Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KONSEP BIAYA, BIAYA MANUFAKTUR, ARUS BIAYA DAN

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI II

Dipresentasikan kepada kelas MBS 5A dalam mata kuliah Akuntansi Biaya

Disusun Oleh :

Resta Febriani 3718.001

Leni Anggraini 3718.022

Yelsa Yolanda Putri 3718.030

Dosen Pembimbing :

NINI SUMARNI, S.E., M.Si

PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH (MBS 5 – A)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2020 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam
Kami sampaikan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Akuntansi Biaya serta teman-teman yang telah membantu Kami dalam
pembuatan makalah ini, sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Konsep Biaya, Biaya Manufaktur, Arus Biaya Dan Laporan Harga
Pokok Produksi II.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini,
sehingga Kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi
penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Bukittinggi, 23 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................ 3

A. Biaya Produksi ....................................................................................................... 3

1. Pengertian Biaya Produksi .......................................................................... 3

2. Unsur-Unsur Biaya Produksi ...................................................................... 4

3. Klasifikasi Biaya Produksi .......................................................................... 5

4. Metode Penentuan Biaya Produksi ............................................................. 7

B. Biaya Bahan Baku.................................................................................................. 8

1. Perhitungan Harga Pokok Bahan Baku Langsung ...................................... 9

2. Sistem Pencatatan Persediaan Bahan Baku Langsung .............................. 10

C. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs)...................................... 11

D. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) .......................................... 12

1. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik...................................................... 13

2. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik ................................................... 16

E. Arus Biaya Produksi ............................................................................................ 18

F. Laporan Harga Pokok Produksi Dan Hubungannya Dengan Laporan Laba


Rugi .............................................................................................................................. 19

1. Langkah-Langkah Dalam Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi..... 19

ii
2. Hubungan Laporan Harga Pokok Produksi Dengan Laporan Laba Rugi . 22

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 24

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 24

B. Saran ...................................................................................................................... 25

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................ 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perhitungan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting yang

harus diperhatikan oleh perusahaan dalam setiap produknya, sehingga harga pokok

produksi sangat berperan dalam penentuan harga pokok produk yang dihasilkan.

Apabila terdapat kesalahan dalam penentuan harga pokok produksi, maka akan

mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan dan pada akhirnya akan

mempengaruhi tingkat penjualan produk dan laba yang dihasilkan oleh perusahaan.

Pengendalian atas biaya produksi adalah pengendalian biaya yang terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, serta biaya overhead pabrik yang dihitung

dengan cara membandingkan biaya yang telah diterapkan dengan biaya sebenarnya.

Pada dasarnya akuntansi biaya saat ini ditujukan untuk menyajikan informasi biaya

bagi manajemen baik biaya produksi maupun non produksi. Oleh karna itu

akuntansi biaya dapat digunakan untuk perusahaan manufaktur dan non

manufaktur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan biaya produksi?

2. Apa yang dimaksud dengan biaya bahan baku?

3. Apa yang dimaksud dengan biaya tenaga kerja langsung?

4. Apa yang dimaksud dengan biaya overhead pabrik?

1
5. Apa yang dimaksud dengan arus biaya produksi?

6. Bagaimana lapran harga pokok produksi? Dan apa hubungannya

dengan laporan laba rugi?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa itu biaya produksi

2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan biaya bahan baku

3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan biaya tenaga kerja

langsung

4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan biaya overhead pabrik

5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan arus biaya produksi

6. Untuk mengetahui bagaimana bentuk laporan harga pokok produksi

dan hubungannya dengan laporan laba rugi

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Biaya Produksi
1. Pengertian Biaya Produksi
Menurut Abdul Halim (2019:4), biaya merupakan pengeluaran yang sudah
terjadi (expired) yang digunakan dalam memproses produk yang dihasilkan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2018:8), biaya dalam arti luas adalah
pengorbanan sember ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti
sempit, biaya merupakan sumber ekonomi untuk memperoleh harga pokok.
Biaya dalam perspektif konsumen adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan
untuk mengkonsumsi sejumlah produk baik barang ataupun jasa. Sedangkan,
biaya dalam perspektif produsen adalam semua beban yang harus ditanggung
oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk.
Sedangkan produksi, dalam ekonomi makro adalah mengubah input
menjadi output atau bisa didefinisikan sebagai proses ekonomi yang
menggunakan sumber daya untuk menciptakan sebuah komoditas yang cocok
untuk pertukaran. Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan
untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga
lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
Pengertian biaya produksi menurut beberapa para ahli, yaitu:
a. Menurut Abdul Halim, biaya produksi yakni biaya-biaya yang
berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan
akan dipertemukan dengan penghasilan di periode mana produk itu
dijual.

3
b. Menurut Mulyadi, biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual.1
c. Menurut Hansen dan Mowen, biaya produksi adalah biaya yang
berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa.
d. Menurut Surjana Ismaya, biaya produksi adalah biaya untuk
memproduksi yang terdiri dari bahan langsung, upah langsung, dan
biaya tidak langsung.2
Dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah keseluruan beban atau
pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen untuk kegiatan produksi. Atau
biaya produksi adalah total nilai dari input dalam kegiatan produksi untuk
menghasilkan suatu produk baik barang atau jasa.

2. Unsur-Unsur Biaya Produksi


a. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah biaya perolehan semua bahan yang pada
akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam
proses dan kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke
objek biaya dengan cara yang ekonomis. Misalnya pemakaian
bahan berupa kulit, benang, paku, lem dan cat pada perusahaan
sepatu yang menjadi komponen utama produk, dapat ditelusuri
secara langsung tanpa perlu alokasi dan bersifat variabel.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung atau upah langsung adalah biaya yang
dibayarkan kepada tenaga kerja langsung. Istilah tenaga kerja
langsung digunakan untuk menunjuk tenaga kerja (buruh) yang
terlibat secara langsung dalam proses pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung meliputi

1
Dadan Ramdhan, dkk. Akuntansi Biaya: Konsep Dan Implementasi Di Industri Manufaktur
(Yogyakarta: CV Markumi, 2020), hlm. 14-15
2
Mukhlishotul Jannah. “Analisis Pengaruh Biaya Produksi Dan Tingkat Penjualan
Terhadap Laba Kotor”. Jurnal BanqueSyar’i, Vol.4 No. 1, Januari-Juni 2018, hlm. 90

4
kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat
ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian
barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Misalnya upah yang
dibayarkan kepada buruh bagian pemotongan atau bagian
perakitan atau bagian pengecatan pada perusahaan mebel yang
dibayarkan per jam kerja atay per unit produk tanpa perlu alokasi
dan bersifat variabel.
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (biaya produksi tidak langsung) adalah
seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya namun
tidak dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan
kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contoh biaya
overhead pabrik antara lain:
1) Biaya tenaga kerja tidak langsung (misalnya upah mandor,
upah satpam pabrik dan gaji manajer pabrik)
2) Biaya bahan penolong (misalnya pelumas, bahan
pembersih dan lain-lain)
3) Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik
4) Biaya pemeliharaan gudang pabrik
5) Biaya penyusutan mesin pabrik3

3. Klasifikasi Biaya Produksi


Biaya produksi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dibedakan
menjadi dua jenis, yakni:

a. Biaya Eksplisit
Yaitu pengeluaran perusahaan yang dicatat secara akuntansi berupa
pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor produksi dan
bahan mentah yang dibutuhkan. Misalnya biaya untuk membayar
listrik, membeli bahan baku pembuatan produk, membayar asuransi
dan sebagainya.

3
Sofia Prima Dewi, dkk. Akuntansi Biaya Edisi 2 (Bogor: IN Media, 2014), hlm. 21

5
b. Biaya Tersembunyi (imputed cost)
Yautu perkiraan pengeluaran terhadap faktor produksi yang dimiliki
oleh perusahaan itu sendiri. Pengeluaran yang tergolong dalam biaya
tersembunyi antara lain pembayaran untuk keusahawan produsen
tersebut, modalnya sendiri yang digunakan dalam perusahaan, dan
bangunan perusahaan yang dimilikinya. Cara menaksir pengeluaran
tersebut dapat dilakukan dengan melihat pendapatan yang paling
tinggi yang diperoleh apabila produsen itu bekerja di perusahaan
lain, modal dipinjamkan atau disesuaikan dengan kegiatan lain, dan
bangunan yang dimilikinya disewakan kepada orang lain.
Dalam menganalisis biaya produksi perlu dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Biaya Produksi Jangka Pendek
Merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dimana
dalam jangka waktu yang pendek hanya terjadi perubahan salah
satu faktor produksi sedangkan faktor yang lainnya dianggap tetap
atau tidak mengalami perubahan. Istilah biaya yang digunakan
untuk analisis biaya produksi:
1) Biaya Total
a) Biaya Total (Total Cost), merupakan keseluruhan
jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dalam
proses produksi.
b) Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost), merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan faktor
produksi yang jumlahnya tidak dapat diubah.
c) Biaya Variabel Total (Total Variable Cost),
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan faktor produksi yang jumlahnya dapat
diubah.
2) Biaya Rata-Rata
a) Biaya Rata-Rata (Average Cost), adalah biaya
produksi per unit produk yang dihasilkan. Biaya

6
rata-rata diperoleh dari pembaguan antara Biaya
Total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang
(Q) dengan jumlah produksi tersebut.
b) Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost), biaya
tetap rata-rata diperoleh dari pembagian antara
biaya tetap total untuk memperoleh sejumlah
barang dengan jumlah produksi tersebut.
c) Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost),
diperoleh dari pembagian antara biaya variabel total
untuk memproduksi sejumlah barang dengan
produksi tersebut.
3) Biaya Marjinal
Adalah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah
produksi sebanyak satu unit produk.
b. Biaya Produksi Dalam Jangka Panjang
Dalam jangka panjang semua faktor produksi atau input
mengalami perubahan, sehingga biaya produksi dalam jangka
panjang ini tidak perlu dibedakan antara biaya tetap dan biaya
berubah. Banyaknya penambahan terhadap faktor produksi
membuat biaya yang harus dikeluarkan pun semakin besar
sehingga perlu dipikirkan bagaimana cara untuk meminimalkan
biaya dalam jangka panjang.4

4. Metode Penentuan Biaya Produksi


a. Metode Full Costing
Merupakan taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar
penentuan harga jual yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku variabel maupun yang berperilaku tetap, seperti berikut
ini:

4
Dadan Ramdhani, dkk. Op Cit, ..., hlm. 17-19

7
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx+
Biaya produksi xxx
b. Metode Variable Costing
Merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke
dalam biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dang biaya overhead pabrik variabel. Biaya
produksi menurut metode variable costing terdiri dari:5
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead variabel xxx +
Biaya produksi variabel xxx

B. Biaya Bahan Baku


Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk dimana
bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya (atau merupakan
bagian terbesar dari bentuk barang). Sedangkan biaya bahan baku adalah seluruh
biaya untuk memperoleh sampai dengan bahan siap untuk digunakan yang meliputi
harga bahan, ongkos angkut, penyimpanan dan lain-lain.6

Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan menjadi bahan


baku dan bahan penolong. Bahan baku (direct material) merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat
diidentifikasikan dengan produk atau pesanan tertentu dengan nilainya yang relatif
besar. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan baku adalah kayu atau rotan. Biaya
yang timbul akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.

5
Mukhlishotul Jannah. Op Cit, ..., hlm. 92-93
6
Dadan Ramadhan, dkk. Op Cit, ..., hlm. 59

8
Bahan penolong (indirect material) merupakan bahan yang dipakai dalam
proses produksi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk jadi dan nilainya
relatif kecil. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan penolong adalah minyak
pelitur. Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian bahan penolong disebut biaya
bahan penolong. Biaya bahan penolong merupakan bagian dari unsur biaya
overhead pabrik (biaya produksi tidak langsung).7

1. Perhitungan Harga Pokok Bahan Baku Langsung


Dalam perhitungan harga pokok bahan baku langsung, ada berbagai
metode perhitungan yang dipakai, metode-metode tersebut yaitu:
a. Pertama Masuk Pertama Keluar (FIFO)
Metode ini didasarkan anggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk)
lebih awal dipakai (keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih
menekankan pada arus biayanya dan bukan pada arus bahan secara
fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik dapat terjadi bahan
yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi dalam
penentuan harga pokoknya bahan yang dipakai berpedoman pada
bahan yang masuk pertama keluar pertama.
b. Metode Rata-Rata (Average)
Dalam sistem pencatatan periodik, metode rata-rata yang
digunakan disebut dengan metode rata-rata tertimbang (weighted
average). Dalam sistem pencatatan perpetual, metode rata-rata
yang digunakan disebut dengan metode rata-rata bergerak (moving
average). Dalam metode weighted average harga pokok per satuan
bahan yang ada dalam persediaan di gudang ditentukan dengan
membagi jumlah harga pokok semua bahan yang dibeli dengan
jumlah kuantitasnya. Dalam metode moving average harga pokok
persediaan bahan yang ada di gudang hanya ada satu harga pokok
yang dihitung rata-ratanya setiap saat dilakukan pembelian, yang
dapat berubah jika ada:

7
Sofia Prima Dewi, dkk. Op Cit, ..., hlm. 27

9
1) Perubahan harga beli saat pembelian
2) Ada diskon pembelian, dan atau
3) Terdapat ongkos angkut yang dibebankan ke persediaan8
c. Identifikasi Khusus
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama
dengan arus biaya. Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga
pokoknya dan tiap kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri.
Metode ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan
prosedur pencatatan persediaan dengan cara fisik maupun cara
buku. Tetapi karena cara ini menimbulkan banyak pekerjaan
tambahan maupun gudang yang luas maka jarang digunakan.
Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang menjual
produk dengan harga mahal, jumlah dan jenis produknya terbatas.
d. Terakhir Masuk Pertama Keluar (LIFO)
Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO. Pada metode
LIFO, barang yang paling terakhir dibeli akan dijual/ dikeluarkan
lebih dulu. Harga perolehan barang yang dibeli terakhir akan
dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan.9

2. Sistem Pencatatan Persediaan Bahan Baku Langsung


a. Metode Fisik (physical Inventory Method)
Dalam metode ini hanya tambahan persediaan bahan saja yang
dicatat sedangkan mutasi berkurangnya bahan tidak dicatat untuk
mengetahui bahan baku yang diperoleh, harus menghitung
persediaan bahan baku digudang pada akhir periode akuntansi.
(Biaya bahan baku yang diapakai selama periode akuntansi = harga
pokok persediaan awal + harga pokok pembelian – harga pokok
persediaan akhir yang ada digudang).

8
Ibid, ..., hlm. 33
9
Nurin Tamam. “Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang”.
https://zahiraccounting.com/id/blog/metode-penentuan-harga-pokok-persediaan-barang/ (diakses
pada 24 Oktober 2020, pukul 21.30)

10
b. Metode Mutasi Persediaan (Perpetual Inventory Method)
Dalam metode ini setiap mutasi dicatat dalam kartu persediaan.
Pembelian dicatat dalam kolom “beli” di kartu persediaan,
pemakaian dicatat dalam kolom “pakai” di kartu persediaan dan
jumlah bahan yang tersedia digudang dapat dilihat dalam kolom
“sisa” di kartu persediaan.10

C. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs)


Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) adalah biaya untuk tenaga kerja
yang secara langsung menangani proses produksi atau bisa dihubungakan
langsung dengan barang jadi (Mulyadi, 2011) Biaya tenaga kerja langsung
dicatat dalam buku pengeluaran kas. Perkiraan untuk biaya buruh langsung
perlu dibuatkan perkiraan sendiri. Jurnal penyesuaian dibutuhkan pada akhir
periode untuk upah yang masih belum saatnya dibayar. Untuk pembebanan
Biaya buruh langsung bisa dilakukan dengan membuat jurnal penutup ke
rekening ikhtisar Beban pokok produksi.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan anggaran yang
merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan dibayarkan
kepada para tenaga kerja langsung selama periode yang akan datang. Anggaran
biaya tenaga kerja langsung meliputi rencana tentang jumlah waktu yang
diperlukan oleh para tenaga kerja langsung untuk menyelesaikan unit yang
akan diproduksi, tarif upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja
langsung dan waktu kegiatan proses produksi, masing-masing dikaitkan
dengan jenis produk yang akan dihasilkan.
Ciri-Ciri Tenaga Kerja Langsung:
1. Besar kecilnya biaya berhubungan secara langsung dengan
kegiatan produksi
2. Biaya yang di keluarkan merupakan biaya variable
3. Kegiatan tenaga kerja langsung dihubungkan dengan produksi
untuk penentuan harga pokok.

10
Dadan Ramdhan, dkk. Op Cit, ..., hlm. 60

11
Manfaat penyusunan anggaran tenaga kerja langsung:

1. Penggunaan tenaga kerja lebih efisien, karena rencana yang


matang.
2. Pengeluaran biaya tenaga kerja menjadi lebih efisien, karena sudah
diatur.
3. Harga pokok dagang dapat dihitung secara tepat.
4. Dapat dipakai sebagai alat pengawasan.

Satuan hitung Biaya Tenaga Kerja Langsung atas dasar:

1. Jam buruh langsung (Direct Labor Hour/DHL)


2. Biaya buruh langsung (Direct Labor Cost).

Anggaran biaya tenaga kerja langsung:

1. Jumlah barang yang diproduksi.


2. Jam buruh langsung yang diperlukan untuk mengerjakan 1 unit
barang.
3. Tingkat upah rata-rata per jam buruh langsung.
4. Jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan.
5. Waktu produksi barang (bulan atau kuartal).

Rumus biaya tenaga kerja langsung yaitu:11

BTKL = Waktu Kerja x Upah

D. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)


Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dapat digolongkan menurut
sifatnya, perubahan volume dan kaitan dengan departemen. Biaya overhead pabrik
pada umumnya didefinisikan sebagai biaya bahan tidak langsung (penolong),
tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat secara

11
Yuli Syafitri dan M.Sebastian Syah Putra. “Pengembangan Aplikai Akuntansi Biaya
Tenaga Kerja Langsung Pada LPP TVRI Stasiun Lampung”. Jurnal Sistem Informasi Akuntansi,
Vol. 1 No. 1, 2018, hlm. 51

12
nyata didefinisikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk atau
objek biaya lainnya yang spesifik. Istilah lain yang digunakan untuk biaya overhead
pabrik adalah beban produksi, overhead produksi, beban pabrik dan biaya produksi
tidak langsung.

Biaya overhead pabrik memiliki dua karakteristik yang memerlukan


pertimbangan jika produk ingin dibebankan dengan jumlah yang sewajarnya dari
biaya ini. Karakteristik-karakteristik ini berkaitan dengan hubungan overhead
pabrik dengan produk atau volume produksi. Tidak seperti bahan baku dan tenaga
kerja langsung, biaya overhead pabrik merupakan bagian yang tidak terlihat dari
produk jadi. Tidak ada bukti permintaan bahan baku atau jam kerja karyawan yang
mengidentifikasikan jumlah overhead pabrik yang digunakan oleh suatu pesanan
atau produk, tetapi walaupun demikian, biaya overhead pabrik juga merupakan
bagian dari biaya produksi suatu produk yang sama pentingnya dengan biaya bahan
baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Meningkatnya otomatisasi membuat
biaya overhead pabrik menjadi persentase dari total biaya produksi yang lebih
besar, sementara persentase tenaga kerja langsung menurun.

Karakteristik yang kedua dari biaya overhead pabrik berhubungan dengan


bagaimana item-item yang berbeda dalam overhead pabrik berubah terhadap
perubahan dalam volume produksi. Biaya overhead pabrik dapat bersifat tetap,
variabel atau semivariabel. Dapat dikatakan, bahwa biaya overhead pabrik tetap per
unit produk bervariasi secara terbalik dengan volume produksi. Biaya overhead
pabrik variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume
produksi. Ketika volume berubah, pola perilaku biaya overhead pabrik yang
berbeda menyebabkan biaya produksi per unit berfluktuasi secara signifikan.
Akibatnya, beberapa metode diperlukan untuk menstabilitasi jumlah biaya
overhead pabrik yang dibebankan ke unit produksi.12

1. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan:

12
Sofia Prima Dewi, dkk. Op Cit, ..., hlm. 41-42

13
a. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya. Dalam
perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya
overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk
dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa
golongan berikut ini:
1) Biaya Bahan Penolong
Adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau
bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi
nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok
produksi tersebut.
2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis
pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak
luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan
pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik,
mesinmesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas
laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk
keperluan pabrik.
3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik
yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung
kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja
tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya
kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak
langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:
a) Karyawan yang bekerja dalam departemen
pembantu, seperti departemen-departemen
pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan
departemen Gudang.

14
b) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen
produksi, seperti kepala departemen produksi,
karyawan administrasi pabrik, mandor.
4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik,
bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas
laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap lain yang
digunakan di pabrik.
5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen,
asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi
kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-
run.
6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung
memerlukan pengeluaran uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada
pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
b. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
1) biaya overhead pabrik tetap
2) biaya overhead pabrik variabel
3) biaya overhead pabrik semivariabel
c. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya
dengan departemen
1) Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct
departmental overhead expenses)

15
2) Biaya overhead tidak langsung departemen (indirect
departmental overhead expenses)

2. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka. dalam perusahaan yang menggunakan metode harga
pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada pesanan atau produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Alasan pembebanan biaya overhead
pabrik kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sebagai
berikut:

a. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang


sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya
harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu
ke bulan yang lain. Hal ini akan berakibat pada penyajian harga pokok
persediaan dalam neraca dan besar kecilnya laba atau rugi yang
disajikan dalam laporan rugi-laba sehingga mempunyai kemungkinan
mempengaruhi keputusan-keputusan tertentu yang diambil oleh
manajemen perusahaan. Pada prinsipnya harga pokok produksi per
satuan tidak harus tetap sama dari bulan ke bulan, apabila harga-harga
bahan, baik bahan baku maupun bahan penolong, serta tarif upah, baik
upah tenaga kerja langsung maupun tidak langsung mengalami
kenaikan, maka wajar juga apabila terdapat kenaikan harga pokok
produksi per satuan dalam bulan terjadinya kenaikan tersebut. Naik
turunnya harga pokok produksi per satuan tidak perlu terjadi bila
penyebabnya adalah karena terjadinya biaya yang tidak normal dan
turunnya kegiatan produksi yang sifatnya sementara kepada
karyawan.
b. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan
informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan selesai
dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru

16
dapat diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan, atau akhir tahun.
Sebagai contoh bila perusahaan memakai listrik dari Perusahaan
Listrik Negara, maka jumlah tagihan listriknya baru dapat diketahui
setelah bulan tertentu berakhir.

Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap


berikut ini:

a. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik. Dalam menyusun


anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan
atau kapasitas yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya
overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai
sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik yaitu:
kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat
dilakukan dengan lebih dulu menentukan kapasitas teoritis, yaitu
volume produksi maksimum yang dapat dihasilkan oleh pabrik.
b. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
Setelah anggaran biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya
adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara
adil biaya overhead pabrik kepada produk. Dalam departemen
produksi terdapat beberapa jenis elemen biaya overhead pabrik. Dari
sekian banyak jenis tersebut, biaya asuransi bahan baku merupakan
jumlah yang relatif besar. Karena biaya asuransi bahan baku
mempunyai sifat bervariasi jumlahnya dengan harga pokok bahan
baku yang diasuransikan (sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
biaya overhead pabrik erat hubungannya dengan harga pokok bahan
baku), maka adalah masuk akal jika biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar biaya bahan baku yang dipakai
masing-masing produk.13

13
Sampurno Wibowo dan Yani Meilani. Akuntansi Biaya (Bandung: POLITEKNIK
TELKOM, 2009), hlm. (5-2) – (5-8)

17
E. Arus Biaya Produksi
Aliran biaya dalam manufaktur adalah:

1. Bahan baku
2. Tenaga kerja langsung
3. Overhead Pabrik
4. Barang setengah jadi atau barang dalam proses (WIP)
5. Barang jadi (FG)
6. Harga Pokok Produksi (COGS)

Gambaran aliran atau arus biaya produksi:

1. Arus Fisik Produksi

2. Arus Biaya Perusahaan Manufaktur

18
3. Arus Biaya Produksi ke Laporan Keuangan14

F. Laporan Harga Pokok Produksi Dan Hubungannya Dengan Laporan


Laba Rugi
Laporan harga pokok produksi merupakan laporan aktivitas suatu departemen
produksi selama satu periode. Laporan harga pokok produksi dibuat setiap akhir
periode (bulan). Isi laporan harga pokok produksi adalah:

1. Laporan produksi secara fisik


2. Laporan tentang biaya yang dibebankan dan harus
dipertanggungjawabkan oleh departemen tersebut
3. Pertanggungjawaban biaya yang dibebankan pada departemen tersebut

1. Langkah-Langkah Dalam Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi

a. Skedule kuantitas untuk mempertanggungjawaban arus fisik.

Kuantitas fisik produk harus dilaporkan pada bagian ini. Kuantitas fisik

produk yang diterima (transfer masuk) harus sama dengan yang

14
Yabes Hulu. “Konsep, Klasifikasi Biaya, Arus Biaya, Laporan Keuangan”.
http://yabeshulu.blogspot.com/2015/02/konsepklasfikasi-biaya-arus-biaya.html (diakses pada 24
Oktober 2020, pukul 20.20 WIB)

19
ditransfer keluar. Yang dimaksud dengan transfer masuk adalah

penerimaan produk yang akan di proses pada departemen yang

bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan transfer keluar adalah

unit produk yang selesai diproses dan kemudia ditransfer ke gudang

atau ke departemen lain, dan produk yang sampai akhir periode belum

selesai diproses.

Unit Transfer Masuk = Unit Transfer Keluar

Membuat laporan arus fisik unit barang sebagai berikut:


Membuat ke dalam proses xxx
Produk jadi dan ditransfer ke gudang barang jadi xxx
Barang dalam proses pada akhir periode xxx +

Jumlah xxx

Apabila satuan produk masuk proses tidak sama dengan satuan yang
dipakai dalam produk keluar proses, maka dalam membuat daftar
kuantitas fisik, harus dibuat satuan yang sama yaitu dengan dicari
equivalensinya.
b. Skedule biaya yang harus dipertanggungjawabkan
Semua biaya yang dipergunakan dalam proses produksi di suatu
departemen diakumulasikan dan dilaporkan menurut unsur biaya.
Biaya yang harus dipertanggungjawabkan adalah semua biaya yang
melekat pada persediaan produk dalam proses awal dan semua biaya
produksi yang terjadi pada periode yang bersangkutan.
Menyusun skedul biaya yang harus dipertanggungjawabkan
Unsur Biaya Produksi Jumlah Biaya
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja xxx
Biaya Overhead Pabrik xxx +

20
Total biaya xxx
c. Menghitung Unit Produk Equivalen (UPE)
Menghitung output yang dinyatakan dalam Unit Produk Equivalensi
(UPE). Karena ada 2 jenis output yaitu produk yang sudah 100% selesai
dan yang belum 100% selesai, maka seluruh output dihitung dengan
menggunakan satuan seolah-olah telah mencapai 100% selesai
(equivalensi).
Untuk tujuan menghitung Harga Pokok Produksi per unit selama satu
periode, harus diketahui jumlah biaya yang terjadi dan jumlah unit
output (unit produk jadi) selama produk yang bersangkutan.

HPP/unit = Biaya produksi 1 periode


Jumlah unit output

Pada akhir periode, belum tentu semua produk selesai diproses menjadi
barang jadi. Akan tetapi ada sebagian yang telah menjadi barang jadi
dan ada yang sebagian masih dalam proses pengerjaan (atau masih
termasuk barang dalam proses). Satu unit barang dalam proses
kualitasnya tidak sama dengan satu unit barang jadi, oleh karena itu
perlu membuat angka produk yang menyatakan equivalen dengan nilai
unit yang dihasilkan selama satu periode dalam keadaan barang jadi.
Angka tersebut disebut dengan angka produk equivalen. Produk
equivalen merupakan total unit produk.
d. Menghitung biaya per unit produk equivalensi
Unit produk equivalen dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Unit Jumlah %
Produk = unit barang + Jumlah X tingkat
Equivalen jadi unit BDP penyelesaian

e. Melaporkan pertanggungjawban biaya


Biaya yang terjadi di departemen harus dipertanggungjawabkan
penggunaannya. Biaya yang terjadi, umumnya dipergunakan untuk

21
membuat produk jadi (produk yang ditransfer ke gudang barang jadi
atau ditransfer ke departemen lain). Biaya yang dipergunakan untuk
membuat produk jadi, merupakan Harga Pokok Produk Jadi.15

2. Hubungan Laporan Harga Pokok Produksi Dengan Laporan Laba

Rugi

Perusahaan dipandang sebagai suatu sistem yang memproses masukan


(input) untuk mengahsilkan keluaran (output). Perusahaan yang tujuannya
mencari laba berupaya menghasilkan nilai keluaran lebih tinggi dari nilai
masukan yang dikorbankan. Untuk itu diperlukan akuntansi biaya yang
berfungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan tersebut agar kegiatan
usaha menghasilkan laba. Nilai masukan menjadi biaya sedangkan nilai keluaran
menjadi pendapatan.
Informasi harga pokok produk bermanfaat bagi manajemen untuk
menentukan harga jual. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi
merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping biaya lain serta data
nonbiaya.
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan
dalam perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasulkan laba bruto atau
rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba
atau rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam
menutupi biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi.
Biaya produksi berpengaruh terhadap pencapaian laba. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan Mulyadi tentang manfaat biaya produksi adalah:
a. Menentukan harga jual
b. Menentukan keputusan mengenai penerimaan atau penolakan terhadap
suatu pesanan
c. Memantau realisasi biaya produksi

15
Daljono. Bahan Ajar Akuntansi Biaya (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), hlm.
83-87

22
d. Menghitung laba rugi setiap pesanan secara periodik

Dari manfaat di atas, maka data biaya produksi dapat digunakan untuk
menentukan harga jual, yang dapat menentukan harga pokok produk, harga
pokok tersebut akan mempengaruhi harga jual, sehingga biaya produksi akan
mempengaruhi naik turunnya laba yang diperoleh. Biaya produksi adalah bagian
dari beban, maka apanila jumlah pendapatan lebih besar dari beban maka
hasilnya laba, dan apabila jumlah beban melebihi pendapatan maka hasilnya
rugi.16

16
Repository Widyatama. “Pengaruh Harga Pokok Terhadap Laba Perusahaan”.
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/7008/Bab%202.pdf?sequen
ce=3&isAllowed=y (diakses pada 26 Oktober 2020, pukul 10.00 WIB)

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Harga pokok produksi adalah semua biaya atau pengorbanan yang dilakukan

atau diberikan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi. Dalam

penentuan harga pokok produksi ini ada tiga unsur biaya yang dimasukkan,

diantaranya biaya bahan baku yaitu seluruh biaya untuk memperoleh sampai

dengan bahan siap untuk digunakan yang meliputi harga bahan, ongkos angkut,

penyimpanan dan lain-lain. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya untuk tenaga

kerja yang secara langsung menangani proses produksi atau bisa dihubungakan

langsung dengan barang jadi. Dan biaya overhead pabrik adalah biaya produksi

selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

dapat digolongkan menurut sifatnya, perubahan volume dan kaitan dengan

departemen.

Dalam penentuan harga pokok produksi digunakan dua macam metode yaitu

metode full costing dan variable costing. Sedangkan dalam pencatatan harga pokok

produksi digunakan metode pencatatan fisik dan metode pencatatan periodik. Data

biaya produksi dapat digunakan untuk menentukan harga jual, yang dapat

menentukan harga pokok produk, harga pokok tersebut akan mempengaruhi harga

jual, sehingga biaya produksi akan mempengaruhi naik turunnya laba yang

diperoleh. Biaya produksi adalah bagian dari beban, maka apanila jumlah

pendapatan lebih besar dari beban maka hasilnya laba, dan apabila jumlah beban

melebihi pendapatan maka hasilnya rugi.

24
B. Saran

Dengan dibahasnya materi mengenai harga pokok produksi diharapkan

pembaca memahami dan dapat mempraktekkan nya jika digunakan sewaktu-waktu.

Kami mengharapkan agar makalah ini dapat dipergunakan oleh pengajar, sebagai

bahan ajaran yang membangun oleh mahasiswa dan siswa. Serta kami harap

agarmakalah dapat menjadi bahan referensi untuk siswa dalam mengerjakan tungas

yangmengenai Harga Pokok Produksi dan Penjualan.

25
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Daljono. 2009. Bahan Ajar Akuntansi Biaya. Semarang: Universitas Diponegoro

Dewi Sofia Prima, dkk. 2014. Akuntansi Biaya Edisi 2. Bogor: In Media

Hulu, Yabes. 2015. Konsep, Klasifikasi Biaya, Arus Biaya, Laporan Keuangan.
http://yabeshulu.blogspot.com/2015/02/konsepklasfikasi-biaya-arus-
biaya.html (diakses pada 24 Oktober 2020, pukul 20.20 WIB)

Jannah, Mukhlishotul. 2018. Analisis Pengaruh Biaya Produksi Dan Tingkat


Penjualan Terhadap Laba Kotor. Jurnal BanqueSyar’i, Vol.4 No.1
Ramdhan Dadan, dkk. 2020. Akuntansi Biaya: Konsep Dan Implementasi Di
Industri Manufaktur. Yogyakarta: CV Markumi
Syafitri Yuli dan M. Sebastian Syah Putra. 2018. Pengembangan Aplikai Akuntansi
Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada LPP TVRI Stasiun Lampung. Jurnal
Sistem Informasi Akuntansi, Vol. 1 No. 1
Tamam, Nurin. 2014. Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang.
https://zahiraccounting.com/id/blog/metode-penentuan-harga-pokok-
persediaan-barang/ (diakses pada 24 Oktober 2020, pukul 21.30 WIB)
Wibowo Sampurno dan Yani Meilani. 2009. Akuntansi Biaya. Bandung:
POLITEKNIK TELKOM
Widyatama, Repository. Pengaruh Harga Pokok Terhadap Laba Perusahaan.
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/7008/
Bab%202.pdf?sequence=3&isAllowed=y (diakses pada 26 Oktober 2020,
pukul 10.00 WIB)

26

Anda mungkin juga menyukai