Bahan Ajar Vektor
Bahan Ajar Vektor
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Analisis Vektor dengan baik.
Shalawat beserta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
yang terang benerang.
Sebagaimana pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari
bahwa bahan ajar ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap
kritik dan saran demi perbaikan tugas-tugas penulis selanjutnya secara pribadi
maupun kebermanfaatan bagi guru sebagai praktisi pendidikan dan siswa sebagai
pengguna. Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
Lubuklinggau, 2022
Penulis,
Mod u l An a li si s V ekt o r |3
DAFTAR ISI
Hal
Daftar Isi.................................................................................................... iv
Integrasi Vektor............................................................................... 59
BAB I
VEKTOR DAN SKALAR
A. Vektor
Beberapa besaran dalam fisika mempunyai besar dan arah, sebagai contoh
misalnya lintasan dan kecepatan sebuah obyek yang bergerak, gaya yang bekerja
pada suatu benda, medan listrik maupun medan magnet suatu titik dan lain
sebagainya. Besaran yang mempunyai besar dan arah disebut dengan vektor.
Dalam penyajiannya sebuah vektor biasa digambarkan sebagai segmen atau ruas
garis yang berarah sebagai berikut:
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐴𝐵
𝑣⃗ = 𝐴𝐵
A = titik pangkal
B = titik ujung
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | : menyatakan besarnya vektor atau panjangnya
Panjang vektor 𝑣⃗ =|𝑣⃗| = |𝐴𝐵
B. Skalar
Skalar adalah besaran yang mempunyai besar tetapi tanpa arah. Seperti
massa, panjang, waktu, suhu dan sebarang bilangan real. Skalar dinyatakan oleh
huruf-huruf biasa seperti dalam aljabar elementer. Operasi-operasi dengan skalar
mengikuti aturan-aturan yang sama seperti halnya dalam aljabar elementer.
Vektor dapat dikalikan dengan skalar.
Jika h adalah bilangan dan a adalah vektor, maka ha
Didefinisikan sebagai suatu vektor yang besarnya h dikalikan besarnya a
dan mempunyai arah sama dengan a jika positif, tetapi berlawanan arah dengan a
jika h negatif. Maka diperoleh
|ℎ𝑎| = |ℎ|. |𝑎|
Jika semua vektor dikalikan dengan bilangan yang sama h, pengaruhnya
adalah perubahan “skala” dari geometri. Maka lazimnya bilangan-bilangan dalam
analisa vektor dianggap sebagai skalar, dan ha disebut hasil perkalian dari h
dengan vektor a.
C. Aljabar Vektor
Aljabar vektor adalah operasi-operasi penjumlahan, pengurangan dan
perkalian yang lazim dalam aljabar dari bilangan-bilangan atau skalar-skalar,
dengan definisi yang sesuai, dapat diperluas ke dalam aljabar dari vektor-vektor.
1. Vektor Nol dan Vektor sejati
Jika vektor 𝑎⃗ = 𝑏⃗⃗ maka 𝑎⃗ – 𝑏⃗⃗ = 0
⃗⃗. 0
⃗⃗ disebut vektor nol. Vektor nol tidak
mempunyai besar dan arahnya tak tentu. Sedangkan vektor sejati adalah sebuah
vektor yang tak nol.
2. Kesamaan Dua Vektor
Dua vektor dikatakan sama jika mempunyai panjang dan arah yang sama.
𝑎⃗ = 𝑏⃗⃗ → jika |a| = |b| dan arah a = arah b
Mod u l An a li si s V ekt o r |6
A
-A
4. Penjumlahan Vektor
Penjumlahan vektor bisa dilakukan dengan mengikuti aturan jajaran genjang
atau aturan segi banyak (poligon).
a. Aturan Segitiga
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ mewakili 𝑎⃗ dan 𝑏⃗⃗
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝐵𝐶
Perhatikan gambar di bawah ini. Jika 𝐴𝐵
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dikatakan penjumlahan vektor 𝑎⃗ +𝑏⃗⃗ .
maka 𝐴𝐶
c. Aturan Polygon
Penjumlahan tiga vektor atau lebih dapat dilakukan dengan
menggunakan aturan poligon.
Mod u l An a li si s V ekt o r |7
6. Pengurangan Vektor
Selisih dua arah vektor 𝑎⃗ dan 𝑏⃗⃗, dinyatakan sebagai 𝑎⃗ – 𝑏⃗⃗ , dapat dipandang
sebagai penjumlahan vektor 𝑎⃗ dengan invers vektor 𝑏⃗⃗ yaitu vektor – 𝑏⃗⃗ . Misalkan
𝑎⃗ – 𝑏⃗⃗ = 𝑐⃗ maka 𝑐⃗ = 𝑎⃗ +(–𝑏⃗⃗ ) Secara diagram selisih dua vektor tersebut seperti
gambar berikut.
E. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah sebuah vektor yang besarnya satu. Jika A adalah
𝐴
sebuah vektor yang besarnya A ≠ 0 maka |𝐴|
= adalah sebuah vektor satuan yang
Penyelesaian:
Misalkan u adalah vektor satuan dari A + 2B – C, maka:
𝐴+2𝐵−𝐶 3i + 9j
u = |𝐴+2𝐵−𝐶| = 3√10
Karena vektor n = (A, B, C) tegak lurus dengan vektor 𝑃̅1 𝑃 atau 𝑃̅1 𝑃.n = 0 atau
=> (x – x1, y – y1, z – z1) . (A, B, C) = 0
=> A(x – x1) + B(y – y1) + C(z – z1) = 0
Sehingga secara umum jika diketahui sebuah vektor n = (A, B, C) yang
tegak lurus pada sebuah bidang di titik P1(x1, y1, z1), maka persamaan bidang dapat
ditentukan, yaitu:
A(x – x1) + B( y – y1 ) + C(z – z1 ) = 0
Contoh:
Tentukan persamaan bidang yang melalui titik P(2, 4, 3) dan tegak lurus dengan
vektor n = (4, 3, 6)
Penyelesaian:
Diketahui titik P(2, 4, 3), sehingga didapat nilai x1 = 2 , y1 = 4 dan z1 = 3 serta
vektor n = (4, 3, 6) sehingga didapat nilai A = 4, B = 3 dan C = 6 karena rumus
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 10
untuk menentukan persamaan bidang adalah A(x – x1) + B(y – y1) + C(z – z1) =
0, maka:
A(x – x1) + B(y – y1) + C(z – z1) = 0
4(x – 2) + 3(y – 4) + 6(z – 3) = 0
4x – 8 + 3y – 12 + 6z – 18 = 0
4x + 3y + 6z = 38
X
b. Tariklah garis proyeksi tegak lurus dari ujung vektor kearah sumbu y dan
sumbu x
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 11
X
c. Gambar dua vektor dari titik pusat koordinat menuju titik potong garis
proyeksi pada sumbu x dan sumbu y. Dan diberi nama masing-masing 𝑉𝑥 dan
𝑉𝑦 .
Y
𝑉𝑦 V
X
𝑉𝑥
komponen Vektor A
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 12
Ax = A cos θ Ay = A sin θ
Tetapi jika kita telah mengetahui komponen Ax dan Ay, serta sudut θ, maka
besar vektor A dapat diperoleh dengan menggunakan teorema Pythagoras :
A = √ 𝐴𝑥 2 + 𝐴𝑦 2
Contoh:
Jawab :
Dik : F = 10 N
= 300
Dit : 𝐹𝑥 dan 𝐹𝑦 ...?
𝐹𝑥 = F cos
𝐹𝑥 = 10 N cos 300
1
𝐹𝑥 = 10 N . √3
2
𝐹𝑥 = 5√3 N
𝐹𝑦 = F sin
𝐹𝑦 = 10 N sin 300
1
𝐹𝑦 = 10 N .
2
𝐹𝑦 = 5 N
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 13
Jadi, besar komponen vektor tersebut pada sumbu x dan y adalah 5√3 N
dan 5 N
300 X
Jawab :
Vektor posisi dari O ke titik (x,y,z) ditulis r = xi+yj+zk, dan besarnya adalah
r = r= x2 y 2 z 2 .
A 𝐴3 𝑘
𝐴1 𝑖 O Y
X 𝐴2 𝑗
Contoh:
1. Tentukan vektor yang memiliki titik pangkal P(x1,y1,z1) dan titik terminal
Q(x2,y2,z2) dan carilah besarnya.
Penyelesaian:
Q(x2,y2,z2)
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 15
Perhatikan gambar:
r1 + PQ = r2
atau
PQ = r2-r1
PQ ( x2 x1 )2 ( y2 y1 )2 ( z2 z1 )2 ,
P(x1,x2,x3)
𝑟1
𝑟2
Jawab :
√32 = 4√2
c. 2 r1 – 3 r2 – 5 r3 = 2(3i – 2j + k ) – 3 (2i - 4j – 3k) – 5(-i + 2j + 2k)
= 6i – 4j +2k – 6i +12j + 9k + 5i – 10j – 10k = 5i -2j +k
Maka |2 r1 – 3 r2 – 5 r3 | = |5i − 2j + k| = √(5)2 + (−2)2 + (1)2
= √30
H. Medan Skalar
Medan skalar adalah Jika pada setiap titik P(x, y, z) dari suatu daerah D
dalam ruang dikaitkan Sebuah skalar ∅ maka fungsi skalar ∅ (x, y, z)
mendefinisikan sebuah medan skalar dalam daerah D. Atau medan skalar adalah
Jika pada tiap-tiap titik dari suatu daerah R dalam ruang dikaitkan dengan sebuah
bilangan atau skalar, maka disebut fungsi skalar dari kedudukan atau fungsi titik
skalar. Sebagai contoh, yang merupakan medan skalar adalah suhu T di dalam
benda logam. Fungsi T dapat bergantung pada waktu, luas permukaan, ataupun
parameter lainnya. Contoh medan skalar adalah potensial listrik, temperatur,
tekanan atmosfir, ketinggian, kedalaman.
I. Medan Vektor
Medan Vektor adalah Jika pada tiap-tiap titik dari suatu daerah R dalam
ruang dikaitkan dengan sebuah vektor V(x,y,z), maka disebut fungsi vektor dari
kedudukan atau fungsi titik vektor atau medan vektor adalah Sebuah vektor
𝐹̅ maka fungsi vektor 𝐹̅ (𝑥, 𝑦, 𝑧) mendefinisikan sebuah medan vektor dalam
daerah D dalam komponen
𝐹̅ (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝐹𝑥 (x,y,z) i + 𝐹𝑦 (x,y,z) j + 𝐹𝑧 (x,y,z) k
Perlu diingat bahwa 𝐹̅ hanya bergantung pada titik-titik daerah asal
definisinya, dan pada sebarang titik sedemikian rupa sehingga mendefinisikan
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 17
vektor yang sama untuk setiap pilihan sistem koordinat. Medan vektor 𝐹̅ (𝑥, 𝑦, 𝑧)
biasa disingkat dengan notasi 𝐹̅ ( ̅̅
𝑟̅̅). Contoh medan vektor lainnya adalah medan
elektrostatik, kecepatan, momentum, percepatan, gaya, aliran fluida, medan
gravitasi, medan listrik, medan magnet.
Contoh Soal:
1 1 1
|𝑭(𝑥, 𝑦)| = √(− 𝑦)2 + ( 𝑥)2 = |𝒓|
2 2 2
1 1 1 1
𝐹̅ (2 , 2) = − 2 𝑖 + j
2
1 1 1 1 1 1
𝐹̅ (2 , − 2) = - (- 2)𝑖 + j= 𝑖+ j
2 2 2
3 1 1 3
𝐹̅ (2 , 4) = - i+2j
4
Contoh:
Contoh:
Dari definisi
kita melihat bahwa kita dapat mencari bidang scalar dengan menurunkan secara
parsial komponen pertama dengan x, kedua dengan y, dan ketiga dengan z, dan
menjumlahkan hasilnya. Sehingga
Solusi :
Kita menggunakan fakta bahwa untuk fungsi dengan turunan parsial yang
kontinu
BAB II
… 1.1
Secara analitik:
Misalkan𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 dan𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 adalah dua vektor pada
bidang dengan sistem koordinat x dan y, maka A . Bdidefinisikan:
… 1.2
Sedangkan vektor pada bidang dengan sistem koordinat x, y, dan z, dimana
𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌 dan 𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 + 𝑩𝟑 𝒌 , maka didefinisikan:
… 1.3
Hasil perkalian titik dari vektor satuan-vektor satuan pada bidang dengan
menggunakan definisi di atas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 1. Hasil perkalian titik dari vektor-vektor satuan.
. I j k
i 1 0 0
j 0 1 0
k 0 0 1
Contoh 1 :
Contoh 2 :
Buktikan A . B = B . A
A . B = A B cos 𝜃 = B A cos 𝜃 = B . A
Contoh 3 :
Buktikkan A . (A+B) = A . B + A . C
Misalkan a sebuah vektor satuan dalam arah A, maka
proyeksi (B + C) pada A = proyeksi B pada A + proyeksi C pada A
(B+C).a=B.a+C.a
Perkalikan dengan A
( B + C ) . Aa = B . Aa + C . Aa
(B+C).A=B.A+C.A
Maka menurut hukum komutatif untuk hasil kali titik
A . (A+B) = A . B + A . C
Jadi hukum distributif disini berlaku.
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 27
… 2.1
Dimana u adalah vektor satuan yang menunjukkan arah dari A x B
Secara analisis
Misalkan 𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌 dan 𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 + 𝑩𝟑 𝒌 , maka
perkalian silang dari dua vektor A danB didefinisikan dengan
... 2.2
Dengan menggunakan definisi 2.1, maka diperoleh:
i 0 k -j
j -j 0 i
k J -i 0
Contoh 1 :
Buktikan A x B = -B x A
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 29
Contoh 2 :
Jika A = A1i + A2j + A3k dan B = B1i + B2 j + B3k, buktikkan bahwa A x B =
𝑖 𝑗 𝑘
𝐴1 𝐴2 𝐴3
𝐵1 𝐵1 𝐵1
= ( A2 B3 – A3 B2 )i + ( A3 B1 - A1 B3 ) j + ( A1 B2 – A2 B1 ) k =
𝑖 𝑗 𝑘
𝐴1 𝐴2 𝐴3
𝐵1 𝐵1 𝐵1
1. (A . C)C ≠ A(B . C)
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 30
CONTOH :
Jawab
i j k
(a) A × B = |3 −1 2 | = −i + 7j + 5k
2 1 −1
i j k
Maka (A × B) × C = (−i + 7j + 5k) × (i − 2j + 2k) = |−1 7 5| = 24i +
1 −2 2
7j − 5k
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 31
i j k
(b) B × C = |2 1 −1| = 0i − 5j − 5k = −5j − 5k.
1 −2 2
i j k
Maka A × (B × C) = (3i − j + 2k) × (−5j − 5k) = |3 −1 2 | = 15i +
0 −5 −5
15j − 15k.
Jadi (A × B) × C ≠ A × (B × C)i. Yang memperlihatkan perlunya tanda-
kurung dalam A × B × C untuk menghidari tafsir ganda.
2. Buktikan :
(a) A × (B × C) = B(A . C) − C(A . B),
(b) (A × B) × C = B(A . C) − A(B . C)
Jawab :
(a) Misalkan A = A1 i + A2 j + A3 k, B = B1 i + B2 j + B3 k, C = C1 i +
C2 j + C3 k.
i j k
Maka A × (B × C) = (A1 i + A2 j + A3 k) × |B1 B2 B3 |
C1 C2 C3
i j k
=| A1 A2 A3 |
B2 C3 − B3 C2 B3 C1 − B1 C3 C1 C2 − B2 C1
= (A2 B1 C2 − A2 B2 C1 − A3 B3 C1 + A3 B1 C3 )i + (A3 B2 C3 − A3 B3 C2 − A1 B1 C2 +
A1 B2 C1 )j + (A1 B3 C1 − A1 B1 C3 − A2 B2 C3 + A2 B3 C2 )k
Contoh:
a) a’ . a = b’ . b = c’ . c = 1,
b) a’ . b = a’ . c = 0, b’. a = b’. c = 0, c’ . a = c’ . b = 0,
1
c) jika a . b x c = v maka a’ . b’ x c’ = 𝑉
d) a’ . b’ dan c’ tak-koplanar jika a, b dan c tak-koplanar.
Penyelesaian:
𝑏𝑥𝑐 𝑎. 𝑏𝑥𝑐
a) a’ . a = a . a’ = a . 𝑎.𝑏 𝑥 𝑐 = =1
𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐
𝑐𝑥𝑎 𝑏 .𝑎 𝑥 𝑐 𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐
b’ . b = b . b’= b . 𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐 = = =1
𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐 𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 33
𝑎𝑥𝑏 𝑐 .𝑎 𝑥 𝑏 𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐
c’ . c = c . c’ = c . 𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐 = = =1
𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐 𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐
𝑏𝑥𝑐 𝑏 .𝑏 𝑥 𝑐 𝑏 .𝑏 𝑥 𝑐
b) a’ . b = b . a’ = b . 𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐 = = =0
𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐 𝑎 .𝑏 𝑥 𝑐
Dengan cara yang sama diperoleh hasil – hasil lainnya. Hasil-hasil ini
dapat dilihat dengan memperhatikan bahwa misalnya a’ arahnya sejajar b x c
sehingga dengan demikian haruslah tegak-lurus b dan c dari mana diperoleh a’. b
= 0 dan a’ . c = 0.
Dari (a) dan (b) kita melihat bahwa himpunan vektor-vektor a, b, c dan a’ ,
b’ , c’ adalah vektor-vektor resipral.
(𝑎𝑥𝑏𝑥𝑐)2 𝑉2 1
= = 𝑉 3 = 𝑉 pergunakan saol 52
𝑉3
d) menurut soal 43, jika a,b dan c tak-koplanar a. b x c ≠ 0 maka dari bagian
(c) diperoleh bahwa a’ . b’ x c’ ≠ 0, sehingga dengan demikian a’, b’ dan c’ juga
tak-koplanar.
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 34
BAB III
DIFERENSIASI VEKTOR
𝑑𝐑
Karena 𝑑𝑢 adalah sebuah vektor yang bergantung pada u . Jika turunan ini
𝑑2 𝐑
ada, ia dinyatakan oleh 𝑑𝑢2 .
B. KURVA-KURVA RUANG
Bila R (u) adalah vektor
kedudukan r (u) yang
menghubungkan titik asal O di suatu
sistem koordinat dan sebarang titik
(x,y,z), maka
∆r 𝒓(𝑢+𝛥𝑢)− 𝐫(𝑢)
Maka = adalah sebuah vektor yang searah dengan ∆r (lihat
∆𝑢 𝛥𝑢
gambar disamping).
∆𝒓 𝑑𝐫
Jika lim = 𝑑𝑢 ada, maka limitnya akan berupa sebuah vektor yang searah
∆𝑢→0 ∆𝑢
dengan arah garis singgung pada kurva ruang di (x,y,z) dan diberikan oleh
𝑑𝐫 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝒛
= 𝐢+ 𝐣+ 𝐤
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑑𝐫
Bila u adalah waktu t , maka menyatakan kecepatan V yang mana dengannya
𝑑𝑢
𝑑𝐯 𝑑2 𝐫
titik-terminal dari r mengambarkan kurvanya. Dengan cara yang sama = 𝑑𝑡 2
𝑑𝑡
𝜙(𝑢). Ekivalen dengan ini, 𝜙(𝑢) kontinu di 𝑢 jika untuk setiap bilangan positif ∈
kita dapat memperleh bilangan positif 𝛿 sehingga
Di u jika untuk setiap bilangan positif ∈ kita dapat menemukan bilangan positif 𝛿.
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 36
Jawab:
𝑑𝑅 𝑑 𝑑 𝑑
a. = 𝑑𝑡 (sin t) i + 𝑑𝑡 (cos t) j + 𝑑𝑡 (t) k = cos t i – sin t j + k
𝑑𝑡
𝑑2 𝑅 𝑑 𝑑𝑅 𝑑 𝑑 𝑑
b. = ( )= (cos t ) i - (sin t ) j + (1) k = - sin t i – cos t j
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑅
c. | | = √(cos 𝑡)2 (– sin 𝑡)2 + (1)2 = √2
𝑑𝑡
𝑑2 𝑅
d. | | = √(− sin 𝑡)2 (– cos 𝑡 )2 = 1
𝑑𝑡 2
𝑑𝑟 𝑑
Kecepatan = = 𝑑𝑡 [2𝑡 2 𝑖 + (𝑡 2 − 4𝑡) 𝑗 + (3𝑡 − 5)𝑘 ]
𝑑𝑡
= 4t i + (2t – 4) j + 3k = 4 i – 2 j + 3k pada t = 1
𝑑2 𝑟 𝑑 𝑑𝑟 𝑑
Percepatan = = 𝑑𝑡 ( ( 𝑑𝑡 ) = 𝑑𝑡 [4𝑡 𝑖 + (2𝑡 − 4)𝑗 + 3𝑘] = 4i + 2j + 0k
𝑑𝑡 2
Jika fungsi vektor A(𝑡) = 𝐴𝟏 ti+𝐴𝟐tj+𝐴𝟑 tk, dengan fungsi skalar- skalar
𝐴𝟏 t, 𝐴𝟐 t, 𝐴𝟑 dapat didefinisikan terhadap variabel t, maka A(𝑡) mempunyai
turunan variabel terhadap yang dirumuskan sebagai berikut:
Jika A, B, dan C adalah fungsi- fungsi vektor dari sebuah skalar u yang
dideferensiabel dan ∅ sebuah fungsi skalar dari u yang diferensiabel maka:
𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝐵
1. (𝐴 + 𝐵 ) = +
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑑 𝑑𝐵 𝑑𝐴
2. (𝐴 . 𝐵 ) = A . + 𝑑𝑢 . B
𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑑 𝑑𝐵 𝑑𝐴
3. (𝐴 × 𝐵 ) = A × + × B
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑑 𝑑𝐴 𝑑∅
4. (∅𝐴 ) = ∅ + A
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑑 𝑑𝐶 𝑑𝐵 𝑑𝐴
5. (𝐴 . 𝐵 × 𝐶 ) = A . B × + A . × 𝐶 + . B × 𝐶
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑑 𝑑𝐶 𝑑𝐵 𝑑𝐴
6. {𝐴 × (𝐵 × 𝐶 )} = 𝐴 × (𝐵 × ) + 𝐴 × (𝑑𝑢 × 𝐶) + 𝑑𝑢 × (𝐵 × 𝐶 )
𝑑𝑢 𝑑𝑢
Bukti :
𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝐵
(𝐴 + 𝐵 ) = + 𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝐵 𝑑𝐴
(𝐴 . 𝐵) = 𝐴. + 𝑑𝑡 . 𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Contoh soal:
𝑑 𝑑𝐵 𝑑𝐴
1. Buktikan sifat 𝑑𝑡 (𝐴 . 𝐵) = 𝐴. 𝑑𝑡 + 𝑑𝑡 . 𝐵
Penyelesaian:
𝑑 (𝐴+∆𝐴).(𝐵+∆𝐵)−𝐴.𝐵
(𝐴 . 𝐵) = lim
𝑑𝑡 ∆𝑡→0 ∆𝑡
∆𝐵 ∆𝐴 ∆𝐴.
= 𝐴 lim + lim . 𝐵 + lim . lim∆𝐵
∆𝑡→0 ∆𝑡 ∆𝑡→0 ∆𝑡 ∆𝑡→0 ∆𝑡 ∆𝑡→0
𝑑𝐵 𝑑𝐴 𝑑𝐴.
= 𝐴 + .𝐵 + .0
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝐵 𝑑𝐴
= 𝐴 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
.𝐵
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 39
𝑑
2. jika A = (𝑡 2 + 2𝑡)𝒊 + 2𝑡𝒋 + 𝑡 3 𝒌 dan B =2ti+ sin 𝑡 𝟐 𝒋 + 4𝑡𝒌. Tentukan 𝑑𝑡
(𝐴 . 𝐵). di t = 0
penyelesaian :
cara 1.
A.B = 𝐴𝟏 𝐵𝟏 + 𝐴𝟐 𝐵𝟐 + 𝐴𝟑 𝐵𝟑
= (𝑡 2 + 2𝑡)2t + 2𝑡 sin 𝑡 𝟐 + 4 𝑡 4
= 2𝑡 3 + 4 𝑡 2 + 2𝑡 sin 𝑡 𝟐 + 4 𝑡 4
𝑑 𝑑
(𝑨 . 𝑩) = 2𝑡 3 + 4 𝑡 2 +2𝑡 sin 𝑡 𝟐 + 4 𝑡 4
𝑑𝑡 𝑑𝑡
= 6𝑡 2 + 8𝑡 + 4𝑡 cos 𝑡 𝟐 + 2 sin 𝑡 𝟐 + 16 𝑡 3
𝑑
(𝑨 . 𝑩) = 0
𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝐵 𝑑𝐴
(𝐴 . 𝐵) = 𝐴. + 𝑑𝑡 . 𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑
(𝑨 . 𝑩) = 0
𝑑𝑡
Penyelesaian :
𝑑𝑟
𝑑𝑡
Vektor singgung satuan (T) = 𝑑𝑟
| |
𝑑𝑡
𝑑𝑟 𝑑
= [(3𝑡 2 − 1)𝐢 + (𝑡 2 + 1)𝐣 + 𝑡 2 𝐤]
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑟
| | = √(6t)𝟐 + (2t)𝟐 + (2t)𝟐 = √44𝑡 2 = t√44
𝑑𝑡
Turunan parsial untuk fungsi vektor dua variabel atau lebih Jika,
prinsipnya hampir sama dengan definisi turunan vektor satu variabel, dimana
semua variabel diangap konstan, kecuali satu, yaitu variabel terhadap apa fungsi
vektor itu diturunkan.
Misalkan A adalah sebuah vektor yang bergantung pada lebih dari pada
satu variabel skalar, katakan x, y, z misalnya . maka ditulisan A = A (𝑥, 𝑦, 𝑧).
Turunan parsial dari A terhadap x didefensialkan sebagai:
𝜕𝐴 𝐴 (𝑥 +∆𝑥,𝑦,𝑧)− 𝐴 (𝑋,𝑌,𝑍)
= lim
𝜕𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑋
atau apabila untuk setiap bilangan positif ∈ kita dapat menemukan bilangan
positif 𝛿 sehingga ǀ∅(𝑥 + ∆𝑥, 𝑦 + ∆𝑦) − ∅ (𝑥, 𝑦)ǀ <∈ apabila ǀ∆𝑥ǀ< 𝛿 dan ǀ∆𝑦ǀ<
𝛿. Didefenisi yang sama berlaku pula untuk fungsi- fungsi vektor.
Untuk fungsi- fungsi dari dua atau lebih variabel kita mengunakan istilah
diferensiabel(differensiable) dengan pengertian bahwa fungsinya memiliki
turunan- parsial pertama yang kontinu. (istilah ini dipergunakan oleh yang lainnya
dalam pemgertian yang agak lebih lunak)
𝜕 2𝐴 𝜕 𝜕𝐴 𝜕 2𝐴 𝜕 𝜕𝐴 𝜕2𝐴 𝜕 𝜕𝐴
= 𝜕𝑥 (𝜕𝑋), = 𝜕𝑌 (𝜕𝑌 ), = 𝜕𝑍 (𝜕𝑍 )
𝜕𝑥 2 𝜕𝑌 2 𝜕𝑍 2
𝜕 2𝐴 𝜕 𝜕𝐴 𝜕 2𝐴 𝜕 𝜕𝐴 𝜕3𝐴 𝜕 𝜕 2𝐴
= 𝜕𝑥 (𝜕𝑌 ), = 𝜕𝑌 (𝜕𝑋), = 𝜕𝑥 (𝜕𝑍 2 )
𝜕𝑋 𝜕𝑌 𝜕𝑋 𝜕𝑌 𝜕𝑋 𝜕𝑍 2
persoalan.
Jika fungsi vektor A(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝐴1 (𝑥, 𝑦, 𝑧)𝑖 + 𝐴2 (𝑥, 𝑦, 𝑧)𝒋+𝐴3 (𝑥, 𝑦, 𝑧)𝒌.
Dengan fungsi skalar- skalar 𝐴1 (𝑥, 𝑦, 𝑧), 𝐴2 (𝑥, 𝑦, 𝑧), 𝐴3 (𝑥, 𝑦, 𝑧)
mempunyaiturunan varsial terhadap variabel x, y, z, maka A (𝑥, 𝑦, 𝑧) juga
mempunyai turunan variabel terhadap x, y, dan z, yang rumusnya sebagai berikut:
Aturan – aturan untuk turunan parsial dari vektor- vektor mirip dengan
yang digunakan dalam kalkulus elementer dari fungsi- fungsi skalar. Jadi jika A
dan B adalah fungsi- fungsi dari x, y, z maka misalnya,
𝜕 𝜕𝐵 𝜕𝐴
1. (𝐴 . 𝐵 ) = A . + 𝜕𝑥 . B
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝐵 𝜕𝐴
2. (𝐴 × 𝐵 ) = A × + × B
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕2 𝜕 𝜕 𝜕 𝜕𝐵 𝜕𝐴
3. (𝐴 . 𝐵 ) = { (𝐴. 𝐵)} = {𝐴. + 𝜕𝑋 . 𝐵}
𝜕𝑌 𝜕𝑥 𝜕𝑌 𝜕𝑋 𝜕𝑌 𝜕𝑋
𝜕 2𝐵 𝜕𝐴 𝜕𝐵 𝜕𝐴 𝜕𝐵 𝜕2𝐴
= A . 𝜕𝑌 𝜕𝑥 + 𝜕𝑌 . 𝜕𝑋 + 𝜕𝑋 . 𝜕𝑌 + 𝜕𝑌 𝜕𝑥 . B
, dan seterusnya.
Aturan rantai
𝜕𝐹 𝜕𝐹 𝜕𝑥 𝜕𝐹 𝜕𝑦 𝜕𝐹 𝜕𝑧
= 𝜕𝑥 𝜕𝑠 + 𝜕𝑦 𝜕𝑠 + 𝜕𝑧 𝜕𝑠
𝜕𝑠
𝜕𝐹 𝜕𝐹 𝜕𝑥 𝜕𝐹 𝜕𝑦 𝜕𝐹 𝜕𝑧
= 𝜕𝑥 𝜕𝑡 + 𝜕𝑦 𝜕𝑡 + 𝜕𝑧 𝜕𝑡
𝜕𝑡
𝜕𝐹 𝜕𝐹 𝜕𝑥 𝜕𝐹 𝜕𝑦 𝜕𝐹 𝜕𝑧
= 𝜕𝑥 𝜕𝑢 + 𝜕𝑦 𝜕𝑢 + 𝜕𝑧 𝜕𝑢
𝜕𝑢
Contoh:
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 43
𝜕𝐹 𝜕𝐹 𝜕𝐹
1. Jika F = xy𝑧 2 𝒊 + y𝑧 2 𝒍 +2x𝑦 2 k, tentukanlah a). 𝜕𝑥 , b). 𝜕𝑦, c). 𝜕𝑧
Penyelesaian:
𝜕𝐹 𝜕
a) = 𝜕𝑥 (xy𝑧 2 𝒊 + 𝐲𝑧 2 𝒍 + 2x𝑦 2 𝐤)
𝜕𝑥
= y𝑧 2 𝒊 + 0 + 2𝑦 2 𝐤
= y𝑧 2 𝒊 + 2𝑦 2 𝐤
𝜕𝐹 𝜕
b) = 𝜕𝑦 (xy𝑧 2 𝒊 + 𝐲𝑧 2 𝒍 + 2x𝑦 2 𝐤)
𝜕𝑦
= x𝑧 2 𝒊 + 𝑧 2 𝒍 + 4𝑥𝑦𝐤
𝜕𝐹 𝜕
c) = 𝜕𝑧 (xy𝑧 2 𝒊 + 𝐲𝑧 2 𝒍 + 2x𝑦 2 𝐤)
𝜕𝑧
= 2x𝑦𝑧𝒊 + 2𝑦𝑧𝒍 + 0
= 2x𝑦𝑧𝒊 + 2𝑦𝑧𝒍
2 𝑦𝑧 𝜕𝐴 𝜕𝐴
2. Misal A = 𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + cos 𝑥 3 𝑦 2 zj+ln 𝑥 4 𝑦 3 𝑧k. Tentukan a). 𝜕𝑥
, b). 𝜕𝑦
, c).
𝜕𝐴
𝜕𝑧
Penyelesaian:
𝜕𝐴 𝜕 2𝑦𝑧
a). 𝜕𝑥 = 𝜕𝑥 (𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + cos 𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + ln 𝑥 4 𝑦 3 z𝐤)
2𝑦𝑧 4𝑥 3 𝑦 3 𝑧
= 2xyz cos 𝑥 2 𝑦𝑧𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + 3𝑥 2 𝑦 2 z sin𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + k
𝑥 4𝑦 3 𝑧
2𝑦𝑧 4
= 2xyz cos 𝑥 2 𝑦𝑧𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + 3𝑥 2 𝑦 2 z sin𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + 𝑥 k
𝜕𝐴 𝜕 2𝑦𝑧
b). 𝜕𝑦 = 𝜕𝑦 (𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + cos 𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + ln 𝑥 4 𝑦 3 z𝐤)
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 44
2𝑦𝑧 3𝑥 4𝑦 2 𝑧
= 𝑥 2 𝑧 cos 𝑥 2 𝑦𝑧𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + 2𝑥 3 yz cos 𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + k
𝑥 4𝑦 3 𝑧
2𝑦𝑧 3
= 𝑥 2 𝑧 cos 𝑥 2 𝑦𝑧𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + 2𝑥 3 yz cos 𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + 𝑦 k
𝜕𝐴 𝜕 2𝑦𝑧
c). 𝜕𝑧 = 𝜕𝑧 (𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + cos 𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + ln 𝑥 4 𝑦 3 z𝐤)
2𝑦𝑧 𝑥 4𝑦3
= 𝑥 2 𝑦 cos 𝑥 2 𝑦𝑧𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + 𝑥 3 𝑦 2 cos 𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + 𝑥 4 𝑦 3𝑧 k
2𝑦𝑧 1
= 𝑥 2 𝑦 cos 𝑥 2 𝑦𝑧𝑒 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝒊 + 𝑥 3 𝑦 2 cos 𝑥 3 𝑦 2 z𝐣 + 𝑧 k
𝜕𝒁
3. Jika z =3𝑥 2 i −𝑦 𝟐 j, dengan x = 2s+7t dan y =5st, tentukan dan nyatakan
𝜕𝑡
Penyelesaian:
𝜕𝒁 𝜕𝒁 𝜕𝒙 𝜕𝒁 𝑦𝒚
= 𝜕𝑥 𝜕𝑡 + 𝜕𝑦 𝜕𝑡
𝜕𝑡
= (6𝑥𝒊)(7) + (-2yj)(5s)
= 24𝑥𝒊 - 10syj
= 24(2s + 7t )i - 10s(5st) j
F. DIFERENSIASI VEKTOR
1. Fungsi Vektor
2. Definisi Vektor
Konsep fungsi vektor ini bisa diperluas, jika sembarang titik (x,y,z) di R 3
dikaitkan dengan suatu vektor A, maka A bisa dinyatakan dalam bentuk fungsi
vektor sebagai berikut:
Definisi : A(t) adalah sebuah fungsi vektor yang bergantung pada sebuah
variabel t. Jika liminya ada, didefinisikan turunan dari A(t), sebagai berikut :
𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝐵
(𝐴+𝐵) = +
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝐵
( 𝐴 . 𝐵 ) = 𝐴. + .𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝐵
(𝐴 ×𝐵)=𝐴 × + × 𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝐴 𝑑∅
( ∅𝐴 ) = ∅ + .𝐴
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝑐 𝑑𝐵 𝑑𝐴
( 𝐴 . 𝐵 × 𝐶 ) = 𝐴. 𝐵 × + 𝐴. ×𝐶+ .𝐵 ×𝐶
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 47
BUKTI :
𝑑 [𝐴(𝑡+∆𝑡)+𝐵(𝑡+∆𝑡)]−[𝐴 (𝑡)+𝐵(𝑡)]
1. ( 𝐴 + 𝐵 ) = 𝐿𝑖𝑚∆𝑡 →0
𝑑𝑡 ∆𝑡
[𝐴(𝑡 + ∆𝑡)] − [𝐴 (𝑡)] [𝐵(𝑡 + ∆𝑡)] − [𝐵(𝑡)]
= 𝐿𝑖𝑚∆𝑡 →0 + 𝐿𝑖𝑚∆𝑡 →0
∆𝑡 ∆𝑡
𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝐵
= (𝐴+𝐵)= + (𝑻𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Contoh :
𝑑
Jika 𝐀 = (𝑡2 + 2𝑡)𝐢 + 2𝑡𝐣 + 𝑡3𝐤 dan 𝐀 = (𝑡2 + 2𝑡) 𝐢 + 2𝑡𝐣 + 𝑡3𝐤. Tentukan 𝑑𝑡 (𝐀.𝐁) di
t = 0.
Penyelesaian :
Cara 1
𝑑 𝑑
(𝐴 ∙ 𝐵 ) = [ 2t3 + 4t2 + 2t sin t2 + 4t4 ]
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝐵 𝑑𝐴
(𝐴 ∙ 𝐵 ) = 𝐴 ∙ + 𝐵 ∙ 𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 48
𝑑
(𝐴 ∙ 𝐵 ) = 0
𝑑𝑡
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 49
BAB IV
Operator del ini bermanfaat untuk mencari untuk gradien, divergensi dan curl.
B. Gradien
1. Definisi Gradien
Untuk mencari gaya listrik dapat digunakan rumus gradien dari fungsi
skalar, dimana fungsi skalarnya adalah potensial dari medan gravitasi. Misalkan
𝜙𝑥,𝑦,𝑧 terdefinisi dan diferensiabel pada setiap titik 𝑥,𝑦,𝑧 dalam ruang R3, maka
gradien 𝜙 atau grad 𝜙 atau 𝛁𝜙 didefinisikan oleh :
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 50
2. Sifat-Sifat Gradien
Jika 𝜙𝑥,𝑦,𝑧 dan 𝜓𝑥,𝑦,𝑧 adalah fungsi-fungsi skalar yang diferensiabel pada
setiap titik 𝑥,𝑦,𝑧 dan c adalah bilangan real, maka berlaku :
Pembuktian :
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 51
3. Turunan Berarah
Nilai ini akan maksimum jika cos θ = 1 atau θ = 00 , yaitu jika u searah
dengan ∇ϕ, sehingga diperoleh:
𝑫𝒖 𝛟 = |𝛁𝛟||𝐮|𝐜𝐨𝐬𝟎𝟎 = |𝛁𝛟|
Jadi harga maksimum dari turunan berarah sama besar dengan gradien
𝐷𝑢 ϕ adalah |∇ϕ|.
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 52
Contoh :
Penyelesaian
∂ϕ ∂ϕ ∂ϕ
∇ϕ = i + ∂y j + ∂z k
∂x
Penyelesaian:
|𝑟| = √x 2 + y 2 + z 2
n n
∂ 𝜕 ∂
∇ϕ = (x 2 + y 2 + z 2 )2 𝑖 + (x 2 + y 2 + z 2 )2 j + (x 2 + y 2 +
∂x 𝜕𝑦 ∂z
n
z 2 )2 k
n−2 n−2
𝑛 𝑛
= 2 (x 2 + y 2 + z 2 ) 2 2xi + 2 (x 2 + y 2 + z 2 ) 2 2xj +
n−2
𝑛
(x 2 + y 2 + z 2 ) 2 2xk
2
n−2
= 𝑛(x 2 + y 2 + z 2 ) 2 (xi + yj + zk)
𝑛−2
= 𝑛√(x 2 + y 2 + z 2 ) (𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘)
= n|𝑟|𝑛−2 𝑟
Jadi ∇ϕ = 𝑛|𝑟|𝑛−2 𝑟
Penyelesaian:
𝑈 𝑖+2𝑗+2𝑘 1 2 2
𝒖= |𝑈|
= = 3𝑖 + 3𝑗+ 3𝑘
√1+4+4
∂ϕ ∂ϕ ∂ϕ 1 2 2
∇ϕ. u = ( ∂x i + ∂y j + k) . (3 𝑖 + 3 𝑗 + 3 𝑘)
∂z
1 2 2
= (𝑦 2 𝑧𝑖 + 2𝑥𝑦𝑧𝑗 + 𝑥𝑦 2 𝑘). (3 𝑖 + 3 𝑗 + 3 𝑘)
1 4 2
= 3 𝑦 2 𝑧 + 3 𝑥𝑦𝑧 + 3 𝑥𝑦 2
1 4 1
∇ϕ. u(1,1,2) = 3 . 12 . 2 + 3 . 1.1.2 + 3 . 1. 12 = 4
r
4. Carilah ϕ(r) sehingga ∇ϕ = r5 dan ϕ(1) = 0
Penyelesaian
∂ ∂ ∂
∇ϕ = (∂x i + ∂y j + ∂z k) ϕ
xi+yj+zk
∇ϕ = 1 5
((x2 +y2 +z2 )2 )
𝜕ϕ 𝑥𝑖
∫ 𝜕𝑥 𝑖 = ∫ 5
(x2 +y2 +z2 ) 2
x
ϕ =∫ 5 dx
(x2 +y2 +z2 ) 2
misalkan 𝑢 = x 2 + y 2 + z 2
𝑑𝑢
= 2𝑥
𝑑𝑥
𝑑𝑢 = 2𝑥𝑑𝑥
1
𝑑𝑢 = 𝑥𝑑𝑥
2
1
𝑑𝑢
= ∫2 5
𝑢2
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 54
5
1
= 2 ∫ 𝑢−2 𝑑𝑢
3
1 −2
= 2. . 𝑢 −2 + 𝑐
3
3
1
= − 3 . 𝑢 −2 + 𝑐
3
1
= − 3 . (x 2 + y 2 + z 2 )−2 + 𝑐
3
−1
ϕ(1) = . (12 + 02 + 02 )−2 + 𝑐
3
−1
0 = +c
3
1
𝑐 =3
3
1 1
ϕ = − 3 . (x 2 + y 2 + z 2 )−2 + 3
1 1
ϕ = 3 (1 − 3 )
(x2 +y2 +z2 )2
1 1 1 1
ϕ = 3 (1 − 3 ) = 3 (1 − (r)3)
((r)2)2
C. Divergensi
Jika balon yang telah diisi udara, perlahan-lahan dibuat beberapa
lubang pada balon tersebut, kemudian tekan balon dan rasakan gas yang bergerak
keluar dengan kecepatan tertentu. Volume gas dalam balon akan berkurang seiring
balon ditekan. Untuk menentukan volume gas yang keluar dapat digunakan rumus
divergensi. Volume per detik dari gas yang keluar dari balon sama dengan
divergensi dari kecepatan gas tersebut.
Del atau Nabla (∇) persamaan menunjukan merupakan suatu vektor
Akibatnya memiliki sifat sama dengan sifat- sifat vektor
𝜕 𝜕 𝜕
∇= 𝜕𝑥 𝑖 + 𝑗+ 𝑘
𝜕𝑦 𝜕𝑧
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 55
Defenisi:
Perlu diingat bahwa difergensi merupakan fungsi vektor menjadi fungsi skalar.
Sifat- sifat:
1. ∇ ∙ (𝐴⃗ + 𝐵
⃗⃗) = ∇ ∙ 𝐴⃗ + ∇ ∙ 𝐵
⃗⃗ atau 𝑑𝑖𝑣(𝐴⃗ + 𝐵
⃗⃗) = div 𝐴⃗ + div 𝐵
⃗⃗
𝜕2Φ 𝜕2Φ 𝜕 2Φ
Dengan + + disebut operator laplace.
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
4. ∇ ∙ (𝐴⃗ X 𝐵
⃗⃗) = (∇ X 𝐴⃗) ∙ 𝐵
⃗⃗ −⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗)
𝐴 ∙ (∇ X 𝐵
5. ∇ ∙ (∇ X 𝐴⃗) = 0
Contoh soal:
Penyelesaian:
𝜕 𝜕 𝜕
⃗⃗ = ( 𝑖 +
∇∙𝑉 𝑗 + 𝑘) ∙ (3xy𝑧 2 i + 2x𝑦 3 j − 𝑥 2 𝑦𝑧k )
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
= 3y𝑧 2 + 6x𝑦 2 − 𝑥 2 𝑦
= 4
=18𝑥 2 y𝑧 2 − 2x𝑦 3 𝑧 +𝑥 2 𝑦 2 𝑧
= -15
=1
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 57
D. Curl / Rotasi
Kincir air selalu berputar dengan kecepatan konstan, kecepatan linear dari
perputaran kincir air sama dengan perkalian silang antara kecepatan sudut
dengan vektor posisi jari-jari kincir tersebut. Berdasarkan teori tersebut, maka
dapat ditentukan berapa kecepatan sudut dari perputaran kincir air. Kecepatan
sudut dari kincir air yang bergerak dengan kecepatan konstan sama dengan ½ curl
dari kecepatan kincir pada setiap titik.
Defenisi:
Misal F(x, y, z) dan G (x, y, z) adalah fungsi vektor- vektor yang kontinu dan
diferensiabel terhadap x, y dan z. Serta a bilangan real, maka berlaku:
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 58
Contoh soal:
Penyelesaian:
𝑖 𝑗 𝑘
𝜕 𝜕 𝜕
∇𝑥𝐹 =| 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
|
2x𝑦 2 xyz 𝑦𝑧 2
operator laplace.
10. ∇ × (∇ϕ) = 0. Curl dari gradien 𝜙 adalah nol.
11. ∇. (∇ × 𝐴) = 0. Divergensi dari curl A adalah nol.
12. ∇ × (∇ × 𝐴) = ∇(∇. 𝐴) − ∇2 𝐴
F. Invarians
Pandang dua buah sistem koordinat tegak-lurus atau kerangka-kerangka
acuan 𝑥𝑦𝑧 dan 𝑥 2 𝑦 2 𝑧 2 (lihat gambar di bawah) yang dimiliki titik-asal O yang
sama tetapi sumbu-sumbu sistem koordinat yang satu terotasikan (terputarkan)
terhadap yang lainnya.
BAB V
INTEGRASI VEKTOR
Disebut integral tak tentu dari R (u), bila terdapat sebuah vektor S (u)
𝑑
sehingga R (u) = 𝑑𝑢 (S (u)). Maka
𝒅
∫ 𝑹 (𝒖)𝒅𝒖 = ⨜ (𝒔 (𝒖))𝒅𝒖 = 𝒔(𝒖) + 𝒄
𝒅𝒖
𝒃 𝒃 𝒅 𝒃
∫𝒂 𝑹 (𝒖)𝒅𝒖 = ∫𝒂 𝒅𝒖
( S(u)) du = S(u) + 𝒄 ∫𝒂 = 𝑺(𝒃) − 𝑺(𝒂)
Integrasi ini juga dapat didefinisikan sebagai limit dari jumlah dalam cara
yang analog dengan yang pada kalkulus integrasi elementer.
Contoh :
a) ∫ 𝑅(𝑢) 𝑑𝑢
2
b) ∫1 𝑅(𝑢)𝑑𝑢
Penyelesaian :
1 1 2
= 𝑖 (2 𝑢2 − 3 𝑢3 + 𝑐1 ) + 𝑗 (4 𝑢4 + 𝑐2 ) + 𝑘 (−3𝑢 + 𝑐3 )
1 1 1
= (2 𝑢2 − 3 𝑢3 )𝑖 + 2 𝑢4 𝑗 − 3𝑢 𝑘 + 𝑐1 𝑖 + 𝑐2 𝑗 + 𝑐3 𝑘
1 1 1
= (2 𝑢2 − 3 𝑢3 )𝑖 + 2 𝑢4 𝑗 − 3𝑢 𝑘 + 𝑐
b) Dari (a),
2 1 1 1
∫1 𝑅(𝑢)𝑑𝑢 = 2 𝑢2 − 3 𝑢3 )𝑖 + 2 𝑢4 𝑗 − 3𝑢 𝑘 + 𝑐]12
1 1 1 1
= [(2 (2)2 − 3 (2)3 ) 𝑖 + (2 (2)4 ) 𝑗 − 3(2)𝑘 + 𝑐] – [(2 (1)2 −
1 1
(1)3 ) 𝑖 + ( (1)4 ) 𝑗 − 3(1)𝑘 + 𝑐
3 2
5 15
= −6𝑖 + 𝑗 − 3𝑘
2
Metode lain :
2
∫1 𝑅(𝑢)𝑑𝑢 = 𝑖 ∫(𝑢 − 𝑢2 )𝑑𝑢 + 𝑗 ∫ 2𝑢3 𝑑𝑢 + 𝑘 ∫ −3𝑑𝑢
1 1 2
= 𝑖 (2 𝑢2 − 3 𝑢3 ) |12 + 𝑗 (4 𝑢4 ) |12 + 𝑘 (−3𝑢)|12
5 15
= − 𝑖+ 𝑗 − 3𝑘
6 2
B. Integrasi Garis
Misalkan r(u) = x(u) i + y(u) j + z(u) k. Dimana r(u) adalah vektor posisi
dari (x,y,z), mendefiniskan sebuah kurva C yang menghubungkan titik P₁ dan P₂
di mana u = u₁ dan u = u₂ untuk masing – masingnya.
𝐩₂
∫𝐩₁ 𝐀. 𝐝𝐱 = ∫ 𝐀₁ dx + A₂ dy + A₃ dz
Adalah contoh dari integral garis. Jika A adalah gaya F pada sebuah
partikel yang bergerk sepanjang C, maka integral garis ini menyatakan usaha yang
dilakukan oleh gaya. Jika C adalah kurva tertutup (yang mana akan kita anggap
sebagai kurva tertutup sederhan a, yakni kurva yang tak emotong dirinya sendiri),
maka integral mengelilingi C sering ditunjukkan oleh
∮ 𝑨. 𝒅𝒙 = ∮ 𝑨₁ dx + A₂ dy + A₃ dz
TEOREMA jika A ∇∅ pada semua titik dalam sutu daerah R dari ruang,
yang didefinisikan oleh α₁≦ x ≦ α₂ , b₁≦ b₂ , c₁≦ c₂, dimana ∅ (𝑥, 𝑦, 𝑧) berharga
𝐩₂
tunggal dan memiliki turunn – turunan yang kontinu dalam R, maka ∫𝐩₁ 𝐀 . 𝐝𝐱
Contoh :
a) 𝑥 = 𝑡, 𝑦 = 𝑡 2 , 𝑧 = 𝑡 3
b) Garis – garis lurus dari (0,0,0) ke (1,0,0), kemudian ke (1,1,0) dan
kemudian ke (1,1,1)
c) Garis lurus yang menghubungkan (0,0,0) dan (1,1,1).
Penyelesaian :
1
= ∫𝑡=0( 9𝑡 2 )𝑑𝑡 − 28𝑡 6 𝑑𝑡 + 60𝑡 9 𝑑𝑡
1
= ∫𝑡=0( 9𝑡 2 − 28𝑡 6 + 60 𝑡 9 ) 𝑑𝑡
= 3𝑡 2 − 4𝑡 7 + 6𝑡 10 |10 = 5
Metode lain :
Sepanjang C 𝐴 = 9𝑡 2 𝑖 − 14𝑡 6 𝑗 + 20𝑡 7 𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝑟 = 𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘 = 𝑡𝑖 +
𝑡 2 𝑗 + 𝑡 3 𝑘 dan 𝑑𝑟 = (𝑖 + 2𝑡𝑗 + 3𝑡 2 𝑘)𝑑𝑡
Maka :
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 66
1
= ∫𝑡=0( 9𝑡 2 − 28𝑡 6 + 60 𝑡 9 )𝑑𝑡 = 5
𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑖𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛:
20 23
∫ 𝐴. 𝑑𝑟 = 1 + 0 + =
3 3
𝐶
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 67
C. Integral Permukaan
Jadi, misalkan v = kecepatan pada setiap titik dari fluida yang bergerak,
dimana air adalah salah satu jenis fluida
Volume dari fluida yang melewati dS dalam ∆t detik = volume yang
terkandung dalam silinder dengan luas alas dS dan tinggi atau panjang v∆t =
(v∆t)· ndS = v · n dS ∆t
Maka volume per detik dari fluida yang melewati dS = v · n dS
Volume total per detik dari fluida yang keluar dari permukaan tertutup S
= ∬ 𝑣 · 𝑛 𝑑𝑆
𝑑𝑥𝑑𝑦
∬ 𝐴 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∬ 𝐴 ∙ 𝑛
|𝑛 ∙ 𝑘 |
𝑆 𝑆
Sedangkan jika proyeksi pada bidang xz, maka integral permukaannya adalah
𝑑𝑥𝑑𝑧
∬ 𝐴 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∬ 𝐴 ∙ 𝑛
|𝑛 ∙ 𝑗 |
𝑆 𝑆
Dan proyeksi pada bidang yz, maka integral permukaan diberikan oleh:
𝑑𝑦𝑑𝑧
∬ 𝐴 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∬ 𝐴 ∙ 𝑛
|𝑛 ∙ 𝑖 |
𝑆 𝑆
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 69
Contoh 1:
𝑑𝑥𝑑𝑦
∬ 𝐴 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∫ 𝐴 ∙ 𝑛
𝑅 |𝑛 ∙ 𝑘 |
𝑆
36−12𝑥 𝑑𝑥𝑑𝑦
= ∬𝑅 2𝑖+3𝑗+6𝑘
7 |( )∙𝑘|
7
36−12𝑥 𝑑𝑥𝑑𝑦
= ∬𝑅 7 |6⁄7|
12−2𝑥
6
= ∫𝑥=0 ∫𝑦=03 (6 − 2𝑥 )𝑑𝑥𝑑𝑦
12−2𝑥
6
= ∫𝑥=0(6𝑦 − 2𝑥𝑦)]0 3
𝑑𝑥
6
12 − 2𝑥 12 − 2𝑥
=∫ [( ) − 2𝑥 ( )] 𝑑𝑥
𝑥=0 3 3
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 70
6 4𝑥 2
= ∫𝑥=0 (24 − 12𝑥 + ) 𝑑𝑥
3
6
4𝑥 2
= (24𝑥 − 6𝑥 2 + )] = 24
9 0
Contoh 2:
Penyelesaian :
C B
D E
0 A
G F
1 1 𝑑𝑦𝑑𝑧
∬𝐷𝐸𝐹𝐺 𝑟 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∫0 ∫0 (𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘) ∙ |𝑖∙𝑖|
1 1
= ∫0 ∫0 𝑥 𝑑𝑦𝑑𝑧
1 1
= ∫0 ∫0 𝑑𝑦𝑑𝑧 = 1
1 1 𝑑𝑦𝑑𝑧
∬𝐴𝐵𝐶𝑂 𝑟 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∫0 ∫0 (𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘) ∙ (−𝑖 ) |−𝑖∙𝑖|
1 1
= ∫0 ∫0 −𝑥 𝑑𝑦𝑑𝑧
1 1
= ∫0 ∫0 0 𝑑𝑦𝑑𝑧 = 0
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 71
1 1 𝑑𝑦𝑑𝑧
∬𝐴𝐵𝐺𝐹 𝑟 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∫0 ∫0 (𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘) ∙ (𝑗)
|𝑗∙𝑗|
1 1
= ∫0 ∫0 𝑦 𝑑𝑦𝑑𝑧
1 1
= ∫0 ∫0 𝑑𝑥𝑑𝑧 = 1
1 1 𝑑𝑦𝑑𝑧
∬𝑂𝐺𝐷𝐶 𝑟 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∫0 ∫0 (𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘) ∙ (𝑗)
|−𝑗∙𝑗|
1 1
= ∫0 ∫0 −𝑦 𝑑𝑦𝑑𝑧
1 1
= ∫0 ∫0 0 𝑑𝑦𝑑𝑧 = 0
1 1 𝑑𝑥𝑑𝑦
∬𝐴𝐵𝐶𝑂 𝑟 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∫0 ∫0 (𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘) ∙ (𝑘) |𝑘∙𝑘|
1 1
= ∫0 ∫0 𝑧 𝑑𝑥𝑑𝑦
1 1
= ∫0 ∫0 𝑑𝑥𝑑𝑦 = 1
1 1 𝑑𝑥𝑑𝑦
∬𝐴𝐹𝐺𝑂 𝑟 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = ∫0 ∫0 (𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘) ∙ (𝑘) |−𝑘∙𝑘|
1 1
= ∫0 ∫0 −𝑧 𝑑𝑥𝑑𝑦
1 1
= ∫0 ∫0 0 𝑑𝑥𝑑𝑦 = 0
𝑛 𝑑𝑆 + ∬𝐴𝐵𝐶𝑂 𝑟 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 + ∬𝐴𝐹𝐺𝑂 𝑟 ∙ 𝑛 𝑑𝑆 = 1 + 0 + 1 + 0 + 1 + 0 = 3
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 72
D. Integral Volume
Pernahkah terpikir berapa banyak air yang dapat ditampung oleh sebuah
bak mandi? Anda dapat mencarinya dengan menggunakan integral volume.
Berikut definisi integral volume
Integral Volume
Pandang sebuah permukaan tertutup dalam ruang yang menutup volume V, maka
∭ 𝐴 𝑑𝑉 = ∭ 𝐴 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧
𝑉 𝑉
Dan
∭ ∅ 𝑑𝑉 = ∭ ∅𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧
𝑉 𝑉
∑ ∅𝑘 ∆𝑉𝑘
𝑘=1
Yang diambil untuk semua kubus yang mungkin dalam ruang yang ditinjau.
Limit dari jumlah ini, bila 𝑀 → ∞ sehingga kuantitas-kuantitas terbesar ∆𝑉𝑘 akan
mendekatiki nol, dan jika limit ini ada, dinyatakan oleh
∭ ∅ 𝑑𝑉
𝑉
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 73
Contoh:
Penyelesaian:
2 6 4
∭𝑉 𝐹 𝑑𝑉 = ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 2𝑥𝑧𝑖 − 𝑥𝑗 + 𝑦 2 𝑘 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥
2 6 4 2 6 4
= 𝑖 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 2𝑥𝑧 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥 − 𝑗 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 𝑥 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥 +
2 6 4
𝑘 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 𝑦 2 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥
𝟐 𝟔 𝟒 2 6
I∫𝒙=𝟎 ∫𝒚=𝟎 ∫𝒛=𝒙𝟐 2𝑥𝑧 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥 = 𝒊 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑥𝑧 2 ]4𝑥 2 𝑑𝑦𝑑𝑥
2 6
= 𝑖 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 16𝑥 − 𝑥 5 𝑑𝑦𝑑𝑥
2
= 𝑖 ∫𝑥=0 16𝑥𝑦 − 𝑥 5 𝑦]60 𝑑𝑥
2
= 𝑖 ∫𝑥=0 96𝑥 − 6𝑥 5 𝑑𝑥
2 6 4 2 6
−𝑗 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 𝑥 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥 = −𝑗 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0𝑥𝑧]4𝑥 2 𝑑𝑦𝑑𝑥
2 6
= −𝑗 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 4𝑥 − 𝑥 3 𝑑𝑦𝑑𝑥
2
= −𝑗 ∫𝑥=04𝑥𝑦 − 𝑥 3 𝑦]60 𝑑𝑥
2
= −𝑗 ∫𝑥=0 24𝑥 − 6𝑥 3 𝑑𝑥
M o d u l A n a l i s i s V e k t o r | 74
6 2
= −𝑗 (12𝑥 2 − 4 𝑥 4 )] = −24𝑗
0
2 6 4 2 6
𝑘 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 𝑦 2 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥 = 𝑘 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0𝑦 2 𝑧]4𝑥 2 𝑑𝑦𝑑𝑥
2 6
= 𝑘 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 4𝑦 2 − 𝑥 2 𝑦 2 𝑑𝑦𝑑𝑥
6
2 4 𝑥 2𝑦 3
= 𝑘 ∫𝑥=0 3 𝑦 3 − ] 𝑑𝑥
3 0
2
= 𝑘 ∫𝑥=0 288 − 12𝑥 2 𝑑𝑥
Maka:
2 6 4 2 6 4
∭𝑉 𝐹 𝑑𝑉 = 𝑖 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 2𝑥𝑧 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥 − 𝑗 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 𝑥𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥 +
2 6 4
𝑘 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=𝑥 2 𝑦 2 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥
DAFTAR PUSTAKA