، َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد اَأْلِم ْيِن، َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ِإَم اِم اْلُم َّتِقْيَن، َاْلَح ْم ُد ِهلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن
ّٰل
َال ُهَّم َأْص ِلْح ُأَّم َة ُمَح َّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم. َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه اْلُمَج اِهِد ْيَن الَّطاِهِرْيَن
َو َفِّر ْج َع ْن ُأَّمِة ُمَح َّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو اْر َح ْم ُأَّم َة ُمَح َّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو اْنُش ْر
: َأَّم ا َبْعُد. َو اْح َفْظ َو َأِّيْد َنْهَض َة اْلَو َطِن ِفي اْلَع اَلِم ْيَن ِبَح ِّق ُمَح َّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
Dewan juri yang saya hormati dan teman-teman yang saya banggakan,
Hari ini saya berdiri di sini untuk berbicara tentang seorang pahlawan nasional yang menginspirasi
banyak orang dengan dedikasi dan pengabdiannya kepada bangsa Indonesia. Sosok yang patut kita kenang
dan teladani, yakni Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Dan tema yang saya usung
dalam pidato kali ini adalah “TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID,PAHLAWAN NASIONAL,
PANUTAN BAGI GENERASI MILENIAL”
Hadirin yang saya hormati,
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid lahir pada tanggal 17 Rabiul Awal 1316 Hijriah,
bertepatan dengan tahun 1898 Masehi, di kampung Bermi, Pancor, Lombok Timur, sebuah pulau yang kaya
akan budaya dan sejarah. Beliau tumbuh dalam lingkungan yang kaya dengan nilai-nilai keislaman,
keberanian dan pantang menyerah. Semangat berani dan pantang menyerah inilah yang membawa beliau
bergerak melakukan sebuah perjuangan melalui pendidikan. Bagi beliau, pendidikan adalah hal utama yang
harus dimiliki oleh kaum Sasak, karena mengingat kaum Sasak saat itu masih hidup dalam ketertinggalan
dan penindasan kaum penjajah. Keadaan itu mendorong beliau melakukan suatu perubahan demi tegaknya
tauhid, kemuliaan Islam dan pemeluknya.
Darah mujahid Sang Ayah “Datuk Abdul Majid” ternyata menurun ke jiwa beliau. Pada tahun 1934
beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin sebagai tempat pemuda-pemuda Sasak mempelajari agama dan
membangun jiwa patriotnya. Tiga tahun setelah itu, tepatnya tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus
1937 beliau mendirikan Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) yang merupakan madrasah untuk
kaum laki-laki, dan pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M beliau mendirikan madrasah
Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI) yang merupakan madrasah untuk kaum perempuan. Kedua
madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok. Selain sebagai tempat untuk mengaji dan
menyebarkan ilmu pengetahuan kepada generasi muda, beliau menjadikan madrasah NWDI dan NBDI
sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap
bertempur melawan dan mengusir penjajah. Hal ini mencerminkan betapa mulianya visi beliau untuk
membebaskan bangsanya dari belenggu penjajah tidak hanya secara fisik, namun juga secara intelektual.