Anda di halaman 1dari 42

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

E-LEARNING HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

KONSEP DASAR DAN TEORI OTONOMI DAERAH


PENYUSUN: DR. BOEDIARSO TEGUH WIDODO, M.E.
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari materi pelatihan Konsep Dasar dan Teori Otonomi Daerah ini,
peserta E-Learning Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah diharapkan dapat:
§ Memahami pengertian otonomi daerah
§ Memahami karakteristik/sifat otonomi daerah
§ Memahami manfaat dan kelemahan otonomi daerah
§ Memahami landasan hukum dan perkembangan otonomi daerah di Indonesia
§ Memahami asas penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah
§ Memahami Pokok-Pokok Kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN
JAKARTA, DESEMBER 2020
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 1
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENDAHULAUN: LATAR BELAKANG OTONOMI DAERAH (1)


• Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
• Konsekuensi logis sebagai Negara kesatuan adalah dibentuknya pemerintah Negara
Indonesia sebagai pemerintah nasional untuk pertama kalinya dan kemudian pemerintah
nasional tersebutlah yang kemudian membentuk Daerah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. **) (UUD 1945 Pasal
18)
• Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota berwenang untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas
Pembantuan dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya.
• Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat.
• Berbagai ketentuan dalam UUD 1945 tersebut menjadi landasan pelaksanaan otonomi daerah
di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENDAHULUAN: LATAR BELAKANG OTONOMI DAERAH (2)


§ Sebagai respons dari krisis multi dimensi sejak pertengahan tahun 1997, pada
masa reformasi dicanangkan suatu kebijakan restrukturisasi sistem
pemerintahan yang cukup penting, yaitu melaksanakan otonomi daerah dan
pengaturan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah.
§ Sejak saat itu, paradigma lama dalam manajemen pemerintahan yang
berporos pada sentralisme kekuasaan diganti menjadi kebijakan otonomi
daerah yang tidak dapat dilepaskan dari upaya politik pemerintah pusat
untuk merespon tuntutan kemerdekaan atau negara federal dari beberapa
wilayah yang memiliki sumber daya alam melimpah, namun tidak
mendapatkan haknya secara proporsional pada masa pemerintahan orde
baru.
§ Otonomi daerah dianggap dapat menjawab tuntutan pemerintah
pembangunan sosial ekonomi, penyelenggaraan pemerintah dan membangun
kehidupan berpolitik yang efektif, sebab dapat menjamin penanganan
tuntutan masyarakat secara variatif dan cepat.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020


3
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KONSEP DASAR OTONOMI DAERAH: DEFINISI (PENGERTIAN)


SESUAI PENDAPAT PARA AHLI (1)
• Menurut Rahayu, Sri Ani (2018), secara etimologi (harfiah), otonomi
daerah berasal dari kata “otonom” dan “daerah”. Merujuk dalam bahasa
Yunani, kata otonom berasal dari kata autos yang berarti sendiri, dan kata
namos yang berarti aturan/undang-undang. Jadi otonomi daerah
adalah kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan
untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
• Benyamien Hoesein mendefinisikan Otonomi Daerah sebagai
pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah
nasional suatu negara secara informal berada di luar
pemerintahan pusat.
• Ateng Syarifuddin, berpendapat otonomi mempunyai makna
kebebasan atau kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan
melainkan kebebasan yang terbatas, atau kemandirian itu
terwujud atas pemberian kesempatan yang harus dapat
dipertanggungjawabkan.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020
4
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KONSEP DASAR OTONOMI DAERAH: DEFINISI (PENGERTIAN)


SESUAI PENDAPAT PARA AHLI (2)
• Syarif Saleh mendefinisikan otonomi daerah adalah hak mengatur
dan memerintah daerah sendiri, dimana hak tersebut
merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat.
• F. Sugeng Istianto mengartikan otonomi daerah sebagai hak
dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga daerah.
• Mariun, mendefinisikan otonomi daerah adalah kebebasan yang
dimiliki oleh pemerintahan daerah yang memungkinkan
mereka untuk membuat inisiatif sendiri dalam rangka
mengelola dan mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki oleh daerahnya sendiri.
Otonomi daerah merupakan kebebasan untuk dapat berbuat sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020
5
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KONSEP DASAR OTONOMI DAERAH: DEFINISI (PENGERTIAN)


SESUAI PENDAPAT PARA AHLI (3)
• Philip Malwood menyatakan bahwa otonomi daerah adalah
suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan
sendiri, di mana keberadaannya terpisah dengan otoritas yang
diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber
material yang bersifat substansial mengenai fungsi yang berbeda.

Jadi Otonomi daerah dapat diartikan pelimpahan kewenangan dan tanggung


jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Dalam pola pikir demikian, otonomi daerah adalah suatu instrumen politik
dan instrumen administrasi/manajemen yang digunakan untuk
mengoptimalkan sumber daya lokal, sehingga dapat dimanfaatkan sebenar-
benarnya untuk kemajuan masyarakat di daerah, terutama menghadapai
tantangan global, mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan
kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat, serta mengembangkan
demokrasi dimana hal tersebut merupakan tujuan dari otonomi daerah.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 6
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENGERTIAN OTONOMI DAERAH SESUAI REGULASI


• KEWENANGAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR
DAN MENGURUS KEPENTINGAN MASYARAKAT
SETEMPAT MENURUT PRAKARSA SENDIRI BERDASARKAN
ASPIRASI MASYARAKAT SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN”(UU 22 Tahun 1999).
• HAK, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM
UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN
PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT
SETEMPAT SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN (UU 32 Tahun 2004).
• HAK, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM
UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN
PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT
SETEMPAT DALAM SISTEM NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI) (UU 23 Tahun 2014).
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 7
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KARAKTERISTIK/SIFAT OTONOMI DAERAH


§ Otonomi daerah yang dijalankan HARUS RIIL ATAU NYATA, dalam artian
bahwa pemberian otonomi kepada daerah harus didasarkan pada faktor-faktor,
perhitungan-perhitungan dan tindakan-tindakan atau kebijaksanaan yang benar-
benar dapat menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus
urusan rumah tangganya sendiri.
§ Otonomi daerah juga harus merupakan otonomi yang BERTANGGUNG
JAWAB, dalam arti bahwa pemberian otonomi itu harus benar-benar sejalan
dengan tujuannya, yaitu melancarkan dan memeratakan pembangunan di seluruh
wilayah negara.
§ Pemberian otonomi daerah mengutamakan aspek keserasian dengan tujuan
(doelmatigheid) di samping aspek pendemokrasian, serta harus dapat menunjang
aspirasi perjuangan rakyat, yakni memperkokoh negara kesatuan dan
mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia seluruhnya.
§ Otonomi daerah tentunya juga HARUS BERSIFAT DINAMIS, artinya
berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi (Sujamto, 1990).

Dr.Boediarso
Dr. BoediarsoTeguh
TeguhWidodo,
Widodo,M.E
M.E©2020
©2018 8 8
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MANFAAT OTONOMI DAERAH: (1)


(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)
1. Perencanaan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan masyarakat di daerah
yang bersifat heterogen;
2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat terstruktur dari
pemerintah pusat;
3. Perumusan kebijaksanaan dari pemerintah akan lebih realistik;
4. Desentralisasi akan mengakibatkan terjadinya penetrasi yang lebih baik dari
pemerintah pusat bagi daerah-daerah yang terpencil atau sangat jauh dari pusat,
dimana seringkali rencana pemerintah tidak dipahami oleh masyarakat setempat
atau dihambat oleh elite lokal, dan dimana dukungan terhadap program
pemerintah sangat terbatas;
5. Representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik, etnis, keagamaan di
dalam perencanaan pembangunan yang kemudian dapat memperluas kesamaan
dalam mengalokasikan sumber daya dan investasi pemerintah;
6. Peluang bagi pemerintahan serta Lembaga privat dan masyarakat di daerah
untuk meningkatkan kapasitas teknis dan managerial;

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 9


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MANFAAT OTONOMI DAERAH: (2)


(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)
7. Dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan di pusat dengan tidak lagi pejabat
puncak di pusat menjalankan tugas rutin karena hal itu dapat diserahkan
kepada pejabat daerah;
8. Dapat menyediakan struktur dimana berbagai departemen di pusat dapat
dikoordinasikan secara efektif bersama dengan pejabat daerah dan sejumlah
NGOs di berbagai daerah. Provinsi, Kabupaten, dan Kota dapat menyediakan
basis wilayah koordinasi bagi program pemerintah;
9. Struktur pemerintahan yang didesentralisasikan diperlukan guna
melembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan implementasi
program;
10. Dapat meningkatkan pengawasan atas berbagai aktivitas yang dilakukan oleh
elite lokal yang seringkali tidak simpatik dengan program pembangunan
nasional dan tidak sensitif terhadap kebutuhan kalangan miskin di perdesaan;
11. Administrasi pemerintahan menjadi mudah disesuaikan, inovatif dan kreatif.
Kalau mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh daerah yang lainnya.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 10


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MANFAAT OTONOMI DAERAH: (3)


(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)
12. Memungkinkan pemimpin di daerah menetapkan pelayanan dan
fasilitas secara efektif, mengintegrasikan daerah-daerah yang
terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek
pembangunan dengan lebih baik daripada yang dilakukan oleh
pejabat di pusat
13. Memantapkan stabilitas plotitik dan kesatuan nasional dengan
memberikan peluang kepada berbagai kelompok masyarakat di
daerah untuk berartisipasi secara langsung dalam pembuatan
kebijaksanaan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan
kepentingan mereka di dalam memelihara system politik
14. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di tingkat lokal dengan
biaya yang lebih rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi beban
pemerintah pusat karena sudah diserahkan kepada daerah.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 11
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BEBERAPA KELEMAHAN OTONOMI DAERAH: (1)


Menurut Kaho (2002), terdapat beberapa kelemahan Otonomi
Daerah, diantaranya:
1. Struktur Pemerintahan lebih kompleks sehingga relatif sulit
dikoordinasikan.
2. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam
kepentingan dan daerah dapat lebih mudah terganggu.
3. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong
timbulnya daerahisme atau provinsialisme.
4. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama.
5. Diperlukan biaya lebih banyak dan sulit memperoleh
keseragaman dan kesederhanaan.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 12


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BEBERAPA KELEMAHAN OTONOMI DAERAH: (2)


§ Pertentangan Peraturan
Otonomi dapat membuat terjadinya pertentangan peraturan diantara
pemerintah daerah. Apabila pertentangan saling melengkapi tentu tidak
mengapa, namun ketika saling merugikan maka ini menjadi masalah.
§ Pengawasan Lemah
Pengawasan pemerintah pusat ke pemerintah daerah menjadi lemah. Pada
beberapa kasus, hal tersebut memungkinkan timbulnya penguasa-penguasa
daerah yang sewenang-wenang. Untuk mengawasi hal ini, maka masyarakat
daerahlah yang harus berperan aktif dalam daerahnya.
§ Rentan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Pengawasan yang lemah juga menyebabkan mudahnya korupsi, kolusi, dan
nepotisme di kalangan pejabat pemerintah daerah.
Penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi dan merugikan negara
secara pribadi dapat terjadi. Korupsi dana pembangunan daerah yang paling
banyak dilakukan. Selain itu, penyalahgunaan dalam bentuk kolusi dan
nepotisme, di mana tidak adanya profesionalisme dalam pekerjaan juga marak.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 13
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BEBERAPA KELEMAHAN OTONOMI DAERAH: (3)


• Kesenjangan Antar-Daerah
Dampak negatif selanjutnya adalah kesenjangan antar daerah. Karena tidak
semua wilayah mempunyai sumber daya yang banyak. Atau mungkin sumber
daya yang banyak tetapi tidak dikelola dengan baik. Akibatnya, terjadi
kesenjangan antar daerah.
• Koordinasi Sulit
Banyaknya pemerintah daerah, berarti juga banyak organisasi dan instansi di
bawahnya. Selain membuat lemahnya pengawasan, hal ini menyebabkan
koordinasi sulit. Pemerintah pusat tidak bisa melakukan kebijakan yang berada di
luar wewenangnya dengan cakupan seluruh wilayah Indonesia. Karena nantinya
pemerintah daerah harus diikutsertakan dalam kewenangan tersebut.
• Keseimbangan Kepentingan Sulit Tercapai
Keseimbangan kepentingan sulit tercapai karena setiap daerah mempunyai
aturan yang berbeda. Untuk menyatukannya menjadi hal sulit. Apalagi
menyeimbangkan kepentingan daerah yang satu dengan daerah lain. Perlu
kebijakan kepala daerah dan ketegasan pemerintah pusat untuk mencapai
keseimbangan.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 14
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BEBERAPA KELEMAHAN OTONOMI DAERAH: (4)


• Perlu Biaya Desentralisasi
Otonomi daerah atau desentralisasi berarti membuat bertambahnya pejabat
di daerah. Secara birokrasi, ini lebih efisien waktu, tenaga, dan biaya. Namun
secara keorganisasian, membutuhkan biaya lebih banyak. Sistem di daerah
juga harus dibangun dengan biaya tidak sedikit hingga dapat menyerap
aspirasi masyarakat.
• Kedaerahan
Seharusnya, setiap wilayah mengusahakan upaya menjaga keutuhan NKRI.
Otonomi daerah membuka peluang kedaerahan atau kelompok menjadi
terbuka. Jika tidak dijaga, sikap mementingkan kelompok / wilayah /
daerahnya lebih terasa dibandingkan kepentingan nasional
• Keputusan Lebih Panjang
Mencakup keputusan nasional alurnya bertambah panjang. Karena untuk
menerapkan kebijakan nasional, pemerintah pusat harus
mempertimbangkan aspirasi dari semua daerah. Jangan sampai kebijakan
hanya menguntungkan daerah tertentu saja.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 15
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI
OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020


16
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI INDONESIA: (1)


§ Otonomi daerah dilaksanakan secara luas, nyata, dan bertanggung
jawab dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Artinya, daerah diberikan keleluasaan untuk menyelenggarakan
kewenangan yang dimilikinya, termasuk konsekuensi kewajiban-
kewajibannya, dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat, serta mengembangkan kehidupan
berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan
yang serasi antara pusat dan daerah, serta antardaerah.
§ Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah di Indonesia pada dasarnya
merupakan respon atas berbagai aspirasi daerah yang menginginkan
peningkatan peran dan kemandirian daerah dalam mengelola
kewenangan dan tanggung jawabnya untuk pelayanan masyarakat
dan pembangunan daerah.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 17


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI INDONESIA: (2)


§ Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal di Indonesia sebenarnya bukan merupakan konsep
baru. Dalam UU RI No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah,
desentralisasi yang diatur masih bersifat terbatas, sehingga belum mampu mengurangi
ketimpangan antardaerah dan antarwilayah (Uppal dan Suparmoko, 1986; Sjahfrizal, 1997).
§ Era baru Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal di Indonesia baru efektif dilaksanakan
pada 1 Januari 2001. Hal ini diwarnai dengan berbagai penyempuranaan terhadap kedua UU
yang telah ada. Tahun 2004 dikeluarkan UU otonomi daerah yang baru, yakni UU no. 32
tahun 2004.
§ Perjalanan desentralisasi dan sentralisasi di Indonesia sejatinya telah dimulai sejak tahun
1900, berlanjut pada masa pendudukan jepang, revolusi, orde lama, orde baru, hingga
sekarang;
§ Berbeda dengan sistem federalism, otonomi daerah di Indonesia diletakkan dalam kerangka
Negara Kesatuan (unitary state). Perbedaan utama sistem federalisme dan kesatuan terletak
pada sumber kedaulatan, yaitu: dalam sistem federalisme, kedaulatan diperoleh dari unit-
unit politik yang terpisah-pisah, dan kemudian sepakat untuk membentuk pemerintahan
bersama. Dalam Negara Kesatuan, kedaulatan langsung bersumber dari seluruh penduduk
dalam Negara tersebut (Syaukani, et al. 2002).
§ Penyerahan wewenang (desentralisasi) dilaksanakan berbarengan dengan pelimpahan
wewenang (dekonsentrasi) dan Tugas Pembantuan. Secara Konseptual Otonomi daerah
dalam kerangka NKRI dapat dilihat pada gambar berikut:
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 18
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI INDONESIA: (3)

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 19


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

OTONOMI KHUSUS SEBAGAI VARIAN OTONOMI DAERAH


§ Selain otonomi daerah yang pada umumnya diterapkan pada daerah-daerah yang
memiliki kondisi stabilitas yang mantap dalam kerangka desentralisasi yang simetris,
juga terdapat otonomi khusus yang diimplementasikan pada daerah-daerah yang
mengalami konflik separatisme, dan/atau memiliki kekhususan dan/atau
keistimewaan tertentu dalam kerangka desentralisasi asimetris.
§ Otonomi khusus merupakan kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada
provinsi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Istilah otonomi khusus ini dapat
diartikan sebagai kewenangan dan keleluasaan yang lebih luas bagi daerah untuk
mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri.
§ Dalam hal ini, daerah telah mendapatkan kewenangan dan kekuasaan yang lebih besar
untuk mengatur dan mengurus penegakan hukum dan ketertiban masyarakat, serta
mengatur pengelolaan sumber daya alam yang dimilikinya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, dengan tetap memberikan tanggung jawab dan
memperhatikan kontribusinya terhadap kepentingan nasional.
§ Demikian pula, dalam melaksanakan pembangunan daerah seperti infrastruktur,
sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum, dan ketertiban di tataran provinsi, sesuai
dengan karakteristik alam serta masyarakat dan budaya yang unik dan tidak ada di
daerah lain.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 20
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PERKEMBANGAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH DI


INDONESIA: (1)
Pelaksanaan otonomi daerah (OTDA) di Indonesia telah mengalami perubahan
sebanyak tujuh kali yang ditandai dengan perubahan Undang-Undang
OTDA/Desentralisasi, yaitu:
1. UU Nomor 1 Tahun 1945, tentang pemerintahan daerah.
Dalam undang-undang ini ditetapkan daerah otonomi adalah keresidenan,
kabupaten, dan kota. Tetapi tidak ada peraturan pemerintah (PP)-nya, sehingga
tidak dilaksanakan dan usianya hanya tiga (3) Tahun.
2. UU Nomor 22 Tahun 1948, tentang susunan Pemda yang demokratis. Dalam
undang-undang ini:
a. Ada dua jenis daerah otonomi yaitu, daerah otonomi biasa dan daerah
otonomi istimewa.
b.Ditentukan tingkatan daerah otonomi, yaitu: provinsi, kabupaten kota, besar dan
kecil/kota kecil.
c. Pemerintah pusat memberikan hak istimewa kepada beberapa daerah di jawa,
bali, Minangkabau, dan Palembang untuk menghormati daerah tersebut guna
melakukan pengaturan sendiri daerahnya mengenai hak dan asal-usul daerah.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 21
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PERKEMBANGAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH DI


INDONESIA: (2)
3. UU Nomor 1 Tahun 1957, tentang Pemerintahan daerah yang berlaku menyeluruh
dan bersifat seragam.
4. UU Nomor 18 Tahun 1965, tentang pemerintahan daerah yang menganut otonomi
yang seluas-luasnya.
5. UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang pokok-pokok penyelenggaraan pemerintah pusat
di daerah, Undang-undang ini usianya paling panjang yaitu 25 tahun.
6. UU Nomor 22 Tahun 1999, tentang OtonomiDaerah.
7. UU Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan keuangan Pusat dan daerah.
8. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Perimbangan daerah. Dalam undnag-undang ini
terlihat jelas pembagian urusan pemerintah, dimana pemerintah pusat menjalankan
urusan dalam pembuatan perundang, politik luar Negeri, pertahanan, keamanan,
yutisi, kebijakan fiskal dan moneter, serta agama.
9. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah. UU ini mengatur pembayaran pembanunan daerah yang bersumber
dari PAD, dana perimbangan dan pendapat lain-lain. UU Nomor 1 Tahun 1957,
tentang Pemerintahan daerah yang berlaku menyeluruh dan bersifat seragam.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 22
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PERKEMBANGAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH DI


INDONESIA: (3)
10. UU Nomor 18 Tahun 1965, tentang pemerintahan daerah yang menganut otonomi
yang seluas-luasnya.
11. UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang pokok-pokok penyelenggaraan pemerintah pusat
di daerah, Undang-undang ini usianya paling panjang yaitu 25 tahun.
12. UU Nomor 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah.
13. UU Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan keuangan Pusat dan daerah.
14. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Perintahan Daerah. Dalam undang-undang ini
terlihat jelas pembagian urusan pemerintah, dimana pemerintah pusat menjalankan
urusan dalam pembuatan perundangan, politik luar Negeri, pertahanan, keamanan,
yutisi, kebijakan fiskal dan moneter, serta agama.
15. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah. UU ini mengatur pembayaran pembanunan
daerah yang bersumber dari PAD, dana perimbangan dan pendapat lain-lain.
16. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 23


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

LATAR BELAKANG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA: (2)

Kehidupan berbangsa dan bernegara


sebelum tahun 2001 sangat terpusat di
Jakarta (Jakarta centris).

Pembagian kekayaan dirasakan tidak


adil dan tidak merata.
Daerah-daerah yang memiliki sumber
kekayaan alam melimpah berupa
minyak, hasil tambang dan hasil hutan.

Kesenjangan sosial (dalam makna


seluas-luasnya) antara satu daerah satu
dengan daerah lain sangat terasa.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 24


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

OTONOMI DAERAH DAN DEMOKRATISASI


Otonomi daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem demokrasi
yang berintikan kebebasan kepada individu, kelompok, dan daerah untuk
mengatur, mengendalikan, serta menyelenggrakan pemerintahan sendiri
dan dikendalikan oleh masyarakat pusat.

TUJUAN UTAMA KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH


Sebagai upaya mewujudkan:
1. Kesetaraan politik (politicial equality), yaitu hak warga negara untuk
mendapatkan kesetaraan atau kesamaan politik.
2. Tanggung jawab daerah (local accountability), yaitu masyarakat daerah dapat
secara langsung ikut bertanggung jawab dalam pembangunan mengembangkan
segala potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan
sumber daya buatan (SDB) yang ada pada daerah bagi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat dan daerahnya.
3. Kesadaran daerah (local responsiveness), yaitu kesadaran daerah untuk
menumbuhkembangkan segenap potensi yang dimilikinya bagi masyarakat
maupun Negara.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 25
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

TUJUAN OTONOMI DAERAH


DILIHAT DARI SEGI POLITIK
• Penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk:
• Mencegah penumpukan kekayaan di pusat dan membangun masyarakat
yang demokratis;
• Menarik rakyat ikut serta dalam pemerintah; dan
• Melatih diri dalam menggunakan hak-hak demokrasi;
DILIHAT DARI SEGI PEMERINTAH
• Penyelenggaraan otonomi daerah adalah sarana atau instrumen untuk
mencapai pemerintah yang efisien.
DILIHAT DARI SEGI SOSIAL BUDAYA
• Penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan agar perhatian lebih fokus
kepada daerah.
DILIHAT DARI SEGI EKONOMI
• Otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat turut berpatisipasi dalam
pembangunan ekonomi di daerah masing-masing.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 26
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ALASAN-ALASAN LAINNYA MENGENAI PERLUNYA OTONOMI DAERAH


DAN DESENTRALISASI MENURUT SEBAGIAN AHLI
• Untuk terciptanya efisien dan efektivitas penyelenggaraan
1 pemerintahan

• Sebagai sarana pendidikan politik rakyat.


2

• Sebagai persiapan karir politik.


3

• Sarana atau Instrumen untuk Mencapai Stabilitas Politik


4

• Kesetaraan Politik (political equality)


5

• Akuntabilitas publik, demokrasi yang memberikan ruang dan peluang


kepada masyarakat di daerah untuk berpatisipasi dalam segala bentuk
6 kegiatan penyelenggaraan Negara
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 27
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PRASYARAT YANG HARUS DIPENUHI UNTUK MENCAPAI TUJUAN


KEBIJAKAN OTONOMI DI DAERAH :
1. Memiliki teritorial kekuasaan yang jelas (legal territorial of power), yaitu
kebijakan dan keputusan yang dibuat serta dilakukan pemerintahan dan
rakyat suatu daerah adalah hanya meliputi batas wilayah daerah kekuasaan
daerah tersebut.
2. Memiliki pendapatan daerah sendiri (local own revenues), yaitu agar daerah
memiliki pendapatan (income) sendiri yang dihasilkan dari potensi SDA
daerah dan diperoleh dari dana alokasi umum (DAU) dan dana Alokasi Khusus
(DAK) yang berasal dari APBN.
3. Memiliki badan perwakilan (local representative body) yaitu dapat memiliki
badan legislatif dan eksekutif yang dibentuk menurut kebutuhan daerah oleh
anggota legislatif hasil pemlihan secara langsung dan kepala pemerintah
daerah.
4. Memiliki kepala daerah yang dipilih sendiri melalui pemilu (local leader
executive by general election), yaitu dapat memiliki kepala daerah (gubernur,
bupat/walikota) yang merupakan hasil pemilu langsung kepala daerah
(PILKADA) oleh rakyat daerah provinsi atau kabupten/kota.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 28
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ASAS PENYELENGGARAAN URUSAN


PEMERINTAHAN DI DAERAH

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 29


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN KEKUASAAN PEMERINTAHAN DAN


ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERITAHAN DI DAERAH: (1)
§ Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan sesuai dengan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
§ Kekuasaan Pemerintahan tersebut diuraikan dalam berbagai Urusan Pemerintahan.
§ Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara
Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan
menyejahterakan masyarakat.
§ Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan tertentu.
§ Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dilaksanakan berdasarkan asas
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
§ Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
§ Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali
kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 30
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN KEKUASAAN PEMERINTAHAN DAN


ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERITAHAN DI DAERAH: (2)
§ Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk
melaksanakan Sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsikepada Daerah kabupaten/kota untuk
melaksanakan Sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
§ Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar dalam menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan.
§ Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan oleh Daerah.
§ Presiden memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
§ Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan oleh Daerah provinsi dilaksanakan oleh menteri/kepala Lembaga
pemerintah nonkementerian.
§ Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan oleh Daerah kabupaten/kota dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.
§ Pembinaan dan pengawasan secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 31
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH: (1)


Penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi dan kabupaten/kota terdiri atas Kepala
Daerah dan DPRD dibantu oleh Perangkat Daerah

Dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah berpedoman pada asas-asas


penyelenggaraan pemerintahan negara yang terdiri atas:
No ASAS PENJELASAN

1. KEPASTIAN HUKUM Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan


landasan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
2. TERTIB PENYELENGGARA Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian,
NEGARA dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. KEPENTINGAN UMUM Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan
cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. KETERBUKAAN adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan,
dan rahasia negara.
5. PROPORSIONALITAS adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban penyelenggara negara.
32
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH: (2)


No ASAS PENJELASAN
6. PROFESIONALITAS Adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. AKUNTABILITAS adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8. EFISIENSI Adalah asas yang berorientasi pada minimalisasi
penggunaan sumber daya dalam penyelenggaraan
negara untuk mencapai hasil kerja yang terbaik.
9. EFEKTIVITAS Adalah asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat
guna dan berdaya guna.
10. KEADILAN Adalah bahwa setiap Tindakan dalam penyelenggaraan
negara harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara.

33
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POKOK-POKOK KEBIJAKAN
OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020


34
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POKOK-POKOK KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH: HUBUNGAN


PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH: (1)
§ Sebagai Konsekuensi logis dari Negara Kesatuan adalah dibentuknya pemerintah Negara
Indonesia sebagai pemerintah nasional untuk pertama kalinya dan kemudian pemerintah
nasional tersebutlah yang kemudian membentuk Daerah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
§ Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri
Urusan Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dan diberikan otonomi
yang seluas-luasnya.
§ Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat.
§ Melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi, Daerah diharapkan mampu
meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
§ Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip
negara kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintahan negara atau
pemerintahan nasional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020
35
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POKOK-POKOK KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH: HUBUNGAN


PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH: (2)
§ Seluas apapun otonomi yang diberikan kepada Daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan
Daerah Oleh karena itu, seluas apapun otonomi yang diberikan kepada Daerah, tanggung jawab
akhir penyelenggaraan Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat.
Untuk itu Pemerintahan Daerah pada negara kesatuan merupakan satu kesatuan dengan
Pemerintahan Nasional.
§ Sejalan dengan itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian
integral dari kebijakan nasional. Pembedanya adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan
kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional
tersebut di tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional
secara keseluruhan.
§ Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi berwenang
mengatur dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya sepanjang
tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum.
§ Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada Daerah untuk mengatur dan
mengurus kehidupan warganya, maka Pemerintah Pusat dalam membentuk kebijakan harus
memperhatikan kearifan lokal, dan sebaliknya Daerah ketika membentuk kebijakan Daerah
baik dalam bentuk Perda maupun kebijakan lainnya hendaknya juga memperhatikan
kepentingan nasional.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020
36
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POKOK-POKOK KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH: HUBUNGAN


PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH: (3)
§ Dengan demikian akan tercipta keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan
tetap memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan
pemerintahan secara keseluruhan.
§ Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat
hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan
yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan
oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu oleh Perangkat Daerah.
§ Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari kekuasaan pemerintahan yang
ada ditangan Presiden. Konsekuensi dari negara kesatuan adalah tanggung jawab akhir
pemerintahan ada ditangan Presiden.
§ Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan
kebijakan nasional, maka Presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
§ Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan dibantu oleh menteri negara dan setiap
menteri bertanggung atas Urusan Pemerintahan tertentu dalam pemerintahan.
§ Sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi tanggung jawab menteri tersebut yang
sesungguhnya diotonomikan ke Daerah.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 37
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POKOK-POKOK KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH: HUBUNGAN


PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH: (4)
§ Konsekuensi dari menteri sebagai pembantu Presiden adalah kewajiban menteri atas nama
Presiden untuk melakukan pembinaan dan pengawasan agar penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
§ Agar tercipta sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah, kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian berkewajiban membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk
dijadikan pedoman bagi Daerah dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang
diserahkan ke Daerah dan menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
§ Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri sebagai koordinator pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
§ Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian melakukan pembinaan dan pengawasan
yang bersifat teknis, sedangkan Kementerian melaksanakan pembinaandan pengawasan yang
bersifat umum. Mekanisme tersebut diharapkan mampu menciptakan harmonisasi antar
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara keseluruhan.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 38


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH: PERDA DAN PERKADA


§ Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah membentuk
Perda.
§ Perda dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.
§ Perda memuat materi muatan:
a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan
b. Penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
§ Selain materi muatan Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
§ Asas pembentukan dan materi muatan Perda berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
§ Pembentukan Perda mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
penetapan, dan pengundangan yang berpedoman pada ketentuan peraturan
perundangundangan.
§ Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
pembentukan Perda.
§ Pembentukan Perda dilakukan secara efektif dan efisien.

39
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH: PARTISIPASI MASYARAKAT (1)


§ Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah mendorong partisipasi
masyarakat.
§ Dalam mendorong partisipasi masyarakat, Pemerintah Daerah:
a. menyampaikan informasi tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
masyarakat;
b. mendorong kelompok dan organisasi masyarakat untuk berperan aktif dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah melalui dukungan pengembangan kapasitas
masyarakat;
c. mengembangkan pelembagaan dan mekanisme pengambilan keputusan yang
memungkinkan kelompok dan organisasi kemasyarakatan dapat terlibat secara efektif;
dan/atau
d. Kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
§ Partisipasi masyarakat mencakup:
a. penyusunan Perda dan kebijakan Daerah yang mengatur dan membebani masyarakat;
b. perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemonitoran, dan pengevaluasian
pembangunan Daerah;
c. pengelolaan aset dan/atau sumber daya alam Daerah; dan
d. penyelenggaraan pelayanan publik.

40
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH: PARTISIPASI MASYARAKAT (2)


§ Partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk:
a. konsultasi publik;
b. musyawarah;
c. kemitraan;
d. penyampaian aspirasi;
e. pengawasan; dan/atau
f. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
§ Ketentuan lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat diatur dengan peraturan
pemerintah.
§ Peraturan pemerintah dimaksud paling sedikit mengatur:
a. tata cara akses masyarakat terhadap informasi penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah;
b. kelembagaan dan mekanisme partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
c. bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaran Pemerintahan
Daerah; dan
d. dukungan penguatan kapasitas terhadap kelompok dan organisasi
kemasyarakatan agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
41
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 42

Anda mungkin juga menyukai