Anda di halaman 1dari 11

LOGO

DILALAH LAFZHIYAH
MENURUT ULAMA HANAFIYAH

Hamdani, Lc. M.A


A. DILALAH LAFZHIYAH
‫عبارة النص‬
‫املعىن املفهوم من اللفظ سواء كان نصا او ظاهرا‬
Makna yang dapat dipahami dari apa yang disebut dalam lafadh,
baik dalam bentuk nash ataupun dzahir
CONTOH IBARATUN NASH
‫اب لَ ُك ْم ِم َن النِ َس ِاء َمثْ ََن‬ ‫ط‬
َ
َ َ ُ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ح‬ ِ ْ‫وإِ ْن ِخ ْفتُم أاََّل تُ ْق ِسطُوا ِِف الْي تَامى فَان‬
‫ك‬ َ َ ْ َ
‫اِ َدة‬ِ ‫ث ورَبع فَِإ ْن ِخ ْفتُم أاََّل تَع ِدلُوا فَو‬ َ ‫َل‬َُ‫ث‬‫و‬
َ ْ ْ َ َ ُ َ َ
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang
yatim maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja.”
Dengan memperhatikan ’Ibarat Nash (apa yang tersurat dalam nash) tersebut kita
memperoleh tiga pengertian. Yaitu:
1. Diperbolehkan mengawini wanita-wanita yang disenangi
2. Membatasi jumlah istri sampai empat orang saja
3. Wajib hanya mengawini seorang saja jika dikhawatirkan berbuat khianat lantaran
mengawini wanita banyak.
Pengertian yang pertama bukan merupakan maksud ashli, sedang pengertian
yang kedua dan ketiga merupakan maksud yang ashli. Sebab ayat tersebut
dikemukakan pada orang-orang yang khawatir berkhianat terhadap hak-hak wanita
yatim, sehingga harus dialihkan dari beristri yang tiada terbatas kepada terbatas yaitu
hanya dua, tiga atau empat orang saja.
Inilah maksud yang ashli dari Siyaqul Kalam (rangkaian pembicaraan),
kemudian maksud yang tidak ashli (tabi’i) tentang bolehnya mengawini wanita yang
disenangi.
‫اشارة النص‬
‫ما يدل عليه اللفظ بغري عبارة‬
Sesuatu yang ditunukkan oleh lafazh tidak melalui ibaratnya
CONTOH ISYARATUN NASH
ِ ُ‫وعلَى الْمول‬
‫ود لَهُ ِرْزقُ ُه ان َوكِ ْس َوُُتُ ان َِبلْ َم ْع ُروف‬ َْ َ َ
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf.”
Makna Ibarat Nash yang tersurat dari ayat tersebut adalah bahwa
memberi nafkah dan pakaian kepada ibu yang menyusui wajib bagi Ayah.
Karena demikianlah makna yang dapat diambil dengan mudah dari lafadh
tersebut dan memang dimaksudkan oleh Siyaqul Kalam, adapun makna isyarat
nash nya yang tersirat yaitu nasab anak kepada ayahnya. Pemahaman yang
demikian ini diistinbathkan dari Isyarat Nash. Yaitu dari huruf “Lam” pada
lafadh “Lahu”yang mengandung pengertian itu bahwa seorang anak itu adalah
milik bapaknya.
‫دَّللة النص‬
‫داللة اللفظ على ثبوت حكم ما ذكر ملا سكت عنه لفهم املناط‬
‫مبجرد فهم اللغة‬
Dilalah lafazh yang disebutkan dalam penerapan hukum untuk yang tidak disebutkan
karena ada hubungannya yang dapat dipahami berdasarkan pemahaman dari segi
bahasa
Pembagian Dilalah Mafhum:
Dilalatun Nash dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Fahwal Khithab, Yaitu apabila yang dipahami lebih utama
hukumnya daripada yang diucapkan. Contohnya firman Allah swt dalam
QS. Al-Isra’ ayat 23:
‫فَال تَ ُقل ََلَُما أُف‬
“Janganlah kamu mengatakan kata-kata keji kepada dua orang ibu
bapakmu.”
b. Lahnal Khithab, Yaitu apabila yang tidak diucapkan sama hukumnya
dengan yang diucapkan. Seperti firman Allah swt.:
‫ال اٌليَ تَ َمى ظُل ًما إَِّنَا ََي ُكلُو َن ِف بُطُوِنِِم‬
َ ‫إِن ال ِذي َن ََي ُكلُو َن أَم َو‬
‫ريا‬ ِ ‫ََنرا وسيصلَو َن س‬
‫ع‬
ً َ ََ َ ً
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta benda anak yatim
secara aniaya sebenarnya memakan api kedalam perut mereka”.
‫اقضاء النص‬
‫داللة اللفظ على كل أمر ال يستقيم املعىن اال بتقديره‬

Penunukan lafazh kepada setiap sesuatu yang tidak selaras maknanya tanpa
memunculkannya
Pembagian Dilalah Mafhum:
Iqtidha’ Nash dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Sesuatu yang ditakdirkan untuk kebenaran suatu ucapan atau kalimat
secara hukum. Contohnya Hadits Nabi:
‫ال صيام ملن مل يبيت النية‬
“Tidak puasa bagi orang yang tidak berniat di malam hari”
b. Sesuatu yang ditakdirkan untuk kebenaran suatu ucapan atau
kalimat secara akal. Seperti firman Allah Swt.:
‫فليدع َندية‬
“Hendaklah dia memanggil rombongannya”
c. Sesuatu yang ditakdirkan untuk sahnya ucapan secara hukum.
Seperti firman Allah Swt.:
‫من عفى عليه شيء فاتباع ابملعروف وأداء أليه إبحسان‬
“Orang yang diberi maaf kepadanya, maka ikutilah apa yang patut,
dan bayarkanlah kepadanya secara baik.”
LOGO

Sekian

Anda mungkin juga menyukai