Anda di halaman 1dari 35

Oleh:Rustamin Bilondatu, S.Pd.

BAB 1
DIMENSI 3

1.1 Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam ruang


Benda berdimensi 3 memiliki 3 unsur, yakni:
1. Titik, merupakan sesuatu yang tidak memiliki ukuran (tak berdemensi) dan
hanya ditentukan oleh letaknya saja. Titik disimbolkan dengan noktan (•) dan
biasanya diberi nama dengan huruf besar (kapital), misalnya A, B, C, D dan
lain sebagainya.
2. Garis,adalah kumpulan atau himpunan titik yang membentuk kurva lurus.
Garis merupakan bangun berdemensi satu, karena ukuran (demensi) yang
dimiliki hanya satu yaitu panjang, garis biasanya diberi nama dengan huruf
kecil, misalnya: p. q, r dan lain sebagainya.
3. Bidang,disebut bangun berdemensi dua, karena memeliki dua demensi
yakni demensi panjang dan demensi lebar, bidang tidak memeiliki dimensi
ketebalan.
1.1.2 Kedudukan titik terhadap garis dan bidang
Kedudukan titik terhadap garis

Jika diperhatikan gambar di atas maka kedudukan titik terhadap garis ada dua,
yakni :
- Titik terletak di garis atau garis yang melalui titik tertentu, seperti titik A
terletak di garis g, atau garis g melalui titik A.
- Titik yang terletak di luar garis, atau titik tidak terletak di garis atau
dengan kata lain garis tidak melalui titik tertentu, contohnya titik B tidak
terletak di garis h, atau garis h tidak melalui titik B.

1
Kedudukan titik terhadap bidang

Dari gambar di atas, diketahui bahwa kedudukan titik terhadap bidang


adalah :
- Titik terletak pada bidang atau bidang melalui titik tertentu, seperti titik P
terletak pada bidang ά.
- Titik terletak di luar bidang atau bidang tidak melalui titiktertentu, seperti
titik R terletak di luar bidang β

Pada gambar kubus di bawah, maka kedudukan titik terhadap garis dan
bidang adalah :

- Titik A terletak pada garis (rusuk) AB, AE dan AD


- Titik A di luar garis (rusuk) FB, FE, HG dan seterusnya
- Titik A terletak pada bidang ABCD, ADHE
- Titik A di luar bidang BCGF, EFGH dan seterusnya
1.1.3 Kedudukan dua garis

Berdasarkan gambar gambar di atas dapat diketahui bahwa kedudukan dua


garik adalah :

2
- Dua garis yang saling berhimpit
Dua garis dikatakan saling berimpit jika kedua garis tersebut sejajar, terletak
pada satu bidang dan setiap titik pada garis terletak pada titik garis yang
lainnya, contohnya pada gambar di atas, garis g berimpit dengan garis h.
- Dua garis yang saling berpotongan
Dua garis atau lebih dikatakan saling berpotongan jika garis-garis tersebut
terletak pada bidang yang sama dan terdapat satu titik perpotongan pada
garis-garis tersebut. Perhatikan gambar di atas garis a berpotongan dengan
garis b di titik P.
- Dua garis saling sejajar
Dua garis atau lebih dikatakan sejajar apabila garis tersebut terletak pada satu
bidang dan tidak mempunyai titik perpotongan (persekutuan). Perhatikan
gambar di atas garis q sejajar dengan garis r.
-Dua garis saling bersilangan
Dua garis atau lebih dikatakan saling bersilang jik Dua garis yang saling
bersilang a garis-garis tersebut tidak memiliki titik persekutuan sehingga
garis-garis tersebut tidak sebidang dan tidak sejajar. Perhatikan gambar di
atas garis s saling bersilang dengan garis t.
1.1.4 Kedudukan Garis Terhadap Bidang

Kedudukan garis terhadap bidang adalah sebagai berikut :


- Garis terletak pada bidang
Garis dikatakan terletak pada bidang jika semua titik pada garis tersebut
terletak pada bidang tertentu, ini ditunjukkan pada di atas garis g terletak pada
bidang ά.
- Garis sejajar bidang
Suatu garis dikatakan sejajar dengan sebuah bidangjika pada bidang tersebut
dapat dibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis trsebut, garis dan bidang
yang sejajar tidak memiliki persekutuan. Hal ini ditunjukkan garis r dengan

3
bidang ά.
- Garis yang memotong atau menembus bidang
Suatu garis dikatakan memotong atau menembus sebuah bida ng jika garis
tersebut tidak terletak pada bidang dan tidak sejajar, garis menembus atau
memotong sebuah bidangjika terdapat satu titik perpotongan antara garis dan
bidang. Garis s menembus bidang ά pada titik P.
1.1.5 Kedudukan Dua Bidang

Kedudukan dua bidang adalah:


- Dua bidang atau lebih berhimpit
Dua bidang atau lebih dikatakan saling berimpit jika setiap titik pada bidang
terletak pada bidang yang lainya, perhatikan gambar bidang ά berimpit dengan
bidang β.
- Dua bidang atau lebih sejajar
Dua bidang atau lebih dikatakan sejajar jika bidang tersebut tidak memiliki
titik persekutuan, perhatikan gambar bidang λ berimpit dengan bidang γ.
- Dua bidang atau lebih berpotongan
Dua bidang atau lebih dikatakan saling berpotongan jika bidang tersebut
memiliki tepat satu garis persekutuan, perhatikan bidang ρ berpotongan
dengan bidang σ.

4
1.2 Proyeksi
1.2.1 Proyeksi titik pada bodang
Sebuah titik yang terletak di luar bidang jika kita tarik garis lurus dari titik
tersebut ke bidang sehingga membentuk sudut 90 o dengan bidang maka ini
disebut sebagai proyeksi sebuah titik ke bidang. Seperti gambar di bawah.

- R’ = Proyeksi titik R pada bidang β


- RR’ = Proyektor atau jarak titik R terhadap bidang β
- β = bidang proyeksi
- RR’ ⊥ β
1.2.2 Proyeksi garis pada bidang

Proyeksi garis pada sebuah bidang ada tiga kemungki b. Proyeksi garis pada
bidang nan yang terjadi, yakni :
- Jika garis terletak di luar bidang maka semua proyektor terletak pada satu
bidang, seperti garis AB yang diproyeksikan terhadap bidang α.
- Jika garis tegak lurus dengan bidang maka hasil proyeksinya berupa titik
seperti pada titik D yang di proyeksikan pada bidang α.
- Jika garis menembus/memotong bidang maka hasil proyeksinya adalah garis
lurus pada bidang seperti garis PQ yang diproyeksikan pada bidang α.

5
Contoh
1. Diketahui kubus ABCDEFGH memiliki panjang rusuk 5 em, tentukan:
a. Proyeksi dan panjang proyeksi garis AG pada bidang ABCD
b. Proyeksi dan luas bidang proyeksi bidang ACGE pad bidang ABCD.
Penyelesaian:

a. Proyeksi garis AG pada bidang ABCD adalah garis AC


Panjang proyeksinya adalah 5 2 ��.
b. Proyeksi bidang ACGE pad bidang ABCD, adalah garis AC.
Karena bidang proyeksinya berbentuk garis maka tidak mempunyai luas, jadi
luas bidang proyeksinya adalah 0cm2 .

2. Pada limas segiempat beraturan T.ABCD tentukan :


a. Letak proyeksi titik T pada bidang ABCD
b. Proyeksi bidang TAD pada bidang ABCD. jika panjang AB = 4 cm tentukan
luas proyeksi TAD tersebut.
Penyelesaian:

a. Letak proyeksi titik Penyelesaian T pada bidang ABCD adalah di tengah-


tengah bidang ABCD
b. Proyeksi bidang TAD pada bidang ABCD. adalah garis ADT’.

6
�∆��� = 1 2 ��. ������
�∆��� = 1 2 (4)(2)
�∆��� = 4 ��2
1.3 Jarak
Dalam menghitung jarak antara:
- dua titik
- titik dan garis
- titik dan bidang
- dua garis
- garis dan bidang
- dua bidang
Ada beberapa cara yang bisa kita gunakan, diantaranya:
- teorema phytagoras

Dimana dengan menggunakan aturan tersebut, ada beberapa perhitungan dasar pada
bangun ruang dapat kita tentukan secara praktis, seperti pada bangun kubus dengan
panjang sisi a cm dibawah ini.

7
 Diaginal bidang →AC = a 2 cm
 Diagonal ruang → CE = a 3 cm
 Jarak dari suatu titik sudut kubus ke tengah rusuk (dalam satu bidang)
1
→ ET = a 5 cm
2

 Jarak dari satu titik sudut kubus ke tengah diagonal bidang (tidak dalam satu
1
bidang) →GP = a 6 cm
2

Bisa juga teorema phytagoras tersebut digunakan pada segitiga sama sisi seperti pada
gambar dibawah ini.

Apabila diterapkan pada segitiga sembarang, dapat digunakan untuk menentukan


panjang suatu sisi segitiga yang dibagi oleh garis tinggi segitiga.

8
- Luas segitiga
Seperti halnya pada penggunaan teorema phytagoras, luas segitiga bisa digunakan untuk
menentukan tinggi segitiga dari suatu segitiga siku-siku seperti pada gambar dibawah ini.

9
LATIHAN
1. Perhatikan balok ABCD EFGH dibawah ini.

Tentukan kedudukan:
a. Garis AH terhadap bidang CF
b. Garis BH terhadap bidang DCGH
c. Garis DG terhadap bidang ABFE
d. Bidang ABCD terhadap bidang EFGH
e. Bidang ACGE terhadap bidang BDHF
f. Titik A terhadap bidang ABFE
g. Titik B terhadap garis AC

2. Perhatikan limas segi empat beraturan dibawah ini.

a. Sebutkan pasangan-pasangan rusuk yang sejajar


b. Adakah bidang yang sejajar
c. Bagaimana kedudukan titik T terhadap bidang ABCD

3. Berapa banyak bidang yang dapat dibuat melalui:


a. Dua garis yang berptongan
b. Dua garis sejajar
c. Dua garis bersilangan

4. Gambarlah sebuah garis AB sepanjang 5 cm yang membentuk sudut 60° dengan


suatu garis g, tentukan proyeksi dan panjang proyeksi AB pada garis g.

10
5. Diketahui kubus ABCDEFGH, panjang AB = 6 cm dan titik P tengah-tengah
GH,tentukan :
a. Proyeksi AP pada alas
b. Proyeksi AP pada ADHE
c. Proyeksi BP pada BDHF
d. Proyeksi CP pada BDHF

6. Diketahui limas T.ABCD dengan alas ABCD berbentuk persegi panjang dan
proyeksi T pada alas berimpit dengan pusat alas. Panjang AB dan BC berturut-turut
adalah 8 cm dan 6 cm, serta panjang TA adalah 13 cm. jika proyeksi T pada alas
adalah M, maka panjang TM adalah…

7. Diketahui kubus ABCDEFGH memiliki panjang rusuk 6 cm. titik P di tengah-


tengah AE. Panjang BP pada BDHF adalah…

8. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm. Jarak titik H ke


garis AC adalah…

9. Kubus ABCDEFGH mempunyai panjang rusuk aa. Titik K pada


1
perpanjangan DA sehingga KA=3KD. Jarak titik K ke bidang BDHF adalah…

10. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Titik P adalah titik
potong AH dan ED dan titik Q adalah titik potong FH dan EG. Jarak titik B ke
garis PQ adalah…

11. Jarak titik A ke bidang BCHE pada balok dibawah ini adalah…

11
12. Kedalam sebuah wadah berbentuk balok berukuran 4 cm×10 cm×14 cmdiisi air
sebanyak 220 ��3 . Kemudian balok tersebut dimiringkan sehingga luas permukaan
air dalam wadah semakin besar (lihat gambar). Luas permukaan air adalah…

13. Kamar Akbar berbentuk balok dengan ukuran panjang : lebar : tinggi=5:5:4. Di
langit-langit kamar terdapat lampu yang letaknya tepat pada pusat bidang langit-langit.
Pada salah dinding kamar dipasang saklar yang letaknya tepat di tengah-tengah
dinding. Jarak saklar ke lampu adalah…

14. Diketahui kubus PQRS.TUVW seperti gambar berikut!

Jarak antara titik W dan titik tengan PR adalah…

12
15. Diberikansebuah segitiga siku-siku ABC yang siku-siku
di B dengan AB=6dan BC=8. Titik M,Nberturut-turut berada pada
sisi ACsehingga AM:MN:NC=1:2:3. Titik P dan Q secara berurutan berada pada
sisi AB dan BC sehingga AP tegak lurus PM dan BQ tegak lurus QN. Luas
segiempat PMNQ adalah…

16. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 2 cm. Jika P titik
tengah AB, Q titik tengah CG, dan R terletak pada PD sehingga QR tegak lurus
dengan PD, maka panjang QR adalah...cm

17. Berikut ini pernyataan tentang kubus ABCD.EFGH dengan P, Q,danR berturut-
turut merupakan titik-titik tengah rusuk AB, DC, dan HG.
(1) Ruas garis PHPH dan QEQE berpotongan.
(2) Ruas garis RCRC dan PCPC tidak tegak lurus.
(3) Ruas garis ERER dan PCPC tidak sejajar.
(4) Segitiga PCRPCR sama sisi.
Pernyataan-pernyataan yang benar adalah…

18. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 2 cm. Titik M berada di
tengah ruas garis EH. Titik N berada di tengah ruas garis EF. Jarak titik E ke
bidang MNA adalah…

19. Diberikan kubus ABCD.EFGH dan P adalah titik tengah BC. Perbandingan luas
segitiga APG dan luas segitiga DPG adalah…

20. Pada bidang empat T.ABC diketahui ABC segitiga sama sisi, rusuk TA tegak
lurus bidang alas. Jika panjang rusuk alas 10 cm, dan tinggi limas 15 cm. Maka jarak
titik A ke bidang TBC adalah...

13
BAB 2
TRANSFORMASI
GEOMETRI

2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Transformasi


2.1.1 Pengertian Transformasi Geometri
Transformasi Geometri atau lebih sering disebut transformasi adalah mengubah
setiap koordinat titik (titik-titik dari suatu bangun) menjadi koordinat lainnya pada
bidang dengan satu aturan tertentu. Misalnya, transformasi T terhadap titik P(x, y)
menghasilkan bayangan P’(x’ , y’), operasi tersbut dapat kita tulis sebagai:
T
P ( x, y ) 
 P' ( x' , y ' )
2.1.2 Jenis-Jenis Transformasi
Transformasi pada bidang terdiri atas 4 jenis, yaitu : translasi (pergeseran),
refleksi (pencerminan), rotasi (perputaran), dan dilatasi (perbesaran/perkalian).

a. Translasi (Pergeseran)

Translasi adalah transformasi yang memindahkan setiap titik pada bidang


menurut jarak dan arah tertentu. Jarak dari arah suatu translasi dapat dilambangkan
a
dengan garis berarah, misalnya AB atau vektor   . Perhatikan Gambar dibawah ini:
b

14
Gambar : T menggeser titik A ke titik A’

a
T  
A x, y  
 A' ( x ' , y ' )  A'  x  a, y  b 
b

Contoh :
 4
1. Tentukan bayangan P (2,3) oleh translasi T =   ! Lengkapilah dengan gambar!
 3
Jawab:
 4
T   
P2,3  P x' , y '
 3

x’ = x + a = 2 + 4 = 6
y’ = y + b = 3 + 3 = 6

 4
Jadi, bayangan P (2,3) oleh translasi T =   adalah P’ (6,6).
 3
Gambar:

15
2. Translasi T memetakan A (2, 3) menjadi A’ (5, -1).
a. Tentukan translasi T!
b. Tentukan bayangan dari titik B (4, 5) oleh translasi T tersebut!

Jawab :
T  a 
a. A2,3 
b
 A' 5,1
x’ = x + a → 5 = 2 + a sehingga a = 3
y’ = y + b → -1 = 3 + b sehingga b = - 4
 3 
Jadi, translasi T adalah T =  
  4
T  a 
b. B4,5  B'  x' , y '
b 

x’ = 4 + 3 = 7
y’ = 5 + (-4) = 1
Jadi, bayangan dari B(4, 5) adalah B’ (7, 1)

b. Refleksi (Pencerminan)

Refleksi atau sering disebut dengan istilah pencerminan adalah suatu transformasi
dengan memindahkan setiap titik pada bidang dengan menggunakan sifat-sifat
pencerminan pada cermin datar (bayangan cermin dari titik-titik) yang akan
dipindahkan. Pencerminan dilambangkan Mi dengan i menyatakan jenis pencerminan.

16
1) Pencerminan terhadap Sumbu X, Sumbu Y, Garis y = x, dan Garis y = -x
Perhatikan Gambar dibawah ini:

 Jika P(a, b) dicerminkan terhadap sumbu X maka bayangannya adalah P’ (a, -b),
dapat ditulis
Pa, b  
Mx
P ' a,b 

 Jika P(a, b) dicerminkan terhadap sumbu Y maka bayangannya adalah P’ (-a, b),
dapat ditulis
Pa, b  
My
P'  a, b 

 Jika P(a, b) dicerminkan terhadap titik asal O (0, 0) maka bayangannya adalah
P’(-a, -b), dapat ditulis
Pa, b  
Mo
P '  a,b 
 Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = x maka bayangannya adalah P’ (b, a),
dapat ditulis
P a, b  My
 x
 P ' b, a 

 Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = -x maka bayangannya adalah P’ (-b, -


a), dapat ditulis
Pa, b  My
x
 P '  b, a 

17
2) Pencerminan terhadap Garis x = h dan garis y = k
Perhatikan Gambar dibawah ini:

 Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis x = h maka bayangannya adalah P’ (2h –


a, b), dapat ditulis Pa, b  Mx
 h
 P' 2h  a, b 

 Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = k maka bayangannya adalah P’ (a, 2k


- b), dapat ditulis Pa, b  My
 k
 P' a,2k  b 
Contoh :
1. Tentukan bayangannya jika:
a. A(3, 5) dicerminkan terhadap sumbu X
b. B(4, -2) dicerminkan terhadap sumbu Y
c. C(2, -5) dicerminkan terhadap titik asal O(0, 0)
d. D(-7, 2) dicerminkan terhadap garis y = x
e. E(-5, -4) dicerminkan terhadap garis y = -x
f. F(2, -3) dicerminkan terhadap garis x = 3
g. G(-1, 7) dicerminkan terhadap garis y = 4
Jawab:
a. A3,5 
Mx
A' 3,5

b. B4,2 
My
B'  4,2

18
c. C 2,5 
Mo
C '  2,5

d. D 7,2  My


 x
 D' 2,7 

e. E  5,4  My
x
 E ' 4,5

f. F 2,3 Mx
 3
 F ' 2(3)  2,3  F ' (4,3)

g. G 1,7  My


 4
 P'  1,2(4)  7   G' (1,1)

2. Jika titik A(2, 1) dicerminkan terhadap garis x = a menghasilkan bayangan A’ (4,


1) maka tentukan nilai a!
Jawab :
Pa, b  Mx
 h
 P' 2h  a, b 

A2,1 x
a
 A' 4,1
x’ = 2a – x sehingga 4 = 2a – 2
6 = 2a
3=a
c. Rotasi (Perputaran)

Rotasi adalah transformasi yang memetakan setiap titik pada bidang ke titik
lainnya dengan cara memutar pada pusat titik tertentu.
Rotasi atau perputaran pada bidang datar ditentukan oleh hal-hal berikut.
a. Pusat perputaran
b. Arah perputaran
c. Besar sudut perputaran

19
Pusat perputaran suatu rotasi terdiri atas dua, yaitu di titik O(0, 0) dan di titik
A(x, y). Sementara itu, arah perputaran suatu rotasi dapat berlawanan arah jarum jam
(disebut rotasi positif) dan dapat pula searah jarum jam (disebut rotasi negatif).
Bayangan dari rotasi suatu titik dapat kita tentukan sebagai berikut.

 Rotasi terhadap Titik Pusat O(0, 0)


 Jika P(a, b) diputar sebesar � berlawanan arah jarum jam (rotasi positif), dengan
pusat rotasi di O(0, 0), maka bayangan yang terjadi sebagai berikut.
(O ,a )
P(a, b) R  P' (a' , b' )
a’ = a cos � – b sin �
b’ = a sin � + b cos �

(O ,a )
P(a, b) R  P' (a' , b' ) = P’ (a cos � – b sin �, a sin � + b cos �)

 Jika P(a, b) diputar sebesar � searah jarum jam (rotasi negatif), dengan pusat
rotasi di O(0, 0), maka bayangan yang terjadi sebagai berikut.
(O ,a )
P ( a, b) R  P ' ( a ' , b' )
a’ = a cos � + b sin �
b’ = -a sin � + b cos �

(O ,a )
P(a, b) R  P' (a' , b' ) = P’ (a cos � + b sin �, - a sin � + b cos �)

 Rotasi terhadap Titik A (x, y)


Jika P(a, b) diputar sebesar � dengan pusat rotasi di A (x, y), maka bayangan
yang terjadi sebagai berikut.

( A, a )
P(a, b) R  P' (a' , b' )
(O ,a )
P(a, b) R  P' (a' , b' ) = P’ [(a – x) cos � - (b – y) sin � + �, (a – x)
sin � + (b – y) cos � + �)]

20
Gambar : Rotasi positif sebuah segitiga
terhadap titik pusat O(0, 0) sebesar 90o.

Catatan : Rotasi yang berlawanan arah dengan jarum jam sudut rotasinya
diberi tanda positif (+). Rotasi yang searah jarum jam sudut rotasi diberi tanda negatif
(-).
Contoh :
Tentukan bayangan dari A(5, 4) jika dirotasi 90o berlawanan arah dengan jarum jam
dengan pusat rotasi O(0, 0)!
Jawab :
A(5, 4) = A(a, b)
Pusat rotasi O(0, 0)
a’ = a cos 90o – b sin 90o maka a’ = 5 cos 90o – 4 sin 90o = -4
b’ = a sin 90o+ b cos 90o maka b’ = 5 sin 90o+ 4 cos 90o = 5
Jadi, bayangan dari A(5, 4) adalah A’(-4, 5)
d. Dilatasi (Perkalian)

Dilatasi adalah transformasi yang mengubah ukuran atau skala suatu bangun
geometri (pembesaran/pengecilan), tetapi tidak mengubah bentuk bangun tersebut.

21
Dilatasi pada bidang datar ditentukan oleh hal-hal berikut.
a. Pusat dilatasi
b. Faktor dilatasi
Pusat dilatasi terdiri atas dua, yaitu di titik O(0, 0) dan di titik A (x, y). Sementara
itu, faktor dilatasi dapat bersifat positif (pembesarannya searah) dan dapat pula
bersifat negatif (pembesarannya berlawanan arah). Faktor dilatasi disebut juga dengan
faktor skala.

Pada dilatasi suatu bangun faktor K akan menentukan ukuran dan letak bangun
bayangan.
(I) Jika K > 1, maka bangun bayangan diperbesar dan terletak sepihak terhadap pusat
dilatasi dan bangun semula.
(II) Jika 0 < K < 1, maka bangun bayangan diperkecil dan terletak sepihak terhadap
pusat dilatasi dan bangun semula.
(III) Jika -1 < K < 0, maka bangun bayangan diperkecil dan terletak berlainan pihak
terhadap pusat dilatasi dan bangun semula.
(IV) Jika K < -1, maka bangun bayangan diperbesar dan terletak berlainan terhadap
pusat dilatasi dan bangun semula.
Bayangan dari dilatasi suatu titik dapat kita tentukan sebagai berikut.
 Dilatasi dengan Pusat di O(0, 0)
Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka
bayangannya sebagai berikut.
P’ (ka, kb)

P ( a , b )  
O ,k 
 P ' ( ka , kb )

 Dilatasi dengan Pusat di Titik A(x, y)


Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka
bayangannya sebagai berikut.

P ( a, b) 
A, k 
 P ' ( a ' , b' ) = P’ [x + k (a – x), y + k (b – y)]

22
Gambar : Dilatasi ∆ ��� dengan pusat
dilatasi O dan faktor skala 2 (pembesaran 2
kali)

Contoh :
1. Tentukan bayangan A(2, 3) hasil dilatasi dengan faktor skala 4 dan pusat dilatasi
O(0, 0)! Lengkapi dengan gambar!
Jawab :

A(2,3) 
O,4
 A' (a' , b' )
a’ = k a = 4. 2 = 8
b’ = k b = 4. 3 = 12
Jadi, A’ (8, 12)

2. Tentukan bayangan B(-1, 4) hasil dilatasi dengan faktor skala 3 dan pusat dilatasi
P(2, 5)! Lengkapi dengan gambar!
Jawab :
B (1,4) 
P ,3
 B ' (a ' , b' )

a’ = k (a – x) + x= 3 (-1 – 2) + 2= -7
b’ = k (b – y) + y = 3 ( 4 – 5) + 5 = 2
Jadi, B’ ( -7, 2)

23
2.2 Matriks yang Bersesuaian dengan Transformasi
Misalkan suatu transformasi T memetakan titik P ( a, b) menjadi P’ (a’, b’).
Hubungan antara titik dan bayangannya dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan

a’ = pa + qb
 a'   p q   a 
dan dalam bentuk lain menjadi   =    
 b'   r s   b 
b’ = ra + sb

 p q
Bentuk dari   disebut dengan istilah matriks transformasi .
 r s 
Beberapa matriks transformasi yang bersesuaian dengan operasi transformasi
yang telah kamu pelajari sebagai berikut :
No. Transformasi Pemetaan Matriks yang Bersesuaian
1. Pencerminan (a,b) →(a,-b) 1 0 
 
terhadap sumbu  0 1
X
2. Pencerminan (a, b) → (-a, b)  1 0
 
terhadap sumbu  0 1
Y
3. Pencerminan (a, b) → (-a, -b)  1 0 
 
terhadap O (0,  0  1
0)
4. Pencerminan (a, b) → (b, a) 0 1
 
terhadap garis y 1 0
=x
5. Pencerminan (a, b) → (-b, -a)  0  1
 
terhadap garis y  1 0 
=-x
6. Rotasi terhadap (a, b) → (a’, b’ )  cos  sin  
 
titik O (0, 0) a’ = a cos � - b sin �  sin  cos 
sebesar � b’ = a sin � + b cos �

24
7. Rotasi terhadap (a, b) → (-b, a)  0  1
 
titik O (0, 0) 1 0 

sebesar 2

8. Rotasi terhadap (a, b) → (-a, -b)  1 0 


 
titik O (0, 0)  0  1
sebesar �
9. Rotasi terhadap (a, b) → (-b, -a)  0  1
 
titik O (0, 0)  1 0 

sebesar − 2

10. Rotasi terhadap (a, b) → ( ka, kb) k 0


 
titik O (0, 0) 0 k 
sebesar �

Matriks rotasi dan dilatasi pada tabel diatas merupakan rotasi dan dilatasi yang
berpusat di titik O(0, 0). Untuk rotasi dan dilatasi yang berpusat di titik A( x , y)
perhatikan dengan baik uraian berikut :
1. Rotasi Sebesar � dengan Pusat di Suatu Titik A( x , y)

 A,   a '   cos  sin   a  x  x


P(a, b) R  P' (a' , b' ) dengan   =     +  
 b'   sin  cos  b  y   y 
2. Dilatasi dengan Faktor Skala k dengan Pusat di Suatu Titik A( x , y)
 a'   k 0   a  x   x 
P ( a, b) 
A, k 
 P ' ( a ' , b' ) dengan   =     +  
 b'   0 k   b  y   y 
3. Transformasi dengan Matriks
 p q
Jika P(a, b) ditransformasi dengan matriks   dengan p, q, r, dan s
 r s
 a'   p q a
merupakan bilangan real, maka bayangannya adalah   =     .
 b'   r s  b
Contoh :
1. Tentukan bayangan dari titik P(2, 3) jika ditransformasikan oleh
 2 3
matriks   !
 1 4

25
Jawab :
 2 3   2   4  9  13 
P’ =     =   =  
  1 4   3    2  12  10 
Jadi P’ ( 13, 10)

2. Tentukan bayangan dari segitiga A(1, 2), B(3, 7), dan C(1, 8) jika dicerminkan
terhadap sumbu X!
Jawab :
A’ B’ C’

 x'  1 0  1 3 1
  =  
 y'   0 1 2 7 8
 x'  1 3 1
  =
y
 ' −2 −7 −8

Jadi, A’ (1, -2 ), B’ ( 3, -7), C’ (1, -8)

2.3 Komposisi Transformasi


Komposisi transformasi adalah dua transformasi yang digunakan secara berurutan.
Sebagai contoh, translasi T1 yang dilanjutkan dengan translasi T2 terhadap titik P (a,
b) dapat kita tulis
P(a, b) T
2 oT1
 P' ' (a' ' , b' ' ) .
Persamaan diatas dapat kita baca “T2 komposisi T1 terhadap P (a, b) menghasilkan
P” (a”, b”)”.
2.3.1 Komposisi Dua Translasi

a   a2   a1   a2   a  a2 
Jika T1 =  1  dan T2 =   , maka T1 º T2 =   +   =  1  dan T2 º
 b1   b2   b1   b2   b1  b2 

a  a  a  a 
T1 =  2  +  1  =  2 1  . Ternyata T1 º T2 = T2 º T1 , maka komposisi dua
 b2   b1   b2  b1 
translasi yang berurutan bersifat komutatif.

Contoh :
 4   2
Diketahui : T1 =   , T2 =   , dan P(2, 5).
 3  1 

26
Tentukan : a. T1 º T2 P b. T2 º T1 P
  2   2   0
a. T1 º T2 P(2, 5) = T1 º      = T1 º  
 1   5   6
 4  0  4
=   +   =   →P’’(4, 9)
 3  6  9

 4   2   6
b. T2 º T P(2, 5) = T2 º      = T2 º  
 3   5  8
  2  6  4
=   +   =   →P’’(4, 9)
 1  8 9

2.3.2 Komposisi Dua Refleksi


a. Komposisi Refleksi terhadap Dua Garis yang Sejajar Sumbu Y
Jika : M1 = refleksi terhadap garis x = h
M2 = refleksi terhadap garis x = k
Maka :
M 2 oM1
1) P(a, b)  P' ' (a' ' , b' ' )
Pa, b  Mx
 h
 P' 2h  a, b  Mx
 k
 P" 2k  2h  a , b
P' ' 2k  h  a, b

1  P ' ' 2k  h   a, b .


Jadi, P (a, b) M2oM

2) P(a, b) M
1oM 21
 P' ' (a' ' , b' ' )

Pa, b  Mx
 k
 P' 2k  a, b  Mx
 h
 P" 2h  2k  a , b
P' ' 2h  k   a, b

Jadi, P (a, b) M  P ' ' 2h  k   a, b .


1oM 2

Contoh :

Diketahui : M1 = Mx = 3, M2 = Mx = 3, dan P(2, 4)


Tentukan :
a) M1 º M2 P(2, 4)
b) M2 º M1 P(2, 4)

27
Jawab :
a) M1 º M2 P(2, 4) = P2,4 Mx
 5
 P' 2.5  2,4 = P’(8, 4)

= P ' 8,4  Mx


 3
 P' ' 2.3  8,4  = P”(-2, 4)
Jadi, M1 º M2 P(2, 4) → P”(-2, 4).

b) M2 º M1 P(2, 4) = P2,4  Mx


 3
 P ' 2.3  2,4  = P’(4, 4)

= P' 4,4 Mx


 5
 P' ' 2.5  4,4 = P”(6, 4)
Jadi, M2 º M1 P(2, 4) → P”(6, 4).
Kesimpulan: M1 º M2 P ≠ M2 º M1 P.
b. Komposisi Refleksi terhadap Dua Garis yang Sejajar Sumbu X
Jika : M1 = refleksi terhadap garis y = h
M2 = refleksi terhadap garis y = k
Maka :
1) P(a, b) M2oM
1  P' ' (a' ' , b' ' )

Pa, b  My
 h
 P' a,2h  b  Mx
 k
 P"a,2k  2h  b 

P' ' a,2k  2h  b


P' ' a,2k  h   b

Jadi, Pa, b   P ' ' a,2k  h   b.


My  h

2) P(a, b) M
1oM 2
 P' ' (a' ' , b' ' )

Pa, b  My
 k
 P' a,2k  b  My
 h
 P"a,2h  2k  b 

P' ' a,2h  2k  b


P' ' a,2h  k   b

Jadi, P(a, b)  P' ' a,2h  k   b .


M 1oM 2

c. Komposisi Refleksi terhadap Dua Garis yang Saling Tegak Lurus


1) Komposisi Refleksi terhadap Garis x = h dan y = k
a) Refleksi terhadap Garis x = h Dilanjutkan terhadap Garis y = k
Pa, b  Mx
 h
 P' 2h  a, b  My
 k
 P' ' 2h  a,2k  b 

Jadi, P (a, b) My


  P ' ' 2h  a,2k  b  .
k  Mx  h

28
b) Refleksi terhadap Garis y = k Dilanjutkan terhadap Garis x = h
Pa, b  My
 k
 P' a,2k  b  Mx
 h
 P' ' 2h  a,2k  b 

 P ' ' 2h  a,2k  b  .


Mx  h  My  k
Jadi, P (a, b)   
Kesimpulannya:
Mx=h º My=k = My=k º Mx=h

2) Komposisi Refleksi terhadap Sumbu Y dan X


a) Refleksi terhadap Sumbu Y Dilanjutkan terhadap Sumbu X
My Mx
P ( a, b)  P ' ( a ' , b' )  P ' ' ( a ' ' , b' ' )
My Mx
P (a, b)  P ' ( a, b)  P' ' (a,b)
Mx  My
Jadi, P(a, b)  P' ' (a,b) .
b) Refleksi terhadap Sumbu X Dilanjutkan terhadap Sumbu Y
Mx My
P ( a, b)  P ' ( a ' , b' )  P ' ' ( a ' ' , b' ' )
Mx My
P(a, b)  P' (a,b)  P' ' (a,b)
My  Mx
Jadi, P(a, b)  P' ' (a,b) .
Kesimpulannya : My º Mx = Mx º My

3) Komposisi Refleksi terhadap Garis y = x dan y = -x


a) Refleksi terhadap Garis y = x Dilanjutkan terhadap Garis y = -x
P(a, b) My
 x
 P' (a' , b' ) My
x
 P ' ' ( a ' ' , b' ' )

P (a, b) My
 x
 P ' (b, a ) My
x
 P ' ' (  a , b )
My   x  My  x
Jadi, P(a, b)  P' ' (a,b) .
b) Refleksi terhadap Garis y =- x Dilanjutkan terhadap Garis y = x
P(a, b) My
x
 P' (a' , b' ) My
 x
 P ' ' ( a ' ' , b' ' )

P(a, b) My
x
 P' (b,a) My
 x
 P' ' (a,b)
My  x  My   x
Jadi, P(a, b)  P' ' (a,b) .
Kesimpulannya : My=x º My=-x = My=-x º My=x

29
2.3.3 Komposisi Refleksi terhadap Dua Garis Yang Saling Berpotongan
Perhatikan Gambar dibawah ini: Komposisi Refleksi

Garis g1 dan g2 berpotongan di titik O, maka


 g1 O g2 = �
 POg1 = g1OP’ = �1
 P’Og2 = g2OP” = �2
�1 + �2= �
 POP” = �1 + �1+�2 + �2
= 2 (�1 + �2) = 2 �
Berdasarkan rumusan di atas, bayangan titik P(a, b) yang dihasilkan dari
komposisi refleksi terhadap dua garis yang saling berpotongan di titik O (0, 0) dapat
kita tulis sebagai berikut :
 a' '   cos 2  sin 2   a 
  =   
 b' '   sin 2 cos 2   b 
2.3.4 Komposisi Dua Rotasi yang Berurutan dengan Pusat yang Sama
Perhatikan Gambar dibawah ini: Komposisi Rotasi

30
Titik P(a, b) diputar sebesar � 1 dengan pusat O(0, 0) dilanjutkan diputar sebesar
� 2 dengan pusat yang sama. Berdasarkan gambar tersebut, suatu titik yang dirotasi
sebesar � 1 dilanjutkan dengan rotasi sebesar � 2 bersesuaian dengan rotasi tunggal
sebesar (�1 + �2) dengan pusat rotasi yang sama.
Bayangan titik P(a, b) yang dihasilkan dari komposisi dua rotasi yang berurutan
dengan pusat rotasi di titik O(0, 0) dapat kita tulis sebagai berikut:
O ,1  O , 2 
P(a, b) R  P' (a' , b' ) R  P" ( a" , b" )

 a' '   cos1   2   sin 1   2  a


P” =   =    
 b' '   sin 1   2  cos1   2   b
2.3.5 Komposisi Dua Dilatasi yang Berurutan dengan Pusat yang Sama
Jika P(a, b) mengalami dilatasi dengan faktor skala k1 dilanjutkan dilatasi dengan
faktor skala dengan pusat yang sama, yaitu di O(0, 0), maka bayangannya dapatkita
tulis sebagai berikut:
P(a, b) 
O , k1 
 P' (a' , b' ) 
O ,k2 
 P" (a" , b" )

 a' '   k k 0  a  k1 k 2 a 


P” =   =  1 2    =  
 b' '   0 k1 k 2  b  k1 k 2 b 
Jadi, bayangannya P” (k1k2a, k1k2b).
Contoh :
 Titik P(3, 4) dirotasi sebesar 45o dengan pusat putaran di O(0, 0), kemudian
dilanjutkan dengan rotasi sebesar 15o dengan pusat yang sama. Tentukan
bayangan dari titik P tersebut.

Jawab :
 a' '   cos45  15  sin 45  15   3   cos 60  sin 60   3 
P” =   =     =    
 b' '   sin 45  15 cos45  15   4   sin 60 cos 60   4 
 1 1   1 
  3   3  1  2 3
= 2 2    = 2 
  1 3 1   4   1
 1 3  2 
 2 2   2 
1 1
Jadi , bayangannya P” = 1 2 − 2 3 , 1 2 3 + 2 .

31
 Tentukan bayangan dari titik P(2, -4) jika mengalami dilatasi dengan faktor skala

3 dan pusat dilatasi di titik O(0, 0), kemudian dilanjutkan dilatasi dengan faktor

skala -4 dan pusat dilatasi yang sama!

Jawab:
P (2,4) 
0,3 0 , 4 
 P ' (a ' , b' ) R  P" ( a" , b" )

 a ' '   k1 k 2 0   a   3(4) 0  2 


  =     =   
 b' '   0 k1 k 2  b  0 3(4)    4 

  12 0   2    24 
=     =  
 0  12    4   48 

Jadi, bayangannnya adalah P”(-24, 48).

2.3.6 Komposisi Transformasi yang Dinyatakan dengan Matriks

 a1 b1   a2 b2 
   
d 1  d 2 
Misalkan M1 =  c1 , M2 =  c2 dan P(a, b).

M1oM 2 a
Maka P ( a , b )    P ' ' ( a ' ' , b ' ' ) = M1 º M2  b 
 

P(a, b) M2
M1
 P ' ' ( a ' ' , b' ' ) a
= M2 º M1  b 
 
Catatan : Karena perkalian dua matriks tidak komutatif, maka M1 º M2 ≠ M2 º M1

Contoh :
1 2  2  1
1. Diketahui : M1 =   , M2 =   .
3 4 4 3 
Tentukan : a. M1 º M2 P(3, 5) b. M2 º M1 P(3, 5)
Jawab :
a. M1 º M2 P(3, 5)
 1 2   2  1  3   1 2   6  5  1 2  1   1  54   55 
      =     =     =   =  
 3 4   4 3   5   3 4  12  15   3 4   27   3  108  111 
Jadi, P” (55, 111).
b. M2 º M1 P(3, 5)
 2  1  1 2   3   2  1  3  10   2  1  13   26  29    3 
      =     =     =   =  
 4 3   3 4  5  4 3   9  20   4 3   29   52  87  139 

32
Jadi, P” (-3, 139).
Terbukti bahwa M1 º M2 P ≠ M2 º M1P.
2.3 Luas Bangun Hasil Transformasi

 a1 b1 
Jika suatu matriks transformasi   menentukan bangun B menjadi bangun
 c1 d1 

B’, maka luas B’ sama dengan nilai mutlak determinan matriks tersebut dikalikan luas
bangun mula-mula.

a1 b1
Luas bangun B’ = X luas bangun B.
c1 d1

Contoh :
Tentukan peta (bayangan) dari ∆ ABC jika A(2, 1), B(10, 1), dan C(5,7)
 2 3
ditransormasikan oleh matriks   . Tentukan pula bayangan segitiga yang
 1 5
terbentuk!
Jawab:

 a '   2 3   2 10 5   7 23 31
  =   =
 b'   1 5  1 1 7   7 15 40 
Jadi, A(7, 7), B(23, 15), dan C(31,40).
8×6
Luas ∆ ABC = 2
= 24

2 3
Luas ∆ ABC = X Luas ∆ ABC
1 5

= 10  3 × 24 = 7 × 24 = 168 satuan luas

Jadi, luas bayangan segitiga yang terbentuk adalah 168 satuan luas.

33
LATIHAN

1 2
1. Persamaan bayangan garis y=x+1 ditransformasikan oleh matriks ,
0 1
dilanjutkan dengan pencerminan terhadap sumbu x adalah...

2. Segitiga ABC dengan koordinat titik sudut A(2,−1), B(6,−2), dan C(5,2) dirotasi
sejauh 180° dengan pusat (3,1). Bayangan koordinat titik sudut
segitiga ABC adalah...

3. Perhatikan gambar berikut.

Persamaan garis hasil transformasi R[0,180°] dilanjutkan dengan


pencerminan y=−x terhadap garis AB adalah...

4. Persamaan bayangan garisy=3x+2 oleh transformasi yang bersesuaian dengan


1 2
matriks , dilanjutkan dengan rotasi pusat O(0,0) sebesar 90∘ adalah...
0 1

5. Jika setiap titik pada grafik � = � dicerminkan terhadap y=x, maka grafik yang
dihasilkan adalah...

34

Anda mungkin juga menyukai