Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL WAWANCARA PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II

“MEANING OF LIFE”

Disusun oleh:
Kelompok 4 Kelas B

Adila Salsabila Ansyari (2110322016)

Cindi Alayda Zahra (2110322015)

Mountania Desiderawi (2110322055)

Salma Zahrah Alchair (2110322036)

Sylvina Ambryani Putri (2110322024)

Dosen Pengampu:
Diny Amenike, M.Psi., Psikolog
Mafaza, S.Psi., M.Sc
Nila Anggreiny, M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Topik Wawancara


Dalam laporan ini, kelompok 4 mengangkat topik mengenai meaning of life pada
usia lansia. Data atau informasi yang didapatkan oleh kelompok diperoleh melalui
metode wawancara yang dilakukan terhadap dua orang narasumber yang berada pada
usia lanjut dan memahami makna dari hidup yang bermakna.

1.2 Tujuan Wawancara


Adapun tujuan dilakukan wawancara ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran meaning of life yang dimiliki oleh narasumber.
2. Untuk mengetahui dinamika meaning of life yang dimiliki oleh narasumber.
3. Mengaitkan meaning of life yang dimiliki oleh narasumber dengan teori yang
dipelajari.

1.3 Kajian Teori


1.3.1 Pengertian Meaning of Life
Meaning of life atau disebut juga sebagai makna hidup merupakan kumpulan hal yang
dianggap sebagai sesuatu yang berharga dan sangat penting serta dijadikan sebagai suatu tujuan
karena memberikan nilai khusus bagi diri seseorang (Bastaman, 2007). Vallentina (2019)
menyimpulkan bahwa meaning of life atau makna hidup merupakan hakikat hidup dari seorang
individu yang menghasilkan kepuasaan dalam dirinya yang dicapai karena individu tersebut
memiliki harapan dan tujuan untuk menjadi individu yang berkualitas.

Frankl (dalam Finayanti, 2019) mengemukakan meaning of life merupakan suatu proses
yang dialami oleh individu untuk mencari makna dalam kehidupannya seperti bagaimana
harapan yang dimiliki oleh seorang individu serta alasan mengenai segala sesuatu yang telah
dilakukan oleh seorang individu dalam mempertahankan kehidupannya yang bermakna. Frankl
juga menyimpulkan bahwa meaning of life yang terdapat pada diri seorang individu dapat
terwujud jika seorang individu tersebut mampu memenuhi tiga nilai yaitu nilai kreatif (creative
values), nilai penghayatan (experiental values), dan nilai sikap (attitudinal values).
1.3.2 Aspek- Aspek Meaning of Life
Menurut Bastaman (2007), ada enam aspek dari meaning of life, yaitu:
1. Pemahaman diri
Meningkatnya pemahaman individu mengenai kelebihan dan kelemahannya sehingga
dapat menjadi pribadi yang lebih mengarah pada hal-hal yang positif dan mengurangi
fokus pada hal-hal negatif yang menghambat individu. Hal inilah yang secara sadar
ataupun tidak dapat meningkatkan pemahaman individu mengenai dirinya sendiri
sehingga individu dapat memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat pada
berbagai hal yang dihadapinya. Selain itu, pengalaman hidup yang telah dilalui oleh
individu baik yang berkesan baik atau berperan sebagai tantangan juga akan membantu
individu dalam memahami dirinya sendiri.
2. Makna hidup
Nilai-nilai yang dimiliki oleh individu dengan peran sebagai pedoman individu dalam
menjalani kesehariannya yang cukup mempengaruhi individu dalam pandangan hidup
dan tindakannya. Nilai-nilai yang dijadikan pedoman bagi individu ini bisa didapatkan
dari tradisi keluarga yang diwariskan ke generasi berikutnya dan dapat bermanfaat pula
bagi generasi berikutnya.
3. Pengubahan sikap
Pengubahan sikap dari semula bersikap negatif dan tidak tepat menjadi mampu bersikap
positif dan lebih tepat menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang tak
terelakkan. Hal ini juga secara sadar ataupun tidak ketika telah berhasil dilewati akan
meningkatkan rasa penghargaan dan syukur individu atas kehidupan.
4. Komitmen diri
Komitmen individu terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang
ditetapkan. Dengan komitmen pada diri ini, akan mengarahkan individu pada suatu
pencapaian atas tujuan yang kemudian akan mengarah pada kepuasan individu tersebut.
5. Kegiatan terarah
Merupakan upaya-upaya yang dilakukan secara sengaja dan sadar berupa pengembangan
potensi-potensi (bakat, kemampuan dan keterampilan) positif serta pemanfaatan relasi
antarpribadi untuk menunjang tercapainya makna, tujuan hidup. Dengan adanya kegiatan
yang terarah, individu dapat menemukan keseimbangan dalam hidupnya di berbagai
aspek.
6. Dukungan sosial
Hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia
memberi bantuan pada saat-saat diperlukan.

1.3.3 Faktor-Faktor Meaning of Life


Menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
meaning of life yaitu:
1. Kehidupan keagamaan dan filsafat
Kehidupan religius dan filsafat memiliki peran penting dalam menemukan makna hidup.
Seringkali makna hidup dapat ditemukan dalam realitas kehidupan beragama. Menurut
Frankl seseorang tidak akan mampu memahami penderitaan yang dialaminya jika
individu tersebut tidak menyadari adanya rencana yang tersembunyi dibalik penderitaan
tersebut. Ini menunjukkan bahwa tingkat kedewasaan spiritual akan membawa individu
menuju pemaknaan hidup yang berarti.
2. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia.
Melalui aktivitas kerja, manusia dapat menemukan makna hidupnya. Penting untuk
dicatat bahwa aktivitas kerja tidak hanya terkait dengan jenis atau skala pekerjaan yang
dilakukan, tetapi juga dengan cara individu bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Bekerja menjadi salah satu bentuk eksistensi individu yang dapat diwujudkan
dalam hubungan dengan orang lain.
3. Cinta pada sesama
Cinta terhadap sesama memiliki kemampuan untuk membantu manusia melihat nilai-nilai
kehidupan yang ada. Dalam melihat nilai-nilai ini batin manusia menjadi lebih kaya.
Keberkayaan batin ini merupakan salah satu elemen yang membentuk makna hidup.
Cinta memungkinkan manusia untuk merasakan perasaan yang berarti dalam hidupnya.
Ketika seseorang mencintai dan dicintai, mereka akan mengalami pengalaman hidup
yang penuh kebahagiaan dan mendalam dalam penghayatan hidupnya.
1.3.4 Proses Pencapaian Meaning of Life
Tahap-tahap dalam pencapaian makna hidup dibagi menjadi lima tahap oleh Bastaman
(1996), yaitu:
a. Tahap derita
Pada tahap ini, individu masih merasakan kehidupan yang tidak bermakna
ditandai dengan mengalami pengalaman yang tragis atau tidak menyenangkan.
b. Tahap penerimaan diri
Tahapan ini dimulai dengan mulai munculnya kesadaran diri untuk mengubah
kondisi menjadi lebih baik lagi.
c. Tahap penemuan makna hidup
Pada tahap penemuan makna hidup ini individu akan menyadari adanya nilai-nilai
berharga dalam hidup yang kemudian hal itulah yang ditetapkan sebagai tujuan hidupnya.
d. Tahap realisasi makna
Memasuki tahap ini individu akan mengalami peningkatan semangat hidup dan
gairah dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Selanjutnya individu akan membuat
komitmen diri untuk melakukan berbagai kegiatan yang lebih terarah.
e. Tahap kehidupan bermakna
Pada tahap ini, individu akan mengalami perubahan kondisi hidup yang lebih baik
dan mengembangkan penghayatan hidup yang lebih bermakna serta menjadi lebih
bahagia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Subjek


2.1.1 Narasumber 1
a. Nama : Z1
b. Umur : 67 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2.1.2 Narasumber 2
a. Nama (Inisial) : Z2
b. Umur : 63 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2.2 Gambaran Proses Pengambilan Data


2.2.1 Narasumber 1 dan 2
Proses pengambilan data dengan narasumber satu dan dua dilakukan
secara langsung bersama narasumber. Pewawancara mengatur jadwal untuk
melakukan wawancara di masjid yang berada di sekitar rumah narasumber.
Wawancara dimulai dengan kalimat pembuka demi terjalinnya hubungan yang
baik dengan narasumber. Lalu dilanjutkan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pembuka, setelah itu diajukan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat menggali secara mendalam informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan analisis beberapa aspek perkembangan lansia. Pertanyaan diajukan dengan
tidak terburu-buru dan bersifat semiformal agar narasumber tidak merasa
terbebani dan dapat menjelaskan sebaik-baiknya.
2.3 Dinamika Permasalahan
2.3.1 Narasumber 1
Narasumber 1 atau Z1 merupakan seorang ibu dari tiga orang anak yang saat ini
aktif dalam komunitas masjid di daerahnya. Z1 menyebutkan bahwa terdapat banyak
momen yang sangat berarti dan berkesan dalam hidupnya seperti ketika cita-citanya dapat
tercapai, dapat memenuhi harapan orang tuanya, dan berhasil pula anak-anaknya dalam
mencapai cita-citanya. Selain itu, saat ketika rumah tangganya dapat berjalan dengan baik
juga menjadi saat yang berkesan bagi dirinya.
Selama menjalani kehidupan, Z1 menyebutkan banyak rintangan, hambatan, dan
kesulitan yang dialami. Z1 mengumpamakan jika seluruh masalah tersebut dimasukkan
kedalam sebuah peti yang besar, maka tidak akan cukup untuk menampung masalah yang
telah dialaminya. Oleh karena itu, menurut Z1 tidak mungkin untuk merincikan seluruh
masalah yang telah dia lewati. Namun, dari keseluruhan rintangan, hambatan, dan
kesulitan yang dialaminya baik itu mengenai naik turunnya kehidupan, kehilangan anak
dan orang tua adalah hal yang paling sulit untuk dia lewati. Z1 juga menyebutkan bahkan
ketika kehilangan suami, ia tetap merasa bahwa kehilangan anak dan orang tua adalah
rintangan tersulit yang perlu dihadapi dalam hidupnya. Sehingga hal ini menyebabkan Z1
berpendapat bahwa rintangan kehidupan lainnya merupakan hal yang biasa jika
dibandingkan dengan kehilangan.
Selanjutnya, menurut Z1 pada masa lansia merupakan saat dimana semakin
banyak pertemanan yang kita miliki. Hal ini dikarenakan, pada saat muda kita akan sibuk
pada urusan-urusan pribadi seperti bekerja, mengurus rumah tangga, dan lainnya.
Sedangkan pada masa ini, kegiatannya lebih sering di masjid untuk beribadah yang juga
dilakukan oleh orang-orang seusianya sehingga mereka dapat berteman lebih akrab.
Bahkan Z1 juga menyebutkan bahwa mereka yang berada pada usia lanjut ini juga
memiliki komunitas di masjid yang memiliki kepedulian tinggi. Hal ini berdasarkan pada
informasi dari Z1 yang menyebutkan bahwa ketika salah seorang dari anggotanya tidak
hadir pada salah satu jadwal sholat maka akan segera ditanyakan alasan ketidakhadiran
tersebut.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Z1, sebelumnya memang terdapat
tradisi yang diwariskan kepadanya mengenai berbagai hal yang juga mempengaruhinya
dalam menjalani kehidupan. Namun, Z1 memutuskan tidak mewariskan tradisi tersebut
kepada anak cucunya. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya zaman, anak tidak
terlalu peduli pada budaya dan adat sehingga hal-hal yang mereka pikir kurang sesuai
dengan ajaran agama maka akan ditolak. Seperti yang kita ketahui juga saat ini, ternyata
ada juga adat yang dahulunya kita pikir sebagai ajaran agama ternyata tidak pernah ada
dalam ajaran agama. Sehingga hal tersebut pula yang menjadi alasan Z1 tidak terlalu
memusingkan hal terkait mewariskan tradisi ini.
Dalam menjalani kehidupan, Z1 menyebutkan bahwa dia dapat menyeimbangkan
waktu untuk keluarga, teman, dan diri sendiri. Jadi setiap peran juga memiliki waktunya
masing-masing. Biasanya ketika bersama keluarga maka akan fokus pada keluarga saja
begitu pula yang lainnya. Kegiatan yang biasanya dilakukan bersama teman seperti
komunikasi di grup Whatsapp, jalan-jalan bersama, berenang, dan lainnya. Sedangkan
untuk kegiatan yang biasanya dilakukan sendiri adalah membaca Al-Quran,
membersihkan halam rumah, menanam tanaman, merawat tanaman yang telah ada, dan
masih banyak lagi yang sebagian besar kegiatan berkaitan dengan alam. Kegiatan yang
dilakukan selama sendiri juga menjadi “healing” tersendiri bagi Z1
Z1 menyebutkan bahwa kegiatan yang dilakukannya saat ini memiliki manfaat
yang sangat besar bagi dirinya sendiri. Kegiatan seperti mengaji, sholat, dan segala hal
yang berkaitan dengan agama sangat membawa ketenangan bagi hatinya, dimana Z1
selalu merasa nyaman dan tentram ketika melakukannya. Selain itu, kegiatan yang
dilakukan bersama teman-temannya juga membawa rasa kebahagiaan tersendiri bagi
dirinya. Z1 menyebutkan bahwa ketika tidak bertemu dengan teman-temannya, dia akan
merasa ada hal yang kurang dan mengganjal dalam hatinya. Hal ini dapat membuktikan
bahwa teman-teman sangat berpengaruh pada Z1 dalam menjalani dan memandang
kehidupannya saat ini.
Menurut Z1, dalam menjaga rasa syukurnya serta penghargaan atas hidupnya saat
ini dia sering beristighfar, memohon ampunan atas kesalahan-kesalahannya yang disadari
ataupun tidak. Selain itu, bagi Z1 penting untung melakukan muhasabah serta
merenungkan kesalahan yang telah dilakukan sehingga hal tersebut tidak terulang
kembali. Z1 juga menyebutkan bahwa pada masa mudanya banyak kelalaian yang telah
dilakukan atas perintah Allah SWT padahal kita tidak luput dari kesalahan. Sehingga dia
berpesan pada generasi saat ini, bahwa dahulukan selalu Allah SWT, InsyaAllah apapun
keinginan kita baik di dunia maupun di akhirat akan terwujud serta seimbangkan dunia
serta akhirat.

2.3.2 Narasumber 2

Narasumber 2 atau Z2 merupakan seorang Ibu yang telah berusia XX tahun. Z2


mengatakan memiliki tiga orang anak namun ketiga anaknya pergi merantau dan telah
menetap di tempat tersebut. Z2 menyebutkan bahwa saat ini anaknya ada yang sedang
menetap di Payakumbuh dan Pekanbaru. Z2 mengatakan bahwa suaminya telah
meninggal dunia. Saat ini, Z2 tinggal bersama cucu dari anak pertamanya yang saat ini
sedang menempuh pendidikan di bangku perkuliahan. Rutinitas keseharian yang
dilakukan oleh Z2 adalah memasak, merawat cucunya, berkebun, dan beribadah ke
masjid.
Z2 mengatakan bahwa hal yang paling berarti bagi dirinya adalah ia memiliki
anak-anak yang mengerti akan dirinya. Momen yang paling berkesan dan berarti dalam
hidupnya adalah ketika ketiga anaknya datang untuk mengunjunginya. Ketiga anak Z2
rutin mengunjunginya setiap masa liburan tiba. Momen kebersamaan ketika Z2 bertemu
dan berkumpul dengan anak dan cucunya merupakan momen yang paling berharga untuk
dirinya. Z2 merasa senang setiap berinteraksi dengan anak dan cucunya. Ia mengatakan
seakan terdapat kontak batin di antara dirinya dan anaknya ketika sedang merasa kangen
sehingga mereka sering berkomunikasi melalui telepon.
Z2 mengatakan sepanjang hidupnya ia tidak mengalami suatu rintangan dan
tantangan yang berarti. Hal ini yang menyebabkan Z2 senantiasa bersyukur akan hidup
yang dimilikinya karena sejauh ini ia tidak memiliki suatu tantangan atau rintangan
dalam menjalani hidupnya. Z2 mengatakan bahwa ia telah menemukan orang-orang
dengan watak yang bermacam-macam dan menurutnya sebagai manusia dirinya harus
menyesuaikan saja dengan orang lain dalam membentuk diri dan memberikan makna
dalam hidupnya. Z2 senantiasa berdoa sehabis ibadah shalat dengan meminta diberi
kesabaran, keikhlasan, dan ketenangan dalam setiap doa yang dipanjatkannya. Dalam
keluarganya, Z2 memiliki tradisi gotong royong sewaktu suaminya masih ada. Setiap hari
libur keluarga Z2 akan diisi dengan kegiatan gotong royong dan Z2 bertugas untuk
memasak makanan untuk keluarganya yang lelah sehabis gotong royong tersebut
dilaksanakan.
Dalam hal berkontribusi terhadap orang lain, Z2 mengaku sering meminjamkan
uangnya kepada orang karena ia merasa senang dan tenang apabila dapat membantu
orang lain begitu pula sebaliknya ia merasa ada yang mengganjal di dalam hatinya
apabila tidak dapat membantu orang lain. Nominal yang dipinjamkan oleh orang lain
tersebut dituliskannya pada suatu buku yang berisikan nama, nominal peminjaman, dan
tanggal janji pembayaran. Apabila ia merasa orang yang datang untuk meminjam
uangnya tidak jujur, maka ia akan memberikan saja uang kepada orang tersebut namun
dengan nominal yang lebih sedikit dari yang diminta. Dalam merawat diri sendiri, Z2
rutin melakukan check up kesehatannya di puskesmas setiap bulannya. Ia mengaku
bahwa memiliki riwayat darah tinggi dan gula akibat penyakit turunan dari keluarganya
sehingga ia menjadi sadar akan pentingnya menjaga kesehatan sehingga ia rutin ke
puskesmas serta rutin mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter.
Terkait momen atau pengalaman di alam yang memberikannya rasa kedamaian,
keindahan, atau inspirasi, Z2 mengaku bahwa ia menyukai berkebun dimana ia menanam
berbagai tumbuhan di pekarangan rumahnya sehingga ia tidak perlu repot-repot untuk
pergi ke pasar untuk berbelanja sayuran. Momen dengan alam memberikan makna dalam
hidupnya dimana ia merasa tenang ketika memandang pekarangan rumahnya yang
ditumbuhi aneka tumbuhan. Dalam menjaga dan merawat alam dan lingkungan sekitar,
Z2 menanam tumbuhan tersebut agar lingkungan sekitarnya menjadi lebih asri. Z2
mengatakan bahwa ia menggunakan pupuk khusus untuk tanaman-tanamannya dimana
pupuk tersebut dibawa oleh anaknya dari Payakumbuh setiap kali mereka berlibur.
Dalam hal kesenangan dan kepuasan dalam hidup sehari-hari, Z2 mengaku ia
sangat menyukai kegiatan memasak. Ia merasa senang dan terdapat kepuasan tersendiri
baginya ketika sedang memasak terlebih lagi ia tidak perlu ke pasar karena sudah banyak
sayur dan tumbuhan lain di pekarangan rumahnya. Apabila Z2 sedang berada di fase
bosan untuk memasak, ia akan membeli lauk dari luar dan memakannya bersama dengan
cucunya.
Dalam hal momen atau pengalaman spiritual yang memberikan Z2 rasa
kedamaian, kekuatan, atau inspirasi adalah ketika ia rutin melaksanakan shalat Tahajud.
Shalat Tahajud tersebut memberikan makna pada hidupnya dimana ia merasa lebih
tenang ketika ia rutin menjalankan ibadah tersebut dan merasa dipermudah segala
urusannya. Z2 melihat peran spiritualitas dapat membantunya dalam menghadapi suatu
urusan dalam hidupnya. Ketika ia sedang mengurus suatu urusan, ia rutin shalat Tahajud
dan berdoa agar semua urusannya dimudahkan dan ia sangat bersyukur segala urusannya
dimudahkan hingga akhir. Dalam hal menjaga rasa syukur dan penghargaan terhadap
kehidupan ia senantiasa mengucapkan “Alhamdulillah” pada setiap momen bahagia yang
terjadi dalam hidupnya.
Nasihat yang ingin Z2 sampaikan kepada generasi muda agar mereka dapat
menghadapi tantangan dalam hidup dengan bijaksana adalah harus menjadi pribadi yang
jujur. Dalam hidup ini kejujuran merupakan hal yang penting. Selain kejujuran, Z2
menekankan bahwa generasi muda harus menghargai orang-orang yang lebih tua dan
jangan bersikap cuek terhadap generasi tua yang berada disekitarnya. Selain itu, generasi
muda juga harus menerapkan hal-hal baik di rumah ke tempat tinggalnya sekarang.
Contohnya di rumah sering menyapu halaman maka di tempat tinggal sekarang juga
harus membantu ibu kos untuk menyapu halamannya. Generasi muda terlebih lagi yang
merantau harus bersikap baik dan mengerti posisi dan keadaan dimana ia berada
sekarang.
Nasihat yang ingin Z2 sampaikan kepada generasi muda terkait menjaga
keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional adalah dengan menghargai
dosen-dosen. Z2 menekankan bahwa sebagai seorang mahasiswa harus menaati
dosen-dosennya. Seorang mahasiswa harus mendengar perkataan dosen dan tidak boleh
membantah perkataan dosen. Z2 mengatakan bahwa Allah akan membantu urusan
mahasiswa jika mahasiswa tersebut menghargai dosennya.

2.4 Analisis Berdasarkan Teori


2.4.1 Narasumber 1
Pada saat wawancara dapat dilihat bahwa Z1 memiliki ciri fisik yang sehat untuk
individu seusianya. Ini dapat dilihat dari Z1 yang masih sanggup untuk pergi sholat
berjamaah setiap waktu ke masjid yang berada di dekat rumahnya. Dari wawancara juga
dijelaskan Z1 masih suka melakukan aktivitas seperti menanam dan merawat. Z1 juga
menjelaskan untuk menjaga kesehatannya Z1 sesekali pergi berenang dan senam secara
rutin bersama komunitasnya. Namun tidak dapat dipungkiri terdapat juga penurunan fisik
yang dirasakan Z1, seperti penglihatannya yang sudah tidak setajam biasanya dan mulai
keriputnya kulit Z1
Sedangkan dilihat dari perkembangan kognitif, Z1 tidak terlalu terlihat terjadi
penurunan secara kognitif. Hal ini ditunjukkan dengan selama wawancara Z1 masih
memiliki memori yang baik masih dapat mengingat momen-momen yang sangat berarti
dalam hidupnya, kesulitan atau rintangan yang dihadapinya selama beliau hidup, dan
dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukannya sehari-hari. Z1
menggunakan perumpamaan saat menjelaskan mengenai seberapa banyak rintangan yang
beliau alami selama hidup nya, menunjukkan bahwa kognitif Z1 dapat dikategorikan
baik. Saat ini Z1 mengisi waktu lansia nya dengan lebih sering berkegiatan di masjid
seperti mendengarkan ceramah bersama orang-orang seusianya dan akhirnya beliau
menjadi akrab satu sama lain. Hal tersebut mendukung bahwa Z1 memiliki strategi
sendiri bagaimana dirinya agar memiliki kesibukan yang bermanfaat dan tidak membuat
dirinya hanya berdiam diri dirumah. Z1 dalam mewariskan tradisi budaya, jika menurut
anak-anaknya tidak sesuai dengan ajaran agama maka Z1 tidak memaksakan tradisi
tersebut harus dilaksanakan oleh anak cucu nya. Dengan hal tersebut, menunjukkan
bahwa Z1 memiliki pemikiran yang terbuka terhadap perkembangan pengetahuan.
Dalam menyeimbangkan waktu antara keluarga, teman, dan diri sendiri yaitu Z1
akan fokus dengan keluarga jika sedang bersama keluarganya, hal ini mendukung bahwa
Z1 dapat tetap fokus dengan satu tujuan dari suatu kegiatan. Jika sedang bersama
teman-temannya Z1 akan lebih memilih bersenang-senang dan melupakan masalah yang
sedang dihadapinya. Walaupun Z1 sudah tergolong usia lansia, Z1 memahami
penggunaan media sosial seperti Whatsapp dan media sosial tersebut Z1 gunakan untuk
berkomunikasi dengan teman-temannya seperti untuk merencanakan jadwal jalan-jalan
dan kegiatan lainnya. Dengan kegiatan Z1 yang lumayan banyak dalam kesehariannya,
Z1 tetap tidak lupa untuk selalu bersyukur atas hidupnya dan memohon ampunan atas
kesalahan yang bisa saja dirinya lakukan secara sengaja atau tidak disengaja. Z1 berusaha
untuk merenungkan kesalahan yang telah dilakukannya sehingga tidak terulang kembali.
Hal ini menunjukkan bahwa Z1 dalam kehidupan sehari-harinya masih melibatkan
pemikirannya dalam melakukan dan memutuskan segala hal kegiatan dalam
kesehariannya sehingga hal tersebut sedikit banyaknya dapat memperlambat kemunduran
Z1 secara kognitif dan Z1 dapat memaknai hidupnya dengan baik.
Menurut teori Erikson tahap perkembangan psikososial yang sedang dialami oleh
Z1 merupakan tahap terakhir yaitu ego integrity versus despair dimana mereka yang
lansia akan mencapai rasa integritas diri dengan menerima kehidupan yang telah mereka
jalani atau malah menyerah pada keputusasaan atas ketidakmampuan menghidupkan
kembali masa lalu serta ingin mengubahnya. Pada hasil wawancara dapat dilihat bahwa
ego integrity pada Z1 lebih tinggi ini dapat dilihat dari bagaimana ia memaknai
kehidupannya sekarang. Z1 bercerita bahwa dia menikmati dan merasa nyaman dengan
kehidupannya sekarang dimana ia sudah melihat anak-anaknya mencapai cita-citanya dan
ia juga memaknai segala tantangan dan rintangan yang dilewatinya menjadi sebuah hal
yang berharga dalam kehidupannya. Ia mengaku tantangan terberat yang dialaminya
adalah ketika ia merasakan kehilangan salah satu anak, suami, dan orang tuanya untuk
selamanya. Namun Z1 tetap bisa tegar dan dapat menerima dengan lapang dada takdir
yang diberikan Allah kepadanya.
Menurut the big five personality Z1 memiliki ciri kepribadian extraversion.
Dimana dari hasil wawancara terlihat bahwa Z1 merupakan orang yang sangat ceria dan
memiliki hubungan sosial yang baik terutama dengan orang disekitar rumahnya dan
teman-temannya. Z1 bercerita bahwa dia dan komunitasnya sering healing dengan
berjalan-jalan bersama. Z1 juga sering berkumpul dengan komunitasnya selepas sholat
berjamaah dan bercerita serta bercanda bersama-sama. Disini juga dapat terlihat bahwa
Z1 menggunakan coping berupa emotion-focused yang matang dalam menghilangkan
stres yang timbul dari segala masalah yang dialaminya. Z1 bercerita bahwa
kesehariannya hanya dipenuhi dengan beribadah. Ia mengaku dengan melakukan ibadah
perasaannya akan menjadi tentram dan sangat tenang. Ini menunjukkan bahwa agama
memiliki peran penting dalam kesejahteraan psikologis usia lansia ini. Selain itu, sesuai
dengan yang diungkapkan oleh socioemotional selectivity theory bahwa pada masa lansia
mereka akan cenderung memilih aktivitas dan orang-orang disekitarnya yang
memberikan kepuasan emosional untuk meningkatan kesejahteraan (well-being) dalam
diri. Hal ini dibuktikan dengan Z1 yang memiliki teman dan keluarga yang menemaninya
dalam aktivitas sehari-hari sehingga membuat hidupnya lebih bahagia dan mendorong
pada keadaan emosi-emosi yang positif.
Menurut Rowe & Kahn, 1997 (dalam Papalia & Olds, 2009) terdapat tiga
komponen dari successful aging yaitu dapat menghindari penyakit, pemeliharaan fungsi
fisik dan kognitif yang tinggi, dan keterlibatan aktif yang berkelanjutan dalam kegiatan
sosial dan produktif. Z1 memiliki tiga komponen tersebut yang mana ia selalu dengan
penuh kesadaran untuk menghindari makanan dan tidak melakukan aktivitas yang dapat
menyebabkan sakit pada dirinya. Ia juga selalu menjaga kebugaran fisik nya dengan
melakukan aktivitas renang dan senam rutin bersama komunitasnya. Tak hanya itu ia juga
melakukan pemeliharaan kognitifnya yang dapat dilihat dari Z1 yang mengaku sering
membaca buku-buku dan Al-quran. Disamping itu Z1 juga memiliki kehidupan yang
positif dengan lingkungannya baik itu dengan teman-temannya dan anak-anaknya. Z1
juga terlibat aktif dalam kegiatan sosial seperti pengajian dan lain-lain. Ia juga memiliki
hubungan yang baik dengan anaknya walaupun tinggal berbeda kota dengan anaknya, ini
dapat dilihat dari Z1 yang sering berkunjung kerumah anak-anaknya dan sesekali liburan
bersama keluarganya.
Berdasarkan aspek meaning of life yang dijelaskan oleh Bastaman (2007) terdapat
aspek pemahaman diri yang mana individu yang memiliki pemahaman diri yang baik
dapat menjadi pribadi yang lebih mengarah pada hal-hal yang positif dan mengurangi
fokus pada hal-hal negatif yang menghambat individu. Hal inilah yang secara sadar
ataupun tidak dapat meningkatkan pemahaman individu mengenai dirinya sendiri
sehingga individu dapat memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat pada
berbagai hal yang dihadapinya. Pada saat wawancara Z1 juga menyebutkan “semakin kita
tua, semakin sadar bahwa kita banyak kurangnya” ini menunjukkan bahwa Z1 memiliki
pemahaman yang baik tentang kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya dan
membuat Z1 menjadi pribadi yang lebih mengarah pada hal-hal yang positif untuk
membuat dirinya menjadi lebih baik dengan cara beribadah dan menolong sesama di
masa tuanya ini.
2.4.2 Narasumber 2
Pada saat wawancara Z2 juga terlihat sehat untuk individu seusianya. Z2 juga
rajin sholat berjamaah ke masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Perubahan fisik terlihat
dari kulit Z2 yang sudah keriput seiring dengan bertambahnya usia dan penurunan fungsi
otot yang dirasakan Z2. Ia menjelaskan bahwa dia merasakan nyeri-nyeri sendi apalagi
ketika perubahan dari posisi sujud menuju tegak ketika sholat. Z2 juga menjelaskan
bahwa ia juga memiliki riwayat penyakit diabetes dan gula yang merupakan turunan dari
keluarganya. Ini merupakan penyakit yang sudah umum pada usia lansia ini. Mengatasi
hal tersebut kini Z2 melakukan perawatan dan pengecekan rutin tiap bulannya ke rumah
sakit untuk penyakitnya tersebut. Disamping itu Z2 mengadopsi hidup sehat untuk
mengurangi dampak dari penyakit yang dimilikinya, seperti ia membatasi seberapa
makanan manis yang boleh ia makan dan ia lebih suka memasak sendiri makanan yang
akan dikonsumsinya. Z2 menceritakan bahwa dia juga tidak suka belanja-belanja di luar.
Z2 juga menceritakan bahwa dia melakukan aktivitas fisik seperti berkebun-berkebun
kecil.
Dilihat dari perkembangan kognitif Z2, tidak terlalu terlihat terjadi penurunan
secara kognitif. Hal ini dibuktikan dari wawancara yang telah dilakukan bahwa Z2
memiliki aktivitas keseharian yang cukup sibuk selain memasak yaitu merawat cucunya,
berkebun, dan mengikuti kegiatan di masjid seperti pengajian dan mendengarkan
ceramah. Memori Z2 dapat dikatakan cukup baik, hal ini dikarenakan Z2 dapat
menceritakan momen yang paling berkesan dalam hidupnya yaitu saat bertemu dengan
ketiga anaknya saat mereka berkunjung dan beliau berkumpul dengan cucunya. Menurut
pendapat Z2 selama hidupnya beliau tidak menghadapi rintangan yang berarti sehingga
beliau bersyukur akan hal tersebut. Z2 bercerita dirinya telah bertemu dengan banyak
orang dengan berbagai macam watak sehingga menurut Z2 kita sebagai manusia tinggal
menyesuaikan saja dengan orang lain dalam membentuk diri dan pemberian makna
hidup. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Z2 sudah memahami diri dengan baik dan dapat
memaknai hidup dengan baik.
Z2 merasa senang jika dapat membantu orang sekitarnya ketika mereka
membutuhkan bantuan dan merasa ada yang mengganjal di hati nya jika tidak
memberikan bantuan, hal tersebut menggambarkan bahwa Z2 memiliki kebijaksanaan
dalam membuat hidupnya menjadi lebih bermanfaat. Z2 mengetahui bahwa beliau
mendapatkan penyakit turunan yaitu darah tinggi dan gula yang menyebabkan Z2 rutin
melakukan check up kesehatan di puskesmas setiap bulannya dan perlu rutin
mengkonsumsi obat agar kesehatannya terjaga. Hal ini menggambarkan bahwa Z2
walaupun sudah memasuki usia lansia, dirinya tetap merasa perlu memperhatikan
kesehatannya dan mengikuti saran dari dokter. Di pekarangan rumahnya Z2 suka
berkebun dan menanam aneka tumbuhan yang menurut Z2 jika tumbuhan tersebut
ditanam, membuat dirinya tidak perlu repot-repot pergi ke pasar untuk berbelanja
sayuran. Hal ini menunjukkan bahwa Z2 dapat dengan baik mempertimbangkan segala
hal kegiatan yang akan dilakukannya tidak hanya jangka pendek namun bisa berdampak
jangka panjang. Ketika ada masalah dalam kehidupannya Z2 menyebutkan ia tidak terlalu
memikirkan hal tersebut sebagai suatu masalah yang perlu dipusingkan dan memilih
untuk tidak mempersulit hal tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa Z2 di usia nya memilih
menyerahkan kepada Allah SWT lewat sholat tahajud agar semua urusan dan
permasalahannya dimudahkan dan tidak lupa pula Z2 selalu mengucapkan rasa syukur
terhadap segala yang terjadi.
Z2 sebagai orang tua memberikan nasihat kepada generasi muda lewat wawancara
ini bahwa saat menghadapi tantangan hidup perlu kebijaksanaan, kejujuran, dan
menghargai orang sekitarnya jangan bersikap cuek. Hal ini menunjukkan bahwa Z2
dalam kehidupan sehari-harinya masih melibatkan pemikirannya dalam segala hal
kegiatan kesehariannya sehingga hal tersebut sedikit banyaknya dapat memperlambat
kemunduran Z2 secara kognitif dan Z2 dapat memaknai hidupnya dengan baik.
Pada tahap perkembangan psikososialnya, lansia akan memasuki tahap kedelapan
dan yang terakhir menurut teori Erik Erikson yaitu, ego integrity vs despair, dimana
mereka yang lansia akan mencapai rasa integritas diri dengan menerima kehidupan yang
telah mereka jalani atau malah menyerah pada keputusasaan atas ketidakmampuan
menghidupkan kembali masa lalu serta ingin mengubahnya. Pada narasumber Z2 terlihat
bahwa ia memiliki ego integrity yang lebih tinggi dilihat dari bagaimana ia memaknai
dan mensyukuri apapun yang terjadi pada dirinya hingga saat ini. Hal ini juga terlihat
pada setiap detail cerita yang ia sampaikan mengenai anak dan kepergian suaminya
menghadap Ilahi dengan penyampaian yang tenang dan menunjukkan rasa keputusasaan
yang rendah. Ia juga menambahkan bahwa kehidupannya saat ini yang ditemani dengan
cucunya meskipun anak-anaknya tidak berada satu kota dengan narasumber juga tidak
mengurangi kebahagiaan dalam hidupnya.
Selain itu, narasumber juga mengungkapkan bahwa ia kerap memperhatikan
masalah kesehatannya dengan rutin mengontrol kadar gula dan tensi dalam tubuh di
puskesmas terdekat. Ini juga menunjukkan bahwa Z2 merupakan orang dengan
conscientiousness yang tinggi. Salah satu dari ciri the big five personality, yaitu
conscientiousness pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa mereka mereka dengan
sifat seperti itu akan cenderung memiliki aktivitas meningkatkan kesehatan yang tinggi
seperti yang dilakukan oleh narasumber kedua atau Z2.
Pada strategi coping yang diterapkan oleh Z2 ketika menghadapi permasalahan
menunjukkan bahwa ia menggunakan emotion-focused coping dimana individu akan
berfokus pada pengelolaan respons emosionalnya terhadap situasi stres sehingga dapat
mengurangi dampak dari fisik dan psikologisnya yang akan timbul. Hal ini sejalan
dengan penjelasan bahwa lansia cenderung menggunakan emotion-focused coping
daripada problem-focused coping dengan faktor bahwa lansia sudah mampu untuk lebih
bisa mengendalikan emosinya saat memasuki usia ini. Z2 juga mengungkapkan ketika ia
menghadapi masalah atau tantangan dalam hidupnya ia tidak terlalu memikirkan hal
tersebut sebagai suatu masalah yang perlu dipusingkan dan memilih untuk tidak
meribetkan sesuatu. Ini juga yang menjelaskan mengapa pada umumnya, lebih sedikit
lansia yang mempunyai masalah gangguan kesehatan mental dan merasakan kebahagian
serta kepuasan hidup yang lebih besar daripada saat dewasa muda.
Selain itu, Z2 juga mengungkapkan sering menjadikan agama atau kegiatan
spiritualnya sebagai bentuk aktivitas yang mampu mendorong ia dalam pemenuhan rasa
ketenangan dan kedamaian dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Hal ini yang
mendorong keadaan emosi yang positif bagi Z2, mengurangi rasa stres, dan merasa lebih
mempunyai kehidupan yang terarah. Ini juga sejalan dengan banyaknya hasil penelitian
yang mengungkapkan bahwa tingkat spiritual yang tinggi berpengaruh pada kesehatan
dan kesejahteraan (well-being) seseorang pada masa dewasa akhir atau lansia.
Pada masa ini juga penting adanya hubungan dengan orang lain meskipun
memang kontak sosial pada masa ini sudah menurun. Penurunan ini tidak akan
mempengaruhi kesejahteraan lansia dikarenakan menurut teori socioemotional selectivity,
lansia akan memilih menghabiskan waktu dengan orang-orang yang memberikan
kepuasan emosional untuk mereka. Z2 juga membentuk lingkungannya dan berinteraksi
dengan orang-orang yang berarti baginya seperti cucu dan anak-anaknya. Hal ini
didukung dengan anak-anak Z2 yang tetap rutin berkunjung meskipun merantau jauh dari
orang tuanya. Z2 memaknai kehidupan lebih berarti dengan kehadiran keluarganya.
Meskipun, suami dari Z2 sudah meninggal ia memilih untuk tidak menikah lagi. Ini
sejalan dengan penjelasan bahwa perempuan cenderung mempunyai hidup lebih lama
dari suaminya dan kecil kemungkinan untuk menikah lagi pada usia lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi, Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Finayanti, J., Hidayah, N., & Atmoko, A. (2019). Teknik Ngudari Reribed untuk Mengarahkan
Meaning of life. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 4(3),
274-278.
Santoso, M. R., & Virlia, S. (2017). Gambaran Makna Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti
Werdha. Psibernetika, 7(1).
Vallentina, T. R. (2019). PENGARUH LOGOCARE TERHADAP MEANING OF LIFE DAN
QUALITY OF LIFE LANSIA DI PANTI WERDHA SEMARANG PENELITIAN
QUASY-EXPERIMENT (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai