi tubuh untuk bisa
menunjang kinerja tubuh. Umumnya, vitamin berasal dari makanan dan buah-
buahan yang bersifat organik. Aktivitas berjemur di sinar matahari pagi hari, juga
dapat membantu produksi vitamin D pada tubuh. Tidak semua vitamin dapat
diproduksi oleh tubuh, maka manusia tetap membutuhkan vitamin sebagai nutrisi
tambahan. Jika tidak mendapatkan kadar vitamin yang cukup, kondisi tersebut
bisa menimbulkan beberapa gejala penyakit. Misalnya, saat seseorang kekurangan
asupan vitamin C, maka ia bisa mengalami beberapa gejala, salah satunya
mengalami gusi berdarah atau sariawan.
Mineral merupakan nutrisi mikro berbentuktuk senyawa anorganik yang
menyusun kurang lebih 4% tubuh unggas. Secara garis besar mineral yang
berperan penting dalam proses fisiologis ternak dibedakan menjadi mineral
essensial makro dan mineral essensial mikro. Mineral essensial makro terdiri dari
kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K) dan fosfor (P) sangat
diperlukan untuk membangun tubuh dan pertumbuhan ternak. Mineral esensial
mikro meliputi zat besi (Fe), Tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn) dan iodium
(I) berfungsi dalam aktivitas system enzim dan hormon dalam proses
pertumbuhan ternak serta pembentukan darah.
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui peran


vitamin mineral dalam peningkatan daya tahan tubuh unggas untuk pencegahan
flu burung.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui


peran vitamin mineral dalam peningkatan daya tahan tubuh unggas untuk
pencegahan flu burung.

1.4 Perumusan Masalah

1. Bagaimana peran mineral bagi unggas


2. Bagaimana peran vitamin bagi unggas
3. Cara pencegahan flu burung
BAB II
PEMBAHASAN

Flu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian flu atau
avian influenza (AI). Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dengan diameter 90-120 nanometer. Virus tersebut termasuk
dalam famili Orthomyxoviridae. Secara normal, virus tersebut hanya menginfeksi
ternak unggas seperti ayam, kalkun, dan itik. Namun, data terakhir menyebutkan
bahwa virus AI bisa menginfeksi ternak ruminansia, terutama babi. Walaupun
hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi virus yang terkenal sangat ganas ini,
tetapi yang diketahui jauh lebih rentan adalah jenis unggas yang diternakkan
secara massal seperti ayam, puyuh, dan itik. Virus avian influenza dapat berubah
bentuk (bermutasi) dan bisa menyebabkan epidemi atau pandemi. Peta pandemi
dari salah satu sumber menyebutkan bahwa daerah yang mengalami wabah yang
cukup berat dan luas sejak tahun 2000 terjadi di Asia Timur dan Asia Tenggara.
Virus Al menyerang alat pernapasan, pencernaan, dan sistem saraf unggas
(domestik, eksotik, dan tidak mengenal rentan umur). Oleh karena sifatnya yang
ganas dan mematikan, virus AI tidak hanya menyerang unggas, tetapi ternak lain
seperti babi dan kucing dapat diserangnya. Bahkan manusia pun tak luput dari
serangannya. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B,
dan tipe C. Virus tipe A menyerang hewan, tetapi dapat menyebabkan epidemik
pada manusia. Sementara virus tipe B dan C tidak menyerang hewang, hanya
manusia.
Dalam virus tipe A mempunyai 15 hemaglutinin (H1-H15) dan 9
neuramidase (N1-N9). Jika keduanya dikombinasikan maka terdapat 135
kemungkinan subtipe virus yang bisa muncul. Beberapa jenis subtipe (strain) yang
sudah dikenal antara lain H1N1, H1N2, H2N2, H3N3, H5N1, H7N7, dan H9N1.
Beberapa di antara subtipe virus tersebut dikenal sangat ganas, yaitu H5 dan H7.
Subtipe virus yang ditemukan mewabah dan menyebabkan terjadinya flu
burung di beberapa negara Asia adalah H5N1. Subtipe H5N1 ini pertama kali
ditemukan di Italia pada tahun 1878 dan sangat cepat menular pada unggas serta
cepat menyebabkan kematian. Virus H5N1 termasuk tipe ganas, tetapi peka
terhadap panas. Virus ini dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu
ºC dan lebih dari 30 hari pada suhu o C Namun, virus ini akan mati pada
pemanasan dengan suhu minimal 60°C selama 3 jam. Semakin tinggi suhu, virus
semakin mudah mati. Dengan demikian, jika mengonsumsi hewan ternak atau
unggas yang terinfeksi virus ini tidak akan menular asalkan dilakukan pemanasan
dengan suhu tinggi. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat
bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60° C selama 30 menit.
Dalam praktek breeding hewan, unsur-unsur mineral secara histori
diidentifikasi dengan konsep senyawa-senyawa mineral (Bahasa Jerman : mineral
stoffe, Perancis : matiere minerale). Alasan dari fakta-fakta ini telah ditetapkan
mungkin berdasarkan kenyataan bahwa unsur mineral seringkali masuk/ikut serta
dalam organisme dalam bentuk persenyawaan kompleks, sedangkan analisis
mineral meliputi studi tentang abu, dimana unsur-unsur disajikan sebagai garam
dan oksida-oksida. Bagaimanapun, percobaan proses-proses metabolik yang
berhubungan dengan unsur-unsur mineral adalah spesifik. Tingkat persenyawaan
mineral pakan untuk hewan juga telah diperhitungkan terhadap basis dari
komposisi unsur-unsur tersebut.
Kepentingan masing-masing garam mineral, khususnya NaCl, dalam
pemberian pakan pada hewan lokal telah diketahui sejak dahulu, dan percobaan
pertama terhadap peranan yang dimainkan oleh mineral makro dan mikro dalam
kehidupan tanaman dan hewan telah dilaksanakan lebih dari satu abad yang lalu
(lihat ringkasan sejarah). Bagaimanapun, studi mengenai metabolisme mineral
dan pemberian mineral pada ternak sebagai suatu cabang dari Ilmu Biologi,
sesungguhnya dimulai sejak tahun 1920 atau 1930. Selama periode tersebut,
percobaan-percobaan yang meliputi penggunaan ransum sintetik yang defisien
mineral makro dan mikro telah diintroduksikan dan dikembangkan, serta
interkoneksi antara komposisi unsur kimia dari organisme dengan komposisi
unsur kimia dari kerak bumi telahmulai diteliti (Vernadsvii). Ilmu-ilmu Kimia dan
fisiologi telah siap secukupnya pada saat yang memungkinkan komposisi kimia
abu dari ternak dan jaringan tanaman ditentukan, juga para ahli telah mengetahui
kenyataan bahwa unsur-unsur tertentu - kalsium, natrium, tembaga, besi, iodium -
merupakan komponen-komponen esensial dari bahan makanan ternak.
Fungsi unsur mineral essensial bagi tubuh :
a) Sebagai komponen struktur kerangka
b) Memelihara sistem koloid tubuh, dan mengatur beberapa sifat fisik sistem
koloidal
(viskositas, difusi, tekanan osmotik)
c) Mengatur keseimbangan asam-basa
d) Sebagai komponen atau aktivator enzim dan/atauunit atau sistem biologis
lainnya.
Beberapa mineral essensial memberikan fungsi bagi tubuh hanya dengan
satu cara; sedangkan beberapa unsur lainnya mampu memberikan keempat macam
fungsi tersebut di atas. Sebagaimana kita membahas masing-masing unsur
tersebut, kita dapat membahas fungsi masing-masing, sehingga mempunyai alasan
yang fundamental untuk memasukkan unsur-unsur tersebut di dalam makanan
atau ransum. Jumlah mineral esensial dipercaya sama untuk seluruh spesies,
dengan satu
kekecualian : kobalt perlu ditambahkan pada ransum ternak herbivora. Kenyataan
ini menimbulkan pertanyaan : Apakah organisme yang lebih tinggi biasanya
membutuhkan kobalt atau mereka hanya membutuhkannya untuk menyuplai
kebutuhan mikroflora di dalam saluran pencernaan yang akan menggunakannya
sebagai unit pembangun di dalam sintesis Vitamin B12.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

BAB II
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai