Anda di halaman 1dari 56

Willingness to Pay

Nuryani Tinumbia, ST, MT


Nama : Nuryani Tinumbia
Pekerjaan : Staf Pengajar di Prodi Teknik Sipil, FT-Universitas Pancasila
Email : nuryani@univpancasila.ac.id / nuryani.tz@gmail.com
Pendidikan
2012 - 2015 : Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat
2006 - 2011 : S1 Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi, Sulawesi Utara
Pengalaman Pekerjaan
2016 – sekarang : Staf Pengajar di Prodi Teknik Sipil, FT-Universitas Pancasila
2019 – sekarang : Sekretaris Prodi Teknik Sipil, FT-Universitas Pancasila
2020 : Anggota tim ahli dalam pekerjaan Kajian Lalu Lintas pada Ruas Jalan Tol Pondok Aren-Serpong
2017 : Anggota tim ahli dalam pekerjaan Penguatan Database Jalan Kota Mataram
2016 : Anggota tim ahli dalam pekerjaan Kajian dan Perencanaan Simpang Tak Sebidang (STS) X-1
2016 : Anggota tim ahli dalam pekerjaan Transport Survey for Jakarta-Bandung High Speed Train
Pengalaman Penelitian
2020 : The Indonesia high-speed train traveler preference analysis (case study: Jakarta-Bandung)
2019 : Dynamic System Modelling in Selection of Regency Road Pavement Construction Type
2019 : Evaluation of Airport Train Fare Based on Willingness to Pay of Users (Case Study Soekarno-Hatta International Airport)
2018 : The characteristics of potential passengers of an Indonesian High-Speed Train (case study: Jakarta-Bandung)
2015 : Walkability Measures for City Area in Indonesia (Case Study of Bandung)
Willingness to Pay
Nuryani Tinumbia
Outline

• Tarif Transportasi
• Studi Transportasi
• Definisi dan Pendekatan WTP
• Metode Survey
• Metode Analisis
• Aplikasi WTP
Tarif Transportasi
(Tarif Angkutan Penumpang, Tarif Angkutan Barang)
Tarif Angkutan Penumpang

• Dalam pengoperasian angkutan, perencanaan tarif diperlukan


untuk menentukkan berapa seharusnya tarif diberlakukan.
• Tujuan dasar system tarif angkutan umum (Vuchic, 2005):
• Untuk menarik jumlah penumpang maksimum
• Untuk menghasilkan pendapatan maksimum operator.
• Untuk mencapai tujuan tertentu seperti meningkatkan mobilitas para
pekerja, pelajar, dan pengguna lanjut usia, meningkatkan akses daerah-
daerah tertentu, dan mempromosikan penggunaan moda angkutan
umum yang lebih efisien, dsb.
Kendala yang dipertimbangkan dalam
pengaturan tarif

• Elastisitas permintaan dapat membatasi pilihan tingkatan dan struktur tarif. Persaingan moda
dari sisi kualitas layanan dan harga memainkan peran utama dalam kemauan penumpang
untuk menggunakan angkutan umum pada tingkat tarif tertentu.
• Persamaan antara para pengguna terhadap kualitas layanan (jarak tempuh, local atau ekspres,
tingkat kenyamanan, keselamatan, keamanan, dan lain sebagainya) dibandingkan dengan
tarif yang dibayar oleh suatu kelompok pengguna tertentu. Hal ini merupakan faktor penting
untuk pengguna individu serta untuk kelompok masyarakat.
• Aspek sosial dan politik. Kebutuhan layanan dan kemampuan membayar oleh kelompok
masyarakat yang berbeda adalah hal penting yang perlu diperhatikan.
• Tarif harus dapat dimengerti dan nyaman bagi penumpang dalam pembelian/pembayaran.
• Tarif harus memungkinkan pengumpulan dan kontrol yang mudah dan murah oleh operator.
Pihak yang terlibat

• Penyedia jasa transportasi (operator), tarif adalah harga dari jasa


yang diberikan;
• Pengguna jasa angkutan (user), tarif adalah biaya yang harus
dikeluarkan setiap kali menggunakan angkutan umum;
• Pemerintah (regulator), sebagai pihak yang menentukan tarif
resmi. Besarnya tarif berpengaruh terhadap besarnya
pendapatan daerah pada sector transportasi.
Pertimbangan dalam menentukan tarif jasa
angkutan (Warpani, 2002)

• Kelangsungan hidup dan pengembangan usaha jasa


angkutan.
• Daya beli masyarakat pada umumnya.
• Tingkat bunga modal.
• Jangka waktu pengembalian modal.
• Biaya masyarakat (social cost) yang ditimbulkan karena
operasi jasa angkutan.
Unsur-unsur pengangkutan

a. Adanya muatan yang diangkut


b. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutannya
c. Ada jalanan/jalur yang dapat dilalui
d. Adanya terminal asal dan terminal tujuan
e. Tersedianya sumber daya manusia dan organisasi atau
menajemen yang menggerakan kegiatan transportasi
tersebut.
Pengangkutan

• Pengangkutan menyebabkan nilai barang lebih tinggi di tempat


tujuan daripada di tempat asal, dan nilai ini lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutannya.
• Nilai atau kegunaan yang diberikan oleh pengangkutan adalah
berupa kegunaan tempat (Place utility) dan kegunaan waktu
(time utility).
• Kedua kegunaan diperoleh jika barang telah diangkut ketempat
dimana nilainya lebih tinggi dan dapat dimanfaatkan tepat pada
waktunya (Nasution, 2004).
Definisi dan Pendekatan WTP
WTP

• Willingness To Pay (WTP): jumlah uang maksimum yang


bersedia dibayarkan oleh pengguna terhadap suatu barang atau
jasa yang dinikmatinya.
• WTP mengukur berapa besar pembeli menilai atau menghargai
suatu barang atau jasa.
• Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP berdasarkan
pada persepsi masyarakat pemakai terhadap tarif jasa angkutan.
Faktor yang mempengaruhi WTP

• Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi → Semakin


banyak jumlah armada angkutan yang melayani tentunya lebih menguntungkan pihak
pengguna.
• Kualitas dan kuantitas pelayanan → Dengan produksi jasa angkutan yang besar, maka tingkat
kualitas pelayanan akan lebih baik, dapat dilihat pengguna tidak berdesak-desakkan dengan
kondisi tersebut sehingga konsumen dapat membayar yang lebih tinggi.
• Utilitas pengguna → Semakin besar manfaat yang dirasakan konsumen terhadap suatu
pelayanan transportasi yang dirasakannya maka semakin besar pula kemauan membayar
terhadap tarif yang berlaku. Demikian pula sebaliknya.
• Pendapatan pengguna → Semakin besar pendapatan seseorang maka kemauan membayar
akan semakin besar (oleh karena alokasi biaya perjalanannya lebih besar, sehingga akan
memberikan kemampuan dan kemauan membayar tarif perjalanannya semakin besar)
Klasifikasi Metode Estimasi WTP

Breidert, 2006
Observasi (market data)

• Real data dapat digunakan (market data atau eksperimen)


• Ada tiga jenis data penjualan yang cocok untuk estimasi
WTP:
• (1) historical sales data- catatan penjualan perusahaan sendiri,
• (2) panel data - pembelian individu
• (3) store scanner data - catatan penjualan dari outlet penjualan
individu
Observasi (Eksperimen)

• Pada eksperimen lab biasanya disimulasikan dengan pemberian sejumlah uang kepada
pembeli (subjek penelitian) dan meminta mereka untuk membelanjakan uang pada pilihan
barang tertentu. Barang dan harga bervariasi secara sistematis.
• Kelemahan metode ini pembeli yang diteliti sadar tentang situasi yang eksperimen. Subjek
menjadi lebih rasional dari perilaku pembelian mereka dibandingkan dengan perilaku
belanja normalnya. Sehingga hasil cenderung tidak valid.
• Berbeda dengan eksperimen lapangan (pembelian di toko) dimana perilaku subjek
penelitian lebih alami
• Eksperimen lapangan sering dilakukan dalam bentuk uji pasar. Di dalam pasar uji yang
berbeda, harga bervariasi secara sistematis dan tanggapan konsumen dianalisis.
• Kelemahannya adalah sulit memilih pasar uji yang serupa dengan pasar yang menjadi target.
• Observasi menggunakan pendekatan revealed preference.
Survey

• Data preferensi didapat melalui survey dengan pendekatan


Stated preference
• Pada survey langsung, responden ditanya berapa besar
mereka mau membayar suatu produk
• Pada survey tidak langsung, dilakukan dengan suatu
prosedur pemeringkatan untuk beberapa produk yang
berbeda.
Contigent Valuation Method (CVM)

• metodologi berbasis survei untuk mendapatkan nilai atas suatu barang, jasa, dan
fasilitas.
• teknik survei hipotesis langsung yang digunakan untuk menilai jumlah maksimum
uang yang responden akan bersedia membayar untuk mendapatkan keuntungan
dari komoditas yang bertawarkan.
• Metode CV memperkirakan suatu nilai barang ketika pasarnya belum ada (kategori
metode stated reference).
• Kelemahannya terletak pada ke-valid-an hasil pengukuran. Pertanyaan hipetesis
akan menghasilkan jawaban yang hipotesis juga. Sehingga CVM akan memberikan
perkiraan yang tidak valid ketika orang tidak terbiasa atau tidak berpengalaman (de
Boer et al., 1997).
Conjoint Analysis

• teknik untuk mengukur struktur preferensi individu melalui variasi sistematis dari atribut
produk dalam desain eksperimental.
• Atribut produk dianggap sebagai satu set kemungkinan realisasi, yang disebut sebagai
tingkatan atribut.
• Responden disajikan sejumlah profil produk yang terdiri dari atribut-atribut produk dan profil
tersebut diatur sesuai dengan preferensi yang dirasakan oleh responden.
• Pengukuran berfokus pada atribut yang berbeda disebut tingkat kepentingan (importance).
Tingkat kepentingan suatu atribut didasarkan pada tingkatan penilaian dan menggambarkan
berbagai tingkatan penilaian dari yang paling tidak disukai sampai paling disukai.
• Kelemahannya:
• tidak jelasnya informasi yang terkandung dalam pemeringkatan data yang sama dengan informasi yang
terkandung dalam data pilihan.
• pelaksanaan simulator pemilihan sangat rumit dan sering membingungkan manajer yang
menggunakannya untuk memprediksi model pangsa pasar
Discrete Choice Analysis (DCM)

• Individu diasumsikan membuat pilihan dengan memaksimalkan utilitas, di


mana utilitas tersebut merujuk pada perilaku dan persepsi individu.
• Pembuat keputusan (decision maker) dimodelkan memilih alternatif
dengan utilitas tertinggi di antara utilitas pilihan yang tersedia lainnya.
• Model terdiri dari fungsi utilitas parameter variable bebas yang diamati
dan juga yang tidak diketahui, nilai-nilainya diestimasi dari sampel pilihan
yang dibuat oleh para decision maker saat mereka dihadapkan dengan
situasi pilihan.
• Konsep utilitas acak merupakan dasar konseptual yang digunakan dalam
mengestimasi model pilihan diskrit dalam memprediksi alternatif yang
dipilih oleh semua individu.
DCM dalam studi transportasi

• Aplikasi DCM pada bidang transportasi berawal dari model pilihan diskrit yang dibuat dalam bentuk pilihan biner moda
perjalanan.
• Beberapa studi tersebut difokuskan pada estimasi dari “Nilai waktu”, pertimbangan antara waktu perjalanan dan biaya
perjalanan tersirat oleh model permintaan perjalanan.
• Nilai ini telah digunakan untuk menetapkan biaya untuk penghematan waktu perjalanan dalam evaluasi alternatif proyek
transportasi.
• Peneliti lain juga menekankan pengembangan model sensitive-policy untuk prediksi pangsa pasar dari moda-moda alternatif.
• Kemajuan selanjutnya yakni penelitian pada awal 1970-an berorientasi pada model pemilihan moda dengan lebih dari dua
alternatif pilihan, dan dengan memasukan aspek yang terkait karakteristik perjalanan lainnya seperti tujuan perjalanan,
frekuensi perjalanan kepemilikan kendaraan, lokasi tempat tinggal.
• Penelitian mengenai pemilihan moda kemudian terus dikembangkan oleh banyak peneliti. Studi-studi mengenai pemilihan
moda untuk perjalanan ke tempat kerja telah menggunakan jenis data yang berbeda dari berbagai tipe daerah perkotaan,
spesifikasi model dikembangkan lebih komprehensif dengan variabel sosio-ekonomi, dan diuji keakuratan proyeksi model
dengan data dari sebelum dan sesudah perubahan sistem transportasi.
Pemilihan Moda
• Tahap dimana pelaku perjalanan
memilih moda perjalanannya.

• Asumsi dalam memilih moda X


dibanding Y, Z, atau A karena
moda X memberikan manfaat
yang paling tinggi kepada
pelaku perjalanan dibanding
moda yang lain.

• Aplikasi WTP dalam pemilihan


moda-moda eksisting, pemilihan
moda alternatif baru, ataupun
produk layanan angkutan baru,
pemilihan penggunaan
jalan/rute tertentu, dan juga
studi tarif angkutan four-step transport model (adapted from Button, 1977, p.117)
Faktor yang mempengaruhi pemilihan moda

Ciri Fasilitas Moda


Ciri Pengguna Jalan Ciri Pergerakan Ciri Kota atau Zona
Transportasi
• Ketersediaan atau •Tujuan pergerakan, •Faktor kuantitatif •Beberapa ciri yang
kepemilikan •Waktu terjadinya (waktu dan biaya dapat mempengaruhi
kendaraan pribadi pergerakan, perjalanan, pemilihan moda
• Pemilikan SIM •Jarak perjalanan ketersediaan ruang adalah jarak dari pusat
•Struktur rumah tangga dan tarif parkir) kota dan kepadatan
•Faktor kualitatif penduduk.
• Pendapatan
(kenyamanan,
• Faktor lain (misalnya
keamanan,
keperluan
keandalan,keteraturan)
mengantarkan anak
sekolah)
Model dalam pemilihan moda perjalanan

Terdapat 2 jenis model:


1. Model aggregated
Merupakan model untuk memperkirakan modal share untuk zona
2. Model disaggregated
Merupakan model untuk memperkirakan modal share untuk setiap
individu/pelaku perjalanan
Metode Survey
Revealed Preference & Stated Preference
Perilaku Perjalanan
• Dalam menelaah perilaku perjalanan,
terdapat elemen-elemen yang bersifat
eksternal (seperti persepsi, sikap,
pereferensi).
• Bila perilaku perjalanan telah
mencapai tahap keputusan untuk
melakukan perjalanan, maka ada
beberapa tahap lagi yang harus
dilaluinya, yakni:
• (a) Formulasi preferensi secara eksplisit;
• (b) Identifikasi semua alternatif; dan
• (c) Pemahaman karakteristik setiap
alternatif pada setiap atribut

Komponen perilaku perjalanan (Gleave, 1991)


Revealed Preference (RP)

• Teknik Revealed-Preference menganalisa pilihan masyarakat


berdasarkan laporan yang sudah ada.
• faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan diidentifikasi
melalui teknik statistik.
• RP memiliki kelemahan dalam memperkirakan respon individu
terhadap suatu keadaan pelayanan yang pada saat sekarang
belum ada dan bisa jadi keadaan tersebut jauh berbeda dari
keadaan yang ada sekarang (Ortúzar dan Willumsen, 2007).
Stated Preference (SP)

• Kelemahan RP coba diatasi dengan pendekatan kedua yang


disebut teknik Stated Preference (SP).
• Teknik SP merupakan pendekatan untuk mengetahui preferensi
masyarakat jika dihadapkan pada suatu pilihan.
• Pada teknik ini peneliti dapat mengontrol secara penuh faktor-
faktor yang ada pada situasi yang dihipotesa. Masing-masing
individu ditanya tentang responnya jika mereka dihadapkan
kepada situasi yang diberikan dalam keadaan yang sebenarnya
(bagaimana preferensinya terhadap pilihan yang ditawarkan).
Stated Preference (2)

• SP menggunakan informasi kombinasi individu dalam proses


pengambilan keputusan. Para peneliti mengikuti metode
mengumpulkan dan menganalisa data preferensi.
• Keuntungan menggunakan metode SP:
a. Digunakan untuk mengukur preferensi masyarakat terhadap alternatif
baru
b. Sifat variabel dapat kuantitatif maupun kualitatif
c. Variabel yang digunakan ditentukan terlebih dahulu, sehingga tidak
menduga-duga.
RP vs SP
Desain Eksperimen SP

1. Respon kuesioner (Penilaian / Peringkat / Pilihan / Tingkat


preferensi)
• Data pilihan yang didapatkan mengenai informasi preferesi responden terhadap
alternatif yang ditawarkan dapat berbentuk penilaian (rating), peringkat
(ranking), pilihan (choice) dan tingkat preferensi (degree of preference).
2. Metode analisis
• Fungsi utilitas bertujuan untuk mengukur daya tarik setiap pilihan (skenario
hipotesa) yang diberikan pada responden. Fungsi ini merefleksikan pengaruh
pilihan responden pada seluruh atribut yang ada. Dalam menganalisanya dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu metode grafik, non-metric scaling,
metode regresi, serta Analisa logit dan probit (estimasi maximum likelihood).
Desain Eksperimen SP (2)

3. Jumlah sampel
• Untuk mengumpulkan data diperlukan biaya yang cukup besar.
4. Atribut (Pengukuran)
• Perlu diperhatikan untuk menentukan atribut apa yang akan ditinjau dan bagaimana
mengekspresikan tingkatan atribut, khususnya untuk atribut kualitatif.
5. Tingkatan atribut
• Perlu dipertimbangkan berapa banyak tingkat harus diperlakukan dan cara mengatur atribut
(nilai absolut, persentase dan sebagainya). Tingkatan atribut dalam desain eksperimental
biasanya bersifat 'ortogonal', yaitu untuk memastikan bahwa atribut disajikan kepada
responden bervariasi secara independen dari satu sama lain. Juga untuk menghindari
multikolinearitas antara atribut
Contoh form survey SP
Metode Analisis
Discrete Choice Model
Teori Probabilitas dan Utilitas

• Prosedur analisis untuk mengukur hubungan antara maksud/niat atau preferensi


dan atribut produk akan berbeda sesuai jenis tanggapannya (peringkat, rating
atau opsi pilihan).
• Dalam ilmu ekonomi mikro, utilitas merupakan konsep yang menjelaskan
kenikmatan, kegunaan atau kepuasan subyektif yang diperoleh saat
mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Konsep utilitas dapat digunakan untuk
menyatakan daya tarik suatu alternatif. Utilitas diukur dengan teknik preferensi.
• Utilitas merupakan nilai keseluruhan yang melekat pada produk yang dirasakan
oleh individu, yang merupakan kombinasi dari berbagai atribut.
Teori Utilitas

• Analisis perhitungan pemilihan moda menggunakan teori


probabilitas
• Setiap moda diasumsikan memiliki fungsi manfaat (utility) dan
moda yang digunakan adalah moda yang memiliki nilai
manfaat yang tertinggi
• Setiap nilai manfaat tersebut diasumsikan menggunakan fungsi
regresi linier berganda
Teori Utilitas (2)

• Setiap alternatif moda diasumsikan memiliki fungsi manfaat (utility) dan


moda yang digunakan adalah moda yang memiliki nilai manfaat yang
tertinggi
• Manfaat/utilitas terdiri dari 2 Komponen: Komponen yang dapat diukur
(waktu dan biaya perjalanan) dan yang tidak dapat diukur (kenyamanan,
dan keamanan).
• Setiap nilai manfaat tersebut diasumsikan menggunakan fungsi regresi
linier berganda
Teori Utilitas (3)

• Sebagian besar individu menunjukkan inkonsistensi dalam


memilih (factor yang tidak dapat diidentifikasi peneliti).
• Konsep ini disebut utilitas acak (random utility), di mana
terdapat error term dalam persamaan utilitas. Hal tersebut
mencerminkan unsur-unsur yang tidak teramati (unobservable
elements) dari perilaku memilih.
𝑈𝑖 = 𝑉𝑖 + 𝜀𝑖
Dimana Vi adalah komponen terukur (measurable components) untuk pilihan i
Metode pemilihan moda perjalanan

• Analisis perhitungan pemilihan moda menggunakan teori probabilitas


• Probabilitas individu-n memilih alternatif-i terhadap alternatif-j (dengan
sejumlah alternatif Cn):
Pn(i|Cn) = P(Uin  Ujn,  j  Cn) atau Pn(i) = P(Vin – Vjn  jn – in)
• Terdapat 2 metode perhitungan dalam model pemilihan moda:
Binomial Logit Model
Probabilitas menggunakan alternatif-i dinyatakan
dengan:
Probabilitas bahwa individu memilih altenatif- i adalah fungsi
perbedaan utilitas antara kedua alternatif:

U𝑖 − U𝑗
= 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1 U𝑖 − 𝑋1 U𝑗 + 𝛽2 𝑋2 U𝑖 − 𝑋2 U𝑗 + ⋯ + 𝛽𝑛 𝑋𝑛 U𝑖 − 𝑋𝑛 U𝑗

dan Probabilitas menggunakan alternative-j: Di mana:


Ui – Uj = selisih utilitas antara alternatif i dan alternatif j
X = atribut
β0 = konstanta
β1, β2, βn = Koefisien masing-masing atribut yang ditentukan
melalui metode least square dengan multiple linier
regression
Multinomial Logit Model
Probabilitas menggunakan alternatif-i terhadap moda-moda lainnya dinyatakan dengan:

Model Pemilihan moda


Contoh
Choice

rail car Transit taxi

Persamaan Utilitasnya
Aplikasi WTP
Review Penelitian
Evaluation of Airport Train Fare Based on
Willingness to Pay of Users
(Case Study Soekarno-Hatta International Airport)
Nuryani Tinumbia1, Prima Jiwa Osly1, Bambang Cahyadi2, Glorya Rombe Datu1

_______________________________________________________________________________________
1Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Pancasila University, Indonesia
2Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Pancasila University, Indonesia
METHODOLOGY
• The model is built based on the stated preference survey data (206 respondents of airline passengers
and visitors)
• Analysis  the Discrete Choice Model (Binary Choice): comparing performance if there are
improvements (do-something DS scenario) and existing performance (do-nothing DN scenario) of
the Airport Train Service.
• The attributes:

TTTIME HDWY COST


Travel time Headway Travel cost

• The The model is built in a general trip, departure trip, arrival trip, business trip, and non-business trip.

• Utility Function: 𝑈𝐷𝑆 − 𝑈𝐷𝑁 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑇𝑇𝐼𝑀𝐸𝐷𝑆 − 𝑇𝑇𝐼𝑀𝐸𝐷𝑆 + 𝛽2 𝐻𝐷𝑊𝑌𝐷𝑆 − 𝐻𝐷𝑊𝑌𝐷𝑆 + 𝛽1 𝐶𝑂𝑆𝑇𝐷𝑆 − 𝐶𝑂𝑆𝑇𝐷𝑆

• WTP  the probability of choosing the alternatives, it is a 50% probability when the user chooses DS
and DN
Formulir survey
RESULT AND ANALYSIS
Statistical Outputs
Parameters General Departure Arrival Business Non-business
• The utility function is estimated n 2472 1212 1260 1164 1308
by the Maximum Likelihood. Log likelihood
func. -1281.35339 -648.98609 -630.45369 -643.06404 -626.15538
• Statistical tests: The likelihood- χ2statistic 260.56575 121.30574 140.58816 139.00105 124.15407
ratio test and Wald-test p-value 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Num. of Parameter 3 3 3 3 3
• The results of statistical tests: β0 0.14241 0.12182 0.17008 0.39731 -0.08365
β1 (HDWY) -0.04977 -0.05113 -0.04849 -0.05142 -0.0492
TTTIME is not significant for the β2 (COST) -0.00006364 -0.00005932 -0.00006841 -0.000064636 -0.000063986
dependent variable (omitted). Std. Error β0 0.11468 0.16146 0.1632 0.16198 0.16462
Std. Error β1 0.00665 0.00931 0.00951 0.00937 0.00956
Std. Error β2 0.000004651 0.000006439 0.000006747 0.000006468 0.000006791
• The likelihood-ratio test: z β0 1.24 0.75 1.04 2.45 -0.51
z β1 -7.49 -5.49 -5.1 -5.49 -5.15
HDWY and COST are z β2 -13.68 -9.21 -10.14 -9.99 -9.42
simultaneously influence the p-value β0 0.2143 0.4506 0.2974 0.0142 0.6113
dependent variable (χ2statistic > p-value β1 0 0 0 0 0
p-value β2 0 0 0 0 0
χ2critical). χ2critical 5.991464547 5.991464547 5.991464547 5.991464547 5.991464547
zcritical 1.960924881 1.961926469 1.961851518 1.962007618 1.961782081
• Wald-test (z): each attribute has
got significant influence on
individual choice
(|z|> z ).
RESULT AND ANALYSIS
Utility Function

The negative sign (-) represents probability of choosing DS will be reduced if


the gap/attribute differences increased

General UDS - UDN = 0.14241 - 0.04977*(HDWYDS - HDWYDN) - 0.000063638*(COSTDS -


COSTDN)
Departure UDS - UDN = 0.12182 - 0.05113*(HDWYDS - HDWYDN) - 0.000059321*(COSTDS - COSTDN)
Arrival UDS - UDN = 0.17008 - 0.04849*(HDWYDS - HDWYDN) - 0.000068411*(COSTDS - COSTDN)
Business UDS - UDN = 0.39731 - 0.05142*(HDWYDS - HDWYDN) - 0.000064636*(COSTDS - COSTDN)
Non-business UDS - UDN = -0.08365 - 0.0492*(HDWYDS - HDWYDN) - 0.000063986*(COSTDS - COSTDN)

For general trip model:


The negative sign on COST coefficient : if there is an Rp. 1 increasing in COST result in 0.000063638
decreasing of utility, thus it will decrease the probability of choosing DS service (do-something
scenario) and vice versa
RESULT AND ANALYSIS
Sensitivity of Models and Willingness to Pay
The sensitivity of the general trip model due to changes in
travel costs:

departure trip arrival trip


WTP

The slope of the DS line on the graph tend to negative


values: the higher the Airport Train fare, the smaller business trip non-business trip
the probability of choosing DS
RESULT AND ANALYSIS
Willingness to Pay

• WTP: the difference in fare at the probability


of 50% choosing DS or DN + the existing
fare.
• WTP of departure passengers is slightly
higher than Arrival passengers (difference of
Rp. 1,864)

• The business trip passengers tend to pay


higher cost than non-business trip
passengers (difference of Rp. 7,854).

53
Analisis ATP dan WTP Pengguna Jasa Kereta
Api Bandara Kualanamu (Airport Railink Service)
(Julien & Mahalli, 2014)
• Tujuan → untuk menentukan tarif yang ideal dari layanan transportasi tersebut dan untuk
menyelidiki pertimbangan dasar di penentuan tarif eksisting oleh PT. Railink.
• Data dikumpulkan melalui wawancara berdasarkan kuesioner dengan pendekatan household
budget dan stated preference.
• Pengukuran nilai WTP menggunakan Pengukuran nilai WTP menggunakan metode stated
preference.
• Nilai WTP masing-masing responden yaitu berupa nilai maksimum rupiah yang bersedia
dibayarkan oleh responden untuk jasa kereta api bandara, diolah untuk mendapatkan nilai
rata-rata (mean) dari nilai WTP tersebut, dengan rumus :
Hasil Penelitian (Julien & Mahalli, 2014)

• Mayoritas responden memiliki kesediaan membayar kategori sedang : Rp 41.000 – Rp 80.000


sebanyak 34 responden (85%).
• Kesediaan membayar responden kategori rendah: Rp 10.000 – Rp 40.000 sebanyak 4 orang (10%)
• Kesediaan membayar kategori tinggi : Rp 81.000 – Rp 120.000 sebanyak 2 orang (5%).
• Tidak ada responden yang bersedia membayar > Rp 120.000 (kategori tinggi),
• batas maksimum WTP responden: Rp. 100.000,
• batas minimum WTP responden : Rp 30.000
• nilai median WTP responden: Rp 50.000.
Referensi
• Ben-Akiva M., Lerman S. R. 1985. Discrete Choice Analysis; Theory and Application Travel Demand. The MIT Press. Massachusette.
USA.
• Breidert C., 2006. Estimation of Willingness To Pay: Theory, Measurement, Application. Gabler Edition Wissenschaft
• Julien, Mahalli K. 2014. Analisis ability to pay dan willingness to pay Pengguna jasa kereta api bandara kualanamu (Airport Railink
Service). Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.2 No.3. Hal. 167-179.
• Kusuma, A., Tinumbia N., Bakdirespati P. 2017. The Characteristics Of Potential Passengers Of An Indonesian High-Speed Train
(Case Study: Jakarta-–Bandung). International Journal of Technology (2017) 6: 1150-1158
• Ortuzar J. de D. dan Willumsen L.G, 2007. Modelling Transpor 3rd ed., John Wiley & Sons, Ltd
• Pearmain D., Kroes E. P. 1991. Stated Preference Techniques: A Guide To Practice. Steer Davies & Gleave Ltd.; Hague Consultancy
Group. UK.
• Tamin O. Z., Rahman H., Kusumawati A., Munandar A. S., Setiadji B. H. 1999. Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis Ability To
Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) di DKI Jakarta. Jurnal Transportasi, Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi
(FSTPT), Vol. 1, No. 2, Tahun I, Desember 1999, Hal. 121-139.
• Vuchic V. R. 2005. Urban Transit: Operations, Planning, and Economics. John Willey & Sons, Inc. New Jerser, USA.
• Wulansari D. N., Tamin O. Z., Wibowo S. S., Weningtyas W., ic V. R. 2015. Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)
Pengguna Kereta Api Bandara (Studi Kasus: Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta). Proceeding FSTPT-18 Universitas
Lampung.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai