Anda di halaman 1dari 13

192 Jurnal Mahasiswa Psikologi Edisi 1 Tahun ke-1 2019

MAKNA HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WREDA BUDHI DHARMA

MEANING IN LIFE ON ELDERLY IN BUDHI DHARMA NURSING HOME

Oleh: Ninda Rahmahwati, Universitas Negeri Yogyakarta,


ninda4972fip2015@student.uny.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna hidup pada lansia di Panti Wredha
Budhi Dharma, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi,
metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah 5 orang orang lansia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa empat dari lima subjek sudah
memaknai kehidupan mereka yang ditunjukkan melalui nilai dan tujuan hidup yang mereka kembangkan saat
ini, yaitu untuk menghadapi masa tua dengan rasa syukur, berbagi kepada sesama dan memperbanyak ibadah
sebagai bekal kelak di akhirat. Mereka percaya rencana Sang Maha Kuasa terhadap dirinya dan berpasrah, serta
menjadi pribadi yang nerima. Namun, masih ada satu subjek yang saat ini hanya berharap bisa menikmati
kehidupan hari tuanya di panti, ia belum memiliki tujuan hidup yang pasti, dan hanya menjalani kehidupan di
panti dengan pasrah karena tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal.

Kata kunci: Makna Hidup, Lansia, Panti Wreda

Abstract
The purpose of this study was to find out how the meaning of life in the elderly at the Wredha Budhi
Dharma Home, Yogyakarta. This research uses a qualitative method with a phenomenological approach, data
collection methods in the form of interviews, observations, and documentation. The subjects in this study were
5 elderly people. The results of this study indicate that four out of five subjects have interpreted their lives as
indicated by the values and purpose of life they have developed today, namely to face old age with gratitude,
share with others and increase worship as a provision in the afterlife. They believe in the plan of the Almighty
towards him and surrender and become an acceptable person. However, there is still one subject that currently
only hopes to enjoy his old life at the orphanage, he does not yet have a definite purpose in life, and only lives
at the institution with resignation because he is no longer able to work optimally.

Keywords: Meaning of Life, Elderly, Nursing Home

PENDAHULUAN Penelitian yang telah banyak dilakukan


Memaknai atau menghayati kehidupan selama ini membuktikan secara empiris makna
yang dijalani merupakan hal yang penting bagi hidup memainkan peran penting pada fungsi
seorang individu, karena dapat membuat ia manusia secara positif. Ho, Cheung dan Cheung
merasakan hidup yang lebih bahagia, berharga, (2010) menemukan bahwa makna hidup
serta memiliki tujuan untuk dicapai (Frankl, berasosiasi secara positif dengan Kesejahteraan
1977; Koeswara, 1992; Bastaman, 1996). Selain Psikologis dan Kesejahteraan Subjektif, serta
itu, kehidupan yang bermakna dapat menjadi optimism. Ada pula penelitian yang dilakukan
motivasi pada diri seseorang untuk melakukan oleh Schlegel, Hicks, King, dan Arndt (2011)
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat (Bastaman, yang menemukan bahwa makna hidup
1996). berpengaruh secara positif dengan kualitas
hidup dan harga diri dan memiliki hubungan
Makna Hidup pada ... (Ninda Rahmawati) 193
unik yang positif untuk memprediksi tingkat 5) Kegiatan terarah (directed activities)
harapan dan gejala depresi (Mascaro dan Rosen, usaha yang dilakukan secara sadar yang
2005; Botor, 2015). Makna hidup dapat bertujuan untuk mengembangkan potensi diri
memengaruhi self-efficacy dan tujuan hidup yang positif dan interpersonal untuk
(DeWitz, Woolsey, dan Walsh, 2009). Selain mencapai makna dan tujuan hidup. 6)
memengaruhi kesehatan mental individu, makna Dukungan sosial (social support), yaitu
hidup juga berhubungan dengan kesehatan fisik, bantuan yang dibutuhkan dari orang-orang
seperti studi yang dilakukan oleh Thompson, dekat.
Coker, Krause, dan Henry (2003) membuktikan Makna hidup bukan hanya penting bagi

bahwa makna hidup menjadi salah satu contoh individu yang berusia muda atau dewasa

komponen penting bagi pemulihan pasien semata, tetapi juga penting bagi individu lanjut

dengan penyakit serius, seperti cord injury. usia, yang selanjutnya dalam penelitian ini

Makna hidup merupakan kemampuan disebut dengan “lansia”. Frankl (1977)

individu dalam memahami dan melihat mengemukakan bahwa orang yang kehilangan

signifikansi hidupnya, memberikan nilai makna hidupnya akan menunjukkan gejala-

khusus, dan menjadi tujuan hidup seseorang gejala seperti: merasa hampa, hidup yang

dari sudut pandang dirinya sendiri, serta kurang berarti, tujuan hidup yang tidak jelas,

melalui integrasi dari masa lalu, masa sekarang, serta mengalami kebosanan dan apatis. Makna

dan masa depan sebagai proses dalam hidup bagi lansia penting untuk membuat

mengenali diri seumur hidup. Menurut pribadi mereka menjadi yang lebih terbuka,

Bastaman (2007) dalam melakukan tidak menutup diri terhadap pengalaman baru,

penghayatan hidup, terdapat enam komponen bersikap menyenangkan, serta lebih berhati-

pembentuk di dalamnya, yaitu: 1) Makna hidup hati (Reker dan Woo, 2011). Lansia dengan

(the meaning of life) atau nilai-nilai yang dirasa kehidupan yang bermakna akan memiliki

penting bagi kehidupan individu dan berfungsi harapan terhadap dirinya untuk selalu menjadi

sebagai arah dalam melakukan sesuatu dan lebih baik, mau memperbaiki diri, serta

menjadi tujuan hidup. 2) Pemahaman diri (self- memberikan manfaat pada lingkungan atau

insight) atau kesadaran diri individu terhadap komunitas yang berkaitan dengan kehidupan

kekurangan yang ada padanya dan berhak lansianya (Bastaman, 2007).

untuk menentukan keputusan serta sikapnya Lansia merupakan individu yang telah
sendiri dalam menjalani hidupnya. 3) mencapai usia 60 tahun ke atas dan memiliki
Pengubahan sikap (changing attitude), tugas-tugas perkembangan sesuai dengan
mengubah sikap negatif ke positif yang berbagai perubahan seiring dengan
bertujuan untuk dapat menghadapi masalah dan bertambahnya usia mereka. Padila (2013)
mengambil keputusan secara lebih baik. 4) karakteristik lansia diantaranya mulai
Komitmen diri (self-commitment), seberapa mengalami kemunduran secara fisik dan
kuat komitmen individu terhadap tujuan kognitif, serta kerap dihadapkan dengan
hidupnya. masalah-masalah psikososial. Pengalaman
194 Jurnal Mahasiswa Psikologi Edisi 1 Tahun ke-1 2019

bahkan sampai pada tahap depresi yang timbul


hidup yang berbeda-beda memberikan
karena tingginya tekanan-tekanan dan peristiwa-
pandangan yang berbeda-beda pula dalam
melihat signifikansi hidupnya. Hal tesebut peristiwa kehidupan tidak menyenangkan yang

dapat memengaruhi individu dalam dialami di tempat tinggal di panti wreda.

menentukan tujuan hidup, serta bagaimana Sebagian lansia ada yang menghabiskan

ia memaknai hidupnya begitupun dengan masa tuanya di panti wreda dikarenakan

lansia. berbagai alasan. Bahkruddinsyah (2016)


Tingginya angka persebaran lansia mengungkapkan lansia harus melakukan
berdampak pada meningkatnya jumlah lansia penyesuaian dalam menghadapi lingkungan dan
terlantar di DIY. Tahun 2014 jumlah lansia individu yang berbeda, serta melakukan
terlantar di Yogyakarta sebanyak 36.728 orang, penyesuaian untuk berada jauh dari keluarga,
di mana angka lansia terbanyak berdomisili di saudara, maupun sahabat di tempat ia tinggal
Gunung Kidul, yakni 14.851 orang. Menyikapi sebelumnya, tidak jarang lansia juga merasakan
hal tersebut, Pemda DIY saat ini sedang gencar kesepian. Lansia yang berada di panti tentu
merumuskan arah kebijakan pelayanan memiliki karakter serta latar belakang yang
kesejahteraan sosial bagi Lansia di DIY. Asisten berbeda, hal itu dapat memengaruhi bagaimana
Gubernur Bidang Pemerintahan dan Kesra kehidupan sosial dan emosi mereka. Berbagai
dalam sebuah forum pertemuan di Yogyakarta, macam pengalaman dan perubahan telah
menyebutkan tinjauan terhadap lania selama ini dialami oleh para lansia dalam kehidupannya
masih didominasi oleh penjelasan dari akan berdampak pada kebermaknaan hidup
perspektif biologis, yang lebih menekankan mereka. Kehidupan yang bermakna merupakan
aspek kemunduran atau regresi organ tubuh hal yang penting untuk menjalani kehidupan
karena proses penuaan (anonym). Salah satu dengan baik di panti wreda.
solusi yang dilakukan oleh pemerintah adalah Hal tersebutlah yang melatarbelakangi
dengan menempatkan para lansia tersebut ke penulis untuk mengetahui bagaimana makna
dalam panti jompo atau yang selanjutnya dalam hidup para lansia di Panti Wreda Budhi Dharma
penelitian ini disebut dengan “panti wreda”. Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk mengetahui
Akan tetapi, berbagai perubahan seperti bagaimana para lansia memaknai kehidupan
tempat tinggal dan lingkungan rupanya dapat mereka, di mana hal tersebut penting bagi
memengaruhi diri lansia, seperti yang mereka dalam menjalani masa tua dengan baik
diungkapkan oleh Wirasto (2007, h.7) bahwa di dalam panti, mengarahkan lansia untuk
stressor atau tekanan-tekanan dalam memiliki tujuan ke depannya, serta dapat
menghadapi berbagai perubahan di kehidupan, memotivasi mereka untuk melakukan kegiatan-
dan perubahan tempat tinggal di panti wreda kegiatan yang bermanfaat.
juga termasuk ke dalam penyebab depresi yang
dialami oleh lansia. Para lansia memiliki METODE PENELITIAN

kemungkinan mengalami kecemasan, kesepian, Jenis Penelitian


Makna Hidup pada ... (Ninda Rahmawati) 195
Penelitian yang berjudul makna hidup Target/Subjek Penelitian
pada lansia yang tinggal di Panti Wreda Budhi Responden atau subjek pada penelitian
Dharma ini menggunakan pendekatan penelitian ini merupakan lansia yang tinggal panti Budhi
kualitatif, yaitu dengan mengangkat sudut Dharma. Menggunakan purposive sampling,
pandang subjek penelitian mengenai dengan kriteria berusia 61 tahun ke atas, sehat
pengalamannya Peneliti memilih metode ini jasmani dan rohani atau masih mampu
karena menawarkan kedalaman yang lebih melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik dan
dibandingkan dengan keluasan bahasan. Selain tidak mengalami mengalami gangguan emosi
itu, juga dapat menyajikan sebuah proses yang maupun perilaku, memiliki kemampuan kognitif
detail dari aspek-aspek atau dimensi-dimensi yang baik (dalam arti belum terlalu pikun,
yang diteliti, dan menghasilkan pemaparan yang memiliki kemampuan mendengar yang masih
detail dalam bentuk deskriptif dan terstruktur. baik, mampu mengungkapkan pendapat secara
Penggunaan metode ini bertujuan untuk verbal dengan baik), serta bersedia
memahami dalam sudut pandang individu berpartisipasi dalam penelitian ini.
tersebut mengapa ia melakukan perilaku tertentu
Prosedur
dan bagaimana ia memandang perilaku tersebut,
Penelitian ini dilakukan dengan melalui
apa yang ia rasakan, emosi dan nilai-nilai apa
serangkaian proses mulai dari melaksanakan
yang menjadi dasar perilaku tersebut, apa faktor
perizinan penelitian dan berkomunikasi dengan
serta dinamika antara faktor yang memperkuat
perawat panti mengenai maksud dan tujuan
perilaku tersebut (Herdiansyah, 2015). Model
peneliti. Peneliti juga meminta daftar lansia
penelitian yang digunakan di sini adalah
yang tinggal di panti serta mencocokkan dengan
fenomenologi.
kriteria purposive sampling yang telah
Waktu dan Tempat Penelitian ditentukan sebelumnya dan dilanjutkan dengan
Penelitian ini dilakukan selama kurang proses pengambilan data menggunakan dengan
lebih 3 bulan (19 Februari-19 Mei 2019), di wawancara.
Panti Wreda Budhi Dharma yang terletak di Wawancara dilakukan dengan
Ponggahan UHVII/203, Giwangan, memberikan pertanyaan sesuai dengan pedoman
Umbulharjo, Yogyakarta. Panti wreda ini pertanyaan yang telah dibuat dan disiapkan
didirikan dan dibiayai oleh pemerintah. sebelumnya. Setelah sesi wawancara pertama
Sebagian besar lansia yang tinggal di panti selesai, kemudian peneliti akan
tersebut memiliki karakteristik sudah tidak mengembangkan kembali jawaban-jawaban
memiliki tempat tinggal, tingkat ekonomi subjek sebelumnya, atau menanyakan kembali
rendah, dan sudah tidak memiliki keluarga data yang dirasa masih kurang pada wawancara
(hidup sebatang kara), atau masih memiliki berikutnya. Selama wawancara, peneliti
keluarga (anak-anak), tetapi tinggal di sana. sekaligus melakukan pengamatan atau observasi
open method, yaitu gambaran secara naratif
196 Jurnal Mahasiswa Psikologi Edisi 1 Tahun ke-1 2019

mengenai perilaku secara detail dan adalah open method atau gambaran secara
tidak terstruktur dari subjek. Teknik ini naratif mengenai perilaku secara detail dan
melaporkan apa saja yang terjadi dan dinilai tidak terstruktur. Teknik ini biasa dipakai untuk
penting bagi pengamat kapan pun perilaku mencatat perilaku yang spontan dan
tersebut muncul dengan metode melaporkan apa saja yang terjadi, serta
pencatatan akumulasi. Pencatatan dilakukan dianggap penting bagi pengamat kapanpun
dengan mencatat perilaku tertentu saja perilaku tersebut muncul, dengan metode
untuk kemudian dianalisis (Kusdiyati dan pencatatan bersifat tematik, seperti perilaku
Fahmi, 2015., hal. 116). Hasil observasi menirukan orang dewasa pada anak-anak akan
dituliskan pada verbatim wawancara beserta menggambarkan bagaimana terjadinya perilaku
setting, waktu, dan aktivitas utama. Selain tersebut (Kusdiyati dan Fahmi, 2015., hal. 116).
melakukan wawancara terhadap subjek, Peneliti juga menggunakan dokumen resmi,
peneliti juga mewawancarai significant yaitu catatan biodata dan riwayat kesehatan
others subjek, yaitu teman sewisma dan subjek di panti yang didapatkan dari perawat,
perawat panti. Wawancara dengan significant dan berisi mengenai data diri, genogram, dan
others subjek digunakan untuk memeriksa riwayat kesehatan subjek.
kembali keterangan dari subjek dan
Teknik Analisis Data
triangulasi data. Berdasarkan hasil
Teknik analisis data dalam penelitian ini
wawancara dan observasi yang telah
menggunakan analisis dari Miles dan Huberman
dilakukan tersebut, peneliti menyusun
(1994) dalam Herdiansyah (2015) antara lain: 1)
hasil wawancara ke dalam koding transkrip.
Pengumpulan data yang sepanjang penelitian,
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data hingga data yang didapatkan cukup atau jenuh
Berdasarkan hasil wawancara dan akan dilakukan proses analisis, maka dapat
observasi yang telah dilakukan, peneliti dilanjutkan ke tahap reduksi data (Herdiansyah,
menyusun hasil wawancara ke dalam koding 2015:264). 2) Reduksi data, yaitu data yang
transkrip. Wawancara yang digunakan dalam telah diperoleh digabungkan dan diseragamkan
penelitian ini adalah wawancra semi-terstruktur. ke dalam suatu bentuk tulisan untuk kemudian
Selain melakukan wawancara pada subjek, dianalisis. 3) Display data, yaitu mengolah data
untuk mendapatkan data tambahan, wawancara yang setengah jadi yang telah melewati proses
juga dilakukan pada lansia lainnya dan perawat sebelumnya ke dalam bentuk matriks yang
panti. Teknik wawancara ini digunakan agar bertujuan untuk melihat data secara sistematis
memberikan ruang bebas yang cukup bagi dan melihat hubungan antar kategori data. 4)
Kesimpulan/verifikasi, yang Kesimpulan
peneliti dalam melakukan probing
(penyelidikan) terhadap data (Herdiansyah, bertujuan untuk menjawab pertanyaan
2015). penelitian dengan mengungkap “apa” dan
Teknik yang dipilih dalam pendekatan observasi “bagaimana” temuan yang berhasil diungkap
ini,
dalam penelitian (Herdiansyah, 2009).
Makna Hidup pada ... (Ninda Rahmawati) 197

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN perubahan tempat tinggal, diketahui empat


Masa lalu yang memengaruhi makna hidup dari lima subjek sempat merasa tidak
kerasan atau tidak betah saat awal tinggal
Setiap subjek dalam penelitian ini
di panti. Namun, masing-masing mereka
memiliki pengalaman masa lalu mereka masing-
memiliki caranya sendiri untuk tetap
masing yang berkesan seperti pada latar
bertahan dan menerima tinggal di sana.
belakang keluarga, masa perkembangan,
Ada subjek yang mengingat kembali
kehidupan keluarga, pekerjaan, kehidupan
tujuan hidupnya, ada yang
sosial, kehidupan spiritual, dan latar belakang
membandingkan dan melihat sisi baik
masuk ke panti. Namun, kesan terhadap setiap
kehidupannya saat ini dibandingkan
pengalaman yang mereka alami berbeda-beda,
dengan saat sebelum tinggal di panti, dan
pengalaman akan kehidupan keluarga bagi
ada pula yang mencoba menerima tinggal
seorang subjek merupakan sesuatu yang sangat
di panti dengan memahami kondisinya
berkesan dan memengaruhi makna hidupnya
saat ini.
saat ini, belum tentu juga sama subjek lainnya.
b. Kehidupan sosial setelah di panti
Baumeister dkk., (2012) berpendapat bahwa
Penelitian ini menemukan para
kebermaknaan dalam hidup adalah penilaian
subjek menunjukkan kehidupan sosial
antara kognitif dan emosional tentang apakah
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh tipe
kehidupan seseorang memiliki tujuan dan nilai,
kepribadian mereka. Ada subjek yang
serta melibatkan integrasi dari masa lalu, masa
memiliki karakter saklek dan cenderung
sekarang, dan masa depan.
menghindari orang-orang yang tidak
Kehidupan setelah di panti
sepemahaman dengannya. Ada subjek
Baumeister dkk., (2012) mengemukakan
yang dikenal cenderung pendiam, dan ada
bahwa kebermaknaan dalam hidup melibatkan
pula subjek yang dikenal kerap terlibat
integrasi dari masa lalu, masa sekarang, dan
konflik dengan lansia lainnya. Namun,
masa depan. Pengalaman kehidupan subjek dari
rata-rata subjek juga memiliki keinginan
awal masuk ke panti hingga saat ini merupakan
untuk dapat bermanfaat bagi sesama yang
“masa sekarang”, yang digali untuk melihat
ditunjukkan dengan berbagi, berbuat baik
bagaimana integrasi yang telah dilakukan oleh
pada sesama, atau membantu merawat
subjek dalam memaknai kehidupannya di panti,
lansia lainnya. Pengaruh sosial yang
yang digali melalui aspek-aspek di bawah ini
berbeda-beda pada para lansia yang
berkaitan dengan bagaimana mereka memaknai
tinggal di komunitas dan hidup sendirian
kehidupannya, antara lain:
menyajikan pengalaman hubungan
a. Penyesuaian diri di panti
dengan orang lain yang beragam (Lee,
Penyesuaian diri subjek setelah di
Ahn, dan Cha, 2015). Hubungan sosial
tinggal di panti digali untuk mengetahui
merupakan salah satu faktor berkaitan
bagaimana mereka menghadapi
198 Jurnal Mahasiswa Psikologi Edisi 1 Tahun ke-1 2019

dengan makna hidup (Bahkruddinsyah, Namun, masih ada seorang subjek yang
2016). belum melaksanakan ibadah shalat 5
c. Permasalahan yang dihadapi di panti waktu secara penuh, karena ia mengaku
Penelitian ini menemukan lupa dengan bacaan doanya. Akan tetapi,
permasalahan yang para subjek rasakan di ia juga mengatakan dirinya meghafalkan
panti berbeda-beda, di antaranya: konflik doa bacaan shalat dari buku tuntunan
di antara para lansia, makanan yang shalat yang ia bawa, dan buku doa-doa
mereka terima tidak cocok atau pantang yang diberikan oleh pengunjung panti.
dikonsumsi karena dapat menimbulkan Lee, Ahn, dan Cha (2015) menemukan
masalah kesehatan, dan ada pula subjek perbedaan yang signifikan secara statistik
yang terkadang masih menyesali masa dalam tingkat kehidupan yang bermakna
lalunya dan malah menjadi beban pikiran pada lansia yang memiliki agama, percaya
tersendiri baginya, serta kurangnya keberadaan Yang Maha Kuasa, atau
koordinasi psikolog dan perawat yang memiliki spiritualitas dibandingkan
menyebabkan tidak semua lansia bisa dengan lansia yang yang tidak percaya.
berkonsultasi dengan psikolog panti. Makna hidup
Bahkruddinsyah (2016) mengungkapkan Makna hidup dalam penelitian ini adalah
bahwa lansia yang tinggal di panti wreda kemampuan individu dalam memahami dan
tentu harus melakukan penyesuaian melihat signifikansi hidupnya, memberikan nilai
menghadapi lingkungan dan individu khusus, dan menjadi tujuan hidup seseorang dari
yang berbeda, berada jauh darui keluarga, sudut pandang dirinya sendiri, serta melalui
saudara, maupun teman-teman di integrasi dari masa lalu, masa sekarang, dan
lingkungan tempat tinggal sebelumnya. masa depan sebagai proses dalam mengenali diri
Tak jarang hal tersebut dapat berisiko seumur hidup. Menurut Bastaman (2007)
membuat lansia merasa kesepian dan terdapat enam komponen pembentuk dalam
memengaruhi bagaimana kehidupan melakukan penghayatan hidup, antara lain:
sosial-emosi mereka. a. Makna hidup
d. Kehidupan spiritual setelah di panti Beberapa subjek dalam penelitian
Kehidupan spiritual dari para ini mengembangkan nilai-nilai kehidupan
subjek dalam penelitian ini diketahui yang masih mereka tanamkan hingga saat
melalui aktivitas-aktivitas kegamaan yang ini. Wolf (2007) mengungkapkan nilai
mereka lakukan di panti. Semua subjek berasal dari pengalaman individu sebagai
rutin mengikuti pengajian yang diadakan hasil dari perilakunya yang dilakukannya
di panti setiap hari Kamis. Selain itu dalam hidup, hal ini penting sebagai
empat dari lima subjek juga melaksanakan pengalaman bertahan dalam suatu kondisi
shalat wajib 5 waktu dan malam Tahajjud. yang tidak dapat dihindari. Nilai tersebut
Makna Hidup pada ... (Ninda Rahmawati) 199
seperti yang dikembangkan oleh salah satu tinggal di panti. Menurut Bastaman (2007)
subjek SGY, di mana ia selalu berusaha lansia dengan kehidupan yang bermakna
memahami orang yang sedang ia hadapi akan memiliki harapan terhadap dirinya
agar memiliki gambaran yang tepat dalam untuk selalu menjadi lebih baik dan mau
merespon orang yang dihadapinya memperbaiki diri, serta memberikan
tersebut. Nilai ini ia dapatkan berdasarkan manfaat pada lingkungan atau komunitas
pengalamannya bekerja sebagai seniman yang berkaitan dengan kehidupan
dan pelawak yang terbiasa tampil di depan lansianya. Rata-rata subjek dalam
banyak orang dan harus cepat serta tepat penelitian ini memiliki harapan untuk
dalam merespon lawan main dan juga dapat menikmati kehidupannya di panti
penoton. Ia juga mengembangkan nilai dengan mengurangi keinginan-keinginan
bahwa kegagalan adalah awal dari mereka yang bersifat materi. Penelitian ini
kesuksesan, di mana nilai ini juga menemukan tujuan hidup yang
membantunya untuk tetap bertahan di saat dikembangkan oleh para subjek saat ini,
menghadapi pengalaman kegagalan dalam yaitu untuk beribadah, bersyukur, dan
hidupnya dan berusaha belajar lagi agar beramal kebaikan sebagai bekal di akhirat.
bisa memberikan yang terbaik. Ada pula Namun, masih ada 1 subjek, yang masih
nilai yang ia kembangkan bahwa belum menemukan tujuan hidupnya
pengalaman itu lebih utama dibandingkan dengan pasti. Menurut Botor (2015)
dengan uang, di mana demi menampilkan menemukan harapan dengan tingkat yang
yang terbaik, ia rela belajar hingga ke tinggi dapat mengurangi tingkatan depresi
berbagai tempat, meskipun uang yang menjadi lebih rendah, yang mana semakin
didapatnya tidak banyak. Ada pula subjek rendahnya depresi mengindikasikan
TMN yang menanamkan nilai dalam meningkatnya makna hidup pada diri
dirinya agar selalu berbuat baik dan seseorang. Sama halnya dengan yang
berusaha membantu orang lain, hal ini diungkapkan oleh Frankl (1977),
membantunya bertahan saat kekhawatiran Koeswara (1992), dan Bastaman (1996)
akan menjalani kehidupan seorang diri bahwa memaknai kehidupan yang
terbersit di pikirannya. Nilai dalam dirinya dijalaninya dapat membuat individu
tersebut memberikannya keyakinan merasakan hidup yang lebih bahagia,
bahwa selama ia berbuat baik, pasti Yang berharga, serta memiliki tujuan untuk
Maha Kuasa akan memberikannya dicapai.
bantuan juga. Penelitian ini juga menemukan
Selain mengembangkan nilai tujuan hidup yang para subjek
dalam dirinya, para subjek juga kembangkan saat ini, yaitu untuk
mengembangkan harapan-harapan setelah menghadapi masa tua dengan rasa syukur,
200 Jurnal Mahasiswa Psikologi Edisi 1 Tahun ke-1 2019
berbagi kepada sesama dan terkait dengan menentukan keputusan
memperbanyak ibadah sebagai bekal serta sikap bagi diri individu sendiri dalam
kelak di akhirat. Mereka percaya rencana menghadapi berbagai peristiwa dalam
Sang Maha Kuasa terhadap dirinya dan hidupnya. Begitu juga halnya dengan yang
berpasrah, serta menjadi pribadi yang diungkapkan oleh Steger (2011) bahwa
nerima. Satu subjek masih belum makna hidup perlu melalui sejauh mana
memiliki tujuan hidup yang pasti ke pemahaman seseorang terhadap hidupnya,
depannya, dan hanya menjalani kehidupan melihat signifikansi dalam kehidupan
di panti dengan pasrah karena tidak mereka, serta menemukan tujuan atau
mampu lagi bekerja dengan maksimal. tujuan menyeluruh dalam hidupnya.
Aritonang, Soewadi, dan Wirasto (2018) c. Pengubahan sikap
mengungkapkan makna hidup pada lansia Penelitian ini menemukan
juga berperan dalam membantu mereka kesemua subjek sudah melakukan
melihat tujuan yang lebih besar dan saling pengubahan sikap dalam menghadapi
terkait dalam kehidupan, membuat mereka permasalahan mereka dengan caranya
merasa memiliki kendali lebih dalam masing-masing. Salah satunya seperti
mengarahkan hidupnya, serta yang dilakukan oleh keempat subjek saat
menunjukkan keinginan kuat dalam sempat merasa tidak kerasan tinggal di
mewujudkan kehidupan yang lebih baik. panti, pengubahan sikap yang mereka
b. Pemahaman diri lakukan adalah dengan melihat sisi baik
Para subjek dalam penelitian ini kehidupan mereka saat ini dibandingkan
memahami perubahan yang dialaminya dengan sebelum mereka tinggal di panti,
dari sebelum dengan sesudah hidup di ada pula subjek yang mengingat kembali
panti, mulai dari kebiasaan yang berubah tujuan hidupnya untuk dapat bertatap
dan kesehatan yang mulai menurun. muka dan menghibur orang lain. Menurut
Mereka pun memaklumi berbagai Reker dan Woo (2011) makna hidup bagi
perubahan tersebut. Selain itu, mereka lansia penting untuk membuat pribadi
juga berusaha untuk memahamami mereka menjadi yang lebih terbuka, tidak
karakter teman-teman lansia lainnya. Jika menutup diri terhadap pengalaman baru,
mereka memiliki keinginan akan sesuatu, bersikap menyenangkan, serta lebih
mereka akan merefleksikan pikirannya berhati-hati.
dan memilih sesuatu yang lebih mungkin d. Kegiatan terarah
untuk didapatkan, agar tidak menjadi Penelitian ini menemukan bahwa
beban pikiran dan membuat kesehatannya kegiatan terarah yang rata-rata dilakukan
terganggu. Bastaman (2007) oleh para subjek adalah dengan mengikuti
mengungkapkan pemahaman diri tersebut kegiatan yang dapat membuat mereka
Makna Hidup pada ... (Ninda Rahmawati) 201
aktif bergerak seperti senam. Selain itu, saudara, maupun sahabat di tempat ia
mereka juga rajin memeriksakan tinggal sebelumnya. Tidak jarang para
kesehatan dan menjaga asupan lansia juga merasakan kesepian yang hal
makanannya agar terhindar dari masalah itu dapat memengaruhi bagaimana
kesehatan. Bukan hanya dari segi fisik, kehidupan sosial dan emosi mereka.
ada juga subjek yang melakukan kegiatan Dukungan sosial dibutuhkan agar subjek
terarah dengan memperbanyak amal tidak merasa kesepian.
ibadah dengan bershadaqah dan mengaji. f. Komitmen diri
Kegiatan terarah adalah usaha yang Komitmen yang dikembangkan
dilakukan secara sadar yang bertujuan para subjek dalam menjalani kehidupan di
untuk mengembangkan potensi diri yang panti dengan mengingat kembali alasan
positif dan interpersonal untuk mencapai mereka tinggal di panti dan tujuan
makna dan tujuan hidup (Bastaman, hidupnya, mereka juga berpasrah terhadap
2007). Yang Maha Kuasa dan nerima menjalani
e. Dukungan sosial kehidupannya di dalam panti, dengan
Penelitian ini menemukan segala keadaaannya, tetapi tetap menjalani
dukungan sosial berasal bagi para subjek hidup dengan bersemangat.
yang masih dikunjungi oleh keluarga atau Aritonang, Soewadi, dan Wirasto
kerabat. Namun, bagi subjek yang sudah (2018) mengungkapkan makna hidup
tidak memiliki keluarga, dukungan sosial pada lansia juga berperan dalam
yang mereka dapatkan berasal dari membantu mereka melihat tujuan yang
psikolog, perawat, teman-teman lansia lebih besar dan saling terkait dalam
lainnya, dan para tamu ke panti. Namun, kehidupan, membuat mereka merasa
di sisi lain hal tersebut membuat mereka memiliki kendali lebih dalam
jadi mengharapkan pemberian dari para mengarahkan hidupnya, serta
tamu. Bahkruddinsyah (2016) menunjukkan keinginan kuat dalam
mengungkapkan bahwa lansia yang mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
tinggal di panti juga tentu harus berpisah komitmen membuat individu tidak mudah
dengan keluarga dan sahabat di mengalami depresi dibandingkan dengan
lingkungan sebelumnya. Hal tersebut mereka yang memikirkan diri sendiri dan
berpengaruh pada hubungan sosial mereka tidak memiliki komitmen nyata dalam
yang merupakan salah satu faktor pengembangan pribadi, interpersonal, dan
berkaitan dengan makna hidup. Mereka masyarakat.
harus melakukan penyesuaian dalam
menghadapi lingkungan dan individu SIMPULAN DAN SARAN

yang berbeda, berada jauh dari keluarga, Simpulan


202 Jurnal Mahasiswa Psikologi Edisi 1 Tahun ke-1 2019

Empat dari lima subjek dalam penelitian Pengalaman Tragis. Jakarta:


Paramadina.
ini sudah menemukan makna hidupnya serta
mengembangkan komitmen dalam diri mereka Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi: Psikologi
untuk Menemukan Makna Hidup dan
untuk membantu mewujudkan tujuan hidupnya
Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT
dan membuat mereka bertahan untuk tinggal di Raja Grafindo Persada.
panti. Akan tetapi masih ada seorang subjek
Berk, LE. 2012. Development Through the
yang memiliki harapan saat ini untuk bisa Lifespan: Edisi Kelima, Jilid 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
menikmati kehidupan hari tuanya di panti,
sedangkan tujuan hidup ke depannya, masih Feldman, R. (2012). Discovering the Life Span
(2nd ed.). New Jersey: Pearson
belum pasti dan hanya menjalani kehidupan di
Education, Inc.
panti dengan merasa pasrah karena tidak mampu
Frankl, V.E. 1984. Man’s Search for Meaning.
lagi bekerja dengan maksimal.
Washington Square Press
Herdiansyah, Haris. 2015. Metodologi
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu
Saran Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
yang tertarik dalam penelitian terkait dapat Kartono, K. 2002. Patologi Sosial 3. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
memperkaya data secara mendalam dengan
menambah significant other dari subjek. Kusdiyati, Sulisworo dan Fahmi, Irfan. 2015.
Observasi Psikologi. Bandung: Remaja
implikasi penelitian makna hidup bagi lansia ini Rosdakarya.
berperan untuk mendukung mereka dalam
Lumongga N. 2009. Depresi: Tinjauan
menjalani masa tua di dalam panti dengan lebih Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada
positif, dan membantu mereka dalam Media Group.

menghadapi saat-saat tidak menyenangkan yang Mulder, Niels. 1984. Kebatinan dan Hidup
tidak dapat mereka hindari. Makna hidup juga Sehari-Hari Orang Jawa:
Kelangsungan dan Perubahan Kulturil.
membuat mereka menemukan tujuan hidupnya Jakarta: PT Gramedia.
yang mana menghindarkan mereka dari merasa
Mulder, Niels.1985. Pribadi dan Masyarakat di
hampa, putus asa, hidup yang kurang berarti, Jawa. Jakarta: Sinar Harapan.
serta mengalami kebosanan dan apatis.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik: Edisi 3.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: EGC.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Panggabean, Hana., Tjitra, Hora., Murniati,
Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Juliana. 2014. Kearifan Lokal
Keunggulan Global Cakrawala Baru di
Baron, R. A dan D. Byrne. 2005. Psikologi Era Globalisasi. Jakarta: PT Elex Media
Sosial Jilid 2 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Komputindo.
Erlangga.
Santrock, John W. 2012. Life-Span
Bastaman, H. D. 1996. Meraih Hidup Development: Edisi Ketigabelas, Jilid 2.
Bermakna: Kisah Pribadi dengan Jakarta: Erlangga.
Makna Hidup pada ... (Ninda Rahmawati) 203
Krause, Neal. 2009. Meaning in Life and
Aritonang, J. M. P., Soewadi, dan Wirasto, T. R. Mortality. Dipublikasi oleh Oxford
2018. Korelasi Tingkat Kebermaknaan University.
Hidup dengan Depresi pada Lansia di
Posyandu Lansia Padukuhan Lee, Su-Jin., Ok-Hee Ahn, dan Hye-Gyeong
Soropadan, Sleman, Yogyakarta: Cha. 2015. Factors Influencing the
Volume: 03 –Nomor 01 – Mei 2018. Meaning in Life in the Old Age.
Bagian Kedokteran Jiwa Fakultas Department of Nursing, Kunjang
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. College, Kunsan-si, Republic of
Korea.
Bahkruddinsyah, Rama. 2016. Makna Hidup
dan Arti Kebahagiaan pada Lansia di Lestari, Retno. 2013. Hubungan Tingkat
Panti Wredha Nirwana Puri Samarinda. Kecemasan dengan Tingkat
Universitas Mulawarman: Fakultas Ilmu Kemandirisn Activities of Daily Living
Sosial dan Ilmu Politik. (ADL) pada Lanjut Usia di Panti
Wredha. Jurusan Keperawatan FKUB.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Maramis, R. L. 2016. Kebermaknaan Hidup dan
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Kecemasan dalam Menghadapi
Baumeister, Roy F., dkk. 2012. Some Key Kematian pada Lansia di Panti
Difference a Happy Life and Meaningful Werdha Samarinda. Samarina: E-
Life. Florida: Florida State University. Jurnal Psikologi FISIP Unversitas
Mulawarman.
Botor, Nephtaly Joel. 2015. Hope and Meaning
in Life as Predictors of Depression in a Mascaro, N., dan Rosen, D. H. (2005).
Group of Selected Filipino Adolescents. Existential meanings role in
University of the Philippines Los Baños. theenhancement of hope and
prevention of depressive symptom
Budiastuti, Henni. 2018. Pelatihan Journal of Personality, 73(4), 985-
Kebermaknaan Hidup Islami Untuk 1014.
Meningkatkan Kualitas Hidup Dan
Ketenangan Hati Pada Lansia Penderita Purwantini, Lucky. 2014. Kebermaknaan Hidup
Low Back Pain. Yogyakarta: Universitas Lansia Di Panti Wreda Bekasi. Jurnal
Islam Indonesia. Soul, Vol.7, No. 2.

Cheung, G. W., dan Rensvold, R. B. (2002). Saputri, M. A. W., dan Endang S. I. 2011.
Evaluating goodness-of-fitindexes for Hubungan antara Dukungan Sosial
testing measurement invariance. dan Depresi pada Lanjut Usia yang
Structural Equa-tion Modeling, 9(2), Tinggal di Wening Wardoyo Jawa
233-255. Tengah (Jurnal Psikologi Undip Vol.
9, No.1, April 2011). Fakultas
Damásio, B F., Silvia H K. 2014. Meaning in Psikologi Universitas Diponegoro.
Life Questionnaire: Adaptation Process
and Psychometric Properties of the Schlegel, R. J., Hicks, J. A., King, L. A., dan
Brazilian Version. Elsevier. Arndt, J. (2011). Feeling like you know
who you are: Perceived true self-
DeWitz, S. J., Woolsey, M. L., dan Walsh, W. knowledgeand meaning in life.
B. (2009). Collegestudent retention: An Personality and Social Psychology
exploration of the relationship Bulletin,37(6), 745-756.
betweenself-efficacy beliefs and purpose
in life among college students: Journal Thompson, N. J., Coker, J., Krause, J. S., dan
of College Student Development, 50(1), Henry, E. (2003). Purpose in life as a
19-34. mediator of adjustment after spinal
204 Jurnal Mahasiswa Psikologi Edisi 1 Tahun ke-1 2019
cord injury Rehabilitation Psychology, Ketuhanan Yang Maha Esa: Jurnal
48(2), 100-108. Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2.
Wirasto, R. T. 2007. Bobot Pengaruh Faktor- Universitas Negeri Malang.
faktor Sosiodemografis terhadap
Depresi pada Usia Lanjut di Dinas Sosial Provinsi Yogyakarta. 2014. Lansia
Yogyakarta. Karya Ilmiah (tidak Terlantar di DIY Sebanyak 36.728
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Orang. Diakses dari:
Kedokteran Universitas Gajah Mada. http://dinsos.jogjaprov.go.id/lansia-
terlantar-di-diy-sebanyak-36-728-orang/
Wolf, Susan. 2007. Meaning in Life and Why It Infodatin. 2016. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di
Matters. USA: Princeton University. Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kesehatan RI.
Wulandari, Nisa A’rafiyah Tri. 2017. Filosofi
Jawa Nrimo Ditinjau dari Sila

Anda mungkin juga menyukai