I
Pemahaman PBJ Buku
Peserta
KATA PENGANTAR
Pendidikan dan pelatihan (diklat) Jabatan Fungsional Pemeriksa
(JFP) merupakan diklat berjenjang yang ditujukan untuk
menyiapkan pemeriksa agar dapat melaksanakan peran dan
tanggung jawab sesuai dengan jenjang jabatan fungsional
pemeriksa yang dituju. Diklat JFP dilaksanakan untuk setiap
jenjang yaitu Pemeriksa Ahli Pertama, Pemeriksa Ahli Muda,
Pemeriksa Ahli Madya, dan Pemeriksa Ahli Utama.
Pengembangan kompetensi yang diperlukan dalam setiap jabatan
fungsional pemeriksa dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang tertuang dalam
bentuk kurikulum, silabus, dan bahan ajar. Dengan demikian, peserta yang lulus diklat
ini diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai jabatannya dan layak
untuk diangkat dalam jabatan fungsional pemeriksa.
Diklat JFP akan dilaksanakan dengan metode blended learning yaitu dengan
menggunakan teknik belajar konvensional dan teknik belajar dengan memanfaatkan
teknologi informasi (e-learning). Pelaksanaan pembelajaran akan dilakukan dengan
pendekatan andragogi atau pembelajaran orang dewasa dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman. Dengan metode belajar ini,
diasumsikan peserta sudah mengetahui kebutuhan akan pengetahuan, keterampilan
teknis dan keterampilan sikap yang harus dikembangkan untuk menjalankan
jabatannya. Dengan demikian, Buku Peserta ini hanya sebagai acuan minimal dan
peserta diklat didorong untuk mencari informasi-informasi lain yang akan melengkapi
dan memastikan tercapainya standar kompentensi diklat yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan fasilitas pembelajaran seperti perpustakaan, internet atau media lainnya
yang tersedia.
Selamat belajar dan salam sukses.
ii
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku
Peserta
DAFTAR ISI
iii
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku
Peserta
BAB IV ....................................................................................................................... 41
PELAKSANAAN PBJ MELALUI PENYEDIA................................................................ 41
A. PELAKSANAAN PEMİLİHAN PENYEDİA ....................................................................... 42
B. TENDER/SELEKSİ GAGAL ......................................................................................... 44
C. PELAKSANAAN KONTRAK ........................................................................................ 45
D. PENGADAAN KHUSUS ............................................................................................. 48
BAB V ......................................................................................................................... 52
USAHA KECIL, PRODUK DALAM NEGERI DAN PENGADAAN BERKELANJUTAN .. 52
A. PERAN SERTA USAHA KECİL. ................................................................................... 53
B. PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERİ.................................................................... 53
C. PENGADAAN BERKELANJUTAN. ................................................................................ 54
BAB VI ........................................................................................................................ 56
PBJ DENGAN SWAKELOLA ....................................................................................... 56
A. PERENCANAAN SWAKELOLA .................................................................................... 57
B. PERSİAPAN SWAKELOLA ......................................................................................... 57
C. PELAKSANAAN SWAKELOLA .................................................................................... 58
BAB VII ....................................................................................................................... 61
PENGAWASAN DAN PENGADUAN .......................................................................... 61
A. PENENTUAN JUMLAH DEPRESİASİ ............................................................................ 62
B. PENGADUAN.......................................................................................................... 62
C. SANKSİ ................................................................................................................. 63
BAB VIII ...................................................................................................................... 65
RISIKO PENYIMPANGAN PADA PBJ ........................................................................ 65
A. TAHAP PERENCANAAN PENGADAAN ......................................................................... 66
B. TAHAP PEMİLİHAN PENYEDİA .................................................................................. 73
C. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN, SERAH TERİMA PEKERJAAN DAN PEMBAYARAN ...... 76
D. POİN PENTİNG TERKAİT PEMERİKSAAN PBJ .............................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ Error! Bookmark not defined.
iv
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, peserta diklat mampu memahami proses bisnis pengelolaan
pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditunjukkan oleh kompetensi dasar sebagai berikut:
1. Memahami gambaran umum pengadaan sesuai peraturan perundangan dan aturan-aturan
pelaksanaan/teknisnya.
2. Memahami proses perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melalui penyedia.
5
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Metodologi Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah metode orang dewasa
(andragogi), yakni:
1. Ceramah yang dikombinasikan dengan tanya jawab;
2. Mengerjakan latihan/studi kasus yang disediakan di setiap akhir bab; dan
3. Diskusi kelompok untuk menganalisis permasalahan dan mengkritisi permasalahan/studi
kasus yang berkaitan dengan materi diklat mengidentifikasi masalah.
Struktur Modul
Buku peserta Pemahaman PBJ ini disusun dengan kerangka bahasan sebagai berikut:
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan penjelasan umum sebagai gambaran menyeluruh atas
isi modul meliputi deskripsi singkat mata diklat, tujuan pembelajaran,
metodologi pembelajaran dan deskripsi singkat struktur modul.
BAB I GAMBARAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA
Bab ini memuat tentang definisi Pengadaan Barang/Jasa (PBJ), ruang lingkup
PBJ, tujuan PBJ pemerintah, prinsip PBJ, etika PBJ, kebijakan-kebijakan PBJ,
pelaku PBJ, dan tahapan PBJ.
BAB II PERENCANAAN PBJ
Bab ini memuat tentang ruang lingkup perencanaan, perencanaan pengadaan
melalui penyedia, dan pengumuman RUP.
BAB III PERSIAPAN PENGADAAN MELALUI PENYEDIA BARANG/JASA
Bab ini memuat tentang spesifikasi teknis, Harga Perkiraan Sendiri (HPS),
penentuan jenis kontrak, rancangan kontrak, dan bentuk kontrak, jaminan
dalam PBJ, penetapan metode kualifikasi, penetapan metode pemilihan
penyedia, metode penyampaian penawaran, metode evaluasi penawaran,
6
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
7
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
8
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Bab I
GAMBARAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat
memahami gambaran umum pengadaan sesuai peraturan perundangan dan aturan-aturan
pelaksanaan/teknisnya.
9
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
A. Definisi
Definisi Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) Pemerintah menurut Peraturan Presiden No. 16 tahun
2018 sebagaimana diubah dalam Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2021 adalah kegiatan PBJ
oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah (KLPD) yang dibiayai oleh APBN/APBD yang
prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
Dari definisi tersebut ada beberapa poin penting yang perlu dipahami yaitu:
1. Kegiatan PBJ;
2. Dilakukan oleh KLPD yang dibiayai oleh APBN/APBD;
3. Dimulai sejak identifikasi kebutuhan, artinya barang/jasa yang akan diadakan adalah
berdasarkan kebutuhan dan dalam hal ini terdapat analisis kebutuhan; dan
4. Sampai serah terima hasil pekerjaan, artinya pekerjaan telah benar-benar dinyatakan
selesai, sesuai kontrak dan siap untuk dimanfaatkan.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa titik awal dari kegiatan PBJ adalah adanya kebutuhan
barang/jasa. Kegiatan tersebut diakhiri dengan adanya serah terima hasil pekerjaan sesuai
dengan kontrak.
Kegiatan PBJ pada organisasi pemerintah secara umum dilaksanakan dalam dua kelompok
besar kegiatan yaitu kegiatan operasional dan kegiatan pembangunan dalam bentuk investasi.
PBJ dalam kegiatan operasional umumnya dilakukan untuk menunjang kegiatan operasional
sehari-hari yang sifatnya berulang secara terus menerus dan mempunyai pola kebutuhan
pengadaan yang tetap, misalkan pembelian alat tulis kantor, atau kebutuhan lain untuk
mendukung jasa pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan PBJ dalam kegiatan investasi
dilakukan setelah adanya kajian secara keeknomian dengan beberapa indikator kelayakan yang
pada akhirnya didapat kesimpulan bahwa suatu investasi layak untuk untuk dilakukan. Investasi
tersebut dilakukan dalam rangka menambah peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang
diwujudkan dalam bentuk proyek-proyek, seperti proyek infrastruktur, inisiatif pengembangan
sumberdaya manusia dan proyek-proyek lain.
Barang/jasa dapat digolongkan menjadi empat jenis, PBJ sebagaimana disebutkan dalam Pasal
3 Perpres 16 tahun 2018 beserta perubahannya yaitu Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa
Konsultansi dan Jasa Lainnya, dengan definisi sebagai berikut:
1. Barang, yaitu setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh
10
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
pengguna barang. Pengadaan Barang dapat meliputi bahan baku, barang setengah jadi,
barang jadi/peralatan, dan mahluk hidup. Contoh pengadaan Barang antara lain laptop,
meja, software, bibit tanaman, ternak dll.
2. Pekerjaan Konstruksi, yaitu keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan. Contoh Pekerjaan Konstruksi antara lain pembangunan gedung,
jembatan, dll.
3. Jasa Konsultansi, adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di
berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah piker atau brainware. Contoh
Jasa Konsultansi anta lain jasa perencanaan, jasa rekayasa, jasa pengawasan, penasihat
hukum, dll.
4. Jasa Lainnya, yaitu jasa nonkonsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan,
metodologi khusus, dan/atau keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang
telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Contoh Jasa
Lainnya antara lain jasa kebersihan, jasa katering, jasa sewa, akomodasi, dll.
Keempat jenis tersebut dapat dilakukan secara terintegrasi dengan melihat kondisi penyedia di
pasar serta mempertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi.
C. Tujuan
PBJ Pemerintah bertujuan sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Perpres 16 tahun 2018
beserta perubahannya untuk:
1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek
kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan penyedia.
2. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Penggunaan produk dalam negeri
diharapkan menumbuhkembangkan produksi dalam negeri, menghidupkan industri
pendukung dan bahkan industri baru, membuka lebih banyak lapangan pekerjaan,
11
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
D. Prinsip PBJ
Terdapat tujuh prinsip dalam melaksanakan proses PBJ sebagaimana disebutkan dalam pasal 6
12
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
E. Etika PBJ
Etika ini harus dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam PBJ, etika PBJ sebagaimana
disebutkan dalam pasal 7 Perpres 16 tahun 2018 beserta perubahannya meliputi:
13
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan PBJ.
2. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan dokumen PBJ yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
PBJ.
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
terjadinya persaingan tidak sehat.
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis para pihak.
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses PBJ. Yang dimaksud dengan
pertentangan kepentingan di sini adalah:
a. Direksi, Dewan Komisaris, atau personel inti pada suatu badan usaha, merangkap
sebagai direksi, dewan komisaris, atau personel inti pada badan usaha lain yang
mengikuti tender/seleksi yang sama.
b. Konsultan perencana/pengawas dalam Pekerjaan Konstruksi bertindak sebagai
pelaksana Pekerjaan Konstruksi yang direncanakan/diawasinya kecuali dalam
pelaksanaan pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.
c. Konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai konsultan perencana.
d. Pengurus/manajer koperasi merangkap sebagai PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan pada pelaksanaan PBJ di KLPD;.
e. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pegadaan baik langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau menjalankan badan usaha penyedia.
f. Beberapa badan usaha yang mengikuti tender/seleksi yang sama. Dikendalikan baik
langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang sama, dan/atau kepemilikan
sahamnya lebih dari 50% dikuasai oleh pemegang saham yang sama.
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara.
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang maupun kolusi dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara.
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima
hadiah, imbalan, komisi dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau
patut diduga berkaitan dengan PBJ.
14
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
G. Pelaku PBJ
Terdapat beberapa pelaku PBJ. Masing-masing memiki tugas dan wewenang tersendiri. Para
pelaku PBJ meliputi:
1. Pengguna Anggaran (PA)
2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
4. Pejabat Pengadaan
5. Pokja Pemilihan
6. Agen Pengadaan
7. Penyelenggara Swakelola
8. Penyedia Barang/Jasa
Selain pihak-pihak tersebut, terdapat pihak-pihak sebagai pendukung dalam PBJ yaitu:
1. Tim teknis yang ditetapkan PA
2. Tim juri/tim ahli yang ditetapkan PA untuk membantu dalam proses kontes/sayembara
3. Tim pendukung yang ditetapkan PPK
4. Tim ahli atau tenaga ahli yang ditetapkan PPK
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaku Pengadaan diatur dalam Peraturan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 15 tahun 2018.
15
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
16
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Dalam melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya, KPA dapat dibantu oleh pengelola
pengadaan dan KPA pada Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari
APBD, dapat merangkap sebagai PPK.
17
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas
melaksanakan pengadaan langsung, penunjukan langsung, dan/atau e-purchasing. Adapun
tugas dari pejabat pengadaan adalah sebagai berikut.
1. Melaksanakan persiapan dan Pelaksanaan untuk:
a. Pengadaan langsung
b. Penunjukan langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya
yang bernilai paling banyak Rp200 juta dan untuk pekerjaan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling banyak Rp100 juta.
2. Melaksanakan e-purchasing yang bernilai paling banyak Rp200 juta.
Pokja Pemilihan
Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh Unit Kerja PBJ (UKPBJ)
untuk mengelola pemilihan penyedia. Jumlah anggota adalah tiga orang dan dengan
mempertimbangkan kompleksitas pekerjaan dapat ditambah sepanjang berjumlah gasal.
Tugas-tugas Pokja Pemilihan adalah:
1. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia kecuali E-purchasing dan
Pengadaan Langsung.
2. Menetapkan Pemenang Pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan:
a. Tender/penunjukan langsung/E-purchasing untuk paket pengadaan Barang/Pekerjaan
Konsruksi/Jasa Lainnya dengan nilai pagu anggaran paling banyak Rp100 miliar.
b. Seleksi/Penunjukan langsung untuk paket pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai
pagu anggaran paling banyak di atas Rp10 miliar.
Dalam melaksanakan tugasnya, Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh tim ahli atau tenaga ahli.
Ketentuan lebih lanjut mengenai UKPBJ diatur lebih lanjut dalam Peraturan LKPP Nomor 14
tahun 2018.
Agen Pengadaan
Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau pelaku usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh
pekerjaan PBJ yang diberi kepercayaan oleh KLPD sebagai pihak pemberi pekerjaan. Dengan
demikian proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa dilakukan oleh agen pengadaan di luar
KLPD bahkan pihak swasta. Pelaksanaan tugas Agen pengadaan mutatis mutandis (sama persis)
18
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
dengan tugas pokja pemilihan dan/atau PPK. Ketentuan lebih lanjut mengenai Agen Pengadaan
diatur dalam Peraturan LKPP Nomor 16 tahun 2018.
Penyelenggara Swakelola
Penyelenggara Swakelola adalah tim yang menyelenggarakan kegiatan secara swakelola.
Penyedia Barang/Jasa. Tim Penyelenggara Swakelola dibagi menjadi tiga yaitu Tim Persiapan,
Tim Pelaksana dan Tim Pengawas. Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana
kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya. Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan,
mencatat, mengevaluasi, dan melaporkan secara berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan
penyerapan anggaran. Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan
fisik maupun administrasi Swakelola. Penyelenggara Swakelola dapat dibantu oleh Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa.
Penyedia
Penyedia adalah pelaku usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak. Pelaku
usaha sendiri adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Penyedia wajib memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa yang diadakan dan sesuai
dengan kententuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan pekerjaan
menyediakan barang/jasa, penyedia bertanggung jawab terhadap:
1. Pelaksanaan Kontrak;
2. Kualitas Barang/Jasa;
3. Ketepatan perhitungan jumlah atau volume; dan
4. Ketepatan waktu dan tempat penyerahan.
H. Tahapan PBJ
Secara garis besar tahapan PBJ terdiri dari tiga tahapan besar yaitu:
1. Perencanaan Pengadaan
2. Persiapan
3. Pelaksanaan
Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan terbagi menjadi dua cara, yaitu melalui Penyedia dan
dengan cara swakelola. Uraian masing-masing tahapan terlihat pada gambar berikut:
19
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Dari uraian di atas terlihat bahwa PBJ dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui penyedia
dan melalui swakelola. Selain itu terdapat tiga tahapan besar yaitu perencanaan, persiapan
pelaksanaan. Selanjutnya, pembahasan modul akan mengikuti tahapan dan untuk pengadaan
melalui swakelola akan dibahas pada bab tersendiri.
Soal Latihan
1. Jelaskan mengapa Pengadaan Barang/Jasa harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
prinsip pengadaan yang berlaku!
2. Dalam pelaksanaan tender katering, UKPBJ Kementerian Desa menetapkan persyaratan
kualifikasi bagi Penyedia, yaitu:
a. Mempunyai sertifikat higienis sanitasi yang masih berlaku.
b. Mempunyai sekurang-kurangnya 2 (dua) juru masak dan 1 (satu) ahli gizi.
c. Mempunyai dapur milik sendiri yang berlokasi kurang dari 10 km dari lokasi
Kementerian.
Apakah persyaratan yang ditetapkan tersebut sudah sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku, jelaskan!
20
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
21
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Bab II
PERENCANAAN PBJ
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat
memahami proses perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melalui penyedia.
22
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
23
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
C. Pengumuman RUP
Hasil Perencanaan Pengadaan dituangkan dalam RUP yang ditetapkan dan diumumkan oleh
PA/KPA. Pengumuman RUP Kementerian/Lembaga dilakukan setelah penetapan alokasi
anggaran belanja. Sementara itu, RUP Perangkat Daerah diumumkan setelah rancangan Perda
tentang APBD disetujui bersama oleh Pemda dan DPRD. RUP diumumkan melalui aplikasi
Sisitem Informasi RUP (SIRUP). Selain dalam aplikasi SIRUP, RUP dapat ditambahkan dalam
situs web KLPD, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar, maupun media
lainnya.
Soal Latihan
1. Pada dasarnya penyebutan merk dalam penyusunan spesifikasi teknis dilarang dalam
proses pengadaan (hanya dimungkinkan dalam hal-hal tertentu saja), jelaskan mengapa!
24
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
2. Suatu Kementerian berencana melaksanakan pengadaan alat tulis kantor dengan pagu
anggaran Rp3 miliar, jelaskan berapa jumlah paket yang dapat ditetapkan oleh PA
Kementerian tersebut!
3. Jelaskan apa yang anda pahami tentang konsolidasi pengadaan!
25
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
26
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Bab III
PERSIAPAN PENGADAAN MELALUI PENYEDIA BARANG/JASA
Tujuan pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan memahami proses persiapan pengadaan
barang/jasa melalui penyedia.
27
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Tahap persiapan pengadaan berbeda dengan tahap perencanaan. Jika tahap perencanaan
bersifat global, tahap persiapan bersifat lebih detail ke masing-masing paket pekerjaan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tahap persiapan adalah daftar barang/jasa di e-
katalog, kriteria barang/jasa keadaan tertentu, nilai paket pekerjaan, dan jenis barang. Dalam tahap
persiapan kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Spesifikasi Teknis/KAK;
2. Penetapan HPS;
3. Penetapan Rancangan Kontrak;
4. Penetapan Uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan,
sertifikat garansi dan penyesuaian harga;
5. Penetapan metode kualifikasi;
6. Penetapan metode pemilihan penyedia;
7. Penetapan metode penyampaian dokumen penawaran;
8. Penetapan jadwal pemilihan; dan
9. Penetapan Dokumen Pemilihan.
Aturan pelaksanaan persiapan PBJ melalui Penyedia diatur lebih lanjut dalam Bab II Lampiran
Peraturan LKPP Nomor 9 tahun 2018.
A. Spesifikasi Teknis
Penyusunan Spesifikasi Teknis pada tahap persiapan berusaha menyesuaikan spesifikasi teknis
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan kondisi sebenarnya. Misalnya melihat
28
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
perkembangan harga pasar, ketersediaan barang/jasa di pasar, atau barang yang sudah tidak
diproduksi. Ketentuan penyusunan masih sama dengan ketentuan pada tahap perencanaan.
PPK bertanggung jawab menetapkan spesifikasi teknis dan dalam menyusunnya PPK dapat
dibantu oleh tim teknis/tim pendukung atau tim ahli. Pokja pemilihan juga bisa memberikan
pertimbangan tentang spesifikasi teknis yang disusun PPK jika tidak relevan dengan kondisi
pasar. Penyusunan Spesifikasi Teknis ini berguna bagi penyedia barang/jasa sebagai acuan
dalam menyampaikan penawaran dan bagi UKPBJ dalam menyusun dokumen pengadaan dan
mengevaluasi penawaran.
29
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
keahlian dan menggunakan data yang dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Selain itu perlu
dilihat, seandainya HPS terlalu tinggi dari harga pasar, apakah itu suatu kelalaian atau suatu
kesengajaan. Hal itu yang perlu didalami sehingga kausalitas HPS yang bermasalah dan
berakibat pada gagalnya pengadaan baran/jasa bahkan mungkin kerugian negara bisa
terkonstruksi dengan baik.
C. Penentuan Jenis Kontrak, Rancangan Kontrak, dan Bentuk Kontrak
Meskipun belum ada hasil pemilihan penyedia dan kontrak belum ditandatangani, rancangan
kontrak harus disusun terlebih dahulu. Selain itu jenis kontrak harus ditetapkan di awal.
Penentuan jenis kontrak ini berpengaruh terhadap pembayaran dan bisa menjadi salah satu
modus untuk melakukan tindakan kecurangan. Pihak yang menentukan jenis kontrak dan
menyusun rancangan kontrak adalah PPK, karena nanti PPK yang akan bertandatangan di
kontrak bersama dengan penyedia yang terpilih.
1. Jenis-Jenis Kontrak
Jenis kontrak dibedakan menurut jenis barang/jasa yang diadakan sebagai berikut:
a. Kontrak Lumsum
Kontrak lumsum merupakan kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah
harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu, dengan ketentuan:
1) Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.
2) Berorientasi pada keluaran.
3) Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai
dengan isi kontrak.
Contoh kotrak lumsum: pengadaan peralatan kantor, Pekerjaan Konstruksi
Terintegrasi, pengadaan jasa boga dan sewa gedung.
b. Kontrak Harga Satuan
Kontrak Harga Satuan merupakan kontrak pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan harga satuan yang tetap untuk setiap satuan atau
30
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
31
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
ditambah imbalan dengan persentase tetap atas biaya aktual atau imbalan dengan
jumlah tetap.
g. Kontrak berdasarkan waktu penugasan
Kontrak berdasarkan waktu penugasan merupakan kontrak Jasa Konsultansi untuk
pekerjaan yang ruang lingkupnya belum bisa didefinisikan dengan rinci dan/atau waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan.
h. Kontrak Tahun Jamak
Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang membebani
lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pejabat
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dapat
berupa:
1) pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan.
2) pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.
3) pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka
waktu lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran dan paling lama 3 (tiga) tahun
anggaran.
PPK dapat menggunakan selain jenis Kontrak sebagaimana dimaksud di atas sesuai
dengan karakteristik pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dalam menetapkan jenis Kontrak,
PPK harus memperhatikan prinsip efisien, efektif dan tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Penyusunan Rancangan Kontrak
PPK harus menyusun rancangan kontrak sebelum proses pemilihan penyedia. Dalam
rancangan kontrak tersebut telah disebutkan jenis kontrak, rancangan spesifikasi teknis
termasuk cara pembayaran. LKPP dan Kementerian PU juga menyediakan template
rancangan kontrak yang bisa dimodifikasi oleh PPK sesuai kebutuhan.
3. Bentuk-bentuk Perjanjian/Kontrak
Kontrak PBJ yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan
Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola. Bentuk perjanjian tergantung pada nilai
transaksi antara PPK dengan penyedia jasa. Bentuk perjanjian atau disebut sebagai bukti
perjanjian terdiri dari lima jenis sebagai berikut:
a. Bukti Pembelian, digunakan untuk pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang nilainya sampai
dengan Rp10 juta.
32
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
b. Kuitansi, digunakan untuk pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang nilainya sampai dengan
Rp50 juta;
c. Surat Perintah Kerja, untuk pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang nilainya diatas Rp50
juta sampai dengan Rp200 juta, Pekerjaan Konstruksi yang nilainya sampai dengan Rp
200 juta dan pengadaan Jasa Konsultansi yang nilainya sampai dengan Rp100 juta;
d. Surat Perjanjian, untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
nilainya di atas Rp200 juta dan pengadaan Jasa Konsultasi yang nilainya di atas Rp100
juta.
e. Surat Pesanan, digunakan untuk PBJ melalui e-purchasing.
Ketentuan mengenai bukti pendukung untuk masing-masing bentuk Kontrak dilakukan
sesuai peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan negara atau peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang
pemerintahan dalam negeri.
33
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
a. Jaminan Penawaran;
b. Jaminan Sanggah Banding;
c. Jaminan Pelaksanaan;
d. Jaminan Uang Muka; dan
e. Jaminan Pemeliharaan.
Detail tentang jaminan diatur dalam pasal 30 sampai dengan pasal 36 Perpres Nomor 16
tahun 2018.
3. Sertifikat Garansi
Sertifikat Garansi diberikan terhadap kelaikan penggunaan barang hingga jangka waktu
tertentu sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak.
4. Penyesuaian harga
Penyesuaian harga dilakukan dengan ketentuan:
a. Untuk Kontrak Tahun Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan atau Kontrak
berdasarkan Waktu Penugasan
b. Tata cara penghitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam
Dokumen Pemilihan dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Kontrak.
34
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
35
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Tender digunakan apabila PBJ tidak dapat menggunakan empat metode yang telah
disebutkan sebelumnya di atas. Dengan demikian metode pemilihan penyedia tersebut di
atas adalah urutan pilihan metode yang digunakan.
Adapun metode pemilihan penyedia untuk jasa konsultansi ada tiga, yaitu:
1. Seleksi
Metode ini dilaksanakan untuk jasa konsultansi bernilai paling sedikit Rp100 juta.
2. Pengadaan Langsung
Pengadaan langsung digunakan pengadaan yang bernilai maksimal Rp100 juta.
3. Penunjukan langsung
Digunakan untuk jasa konsultansi dalam keadaan tertentu yang meliputi:
a. Hanya dapat dilakukan satu penyedia;
b. Hanya dapat dilakukan satu pemegang hak cipta atau mendapat izin dari pemegang hak
cipta;
c. Jasa konsultansi bidang hukum yang sifatnya harus segera dan tidak dapat ditunda; dan
d. Permintaan berulang untuk penyedia yang sama. Permintaan berulang dilakukan
maksimal dua kali.
36
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
1. Sistem Nilai
Harga penawaran penyedia dipengaruhi oleh kualitas teknis, sehingga penetapan
pemenang berdasarkan kombinasi perhitungan penilaian teknis dan harga.
2. Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis
Memperhitungkan faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya pemeliharaan,
dan nilai sisa dalam jangka waktu operasi tertentu. Penentuan Pemenang berdasarkan nilai
Biaya Selama Umur Ekonomis yang terendah.
3. Harga Terendah
Harga menjadi dasar penetapan pemenang di antara penawaran yang memenuhi
persyaratan teknis, penetapan pemenang dilakukan terhadap Peserta Tender yang
memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan penawaran harga terendah.
4. Kualitas dan Biaya
Digunakan untuk pekerjaan yang ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu
penyelesaian pekerjaan dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK dan besarnya biaya dapat
ditentukan dengan jelas dan tepat. Penentuan Pemenang berdasarkan nilai kombinasi
terbaik kualitas penawaran teknis dan biaya, yang dilanjutkan dengan klarifikasi dan
negosiasi teknis dan biaya.
5. Kualitas
Metode evaluasi Kualitas digunakan untuk pekerjaan yang ruang lingkup pekerjaan, jenis
tenaga ahli, dan waktu penyelesaian pekerjaan tidak dapat diuraikan dengan pasti dalam
37
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
KAK atau untuk pekerjaan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan. Penentuan Pemenang
berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi
teknis serta biaya kepada penawar dengan nilai kualitas terbaik.
6. Pagu Anggaran
Metode evaluasi Pagu Anggaran hanya digunakan untuk ruang lingkup pekerjaan
sederhana yang dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK dan penawaran tidak boleh
melebihi Pagu Anggaran. Penentuan Pemenang berdasarkan kualitas penawaran teknis
terbaik dari peserta yang penawaran biaya terkoreksinya lebih kecil atau sama dengan
Pagu Anggaran, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.
7. Biaya Terendah
Metode evaluasi Biaya Terendah hanya digunakan untuk pekerjaan standar atau bersifat
rutin yang praktik dan standar pelaksanaan pekerjaannya sudah mapan, yang dapat
mengacu kepada ketentuan tertentu. Penentuan Pemenang berdasarkan penawaran yang
biaya terkoreksinya terendah diantara penawaran yang lulus evaluasi teknis, dilanjutkan
dengan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.
38
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Dokumen Pemilihan secara garis besar terdiri dari dokumen kualifikasi dan dokumen
Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung/Pengadaan Langsung. Dokumen kualifikasi untuk
mengatur bagaimana menilai kualifikasi penyedia barang/jasa dan dokumen tender mengatur
bagaimana menilai kualitas barang/jasa yang ditawarkan.
Di dalam dokumen tender, terdapat spesifikasi teknis dan rancangan kontrak yang ditetapkan
oleh PPK. Selain itu, penetapan sistem pengadaan dan metode evaluasi juga dicantumkan
dalam dokumen pemilihan. Seorang pemeriksa bisa mendalami dokumen pengadaan untuk
menelusuri proses pemilihan penyedia. Dari dokumen pengadaan tersebut bisa diketahui
metode-metode yang dipakai dan apakah metode tersebut bisa mengarah ke penyedia tertentu
atau tidak. Selain itu pemeriksa juga harus teliti akan adanya dokumen pengadaan ganda.
Artinya yang diumumkan dengan yang diberikan kepada pemeriksa berbeda. Oleh karena
alangkah lebih baik ketika pemeriksa bisa mengakses dokumen pengadaan melalui aplikasi
Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).
Soal Latihan
1. Jelaskan bagaimana proses penyusunan Harga Perkiraan Sendiri oleh Pejabat Pembuat
Komitmen!
2. Jelaskan bagaimana metode pemilihan penyedia, metode kualifikasi, metode
penyampaian dokumen penawaran dan metode evaluasi penawaran yang tepat untuk
pekerjaan konstruksi pembangunan tower kantor 20 lantai dengan pagu Rp600 miliar!
3. Jelaskan jenis kontrak, bentuk kontrak dan jaminan yang digunakan dalam pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi senilai Rp2 miliar.
39
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
40
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Bab IV
PELAKSANAAN PBJ MELALUI PENYEDIA
Tujuan pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat
memahami proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui penyedia.
41
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Setelah persiapan pemilihan selesai, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan PBJ. Tahap
pelaksanaan pengadaan terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Tahap Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
2. Tahap Pelaksanaan Kontrak
Tahap Pelaksanaan Pemilihan Penyedia menjadi wewenang Pokja Pemilihan/Pokja
Pengadaan/Agen Pengadaan, sedangkan tahap pelaksanaan kontrak menjadi tanggung jawab
PPK. Pemilihan Penyedia dapat segera dilaksanakan setelah RUP diumumkan. Proses pemilihan
dapat dimulai pada tahun sebelum pelaksanaan anggaran, setelah pagu anggaran ditetapkan atau
RKA daerah disetujui, namun harus tetap didahului dengan pengumuman RUP di aplikasi SIRUP.
42
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
3. E-Purchasing
E-Purchasing wajib dilakukan untuk barang/jasa yang menyangkut pemenuhan kebutuhan
nasional dan/atau strategis yang ditetapkan oleh menteri, kepala lembaga, atau kepala
daerah. Dalam praktiknya juga perlu memperhatikan ketersediaan barang/jasa tersebut
dalam e-katalog, kemampuan penyedia barang/jasa dalam e-katalog dalam menyediakan
barang dan tentu saja prinsip-prinsip pengadaan.
4. Penunjukan Langsung
Penunjukan langsung dilakukan dengan mengundang satu pelaku usaha yang dipilih,
dengan disertai negosiasi teknis maupun harga. Poin penting dalam penunjukan langsung
adalah apakah penentuan metode penunjukan langsung sudah tepat, dan apakah telah
dilakukan proses negosiasi.
5. Pengadaan Langsung
Pengadaan langsung dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Pembelian/pembayaran langsung kepada penyedia untuk PBJ lainnya yang
menggunakan bukti pembelian atau kuitansi. Misalnya pembelian buku di toko buku
Gramedia, pembelian obat di apotek.
b. Permintaan penawaran yang disertai dengan klarifikasi serta negosiasi teknis dan harga
kepada pelaku usaha untuk pengadaan langsung yang menggunakan surat perintah
kerja. Dengan cara ini, perlu diperhatikan bagaimana kewajaran harga dan proses
negosiasi. Selain itu, pemeriksa perlu melihat pemaketan barang/jasa yang akan
diadakan dengan pengadaan langsung, apakah memang tepat dengan menggunakan
pengadaan langsung atau karena memecah paket untuk menghindari tender.
Pelaksanaan tender/seleksi sudah dilakukan secara sistem melalui SPSE kecuali untuk tahapan
evaluasi dokumen penawaran baik administrasi, teknis maupun harga. Selain itu pembuktian
kualifikasi juga masih menggunakan metode manual. Sebagai seorang pemeriksa, risiko
aktivitas yang sudah dikerjakan secara sistem tentu akan berbeda risikonya dengan aktivitas
yang masih dilakukan oleh manusia secara manual. Tahap evaluasi tidak bisa dilakukan oleh
sistem karena dalam prosesnya perlu judgement dari Pokja Pemilihan. Judgement ini yang harus
diperhatikan oleh pemeriksa, apakah benar-benar fair atau ada ‘sesuatu’ yang ditelusuri lebih
dalam. Terkait risiko-risiko penyimpangan yang muncul pada tahap pemilihan penyedia akan
dibahas lebih detail.
Namun dari proses ini ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian pemeriksa antara lain:
43
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
1. Aktivitas dengan sistem secara pengendalian lebih bagus dan risiko lebih kecil
dibandingkan aktivitas dengan manual. Misalnya pada tahap evaluasi, dan pada saat
penetapan pelelangan gagal.
2. Aktivitas yang tersistem dengan baik bukan berarti tanpa risiko. Sistem dibangun dan
dijalankan oleh manusia, jika manusianya curang sistem bisa disesain dan dijalankan untuk
melakukan kecurangan. Ini yang berbahaya karena lebih sulit dideteksi karena sudah dalam
bungkus sistem.
3. Potensi kecurangan yang terjadi di tahap pemilihan penyedia bisa jadi sudah didisain pada
tahap perencanaan maupun pada tahap persiapan pemilihan penyedia, mengingat PBJ
adalah satu rangkaian proses yang masing-masing tahap berkesinambungan.
B. Tender/Seleksi Gagal
Dalam Proses Pemilihan Penyedia, tidak menutup kemungkinan adanya kegagalan.
Tender/Seleksi dapat dinyatakan gagal oleh Pokja Pengadaan dan PA/KPA. Masing-masing pihak
menetapkan pemilihan gagal dengan kondisi-kondisi tertentu beserta tindak lanjutnya
sebagaimana dijelaskan berikut ini:
1. Prakualifikasi gagal
Prakualifikasi gagal ditetapkan oleh Pokja Pengadaan dalam hal:
a. Setelah pemberian peroanjangan waktu, tidak ada peserta yang menyampaikan
dokumen kualifikasi;
b. Jumlah peserta yang lulus prakualifikasi kurang dari tiga.
Tindak lanjut dari prakualifikasi gagal adalah Pokja pemilihan melakukan prakualifikasi
ulang dengan ketentuan jika peserta yang lulus ada 2 peserta, proses tender/seleksi
dilanjutkan dan apabila yang lulus ada 1, dilanjutkan dengan penujukan langsung.
2. Tender/Seleksi Gagal dalam hal:
a. Terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;
b. Tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran setleah pemberian waktu
perpanjangan;
c. Tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran;
d. Ditemukan kesalahan dalam dokumen pemilihan atau tidak sesuai dengan ketentuan
Peraturan Presiden tentang PBJ;
e. Seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi dan/atau Nepotisme;
f. Seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat;
44
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
C. Pelaksanaan Kontrak
Pelaksanaan kontrak meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ);
2. Penandatanganan kontrak;
3. Pemberian uang muka (jika diperlukan);
4. Pembayaran prestasi pekerjaan;
5. Perubahan kontrak (jika diperlukan);
45
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Pada subbab ini akan dibahas sebagian kegiatan dalam pelaksanaan kontrak sebagai berikut:
1. Pembayaran prestasi pekerjaan
Pembayaran prestasi kerja diberikan kepada penyedia barang/jasa setelah dikurangi
angsuran pengembalian uang muka, retensi dan denda apabila ada. Retensi tersebut
sebesar lima persen digunakan sebagai jaminan pemeliharaan pekerjaan konstruksi atau
jaminan pemeliharaan jasa lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan. Pembayaran
prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk:
a. Pembayaran bulanan;
b. Pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (termin); atau
c. Pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.
2. Perubahan kontrak
Perubahan kontrak dapat dilakukan ketika terdapat perbedaan antara kondisi lapangan
pada saat pelaksanaan dengan spesifkasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak. PPK
dan Penyedia barang/jasa melakukan perubahan kontrak yang meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai kebutuhan lapangan;
d. Mengubah jadwal pelaksanaan.
Jika perubahan kontrak menyebabkan kenaikan nilai kontrak, maka kenaikan tersebut
tidak melebihi sepuluh persen dari nilai kontrak awal. Selain itu, harus tersedia anggaran
untuk mengakomodir adanya penambahan biaya karena perubahan kontrak.
3. Keadaaan kahar
Dalam pelaksanaan kontrak, terdapat kemungkinan keadaan kahar. Keadaan kahar adalah
suatu keadaan yang terjadi di luar para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya
yang menyebabkan kewajiban yang ditentukan dalam kontrak tidak dapat dipenuhi.
Contoh keadaan kahar dalam PBJ antara lain: bencana alam, bencana non alam, bencana
sosial; pemogokan, kebakaran, dll.
46
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Jika terjadi keadaan kahar, pelaksanaan kontrak dapat dihentikan atau mengubah kontrak
akibat keadaan kahar yang terjadi termasuk pengaturan tindak lanjut keadaan kahar.
Perpanjangan waktu untuk keadaan kahar dapat melewati tahun anggaran.
4. Penyelesaian kontrak
Dalam hal penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa pelaksanaan kontrak
berakhir, namun PPK menilia bahwa penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan, PPK
memberikan kesempatan penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan. Pemberian
kesempatan tersebut dimuat dalam addendum kontrak yang di dalamnya mengatur waktu
penyelesaian pekerjaan, pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada penyedia, dan
perpanjangan jaminan pelaksanaan. Pemberian kesempatan tersebut dapat melampaui
tahun anggaran.
5. Serah terima pekerjaan
Setelah pekerjaan selesai 100% sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam kontrak,
Penyedia barang/Jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk serah
terima barang/jasa. Sebagai tindak lanjutnya, PPK melakukan pemeriksaan terhadap
barang/jasa yang diserahkan kemudian PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara
Serah terima. Selanjutnya PPK menyerahkan barang/jasa kepada PA/KPA yang sekaligus
sebagai Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. Serah terima dari PPK ke PA/KPA
dituangkan dalam berita acara.
Tahap Pelaksanaan Pekerjaan adalah tahap dimana output PBJ mulai terlihat. Bagi seorang
pemeriksa, sangat penting untuk melakukan cek fisik terhadap output tersebut sesuai dengan
kontrak atau tidak, terutama untuk pekerjaan yang outputnya berupa wujud fisik. Untuk
pekerjaan yang outputnya bersifat abstrak seperti jasa konsultansi, pemeriksa harus meyakini
bahwa hasil pekerjaan telah sesuai dengan KAK yang telah ditetapkan di awal proses
pengadaan. Pada tahap ini, juga perlu diperhatikan, mengapa kontrak diaddendum, dan
bagaimana jika penyedia barang/jasa terlambat melaksanakan pekerjaan dan bagaimana jika
keterlambatan tersebut terjadi di akhir tahun. Selain itu juga perlu diperhatikan kesesuaian
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dengan kondisi di lapangan, karena tidak menutup
kemungkinan berita acara yang dibuat direkayasa atau fiktif.
Sebagaimana dijelaskan di bab sebelumnya bahwa PBJ adalah proses memilih penyedia yang
memenuhi kualifikasi dan proses memilih barang/jasa yang sesuai spesifikasi teknis yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam meyakini bahwa barang/jasa telah berlangsung dengan benar,
pemeriksa bisa memeriksa kesesuaian barang/pekerjaan konstruksi dengan kontrak. Selain itu,
47
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
pemeriksa harus mengecek kewajaran harga berdasarkan spesifikasi teknis. Pemeriksa harus
menelusuri sampai ke penyusunan HPS.
Untuk memeriksa kualifikasi penyedia, pemeriksa bisa memeriksa pada proses pemilihan
penyedia atau pada proses perencanaan dan persiapan pemilihan yang bisa jadi didesain untuk
mengarahkan ke penyedia tertentu
D. Pengadaan Khusus
Dalam Perpres 16 tahun 2018 dan perubahannya, diatur tentang pengadaan khusus. Terdapat
lima hal yang diatur dengan penjelasan sebagai berikut:
1. PBJ dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat
Penanganan keadaan darurat dilakukan untuk keselamatan/perlndungan masyarakat atau
warga negara Indonesia yang berada di dalam dan/atau luar negeri yang pelaksanaannya
tidak dapat ditunda dan harus dilaksanakan segera. Penetapan keadaaan darurat dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Keadaan darurat meliputi siaga
darurat, tanggap darurat dan transisi darurat ke pemulihan. Untuk penanganan keadaan
darurat, PPK menunjuk penyedia terdekat yang sedang melaksanakan pekerjaan
sejenisatau pelaku usaha lain yang dinilai mampu dan memenuhi kualifikasi untu
melaksanakan PBJ sejenis.
2. PBJ di Luar Negeri
Secara umum, pengadaan di luar negeri berpedoman pada Perpres 16 tahun 2018 beserta
perubahannya. Apabila ketentuan dalam Perpres tersebut tidak dapat dilaksanakan,
pelaksanaan PBJ menyesuaikan dengan ketentuan PBJ di negara setempat. Ketentuan
lebih lanjut tentang PBJ di luar negeri diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang luar negeri setelah berkonsultansi dengan LKPP.
3. Pengecualian
Pengecualian dalam Peraturan Presiden nomor 16 tahun 2018 beserta perubahannya
adalah:
a. Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah.
b. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif yang dipublikasikan
secara luas kepada masyarakat.
48
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
c. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah
mapan.
d. Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah diatur
tersendiri dengan peraturan pimpinan Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum
Daerah. Dalam hal Badan Layanan Umum dan Badan Layanan Umum Daerah belum
memiliki peraturan pengadaan barang/jasa tersendiri, pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum dan Badan Layanan Umum Daerah berpedoman
pada Peraturan Presiden ini.
4. Penelitian
Penelitian dilakukan oleh PA/KPA pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai
penyelenggara penelitian dan pelaksana penelitian yang memiliki kewenangan.
Penyelenggara penelitian memiliki kewenangan menetapkan rencana strategis penelitian
yang mengacu pada arah pengembangan penelitian nasional, menetapkan program
penelitian tahunan serta melakukan penjaminan mutu pelaksanaan penelitian.
Pelaksana penelitian meliputi: Individu/kumpulan individu meliputi Aparatur Sipil
Negara/non-Pegawai Aparatur Sipil Negara; Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah;
Perguruan Tinggi; Ormas dan Badan Usaha.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian diatur dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi.
5. Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri
Tender/Seleksi Internasional dapat dilaksanakan untuk:
a. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling sedikit di atas satu triliun rupiah;
b. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas lima puluh miliar
rupiah;
c. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas dua puluh lima miliar
rupiah;
d. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai oleh Lembaga Penjamin Kredit Ekspor atau
Kreditor Swasta Asing.
Badan usaha asing yang mengikuti Tender/Seleksi Internasional harus melakukan kerja
sama usaha dengan badan usaha nasional dan industri dalam negeri dalam pembuatan
suku cadang dan pelaksanaan pelayanan purnajual.
49
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar
negeri atau hibah luar negeri berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden ini, kecuali diatur lain dalam perjanjian pinjaman luar negeri atau perjanjian hibah
luar negeri.
Soal Latihan
1. Jelaskan perbedaan pelaksanaan Pengadaan Langsung dengan Penunjukan Langsung!
2. Jelaskan apa yang sebaiknya dilakukan oleh PPK apabila pada akhir tahun anggaran
Penyedia tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya (pengadaan tahun tunggal)!
50
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
51
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Bab V
USAHA KECIL, PRODUK DALAM NEGERI DAN PENGADAAN
BERKELANJUTAN
Tujuan pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat memahami klasifikasi usaha kecil, produk dalam
negeri dan pengadaan berkelanjutan.
52
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
53
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Barang/Jasa dengan nilai HPS paling sedikit di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah),
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. diberikan terhadap barang yang memiliki TKDN paling rendah 25% (dua puluh lima persen).
2. diberikan paling tinggi 25% (dua puluh lima persen).
3. diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran yang telah memenuhi persyaratan
administrasi dan teknis;
4. Penetapan pemenang berdasarkan urutan harga terendah Hasil Evaluasi Akhir (HEA).
5. HEA dihitung dengan rumus HEA=(1-KP)×HP
KP = TKDN × preferensi tertinggi
KP adalah Koefisien Preferensi
HP adalah Harga Penawaran setelah koreksi aritmatik
6. Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA terendah yang sama,
penawar dengan TKDN lebih besar ditetapkan sebagai pemenang.
Untuk Pekerjaan Konstruksi pada metode pemilihan Tender Internasional, preferensi harga
diberikan paling tinggi 7,5% (tujuh koma lima persen) kepada badan usaha nasional di atas harga
penawaran terendah dari badan usaha asing.
C. Pengadaan Berkelanjutan.
Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan memperhatikan aspek berkelanjutan, yang terdiri
atas:
1. aspek ekonomi meliputi biaya produksi barang/jasa sepanjang usia barang/jasa tersebut;
2. aspek sosial meliputi pemberdayaan usaha kecil, jaminan kondisi kerja yang adil,
pemberdayaan komunitas/usaha lokal, kesetaraan, dan keberagaman.
3. aspek lingkungan hidup meliputi pengurangan dampak negatif terhadap kesehatan,
kualitas udara, kualitas tanah, kualitas air, dan menggunakan sumber daya alam sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengadaan Berkelanjutan dilaksanakan oleh PA/KPA dalam merencanakan dan menganggarkan
Pengadaan Barang/Jasa, PPK dalam menyusun spesifikasi teknis/KAK dan rancangan kontrak
dalam Pengadaan Barang/Jasa, serta Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan
dalam menyusun Dokumen Pemilihan.
54
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Soal Latihan:
Dalam tahap perencanaan pengadaan Tahun Anggaran 2022, PPK mendapati adanya
kebutuhan alat tulis kantor (ATK) selama tahun anggaran tersebut sebesar dua puluh lima miliar
rupiah. Bagaimanakah PPK merencanakan pengadaan ATK tersebut agar sesuai dengan Perpres
16 tahun 2018 beserta perubahannya?
55
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
BAB VI
PBJ DENGAN SWAKELOLA
Tujuan pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat memahami proses pengadaan barang/jasa
pemerintah secara swakelola.
56
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Sebagaimana dijelaskan pada bab I bahwa PBJ bisa dilaksanakan melalui penyedia
barang/jasa atau dilaksanakan melalui swakelola. Definisi dari swakelola adalah cara memperoleh
barang/Jasa yang dikerjakan sendiri oleh KLPD, KLPD lain, organisasi kemasyarakatan, atau
kelompok masyarakat. Swakelola sendiri secara garis besar terdiri dari tiga tahapan yaitu
Perencanaan, Persiapan dan Pelaksanaan. Pedoman PBJ melalui Swakelola diatur lebih lanjut
dalam Peraturan LKPP Nomor 8 tahun 2018.
A. Perencanaan Swakelola
Perencanaan Swakolela meliputi penetapan tipe swakelola, penyusunan spesifikasi teknis/KAK
dan penyusunan perkiraan biaya/RAB. Terdapat 4 tipe swakelola sebagai berikut:
1. Swakelola Tipe I
Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh KLPD penanggung jawab
anggaran.
2. Swakelola Tipe II
Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh KLPD penanggung jawab anggaran dan
dilaksanakan oleh KLPD lain pelaksana swakelola.
3. Swakelola Tipe III
Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh KLPD penanggung jawab anggaran dan
dilaksanakan oleh Ormas pelaksana swakelola.
4. Swakelola Tipe IV
Swakelola yang direncanakan oleh KLPD penanggung jawab anggaran dan/atau
berdasarkan usulan kelompok masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi oleh kelompok
masyarakat pelaksana swakelola.
B. Persiapan Swakelola
Persiapan pengadaan melalui swakelola meliputi penetapan sasaran, penyelenggara swakelola,
rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan RAB. Penetapan Sasaran pekerjaan swakelola
dilakukan oleh PA/KPA. Sedangkan penetapan penyelenggara swakelola dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Swakelola Tipe I, sasaran ditetapkan oleh PA/KPA.
57
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
2. Swakelola Tipe II, Tim persiapan dan tim pengawas ditetapkan oleh PA/KPA, serta tim
pelaksana ditetapkan oleh KLPD lain pelaksana swakelola.
3. Swakelola Tipe III. Tim persiapan dan tim pengawas ditetapkan oleh pimpinan Ormas
pelaksana swakeloa.
4. Swakelola Tipe IV, penyelenggara swakelola ditetapkan oleh pimpinan kelompok
masyarakat pelaksana swakelola.
Penetapan rencana kegiatan ditetapkan oleh PPK dengan memperhitungkan tenaga
ahli/peralatan/bahan tertentu yang dilaksanakan dengan kontrak tersendiri. Tenaga ahli hanya
dapat digunakan untuk swakelola tipe I dan jumlahnya tidak boleh melebihi 50% dari jumlah
anggota tim pelaksana. Untuk rencana kegiatan yang diusulkan oleh kelompok masyarakat
dievaluasi dan ditetapkan oleh PPK.
Biaya PBJ melalui swakelola dihitung berdasarkan komponen biaya pelaksanaan swakelola. PA
dapat mengusulkan standar biaya masukan/keluaran swakelola kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara atau kepala daerah.
C. Pelaksanaan Swakelola
1. Ketentuan Pelaksanaan Swakelola
Pelaksanaan swakelola tipe I dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. PA/KPA dapat menggunakan pegawai KLPD lain dan/atau tenaga ahli;
b. Penggunanan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50 persen dari jumlah tim pelaksana;
c. Dalam hal dibutuhkan PBJ melalui penyedia, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Perpres nomor 16 tahun 2018.
Pelaksanaan swakelola tipe II dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. PA/KPA melakukan kesepakatan kerja sama dengan KLPD lain pelaksana swakelola
b. PPK menandatangani kontrak dengan ketua tim pelaksana swakelola sesuai dengan
kesepakatan kerja sama.
Pelaksana tipe swakelola tipe III dilakukan berdasarkan kontrak PPK dengan pimpinan
Ormas. Pelaksanaan swaklola tipe IV dilakukan berdasarkan kontrak PPK dengan pimpinan
kelompok masyarakat.
2. Pembayaran, Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Pembayaran swakelola dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Terkait pertanggungjawaban, tim pelaksana menyerahkan hasil pekerjaan
swakelola kepada PPK dengan Berita Acara Serah Terima. Pelaksanaan swakelola diawasi
58
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Soal Latihan
Jelaskan perbedaan antara prosedur pelaksanaan swakelola tipe III dengan tipe IV!
59
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
60
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
BAB VII
PENGAWASAN DAN PENGADUAN
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat
memahami proses pengawasan dan pengaduan dalam proses pengadaan barang/jasa.
61
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
B. Pengaduan
Pengaduan PBJ dikelola dengan ketentuan sebagai berikut:
1. APIP menindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya baik pengaduan baik dari masyarakat
secara langsung maupun pengaduan masyakat yang diteruskan APH.
2. Pengaduan disertai bukti yang faktual, kredibel, dan otentik.
3. Menteri/kepala lembaga/kepala daerah melaporkan kepada instansi yang berwenang
dalam hal diyakini adanya indkasi KKN yang merugikan keuangan negara.
4. Menteri/kepala lembaga/kepala daerah memfasilitasi masyarakat dalam melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan PBJ.
5. LKPP mengembangkan sistem pengaduan PBJ.
62
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
C. Sanksi
Perbuatan atau tindakan peserta pemilihan yang dikenakan sanksi dalam pelaksanaan
pemilihan Penyedia adalah: Menyampaikan dokumen atau keterangan palsu; Melakukan
persekongkolan dengan peserta lain; Melakukan KKN; Mengundurkan diri dengan alasan yang
tidak dapat diterima.
Soal Latihan
1. Jelaskan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan dalam proses PBJ!
2. Jelaskan ketentuan dan tatacara pengaduan dalam proses PBJ!
63
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
64
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Bab VIII
RISIKO PENYIMPANGAN PADA PBJ
Tujuan pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat memahami adanya risiko penyimpangan (red
flags) dalam proses bisnis pengadaan barang/jasa.
65
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Pada bab ini dibahas risiko-risiko penyimpangan yang berpotensi timbul pada proses PBJ
terutama terkait risiko penyimpangan. Sebagian besar risiko ini memang muncul untuk metode
tender/seleksi. Untuk metode e-purchasing dan tender cepat risiko penyimpangan relatif lebih
rendah.
Perlu diketahui bahwa tidak semua penyimpangan adalah suatu tindakan kecurangan
(fraud). Perlu dicari dulu penyebab terjadinya penyimpangan, apakah karena kesengajaan,
kelalaian atau karena ketidaktahuan. Kesengajaan pun perlu ditelusuri motifnya, apakah untuk
memperkaya diri sendiri/orang lain, atau memang karena jika taat pada peraturan, tujuan
pengadaan justru malah tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, dalam menelusuri motif Tindakan
kecurang, pemeriksa sebenarnya menjawab unsur “why”. Jika pertanyaan itu terjawab, dan
terbangun suatu konstruksi logis bahwa adanya penyimpangan karena sebab-sebab tertentu, dan
penyimpangan tersebut menyebabkan adanya kerugian negara atau pemborosan, maka bisa
diangkat menjadi sebuah temuan.
Pada bab ini akan dibahas beberapa risiko penyimpangan pada tahap-tahap yang telah
dibahas pada bab-bab sebelumnya khususnya PBJ melalui penyedia barang/jasa.
66
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Selain itu dimungkinkan juga adanya motif dari pejabat tersebut untuk memiliki barang
tersebut diakhir masa kepemimpinannya melalui mekanisme formil yaitu tender BMN/D
yang diatur dengan harga jual murah dengan menyiasati metode penyusutan aset yang
bersifat progresif (selalu bertambah setiap tahunnya). Hal ini sering terjadi untuk jenis
barang berupa mobil jabatan. Akan tetapi kesulitan pengungkapan motif tersebut adalah
masih bersifat rancangan dan akan dilakukan oleh yang bersangkutan setelah mendekati
masa jabatannya berakhir.
2. Barang/Jasa dalam perencanaan diarahkan ke arah penyedia tertentu
Untuk mendeteksi risiko penyimpangan ini, pemeriksa harus mendapatkan dokumen
perencanaan anggaran sebagai dasar penyusunan anggaran karena biasanya modus ini
telah dirancang sejak perencanaan anggaran. Selain itu, pemeriksa juga harus
mendapatkan dokumen penetapan spesifikasi barang, terutama berupa dokumen risalah
rapat maupun lembar disposisi. Hal ini untuk mengetahui pihak yang menjadi tokoh utama
dalam merancang tindakan penyimpangan tersebut.
Apabila pemeriksa dapat menyakini adanya penyimpangan beserta pelaku dan akibatnya
terhadap pengelolaan keuangan negara maka langkah selanjutnya adalah mencari motif
pelaku melakukan penyimpangan tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena bentuk ini
dimungkinkan diiringi adanya uang suap dari pihak tertentu agar spesifikasi barang/jasa
sesuai keinginan pihak tersebut.
3. Sengaja memecah paket untuk menghindari tender dan biasa dilakukan melalui metode
pengadaan langsung.
Bentuk penyimpangan ini mungkin terjadi dalam satu kronologis kejadian namun dapat
juga terjadi secara terpisah tanpa berkaitan. Untuk mendeteksi risiko penyimpangan ini,
pemeriksa harus mendapatkan dokumen perencanaan dan realisasi pengadaan selama
satu tahun anggaran dan kemudian mengklasifikasikannya per-jenis barang yang diadakan.
Apabila terdapat indikasi adanya pemecahan paket pekerjaan maka pemeriksa harus aktif
mencari penyebab/pertimbangan pengguna barang melakukan pemecahan tersebut.
Langkah selanjutnya pemeriksa menelusuri alasan pemecahan paket pekerjaan tersebut
dan mencari akibat yang ditimbulkan oleh pemecahan tersebut.
Selain itu, pemeriksa perlu memperluas prosedur pemeriksaan dengan mereviu pengadaan
TA sebelumnya karena biasanya pemecahan paket pekerjaan ini bersifat rutin sepanjang
tahun seperti pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK), peralatan komputer, pengadaan
persediaan, maupun pemeliharaan/rehabilitasi gedung kantor.
67
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
68
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
69
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
seperti ini biasanya sengaja dipelihara dari waktu ke waktu dengan alasan kemudahan
dan fleksibilitas. Selain itu, pembicaraan fee PBJ relatif lebih mudah dilakukan karena
personel inti pengadaan juga bertindak sebagai broker.
70
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
1) Kegiatan utama jasa konsultansi adalah berupa penyusunan standar yang datanya
didasarkan pada hasil survei lapangan di beberapa daerah provinsi yang sifatnya
tersebar.
2) Dalam HPS maupun RAB kontrak terdapat item biaya langsung personel, biaya
transport dan penginapan untuk survei, serta biaya pelaporan.
3) Dalam kontrak khususnya klausul syarat pembayaran tidak diatur tentang kewajiban
penyedia jasa untuk melampirkan daftar hadir tenaga ahli maupun tenaga
pendukung, bukti perjalanan seperti tiket pesawat dan kuitansi hotel pada saat
pengajuan pencairan pembayaran.
4) Diperoleh dokumen pendukung pencairan berupa SPP/SPM/SP2D yang dilampiri
pembayaran berupa Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, dan Laporan Akhir.
Pada saat pemeriksa meminta kelengkapan bukti pertanggungjawaban pembayaran
berupa daftar kehadiran tenaga ahli/pendukung, tiket perjalanan, dan kuitansi hotel, PPK
dan pihak rekanan menjelaskan bahwa jenis kontraknya adalah lumpsum sehingga yang
diakui sebagai dasar pembayaran adalah output pekerjaan yaitu laporan.
Pemilihan jenis kontrak lumpsum ini dilakukan oleh PPK, UKPBJ, dan penyedia untuk
menutupi adanya mark-up HPS yang ditindaklanjuti dengan manipulasi bukti
pertanggungjawaban belanja dalam bentuk laporan. Karena bisa jadi laporan yang
dihasilkan konsultan tersebut “substansinya“ hanya tumpukan kertas yang dihasilkan dari
hasil browsing data internet dan studi pustaka tanpa melakukan survei ke lapangan serta
tenaga ahlinya pun bekerja secara paruh waktu untuk mengerjakan laporan tersebut.
Apabila yang digunakan oleh UKPBJ, PPK, dan rekanan adalah jenis kontrak harga satuan
atau gabungan lumpsum dan harga satuan maka rekanan berkewajiban menyampaikan
bukti kehadiran tenaga ahli/tenaga pendukung serta bukti pertanggungjawaban
perjalanan survei. Apabila demikian maka kevaliditasan bukti pertanggungjawaban belanja
dapat diuji sehingga kualitas laporan dapat dipertanggungjawabkan karena didasarkan
pada data survei yang valid dan dilakukan oleh tenaga ahli/pendukung yang bekerja secara
full time.
6. Penyusunan HPS
Salah satu fungsi HPS adalah untuk menilai kewajaran harga penawaran. Namun dalam
praktiknya fungsi tersebut seringkali disalahgunakan yaitu untuk mengakomodir adanya
fee yang disepakati antara pengguna barang/jasa dengan calon penyedia barang/jasa.
Apabila HPS telah mengakomodir fee yang disepakati tersebut maka fee dimaksud dapat
71
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
diakomodir dalam harga penawaran maupun harga kontrak dengan cara disebar dalam
masing-masing item pekerjaan. Semakin banyak jenis item pekerjaan maka semakin kecil
pendistribusi mark up harga tersebut ke masing-masing item pekerjaan sehingga dapat
mengelabuhi pemeriksa.
HPS yang di-markup ini biasanya disusun oleh calon penyedia barang/jasa dengan cara
harga disesuaikan dengan keinginan calon penyedia barang/jasa supaya dapat memenuhi
fee yang diinginkan oleh pihak-pihak tertentu. HPS yang disusun tersebut tidak didasarkan
pada data-data harga pasar yang valid. Adapun modus yang digunakan untuk melakukan
mark up HPS tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Duplikasi memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
b. Duplikasi memperhitungkan keuntungan wajar bagi penyedia barang/jasa.
c. Duplikasi memperhitungkan biaya umum/overhead
d. Memperhitungkan adanya biaya tak terduga atau biaya lain-lain.
e. Memperhitungkan pajak penghasilan penyedia barang/jasa.
f. Memperhitungkan unsur biaya bahan maupun alat yang sebenarnya tidak diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan.
g. Memperhitungkan prediksi nilai inflasi untuk kontrak tahun tunggal / single year.
h. Data penghitungan HPS tidak didasarkan pada hasil survey harga yang update sesuai
kondisi pasar, namun dilakukan dengan menggunakan data harga yang diperoleh dari
calon penyedia dan dikalikan dengan koefisien tertentu sesuai judgement PPK.
Tindakan penyimpangan besar yang berhasil ditemukan BPK terkait adanya mark up HPS
dalam PBJ ini diantaranya adalah kasus:
Pengadaan Alqur’an pada Kementerian Agama; Pembangunan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) pada Kemenpora; dan Kasus Pengadaan
Peralatan Simulator SIM pada Kepolisian Republik Indonesia.
7. Penetapan persyaratan penyedia
Adanya rekayasa persyaratan kualifikasi yang hanya berpihak pada calon penyedia
tertentu, misalnya:
a. Mempersyaratkan bahan material tertentu yang hanya dimiliki oleh calon penyedia yang
telah dirancang sebagai pemenang;
b. Mempersyaratkan peralatan tertentu yang hanya dimiliki oleh calon penyedia yang
telah dirancang sebagai pemenang. Jenis bahan dan peralatan tersebut secara teknis
sebenarnya dapat digantikan dengan bahan/peralatan yang lain yang banyak tersedia,
72
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
73
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
74
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
75
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
d. Berita acara hasil tender tidak informatif dan tidak didukung dengan berkas-berkas
evaluasi penawaran. Biasanya hal ini dilakukan oleh UKPBJ dengan cara hanya membuat
rekapitulasi hasil evaluasi penawaran sedangkan dokumen pendukungnya tidak
disertakan. Apabila diminta oleh pemeriksa maka UKPBJ beralasan dokumen telah
diarsipkan di gudang dan sebagiannya telah rusak karena jamur maupun dimakan rayap.
5. Sanggahan peserta dan pengaduan masyarakat
a. Adanya rekayasa sanggahan agar pengadaan terlihat lebih fair. Biasanya yang
menyampaikan sanggahan adalah perusahaan pendamping yang dalam tahap
pelaksanaannya berperan sebagai subkontraktor.
b. Substansi sanggahan tidak ditanggapi atau tidak sepenuhnya ditanggapi karena isinya
hanya formalitas supaya proses pengadaan terlihat lebih fair.
c. Adanya kolusi antara PA/KPA/PPK/UKPBJ dengan Penyedia yang dimenangkan dan
Penyedia yang dikalahkan agar tidak melakukan sanggah. Hal ini biasanya dilakukan
dengan cara:
1) Penyedia yang menjadi pemenang memberikan uang tutup mulut kepada calon
penyedia yang dikalahkan;
2) PA/KPA/PPK/UKPBJ menjanjikan kepada penyedia yang dikalahkan jaminan
mendapatkan pekerjaan pada paket lain;
3) Penyedia yang menjadi pemenang menjanjikan kepada calon penyedia yang
dikalahkan bahwa akan diberikan pekerjaan dari paket yang bersangkutan melalui
mekanisme sub kontrak pelaksanaan.
76
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
b. Penandatanganan kontrak dilakukan bukan oleh pihak yang berwenang, misalnya untuk
pekerjaan fiktif penandatanganan kontrak dipalsukan dengan tujuan untuk memenuhi
kelengkapan persyaratan formil pencairan pembayaran.
2. Pelaksanaan kontrak, serah terima dan pembayaran prestasi kerja
a. Pencairan pembayaran uang muka tidak dilengkapi dengan rincian rencana penggunaan
uang muka dan tidak dilengkapi dengan jaminan uang muka. Seringkali jaminan uang
muka dilampirkan namun jumlahnya lebih kecil daripada nilai pembayaran uang muka
yang diajukan atau masa berlaku jaminan uang muka sangat pendek.
b. Pekerjaan utama dialihkan (disubkontrakkan) kepada penyedia lain yang biasanya
merupakan penyedia yang menjadi pendamping dalam proses tender. Modus ini
dilakukan karena kemampuan keuangan penyedia terbatas sehingga yang dilakukan
hanya seperti broker untuk memperoleh paket pekerjaan.
c. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan
dalam kontrak baik dalam hal kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara penyedia berkolusi dengan konsultan pengawas, konsultan manajemen
konstruksi, dan pengawas lapangan. Modus ini dilakukan dengan cara memanipulasi
laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, Back Up Data Quantity, Back Up
Data Quality, maupun Job Mix Formula (JMF).
d. Pelaporan realisasi fisik pekerjaan yang di mark up dengan tujuan untuk memperoleh
pembayaran yang lebih besar daripada nilai pekerjaan riil yang terpasang. Hal ini
biasanya dilakukan untuk menutupi kekurangan keuangan perusahaan karena sedang
mengerjakan beberapa proyek secara bersamaan ataupun sedang mengalami kesulitan
keuangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penyedia berkolusi dengan dengan
konsultan pengawas, konsultan manajemen konstruksi, pengawas lapangan, PPK,
pejabat penguji tagihan, dan bendahara.
e. Pada saat mendekati akhir tahun dan kemungkinannya pekerjaan tidak dapat
diselesaikan sampai dengan berakhirnya TA yang bersangkutan. Atas kondisi tersebut,
PPK, penyedia barang, konsultan pengawas membuat berita acara kemajuan fisik 100%
dengan motif untuk mencairkan pembayaran 100% sebelum TA berakhir. Hal ini biasanya
didukung oleh Pejabat Penguji Tagihan dan Bendahara Pengeluaran. Keuntungan bagi
rekanan adalah tidak dikenakan denda keterlambatan dan memperoleh seluruh
pembayaran meskipun pekerjaan belum selesai 100%. Adapun satker memperoleh
keuntungan penyerapan anggaran dapat terealisasi dan memperoleh fee dari penyedia.
77
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
78
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
79
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
Soal Latihan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan mark-up HPS dan bagaimana cara mendeteksi hal tersebut!
80
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
2. Jelaskan resiko penyimpangan apa yang mungkin terjadi apabila Pokja Pengadaan atau
UKPBJ tidak melakukan pembuktian kualifikasi!
3. Jelaskan hal apa saja yang seharusnya dilakukan oleh PPK saat pekerjaan mengalami
keterlambatan!
81
Badan Diklat PKN BPK RI
Pemahaman PBJ Buku Peserta
MARS BPK
WAHAI SANG ABDI NEGARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
HAYATILAH DAN AMALKAN PENGABDIANMU
DENGAN MENJUNJUNG TINGGGI INDEPENDENSI INTEGRITAS DAN PROFESIONALISME
MEMERIKSA PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA
HYMNE BPK
KAMI SANG ABDI NEGARA
MENGEMBAN TUGAS MULIA
UNTUK TANAH AIR TERCINTA
DEMI BANGSAKU INDONESIA
REFERENSI
Profil Penulis
Galih Handrawan S.E. Msc, saat ini merupakan Widyaiswara Ahli
Pertama pada Badan Pendidikan dan Pelatihan PKN BPK RI. Penulis
adalah lulusan Universitas Brawijaya Tahun 2003 Jurusan Manajemen
dan menyelesaikan Program Pascasarjana pada University of Dundee,
United Kingdom jurusan Management and Human Resources pada
tahun 2017. Penulis telah meniti karir di BPK sejak Tahun 2011 di
Badiklat PKN BPK. Berpengalaman sebagai anggota Unit Layanan Pengadaan dan Pejabat
Pengadaan, bidang pengadaan barang dan jasa merupakan spesialisasi dari penulis. Selain
itu, penulis juga memiliki pengalaman mengajar di bidang akuntansi dan pengalaman
memeriksa di BPK