Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS KEADAAN CV BINTANG REZEKI


SEBELUM DAN SETELAH COVID-19,ANALISIS
BIAYA DENGAN METODE FULLCOSTING DAN
VARIABEL COSTING CV BINTANG REZEKI,DAN
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen


Dosen Pengampu : Nayang Helma Yunita, SE.,M.Sc.

Disusun Oleh :
Kurniawan Saputra (21133036)
Muhammad Ami AlwahYudi (21133046)
Mayang Andani (21133042)
Nabilla Syifa Efendi (21133051)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT,karena


berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusunan tugas ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi
tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari it penulis mengharapkan
sumbangan pikiran, pendapat serta saran-saran yang berguna demi
penyempurnaan makalah ini. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Amin

Padang,23 Mei 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB II METODE PENELITIAN 6
2.1. Jenis penelitian 6
2.2 Definisi operasional 6
2.3 Teknik pengumpulan data. 7
2.4 Teknik analisis data. 7
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 13
3.1 Analisis keadaan CV BINTANG REZEKI JAKARTA sebelum
dansesudah terkena dampak Covid-19 8
3.2 Analisis biaya CV BINTANG REZEKI 9
3.3 Analisis pengambilan keputusan 15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 17
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 19

3
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Perekonomian di Indonesia saat ini semakin berkembang, persaingan di


bidang industri pun dari waktu ke waktu semakin ketat dalam memproduksi
barang dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau. Di dalam persaingan
yang semakin ketat ini, perusahaan tentunya harus memiliki strategi dan metode
yang tepat agar perusahaan dapat bertahan dan menghasilkan keuntungan sesuai
dengan tujuan awal perusahaan.
Perusahaan merupakan organisasi yang mempunyai tujuan penting dalam
suatu perusahaan yaitu pencapaian laba. Pencapaian laba ini di anggap penting
karena mempengaruhi jalannya perusahaan. Biaya produksi merupakan bagian
terpenting dalam menentukan harga jual terutama bagi perusahaan industri. Oleh
karena itu, harga pokok produksi berperan penting dalam keberhasilan
perusahaan.
Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses
sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan. Semua
biaya ini adalah biaya persediaan. Biaya persediaan yaitu semua biaya produk
yang dianggap sebagai aktiva dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya menjadi
harga pokok penjualan ketika produk itu dijual. Harga pokok penjualan
mencakup semua biaya produksi yang terjadi untuk membuat barang yang terjual
(Sofia dan Septian, 2014:21).
Penentukan biaya produksi memakai dua pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan full costing dan variable costing. Pendekatan full costing itu sendiri
merupakan penentuan harga pokok produk dengan memperhitungkan semua
biaya-biaya yang terlibat dalam proses produksi. Sedangakan pendekatan
variable costing merupakan penentuan harga pokok produk dengan

4
memperhitungkan biaya-biaya produksi variabel seperti biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel (Mulyadi, 2014:17).
Metode penentuan harga pokok berdasarkan full costing ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan luar (ekstern) seperti investor, full costing hanya secara
sederhana mengelompokkan biaya menurut fungsi pokok (biaya yang terjadi di
fungsi produksi) organisasi perusahaan manufaktur. Sedangkan metode variable
costing ditujukan bagi pihak ekstern dan intern sesuai kepentingan mereka
terhadap perusahaan, tetapi metode ini lebih sering digunakan oleh pihak intern
perusahaan untuk penentuan harga jual, perencanaan laba, dan pembuatan
keputusan (Mulyadi,2014).
Usaha dagang merupakan kegiatan membeli dan menjual barang atau jasa
dengan tujuan mencari keuntungan. Berdagang merupakan salah satu aktivitas
bisnis yang menjanjikan untung besar apabila pandai menyusun strategi.
CV BINTANG REZEKI adalah sebuah perusahaan kecil yang berada di
Jakarta dirintis mulai pada tahun 2009, perusahaan ini memproduksi aneka rokok
yang nantinya akan di kirim ke tempat para reseller.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah yang diangkat yaitu Bagaimana penetapan harga jual produk dengan
menggunakan pendekatan full costing dan variable costing Rokok pada CV
BINTANG REZEKI Jakarta ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui penetapan harga jual produk dengan menggunakan
pendekatan full costing dan variable costing CV BINTANG REZEKI Jakarta.

5
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif kuantitatif, dimana peneliti mengumpulkan data berupa catatan harga
pokok produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik.
Jenis penelitian ini dipilih karena bertujuan untuk mengetahui perhitungan
harga pokok produksi. Memberikan gambaran maupun uraian penjelasan
mengenai suatu keadaan atau fenomena. Menganalisis penggunaan informasi
akuntansi biaya dalam pengambilan keputusan dalam menetapkan harga jual CV
BINTANG REZEKI Jakarta.

2.2. Definisi operasional

1. Metode full costing merupakan penentuan harga pokok produk yang


membebankan seluruh biaya produksi, baik yang bersifat tetap, maupun
variabel terhadap produk yang dihasilkan.
2. Metode variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi
yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok produksinya. Seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
3. Harga pokok produksi merupakan jumlah biaya keseluruhan dalam
memproduksi suatu barang yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
4. Harga jual adalah harga dari hasil penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan diukur dengan satuan rupiah.

6
2.3. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :


1. Wawancara
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara bertanya
langsung kepada pimpinan perusahaan maupun karyawan mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan biaya produksi. Sehingga data yang
diperoleh berupa informasi yang relevan dengan penelitian.

2.4. Teknik analisis data.

Analisis data yang gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
komparatif. Metode deskriptif komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan metode penentuan harga pokok produksi dalam penetapan harga
jual produk dengan pendekatan full costing dan variable costing.
Berikut perhitungan biaya produksi menurut metode full costing dan
variable costing:
1. Full costing
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx
Total Produksi xxx

2. Variabel Costing
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja Variabel xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx
Total Biaya Produksi xxx

7
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis keadaan CV BINTANG REZEKI JAKARTA sebelum dan


sesudah terkena dampak Covid-19

Covid-19 atau yang lebih dikenal sebagai Virus Corona telah menjadi
perhatian publik sejak kemunculannya terdeteksi di Tiongkok untuk kali pertama
di awal tahun 2020. Meninggalnya ribuan jiwa akibat virus ini membuatnya
menjadi pusat perhatian banyak negara, termasuk Indonesia. Pandemi COVID-
19 terbukti telah memberikan tekanan pada kondisi ekonomi dan sosial di
Indonesia sejak akhir tahun 2019. Dampak ekonomi ini berdampak luas di
seluruh wilayah Indonesia. Perekonomian masing-masing daerah terancam,
ditambah dengan kondisi daerah yang lebih buruk dari sebelumnya. Karena hal
tersebut, pemerintah Indonesia langsung mengambil langkah agresif agar angka
penyebaran bisa ditekan semaksimal mungkin.
Indonesia lebih memilih pembatasan sosial (social distancing) sebagai solusi
daripada melakukan lockdown yaitu mengunci akses masuk dan keluar wilayah
bagi siapapun untuk mencegah penyebaran virus yang umumnya digunakan oleh
kebanyakan negara. Inti dari pembatasan sosial adalah menjauhi diri dari aktivitas
sosial secara langsung dengan orang lain, sedangkan lockdown berarti suatu
wilayah akan diisolasi dan terjadi pemberhentian total semua aktivitas di wilayah
tersebut. Alasan fundamental kenapa Indonesia lebih memilih memberlakukan
pembatasan sosial adalah banyak masyarakat Indonesia yang mengandalkan upah
harian, jadi akan rawan mereka tidak bisa mencari mata pencaharian apabila
lockdown diberlakukan. Menjaga jarak sosial setidaknya memberlakukan
beberapa himbauan kepada seluruh warga negara, diantaranya adalah bekerja dari
rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah.
Dampak COVID-19 ini juga dirasakan oleh CV BINTANG REZEKI yang
berada di Jakarta, sebelum adanya COVID-19, keadaan CV BINTANG REZEKI
8
memang sedang mengalami penurunan. Maka saat CV BINTANG REZEKI
terkena dampak COVID-19, CV BINTANG REZEKI mengalami sangat banyak
penurudan dan kerugian dari beberapa sektor. Setelah COVID-19 berakhir pun
CV BINTANG REZEKI belum bisa kembali membaik.

3.2. Analisis biaya CV BINTANG REZEKI

Dalam penentuan harga jualnya, CV BINTANG REZEKI menggunakan


penetapan harga yang apa adanya kemudian harga ditetapkan dengan
menambahkan mark up yang dianggap pantas pada cost barang. Cost per unit
dihitung dengan menganggap bahwa semua barang telah terjual dalam satu
periode yang lalu. Lalu biaya total yang terjadi pada bulan tersebut dibagi dengan
volume produksi. Adapun biaya- biaya produksi yang penulis ambil sebagai
contoh adalah produk adalah sebagai berikut :
1. Biaya variable
Biaya yang jumlahnya berubah-ubah, namun perubahannya
sebanding dengan perubahan volume produksi/penjualan (Mulyadi:2012).
Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tetap
Biaya yang tidak berubah jumlahnya walaupun jumlah yang
diproduksi/dijual berubah dalam kapasitas normal (Mulyadi:2012).
Contoh: biaya pembelian mesin.
3. Biaya semi variable
Biaya yang jumlahnya ada yang berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kuantitas dan ada tarif tetapnya (Mulyadi:2012). Contoh: biaya
telfon, biaya listrik, kedua biaya tersebut terdiri dari biaya langganan yang
pasti harus dibayar dan biaya pemakaian.

9
4. Biaya bertingkat
Biaya yang dikeluarkan sifatnya tetap harus dikeluarkan dalam
suatu rentang produksi (Mulyadi:2012). Contoh: biaya pembelian mesin
pertama, jika produksi terlalu banyak mesin pertama yang dibeli tidak
memenuhi kapasitas, maka perusahaan membeli mesin kedua.

Biaya-biaya yang terjadi pada CV BINTANG REZEKI diatas lalu


digolongkan menjadi tiga bagian yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun
variabel, sehingga membentuk harga pokok produksi (HPP).

1. Biaya Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi 1 slof Rp.60.000,


maka untuk 1 dus yang berisikan 80 slof adalah 80 X Rp.60.000 =
Rp.4.800.000

2. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung merupakan balas jasa yang diberikan


oleh perusahaan pada semua karyawan yang ada dalam proses produksi.
Biaya tenaga kerja yang terjadi CV BINTANG REZEKI dihitung :

Upah Jumlah Karyawan Total


RP.178.571 14 Rp.2.500.000
Rp.2.500.000 1 Rp.2.500.000
Rp.3.000.000 1 Rp.3.000.000
Total Rp.8.000.000

Dari tabel di atas, total biaya tenaga kerja langsung yang terjadi pada
CV BINTANG REZEKI adalah Rp.8.000.000. Dengan rincian Rp.178.571

10
untuk masing masing karyawan yang berjumlah 14 orang, Rp.2.500.000
untuk karywan bagian sales, dan Rp.3.000.000 untuk sopir.

3. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan


baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya takterduga (sepertu minyak
motor,makan,dll) yang terjadi pada CV BINTANG REZEKI adalah
Rp.100.000, dan untuk biaya overhead pabrik tetap adalah biaya
operasional Rp.500.000

Dari uraian diatas didapatkan harga pokok produksi untuk CV BINTANG


REZEKI yaitu sebagai berikut:

Jenis Biaya Jumlah


Biaya Bahan Baku Rp.4.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.8.000.000
Biaya Overhead Pabrik Rp.100.000
Biaya Overhead pabrik tetap Rp.500.000
Total Rp.13.100.000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total harga pokok produksi CV
BINTANG REZEKI Rp 13.100.000, hasil tersebut merupakan penjumlahan
antara biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
dan biaya overhead tetap pabrik. Dari total biaya produksi diatas menghasilkan
30 dus (2400 slof) rokok 1 bulan. Maka perhitungan harga jual per unit dengan
laba yang diinginkan perusahaan sebesar 50% adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing


Perhitungan biaya produksi dengan menggunakan pendekatan full
costing ini merupakan perhitungan semua biaya yang digunakan dalam

11
proses produksi akan diklasifikasikan sebagai biaya produksi, baik yang
bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Berikut perhitungan biaya
produksi dengan pendekatan full costing:

Biaya Bahan Baku Rp.4.500.00

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.8.000.000

Biaya Overhead pabrik variable Rp.100.000

Biaya Overhead pabrik tetap Rp.500.000

Total Produksi Rp.13.100.000

Biaya per Unit = HPP


Jumlah Unnit
= Rp.13.100.000
2.400Slof
= Rp.5.458

Harga Jual = HPP + (% laba x HPP)


= Rp.13.100.000 + (50% x 13.100.000)
= Rp.19.650.000

Harga jual per unit (slof) = Harga Jual


Jumlah Unit
= Rp.19.650.000
2400Slof
= Rp.8.187,5

Dari perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing


yang telah dilakukan diperoleh total produksi sebesar Rp 13.100.000 hasil
12
penjumlahan dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik
tetap dan variabel sehingga menghasilkan biaya per unit sebesar Rp 5.458.
Adapun harga jual keseluruhan yang diperoleh sebesar Rp 19.650.000 dengan
laba yang diinginkan perusahaan sebesar 50%. Disamping itu dari hasil
penghitungan keseluruhan maka diperoleh harga jual per unit dengan metode full
costing sebesar Rp 8.187,5.

2. Perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan variable costing


Perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan variable
costing ini berbeda dengan perhitungan full costing, yang membedakan
adalah pada full costing semua unsur biaya baik variabel maupun tetap
diperhitungkan kedalam harga pokok produksi, sedangkan dalam variable
costing unsur biaya yang diperhitungkan hanya biaya variabel saja. Berikut
ini perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan variable costing:

Biaya bahan baku Rp.4.500.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp.8.000.000
Biaya overhead pabrik variable Rp.100.000
Total biaya produksi Rp.12.600.000

Biaya per Unit = HPP


Jumlah Unnit
= Rp.12.600.000
2.400Slof
= Rp.5.250

Harga Jual = HPP + (% laba x HPP)


= Rp.12.600.000 + (50% x 12.600.000)

13
= Rp.18.900.000

Harga jual per unit (slof) = Harga Jual


Jumlah Unit
= Rp.18.900.000
2400Slof
= Rp.7.875

Dari hasil perhitungan harga pokok produksi dalam penetapan harga jual
rokok, dengan menggunakan pendekatan variable costing harga pokok produksi
yang diperoleh sebesar Rp 12.600.000, hasil penjumlahan dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel sehingga menghasilkan
biaya per unit sebesar Rp 5.250. Adapun harga jual keseluruhan yang diperoleh
sebesar Rp 18.900.0000 dengan laba yang diinginkan perusahaan sebesar 50%.
Disamping itu dari hasil penghitungan keseluruhan maka diperoleh harga jual per
unit dengan metode variable costing sebesar Rp 7.875.

3. Perbandingan perhitungan antara pendekatan full costing dan variable


costing

Perbandingan Perhitungan antara

Pendekatan Full Costing dan Variable Costing

Keterangan Full Costing Variabel Selisih


Costing

Harga pokok produksi Rp.13.100.000 Rp.12.600.000 Rp.500.000


Biaya per unit Rp.5.458 Rp.5.250 Rp.208
Harga jual Rp.19.650.000 Rp.18.900.000 Rp.750.000
Harga jual per unit Rp.8.187,5 Rp.7.875 Rp.312,5

14
Perbandingan antara pendekatan full costing dan variable costing dalam
perhitungan harga pokok produksi untuk penetapan harga jual sangat terlihat jelas
dimana dalam perhitungan full costing total harga pokok produksi sebesar Rp
13.100.000 dengan biaya per unit Rp 5.458, sedangkan dalam perhitungan
variable costing harga pokok produksi dihasilkan sebesar Rp 12.600.000 dengan
biaya per unit Rp 5.250. Selisih yang terjadi pada total harga produksi sebesar Rp
500.000 dan biaya per unit sebesar Rp 208. Adapun harga jual dengan
menggunakan perhitungan full costing sebesar Rp 19.650.000 dengan harga jual
per unit Rp 8.187,5 dan harga jual variable costing sebesar Rp 18.900.000 dengan
harga jual per unit Rp 7.875.

Selisih harga jual timbul akibat adanya perbedaan pembebanan biaya sejak
awal. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan full
costing lebih besar dari metode perhitungan harga pokok produksi yang
dilakukan dengan pendekatan variable costing . Sehingga harga jual per unit yang
ditetapkan dengan menggunakan dua pendekatan ini memiliki selisih harga
sebesar Rp 312,5.

3.3. Analisis pengambilan keputusan

Hasil penelitian ini menunjukkan Perhitungan menggunakan metode full


costing harga pokok produksi persatuan lebih besar dari variable costing.
Penelitian ini memiliki sedikit perbedaan dimana dalam penelitiannya ada
yang menghitung harga jual dan ada juga yang tdk menghitung, tapi semua
penelitian ini tidak lepas dari pembahasan full costing dan variable costing.
Dalam setiap perusahaan pencatatan arus kas sangat penting, dengan begitu
bagi pihak internal maupun pihak eksternal akan lebih mudah melihat biaya yang
dikeluarkan serta pendapatan dalam setiap produksi. Begitu pula pembuatan
laporan keuangan utamanya pada perhitungan harga pokok produksi dengan
metode full costing dan variable costing, meskipun kadang perusahaan tidak

15
memakai perhitungan ini tapi sebaiknya laporan ini dibuat. Kedua metode ini
yaitu full costing dan variable costing sebenarnya tidak bisa dibandingkan dalam
hal penetapan harga jual karena masing-masing memiliki perhitungan biaya yang
berbeda tapi dalam penentuan harga jual yang lebih rendah menggunakan metode
variable costing.

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang saya


ambil selaku penulis yaitu:

1. Perhitungan harga pokok produksi pada CV BINTANG REZEKI

masih sangat sederhana, juga dalam pencatatan laporan keuangannya

belum lengkap dan masih terbilang sangat sederhana.

2. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa


perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full
costing menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan metode variable costing. Hal ini dikarenakan metode full
costing memasukkan semua biaya baik yang bersifat tetap maupun variabel
kedalam perhitungan harga pokok produksinya.

4.2. Saran

Setelah melakukan penelitian dan membahas mengenai hasil penelitian


pada CV BINTANG REZEKI, maka saran yang diberikan oleh peneliti yaitu:

1. Supaya perusahaan dapat bertahan dan berkembang, perusahaan


harus mempunyai laporan keuangan yang baik serta tertata dengan rapi
agar dapat memberikan informasi dasar serta sebagai sumber data
yang berguna bagi pihak intern dan ekstern.
2. Laporan keuangan ini yaitu full costing dan variable costing harus
dibuat dalam suatu perusahaan agar lebih mudah menghitung harga pokok
produksinya. Kedua metode ini tidak bisa dibandingkan karena masing-
masing memiliki perhitungan yang berbeda tapi dalam perhitungan harga
17
pokok produksi untuk penetapan harga jual yang lebih rendah sebaiknya
perusahaan menggunakan pendekatan variable costing.
3. Sebaiknya digunakan komputer untuk menginput data-data baik keuangan
maupun data lain yang berkaitan dengan perusahaan agar lebih mudah
menghitung, menganalisa, dan mengontrol pengeluaran dan pemasukan
yang terjadi dalam perusahaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S.P., dan Kristianto, S.B. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi 2. In Media: Bogor.

Firmansyah, Iman. 2014. Akuntansi Biaya Itu Gampang. Jakarta : Dunia Cerdas.

Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN.

Supriyono.(2013). Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi Kedua.


Yogyakarta: BPEF.

19

Anda mungkin juga menyukai