2023
(TAHAP HEURISTIK)
I. ALIH AKSARA
I. KRITIK EKSTERNAL
1. Kondisi fisik manuskrip naskah kuno ini masih dalam kondisi utuh dan
terbaca jelas.
2. Manuskrip naskah kuno ini ditemukan pada situs web
“digitalcollections.universiteitleiden.nl”, yang mana situs web ini
menyediakan berbagai naskah kuno, koran, majalah, jurnal atau buku yang
mengandung nilai sejarah berbahasa Indonesia dalam penulisan arab yang
didigitalisasikan.
3. Naskah Kuno ini diterbitkan di Nusantara, Indonesia
4. Berdasarkan keterangan, naskah kuno ini berjenis syair asal nusantara yang
terpengaruh penulisan syair Arab
II. KRITIK INTERNAL
1. Manuskrip ini berisi syair-syair pada setiap halamannya. Syair tersebut terdiri
dari 16 baris, yang terbagi menjadi 8 bait. Naskah ini ditulis dengan huruf
Arab-Melayu menggunakan tinta hitam alaman pertama Syair Burung ini
berisikan tentang wahyu Allah yang turun pada zaman nabi dengan perantara
kalam dan juga kertas.
1
2
(TAHAP INTERPRETASI)
Manuskrip sebagai naskah kuno yang sangat langka, menjadi salah satu
bentuk kekayaan nusantara. Keberadaannya yang tersebar di berbagai daerah seantero
nusantara, membuat para pegiat naskah kuno terkendala untuk meneliti lebih lanjut atau
mendata keberadaan naskah. Maka dari itu terbentuklah beberapa organisasi yang melakukan
digitalisasi naskah dengan tujuan pelestarian. Naskah yang telah didigitalisasi selanjutnya
diterbitkan dibeberapa situs agar mempermudah masyarakat atau pegiat naskah untuk
menelitinya.
Bentuk dan hasil digitalisasi sangat bergantung pada kualitas naskah tersebut. Ada
beberapa naskah yang sudah tua dan tidak dirawat dengan baik oleh pemilikinya, sehingga
kualitas naskah yang sangat rentan. Hal ini membuat para peneliti harus lebih hati-hati dalam
mendigitalisasi, karena kualitas kertas yang mudah rusak.
Keindahan Syair Burung Asal Nusantara yang Terpengaruh Penulisan Syair Arab
Manuskrip sebagai naskah kuno yang sangat langka, menjadi salah satu bentuk kekayaan
nusantara. Keberadaannya yang tersebar di berbagai daerah seantero nusantara, membuat
para pegiat naskah kuno terkendala untuk meneliti lebih lanjut atau mendata keberadaan
naskah.
Maka dari itu terbentuklah beberapa organisasi yang melakukan digitalisasi naskah
dengan tujuan pelestarian. Naskah yang telah didigitalisasi selanjutnya diterbitkan dibeberapa
situs agar mempermudah masyarakat atau pegiat naskah untuk menelitinya.
Kegiatan digitalisasi ini perlu diapresiasi dengan melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap naskah-naskah tersebut. Salah satu naskah hasil digitalisasi yang terdapat pada
Perpustakaan Nasional adalah naskah kuno dengan judul Syair Burung.
Manuskrip dengan judul Syair Burung ini terdapat pada laman Perpustakaan Nasional
dengan total 70 halaman, beberapa halaman diantaranya merupakan halaman kosong karena
tulisan yang tidak dapat terbaca disebabkan oleh usia naskah yang sudah cukup tua. Namun,
tidak sedikit juga lembaran yang masih dapat terbaca dengan baik.
Manuskrip ini berisi syair-syair pada setiap halamannya. Syair tersebut terdiri dari 16
baris, yang terbagi menjadi 8 bait. Naskah ini ditulis dengan huruf Arab-Melayu
menggunakan tinta hitam. berisikan tentang wahyu Allah yang turun pada zaman nabi dengan
perantara kalam dan juga kertas. ini mendapat pengaruh dari syair Arab karena susunannya
yang serupa. Dalam syair arab terdapat istilah bahr rajaz, syair ini serupa dengan bahr rajaz
dari segi potongan-potongan suku kata. Jumlah suku kata pada setiap bait syair ini berkisar
antara 10 hingga 12 suku kata. Selain itu, yang membuat naskah ini menjadi menarik untuk
dibaca karena pada tiap bait dalam syair burung ini menunjukkan bunyi akhir yang sama.
Peristiwa tersebut dalam syair arab dibahas dalam ilmu qawafi. Hal ini lah yang menjadi
keunikan dan keindahan dari Syair Burung. Para pembaca syair ini akan merasa dimanjakan
dengan keindahan cara penulisan dan arti yang terdapat dalam syair ini.
Dari syair burung ini saya menemukan bahwa naskah-naskah kuno memiliki
keindahan tersendiri. Dengan keindahan yang dimilikinya membuat para pembaca merasa
takjub dengan gaya penulisan bahkan makna yang disampaikan. Sangat disayangkan jika
keindahan yang terdapat dalam naskah-naskah kuno diabaikan. Sebagai bentuk kepedulian,
masyarakat perlu melestarikan naskah, dengan caranya masing-masing, agar keindahan ini
dapat tersampaikan kepada seisi dunia.
(HISTORIOGRAFI)
Naskah Kuno ini berupa syair yang menjelaskan tentang wahyu yang di turunkan
tuhan melalui perantara dan wahyu tersebut merupakan ucapan tuhan langsung untuk nabi
alaihi salam yang diperwujudkan melalui dakwah kertas dan juga syiar tentang keagamaan.
Yang menerangkan cara beragama dengan baik, sifat ketuhanan, takdir dari tuhan yang nyata
sehingga tidak ada dusta didalamnya.
Di dalam tulisan syair juga menegaskan bahwasanya banyak kisah yang sudah terjadi
dari pendahulu sekarang ada yang datang dan pergi maksudnya ada yang taat dan juga ingkar.
Maka dari itu kebenaran hanya milik tuhan dan jalankan ajaran serta tinggalkan larangan.